Anda di halaman 1dari 8

Ruang Lingkup Perbandingan Sistem Pemerintahan

1. Lingkup dan Urgensi Perbandingan Sistem Pemerintahan Arif Zainudin, S.IP., MA


2. Klarifikasi Politik dan Pemerintahan  Politik dan pemerintahan adalah dua konsep yang
berbeda tapi sering disamaartikan penggunaannya  Keduanya memiliki obyek kajian
yang sama, yakni negara  Tapi, keduanya berbeda dalam memandang negara  Politik
melihat konteks yang melatarbelakangi berlangsungnya relasi negara dengan masyarakat
 Pemerintahan mempelajari relasi negara dengan masyarakat
3. Politik  Politik adalah aktivitas kolektif, melibatkan orang-orang yang berada pada
kelompok yang sama, atau setidaknya berbagi nasib yang sama.  Politik mencakup
beragam pandangan tentang tujuan atau cara mencapai tujuan, atau keduanya.  Politik
meliputi upaya-upaya menyelesaikan perbedaan-perbedaan melalui diskusi dan persuasi. 
Keputusan-keputusan politik menjadi kebijakan yang otoritatif bagi kelompok, mengikat
semua anggota untuk patuh pada kesepakatan bersama yang dapat dipaksakan untuk
diterapkan bila perlu
4. Pemerintahan  Pemerintahan meliputi institusi-institusi yang bertanggung jawab untuk
membuat keputusan kolektif bagi masyarakat  Dalam arti luas, pemerintahan meliputi
semua institusi yang memiliki kewenangan publik  Dalam arti sempit, pemerintahan
mengacu pada pimpinan politik tertinggi dari masing-masing institusi
5. Governance  Governance merujuk pada aktivitas pembuatan keputusan kolektif, tapi
pemerintah tidak selalu berperan dominan bahkan kadangkala tidak terlibat dalam proses
tsb  Contoh: dalam hubungan internasional, tidak ada pemerintahan dunia untuk
menyelesaikan masalah antarnegara tapi masalah itu bisa diselesaikan melalui negosiasi
6. Pengertian Perbandingan Pemerintahan  Perbandingan pemerintahan adalah
menyejajarkan unsur-unsur pemerintahan baik dalam arti luas maupun dalam arti sempit
untuk mendapatkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan dari objek atau
objek-objek tadi dengan alat perbandingannya .
7. Dimensi Perbandingan Pemerintahan Perbandingan Pemerintahan Studi • Termasuk
dalam rumpun Ilmu Pemerintahan • Mengkaji teori-teori tentang berbagai obyek
pemerintahan (negara, kelembagaan, fungsi, dll Metode suatu prosedur atau proses yang
menggunakan teknik-teknik dan perangkat-perangkat tertentu dalam mengkaji sesuatu
guna menelaah, menguji dan mengevaluasi teori
8. Urgensi Perbandingan sebagai Metode  Contextual description  Classification 
Hypothesis testing  Prediction (Landman, 2008)
9. Contextual Description  Berisi deskripsi tentang kondisi pemerintahan di negara yang
berbeda  Bertujuan untuk memahami perbedaan konteks di antara negara yang
dibandingkan, atau untuk menghindarkan etnosentrisme dalam memandang suatu
fenomena
10. Classification  Bertujuan membuat klasifikasi dari hasil perbandingan beberapa negara
atas dasar kategori/karakteristik tertentu  Dengan klasifikasi ini biasanya pemahaman
tentang karakter/ciri tertentu menjadi lebih mudah diperoleh karena ada penyederhanaan,
misalnya klasifikasi negara-negara otoriter dan demokratis; klasifikasi atas dasar sistem
pemerintahan; dll
