Anda di halaman 1dari 103

-1-

13032023

RANCANGAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR … TAHUN …2
TENTANG
PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Reforma Agraria memiliki peran penting dalam


upaya pemerataan struktur penguasaan pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah serta
penyelesaian Konflik Agraria dalam rangka
mewujudkan ekonomi berkeadilan;
b. bahwa Reforma Agraria merupakan program strategis
nasional yang telah dijabarkan dalam dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional;
c. bahwa target penyediaan Tanah Objek Reforma Agraria
(TORA) dan pelaksanaan Redistribusi Tanah, serta
Legalisasi Aset tanah transmigrasi masih belum
optimal sehingga perlu dilakukan percepatan;
d. bahwa perlu dilaksanakan percepatan pemberdayaan
ekonomi Reforma Agraria dalam rangka mewujudkan
pemerataan ekonomi yang berkeadilan;
e. bahwa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 88
Tahun 2017 tentang Penyelesaian Penguasaan Tanah
-2-

dalam Kawasan Hutan, dan Peraturan Presiden Nomor


86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria perlu
disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan
pembangunan nasional;
f. bahwa diperlukan strategi percepatan pelaksanaan
Reforma Agraria termasuk penyelesaian Konflik Agraria
yang berkeadilan, berkelanjutan, partisipatif ,
transparan, dan akuntabe ;
g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,
huruf e, dan huruf f, perlu menetapkan Peraturan
Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Reforma
Agraria
Alternatif 080222 menggabungkan huruf a dan b:
a. bahwa Reforma Agraria merupakan program
strategis nasional yang memiliki peran penting
dalam upaya pemerataan struktur penguasaan
pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah,
serta penyelesaian Konflik Agraria, untuk
mewujudkan ekonomi berkeadilan.
Sepakat 080223
b. bahwa dalam rangka percepatan pemenuhan
target penyediaan Tanah Objek Reforma Agraria
dan pelaksanaan Redistribusi Tanah, Legalisasi
Aset tanah transmigrasi, penyelesaian konflik
Agraria, serta pemberdayaan ekonomi Reforma
Agraria, diperlukan strategi pelaksanaan Reforma
Agraria yang berkeadilan, berkelanjutan,
partisipatif, transparan, dan akuntabel;
sepakat 080223
c. bahwa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor
88 Tahun 2017 tentang Penyelesaian Penguasaan
Tanah dalam Kawasan Hutan, dan Peraturan
-3-

Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma


Agraria perlu disesuaikan dengan perkembangan
dan kebutuhan pembangunan nasional;
catatan:
dirumuskan kembali
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c,
perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang
Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria;
sepakat 080223

Mengingat : Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
Sepakat 080223

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERCEPATAN
PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Pengertian

Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Reforma Agraria adalah penataan kembali struktur
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan melalui
Penataan Aset dan disertai dengan Penataan Akses
untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
Sepakat 080223
-4-

2. Penataan Aset adalah penataan kembali penguasaan,


pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah dalam
rangka untuk menciptakan keadilan di bidang dalam
penguasaan dan pemilikan tanah.
Sepakat 080223
3. Penataan Akses adalah program pemberdayaan
ekonomi subjek Reforma Agraria dalam rangka untuk
meningkatkan kesejahteraan yang berbasis pada
pemanfaatan tanah.
Sepakat 080223
Catatan:
Angka 2 dan Angka 3 dicek kembali peletakannya
4. Konflik Agraria adalah perselisihan agraria antara
orang perorangan dan/atau kelompok masyarakat
dengan badan hukum dan/atau lembaga instansi
pemerintah yang mempunyai kecenderungan atau
sudah berdampak luas secara fisik, sosial, politis,
ekonomi, pertahanan atau budaya.
Sepakat 080223
5. Tanah Objek Reforma Agraria yang selanjutnya
disingkat TORA adalah tanah yang dikuasai oleh
negara dan/atau tanah yang telah dimiliki, dikuasai,
dan/atau dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
diredistribusi atau dilegalisasi.
Sepakat 080223
6. Tanah Negara adalah Tanah yang tidak dilekati dengan
sesuatu hak atas tanah, bukan Tanah wakaf, bukan
Tanah Ulayat dan/atau bukan merupakan aset barang
milik negara/barang milik daerah.
Tanah Negara atau Tanah yang Dikuasai Langsung
oleh Negara adalah Tanah yang tidak dilekati dengan
sesuatu hak atas tanah, bukan Tanah wakaf,
-5-

bukanTanah Ulayat dan/atau bukan merupakan aset


barang milik negara/barang milik daerah.
Sepakat 080223
7. Subjek Reforma Agraria adalah penerima TORA yang
memenuhi persyaratan dan ditetapkan untuk
menerima TORA.
Sepakat 080223
8. Legalisasi Aset adalah kegiatan pendaftaran tanah
pertama kali dan pemeliharaan data dalam rangka
Reforma Agraria.
Sepakat 080223
9. Redistribusi Tanah adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh Pe merintah dalam rangka pembagian
dan/atau pemberian hak atas tanah yang bersumber
dari TORA kepada Subjek Reforma Agraria disertai
dengan pemberian tanda bukti hak berupa sertipikat
hak atas tanah.
Sepakat 080223
10. Hak Atas Tanah adalah hak yang diperoleh dari
hubungan hukum antara pemegang hak dengan
Tanah, termasuk ruang di atas Tanah, dan/atau ruang
di bawah Tanah untuk menguasai, memiliki,
menggunakan, dan memanfaatkan, serta memelihara
Tanah, ruang di atas Tanah, dan/atau ruang di bawah
Tanah.
Sepakat 080223
11. Kawasan Hutan Negara yang selanjutnya disebut
Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap
yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas
tanah.
Sepakat 090223
-6-

12. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan


oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya
sebagai Hutan Tetap.
Sepakat 080223
13. Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi Tidak
Produktif yang selanjutnya disingkat disebut Kawasan
HPK-TP adalah Kawasan Hutan Produksi yang
penutupan lahannya didominasi lahan tidak berhutan
yang secara ruang dapat dicadangkan untuk
pembangunan di luar kegiatan Kehutanan.
Sepakat 080223
14. Badan Bank Tanah yang selanjutnya disebut Bank
Tanah adalah badan khusus (sui generis) yang
merupakan badan hukum Indonesia yang dibentuk
oleh pemerintah pusat yang diberi kewenangan khusus
untuk mengelola tanah.
Sepakat 080223
15. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden
dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sepakat 080223

16. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai


unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
Sepakat 080223

17. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan


koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan
-7-

kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di


bidang perekonomian.
Sepakat 080223

18. Kementerian adalah kementerian yang


menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan
pengendalian urusan kementerian dalam
penyelenggaraan pemerintahan di bidang
perekonomian.
19. Manajemen Pelaksana adalah unit pendukung
percepatan pelaksanaan Reforma Agraria dan secara
administrasi berada di Kementerian.
BAB I SEPAKAT 080223

BAB II
PERENCANAAN REFORMA AGRARIA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 2
(1) Dalam rangka percepatan pelaksanaan Reforma
Agraria disusun perencanaan Reforma Agraria yang
memuat pencapaian sasaran yang meliputi:
Percepatan pelaksanaan Reforma Agraria dilaksanakan
melalui strategi:
a. Legalisasi Aset;
b. Redistribusi Tanah;
c. Pemberdayaan Ekonomi Subjek Reforma Agraria;
Catatan 080223:
Sepakat menggunakan “Subjek” dan konsistensi
untuk yang lain.
-8-

d. Kelembagaan Reforma Agraria; dan


e. Partisipasi Masyarakat.
Target untuk setiap sasaran strategi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun dengan merujuk pada
sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional dan perkembangan kebutuhan
pelaksanaan Reforma Agraria. dokumen perencanaan
pembangunan.
Catatan 080223:
Usulan untuk Pasal 4 menjadi Pasal 2 ayat (2) – (4)
(2) Perencanaan Reforma Agraria sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dituangkan dalam dokumen Rencana
Aksi Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria.
Sepakat 09032023
(3) Rencana Aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menjadi acuan dalam penyusunan:
a. rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga;
b. rencana kerja dan anggaran pemerintah daerah
sesuai dengan kewenangan Provinsi; dan
c. rencana kerja dan anggaran pemerintah daerah
Kabupaten/Kota.
Sepakat 090223
(4) Rencana Aksi Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk pertama
kali tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
Sepakat 090223
(5) Dalam hal terdapat perubahan kebijakan nasional,
hasıl pemantauan dan pengendalian pelaksanaan
Reforma Agraria, dan/atau kebutuhan lainnya, Tim
Reforma Agraria Nasional dapat mengubah Rencana
Aksi, yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri selaku
-9-

