Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Antibiotik adalah salah satu obat yang paling umum diresepkan oleh dokter gigi,

baik sebagai terapi infeksi odontogenik dan sebagai profilaksis untuk mencegah infeksi

lokasi operai (ILO). Profilaksis antibiotik perioperatif didefinisikan sebagai pemberian

antibiotik sebelum atau selama prosedur pembedahan untuk mencegah episode ILO.

Beberapa penulis membedakan antara profilaksis primer, profilaksis sekunder dan

eradikasi. Profilaksis primer didefinisikan sebagai pencegahan infeksi awal; profilaksis

sekunder didefinisikan sebagai pencegahan kekambuhan atau reaktivasi infeksi yang sudah

ada sebelumnya; dan eradikasi mengacu pada penghapusan kolonisasi organisme untuk

mencegah perkembangan infeksi. Menurut definisi kasus ini, sebagian besar antibiotic

profilaksis dalam kedokteran gigi terdiri dari profilaksis primer atau sekunder.1

Antibiotik profilaksis pra-operasi didefinisikan sebagai pemberian antibiotik

sebelum melakukan operasi untuk mengurangi risiko infeksi pasca-operasi, tidak termasuk

dekolonisasi pra-operasi atau pengobatan infeksi yang sudah ada.1,2 Menurut Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Program

Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit, antibiotik profilaksis bedah adalah

penggunaan antibiotik sebelum, selama, dan paling lama 24 jam pascaoperasi pada kasus

yang secara klinis tidak memperlihatkan tanda infeksi dengan tujuan mencegah terjadinya

infeksi luka daerah operasi. Penggunaan antibiotik yang efektif untuk mencegah infeksi

sangat penting untuk mengurangi risiko terkait prosedur bedah. Kualitas antibiotik

profilaksis perlu dimaksimalkan. Peresepan optimal antibiotik profilaksis untuk

pembedahan idealnya sesuai pedoman penggunaan antibiotik profilaksis atau pedoman

lokal.3,4

Sebagai prinsip umum, peresepan antibiotik profilaksis harus masuk akal dan

berbobot berdasarkan analisis risiko-manfaat, dengan pertimbangan juga diberikan pada


konsekuensi pemberian yang tidak perlu pada peningkatan resistensi antimikroba di antara

populasi umum.1

Kriteria antibiotik profilaksis dalam pembedahan yang tepat meliputi tepat indikasi,

tepat jenis antibiotik, tepat dosis, tepat rute, tepat waktu, dan durasi pemberian antibiotik. 3

Semua prosedur bedah memiliki risiko infeksi. Namun, manfaat peresepan antibiotik

profilaksis harus seimbang terhadap potensi risiko penggunaan antibiotik, termasuk reaksi

alergi, dan resistensi antibiotik. 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Pemilihan Antibiotik Profilaksis

Penggunaan antibiotik yang bijak sangat diperlukan karena prevalensi

terjadinya resistensi terhadap antibiotik tertentu, seperti meticillin-resistant Staphylococcus

aureus (MRSA) terus meningkat. Tahun 2014, persentase MRSA di Eropa berkisar 0,9%

hingga 56%, sedangkan di Irlandia pada tahun 2017 sebesar 16,3%. Obat-obatan profilaksis

harus diarahkan terhadap organisme yang mempunyai kemungkinan terbesar dapat

menyebabkan infeksi, tetapi tidak harus membunuh atau melemahkan seluruh patogen.1,2

Profilaksis memiliki arti pencegahan dan dapat dibedakan sebagai profilaksis

primer, profilaksis sekunder, atau eradikasi. Profilaksis infeksi primer mengacu pada

pencegahan infeksi awal. Profilaksis sekunder mengacu pada pencegahan kekambuhan atau

reaktivasi infeksi yang sudah ada. Eradikasi mengacu pada eliminasi organisme yang

melakukan kolonisasi untuk mencegah berkembang menjadi infeksi.3

Penggunaan antibiotic profilaksis didasarkan pada kebutuhan masing-masing

pasien. Beberapa kondisi medis dapat menyebabkan keadaan yang mengakibatkan infeksi

setelah prosedur tertentu. Pada pasien anak, American Academy of Pediatric Dentistry