11. Contoh Klasifikasi Jumlah yang Memerintah 1 orang beberapa orang banyak orang
Monarkhi Aristokrasi Polity Tirani Oligarkhi Demokrasi (mobokrasi) Model Aristoteles
Baik Buruk
12. Model Finer (1997)  Perbandingan tipe rezim, berdasarkan pihak yang paling
berpengaruh dalam pembuatan kebijakan Palace Forum Nobility Church Palace PURE
PALACE i.e.: Persia, Romawi, Binzantium, Cina, dan Kekaisaran Islam (dalam konteks
absolutisme abad 18) PALACE-FORUM i.e.: Tirani Yunani, Kediktatoran Romawi,
Prancis masa Napoleon, Kediktatoran modern, dan rezim totalitarian PALACE-
NOBILITY i.e.: Prancis masa Louis XIV, Inggris (1740-1760), Polandia, Rezim Mamluk
di Mesir, dan Jepang masa 1600-an PALACE-CHURCH i.e.: Thailand tradisional, Eropa
abad pertengahan Forum PURE FORUM i.e.: polis Yunani, republik Romawi, dan
sebagian Eropa abad pertengahan FORUM-NOBILITY i.e.: Republik Romawi, Republik
Venisia FORUM-CHURCH i.e.: Ephrata Menonites (1725), Amish (1700-skr) Nobility
PURE NOBILITY i.e.: Polandia masa abad 17-18 NOBILITY-CHURCH i.e.: Teutonic
Order (1198-1225) Church PURE CHURCH i.e.: Vatican, Tibet (1642-1949)
13. Hypothesis-Testing  Bertujuan membangun penjelasan tentang hubungan sebab-akibat
atau pengaruh tentang suatu fenomena  Melalui cara ini, dimungkinkan untuk
membangun generalisasi tentang suatu fenomena
14. Contoh: Voting Participation Sumber: Powell (1982) dalam Landman, 2008
15. Prediction  Bertujuan membuat prediksi tentang hasil/dampak yang ditimbulkan dari
suatu fenomena berdasarkan generalisasi yang dibuat terlebih dahulu  Atau, membuat
klaim/pernyataan tentang masa depan/kecenderungan suatu fenomena  Prediksi tsb
dibuat dalam bentuk pernyataan probabilitas, misalnya, ‘negara-negara dengan sistem
pemilu proporsional cenderung memiliki banyak partai politik’
16. Contoh Prediksi  Model Vanhanen (1997)  Tingkat Pertumbuhan Demokrasi
berdasarkan distribusi sumber kekuasaan Sumber: Vanhanen (1997), dalam Landman,
2008
17. Keterangan  Vanhanen mengoperasionalisasikan konsep tingkat demokrasi berdasarkan
jumlah suara yang diperoleh parpol-parpol kecil dan persentase pemberian suara 
Sementara distribusi sumber-sumber kekuasaan diukur dengan indeks yang
mengkombinasikan populasi urban, populasi non agrikultur, proporsi siswa, tingkat
melek huruf, jumlah keluarga petani, dan tingkat desentralisasi dari sumber-sumber
ekonomi non agrikultur  Data tsb selanjutnya diolah dengan teknik analisis regresi
18. Referensi  Almond dan Powell. 1996. Comparative Politics Today: A World View. New
York:Harper Collins College Publishers  Blondel. 1973. Comparative Political Systems.
USA: Praeger Publishers, Inc.  Blondel. 1969. Comparative Government. United
Kingdom: Lowe and Brydone Ltd.  Blondel. 1995. Comparative Government: An
Introduction. Cambridge: Prentice Hall.  Curtis (ed). 1997. Introduction to Comparative
Government. New York: Longman Inc.  Hague, Rod dan Martin Harrop. 2004.
Comparative Government and Politics: An Introduction (6th edition). NY: Palgrave
MacMillan.  Landman, Todd. 2008. Issues and Methods in Comparative Politics: An
Introduction (edisi 1, 2, dan 3). NY: Taylor and Francis.
Studi Perbandingan Pemerintahan

