Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Partisipasi
sebagai tingkat keterlibatan manajer dalam penyiapan anggaran dan besarnya pengaruh
Definisi yang lebih rinci mengenai partisipasi diberikan Brownell (1982) dalam Fazli
dan Muslim (2006:6) yaitu suatu proses di mana individu-individu didalamnya terlibat
dan mempunyai pengaruh atas penyusunan target anggaran, yang kinerjanya akan
dievaluasi, dan mungkin dihargai atas dasar pencapaian target anggaran mereka.
Sementara, Chong (2002) dalam Bonardi dan Rangga (2006:5) menyatakan bahwa
Menurut Brownell dan MCInnes, (1982) dalam Fazli dan Muslim (2006:6-7),
10
merupakan faktor utama yang membedakan anggaran partisipatif dan non partisipatif.
negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran yang menurut mereka dapat
dicapai.
terlibat dan disertai komitmen terhadap keputusan yang dihasilkan. Jika dikaitkan
menentukan sasaran-sasaran operasional dan penetapan kinerja dan tujuan yang akan
dicapai. Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran diklaim oleh sebagian besar
orang sebagai obat mujarab untuk memenuhi kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi
keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak di mana keputusan tersebut akan
memiliki dampak masa depan terhadap mereka yang membuatnya, dengan demikian
menengah dan bawah dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada penentuan
11
2.1.2 Manfaat Partisipasi dalam Proses Penyusunan Anggaran
Menurut Darlis (2002:27), salah satu manfaat dari partisipasi yang berhasil
adalah bahwa partisipan menjadi terlibat secara emosi dan bukan hanya tugas dalam
pekerjaan mereka. Partisipan dapat meningkatkan moral dan mendorong inisiatif yang
(2004: 78), tujuan organisasi yang dibantu penetapannya oleh orang-orang tersebut
kemudian akan dipandang sebagai tujuan yang selaras dengan tujuan pribadi mereka.
Proses ini disebut dengan internalisasi tujuan. Kurangnya internalisasi tujuan dapat
menimbulkan konflik antara tujuan pribadi individual dan tujuan yang terkait dengan
organisasi, dan ketika terdapat tingkat kesatuan kelompok yang tinggi, maka
persyaratan untuk efisiensi yang maksimal dalam pencapaian tujuan akan tercapai.
dan kegelisahan yang berhubungan dengan anggaran. Hal ini disebabkan karena orang
yang berpartisipasi dalam penetapan tujuan mengetahui bahwa tujuan tersebut wajar
dan dapat dicapai. Sedangkan menurut Abdur (2004:29), partisipasi juga dapat
menurunkan ketidakadilan yang dipandang ada dalam alokasi sumber daya organisasi
antara sub-unit organisasi, serta reaksi negatif yang dihasilkan dari persepsi semacam
itu. Adanya proses negosiasi dan banyaknya diskusi anggaran yang terjadi dalam rapat,
manajer akan menyadari masalah dari rekan-rekannya di unit organisasi lainnya dan
12
memiliki pemahaman yang lebih baik atas saling ketergantungan antar departemen.
Dengan demikian, banyak masalah potensial yang berkaitan dengan anggaran dapat
dihindari.
tidak sama satu organisasi dengan organisasi yang lain. Tidak ada pandangan yang
seragam mengenai siapa saja yang harus turut berpartisipasi, seberapa dalam mereka
terlibat dalam pengambilan keputusan (Siegel dan Marconi, 1989 dalam Bornadi dan
1. Partisipan (orang yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran) menjadi ego-
13
Meskipun partisipasi mempunyai banyak manfaat, bukan berarti partisipasi
berhasil adalah tidak ada usaha serius yang dibuat untuk menjamin partisipasi dan
kerjasama dari para manajer tingkat bawah dan karyawan. Agar partisipasi menjadi
efektif, partisipasi harus memiliki input riil terhadap keputusan dan pandangan mereka
harus memiliki bobot tertentu dalam hasil akhir. Jika, saran-saran anggaran dari orang-
orang ditolak oleh tingkat yang lebih tinggi tanpa penjelasan sama sekali, atau dengan
pernyataan yang fasih bahwa saran tersebut tidak sesuai dengan tujuan manajemen
puncak, maka partisipasi akan dipandang sebagai suatu kepura-puraan. Orang akan
menjadi kecewa. Jika hal ini terjadi, sikap negatif atau bermusuhan terhadap
manajemen akan berkembang, dan hal tersebut mungkin memberikan sinyal terhadap
Partisipasi dapat diterapkan secara efektif, jika manajemen puncak serta para
dalam organisasi mereka, jika hal tersebut telah dilakukan partisipasi akan berhasil
14
bahkan dalam organisasi yang paling demokratis dan desentralisasi sekalipun,
1. Setiap orang pada semua tingkatan organisasi diakui sebagai anggota tim yang
2. Setiap orang yang berkaitan langsung dengan suatu aktifitas mempunyai kedudukan
orang tersebut, sebaliknya orang kurang terdorong untuk mencapai anggaran yang
sehingga jika mereka tidak dapat mencapai anggaran, maka yang harus mereka
salahkan adalah diri mereka sendiri. Di sisi lain, jika anggaran dialirkan dari atas
mereka akan selalu berdalih bahwa anggarannya tidak masuk akal atau tidak
2.2 Anggaran
15
tertentu serta taksiran sumber daya yang diperlukan Munawir (1995:47).
rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif
dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu.
terlalu rendah atau terlalu tinggi. Anggaran yang dibuat terlalu rendah tidak
hanyalah angan-angan
(direksi).
d. Untuk membuat laporan realisasi anggaran diperlukan laporan yang akurat dan
tepat waktu, sehingga apabila terjadi penyimpangan yang merugikan dapat segera
Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda-beda tentang arti anggaran yang
sebenarnya, berikut ini adalah beberapa pendefinisian tentang apa yang dimaksud
16
dengan anggaran. Anggaran merupakan alat perencanaan manajerial dalam bentuk
kuantitatif yang normal tentang rencana manajemen (Horngren, 1996: 188). Anggaran
merupakan pernyataan estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu
yang akan dievaluasi. Sementara itu, menurut Kennis (1979) dalam Fazli dan Muslim
anggaran.
kinerja operasi. Penyusunan anggaran secara partisipatif kinerja para manajer akan
meningkat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar
tujuan atau standar yang ditetapkan, dan karyawan juga memiliki rasa tanggungjawab
pribadi untuk mencapainya karena mereka ikut serta terlibat dalam penyusunannya
(Milani dalam Ratnawati Kurnia, 1975). Semakin tinggi tingkat keterlibatan manajer
2000).
17
2.2.1 Fungsi Anggaran
dan juga sebagai pedoman kerja dalam menjalankan perusahaan untuk tujuan yang
1. Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen dan fungsi ini merupakan
2. Fungsi Pengawasan
3. Fungsi Koordinasi
18
4. Anggaran Sebagai Pedoman Kerja
pengalaman masa lalu dan taksiran pada masa yang akan datang dapat dijadikan
kegiatannya.
manajer dan karyawan, agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien
19
2.2.2 Proses Penyusunan Anggaran
Menurut Ikhsan dan Ishak (2005:161), ada tiga tahapan utama dalam proses
1. Penetapan Tujuan
2. Implementasi
tujuan dan strategi organisasi, serta untuk memotivasi orang secara positif dalam
elemen kunci dalam sistem pengendalian. Anggaran menjadi tolok ukur terhadap
20
2.3. Motivasi
intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Siagian (2002:56)
proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok
kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga
dapat diartikan sebagai dorongan (driving force), dimaksudkan sebagai desakan yang
dengan tingkat usaha yang dilakukan seseorang dalam mengejar suatu tujuan, motivasi
terhadap sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri
karyawan agar tumbuh dorongan untuk bekerja dan tujuan yang dikehendaki oleh
karyawan tercapai.
21
2.3.2 Teori Motivasi
yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri seseorang.
dari rasa puasnya. Kebutuhan merupakan hal yang mendasari perilaku karyawan.