(AAPD) menyebutkan banyak kondisi medis yang dapat menyebabkan infeksi bakterimia

pada anak, untuk menghindari terjadinya kondisi ini maka pemberian antibiotik profilaksis

direkomendeasikan ketika pasien menjalani prosedur yang beresiko mengakibatkan

bakterimia.4

Pemilihan spektrum antimikroba yang digunakan untuk profilaksis harus

mempertimbangkan hal-hal berikut:3

a. Bakteri yang biasanya ada di mulut (patogen potensial seperti

Streptococcus Viridans)

b. Bakteri aerob dan anaerob yang terdeteksi pada bakteremia yang berasal
dari mulut-gigi, bakteri yang terlibat dalam odontogen infeksi

c. Semua bakteri yang terlibat dalam komplikasi lokal dan sistemik.


Tiga jenis bakteri harus dipertimbangkan, mengingat signifikansi klinisnya:3

a. Patogen periodontal yang tidak dapat dibiakkan atau sulit diisolasi, mis.

Treponema seperti T. denticola (dan spirochaeta lainnya), yang sensitif

terhadap penisilin dan menunjukkan spesifisitas aetiopatogenik untuk

periodontitis berat.

b. Bakteri gram negatif anaerob seperti Prevotella spp dan Fusobacterium

spp (ini adalah bakteri anaerob yang paling umum pada infeksi gigi

seperti periodontitis, pericoronaritis, abses periodontal dan periapikal).

Sekitar 50% dari bakteri ini menghasilkan enzim yang tidak aktif (ß-

laktamase). Beberapa dari mereka juga terdeteksi pada bakteremia

campuran.

c. Bakteri gram positif aerobik seperti Streptococcus viridans,

bertanggung jawab untuk bakteremia pasca operasi dalam prosedur oral

dan komplikasi jauh seperti endokarditis.

Untuk pasien dengan kondisi berisiko tinggi yang, semua prosedur gigi yang

melibatkan manipulasi jaringan gingiva atau daerah periapikal gigi atau perforasi

mukosa mulut masuk akal untuk pemberian profilaksis gigi. Peristiwa dan

prosedur seperti injeksi anestesi rutin melalui jaringan yang tidak terinfeksi,

pengambilan radiografi gigi, penempatan atau pelepasan peralatan prostodontik

atau ortodontik, penyesuaian peralatan ortodontik, penempatan braket ortodontik,

pencabutan gigi sulung, dan perdarahan dari trauma pada bibir atau mukosa mulut

tidak memerlukan profilaksis. Rekomendasi untuk rejimen antibiotik oral dan

parenteral
yang tercantum dalam Tabel 2 adalah untuk semua prosedur gigi yang profilaksis

giginya wajar untuk orang dengan kondisi berisiko tinggi.1

Tabel 2 Regimen Antimikroba Profilaksis untuk Prosedur Gigi3


DAFTAR PUSTAKA

1. Cherry JD, Harrison GJ, Kaplan SL, Steinbach WJ, Hotez PJ. Feigin & Cherry’s
Textbook of Pediatric Infectious Diseases. 7th ed. United States of America: Elsevier Inc;
2014.
2. Rasyid HN. Prinsip pemberian antibiotik profilaksis pada pembedahan. In: Seminar
Pencegahan & Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, di RSUP Hasan Sadikin. 2008. p. 1–7.
3. Vera JRM, María Luisa Gómez-Lus Centelles. Antimicrobial prophylaxis in oral surgery
and dental procedures. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2007;12:44–52.
4. Clinical practice guideline, Review Council. Guideline on Antibiotic Prophylaxis for
Dental Patients at Risk for Infection. AAPD reference manual. V.38. no. 6. 2014

Anda mungkin juga menyukai