1, Juli 2023
Abstrak
Latar Belakang: Tax avoidance dianggap sebagai masalah utama, mengingat
kompleksitas dan konsekuensi ekonominya. Tax avoidance yang dilakukan oleh
AFILIASI: wajib pajak, termasuk didalamnya Perusahaan, akan menyebabkan negara
Program Studi Akuntansi, Fakultas mengalami kerugian, karena pajak adalah sumber pendapatan negara, yang akan
Ekonomi dan Bisnis, Universitas digunakan sebagai sumber pembiayaan atas pengeluaran negara. Jika banyak
Esa Unggul, Daerah Khusus Ibukota Perusahaan melakukan tax avoidance maka pendapatan negara yang bersumber
Jakarta, Indonesia
dari pajak akan terpengaruh. Selain itu, tax avoidance mengakibatkan efek buruk
*KORESPONDENSI:
terhadap reputasi suatu Perusahaan.
agus.sihono@esaunggul.co.id Tujuan: Studi ini bertujuan mengisi kesenjangan yang ada dengan menguji
pengaruh tax avoidance terhadap tax risk serta melakukan analisis dampak
DOI: 10.18196/rabin.v7i1.16631 penerapan corporate governance pada pengaruh tax avoidance terhadap tax risk.
Metode Penelitian: Data sekunder digunakan dalam penelitian ini yang diperoleh
SITASI: dari laporan keuangan Perusahaan yang bergerak dalam industry manufaktur yang
Sihono, A., & Febyansyah, A. terdafat di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2016 sampai 2020. Analisis data yang
(2023). Tax Avoidance dan Tax digunakan adalah Moderating Regression Analysis.
Risk: Peran Moderasi dari
Hasil Penelitian: Hasil studi ini menunjukkan bahwa volatilitas dari effective tax
Corporate Governance. Reviu
Akuntansi dan Bisnis Indonesia,
rate dan effective tax rate memiliki pengaruh negatif dan signifikan. Studi ini
7(1), 1-16. memberikan bukti bahwa tax risk menurun ketika tingkat tax avoidance
Perusahaan menurun, dan sebaliknya. Selain itu, kami menemukan bahwa semakin
PROSES ARTIKEL baik struktur corporate governance Perusahaan, semakin tinggi tingkat
Diterima: pengawasan dan pengendaliannya manajer, sehingga mengurangi dampak tax
25 Okt 2022 avoidance pada tax risk Perusahaan di masa depan. Temuan dari studi tentang tax
Reviu: avoidance dan corporate governance perusahaan ini penting bagi investor karena
29 Okt 2022 pajak merupakan risiko yang secara signifikan dapat mempengaruhi kesejahteraan
Revisi:
investor.
02 Nov 2022
Diterbitkan:
Keterbatasan Penelitian: Studi ini memiliki keterbatasan, diantaranya hanya
18 Nov 2022 berfokus pada industry manufaktur. Selain itu, studi ini hanya mempertimbangkan
audit quality, komisaris independen serta komite audit sebagai pengukuran
variabel corporate governance.
Keaslian/Novetly Penelitian: Penelitian mengenai tax avoidance dan tax risk telah
dilakukan, namun demikian terdapat inkonsistensi hasil penelitian-penelitian
tersebut, oleh karena itu peneliti akan melakukan pengujian kembali terhadap
variabel tersebut dalam kontek di Indonesia, yang diharapkan akan memberikan
bukti baru apakah mendukung atau bertentangan dengan penelitian sebelumnya.
Mengacu pada penelitian Choi dan Park (2022), pengukuran corporate governance
yang digunakan adalah struktur komisaris independen, audit quality dan komite
audit yang sebelumnya belum digunakan dan merupakan saran dari peneliti
sebelumnya.
Kata kunci: Tax risk; Tax avoidance; Corporate governance
Sihono & Febyansyah
Tax Avoidance dan Tax Risk: Peran Moderasi dari Corporate Governance
Pendahuluan
Tujuan utama pendirian Perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham,
oleh karena itu pemegang saham mengharapkan pengembalian dari investasinya (Rofik &
Syah, 2020). Dalam rangka memenuhi kepentingan shareholder, maka Perusahaan harus
meningkatkan kinerja dengan melakukan langkah-langkah yang mendukung peningkatan
profitabilitas (Maswani dkk, 2021). Namun, ketika profitabilitas tinggi maka berbanding
lurus dengan jumlah pembayaran pajak. Hal tersebut menyebabkan anggapan bahwa
pajak adalah komponen biaya bagi Perusahaan, sehingga akan menjadi pengurang
keuntungan yang diterima (Handayani & Ibrani, 2019). Efisiensi pembayaran pajak dapat
dilakukan melalui tax planning, baik secara legal maupun ilegal (Frank dkk, 2009).