Ketua Tim Reforma Agraria Nasional setelah mendapat


persetujuan Presiden.
Dalam hal terdapat perubahan kebijakan nasional,
Rencana Aksi Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan
penyesuaian setelah mendapat persetujuan Presiden.
Sepakat 090223
(6) Penyesuaian Rencana Aksi Percepatan Pelaksanaan
Reforma Agraria sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
diatur dengan Peraturan Menteri.
Sepakat 090223

Pasal 3
(1) Dalam rangka mendukung percepatan Reforma
Agraria, Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya wajib harus:
a. memasukkan program dan kegiatan mengenai
Reforma Agraria ke dalam dokumen perencanaan
pembangunan daerah Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD); dan
b. mengalokasikan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD).
(2) Kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang dalam negeri menetapkan
pelaksanaan Reforma Agraria di daerah sebagai salah
satu indikator penilaian kinerja Pemerintah Daerah.
-------------------------------08022023------------------------

Bagian Kedua
Rencana Aksi Reforma Agraria

Pasal 4
- 10 -

(1) Perencanaan Reforma Agraria sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 2 ayat (1) dituangkan dalam dokumen
Rencana Aksi Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria
yang selanjutnya disebut Rencana Aksi sebagaimana
tercantum dalam lampiran 1 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
Catatan kumham:
Terdiri atas 2 norma sehingga dibuat menjadi 2 ayat
yang dibuat di ayat terakhir.
Usulan Rumusan Baru:
(2) Rencana Aksi Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan untuk
1 (satu) tahun yakni Tahun 2023-2024.
(3) Rencana Aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi acuan dalam penyusunan:
d. rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga;
dan
e. rencana kerja dan anggaran pemerintah daerah
sesuai dengan kewenangan.
Usulan alternatif:
Rencana Aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berfungsi sebagai pedoman dalam penyusunan:
a. rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga;
dan
b. rencana kerja dan anggaran pemerintah daerah
sesuai dengan kewenangan
(3) Dalam hal terdapat perubahan kebijakan nasional,
hasıl pemantauan dan pengendalian pelaksanaan
Reforma Agraria, dan/atau kebutuhan lainnya, Tim
Reforma Agraria Nasional dapat mengubah Rencana
Aksi, yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri selaku
Ketua Tim Reforma Agraria Nasional setelah mendapat
persetujuan Presiden.
- 11 -

Catatan kumham:
Dibuat Pasal tersendiri.
(4) Ketentuan mengenai dokumen Rencana Aksi
Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Presiden ini.
Alternatif :
(1) Perencanaan Reforma Agraria sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) dituangkan dalam dokumen
Rencana Aksi Reforma Agraria yang selanjutnya
disebut Rencana Aksi sebagaimana tercantum dalam
lampiran 1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Presiden ini.
(2) Rencana Aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi acuan dalam penyusunan:
f. rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga;
dan
g. rencana kerja dan anggaran pemerintah daerah
sesuai dengan kewenangan.
(3) Dalam hal terdapat perubahan kebijakan nasional,
hasıl pemantauan dan pengendalian pelaksanaan
Reforma Agraria, dan/atau kebutuhan lainnya, Tim
Reforma Agraria Nasional dapat mengubah Rencana
Aksi, yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri selaku
Ketua Tim Reforma Agraria Nasional setelah mendapat
persetujuan Presiden.

BAB III
OBJEK TANAH OBJEK REFORMA AGRARIA DAN SUBJEK REFORMA
AGRARIA
- 12 -

Bagian Kesatu
Objek Reforma Agraria
Tanah Objek Reforma Agraria
Catatan 090223:
Akan dibahas kembali penamaan judul
Paragraf 1
Umum

Pasal 5
(1) Objek Reforma Agraria berupa TORA.
(2) TORA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditindaklanjuti dengan Redistribusi Tanah atau
Legalisasi Aset.
TORA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. TORA dari Kawasan Hutan;
b. TORA dari non–Kawasan Hutan; dan
c. TORA dari hasil penyelesaian Konflik Agraria.

Paragraf 2
TORA dari Kawasan Hutan

Pasal 6
(1) TORA dari Kawasan Hutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a meliputi:
a. Alokasi TORA dari 20% (dua puluh persen
perseratus) pelepasan Kawasan Hutan untuk
perkebunan yang dapat diusahakan;
b. Kawasan HPK-TP dan program pencetakan sawah
baru; dan
c. Hasil kegiatan Penyelesaian Penguasaan Tanah
dalam rangka Kawasan Hutan Negara dengan
- 13 -

Penataan Kawasan Hutan dalam rangka


Pengukuhan Kawasan Hutan.
Sepakat 090223
(2) Mekanisme dan penetapan TORA dari Kawasan Hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan c
diatur dalam peraturan perundang-undangan di
bidang kehutanan.
Mekanisme dan penetapan TORA dari Kawasan Hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan
huruf c dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai
penyelenggaraan kehutanan.
Sepakat 090223
(3) Peta Indikatif Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam
rangka Kawasan Hutan Negara dengan Penataan
Kawasan Hutan dalam rangka Pengukuhan Kawasan
Hutan untuk penyediaan TORA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kehutanan, setelah mendapat pertimbangan
Tim Reforma Agraria Nasional.
Penyediaan TORA pada Kawasan Hutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan peta
indikatif PPTPKH yang ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kehutanan, setelah berkoordinasi dengan Tim Reforma
Agraria Nasional.
Sepakat 090223
(4) Dalam hal pelepasan HPK-TP sebagai sumber TORA,
penetapan pelepasan HPK-TP oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kehutanan dilakukan setelah mendapat pertimbangan
Ketua berkoordinasi dengan Tim Reforma Agraria
- 14 -

Nasional berdasarkan hasil rapat koordinasi Tim


Reforma Agraria Nasional.
Sepakat 090223
(5) Pertimbangan Tim Reforma Agraria Nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan
kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kehutanan selambat-
lambatnya paling lambat 7 hari kerja setelah Tim
Reforma Agraria Nasional menerima konsep revisi peta
indikatif PPTPKH.
Sepakat 09023
(6) Pertimbangan Tim Reforma Agraria Nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan
kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kehutanan selambat-
lambatnya paling lambat 7 hari kerja setelah Tim
Reforma Agraria Nasional menerima hasil telaah
permohonan pelepasan HPK-TP
untuk sumber TORA.
Sepakat 090223
(7) Dalam hal pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) tidak disampaikan sesuai batas waktu yang
ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kehutanan dapat menetapkan revisi peta
indikatif PPTPKH.
Sepakat 090223
(8) Dalam hal pertimbangan tidak disampaikan sesuai
batas waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (6), menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kehutanan dapat menetapkan
keputusan terhadap permohonan pelepasan HPK-TP.
Sepakat 090223
- 15 -

(9) Hasil kegiatan pelepasan kawasan hutan untuk TORA


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kehutanan kepada Menteri setiap 3 (tiga)
bulan sekali atau sewaktu-waktu diperlukan.
Sepakat 090223

Pasal 7
Perusahaan perkebunan pemegang Surat Keputusan
Persetujuan pelepasan Kawasan Hutan wajib harus
mengalokasikan 20% (dua puluh perseratus persen) dari
total luas Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan untuk
perkebunan yang dapat diusahakan untuk penyediaan
TORA dari Kawasan Hutan.
Sepakat 090223

Pasal 8
Lahan dari alokasi 20% (dua puluh perseratus persen) dari
total luas Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan untuk
perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf a untuk sumber TORA harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Lahan harus memenuhi kelas tanah tertentu
(kemampuan lahan) yang sesuai dengan syarat tumbuh
tanaman pertanian dan perkebunan dan memiliki jenis
tanah yang cocok (kesesuaian lahan) untuk komoditas
pertanian perkebunan;
lahan memiliki kemampuan dan kesusaian syarat
tumbuh tanaman perkebunan;
b. lahan harus berstatus bebas konflik pertanahan agraria
yaitu tidak berpotensi sengketa dan statusnya telah
- 16 -

dilepaskan dari Kawasan Hutan; sehingga tidak akan


menimbulkan permasalahan agraria kedepannya;
c. lahan tidak berada pada daerah rawan bencana; yaitu
perlu memperhatikan aspek-aspek rawan bencana
seperti kemiringan lahan (slope), gunung berapi, daerah
rawan banjir dan tanah longsor;
d. lahan harus memiliki akses yang mudah dijangkau oleh
supaya masyarakat yang akan menjadi subjek penerima
TORA dapat mudah untuk mencapai lokasi dan
memanfaatkan lahan tersebut; dan
e. lahan bukan merupakan kawasan kubah gambut dan
fungsi lindung ekosistem gambut.
Catatan ATR 221222:
- Perubahan tata ruang untuk reforma agraria
- HGU yang dimiliki oleh BUMN dan terjadi perubahan
tata ruang
Catatan 090223:
Catatan ATR Sudah diakomodir di Pasal 15 ayat (1)
huruf b.

