CBR Filsafat Pendidikan
CBR Filsafat Pendidikan
PENDAHULUAN
Dalam Critical Book Report ini , mahasiswa dituntut untuk lebih banyak
membaca agar menambah pengetahuan serta wawasan tentang materi pengantar
ekonomi mikro. Dan dapat mampu mengkritisi buku serta mengambil kesimpulan
isi buku dan kelemahan serta keunggulan isi buku. Critical Book Review ini
merupakan hasil penelitian dimana tahap awal oleh seorang peneliti baik
dilakukan untuk keperluan tugas maupun dalam rangka kajian sebuah buku. Dan
dalam Critical Book Review ini saya melakukan kajian tentang sebuah buku
dengan judul Filsafat Pendidikan serta membandingkan satu buku dengan buku
yang lain.Dan akhirnya mampu menilai buku mana yang lebih saya minati.
1.2.TUJUAN
1.3.MANFAAT
1
BAB II
ISI BUKU
2.1.IDENTITAS BUKU
Buku Utama
Buku Pembanding
2
2.2.RINGKASAN ISI BUKU
Buku Utama ( Filsafat Pendidikan oleh Dr. Edward Purba, MA dan Prof. Dr.
Yusnadi, MS )
3
2. Filsafat ilmu pendidikan yaitu analisis kritis dan kompherensif tentang
pendidikan dan konsep – konsep psikologi pendidikan sebagai acuan teori
pendidikan.
Filsafat pendidikan berusaha mencari yang fundamental yang berkaitan dengan
proses pendidikan, mendalami konsep konsep pendidikan dan memahami sebab
sebab yang hakiki yang berkaitan dengan masalah pendidikan.
4
Yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih
berharga dan lebih tinggi dibanding dengan materi kehidupan manusia.
2. Filsafat pendidkan realisme : sistem kesilsafatan realisme percaya bahwa dengan
sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang adanya terdapat di dalam dan tentang
dirinya sendiri, dan yang hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang. Salah
seorang tokoh atau penganut realisme mengemukakan bahwa manusia selalu
berusaha untuk mencapai tujuan hidup. Tujuan pertama, menyatu dalam hidup
yang meruoakan kualitas hidup yang menuju kesempurnaan, sedangkan tujuan
kedua, kehidupan sejahtera, damai dan kebahagiaan yang abadi.
3. Filsafat pendidikan Materialisme : Aliran ini menyatakan bahwa benda
merupakan sumber segalanya.
4. Filsafat pendidikan Pragmatisme : Menyatakan bahwa pengetahuan adalah apa
yang dialami oleh manusia. Menurut john dewey, pendidikan perlu didasrakan
pada tiga pokok: 1). Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup, 2).
Pendidikan sebagai pertumbuhan, 3). Pendidikan sebagai fungsi sosial
5. Filsafat pendidikan Eksistensialisme : Filsafat ini memfokuskan pada
pengalaman pengalaman individu.
6. Filsafat pendidikan Progresivisme : Menurut aliran ini kehidupan manusia
berkembang secara terus-menerus dalam suatu arah yang positif.
7. Filsafat pendidikan Perenialisme : Perenislisme mengemukakan bahwa situasi
dunia saat ini penuh dengan kekacauan dan ketidakpastian, dan ketidak teraturan
terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. Untuk
memperbaiki keadaan tersebut, maka kembali pada ajarab dan pandangan hidup
yang kuat pada jaman dulu.
8. Filsafat pendidikan Esensialisme : Menyatakan bahwa peserta didik memiliki
nilai esensial dan perlu dipertahankan.
9. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme : Merupakan kelanjutan dari cara
berfikir progresifisme dalam pendidikan. Indinidu tidak cukup belajar di sekolah
tetapi sekolah harus mempelopori masyarakat.
5
Sebagai acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, UUD 1945 Pasal 31
yang baru sebagai hasil amandemen Agustus 2002 menjadi:
1. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional
3. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah.
BAB V : HAKEKAT ILMU PENDIDIKAN
A. Hakekat Pendidikan
1. Pengertian Hakekat pendidikan
Pada hakekatnya pendidikan bukan membentuk, bukan menciptakan seperti yang
diinginkan, tetapi menolong, membantu dalam arti luas. Membentu menyadarkan
anak tentang potensi seoptimal mungkin, mmberikan pengetahuan dan
keterampilan, memberikan latihan-latihan, memotivai untuk terlibat dalam
pengalaman-pengalaman yang berguna, mengolah materi pelajaran sehingga
peserta didik bernafsu untuk menguasainya dan meningkatkan intensitas proses
pembelajaran. Untuk memberi pemahaman akan hakekat dan pengertian
pendidikan, berikut ini sejumlah pendapat yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:
· pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku dalam usaha
mendewasakan seseorang melalui peelatihan dan pengajaran.