Perusahaan dapat melakukan secara legal dalam rangka efisiensi beban pajak yang
disebut dengan tax avoidance, melalui pemanfaatan kelemahan terhadap ketentuan dan
norma perpajakan. Selanjutnya, cara ilegal yang dilakukan dengan melanggar ketentuan
serta peraturan dalam undang-undang perpajakan yang biasa disebut dengan tax evasion
(Handayani & Ibrani, 2019). Tax avoidance dianggap sebagai masalah utama, mengingat
kompleksitas dan konsekuensi ekonominya. Tax avoidance yang dilakukan oleh wajib
pajak, termasuk didalamnya perusahaan, akan menyebabkan negara mengalami
kerugian, karena pajak adalah sumber pendapatan negara, yang akan digunakan sebagai
sumber pembiayaan atas pengeluaran negara. Praktik tax avoidance menghalangi
pemerintah dari sumber utama pendapatan dan telah mendapatkan perhatian yang
semakin besar dari regulator (Li dkk, 2013). Jika banyak perusahaan melakukan tax
avoidance maka pendapatan negara yang bersumber dari pajak akan terpengaruh. Selain
itu, tax avoidance mengakibatkan efek buruk terhadap reputasi suatu Perusahaan.
Hasan dkk (2014) berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki effective corporate tax
rate yang lebih rendah karena tingkat tax avoidance yang lebih tinggi menimbulkan biaya
bunga yang lebih tinggi melalui pembiayaan dari pihak ketiga. Sebaliknya, Goh dkk (2016)
berpendapat tingkat tax avoidance yang lebih tinggi akan meningkatkan arus kas,
sehingga investor menuntut tingkat pengembalian yang diharapkan tinggi. Bauer dan
Klassen (2014) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara effective tax
rate, tax avoidance dan tax risk. Mereka mempertanyakan apakah effective tax rate
Perusahaan yang efektif pada tingkat yang rendah secara tepat mencerminkan tax
avoidance yang mengandung risiko. Dyreng dkk (2008) mengungkapkan bahwa asalkan
Perusahaan dapat mempertahankan tingkat tax avoidance yang tinggi untuk waktu yang
lama. Selain itu, Guenther dkk (2016) menunjukkan bahwa effective corporate tax rate
yang relatif rendah lebih berkelanjutan daripada effective corporate tax rate yang relatif
tinggi. Selain itu, mereka menyajikan bukti bahwa tidak terdapat hubungan signifikan
antara effective corporate tax rate, ukuran tax avoidance, dan volatilitas effective
corporate tax rate, yang merupakan pengukuran dari tax risk. Ghafoori dan Rahmani
(2017) menganalisis pengaruh lingkungan informasi internal terhadap tax avoidance dan
tax risk, membuktikan bahwa tax avoidance akan menurunkan nilai Perusahaan, sehingga
Perusahaan harus mampu meningkatkan peran corporate governance (Park dkk, 2015).
Goh dkk (2016) mengungkapkan bahwa terdapat penurunan yang signifikan antara
tingkat tax avoidance dan biaya modal, serta fenomena ini menonjol ketika corporate
governance yang ada didalam Perusahaan berjalan secara efektif.
Corporate governance mampu berperan mengurangi tingkat tax avoidance (Choi & Park,
2022; Ghafoori & Rahmani, 2017; Armstrong dkk, 2015; Goh dkk, 2016). Tax avoidance
merupakan strategi pajak yang sifatnya sementara dan memiliki risiko untuk masa depan
bagi Perusahaan (Choi & Park, 2022; Chung dkk, 2017; Ghafoori & Rahmani, 2017).
Sebaliknya, Bauer dan Klassen (2014); Dyreng dkk (2008), Guenther dkk (2017)
berpendapat bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara effective tax rate, ukuran
tax avoidance serta pembayaran pajak dimasa depan.
Yohana dkk (2022) dalam studinya terhadap perusahaan go public industry non-keungan
selama tahun pengamatan 2017-2019 mengungkapkan bahwa transfer pricing dan
customer concentration berpengaruh terhadap tax avoidance. Penghindaran pajak
memiliki pengaruh positif terhadap nilai Perusahaan, tetapi risiko pajak memiliki
pengaruh negative terhadap nilai Perusahaan (Firmansyah & Widodo, 2021; Firmansyah
dkk, 2022; Arfiansyah, 2021). Kondisi tersebut disebabkan tax avoidance mampu
menyelaraskan kepentingan shareholder, sedangkan tax risk dapat terjadi diluar kendali
manajer. Studi yang dilakukan Warastri dan Suryaningrum (2022) tax risk berpengaruh
terhadap risiko perusahaan, sedangkan tax avoidance tidak berpengaruh terhadap risiko
Perusahaan. Return on asset, ukuran perusahaan, executive characteristic, family
ownership, political connection berpengaruh terhadap tax avoidance (Setiawati & Ammar,
2022; Ibrahim & Rusydi, 2021). Carolina dkk (2021) menemukan bahwa corporate risk
dipengaruhi oleh tax avoidance, tax risk, tax reporting aggressiveness dan return on asset.