Pengertian Perbandingan Pemerintahan


Dalam bagian ini, ada tiga pengertian yang perlu diketahui. Pertama adalah pengertian
perbandingan yaitu perbuatan mensejajarkan sesuatu atau beberapa objek dengan alat
pembanding. Dari perbandingan ini dapat diperoleh persamaan-persamaan dan perbedaan-
perbedaan dari objek atau objek-objek tadi dengan alat pembandingnya atau dari objek yang satu
dengan objek yang lainnya.
Kedua, pengertian pemerintahan. Walaupun dikemukakan beberapa pengertian dari beberapa
ahli, namun pengertian yang dipakai dalam modul ini adalah Pemerintahan dapat dipahami
dalam arti luas dan dalam arti sempit. Di dalam arti luas pemerintahan mencakup semua
kekuasaan yang meliputi seluruh fungsi negara. Di dalam arti sempit, pemerintahan kerap kali
dipahami sebagai aktivitas dari lembaga kekuasaan eksekutif.
Ketiga, pengertian perbandingan pemerintahan, yaitu mensejajarkan unsur-unsur pemerintahan
baik dalam arti luas maupun dalam arti sempit untuk mendapatkan persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan dari objek atau objek-objek tadi dengan alat pembandingnya.

Ruang Lingkup dan Manfaat Perbandingan Pemerintahan


Fokus perhatian atau penekanan utama dari studi perbandingan pemerintahan telah
berubah dan dapat dibedakan dalam tiga fase:
1.Fase konstitusionalisme yang terjadi hingga kira-kira PD II. Konstitusi-konstitusi secara
berangsur-angsur diperkenalkan di Eropa dan Amerika Latin. Mereka yang memiliki
konstitusi dianggap sebagai sistem politik yang berkarakter “modern” bahkan jika mereka
melakukan penyimpangan.
2.Fase behavioralisme, terutama selama tahun 1940-an hingga tahun 1960-an.
Behavioralisme awalnya berhasil dalam studi politik nasional, khususnya di Amerika
Serikat. Hal tersebut didasarkan pada pengakuan bahwa apa yang penting untuk
dipelajari adalah yang terjadi dalam kenyataannya, bukan yang dinyatakan secara formal
(yang tertulis secara formal). Pendekatan tersebut secara alamiah diterapkan pada
perbandingan pemerintahan, di mana banyak konstitusi tidak diterapkan lagi dan
kediktatoran sering terjadi.
3.Fase Neo-institusionalisme, yang dimulai tahun 1970-an dengan pengakuan bahwa tidak
setiap hal dapat dimengerti/dipahami melalui studi perilaku, namun struktur-struktur
juga penting.
Menurut Drs. Pamudji, MPA, tujuan studi perbandingan pemerintahan ialah mencoba
memahami latar belakang, asas-asas yang melandasi, kelemahan-kelemahan dan
keuntungan-keuntungan dari masing-masing sistem pemerintahan. Manfaat studi/ilmu ini
adalah melalui studi/ilmu ini dapat dikembangkan dan dibina suatu sistem pemerintahan
yang sesuai benar dengan waktu, ruang, dan lingkungan yang ada di sekitar kita, dan lebih
khusus lagi sesuai dengan kepribadian kita. Dengan studi/ilmu ini maka kita dapat
menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan di antara berbagai sistem
pemerintahan.
Tetapi, mengapa ilmu pemerintahan perlu dipelajari melalui perbandingan? J. Blondel
memberikan argumentasinya, karena studi-studi atas satu negara (negara tunggal) sering tidak
memiliki contoh-contoh kasus yang cukup bagi pembentukan kesimpulan-kesimpulan. Ternyata
cara perbandingan memang merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan lagi dalam studi
pemerintahan. Perbandingan ini selalu hadir di mana-mana, tetapi ada yang tersembunyi atau
implisit dan ada yang terang-terangan atau eksplisit.
Ada dua kritikan yang dilontarkan oleh orang-orang yang menyangsikan studi perbandingan.
Pertama, bahwa studi perbandingan sering dilakukan secara tidak memuaskan dan dangkal.
Kritikan kedua merupakan kritikan yang lebih mendasar. Singkatnya tidak ada dua negara pun
yang memiliki cukup persamaan untuk diperbandingkan, karena pada dasarnya sejarah yang
mereka alami berbeda. Namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa perbandingan
selalu dilakukan baik secara implisit maupun eksplisit bahkan oleh mereka yang menghindarkan
diri dari studi perbandingan karena mereka harus menggunakan konsep-konsep umum yang
merupakan dasar dari perbandingan. Hanya saja dengan hadirnya konsep-konsep umum maka
studi pemerintahan juga menjadi umum sifatnya. Tetapi, manfaat studi perbandingan jika studi
tersebut dilakukan secara eksplisit dan umum adalah dapat meningkatkan pemahaman global kita
tentang kehidupan pemerintahan