Teori motivasi yang sangat terkenal adalah teori kebutuhan yang dikemukakan
oleh Abraham Maslow. Menurut Maslow (1980) dalam Septianto (2010:24), pada
setiap diri manusia itu terdiri dari lima kebutuhan yaitu: kebutuhan secara fisiologis,
b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya,
22
d. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati, dan dihargai oleh
orang lain.
theory of needs (1987) dalam Septianto (2010:26), memfokuskan kepada tiga hal
yaitu:
b. Kebutuhan dalam kekuasaan atau otoritas kerja (need for power), kebutuhan
untuk membuat orang berperilaku dalam keadaan yang wajar dan bijaksana di
c. Kebutuhan untuk berafiliasi (needs for affiliation), hasrat untuk bersahabat dan
mengenal lebih dekat rekan kerja atau para karyawan di dalam organisasi.
negatif dengan tanda label X dan positif dengan tanda label Y (1987). Setelah
23
(1987) dalam Septianto (2010:27), merumuskan asumsi-asumsi dan perilaku manusia
a. Karyawan sebenarnya tidak suka bekerja, jika ada kesempatan dia akan
b. Semenjak karyawan tidak suka atau tidak menyukai pekerjaannya, mereka harus
diatur dan dikontrol bahkan mungkin ditakuti untuk menerima sanksi hukum jika
sebisa mungkin.
ambisi.
a. Karyawan dapat memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang wajar, lumrah dan
alamiah baik tempat bermain atau beristirahat, dalam artian berdiskusi atau
b. Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengontrolan diri sendiri, jika mereka
24
c. Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas dan inovatif adalah
tersebar secara meluas di berbagai kalangan tidak hanya selalu dari kalangan top
Jadi, teori McGregor ini lebih memihak kepada asumsi-asumsi Y atau positive side
Menurut Edward (1989) Septianto (2010:30), teori ERG menyebutkan ada tiga
dan pertumbuhan (growth), karena itu disebut sebagai teori ERG, yang berupa:
masyarakat.
menerus.
25
a. Motivasi Langsung (direct motivation)
Motivasi langsung adalah motivasi baik materil maupun non materil yang
kepuasan karyawan. antara lain berupa: pujian, bonus, penghargaan, bintang jasa dan
lain sebagainya. Hal ini akan membantu karyawan dalam memacu semangat dalam
bekerja, dan secara tidak langsung akan membantu perusahaan dalam mencapai
tujuannya.
penempatan yang tepat, suasana kerja yang kondusif, mesin pendukung yang baik,
bagian yaitu:
a. Motivasi Positif
hadiah kepada yang mampu berprestasi di atas standar kerja, sehingga meningkatkan
26
b. Motivasi Negatif
hukuman. Motivasi ini jika digunakan dalam jangka waktu pendek, akan efektif.
Tetapi jika terus menerus dilakukan atau berlaku dalam jangka waktu yang panjang,
akan berdampak kurang baik bagi diri karyawan, sehingga akan mempengaruhi
maka indikator yang dapat digunakan adalah perilaku karyawan yang mencerminkan
prestasi dan hasil kerja yang baik; d) ketabahan dan kejujuran dalam bekerja dan e)
Menurut Sukanto (2000:151), lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada
di sekitar pekerja yang dapat mempengaruhi dalam bekerja. Lingkungan kerja meliputi
dan pengaturan keamanan tempat kerja. Menurut Nitisemito (2002: 25) lingkungan
kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan dapat mempengaruhi
27
Lingkungan kerja adalah suatu keadaan lingkungan fisik dan nonfisik dari
suatu pekerjaan. Faktor-faktor dari lingkungan kerja antara lain jam kerja, keamanan,
sehat, bersih dan tenang akan melancarkan pekerjaan dan sangat membantu
pelaksanaan tugas dengan baik. Lingkungan kerja yang sehat dan baik juga dapat
yang secara langsung mempunyai hubungan yang signifikan dengan pekerjaan yang
dilakukan oleh setiap karyawan, seperti gedung tempat karyawan bekerja, peralatan
yang dibutuhkan karyawan untuk bekerja. Kondisi gedung yang baik akan dapat
mendorong para karyawan untuk dapat bekerja dengan baik. Namun, apabila gedung
yang digunakan tidak memenuhi syarat yang ditentukan, misalnya kurang ventilasi,
penerangan dan sebagainya, maka akan dapat menurunkan semangat kerja karyawan.