Kondisi tersebut memberikan implikasi bahwa Perusahaan diharapkan tidak hanya fokus
kepentingan jangka pendek, namun harus mempertimbangkan dampak jangka panjang
dimasa depan.
Penelitian mengenai tax avoidance dan tax risk telah dilakukan sebelumnya oleh Choi dan
Park (2022), Guenther dkk (2017), Dyreng dkk (2008), Chung dkk (2017), Ghafoori dan
Rahmani (2017), namun demikian terdapat inkonsistensi hasil penelitian-penelitian
tersebut, oleh karena itu peneliti akan melakukan pengujian kembali terhadap variabel
tersebut dalam kontek di Indonesia, yang diharapkan akan memberikan bukti baru
apakah mendukung atau bertentangan dengan penelitian sebelumnya. Penelitian
mengenai tax avoidance dan tax risk pada Perusahaan go public di Indonesia diantara
dilakukan oleh Yohana dkk (2022), Firmansyah dan Widodo (2021), Firmansyah dkk
(2022), Arfiansyah (2021), Warastri dan Suryaningrum (2022), Setiawati dan Ammar
(2022); Ibrahim dan Rusydi (2021) dan Carolina dkk, 2021), dimana sejauh ini masih
sebatas mengukur factor-faktor yang mempengaruhi tax avoidance. Selanjutnya,
penelitian terkait tax risk sebagian besar studi mengungkap pengaruh tax risk terhadap
corporate risk. Kondisi ini mencerminkan penelitian yang menguji factor yang
mempengaruhi tax risk masih terbatas. Hal tersebut menjadikan dasar bagi penulis untuk
menguji kembali tentang tax avoidance dan tax risk di dalam Perusahaan go public di
Indonesia. Selanjutnya, mengacu pada penelitian Choi dan Park, (2022), pengukuran
corporate governance yang digunakan adalah audit quality yang sebelumnya, belum
digunakan dan merupakan saran dari peneliti sebelumnya. Audit quality adalah fitur
corporate governance yang mampu mengontrol tindakan manajer dan mencegah
manipulasi akuntansi dan segala aktivitas penipuan (DeAngelo & Masulis, 1980). Selain
itu, studi ini menggunakan variabel struktur dewan komisaris independen serta komite
audit sebagai proksi lain dari corporate governance, yang diharapkan mampu
memberikan bukti baru terkait efektivitas corporate governance.
Tax risk berasal dari risiko ekonomi, ketidakpastian hukum perpajakan, dan pemrosesan
informasi yang tidak akurat (Neuman dkk, 2020). Risiko ekonomi adalah perkiraan
kemungkinan hasil atau imbalan dari suatu investasi (Guenther dkk, 2017). Risiko
ekonomi, ketidakpastian hukum pajak, dan pemrosesan informasi yang tidak akurat dapat
muncul dari aktivitas Perusahaan, bukan hanya aktivitas tax avoidance, dan faktor-faktor
tersebut menghasilkan tax risk karena menciptakan ketidakpastian yang dapat diprediksi
dan tidak dapat diprediksi tentang hasil pajak di masa depan (Drake dkk, 2017).
Ketidakpastian yang dapat diprediksi terjadi ketika kita dapat memperkirakan
kemungkinan hasil pajak di masa depan, sementara tidak dapat diprediksi ketidakpastian
terjadi ketika keunikan situasi membuat sangat sulit untuk menilai kemungkinan hasil
pajak masa depan (Keynes, 1937). Secara keseluruhan, tax risk perusahaan meningkat
karena transaksi atau aktivitas bisnis mencerminkan ketidakpastian yang dapat diprediksi
dan tidak dapat diprediksi melekat pada ketiga sumber tax risk (Neuman dkk, 2020).
Studi tentang hubungan antara tax avoidance dan tax risk menunjukkan bahwa investasi
dalam tax avoidance meningkatkan tax risk Perusahaan (Choi & Park, 2022). Dyreng dkk
(2008) menyatakan bahwa tax avoidance adalah tindakan pengurangan atas pajak
Perusahaan yang dilakukan pada penghasilan sebelum pajak. Selain itu, Hanlon dan
Heitzman (2010) berpendapat bahwa tax avoidance merupakan serangkaian tindakan
dalam rangka mengurangi kewajiban pajak. Sulit untuk mempertahankan strategi tax
avoidance yang saat ini diterapkan oleh korporasi di masa depan. Tarif pajak yang rendah
akibat tindakan tax avoidance akan berbalik menjadi tarif pajak yang tinggi di masa depan,
karena merupakan investasi sementara dalam pengurangan biaya pajak, yang merupakan
salah satu dari beberapa alternatif investasi yang mengandung risiko (Choi & Park, 2022).