· dalam arti sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk
memperoleh pengetahuan sebagai sebuah proses dan metode-metode tertentu
· pendidikan berarti kegiatan yang bersifat kelembagaan.
· pendidkan adalah usaha yang dilakukan orang dewasa untuk mengalihkan
segala pengetahuan dan pengalaman kepada generasi muda.
· hakekat pendidikan adalah proses kegiatan mengubah perilaku individu kearah
kedewasaan.
2. Tujuan Pendidikan
Dengan adanya tujuan pendidikan, peserta didik harius mampu tujuan yang sudah
ditetapkan sesuai dengan kurikulum. Pesesrta didik setelah selesai pembelajaran,
maka perumusan tujuan, spesifik, terukur, dan berubah hasil belajar, perilaku atau
reformemce peserta didik yang mencakup aspek sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan. Hirarki tujuan pendidikan dapay digambarkan
sebagai berikut: Jenis tujuan kontinum, Tujuan pendidikan Nasional sangat
umum, Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi inti, Kompetensi dasar,
Indikator sangat spesifik
3. Pilar Pendidikan
Pendidikan harus didasarkan pada cinta kasih sesama, cinta masyarakat, cinta
bangsa dan negara, sebagai modal dasra timbulnya dan berkembangnya
pengabdian warga negara.
4. Aliran-aliran Pendidikan
· Nativisme: pribadi seseorang ditentukan oleh bawaan lahir
· Naturalisme: pribadian seseorang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa
6
· Empirisme: pekembangan seorang anak ditentukan oleh lingkungan
· Konvergensi: pendidikan dapat diberikan, dapat dari pembawaan dan
lingkungan.
· Lingkungan pendidikan: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,dan
lingkungan masyarakat.
B. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah bagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal
yang baik dalam kehidupan , sehingga seseorang memiliki kesadaran dan
pemahaman yang tinggi.
C. Hakekat Mnusia
Pandangan tentang manusia adalah manusia sebagai mahluk berfikir (homo
sapiens), manusia sebagai mahluk suka berbuat sesuatu (homo faber), manusia
juga bisa dididik, manusia juga suka berkawan dan berhati nurani serta memiliki
rasa ingin tahu. Manusia memiliki eksistensi manusia yakni: manusia sebagai
makhluk individu, makhluk sosial, makhluk susila, sebagai makhluk religius.
D. Hakekat Masyarakat
Masayarakat akan selalu mengalami perubahan dan perubahan yang menuntut
perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, pengatuh
regional dan global.
E. Hakekat peserta didik
Peserta didik harus merasakan suasana yang menyenangkan dilandasi rasa kasih
sayang dan penuh dengan tantangan atau motivasi sehingga peserta didik dapat
mengembangkan segala potensi dan bakat yang dimiliki.
F. Hakekat Guru atau Pendidik
Orang tua dirumah, guru di sekolah dan tokoh atau pemuka masyarakat, alim
ulama, pemimpin seluruhnya disebut pendidik. Karna itu para pendidik perlu
memperhatikan norma norma dan nilai susila sehingga setiap prilaku dan
tindakannya dapat ditiru dan dipertanggungjawabkan.
G. Hakekat Pembelajaran
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
manusia. Kegiatan belajar telah dilakukan manusia sejak lahir untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.
H. Landasan-landasan Pendidikan: landasan agama,landasan filsafat, landasan
sosiologi,
landasan hukum, landasan moral.
I. Asas-asas pendidikan: asas pendidikan sepanjang hayat, asas kasih sayang, asas
demokrasi, asas keterbukaan dan transparansi, asas kualitas, asas tanggung jawab,
panca darma taman sisiwa.
7
1. Praktik pendidikan
Menurut Redja M. ( Depdikbud : IKIP Bandung, 1991) praktik pendidikan adalah
seperangkat kegiatan berasama yang bertujuan membantu pihak lain agar
mengalami perubahan tingkah laku yang diharapkan. Pendidikan dapat dilihat dari
tiga aspek, yaitu aspek tujuan, aspek proses kegiatan dan aspek dorongan.
2 Teori pendidikan
Pendidikan memerlukan teori pendidikan karena teori pendidikan akan
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah dan
tujuan yang akan dicapai.