Bentuk-bentuk Pemerinthan
Mengikuti anjuran Plato, pemerintahan oleh satu orang, sedikit orang, atau banyak orang dapat
dibedakan sebagai bentuk-bentuk pemerintahan yang “baik” atau “buruk”; setiap bentuk yang
baik mempunyai pendamping yang buruk. Akibatnya ada enam pengelompokan jenis pemerintah
yaitu monarki (pemerintahan yang baik oleh satu orang), tirani (pemerintahan yang buruk oleh
satu orang), aristokrasi (pemerintahan yang baik oleh sedikit orang), oligarki (pemerintahan yang
buruk oleh sedikit orang), demokrasi (pemerintahan yang baik oleh banyak orang), dan
mobokrasi (pemerintahan yang buruk oleh banyak orang).
Para pendukung pemerintahan monarki, bahkan pada saat ini, menyatakan bahwa corak
pemerintahan ini memperbesar kemungkinan stabilitas politik, terutama dalam hubungannya
dengan perluasan perubahan sosial dan ekonomi. Para mahasiswa perbandingan politik
tampaknya memang terkesan dengan kestabilan yang relatif tinggi dari negara-negara yang
hingga kini masih mempertahankan beberapa lembaga monarkinya setelah sekian abad.
Mengapa?
Bagian terbesar dari jawaban atas pertanyaan ini (meskipun tidak semuanya) tergantung pada
kemampuan dan kemauan dari raja-raja tertentu dan para pengganti mereka untuk menerima
pengurangan yang besar dalam kekuasaan politik mereka.
Kendati hak ketuhanan raja telah diterima sebagai formula untuk mensahkan kekuasaan kerajaan,
tetapi tidak bisa disangkal bahwa raja tergantung pada dukungan kader-kader penasihat dan para
birokrat yang loyal untuk melaksanakan kebijakannya. Kesadaran terhadap kecenderungan
sejarah ini, serta keyakinan bahwa lembaga-lembaga demokratis merupakan khayalan yang
menyembunyikan dominasi politik dari sekelompok minoritas, telah meyakinkan beberapa
ilmuwan politik (khususnya Gaetano Mosca dan Robert Michels) bahwa di mana pun
pemerintahan selalu menyangkut urusan sedikit orang – bukan hanya seorang ataupun banyak
orang.
Aristokrasi merupakan pemerintahan oleh sekelompok elit masyarakat yang mempunyai status
sosial, kekayaan, dan kekuasaan politik yang besar. Keberuntungan-keberuntungan ini dinikmati
oleh satu generasi ke generasi aristokrat yang lain. Seperti para raja, elit aristokrasi juga bisa
bertahan hanya karena tidak menghambat perubahan politik dan sosial yang mendasar,
khususnya proses demokratisasi bertahap terhadap kewenangan politik dan perkembangan
sumber-sumber kemakmuran baru bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi.
Bukanlah suatu kejutan bagi para mahasiswa sejarah kalau kebanyakan pemerintahan yang ada
di dunia dan di sepanjang sejarah yang pantas digolongkan sebagai otoriter. Monarki
(pemerintahan oleh satu orang), aristokrasi (pemerintahan oleh beberapa orang yang bergelar),
oligarki (pemerintahan oleh sedikit orang yang tidak bergelar, militer atau sipil), dan pluktokrasi
(pemerintahan oleh orang-orang kaya) semuanya adalah pemerintahan yang bersifat otoriter,
karena mayoritas warga negara tidak mempunyai peranan langsung atau terlembaga dalam
pembuatan kebijakan; mereka tidak bisa berperan serta dalam pemilihan umum, dan mereka
tidak terorganisasikan ke dalam partai-partai politik yang bersaing atau kelompok-kelompok
kepentingan yang mudah dikenali.
Sejak tahun 1950-an sebagian ahli berpendapat bahwa adalah tepat untuk menggambarkan jenis
otoriterisme yang paling ekstrim sebagai totaliterisme. Di samping ciri-ciri yang sudah disebut,
totaliterisme juga merupakan suatu ideologi resmi yang harus dianut oleh para anggota
masyarakat dan harus meliputi semua segi kehidupannya; suatu sistem kontrol polisi yang
bersifat teror yang ditopang dan diawasi pemimpinan serta diarahkan pada ‘musuh-musuh’
negara; selain merupakan pengawasan dan pengarahan langsung terhadap seluruh kegiatan
ekonomi.
Pada dasarnya demokrasi langsung adalah ungkapan yang sempurna untuk kedaulatan rakyat.
Demokrasi langsung berarti rakyat memerintah dirinya sendiri secara langsung tanpa perantara.
Sebagai ungkapan yang sempurna dari kedaulatan rakyat, demokrasi langsung merupakan bentuk
pemerintahan yang dikumandangkan oleh Jean Jacques Rousseau. Rousseau juga memahami
benar hakikat keadaan guna mewujudkan demokrasi langsung di dalam kenyataan:
1.Jumlah Warga Negara Harus Kecil
2.Pemilikan Dan Kemakmuran Harus Dibagi Secara Merata (Atau Hampir Merata)
3.Masyarakat Secara Kebudayaan Harus Homogen
4.Mereka Yang Melaksanakan Undang-Undang Tidak Boleh Bertindak Sendiri Di Luar
Kemauan Rakyat Yang Telah Membuat Undang-Undang Pertama Kali.
Dan Rousseau mengakui bahwa persyaratan yang banyak ini besar kemungkinan dipenuhi dalam
masyarakat kecil, agraris, dan pada hakikatnya adalah masyarakat petani.
Namun, dengan pertambahan penduduk yang terus-menerus maka terdapat terlalu banyak orang
yang ikut serta secara langsung dalam pembuatan keputusan dan sebagian lagi karena warga
lama memahami sekali bahwa demokrasi langsung yang berkesinambungan mengancam
penguasaan mereka atas pemerintahan. Sehingga muncullah demokrasi perwakilan (tidak
langsung). Namun, di dunia ini tidak ada negara yang menganut demokrasi atau otoriterisme
secara ideal, masing-masing selalu berada di antaranya. Hanya saja masih bisa dilihat bahwa
suatu negara lebih demokratis atau otoriter daripada negara lain.