Pasal 9
(1) Dalam rangka pelaksanaan pemenuhan kewajiban
perusahaan perkebunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7, menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kehutanan menyediakan data
dan peta pelepasan Kawasan Hutan untuk
perkebunan.
(2) Data dan peta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya paling sedikit memuat:
a. nama dan alamat perusahaan pemegang surat
keputusan persetujuan pelepasan Kawasan Hutan
untuk perkebunan;
b. susunan direksi;
- 17 -

c. nomor dan tanggal surat persetujuan pelepasan


Kawasan Hutan untuk perkebunan;
d. akta notaris yang menyatakan bahwa perusahaan
pemegang persetujuan pelepasan Kawasan Hutan
sanggup dan bersedia menyediakan alokasi 20%
(dua puluh perseratus persen) dari total luas
persetujuan pelepasan Kawasan Hutan untuk
kebun masyarakat sekitar; dan
e. peta lampiran pelepasan Kawasan Hutan untuk
perkebunan dalam format shp.file.
(3) Data dan peta Pelepasan Kawasan Hutan untuk
perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan kepada Menteri selambat-lambatnya
paling lambat -selambat-lambatnya paling lambat 3
(tiga) bulan sejak Peraturan Presiden ini ditetapkan
diundangkan.
(4) Dalam rangka mendukung pelaksanaan kewajiban
pelaksanaan perusahaan perkebunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertanahan menyediakan data HGU Hak Guna Usaha
dan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian menyediakan data
Izin Usaha Perkebunan dan data realisasi kegiatan
fasilitasi perkebunan untuk disampaikan kepada
Menteri serta dokumen lain yang diperlukan.
(5) Data dan peta sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan ayat (4) menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan
percepatan pemenuhan alokasi 20% (dua puluh
perseratus persen) sebagai sumber TORA dari Kawasan
Hutan dan diintegrasikan kedalam Kebijakan Satu
Peta.
Sepakat 090223
- 18 -

(6) Data dan peta pelepasan Kawasan Hutan untuk


perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) (4) untuk disampaikan kepada Menteri selaku
Ketua Tim Percepatan Kebijakan Satu Peta untuk
diintegrasikan kedalam Kebijakan Satu Peta.

Pasal 10
(1) Kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanahan menyelenggarakan
audit pemenuhan kewajiban alokasi 20% (dua puluh
perseratus persen) dari persetujuan pelepasan
Kawasan Hutan untuk perkebunan berdasarkan data
dan peta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.
Sepakat 090223
(2) Berdasarkan hasil audit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanahan menetapkan
perusahaan perkebunan yang sudah memenuhi dan
perusahaan perkebunan yang belum memenuhi
kewajiban alokasi 20% (dua puluh perseratus persen)
dari persetujuan pelepasan Kawasan Hutan untuk
perkebunan.
Sepakat 090223
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
audit pemenuhan kewajiban alokasi 20% (dua puluh
perseratus persen) diatur dengan peraturan menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pertanahan.
Sepakat 090223

Pasal 11
(1) Pemenuhan kewajiban mengalokasikan 20% (dua
puluh perseratus persen) dari total luas Persetujuan
- 19 -

Pelepasan Kawasan Hutan untuk sumber TORA


melalui Penetapan lokasi 20% (dua puluh perseratus
persen) dari total luas persetujuan pelepasan Kawasan
Hutan untuk perkebunan untuk sebagai sumber TORA
dilakukan melalui dengan mekanisme sebagai berikut:
a. perusahaan perkebunan pemegang Surat
Keputusan Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan
secara sukarela menetapkan lokasi yang akan
diberikan kepada masyarakat sekitar sebagai
sumber TORA;
b. apabila huruf a tidak dapat dilaksanakan, maka
Perusahaan perkebunan bersama-sama
Pemerintah kabupaten/kota menetapkan lokasi
yang akan diberikan kepada masyarakat sekitar
sebagai sumber TORA;
dalam hal Perusahaan perkebunan pemegang
Keputusan Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan
tidak menetapkan lokasi sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, Pemerintah kabupaten/kota
bersama-sama Perusahaan perkebunan
menetapkan lokasi yang akan diberikan kepada
masyarakat sekitar sebagai sumber TORA.
Sepakat 090223
(2) Dalam hal lokasi lahan dari alokasi 20% (dua puluh
perseratus persen) sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b berada di 2 (dua) atau lebih wilayah
administrasi kabupaten/kota, Pemerintah Provinsi
bersama-sama perusahaan perkebunan menetapkan
lokasi yang akan diberikan kepada masyarakat sekitar
sebagai sumber TORA penetapan lokasi dilakukan oleh
Gubernur.
(3) Dalam hal terdapat sisa tanah hasil pelepasan
Kawasan Hutan yang tidak dapat diusahakan, sisa
- 20 -

tanah dimaksud menjadi Tanah Negara dan


pengelolaannya menjadi kewenangan kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dibidang pertanahan.
(4) Pengalokasian 20% (dua puluh perseratus persen)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan
untuk budidaya yang sama dengan jenis tanaman yang
diusahakan oleh perusahaan perkebunan sesuai
dengan perencanaan pembangunan pertanian daerah.
Sepakat 090223
Catatan 090223
Pasal 11 – Pasal 14 akan dicermati kembali

Pasal 12
(1) Berdasarkan hasil audit dan pedoman sebagaimana
dimaksud Pasal 10, Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional menerbitkan pernyataan telah selesainya
pemenuhan kewajiban perusahaan mengalokasikan
20% (dua puluh perseratus) dari total luas persetujuan
pelepasan Kawasan Hutan untuk sumber TORA.
(2) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang pertanahan menetapkan objek TORA
berdasarkan hasil pelaksanaan pemenuhan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Hasil pelaksanaan pemenuhan kewajiban dan
penetapan objek TORA sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan (3) dilaporkan kepada Menteri selaku Ketua
Tim Reforma Agraria Nasional dengan tembusan
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kehutanan, menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pertanian, Gubernur
dan Bupati/Wali Kota.
- 21 -

Pasal 13
(1) Dalam hal di desa lokasi lahan 20% (dua puluh
perseratus) dari total luas pelepasan Kawasan Hutan
untuk kebun masyarakat tidak terdapat masyarakat
penerima, maka lahan tersebut dapat diberikan kepada
masyarakat yang berdomisili:
a. di desa/kelurahan yang berdekatan; atau
b. di desa/kelurahan lain dalam kecamatan yang
berdekatan.
(2) Subjek penerima alokasi 20% (dua puluh perseratus
persen) dari total luas pelepasan Kawasan Hutan untuk
perkebunan ditetapkan oleh Bupati/Walikota
berdasarkan pertimbangan Gugus Tugas Reforma
Agraria Kabupaten/Kota setempat.