2. Teori pendidikan berfungsi untuk mengurangi kesalahan akan mengetahui mana
yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
3. Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai tolsk ukur sampai dimana kita telah
berhasil melaksanakan tugas dalam pendidikan.
B. Pendekatan pendekatan dalam teori pendidikan.
1. Pendekatan sains
Suatau pengkajian dengan menggunakan saint untuk mempelajari, menelaah, dan
memecahkan masalah – masalah pendidikan.
2. Pendekatan filosofis
Suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah – masalah
pendidikan dengan menggunakan metode filsafat.
3. Pendekatan Religi
Suatu ajaran religi dijadikan sumber inspirasi untuk menyusun teori atau konsep –
konsep pendidikan yang dapat dijadikan landasan untuk melaksanakan
pendidikan.
4. Pendekatan Multidisplin
Suatu konsep yang kompherensif dan menyeluruh dalam mempelajari pendidikan
tidak bisa hanya dengan menggunakan salah satu pendekatan atau displin saja.
5. Pendekatan dalam Penulisan
Buku ini mencoba untuk mengkaji salah satu pendekatan diatas, yaitu pendekatan
secara filosofis.
BAB II FILSAFAT
A. Pengertian filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani kuno yaitu dari kata “ philos” dan “ sophia”.
Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan sophia artinya kearifan atau
kebijakan. Filsafat secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap
kearifan atau kebijakan. Berfilsafat berarti berfikir tetapi tidak semua berpikir
dapat dikategorikan berfilsafat. Berpikir yang dikategorikan berfilsafat adalah
apabila berpikir tersebut mengandung tiga ciri yaitu radikal, sistematis dan
universal.
B. Model – model Filsafat
1. Filsafat spekulatif
8
Filsafat spekulatif adalah cara berpikir sistematis tentang segala yang ada.plato
sebagai pelopor filsafat idelisme klasik membahas semua persoalan yang
berkaitan dengan manusia, masyarak, dan eksistensi manusia dalam alam ini.
Filsafak spekulatif adalah upaya mencari dan menemukan hubungan dalam
keseluruhan alam berpikir dan keseluruhan pengalaman.
2. Filsafat prespektif
Suatu ukuran standart penilaian tentang nilai-nilai, perbuatan manusia dan
penilaian tentang seni.
3. Filsafat analitik
Terdapat 2 model analitik. Analitik linguistik mengandung arti bahwa filsafat
sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah.dan analitik
positivistik logis mengacu pada ilmu matematika dan ilmua alam serta sosial.
C. Misi Filsafat
Para filsof berusaha memecahkan masalah masalah yang penting bagi manusia,
baik langsung maupun tidsk langsung. Melalui pengujian yang kritis, filsof
mencoba mengevaluasi informasi dan kepercayaan yang dimiliki mengenai alam
semesta serta kesibukan manusia di dunia.
D. Lapangan Filsafat
Filsafat membahas tiga persoalan pkok, yaitu masalah wujud, masalah
pengetahuan, dan masalah nilai.
1. Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakikat yang
tersimpul di belakang dunia fenomena. Metafisika melampaui pengalaman
objeknya di luar hal yang dapat ditangkap oleh pancaindra.
2. Epistimologi
Epistimologi merupakan cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang
asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan.
Jenis- jenis pengetahuan: Pengetahuan wahyu, Pengetahuan intuitif,
Pengetahuan rasional, Pengetahuan empiris, Pengetahuan otoritas
Teori pengetahuan: Teori korespondensi, Teori koherensi. Teori pragmatisme.
3. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai atau dengan kata lain
aksiologi adalah teori nilai. Karakteristik nilai
a. Nilai objektif atau subjektif
b. Nilai absolute atau berubah
Jenis- jenis nilai
a. Etika
Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu
keusilaan yang memuat dasar- dasar untuk berbuat susila.
b. Estetika
Estetika merupakan nilai- nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dan
pengalaman- pengalaman kita yang berhubungan dengan seni.
E. Filsafat dan Sains
Sains dalam arti sempit diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya
kuantitatif dan objektif. Sains hanya membicarakan segala sesuatu yang nyata
9
yang dapat disentuh dengan menggunakan pancaindera. Ciri umum sains
diantaranya
1. Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
2. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak.
3. Sains bersifat objektif.
Salah satu perbedaan filsafat dengan sains, yaitu bahwa sains bersifat analisis dan
hanya menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek formalnya, sedangkan
filsafat bersifat pengetahuan synopsis, artinya melihat segala sesuatu dengan
menekankan secara keseluruhan, karena memiliki sifat tersendiri yang tidak ada
pada bagian- bagiannya.