Tipe-tipe Sistem Pemerintahan


Mr. Achmad Sanusi memberikan ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer, yaitu:
1.kedudukan kepala negara tidak dapat diganggu gugat;
2.kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri bertanggung jawab kepada parlemen;
3.susunan personalia dan program kabinet didasarkan atas suara terbanyak di parlemen;
4.masa jabatan kabinet tidak ditentukan dengan tetap atau pasti berapa lamanya;
5.kabinet dapat dijatuhkan pada setiap waktu oleh parlemen, sebaliknya parlemen dapat
dibubarkan oleh pemerintah.
Tercatat, dalam sejarah bahwa tanah Inggris adalah tempat kelahiran sistem pemerintah
parlementer. Sistem itu lahir bukan berdasarkan konsep pemikiran seseorang tokoh negarawan
dan bukan juga karena ketentuan-ketentuan dari pasal-pasal UUD Inggris, karena Inggris,
memang tidak mempunyai undang-undang dasar yang tertuang dalam satu naskah (Documentary
Constitution. Pertumbuhan sistem pemerintahan parlementer di Inggris melalui suatu perjalanan
sejarah ketatanegaraan Inggris yang cukup panjang.
Pihak eksekutif Inggris terdiri atas Mahkota (Monarch) dan Kabinet. Raja atau ratu diangkat
berdasarkan keturunan (hereditary). Kabinet terdiri atas sejumlah menteri-menteri yang
merangkap sebagai anggota parlemen dan dikepalai oleh seorang perdana menteri. Sedangkan
perdana menteri berasal dari ketua partai yang memenangkan pemilihan umum. Kabinet tidak
sama dengan dewan menteri.
Pihak legislatif terdiri atas Majelis Tinggi (The House of Lord) ,dan Majelis Rendah (The House
of Common). Majelis Tinggi diangkat berdasarkan keturunan oleh Mahkota (create peers) yang
dapat berupa golongan bangsawan dan golongan pemuka agama. Majelis Rendah anggota-
anggotanya dipilih oleh rakyat dalam suatu pemilihan umum. Kekuasaan Majelis Rendah lebih
dominan dari kekuasaan Majelis Tinggi karena Majelis Rendah dapat menjatuhkan kabinet
(Force Resignation).
Jika Inggris merupakan tanah kelahiran sistem pemerintahan parlementer maka Amerika Serikat
adalah merupakan tanah kelahiran sistem pemerintahan presidensiil. Ciri yang esensial dari
sistem pemerintahan presidensiil adalah bahwa presiden sekaligus sebagai kepala negara dan
sebagai kepala pemerintahan, dan secara implisit menteri-menteri bertanggung jawab kepada
presiden. Sejarah singkat lahirnya sistem pemerintahan presidensiil Amerika Serikat adalah
identik dengan sejarah singkat pembentukan konstitusi Amerika Serikat itu sendiri.
Badan legislatif Amerika Serikat disebut Congress yang terdiri dari dua kamar (bikameral) yaitu
DPR (House of Representative) dan Senat. DPR dipilih melalui pemilihan umum setiap dua
tahun sekali pada masing-masing negara bagian (ps. 1 ayat 2). Sedangkan Senat adalah utusan
negara bagian yang dipilih oleh Dewan Legislatif Negara Bagian. Masing-masing negara bagian
mempunyai 2 orang utusan dalam Senat.
Menurut C.F. Strong kekuasaan eksekutif dalam suatu negara demokrasi mempunyai suatu