Pasal 14
Dalam hal perusahaan perkebunan pemegang persetujuan
pelepasan Kawasan Hutan tidak memenuhi kewajiban
mengalokasikan 20% (dua puluh perseratus persen) dari
total luas yang dilepaskan untuk pembangunan kebun
masyarakat sekitar dalam rangka Reforma Agraria sumber
TORA, Menteri merekomendasikan:
a. menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang agraria dan tata ruang pertanahan untuk
membatalkan Hak Guna Usaha lahan perkebunan;
b. menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang agraria dan tata ruang pertanahan untuk tidak
memberikan pelayanan administrasi pertanahan dan
tata ruang;
c. menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang pertanian, Gubernur, Bupati/Wali Kota sesuai
kewenangannya untuk melakukan pemberhentian
- 22 -

sementara dari kegiatan Usaha Perkebunan dan/atau


pencabutan Perizinan Berusaha Perkebunan; dan/atau
d. sanksi administrasi lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Paragraf 3
TORA dari Non-Kawasan Hutan

Pasal 15
(1) TORA Non-Kawasan Hutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b meliputi:
a. tanah Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan
Hak Pakai yang telah habis masa berlakunya serta
tidak dimohon perpanjangan, dan/atau tidak
dimohon pembaruan haknya dalam jangka waktu 2
(dua) tahun setelah berakhirnya Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai;
b. tanah yang diperoleh dari kewajiban pemegang Hak
Guna Usaha untuk menyerahkan paling sedikit
20% (dua puluh perseratus persen) dari luas bidang
tanah Hak Guna Usaha karena perubahan
peruntukan dalam rencana tata ruang;
c. tanah yang diperoleh dari kewajiban menyediakan
paling sedikit 20% (dua puluh perseratus persen)
dari pelepasan Kawasan Hutan yang belum
dipenuhi pada saat pelepasan Kawasan Hutan;
d. tanah yang diperoleh dari kewajiban menyediakan
paling sedikit 20% (dua puluh perseratus persen)
dari luas Tanah Negara selain hasil pelepasan
Kawasan Hutan yang diberikan kepada pemegang
Hak Guna Usaha dalam proses pemberian atau
perpanjangan atau pembaruan haknya;
- 23 -

e. tanah Negara bekas tanah telantar yang


didayagunakan untuk kepentingan masyarakat
dan negara melalui Reforma Agraria;
f. tanah yang berasal dari pelepasan atau penyerahan
Hak Pengelolaan dalam kerangka Reforma Agraria;
g. tanah yang berasal dari paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari tanah negara yang
dipertuntukkan Bank Tanah;
h. tanah hasil penyelesaian Konflik Agraria;
i. tanah bekas tambang yang berada di luar Kawasan
Hutan;
j. tanah timbul;
k. tanah yang dilepaskan secara sukarela;
l. tanah yang memenuhi persyaratan penguatan hak
rakyat atas tanah, meliputi:
1. tanah yang dihibahkan oleh perusahaan dalam
bentuk tanggung jawab sosial dan/atau
lingkungan;
2. tanah hasil konsolidasi yang Subjeknya
memenuhi kriteria Subjek Reforma Agraria;
atau
3. Tanah Negara yang sudah dikuasai masyarakat.
m. tanah bekas hak erfpacht, tanah bekas partikelir
dan tanah bekas eigendom yang luasnya lebih dari
10 (sepuluh) bauw yang masih tersedia dan
memenuhi ketentuan perundang-undangan
sebagai TORA; dan
n. tanah kelebihan maksimum, tanah absentee, dan
tanah swapraja/bekas swapraja yang masih
tersedia dan memenuhi ketentuan perundang-
undangan sebagai TORA.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, terhadap tanah yang berasal dari:
- 24 -

Alternatif:
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a tidak berlaku terhadap tanah yang berasal dari:
a. badan khusus yang dibentuk dalam rangka untuk
penyehatan perbankan;
b. bank dalam likuidasi yang dalam pengelolaan
Menteri menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Keuangan; dan
c. jaminan atau harta kekayaan lain debitur yang
dalam pengurusan Piutang Negara oleh Panitia
Urusan Piutang Negara, yang hak atas tanahnya
sudah berakhir tidak menjadi objek TORA
yang hak atas tanahnya sudah berakhir tidak menjadi
objek TORA.
(3) Dalam hal kewajiban penyediaan tanah sebesar 20%
(dua puluh perseratus persen) pelepasan Kawasan
Hutan belum dipenuhi, kewajiban tersebut dikenakan
saat permohonan, perpanjangan, dan/atau
permohonan pembaruan Hak Guna Usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
(4) TORA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agraria dan tata ruang
pertanahan setelah memenuhi persyaratan data fisik
dan data yuridis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai pertanahan.
(5) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilaporkan kepada Menteri selambat-lambatnya paling
lambat 3 (tiga) bulan sekali atau sewaktu-waktu
apabila diperlukan.
Catatan 090223:
Pending, menunggu konfirmasi dari Kemen ATR
- 25 -

Pasal 16
(1) Dalam hal permohonan, perpanjangan, dan/atau
permohonan pembaruan Hak tidak dilakukan dalam
batas waktu sebagaimana dimaksud pada dalam Pasal
15 ayat (1) huruf a, maka perpanjangan dan/atau
pembaruan Hak tidak dapat dilakukan dan serta merta
menjadi Tanah Negara dan dapat dimanfaatkan
sebagai objek Reforma Agraria. untuk sumber TORA.
(2) Terhadap tanah yang dikelola oleh Badan Usaha Milik
Negara pada saat tanah serta merta menjadi Tanah
Negara, selanjutnya dihapusbukukan dari aset Badan
Usaha Milik Negara.
Catatan kumham:
Apakah pengaturan ayat (2) menjadi sumber TORA dari
Kawasan Hutan?
Catatan 090223:
Pending Pasal 15-16, menunggu konfirmasi dari Kemen
ATR
--------------------------------------09022023-------------------------------------
Pasal 17
(1) Tanah alokasi dari Bank Tanah merupakan tanah
negara yang diperuntukkan Bank Tanah yang
dialokasikan untuk TORA dalam rangka Reforma
Agraria sebagaimana diatur dalam sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan terkait
mengenai Badan Bank Tanah.
(2) Alokasi tanah untuk Reforma Agraria sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dimanfaatkan untuk kegiatan
budidaya pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan, pemukiman untuk masyarakat
berpenghasilan rendah dan kegiatan lainnya yang
ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan
- 26 -

urusan pemerintahan di bidang agraria dan tata ruang


pertanahan.
Catatan 020323:
Pengaturan redistribusinya diatur di penataan aset
(3) TORA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agraria dan tata ruang
pertanahan.
(4) Penetapan TORA sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilaksanakan setelah mendapat pertimbangan dari Tim
Reforma Agraria Nasional.

(1) Tanah alokasi dari Bank Tanah merupakan tanah


negara yang diperuntukkan Bank Tanah yang
dialokasikan untuk TORA dalam rangka Reforma
Agraria sebagaimana diatur dalam sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan terkait
mengenai Badan Bank Tanah.
(2) TORA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang agraria dan tata
ruang pertanahan setelah berkoordinasi dengan Tim
Reforma Agraria Nasional.
Sepakat 020322

Pasal 18
(1) TORA yang berasal dari Non-Kawasan Hutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dituangkan
dalam Peta Indikatif TORA Non-Kawasan Hutan dan
dapat direvisi setiap 6 (enam) bulan berdasarkan hasil
evaluasi dan/atau usulan dari daerah.
- 27 -

(2) Peta Indikatif TORA Non-Kawasan Hutan ditetapkan


oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agraria dan tata ruang
pertanahan, setelah mendapat pertimbangan Tim
Reforma Agraria Nasional setelah berkoordinasi dengan
Tim Reforma Agraria Nasional.
(3) Peta Indikatif TORA Non-Kawasan Hutan disusun
paling lambat 6 (enam) bulan setelah diterbitkannya
Peraturan Presiden. ini dalam bentuk format .shp.
Sepakat 020323

Alternatif kumham:
(1) TORA yang berasal dari Non-Kawasan Hutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dituangkan
dalam Peta Indikatif TORA Non-Kawasan Hutan.
(2) Peta Indikatif TORA Non-Kawasan Hutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun paling lambat 6 (enam)
bulan setelah diterbitkannya Peraturan Presiden ini
dalam bentuk format .shp.
(3) Peta Indikatif TORA Non-Kawasan Hutan ditetapkan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pertanahan, setelah mendapat pertimbangan Tim
Reforma Agraria Nasional.
(4) Peta Indikatif TORA Non-Kawasan Hutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat direvisi setiap 6 (enam)
bulan berdasarkan hasil evaluasi dan/atau usulan dari
daerah.