F. Filsafat dan Agama
Menurut Randall dan Buchler (1942), pertama agama didefinisikan dengan
kepercayaan terhadap supranatural, atau secara popular diartikan sebagai
kepercayaan terhadap Tuhan. Kedua agama didefinisikan dengan kepercayaan
atau keyakinan.
BAB III
FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Pendidikan
1. Makna pendidikan menurut Langeveld adalah bimbingan yang diberikan oleh
orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.
2. Pendidikan sebagai proses transformasi nilai bahwa pendidikan menyangkut hati
nurani, nilai- nilai, perasaan, pengetahuan dan keterampilan. Nilai- nilai yang
ditransformasikan dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan
kalau perlu mengubah kebudayaan yang dimiliki masyarakat.
3. Tujuan pendidikan untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia-
manuasia yang berkebudayaan.
4. Alat pendidikan merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus dengan
maksud mempengaruhi anak didik secara pedagogis (edukatif).
5. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat maksudnya bahwa pendidikan bukan
hanya berlagsung di sekolah. Pendidikan dimulai segera setelah anak lahir dan
akan terus sampai manusia meninggal dunia.
6. Pendidikan hanya untuk manusia, karena hanya manusia yang dapat memperoleh
pendidikan.
B. Pengertian Filsafat Pendidikan.
Filsafat pendidikan menurut Al- Syaibany (1979:30) adalah: “pelaksanaan
pandangan falsafah dalam bidang pendidikan. Falsafah ini mencerminkan satu
segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada
pelaksanaan prinsip- prinsip dan kepercayaan- kepercayaan yang menjadi dasar
dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah- masalah pendidikan secara
praktis”
C. Kebutuhan akan Filsafat Pendidikan.
Cara keja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup
dan kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu aspek dari
10
kehidupan tersebut, karena manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan .
Oleh karena itu, pendidikan memerlukan filssafat.
D. Peranan Filsafat Pendidikan
Peran Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para
perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan.
E. Apakah yang menentukan Filsafat Pendidikan Seseorang.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan,
merupakan sekumpulan prinsip yang membimbing tindakan professional
seseorang. Jadi keyakinan, prinsip-prinsip yang menentukan filsafat pendidikan
seseorang.
BAB IV
MAZHAB- MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Filsafat Pendidikan Idealisme.
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi,
bukan fisik. Hakikat manusia adalah rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’
Implikasi Pendidikan Power (1982:89) mengemukakan implikasi filsafat
pendidikan idealisme sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter dan
mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
b. Kedudukan Siswa
c. Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/ bakatnya.
d. Peranan Guru
e. Bekerjasama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama
bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.
c. Kurikulum
f. Pendidikan liberal untuk mengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan
praktis untuk memperoleh pekerjaan.
d. Metode
g. Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat
dimanfaatkan.
b. Kedudukan Siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya.
Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin
mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.
11
c. Peran Guru
Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras
menuntut prestasi dari siswa.
d. Kurikulum
Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna. Berisikan
pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
e. Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode
penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning (SR) merupakan
metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.
12
Suatu organism yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk
tumbuh.
c. Kurikulum
Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa
yang dibawa ke sekolah dapat menentukan kurikulum. Menghilangkan perbedaan
antara pendidikan liberal dengan pendidikan praktis atau pendidikan jabatan.
d. Metode
Metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja).
e. Peran Guru
Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu minat
dan kebutuhannya.
E. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme itu unik, yakni memfokuskan pada pengalaman-
pengalaman individu. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan
implikasi filsafat pendidikan eksistensialisme sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Member bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk
kehidupan.
b. Status Siswa
Makhluk rasional dengan plihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya. Suatu
komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi.
c. Kurikulum
Yang diutamakan adalah kurikulum liberal. Kurikulum lebaral merupakan
landasan bagi kebebasan manusia. Kebebasan memiliki aturan- aturan. Oleh
karena itu, di sekolah diajarkan pendidikan sosial, untuk mengajar “respek” (rasa
hormat) terhadap kebebasan untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi yang
lain adalah esensial. Kebebasan dapat menimbulkan konflik.
d. Peranan Guru
Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, dimana mungkin guru pada
hari ini , besok lusa mungkin menjadi murid.
e. Metode
Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun yang
dipakai harus merujuk pada cara untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang
baik.
F. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada
tahun 1918. Kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar
cepat mencapai tujuan.
1. Strategi Pendidikan
Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini
mungkin tidak benar di masa yang akan datang. Cara terbaik mempersiapkan
siswa adalah memebekali mereka dengan strategi- strategi pemecahan masalah.