Tax avoidance
Tax avoidance adalah tindakan yang dilakukan dalam rangka pengurangan pembayaran
pajak oleh Perusahaan (Sari dkk, 2017). Menurut pandangan tradisional, tax avoidance
dipandang tindakan yang dapat meningkatkan nilai sebuah Perusahaan. Hal tersebut
dikarenakan penghematan pajak yang dilakukan dapat diinvestasikan kembali dan atau
dikembalikan kepada pemegang saham. Namun demikian, tax avoidance dapat
menyebabkan transfer kekayaan atau sumber daya dari pemegang saham kepada
manajer (Desai & Dharmapala, 2006).
Praktik tax avoidance merupakan isu yang telah lama dilakukan oleh para manajer
Perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja Perusahaan, namun dengan
adanya pembaharuan peraturan perpajakan oleh pemerintah, setiap tahun Perusahaan
merubah metode yang digunakan (Annuar dkk, 2014). Tax avoidance juga berkaitan
dengan pengurangan jumlah pajak yang merupakan pengalihan sumber daya yang dimiliki
Perusahaan kepada negara melalui kelemahan yang ada didalam peraturan serta
perundang-undangan yang berlaku di suatu negara agar perusahaan tidak melanggar
hukum yang berlaku (Armstrong dkk, 2015). Pada dasarnya praktik tax avoidance adalah
upaya Perusahaan untuk memilih metode penilaian dan pelaporan atas laporan keuangan
agar beban pajak yang dibayarkan kecil. Perusahaan menggunakan banyak faktor dalam
melakukan praktik tax avoidance, seperti penggunaan aset tetap yang lebih besar,
kompensasi kerugian fiskal, utang Perusahaan, atau laba bersih (Putra dkk, 2019) .
Corporate governance
Armstrong dkk (2015) menyatakan bahwa salah satu pilihan investasi yang memiliki risiko
adalah tax avoidance. Dengan kata lain, Perusahaan mengharapkan laba yang lebih tinggi
dengan menanggung peningkatan risiko melalui tax avoidance (Choi & Park, 2022).
Seorang manajer cenderung melakukan tax avoidance yang lebih tinggi, jika memiliki
kepentingan pribadi yang tinggi (Armstrong dkk, 2015). Selain itu, Chung dkk (2017)
menganalisis hubungan antara tax avoidance dan kepentingan pribadi manajer, dimana
tax avoidance meningkatkan hasil investasi berlebih namun mengurangi profitabilitas
masa depan serta distribusi kekayaan. Tax avoidance meningkatkan kepentingan pribadi
manajer (Choi & Park, 2022). Choi dan Park (2022) mengungkapkan bahwa strategi tax
avoidance Perusahaan tidak mungkin dipertahankan secara terus menerus di masa depan
dan investasi sifatnya sementara untuk mengurangi tax expense, yang termasuk
alternative investasi yang berisiko. Dapat disimpulkan bahwa dimasa depan, tarif pajak
yang lebih tinggi akan dihadapi oleh Perusahaan (Choi & Park, 2022).
Choi dan Park (2022) menjelaskan bahwa Perusahaan mengejar tarif pajak efektif yang
rendah sebagai strategi tax avoidance untuk menurunkan biaya pajak, dapat disimpulkan
bahwa Perusahaan harus menanggung risiko lebih besar, sebagai akibatnya
ketidakpastian tarif pajak efektif Perusahaan dimasa depan akan meningkat. Sulit bagi
Perusahaan untuk terus menerus menjaga beban pajaknya pada tingkat yang rendah dan
jika Perusahaan menurunkan tarif pajak efektif untuk tax avoidance jangka pendek,
volatilitas tarif pajak efektif dimasa depan akan meningkat (Choi & Park, 2022).
Peningkatan volatilitas tarif pajak badan efektif dimasa depan mungkin disebabkan oleh
peningkatan kemungkinan deteksi oleh otoritas pajak, yang mengakibatkan biaya pajak
yang lebih besar berupa pembayaran pajak tambahan dan pemeriksaan pajak dari
otoritas pajak di masa depan (Choi & Park, 2022). Berdasarkan uraian tersebut maka
hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
Komisaris independen mampu berperan dalam mengurangi tingkat tax avoidance yang
ekstrim di Perusahaan (Armstrong dkk, 2015). Goh dkk (2016) mengungkapkan bahwa
terdapat penurunan yang signifikan antara tingkat tax avoidance dan biaya modal, dan
fenomena ini menonjol ketika corporate governance Perusahaan yang baik. Perusahaan
yang memiliki seorang komisaris independen, akan mampu berperan dalam mengurangi
risiko Perusahaan (Choi & Park, 2022).