Paragraf 4
TORA dari Hasil Penyelesaian Konflik Agraria

Pasal 19
- 28 -

(1) TORA dari hasil penyelesaian Konflik Agraria


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf d
c meliputi:
a. Konflik Agraria di Kawasan Hutan;
b. Konflik Agraria di Non-Kawasan Hutan;
c. Konflik Agraria di Lahan Transmigrasi;
d. Konflik Agraria pada Aset Badan Usaha Milik
Negara;
e. Konflik Agraria pada Aset Barang Milik Negara dan
Barang Milik Daerah.
(2) Penyelesaian Konflik Agraria sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
mengenai penyelesaian Konflik Agraria sebagaimana
diatur dalam berdasarkan Peraturan Presiden ini.
Sepakat 020322

Bagian Kedua
Subjek Reforma Agraria

Pasal 20
(1) Subjek Reforma Agraria mencakup:
a. orang perseorangan;
b. kelompok masyarakat dengan hak kepemilikan
bersama; dan
c. masyarakat hukum adat; dan
d. badan hukum.
(2) Orang perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. warga Negara Indonesia;
b. berusia paling rendah 18 (delapan belas) tahun;
dan
c. bertempat tinggal di wilayah objek Redistribusi
Tanah atau bersedia tinggal di wilayah objek
- 29 -

Redistribusi Tanah dalam satu wilayah


administrasi kecamatan.
(3) Orang perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a mempunyai pekerjaan:
a. petani gurem yang memiliki luas tanah 0,25 (nol
koma dua lima) hektare atau lebih kecil dan/atau
petani yang menyewa tanah yang luasannya tidak
lebih dari 2 (dua) hektare untuk diusahakan di
bidang pertanian sebagai sumber kehidupannya;
b. petani penggarap yang mengerjakan atau
mengusahakan sendiri tanah yang bukan miliknya;
c. buruh tani yang mengerjakan atau mengusahakan
tanah orang lain dengan mendapat upah;
d. nelayan kecil yang melakukan penangkapan ikan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
baik yang tidak menggunakan kapal penangkap
ikan maupun yang menggunakan kapal
penangkap ikan berukuran paling besar 10
(sepuluh) Gross Tonnage (GT);
e. nelayan tradisional yang melakukan penangkapan
ikan di perairan yang merupakan hak perikanan
tradisional yang telah dimanfaatkan secara turun
temurun sesuai dengan budaya dan kearifan lokal;
f. nelayan buruh yang menyediakan tenaganya yang
turut serta dalam usaha penangkapan ikan;
g. pembudi daya ikan kecil yang melakukan
pembudidayaan ikan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari;
h. penggarap lahan budi daya yang menyediakan
tenaganya dalam pembudidayaan ikan;
i. petambak garam kecil yang melakukan usaha
pergaraman pada lahannya sendiri dengan luas
- 30 -

lahan paling luas 5 (lima) hektare, dan perebus


garam;
j. penggarap tambak garam yang menyediakan
tenaganya dalam usaha pergaraman;
k. perorangan yang memiliki usaha produktif yang
memenuhi kriteria usaha mikro sesuai peraturan
perundang-undangan, yang tidak memiliki tanah;
dan/atau
l. jenis pekerjaan lain yang ditetapkan oleh Menteri
selaku Ketua Tim Reforma Agraria Nasional.
(4) Kelompok masyarakat dengan hak kepemilikan
bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan gabungan dari orang- perseorangan yang
membentuk kelompok, yang memenuhi kriteria
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2).
Alternatif:
Kelompok masyarakat dengan hak kepemilikan
bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b merupakan gabungan dari orang-perseorangan
yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) membentuk kelompok.
Sepakat 020323
(5) Masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c ….
(6) Badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c d adalah badan hukum yang dibentuk oleh
Subjek Reforma Agraria yang berbentuk:
a. Koperasi;
b. Badan usaha milik desa;
c. Yayasan; dan
d. Badan hukum untuk kepentingan keagamaan.

Pasal 21
- 31 -

(1) Dalam hal terdapat kondisi jumlah Subjek Reforma


Agraria melebihi bidang tanah Redistribusi Tanah yang
tersedia, maka pelaksanaan Redistribusi Tanah
memprioritaskan Subjek Reforma Agraria yang
bertempat tinggal atau menggarap di lokasi objek
Reforma Agraria.
(2) Dalam hal Redistribusi Tanah hasil penyelesaian
Konflik Agraria di lokasi transmigrasi, maka
pelaksanaannya dilakukan dengan memprioritaskan
hak-hak transmigran sebagai Subjek Reforma Agraria.
Sepakat 02032023

Pasal 22
(1) Subjek Reforma Agraria sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (1) wajib harus:
a. menggunakan, mengusahakan dan memanfaatkan
sendiri tanahnya; dan
b. menaati ketentuan penggunaan dan pemanfaatan
tanah sesuai sifat dan tujuan pemberian hak serta
rencana tata ruang;
c. memelihara kesuburan dan produktivitas tanah;
d. melindungi dan melestarikan sumber daya di atas
tanah; dan
e. menggunakan tanah sesuai dengan kemampuan
tanah
sepakat 020323
(2) Dalam hal TORA diperoleh melalui redistribusi tanah
oleh Subjek Reforma Agraria sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), diberikan kewajiban tambahan berupa:
Alternatif:
Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diberikan kewajiban tambahan berupa:
- 32 -

a. memelihara kesuburan dan produktivitas tanah;


b. melindungi dan melestarikan sumber daya di atas
tanah; dan
c. menggunakan tanah sesuai dengan kemampuan
tanah.

Pasal 23
(1) Subjek Reforma Agraria sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (1) dilarang menelantarkan TORA.
(2) Dalam hal Subjek Reforma Agraria:
a. mengalihkan hak atas TORA; atau
b. mengalihfungsikan TORA,
wajib mendapatkan izin menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria dan tata ruang pertanahan melalui kepala
kantor pertanahan setempat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan hak atau
pengalihfungsian TORA sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur dengan Pperaturan Mmenteri yang
menyelenggarakan urusan di bidang pertanahan.
Sepakat 02032023

Pasal 24
(1) Kewajiban dan larangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 dan Pasal 23 dicantumkan dalam surat
keputusan pemberian hak, buku tanah dan sertipikat
hak atas tanah yang diberikan kepada penerima TORA
Subjek Reforma Agraria.
(2) penerima TORA Subjek Reforma Agraria menyatakan
kesanggupan memenuhi kewajiban dan/atau larangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dan Pasal 23
- 33 -

dengan surat pernyataan yang menjadi pertimbangan


dalam surat keputusan pemberian hak atas TORA.
Catatan 020323:
Konfirmasi dengan KemenATR Dit Landreform.

BAB IV
PENATAAN ASET

Pasal 25
Penataan Aset meliputi:
a. Redistribusi Tanah; dan
b. Legalisasi Aset Tanah.
Sepakat 02032023

Bagian Kesatu
Redistribusi Tanah

Pasal 26
Redistribusi Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
huruf a meliputi:
a. Penetapan objek Redistribusi Tanah; dan
b. Pelaksanaan Redistribusi Tanah.
Sepakat 02032023

Paragraf 1
Penetapan Objek Redistribusi Tanah

Pasal 27
Penetapan objek Redistribusi Tanah yang berasal dari
Alokasi TORA dari 20% (dua puluh perseratus) pelepasan
Kawasan Hutan untuk perkebunan yang dapat diusahakan
- 34 -

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a


ditetapkan sebagai objek Redistribusi Tanah oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria dan tata ruang pertanahan;
Sepakat 02032023

Pasal 28
(1) Penetapan objek Redistribusi Tanah dari pelepasan
Kawasan Hutan dan pemanfaatan kawasan HPK-TP
dan program pencetakan sawah baru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b dan Hasil
kegiatan Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam
rangka Kawasan Hutan Negara dengan Penataan
Kawasan Hutan dalam rangka Pengukuhan Kawasan
Hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf c dilakukan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria dan tata ruang pertanahan berdasarkan
keputusan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kehutanan.
(2) Objek Redistribusi Tanah diberikan kepada subjek
Reforma Agraria sesuai dengan ketersediaan TORA
dengan luas maksimal 5 (lima) hektare sesuai dengan
ketersediaan TORA.
Sepakat 02032023