2. Pendidikan
13
Progresif didasarkan pada keyakinan bahwa harus berpusat pada anak bukan
memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
a. Kritik terhadap Proggresivisme
b. Siswa tidak mempelajari warisan sosial
c. Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan
d. Megurangi bimbingan dan pengaruh guru
e. Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendidri
G. Filsafat Pendidikan Perenilaisme
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan,
ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral,
intelektual, dan sosio-kultural. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah
dengan jalan mundur ke belakang menggunakan kembali nilai- nilai pada zaman
kuno dan abad pertengahan. Tujuan pendidikan menurut pemikiran perenialis
adalah memastikan bahwa para siswa memperolehpengetahuan tentang prinsip-
prinsip atau gagasan- gagasan besar yang tidak berubah.Latar belakang filsafat
perenialisme adalah filsafat- filsafat dari Plato, Aristoteles, Thomas Aquina
14
Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal.
Transmisi budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi
budaya harus mengenal fakta budaya yang majemuk tersebut.
3. Kurikulum
Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh
budaya yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai- nilai yang
berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
4. Kedudukan Siswa
Nilai- nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga.
Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat
diterima semua latar belakang budaya.
5. Metode
Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan
(learning by doing).
6. Peran Guru
Guru harus menunjukan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya,
baik dalam member pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus
mewakili budaya masyarakat.
BAB V
ORIENTASI PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI FILSAFAT
PENDIDIKAN
A. Psikologi Humanistik
Psikologi humanistic menekankan kebebasan personal, pilihan, kepekaan, dan
tanggung jawab personal. Tujuan pendidikan menurut orientasi ini adalah
aktualisasi diri individu.
B. Behavioristik
Behaviorisme berdasarkan pada prinsip bahwa perilaku manusia yang diinginkan
merupakan produk desain bukanya kebetulan. Perilaku kita benar- benar
ditentukan oleh tekanan- tekanan lingkungan yang membentuk perilaku kita. John
B. Watson (1978-1958) adalah perintis psikologi behavioristik tang utama dan
B.F Skinner (1904-1990) adalah promotor terkenalnya.
C. Konstruktivistik
Konstruktivisme memfokuskan pada proses- proses dan strategi- sta BUKU
UTAMA ( FILSAFAT PENDIDIKAN oleh DRs. Uyoh Sadulloh, M.Pd. )
BAB I PENDAHULUAN
A. Praktik pendidikan dan teori pendidikan
1. Praktik pendidikan
Menurut Redja M. ( Depdikbud : IKIP Bandung, 1991) praktik pendidikan adalah
seperangkat kegiatan berasama yang bertujuan membantu pihak lain agar
mengalami perubahan tingkah laku yang diharapkan. Pendidikan dapat dilihat dari
tiga aspek, yaitu aspek tujuan, aspek proses kegiatan dan aspek dorongan.
2. Teori pendidikan
Pendidikan memerlukan teori pendidikan karena teori pendidikan akan
memberikan manfaat sebagai berikut :
15
1. Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah
dan tujuan yang akan dicapai.
2. Teori pendidikan berfungsi untuk mengurangi kesalahan akan mengetahui
mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
3. Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai tolsk ukur sampai dimana kita
telah berhasil melaksanakan tugas dalam pendidikan.
B. Pendekatan pendekatan dalam teori pendidikan.
1. Pendekatan sains
Suatau pengkajian dengan menggunakan saint untuk mempelajari, menelaah, dan
memecahkan masalah – masalah pendidikan.
2. Pendekatan filosofis
Suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah – masalah
pendidikan dengan menggunakan metode filsafat.
3. Pendekatan Religi
Suatu ajaran religi dijadikan sumber inspirasi untuk menyusun teori atau konsep –
konsep pendidikan yang dapat dijadikan landasan untuk melaksanakan
pendidikan.
4. Pendekatan Multidisplin
Suatu konsep yang kompherensif dan menyeluruh dalam mempelajari pendidikan
tidak bisa hanya dengan menggunakan salah satu pendekatan atau displin saja.
5. Pendekatan dalam Penulisan
Buku ini mencoba untuk mengkaji salah satu pendekatan diatas, yaitu pendekatan
secara filosofis.
BAB II FILSAFAT
A. Pengertian filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani kuno yaitu dari kata “ philos” dan “ sophia”.
Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan sophia artinya kearifan atau
kebijakan. Filsafat secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap
kearifan atau kebijakan. Berfilsafat berarti berfikir tetapi tidak semua berpikir
dapat dikategorikan berfilsafat. Berpikir yang dikategorikan berfilsafat adalah
apabila berpikir tersebut mengandung tiga ciri yaitu radikal, sistematis dan
universal.