Kualitas audit merupakan mekanisme good governance efektif dalam rangka memberikan
perlindungan atas tindakan memanfaatkan kesempatan dan penipuan manajer (Gaaya
dkk, 2017; Jihene & Moez, 2019; Lanis & Richardson, 2011). Perusahaan diaudit oleh big
four kemungkinan kecil untuk mengadopsi strategi pajak agresif (Lanis & Richardson,
2011). Selanjutnya, Choi dan Park (2022) menyatakan Perusahaan yang memiliki struktur
dan peran corporate governance yang efektif, mampu mendorong manajemen menjaga
volatilitas tarif pajak Perusahaan yang efektif tetap rendah. Hal tersebut dilakukan karena
terdapat insentif bagi manajemen untuk melakukan pengindaran pajak melalui strategi
pajak yang lebih berkelanjutan (Choi & Park, 2022). Berdasarkan uraian diatas, maka
ditetapkan hipotesis sebagai berikut:
Corporate Governance
Size
Leverage
PTBI
Metode Penelitian
Data sekunder berupa laporan keuangan Perusahaan manufaktur go publik di Indonesia
selama periode pengamatan 5 tahun sejak tahun 2016-2020. Studi ini terdiri dari tiga
variabel utama yaitu tax risk, tax avoidance dan corporate governance dengan
menggunakan struktur komisaris independen, komite audit serta audit quality sebagai
proksi dari corporate governance. Auditor yang terafiliasi dengan big four dianggap
mempunyai kompentensi yang lebih baik daripada non big four (Mulyawati & Munandar,
2022). Selanjutnya varibel control yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran
perusahaan, leverage dan pre-tax book income. Metode purposive sampling digunakan
dalam studi ini, dengan kriteria periode pelaporan berakhir pada bulan Desember dan
Perusahaan dalam kondisi laba baik sebelum dan setelah pajak secara berturut-turut.
Analisis deskriptif variabel kontrol menunjukkan nilai mean ukuran perusahaan (SIZE)
adalah sebesar 15,67, yang berarti bahwa rata-rata Perusahaan nilai manufaktur memiliki
total aset sebesar 15,67 triliun. Selanjutnya, nilai mean leverage (LEVE) sebesar 0,41, yang
berarti 41% aset perusahaan dibiaya melalui utang dan nilai mean pre-tax book income
(PTBI) menunjukkan nilai sebesar 0,14, sehingga dapat diartikan bahwa rata-rata
perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian menghasilkan laba sebelum
pajak sebesar 14% dari total aset yang dimiliki.
Selanjutnya, analisis deskriptif dari variabel corporate governance yang diukur dengan
menggunakan tiga proksi yaitu struktur komisaris independen menunjukkan nilai mean
sebesar 0,39, sehingga dapat diartikan bahwa rata-rata Perusahaan manufaktur yang
menjadi sampel penelitian memiliki komposisi komisaris independen sebesar 39% dari
total komisaris. Hal ini dapat menunjukkan bahwa Perusahaan manufaktur telah
mematuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang
menyatakan bahwa jumlah komisari independen paling sedikit 30% dari jumlah seluruh
anggota dewan komisaris. Komite audit (KA) yang merupakan proksi kedua sebagai
pengukuran corporate governance menunjukkan nilai mean sebesar 3,07, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Perusahaan telah mematuhi ketentuan jumlah komite audit
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan, bahwa jumlah komite
audit paling sedikit tiga orang anggota. Pengukuran corporate governance terakhir
menggunakan kualitas audit (AQ) sebagai proksi menunjukkan mean sebesar 0,61,
sehingga dapat diartikan bahwa 61% Perusahaan yang menjadi sample penelitian diaudit
oleh big-four dan sisanya 29% diaudit oleh akuntan public non big-four.
Tabel 3 menunjukkan hasil pengujian hipotesis 1, dimana variabel tax risk (ETRVol) dapat
dijelaskan oleh variabel tax avoidance (ETR), Leverage (LEVE), pre-tax book income (PTBI),
Ukuran Perusahaan (SIZE), dengan nilai R2 = 0,45. Dengan demikian dapat diartikan 45%
varian tax risk dapat dijelaskan oleh variabel tax avoidance, leverage, pre-tax tax profit
serta ukuran perusahaan sedangkan sisanya 55% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
terdapat di dalam penelitian ini.
Pengujian hipotesis 2 yaitu, variabel tax risk (ETRVol) dipengaruhi oleh variabel tax
avoidance (ETR) yang dimoderasi oleh corporate governance, yang terdiri dari komite
audit (KA), kualitas audit (QA), dan komisaris independen (KI), ukuran perusahaan (SIZE),
leverage (LEVE) dan pre-tax tax profit (PTBI), dengan nilai R2 = 0,49. Dengan demikian,
dapat diartikan 49% varian tax risk (ETRVol) dapat dijelaskan oleh variabel tax avoidance
yang dimoderasi oleh corporate governance, ukuran perusahaan, leverage dan pre-tax tax
profit sedangkan sisanya 51% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat di dalam
penelitian ini.