Pasal 29
Penetapan objek Redistribusi Tanah dari Non-Kawasan
Hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dilakukan
- 35 -

oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan


di bidang agraria dan tata ruang pertanahan.
Sepakat 02032023

Pasal 30
(1) Penetapan objek Redistribusi Tanah dari Bank Tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dilaksanakan
berdasarkan luasan alokasi Reforma Agraria dari aset
Bank Tanah sebagaimana diatur dalam sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
Badan Bank Tanah.
(2) Penetapan objek Redistribusi Tanah dari Bank Tanah
yang telah dimanfaatkan dengan baik pa
ling singkat 10 tahun untuk perumahan permukiman
bagi masyarakat berpenghasilan rendah, peternakan,
perikanan, budi daya pertanian, dan/atau
perkebunan, dan/atau kegiatan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) di lepaskan untuk
diberikan Hak Milik.
(3) Penetapan objek Redistribusi Tanah dari Bank Tanah
yang telah dimanfaatkan dengan baik kurang dari 10
tahun diberikan Hak Pakai diatas Hak Pengelolaan,
dan ditingkatkan menjadi Hak Milik dalam jangka
waktu 10 tahun setelah dimanfaatkan dengan baik oleh
Subjek Reforma Agraria.
(4) Pembuktian pemanfaatan sebagaimana dimaksud ayat
(2) dan ayat (3) dilakukan berdasarkan hasil verifikasi
Gugus Tugas Reforma Agraria Kabupaten/Kota.
(5) Penetapan objek Redistribusi Tanah dari Bank Tanah
yang tidak ada pemanfaatan oleh masyarakat diberikan
Hak Atas Tanah kepada subjek Reforma Agraria.
Sepakat 02032023
- 36 -

Pasal 31
Penetapan objek Redistribusi Tanah dari hasil penyelesaian
Konflik Agraria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
dilaksanakan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agraria dan tata ruang pertanahan
berdasarkan berita acara hasil penyelesaian Konflik Agraria.
Sepakat 02032023

Paragraf 2
Pelaksanaan Redistribusi Tanah

Pasal 32
(1) Objek Redistribusi Tanah yang sudah ditetapkan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang agraria dan tata ruang pertanahan
sebagaimana dimaksud Pasal 27, 28, 29, 30 dan 31
ditindaklanjuti dengan pelaksanaan Redistribusi
Tanah.
(2) Pelaksanaan Redistribusi Tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. sosialisasi dan penyuluhan oleh Kantor
Pertanahan/Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional di lokasi objek Redistribusi Tanah;
b. inventarisasi dan identifikasi subjek dan objek
Redistribusi Tanah oleh Kantor Pertanahan/Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional setelah ada
penetapan objek Reforma Agraria;
- 37 -

c. pengukuran dan pemetaan bidang tanah oleh


Kantor Pertanahan/Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional;
d. penetapan objek Redistribusi Tanah oleh Kantor
Pertanahan/Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional berdasarkan berita acara sidang Gugus
Tugas Reforma Agraria Kabupaten/Kota;
e. penetapan subjek Redisribusi TORA oleh
Bupati/Wali Kota berdasarkan berita acara sidang
Gugus Tugas Reforma Agraria Kabupaten/Kota;
f. pemberian Hak Atas Tanah atau penerbitan Surat
Keputusan Redistribusi Tanah oleh Kantor
Pertanahan; dan
g. penerbitan Sertipikat dan Pembukuan Hak Atas
Tanah oleh Kantor Pertanahan.
Sepakat 02032023

Pasal 33
Penerbitan Sertipikat Hak Atas Tanah terdiri dari atas:
a. Hak milik atas tanah untuk pemukiman dan lahan
garapan bagi orang perseorangan, dan/atau Hak milik
Koperasi jenis usaha Pertanian;
b. Hak Guna Usaha Orang Perseorangan, dan/atau Hak
Guna Usaha Badan Hukum dalam bentuk Koperasi;
c. Hak Guna Bangunan untuk Subjek Reforma Agraria
berupa badan hukum;
d. Hak Kepemilikan Bersama untuk Subjek Reforma
Agraria berupa kelompok masyarakat;
e. Hak milik atas tanah untuk lahan garapan yang sudah
dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh masyarakat
sebelum terbitnya Hak Pengelolaan untuk sumber
TORA;
- 38 -

f. Hak Pakai untuk lahan garapan yang belum dikuasai


dan/atau dimanfaatkan oleh masyarakat di atas tanah
Hak Pengelolaan untuk sumber TORA;
g. Hak Pakai untuk fasilitas umum dan/atau fasilitas
sosial; dan
h. Hak atas tanah lainnya yang ditetapkan oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria dan tata ruang pertanahan.
Sepakat 02032023

Bagian Kedua
Survei Bersama
Pasal 34
(1) Survei Bersama bertujuan untuk mempercepat
pelaksanaan Redistribusi Tanah yang berasal dari
pelepasan Kawasan Hutan untuk TORA.
(2) Survei Bersama dilaksanakan:
a. Pada kegiatan inventarisasi dan verifikasi dalam
rangka Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam
rangka Penataan Kawasan Hutan; atau
b. Dalam hal diperlukan sinkronisasi data subjek dan
objek TORA yang tercantum dalam lampiran
keputusan perubahan batas kawasan hutan untuk
TORA dan data hasil kegiatan IP4T yang ditetapkan
oleh Badan Pertanahan Nasional setempat.
c. Dalam hal diperlukan sinkronisasi data subjek dan
objek TORA yang bersumber dari tata batas
kawasan hutan, hasil adendum IUPHHK, hasil
revisi RTRW, dan penegasan areal transmigrasi
untuk sumber TORA.
(3) Hasil pelaksanaan Survei Bersama pada tahap
kegiatan inventarisasi dan verifikasi sebagaimana
- 39 -

dimaksud pada ayat (2) huruf a menjadi dasar


pertimbangan Tim Pelaksana PPTPKH.
(4) Hasil pelaksanaan Survei Bersama sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b menjadi dasar
rekomendasi tim inver PPTPKH kepada menteri yang
mengurusi menyelenggarakan urusan di bidang
kehutanan untuk penetapan pola penyelesaiannya.
(5) Hasil pelaksanaan survei bersama sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c menjadi dasar
Redistribusi Tanah oleh Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota dan Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Provinsi.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kegiatan Survei
Bersama diatur dalam Peraturan Menteri.
(7) Tim pelaksana dan tim inver PPTPKH sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur sesuai
peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan.
Sepakat 02032023

-----------------------02032023--------------------------------

Bagian Ketiga
Legalisasi Aset

Pasal 35
Legalisasi Aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
huruf b terdiri dari atas:
a. sertipikasi tanah yang dimiliki masyarakat; dan
b. sertipikasi Hak Atas Tanah Transmigrasi; dan
c. penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan masyarakat
hukum adat dan komunal.
Sepakat 030323
Catatan 030323
- 40 -

Menambahkan ketentuan umum terkait Masyarakat


Hukum Adat dan Komunal dan perbaikan definisi
“Legalisasi Aset”.

Pasal 36
Sertipikasi tanah Legalisasi Aset yang dimiliki masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a
dilaksanakan melalui mekanisme Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sepakat 030323

Pasal 37
(1) Sertipikasi Hak Atas Tanah Transmigrasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 huruf b dilakukan atas:
a. lahan tempat tinggal;
b. lahan usaha; dan
c. lahan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang
dipergunakan untuk penunjang pemukiman
transmigrasi.
(2) Lahan tempat tinggal dan lahan usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b diberikan hak
atas tanah berupa hak milik.
(3) Lahan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang
dipergunakan untuk penunjang pemukiman
transmigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c diberikan hak atas tanah berupa hak pakai
atas nama Pemerintah Daerah.
(4) Sertipikasi Hak Atas Tanah Transmigrasi diberikan
untuk lahan transmigrasi yang memenuhi persyaratan:
a. telah memperoleh persetujuan prinsip dan/atau
persetujuan dilakukan pelepasan Kawasan Hutan
- 41 -

untuk lahan transmigrasi atau perubahan batas


Kawasan hutan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan atau
b. telah diberikan hak pengelolaan transmigrasi
untuk lokasi transmigrasi yang masih dalam
pembinaan dan berada di luar kawasan hutan.
(5) Dalam hal tanah transmigrasi belum memperoleh hak
pengelolaan, maka sertipikasi tanahnya diberikan
setelah terbit keputusan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
transmigrasi atau Bupati/Walikota yang menyatakan
bahwa pembinaannya telah diserahkan kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota dan sepenuhnya menjadi
tanggung tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota.
(6) Keputusan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang transmigrasi atau
Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
menjadi dasar penerbitan sertipikat Hak Atas Tanah.