Demikian juga dengan penyediaan sarana yang dibutuhkan oleh para pekerja. Semakin
Sebaliknya, jika peralatan yang digunakan kurang memenuhi standar yang ditentukan,
misalnya sering macet atau rusak, sudah ketinggalan zaman, akan dapat menurunkan
kinerja karyawan. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas manajemen untuk
28
menyediakan lingkungan kerja yang memadai atau memenuhi standar, sehingga
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang berbentuk fisik yang
terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara
Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan
dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan
1) Penerangan
Penerangan adalah cukupnya sinar yang masuk ke dalam ruang kerja masing-
masing karyawan perusahaan. Penerangan yang ada harus sesuai dengan kebutuhan,
tidak terlalu terang tetapi juga tidak terlalu gelap. Dengan sistem penerangan yang baik
29
diharapkan karyawan akan menjalankan tugasnya dengan lebih teliti, sehingga
2) Suhu udara
Temperatur udara atau suhu udara terlalu panas bagi karyawan akan dapat
3) Suara bising
bekerja, suasana bising yang bersumber dari mesin-mesin pabrik maupun dari
4) Ruang gerak
dalam perusahaan agar karyawan dapat leluasa bergerak dengan baik. Terlalu
sempitnya ruang gerak yang tersedia akan mengakibatkan karyawan tidak dapat
bekerja dengan baik. Oleh karena itu, manajemen perusahaan tentunya harus dapat
menyusun perencanaan yang tepat untuk ruang gerak dari masing-masing karyawan.
5) Keamanan kerja
Keamanan kerja merupakan faktor penting yang perlu juga diperhatikan oleh
perusahaan. Kondisi kerja yang aman akan membuat karyawan tenang dalam bekerja,
30
2.5. Kinerja
Kinerja menurut Mahoney dkk. (1963) dalam Sultrayani (2007:9) adalah hasil
kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
(2001:67) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
istilah tugas sendiri berasal dari pemikiran aktivitas yang dibutuhkan oleh pekerja
karena kinerja karyawan merupakan suatu tindakan yang dilakukan karyawan dalam
Sistem control formal ukuran kinerja meliputi ukuran finansial dan non
finansial (Fisher,1995). Pada beberapa dekade terakhir, para manajer dan akuntan
dihasilkan oleh sistem akuntansi sebagai upaya evaluasi kinerja. Oleh karena itu,
keuangan saja, tetapi juga data-data non keuangan yang terkait dengan proses
dengan informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi (Ikhsan dan Ishak, 2005:23)
31
Akuntansi manajerial berkaitan dengan penyediaan informasi untuk manajer,
yaitu orang di dalam organisasi yang memberikan arahan dan mengendalikan operasi
dan pengendalian.
dalam hal ini manajer terhadap karyawan. Mengacu pada teori kemungkinan
(contingency theory), ada tiga (3) pendekatan yang dapat digunakan manajemen untuk
Hal ini dapat dilihat pada siklus perencanaan dan pengendalian yang di
Gambar 2.1.
32
Siklus Perencanaan dan Pengendalian
karyawan, telah dilakukan oleh Syarif (1997), yang meneliti PT Semen Tonasa
dan tingkat motivasi karyawan dalam melaksanakan anggaran pada PT Semen Tonasa
motivasi terhadap kinerja karyawan dilakukan oleh Budiman (2008), yang meneliti PT
33
Hadji Kalla Ia mengemukakan bahwa variabel partisipasi dalam penyusunan anggaran
dan motivasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap variabel kinerja
karyawan.
Penelitian selanjutnya yang terkait dengan variabel motivasi kerja dan kinerja
dilakukan oleh Marthen (2007), yang mengamati secara empiris hubungan antara stres
kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan perbankan di Makassar. Penelitian
ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi
Penelitian yang terkait dengan variabel motivasi kerja, lingkungan kerja dan
kinerja dilakukan oleh Septianto (2010), yang mengamati secara empiris pengaruh
motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT Pataya Raya
positif bagi perilaku karyawan karena mereka terlibat secara emosional. Partisipasi
anggaran dapat meningkatkan moral dan mendorong inisiatif para karyawan untuk
34
Faktor lain yang dapat meningkatkan kinerja karyawan adalah motivasi dan
lingkungan kerja, di mana karyawan yang mampunyai motivasi yang tinggi dalam
bekerja akan memperlihatkan kinerja yang baik. Demikian halnya, lingkungan kerja
yang nyaman dan kondusif akan membuat karyawan merasa senang untuk bekerja
Dalam penelitian ini akan dikaji tentang peningkatan kinerja karyawan pada PT
lingkungan kerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka pikir berikut ini:
PARTISIPASI
KARYAWAN DALAM
PENYUSUNAN
ANGGARAN
(X1)
KINERJA KARYAWAN
PT HADJI KALLA
MOTIVASI
(X2) (Y)
LINGKUNGAN KERJA
(X2)
35
Berdasarkan latar belakang, masalah pokok, dan landasan teori pada bab
H2= Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini
H3= Lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
36