Hasil analisis uji kesesuaian terhadap pengujian atas hipotesis 2, menunjukkan kecocokan
yang baik (goodness of fit), maka secara simultan variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Tabel 3 menyajikan hasil analisis regresi pengaruh antara ETR Perusahaan yang digunakan
sebagai pengukuran tax avoidance, yaitu variabel independen, dan ETRVol digunakan
sebagai pengukuran tax risk, yang merupakan variabel dependen. Hipotesis 1
memprediksi bahwa ETRVol dan ETR akan memiliki pengaruh negatif yang signifikan,
karena sulit bagi perusahaan untuk memilih strategi tax avoidance yang berkelanjutan.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negative signifikan ETR terhadap
ETRVol, sehingga mendukung hipotesis 1. Koefisien ETR adalah -0,739, yang menunjukkan
nilai negatif signifikan pada level 1%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan
ETR menurunkan ETRVol, atau ketika ETR mengalami penurunan maka terjadi kenaikan
pada ETRVol. Dengan kata lain, ketika tingkat tax avoidance Perusahaan meningkat, tax
risk meningkat, dan ketika tingkat tax avoidance perusahaan menurun, tax risk menurun,
oleh karena itu hasil studi ini mendukung hipotesis. Hasil penelitian ini mendukung agency
theory, dimana tax avoidance yang tinggi akan memberikan keuntungan bagi Perusahaan,
sehingga kekayaan shareholder akan meningkat. Hal tersebut membuat manajer
memperoleh penghargaan atas prestasinya, namun demikian tindakan ini sifatnya
sementara dimana dimasa mendatang Perusahaan memiliki risiko dan akan ditanggung
oleh shareholder. Selain itu, hasil studi ini searah dengan positive accounting theory yang
mencoba menjelaskan dan memprediksi dari praktik akuntansi Perusahaan. Hal
ditunjukkan bahwa informasi akuntansi berupa tax avoidance dapat digunakan sebagai
prediksi terhadap risiko perusahaan dimasa mendatang, kondisi ini sejalan dengan tujuan
dari laporan keuangan adalah sebagai dasar dari pengambilan keputusan. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Hasan dkk (2014), Goh dkk (2016), Ghafoori dan Rahmani
(2017) yang menyatakan bahwa tax avoidance berpengaruh terhadap tax risk
Perusahaan. Namun demikian, hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Choi
dan Park (2022), Bauer dan Klassen (2014) yang menyatakan yang menemukan bahwa
tidak terdapat pengaruh tax avoidance dan tax risk.
Hasil pengujian terhadap variabel control menunjukkan bahwa rasio leverage (LEVE) yang
merupakan variabel control ditemukan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
volatilitas effective tax rate, selanjutnya pre-tax income (PTBI) berpengaruh negative dan
signifikan, sedangkan variabel ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh terdapat
volatilitas effective tax rate. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tax risk dipengaruhi
oleh leverage dan profitabilitas Perusahaan.
Corporate governance sebagai variabel moderasi yang diproksikan dengan komite audit,
kualitas audit dan struktur dewan komisaris. Analisis pertama menunjukkan hasil ketika
komite audit digunakan sebagai ukuran corporate governance. Nilai koefisien ETR*KA
adalah 0,309, yang bernilai positif dan signifikan. Hasil tersebut dapat intepretasikan
bahwa keberadaan komite audit tidak mampu menekan atau mencegah adanya
ketidakpastian tarif pajak perusahaan di masa depan, yang disebabkan oleh tax
avoidance. Kondisi tersebut disebabkan mereka telah dikendalikan oleh manajemen,
sebagai akibat kesejahteraan yang telah diberikan oleh manajemen, sehingga mereka
Analisis moderasi corporate governance kedua dengan menggunakan proksi kualitas audit
sebagai ukuran, menunjukkan nilai koefisien ETR*QA adalah negatif sebesar -0,155 dan
signifikan. Hasil ini dapat diartikan bahwa ketidakpastian tarif pajak badan efektif dimasa
depan yang disebabkan oleh tarif pajak badan efektif dapat ditekan dengan adanya
struktur corporate governance perusahaan yang baik. Hal tersebut membuktikan bahwa
kualitas audit merupakan mekanisme corporate governance yang efektif sebagai
pengawasan dan pengendalian para manajer. Penggunaan auditor yang berkualitas
memperkecil peluang manajer melakukan tindakan yang dapat merugikan Perusahaan
dimasa mendatang, dengan menjauhi tindakan tax avoindance, karena hal tersebut
memiliki risiko kedepan bagi Perusahaan. Selain itu, auditor berkualitas tidak memiliki
ketertarikan dengan aktivitas tax avoidance, karena hal tersebut berpotensi merusak
reputasi dari auditor, sehingga mereka akan mencoba mendeteksi praktik berisiko
tersebut demi nama baiknya. Hasil studi ini menguatkan studi sebelumnya yang
menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh negative terhadap tindakan yang beriko
dimasa mendatang (Gaaya dkk, 2017; Jihene & Moez, 2019; Lanis & Richardson, 2011).