Pasal 38
(1) Dalam hal warga transmigrasi masih dalam masa
pembinaan, penetapan subjek dan objek tanah
transmigrasi dilakukan berdasarkan keputusan
Bupati/Walikota dan dilaporkan kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
transmigrasi.
(2) Dalam hal pembinaan warga transmigrasi telah
diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota,
penetapan subjek dan objek tanah transmigrasi
dilakukan oleh Bupati/Walikota dengan penetapan
subjek diprioritaskan bagi transmigran.
- 42 -

Catatan 030323:
Konsisten “tanah transmigrasi”

Pasal 39
(1) Sertipikat Hak Atas Tanah Transmigrasi tidak dapat
dipindahtangankan kecuali telah dimiliki paling
singkat selama 15 tahun sejak penempatan.
(2) Dalam hal Sertipikat Hak Atas Tanah Transmigrasi
dipindahtangankan sebelum 15 tahun sejak
penempatan maka Hak Atas Tanah hapus.
(3) Hapusnya Hak Atas Tanah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilaksanakan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemindahtanganan
Sertipikat Hak Atas Tanah Transmigrasi diatur lebih
lanjut dalam peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria dan tata ruang.

Pasal 40
(1) Dalam rangka pengakuan atas Tanah Ulayat dilakukan
identifikasi dan pemetaan.
Altenatif:
Dalam rangka penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan
masyarakat hukum adat dan komunal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 huruf c dilakukan
pengukuran, pemetaan dan pencatatan dalam daftar
tanah.
(2) Hasil identifikasi dan pemetaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam nomor
registrasi Tanah Ulayat.
Alternatif:
- 43 -

(3) Hasil pengukuran dan pemetaan bidang tanah


ulayat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam nomor identifikasi bidang.
(4) Nomor indentifikasi bidang sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dituangkan dalam daftar tanah

BAB V
PENYELESAIAN KONFLIK AGRARIA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 41
(1) Penyelesaian Konflik Agraria sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (2) dilaksanakan berdasarkan
prinsip keadilan dan kepastian hukum.
(2) Kategori Konflik Agraria yang akan ditangani dalam
Peraturan Presiden ini meliputi:
a. perorangan dan/atau kelompok masyarakat
dengan badan hukum;
b. perorangan dan/atau kelompok masyarakat
dengan lembaga Negara dan/atau pemerintah.

Bagian Kedua
Tipologi Konflik Agraria

Pasal 42
Tipologi Konflik Agraria yang diatur dalam Peraturan
Presiden ini meliputi:
a. Konflik Agraria di Kawasan Hutan;
b. Konflik Agraria di Non-Kawasan Hutan;
c. Konflik Agraria di Lahan Transmigrasi;
- 44 -

d. Konflik Agraria pada aset Badan Usaha Milik Negara;


e. Konflik Agraria pada aset Barang Milik Negara dan
Barang Milik Daerah.

Pasal ….
Penyelesaian Konflik Agraria sebagaimana dimaksud
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan mengenai
penyelesaian Konflik Agraria sebagaimana diatur dalam
berdasarkan Peraturan Presiden ini

Pasal…
Penyelesaian Konflik Agraria dikecualikan terhadap
aset yang berasal dari:
a. badan khusus yang dibentuk dalam rangka
penyehatan perbankan;
b. bank dalam likuidasi dalam pengelolaan Menteri
Keuangan;
c. barang jaminan atau harta kekayaan lain
penanggung utang, penjamin utang, dan/atau
pihak yang memperoleh hak dalam pengurusan
piutang negara oleh Panitia Urusan Piutang Negara;
d. kekayaan negara tertentu yang berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
Sepakat 300123

Paragraf 1
Konflik Agraria di Kawasan Hutan

Pasal 43
(1) Konflik Agraria di Kawasan Hutan diselesaikan oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kehutanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan.
- 45 -

(2) Konflik agraria di Kawasan Hutan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan mengenai kehutanan.
Sepakat 030323

Paragraf 2
Konflik Agraria di Non-Kawasan Hutan

Pasal 44
(1) Konflik Agraria di Non-Kawasan Hutan diselesaikan oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agraria pertanahan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan di bidang
agraria.
(2) Konflik Agraria di Non-Kawasan Hutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan mengenai
pertanahan.
Sepakat 030323

Paragraf 3
Konflik Agraria di Lahan Transmigrasi

Pasal 45
(1) Konflik Agraria di Lahan Transmigrasi dikoordinasikan
oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang transmigrasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Penyelesaian konflik Agraria di Lahan Transmigrasi
dilaksanakan terhadap:
a. Lahan Transmigrasi yang belum memiliki hak
pengelolaan lahan dan pembinaannya telah
diserahkan ke pemerintah daerah, penyelesaiannya
- 46 -

menjadi kewenangan pemerintah daerah setempat;


dan
b. Lahan Transmigrasi yang sudah memiliki hak
pengelolaan lahan, penyelesaiaannya menjadi
kewenangan kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang transmigrasi dengan
melibatkan Pemerintah Daerah.

Paragraf 4
Konflik Agraria di aset Tanah Badan Usaha Milik Negara

Pasal 46
Penyelesaian Konflik Agraria di Aset Tanah Badan Usaha
Milik Negara Bidang Perkebunan dilaksanakan terhadap
konflik pada:
a. Aset tanah yang Hak Atas Tanahnya masih berlaku; atau
b. Aset tanah yang tidak dapat diperpanjang dan/atau
diperbarui haknya.
291222:
Disepakati untuk pending issue Pasal 46-49 namun ada
pengurangan penyertaan modal negara dan
penghapusbukuan serta perumusan akan disampaikan
oleh Kemen.BUMN
Konfirmasi dengan DJKN Kemenkeu

Pasal 46
(1) Konflik Agraria di aset Tanah Badan Usaha Milik Negara
diselesaikan oleh kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang badan usaha milik
negara
300123
(2) Penyelesaian Konflik Agraria sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui skema antara lain:
- 47 -

a. Kerjasama pemanfaatan aset Badan Usaha Milik


Negara;
300123
b. Pemberian Hak Atas Tanah yang berjangka waktu di
atas Hak Pengelolaan Badan Usaha Milik Negara;
c. Redistribusi Tanah dalam hal telah digunakan,
dimanfaatkan, dan dikuasai oleh masyarakat lebih
dari 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-
turut dengan itikad baik; atau
d. Pola penyelesaian lainnya sesuai dengan kesepakatan
para pihak dan/atau ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pertanahan.
(3) Penentuan pola penyelesaian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 dilaksanakan dengan mempertimbangkan:
a. Kondisi sosial ekonomi masyarakat;
b. Potensi pemanfaatan strategis untuk kepentingan
umum; atau
300123
c. Potensi pemanfaatan dan pengembangan Badan
Usaha Milik Negara.
(4) Dalam hal pola penyelesaian yang disepakati dalam
Berita Acara Penyelesaian Konflik berupa Redistribusi
Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang badan usaha milik negara
melakukan penghapusbukuan atas aset tanah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(5) Dalam hal penghapusbukuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dilakukan pada aset yang Hak Atas
Tanahnya masih berlaku, kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
badan usaha milik negara dan kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
- 48 -

keuangan negara dapat melakukan pengurangan


penyertaan modal negara.
(6) Penyelesaian konflik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dituangkan dalam Berita Acara Penyelesaian Konflik
oleh Tim Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria.
(7) Terhadap aset yang telah dihapusbukukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang agraria menetapkan
sumber TORA.
Sepakat 030323