B. Model – model Filsafat
1. Filsafat spekulatif
Filsafat spekulatif adalah cara berpikir sistematis tentang segala yang ada.plato
sebagai pelopor filsafat idelisme klasik membahas semua persoalan yang
berkaitan dengan manusia, masyarak, dan eksistensi manusia dalam alam ini.
Filsafak spekulatif adalah upaya mencari dan menemukan hubungan dalam
keseluruhan alam berpikir dan keseluruhan pengalaman.
2. Filsafat prespektif
Suatu ukuran standart penilaian tentang nilai-nilai, perbuatan manusia dan
penilaian tentang seni.
3. Filsafat analitik
16
Terdapat 2 model analitik. Analitik linguistik mengandung arti bahwa filsafat
sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah.dan analitik
positivistik logis mengacu pada ilmu matematika dan ilmua alam serta sosial.
C. Misi Filsafat
Para filsof berusaha memecahkan masalah masalah yang penting bagi manusia,
baik langsung maupun tidsk langsung. Melalui pengujian yang kritis, filsof
mencoba mengevaluasi informasi dan kepercayaan yang dimiliki mengenai alam
semesta serta kesibukan manusia di dunia.
D. Lapangan Filsafat
Filsafat membahas tiga persoalan pkok, yaitu masalah wujud, masalah
pengetahuan, dan masalah nilai.
1. Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakikat yang
tersimpul di belakang dunia fenomena. Metafisika melampaui pengalaman
objeknya di luar hal yang dapat ditangkap oleh pancaindra.
2. Epistimologi
Epistimologi merupakan cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang
asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan.
Jenis- jenis pengetahuan: Pengetahuan wahyu, Pengetahuan intuitif, Pengetahuan
rasional, Pengetahuan empiris, Pengetahuan otoritas
Teori pengetahuan: Teori korespondensi, Teori koherensi. Teori pragmatisme.
3. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai atau dengan kata lain
aksiologi adalah teori nilai. Karakteristik nilai
a. Nilai objektif atau subjektif
b. Nilai absolute atau berubah
Jenis- jenis nilai
a. Etika
Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu
keusilaan yang memuat dasar- dasar untuk berbuat susila.
b. Estetika
Estetika merupakan nilai- nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dan
pengalaman- pengalaman kita yang berhubungan dengan seni.
E. Filsafat dan Sains
Sains dalam arti sempit diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya
kuantitatif dan objektif. Sains hanya membicarakan segala sesuatu yang nyata
yang dapat disentuh dengan menggunakan pancaindera. Ciri umum sains
diantaranya
1. Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
2. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak.
3. Sains bersifat objektif.
Salah satu perbedaan filsafat dengan sains, yaitu bahwa sains bersifat analisis dan
hanya menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek formalnya, sedangkan
filsafat bersifat pengetahuan synopsis, artinya melihat segala sesuatu dengan
17
menekankan secara keseluruhan, karena memiliki sifat tersendiri yang tidak ada
pada bagian- bagiannya.
F. Filsafat dan Agama
Menurut Randall dan Buchler (1942), pertama agama didefinisikan dengan
kepercayaan terhadap supranatural, atau secara popular diartikan sebagai
kepercayaan terhadap Tuhan. Kedua agama didefinisikan dengan kepercayaan
atau keyakinan.
BAB III
FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Pendidikan
1. Makna pendidikan menurut Langeveld adalah bimbingan yang diberikan oleh
orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.
2. Pendidikan sebagai proses transformasi nilai bahwa pendidikan menyangkut
hati nurani, nilai- nilai, perasaan, pengetahuan dan keterampilan. Nilai- nilai yang
ditransformasikan dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan
kalau perlu mengubah kebudayaan yang dimiliki masyarakat.
3. Tujuan pendidikan untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia-
manuasia yang berkebudayaan.
4. Alat pendidikan merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus
dengan maksud mempengaruhi anak didik secara pedagogis (edukatif).
5. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat maksudnya bahwa pendidikan
bukan hanya berlagsung di sekolah. Pendidikan dimulai segera setelah anak lahir
dan akan terus sampai manusia meninggal dunia.
6. Pendidikan hanya untuk manusia, karena hanya manusia yang dapat
memperoleh pendidikan.