Hasil analisis moderasi corporate governance pada pengaruh tax avoidance dan tax risk
mendukung agency theory, yang menyatakan bahwa dalam rangka meminimalisir atau
menekan adanya agency cost yang ditanggung oleh principal, maka harus ada monitoring
cost yang merupakan biya yang harus ditanggung principal untuk melakukan pengawasan
terhadap perilaku manajer, selain itu adanya residual loss dalam rangka penerapan
corporate governance.
Keterbatasan Penelitian
Studi ini memiliki keterbatasan atau limitasi yang perlu diperbaiki. Pertama studi ini hanya
berfokus pada industry manufaktur yang belum tentu menggambarkan kondisi industri
secara menyeluruh, sehingga penelitian dimasa mendatang dapat menambah industry
lain sehingga dapat memperkaya pengetahuan yang lebih luas mengenai varibel yang
mempengaruhi risiko pajak perusahaan. Selain itu, studi ini hanya mempertimbangkan
pengukuran tax avoidance hanya menggunakan proksi effective tax rate, serta
pengukuran komite audit, struktur dewan komisaris dan audit quality sebagai pengukuran
dari corporate governance. Penelitian di masa depan dapat mempertimbangkan
pengukuran tax avoidance dengan proksi lain seperti cash effective tax rate, discretionary
permanent book-tax differences. Selanjutnya kompensasi manajemen, rasio kepemilikan
asing, independensi dewan direksi, serta corporate government index sebagai
pengukuran dari corporate governance.
Kesimpulan
Hasil studi ini membuktikan bahwa tingkat tax avoidance yang tinggi akan meningkatkan
tax risk suatu Perusahaan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa risiko yang dihadapi oleh
Perusahaan ketika tax avoidance meningkatkan adalah kemungkinan pemeriksaan pajak
oleh fiskus, meningkatkan kemungkinan membayar biaya pajak yang lebih tinggi karena
pemeriksaan pajak, dan denda dari kantor pajak. Selain itu, tax avoidance merupakan
metode yang sifatnya sementara dan tidak dapat digunakan Perusahaan secara terus
menerus pada masa depan. Dengan kata lain, tax avoidance yang dilakukan oleh
Perusahaan merupakan alternative investasi yang berisiko tinggi. Sehingga berbagai
pendekatan harus diambil dalam meneliti efek tax avoidance terhadap tax risk di masa
depan.
Daftar Pustaka
Annuar, H. A., Salihu, I. A., & Obid, S. N. S. (2014). Corporate Ownership, Governance and
Tax Avoidance: An Interactive Effects. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 164, 150–
160. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.11.063
Arfiansyah, Z. (2021). Pengaruh Penghindaran Pajak dan Risiko Pajak Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Komisaris Independen Sebagai Pemoderasi. Jurnal Pajak Indonesia
(Indonesian Tax Review), 4(2), 67–76. https://doi.org/10.31092/jpi.v4i2.1436
Armstrong, C. S., Blouin, J. L., Jagolinzer, A. D., & Larcker, D. F. (2015). Corporate
governance, incentives, and tax avoidance. Journal of Accounting and Economics, 60(1), 1–
17. https://doi.org/10.1016/j.jacceco.2015.02.003
Bauer, A. M., & Klassen, K. J. (2014). Estimating Downside Tax Risk Using Large Unfavorable
Tax Payments. SSRN Electronic Journal. https://doi.org/10.2139/ssrn.2379666
Carolina, V., Oktavianti, & Hidayat, V. S. (2021). Tax Avoidance, Tax Reporting
Aggresiveness, Tax Risk, & Corporate Risk. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia,
Ibrahim, R., T, S., & Rusydi, M. K. (2021). The influence factors of tax avoidance in Indonesia.
International Journal of Research in Business and Social Science, 10(5), 1–10.
https://doi.org/10.20525/ijrbs.v10i5.1295
Jihene, F., & Moez, D. (2019). The Moderating Effect of Audit Quality on CEO
Compensation and Tax Avoidance: Evidence from Tunisian Context. International
Journal of Economics and Financial Issues, 9(1), 131–139. Diakses dari
https://doi.org/10.32479/ijefi.7355
Keynes, J. M. (1937). The General Theory of Employment. The Quarterly Journal of Economics,
51(2), 209. https://doi.org/10.2307/1882087
Klapper, L. F., & Love, I. (2004). Corporate governance, investor protection, and performance
in emerging markets. Journal of Corporate Finance, 10(5), 703–728.
https://doi.org/10.1016/s0929-1199(03)00046-4
La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A., & Vishny, R. (2000). Investor protection and
corporate governance. Journal of Financial Economics, 58(1–2), 3–27.
https://doi.org/10.1016/s0304-405x(00)00065-9
Lanis, R., & Richardson, G. (2011). The effect of board of director composition on corporate
tax aggressiveness. Journal of Accounting and Public Policy, 30(1), 50–70.