hakikat (nature). Hakikatnya adalah bahwa kekuasaan eksekutif itu harus
dipertanggungjawabkan kepada rakyat atas tindakan eksekutif untuk merumuskan policy
(kebijakan) dan untuk melaksanakan atau mengadministrasikan kebijakan itu di mana
kesemuanya itu diatur dengan aturan hukum dan dapat diberi sanksi oleh badan legislatif.
Istilah sistem “pemerintahan campuran”, kata “campuran” diartikan campuran antara ciri sistem
pemerintahan parlementer dan ciri sistem pemerintahan presidensiil. Berhubung sistem
pemerintahan campuran ini sangat khas maka perlu ditentukan ciri-ciri utamanya, yaitu:
1.menteri-menteri dipilih oleh parlemen;
2.lamanya masa jabatan eksekutif ditentukan dengan pasti dalam konstitusi;
3.menteri-menteri tidak bertanggung jawab baik kepada parlemen maupun kepada presiden.
Badan legislatif Swiss disebut Bundesversamlung atau Federal Assembly (Majelis Federal)
terdiri atas dua kamar, yaitu National Rat atau National Council (Dewan Nasional), dan Standes
Rat atau Council of States (Dewan Negara-negara Bagian).
Lembaga eksekutif Swiss adalah Federal Council (Dewan Federal) yang terdiri atas 7 orang
anggota.
Hubungan antara eksekutif dengan legislatif di Swiss adalah hubungan yang berupa persoalan
pertanggungjawaban. Jadi, eksekutif tidak bertanggung jawab kepada legislatif mengenai
pelaksanaan pemerintahan. Juga tidak ada pertanggungjawaban intern antara anggota kabinet
(menteri) dengan ketua kabinet (presiden) seperti sistem pemerintahan Amerika Serikat.

Kelompok Kepentingan
Sistem politik merupakan jaringan besar kelompok-kelompok yang berhubungan satu sama lain
dalam rangka bereaksi terhadap output yang akan dan dikeluarkan oleh negara melalui sistem
politiknya, dengan mengajukan tuntutan atau menolak suatu keputusan. Kelompok kepentingan
berfungsi untuk memperkuat dan mengefektifkan tuntutan-tuntutan dari masyarakat. Kelompok
kepentingan merupakan sekelompok individu yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
satu tujuan bersama. Berbeda dengan partai politik, kelompok kepentingan hanya berupaya
untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah tanpa bermaksud untuk menguasai jabatan-jabatan
politik atau pemerintahan. Sekalipun demikian, pemimpin-pemimpin mereka secara individual
dimungkinkan untuk ikut serta dalam pemilihan umum untuk mendapatkan posisi-posisi politik.
Akan tetapi, pada prakteknya, perbedaan antara kelompok kepentingan dengan partai politik
tidaklah begitu jelas.
Menurut Gabriel Almond, terdapat empat tipe kelompok kepentingan:
1.kelompok kepentingan anomi (anomic interest groups);
2.kelompok kepentingan non-assosiasional (non-associational interest groups);
3.kelompok kepentingan institusional (institutional interest groups);
4.kelompok kepentingan assosiasional (associational interest groups).
Dalam menyampaikan tuntutannya, kelompok kepentingan dapat menggunakan saluran-saluran
sebagai berikut.
1.Demonstrasi dan tindakan kekerasan

2.Hubungan pribadi.