B. Pengertian Filsafat Pendidikan.
Filsafat pendidikan menurut Al- Syaibany (1979:30) adalah: “pelaksanaan
pandangan falsafah dalam bidang pendidikan. Falsafah ini mencerminkan satu
segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada
pelaksanaan prinsip- prinsip dan kepercayaan- kepercayaan yang menjadi dasar
dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah- masalah pendidikan secara
praktis”
C. Kebutuhan akan Filsafat Pendidikan.
Cara keja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup
dan kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu aspek dari
kehidupan tersebut, karena manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan .
Oleh karena itu, pendidikan memerlukan filssafat.
D. Peranan Filsafat Pendidikan
Peran Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para
perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan.
E. Apakah yang menentukan Filsafat Pendidikan Seseorang.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan,
merupakan sekumpulan prinsip yang membimbing tindakan professional
18
seseorang. Jadi keyakinan, prinsip-prinsip yang menentukan filsafat pendidikan
seseorang.
BAB IV
MAZHAB- MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Filsafat Pendidikan Idealisme.
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi,
bukan fisik. Hakikat manusia adalah rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’
Implikasi Pendidikan Power (1982:89) mengemukakan implikasi filsafat
pendidikan idealisme sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter dan
mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
b. Kedudukan Siswa
c. Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/
bakatnya.
d. Peranan Guru
e. Bekerjasama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama
bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.
c. Kurikulum
f. Pendidikan liberal untuk mengembangan kemampuan rasional, dan
pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.
d. Metode
g. Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat
dimanfaatkan.
b. Kedudukan Siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya.
Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin
mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.
c. Peran Guru
Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras
menuntut prestasi dari siswa.
d. Kurikulum
Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna. Berisikan
pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
e. Metode
19
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode
penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning (SR) merupakan
metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.
20
e. Peran Guru
Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu minat
dan kebutuhannya.
E. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme itu unik, yakni memfokuskan pada pengalaman-
pengalaman individu. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan
implikasi filsafat pendidikan eksistensialisme sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Member bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk
kehidupan.
b. Status Siswa
Makhluk rasional dengan plihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya. Suatu
komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi.
c. Kurikulum
Yang diutamakan adalah kurikulum liberal. Kurikulum lebaral merupakan
landasan bagi kebebasan manusia. Kebebasan memiliki aturan- aturan. Oleh
karena itu, di sekolah diajarkan pendidikan sosial, untuk mengajar “respek” (rasa
hormat) terhadap kebebasan untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi yang
lain adalah esensial. Kebebasan dapat menimbulkan konflik.
d. Peranan Guru
Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, dimana mungkin guru pada
hari ini , besok lusa mungkin menjadi murid.
e. Metode
Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun yang
dipakai harus merujuk pada cara untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang
baik.
F. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada
tahun 1918. Kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar
cepat mencapai tujuan.
1. Strategi Pendidikan
Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini
mungkin tidak benar di masa yang akan datang. Cara terbaik mempersiapkan
siswa adalah memebekali mereka dengan strategi- strategi pemecahan masalah.
2. Pendidikan
Progresif didasarkan pada keyakinan bahwa harus berpusat pada anak bukan
memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
a. Kritik terhadap Proggresivisme
b. Siswa tidak mempelajari warisan sosial
c. Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan
d. Megurangi bimbingan dan pengaruh guru
e. Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendidri
G. Filsafat Pendidikan Perenilaisme
21
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan,
ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral,
intelektual, dan sosio-kultural. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah
dengan jalan mundur ke belakang menggunakan kembali nilai- nilai pada zaman
kuno dan abad pertengahan. Tujuan pendidikan menurut pemikiran perenialis
adalah memastikan bahwa para siswa memperolehpengetahuan tentang prinsip-
prinsip atau gagasan- gagasan besar yang tidak berubah.Latar belakang filsafat
perenialisme adalah filsafat- filsafat dari Plato, Aristoteles, Thomas Aquina
22
Nilai- nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga.
Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat
diterima semua latar belakang budaya.
5. Metode
Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan
(learning by doing).
6. Peran Guru
Guru harus menunjukan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya,
baik dalam member pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus
mewakili budaya masyarakat.
BAB V
ORIENTASI PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI FILSAFAT
PENDIDIKAN
A. Psikologi Humanistik
Psikologi humanistic menekankan kebebasan personal, pilihan, kepekaan, dan
tanggung jawab personal. Tujuan pendidikan menurut orientasi ini adalah
aktualisasi diri individu.
B. Behavioristik
Behaviorisme berdasarkan pada prinsip bahwa perilaku manusia yang diinginkan
merupakan produk desain bukanya kebetulan. Perilaku kita benar- benar
ditentukan oleh tekanan- tekanan lingkungan yang membentuk perilaku kita. John
B. Watson (1978-1958) adalah perintis psikologi behavioristik tang utama dan
B.F Skinner (1904-1990) adalah promotor terkenalnya.
