PENDAHULUAN
Antibiotik adalah salah satu obat yang paling umum diresepkan oleh dokter gigi,
baik sebagai terapi infeksi odontogenik dan sebagai profilaksis untuk mencegah infeksi
antibiotik sebelum atau selama prosedur pembedahan untuk mencegah episode ILO.
sekunder didefinisikan sebagai pencegahan kekambuhan atau reaktivasi infeksi yang sudah
ada sebelumnya; dan eradikasi mengacu pada penghapusan kolonisasi organisme untuk
mencegah perkembangan infeksi. Menurut definisi kasus ini, sebagian besar antibiotic
profilaksis dalam kedokteran gigi terdiri dari profilaksis primer atau sekunder.1
sebelum melakukan operasi untuk mengurangi risiko infeksi pasca-operasi, tidak termasuk
dekolonisasi pra-operasi atau pengobatan infeksi yang sudah ada.1,2 Menurut Peraturan
penggunaan antibiotik sebelum, selama, dan paling lama 24 jam pascaoperasi pada kasus
yang secara klinis tidak memperlihatkan tanda infeksi dengan tujuan mencegah terjadinya
infeksi luka daerah operasi. Penggunaan antibiotik yang efektif untuk mencegah infeksi
sangat penting untuk mengurangi risiko terkait prosedur bedah. Kualitas antibiotik
lokal.3,4
Sebagai prinsip umum, peresepan antibiotik profilaksis harus masuk akal dan
populasi umum.1
Kriteria antibiotik profilaksis dalam pembedahan yang tepat meliputi tepat indikasi,
tepat jenis antibiotik, tepat dosis, tepat rute, tepat waktu, dan durasi pemberian antibiotik. 3
Semua prosedur bedah memiliki risiko infeksi. Namun, manfaat peresepan antibiotik
profilaksis harus seimbang terhadap potensi risiko penggunaan antibiotik, termasuk reaksi
aureus (MRSA) terus meningkat. Tahun 2014, persentase MRSA di Eropa berkisar 0,9%
hingga 56%, sedangkan di Irlandia pada tahun 2017 sebesar 16,3%. Obat-obatan profilaksis
menyebabkan infeksi, tetapi tidak harus membunuh atau melemahkan seluruh patogen.1,2
primer, profilaksis sekunder, atau eradikasi. Profilaksis infeksi primer mengacu pada
pencegahan infeksi awal. Profilaksis sekunder mengacu pada pencegahan kekambuhan atau
reaktivasi infeksi yang sudah ada. Eradikasi mengacu pada eliminasi organisme yang
pasien. Beberapa kondisi medis dapat menyebabkan keadaan yang mengakibatkan infeksi
setelah prosedur tertentu. Pada pasien anak, American Academy of Pediatric Dentistry
(AAPD) menyebutkan banyak kondisi medis yang dapat menyebabkan infeksi bakterimia
pada anak, untuk menghindari terjadinya kondisi ini maka pemberian antibiotik profilaksis
bakterimia.4
Streptococcus Viridans)
b. Bakteri aerob dan anaerob yang terdeteksi pada bakteremia yang berasal
dari mulut-gigi, bakteri yang terlibat dalam odontogen infeksi
a. Patogen periodontal yang tidak dapat dibiakkan atau sulit diisolasi, mis.
periodontitis berat.
spp (ini adalah bakteri anaerob yang paling umum pada infeksi gigi
Sekitar 50% dari bakteri ini menghasilkan enzim yang tidak aktif (ß-
campuran.
Untuk pasien dengan kondisi berisiko tinggi yang, semua prosedur gigi yang
melibatkan manipulasi jaringan gingiva atau daerah periapikal gigi atau perforasi
mukosa mulut masuk akal untuk pemberian profilaksis gigi. Peristiwa dan
prosedur seperti injeksi anestesi rutin melalui jaringan yang tidak terinfeksi,
pencabutan gigi sulung, dan perdarahan dari trauma pada bibir atau mukosa mulut
parenteral
yang tercantum dalam Tabel 2 adalah untuk semua prosedur gigi yang profilaksis
1. Cherry JD, Harrison GJ, Kaplan SL, Steinbach WJ, Hotez PJ. Feigin & Cherry’s
Textbook of Pediatric Infectious Diseases. 7th ed. United States of America: Elsevier Inc;
2014.
2. Rasyid HN. Prinsip pemberian antibiotik profilaksis pada pembedahan. In: Seminar
Pencegahan & Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, di RSUP Hasan Sadikin. 2008. p. 1–7.
3. Vera JRM, María Luisa Gómez-Lus Centelles. Antimicrobial prophylaxis in oral surgery
and dental procedures. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2007;12:44–52.
4. Clinical practice guideline, Review Council. Guideline on Antibiotic Prophylaxis for
Dental Patients at Risk for Infection. AAPD reference manual. V.38. no. 6. 2014