3.Perwakilan langsung.

4.Saluran formal dan institusional yang lain.

Efektivitas kelompok kepentingan dalam menjalankan aktivitasnya sangat bergantung pada


faktor intern dan ekstern. Faktor intern, misalnya kemampuan untuk mengerahkan dukungan,
tenaga dan sumberdaya anggotanya. Sementara, faktor ekstern, misalnya sifat dan issue-issue
kebijakan pemerintahan pada saat tertentu.
Masyarakat Internasional
Membahas lingkungan sistem politik menurut David Easton tidak dapat terlepas dari apa yang
dikenal sebagai the intrasocietal environment dan the extrasocietal environment. Yang dimaksud
the intrasocietal environment adalah bagian dari lingkungan sosial dan fisik yang berada di
dalam lingkaran sistem politik di suatu masyarakat. Yang termasuk the intrasocietal environment
adalah sistem ekologi, sistem biologi, sistem personaliti dan sistem sosial (yang mungkin dapat
diklasifikasikan ke dalam tipe-tipe: budaya, struktur sosial, ekonomi, dan demografi).
Sedangkan the extrasocietal environment atau the international society (masyarakat
internasional) adalah lingkungan masyarakat di luar sistem politik yang mempunyai konsekuensi
mempengaruhi sistem politik itu sendiri. Yang termasuk the extrasocietal environment ini antara
lain sistem ekologi internasional, sistem sosial internasional (yang di dalamnya meliputi sistem
budaya internasional, sistem ekonomi internasional, sistem demografi internasional dan lain
sebagainya) dan sistem politik internasional termasuk badan-badan internasional seperti PBB,
NATO, dan lain-lain. Membahas tingkah laku internasional suatu sistem politik, kita dapat
mempergunakan penggolongan atau pengkategorian berdasarkan kemampuan ekstraktif
internasional, kemampuan regulatif internasional, kemampuan distributif internasional,
kemampuan simbolik internasional dan kemampuan responsif internasional dari sistem politik
tersebut.

Organisasi Internasional
Perang Dunia I telah membawa bencana dan penderitaan serta kehancuran bagi umat manusia.
Oleh karena itu, menjelang berakhirnya Perang Dunia I, banyak negara yang berusaha mencegah
timbulnya peperangan baru dengan cara membentuk beberapa organisasi internasional guna
memelihara perdamaian dan keamanan dunia. Dewasa ini dikenal beberapa organisasi
internasional yang ada di dunia, antara lain : PBB, NATO, OPEC, Non-Blok, MEE, dan lain
sebagainya. Semua organisasi internasional tersebut memiliki tujuan masing-masing yang
tentunya sangat menguntungkan para negara anggota organisasi yang bersangkutan.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non Governmental Organization (NGO) merupakan
organisasi transnasional dan menjadi bagian dari infrastruktur di negeri ini. LSM adalah
organisasi-organisasi sukarela yang berusaha memusatkan perhatian dan kekuatan mereka pada
nasib penduduk miskin atau lapisan-lapisan terbawah di masyarakat negara-negara Dunia Ketiga.
LSM yang dibentuk oleh unsur-unsur dari masyarakat, saat ini telah menjadi satu kekuatan yang
patut diperhitungkan. Sebagai suatu kekuatan masyarakat yang cukup besar, LSM juga berfungsi
menjadi sebuah institusi pengawas atau social control terhadap semua tindakan, keputusan dan
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah agar roda pemerintahan berjalan di rel yang benar.
Sumber buku Perbandingan PemerintahanKarya Dede Mariana

Anda mungkin juga menyukai