https://doi.org/10.1016/j.jaccpubpol.2010.09.003
Leuz, C., Nanda, D., & Wysocki, P. D. (2003). Earnings management and investor protection:
an international comparison. Journal of Financial Economics, 69(3), 505–527.
https://doi.org/10.1016/s0304-405x(03)00121-1
Li, C., Wang, Y., Wu, L., & Xiao, J. Z. (2013). Political connections and tax-induced earnings
management: evidence from China. The European Journal of Finance, 22(4–6), 413–431.
https://doi.org/10.1080/1351847x.2012.753465
Malinda, K. P., Sintha, L., Munandar, A., & Bertuah, E. (2022). The Influence of Political
Connections, and Good Corporate Governanceon Tax Aggressiveness. American
International Journal of Business Management (AIJBM), 5(04), 106-110. Diakses dari
https://www.aijbm.com/the-influence-of-political-connections-and-good-corporate-
governanceon-tax-aggressiveness/
Maswani, Negoro, D. A., & Syah, T. Y. R. (2021). The Analysis of Factors Related to the
Company Performance with Capital Structure as an Intervening Variable in the
Transportation Industry in Indonesia. Budapest International Research and Critics Institute-
Journal, 4(3), 4736-4752. Diakses dari https://bircu-
journal.com/index.php/birci/article/view/2256
Mulyawati, A., & Munandar, A. (2022). Audits Quality In Mediating Profitability, Liquidity,
Audit Lag, Prior Opinion On Accepting Going Concern Audits. Interdisciplinary Social
Studies, 1(8). https://doi.org/10.55324/iss.v1i8.178
Neuman, S. S., Omer, T. C., & Schmidt, A. P. (2020). Assessing Tax Risk: Practitioner
Perspectives. Contemporary Accounting Research, 37(3), 1788–1827.
https://doi.org/10.1111/1911-3846.12556
Park, J., Ko, C. Y., Jung, H., & Lee, Y.-S. (2015). Managerial ability and tax avoidance: evidence
from Korea. Asia-Pacific Journal of Accounting & Economics, 23(4), 449–477.
https://doi.org/10.1080/16081625.2015.1017590
Putra, P. D., Zainal, A., Thohiri, R., & Harahap, K. (2019). Factors Affecting Tax Avoidance
In Indonesia And Singapore Practices: A View From Agency Theory. Labuan Bulletin of
International Business and Finance (LBIBF), 17(2), 24–40. Diakses dari
https://jurcon.ums.edu.my/ojums/index.php/lbibf/article/view/2537
Putri, A. V., & Prasetyo, K. (2021). The Effect of Good Corporate Governance Mechanism
on Earnings Management in Lq-45 Companies. Contemporary Economics, 14(4), 545-554.
Diakses dari https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=3846777
Rofik, A., & Syah, T. Y. R. (2020). The Effect Of Fuel Mix, Moderated By Indonesia Crude
Price And Foreign Exchange, And Power Losses On Profitability Of Pt Pln (Persero).
International Journal of Energy Economics and Policy, 10(4), 377–383.
https://doi.org/10.32479/ijeep.9575
Sari, D. K., Utama, S., & Rossieta, H. (2017). Tax Avoidance, Related Party Transactions,
Corporate Governance And The Corporate Cash Dividend Policy. Journal of Indonesian
Economy and Business, 32(3), 190. https://doi.org/10.22146/jieb.28658
Setiawati, R. A., & Ammar, M. (2022). Analisis Determinan Tax Avoidance Perusahaan Sektor
Pertambangan di Indonesia. Jurnal Manajemen Dan Inovasi (MANOVA), 5(2), 92–105.
https://doi.org/10.15642/manova.v5i2.894
Suraya, L., & Gantino, R. (2022). Comparison of the Influence of Good Corporate
Governance, Return on Asset, Net Profit Margin on Company Value with Corporate
Social Responsibility as Moderating Variables (Empirical Study on Banking and Mining
Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange 2016-2020). East African Scholars
Journal of Economics, Business and Management, 5(1), 22–34.
https://doi.org/10.36349/easjebm.2022.v05i01.004
Warastri, R. M. G., & Suryaningrum, D. H. (2022). Pengaruh tax avoidance, tax reporting
aggressiveness, dan tax risk terhadap risiko perusahaan. Fair Value: Jurnal Ilmiah
Akuntansi Dan Keuangan, 5(2), 895–908. https://doi.org/10.32670/fairvalue.v5i2.2081
Yohana, B., Darmastuti, D., & Widyastuti, S. (2022). Penghindaran Pajak Di Indonesia:
Pengaruh Transfer Pricing dan Customer Concentration Dimoderasi Oleh Peran
Komisaris Independen. Reviu Akuntansi Dan Bisnis Indonesia, 6(1), 112–129.
https://doi.org/10.18196/rabin.v6i1.13468