C. Konstruktivistik
Konstruktivisme memfokuskan pada proses- proses dan strategi- stategi mental
yang digunakan para siswa untuk belajar bukanya pada perilaku belajar.tegi
mental yang digunakan para siswa untuk belajar bukanya pada perilaku belajar.
23
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.KRITIKAN
Kedua buku ini membahas tentang filsafat pendidikan. Kedua buku memiliki
judul yang sama dengan “ Pengantar Filsafat Pendidikan” merupakan buku yang
cocok untuk pegangan mahasiswa dalam mengambil matakuliah filsafat
pendidikan, namun memiliki pengarang yang berbeda.
Dr. Edward Purba, MA menjelaskan tentang filsafat pendidikan mulai
dengan pengertian filsfat pendidikan dan membahas aliran-aliran yang
mendukung filsafat pendidikan, membahas tentang filsafat pendidikan pancasila
yang berupa dasar dari negara indonesia. Selain itu buku ini juga membahas
tentang hakekat pendidikan diberbagai kalangan
Sedangkan ‘filsafat pendidikan’ karangan Drs. Uyoh Sadulloh, M.Pd
membahas tentang ilmu dasar filsafat dimulai dari pengertian, kemudian filsafat
filsafat pendidikan dan mazhab mazhab filsafat pendidikan serta orientasi
psikologis yang mempengaruhi filsafat pendidkan.
Dari pembahasan sub bab yang disajikan dapat diketahui bahwa buku utama
memiliki kelengkapan materi yang lebih dari buku pembanding. Hal ini dapat kita
lihat pada bagian buku utama memiliki 5 Bab yang berisi materi penuh Filsafat
dengan tambahan Filsafat pendidikan panca sila sedangkan pada buku
pembanding tidak ada. Dari segi penulisan buku sudah benar dan baik dan mudah
dipahami pembaca
3.2.KELEBIHAN BUKU
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kedua buku ini masih digolongkan
bahasa yang dapat dipahami mahasiswa yang baru belajar ilmu filsafat. Pada
bagian awal setiap Bab pada buku terdapat indikator yang membantu mahasiswa
mencapai kompetensi ajarnya. Pada bagian akhir terdapat latihan yang diberikan
untuk penugasan mahasiswa yang berguna untuk mengevaluasi pemahaman
mahasiswa mengenai materi yang dibahas sebelumnya sehingga mahasiswa dapat
lebih memahami makna materi yang dipaparkan.
Pada kedua buku yang berjudul “ Filsafat Pendidikan” merupakan buku yang
cocok digunakan sebagai buku pembimbing atau buku pegangan mahasiswa
matakuliah filsafat pendidikan. Hal ini dikarenakan isi atau materi yang
24
terkandung didalamnya tersusun secara sistematis yang memudahkan mahasiswa
untuk memahami secara berkala materi yang dibahas pada setiap babnya
3.3.KELEMAHAN BUKU
Pada beberapa bagian materi yang terdapat didalam bab buku menggunakan
bahasa yang tinggi yang sulit untuk dimengerti mahasiswa mengingat mahasiswa
merupakan permulaan pada awal pembelajaran filsafat. Selain itu tidak
dicantumkan rangkuman pada akhir bab pada kedua buku merupakan salah satu
kelamahan yang ada, karna rangkuman sangat membantu mahasiswa dalam
meringkas ulang apa isi dari materi yang ada.
Kedua buku juga sama sama tidak memaparkan biografi penulis, pada buku
utama memparkan jelas mengenai filsafat pendidikan namun tidak memaparkan
hakikat hakikat pendidikan sedangkan pada buku pembanding hanya sedekit
menjelaskan filsafat pendidikan, akan tetapi cukup jelas memparkan hakikat
pendidikannya.Kedua buku tidak melampirkan gambar yang menjadi salah satu
penarik perhatian pembaca.
25
BAB IV
PENUTUP
4.1.KESIMPULAN
Peran filsafat dalam dunia pendidikan adalah memberi kerangka acuan bidang
filsafat pendidikan guna mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan oleh
suatu masyarakat atau bangsa.Karena itu,tidak heran bila filsafat pendidikan yang
terdapat pada suatu negara dipengaruhi oleh filsafat hidup yang menjadi anutan
bangsa pada suatu negara.
4.2.SARAN
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Uyoh Sadulloh. (2006). Pengantar Filsafat Pendidikan (3rd ed.).
28