Pasal 47
(1) Pola Penyelesaian Konflik Agraria terhadap aset tanah
Badan Usaha Milik Negara Bidang Perkebunan yang
Hak Atas Tanahnya masih berlaku sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 huruf a dilaksanakan
melalui:
a. Pemberian Hak Atas Tanah yang berjangka waktu
di atas Hak Pengelolaan Badan Usaha Milik Negara
Bidang Perkebunan;
b. Redistribusi Tanah dalam hal telah digunakan oleh
masyarakat untuk permukiman dan lahan
garapan, dan telah dikuasai lebih dari 20 (dua
puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut
dengan iktikad baik; atau
c. Pola penyelesaian lainnya sesuai dengan
kesepakatan para pihak dan/atau ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang
pertanahan.
(2) Penyelesaian konflik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dituangkan dalam Berita Acara Penyelesaian Konflik
oleh Tim Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria.
- 49 -

Pasal 47
Penyelesaian Konflik Agraria di aset tanah Badan Usaha Milik
Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dilaksanakan
terhadap konflik yang sudah diinventarisasi sebelum
Peraturan Presiden ini ditetapkan.
Alternatif:
(1) Penyelesaian Konflik Agraria di aset tanah Badan Usaha
Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
dilaksanakan terhadap konflik yang terjadi sebelum
Peraturan Presiden ini ditetapkan
(2) konflik Agraria di aset tanah Badan Usaha Milik Negara
yang diselesaikan ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Catatan 130323
Sepakat substansi dan untuk peletakan ayat (2) di bagian
mekanisme penyelesaian konflik agraria (Pasal 51).

Pasal 48
(1) Aset tanah yang tidak dapat diperpanjang dan/atau
diperbarui haknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46 huruf b adalah aset tanah yang tidak memenuhi
syarat perpanjangan dan/atau pembaruan hak berupa
tanah yang pemegang hak atau bekas pemegang hak
tidak mengusahakan dan memanfaatkan dengan baik
sesuai dengan keadaan, sifat, dan tujuan pemberian
haknya.
(2) Pola Penyelesaian Konflik Agraria terhadap aset tanah
Badan Usaha Milik Negara Bidang Perkebunan yang
Hak Atas Tanahnya tidak dapat diperpanjang dan/atau
diperbarui haknya dilaksanakan melalui:
a. Redistribusi Tanah terhadap bidang tanah yang
telah dikuasai dan dimanfaatkan untuk
permukiman dan/atau lahan garapan oleh
- 50 -

masyarakat lebih dari 20 (dua puluh) tahun atau


lebih secara berturut-turut dengan iktikad baik;
b. Dalam hal penguasaan dan pemanfaatan
sebagaimanaa dimaksud pada huruf a kurang dari
20 (dua puluh) tahun diberikan Hak Atas Tanah
berjangka waktu sampai dengan terpenuhinya
jangka waktu 20 (dua puluh) tahun;
c. Pola penyelesaian lainnya sesuai dengan
kesepakatan para pihak.
(3) Penyelesaian konflik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dituangkan dalam Berita Acara Penyelesaian Konflik
oleh Tim Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria
sebagai dasar penetapan perpanjangan dan/atau
pembaruan Hak Atas Tanah oleh menteri yang yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria.
(4) Pola Penyelesaian Konflik Agraria sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan dengan
mengeluarkan dan/atau mengurangi bidang tanah
yang berkonflik dari luas Hak Atas Tanah yang
dimohonkan perpanjangan dan/atau pembaruan oleh
Badan Usaha Milik Negara.
(5) Berdasarkan penetapan pemberian perpanjangan
dan/atau pembaruan hak sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang badan usaha milik
negara melakukan penghapusbukuan atas aset atau
aktiva tetap untuk sumber TORA sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(6) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang agraria menetapkan aset tanah Badan Usaha
Milik Negara yang telah dihapusbukukan sebagai
sumber TORA.
- 51 -

(7) Kantor Pertanahan dan/atau Kantor Wilayah Badan


Pertanahan Nasional melakukan Redistribusi Tanah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada
masyarakat yang terlibat dalam konflik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

Pasal 49
(1) Dalam hal pola penyelesaian yang disepakati dalam
Berita Acara Penyelesaian Konflik berupa Redistribusi
Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1)
huruf b dan Pasal 48 ayat (2) huruf a, kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
badan usaha milik negara melakukan
penghapusbukuan atas aset tanah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang agraria menetapkan sumber TORA yang
berasal dari aset Badan Usaha Milik Negara yang
dihapusbukukan sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1).

Paragraf 5
Konflik Agraria di aset Tanah Barang Milik Negara dan Barang Milik Daerah
Pasal 50
(1) Aset Barang Milik Negara dan/atau Barang Milik
Daerah berupa tanah yang berada pada konflik agraria
yang sebagian atau seluruhnya dikuasai dan/atau
dimanfaatkan oleh masyarakat dengan itikad baik
dapat dijadikan TORA.
(2) Konflik Agraria di aset Barang Milik Negara dan/atau
aset Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud ayat
(1) yang berupa aset tanah dalam konflik yang sebagian
- 52 -

atau seluruhnya dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh


masyarakat dengan itikad baik dapat dilakukan
melalui pemindahtanganan untuk kepentingan umum.
CATATAN 291222:
Pending, akan dibahas pimpinan.

Usulan kemenkeu:
Konflik Agraria di aset Barang Milik Negara dan/atau
aset Barang Milik Daerah yang berupa aset tanah
dalam konflik yang sebagian atau seluruhnya dikuasai
dan/atau dimanfaatkan oleh masyarakat dengan itikad
baik dapat dilakukan pemindahtanganan.

Alternatif I:
aset Barang Milik Negara dan/atau aset Barang Milik
Daerah yang telah dijadikan TORA sebagaimana
dimaksud ayat (1) dilakukan pemindahtanganan untuk
pelaksanaan reforma agraria sebagai (program strategis
nasional untuk kepentingan umum) bidang kegiatan
untuk kepentingan umum.

Alternatif II:
Pemindahtanganan aset Barang Milik Negara dan/atau
aset Barang Milik Daerah sebagaimana yang
dimaksudkan ayat (1) diselenggarakan dengan
prosedur sebagaimana kegiatan yang termasuk
kepentingan umum.

Alternatif III:
(1) Aset Barang Milik Negara dan/atau Barang Milik
Daerah yang berada konflik agraria yang sebagian atau
seluruhnya dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai tanah garapan, permukiman, dan
- 53 -

fasilitas umu dan fasilitas sosial, dengan itikad baik


dapat dijadikan dapat dijadikan Tanah Objek Reforma
Agraria (TORA)
(2) Pemindahtanganan aset Barang Milik Negara
dan/atau aset Barang Milik Daerah sebagaimana yang
dimaksudkan ayat (1), diselenggarakan untuk
Pelaksanaan Program Strategis Nasional reforma
Agraria, melalui prosedur sebagaimana pelaksanaan
kegiatan yang dilekati oleh kepentingan umum.
(3) Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikecualikan untuk aset yang berasal dari :
a. badan khusus yang dibentuk rangka penyehatan
perbankan;
b. bank dalam likuidasi dalam pengelolaan Menteri
Keuangan;
c. barang jaminan atau harta kekayaan lain
penanggung utang, penjamin utang, dan/atau
pihak yang memperoleh hak dalam pengurusan
piutang negara oleh Panitia Urusan Piutang Negara;
dan
d. kekayaan negara tertentu yang berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
(4) Kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) antara lain meliputi Reforma Agraria.
(5) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang keuangan, Gubernur, Bupati/Wali Kota
melakukan penghapusan aset Barang Milik
Negara/Barang Milik Daerah yang telah
dipindahtangankan untuk kepentingan umum.
(6) Mekanisme pemindahtanganan dan penghapusan aset
Barang Milik Negara dan/atau Barang Milik Daerah
dilaksanakan sebagaimana sesuai dengan ketentuan
peraturan diatur dalam perundang-undangan.
- 54 -

Alternatif:
Mekanisme pemindahtanganan dan penghapusan aset
Barang Milik Negara dan/atau Barang Milik Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Catatan 291222:
Konfirmasi ke DJKN Kemenkeu
(7) TORA dalam rangka Reforma Agraria sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria.
(8) Konflik Agraria terhadap Barang Milik Negara/Barang
Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Konflik dengan masyarakat yang menguasai
dengan itikad baik minimal 20 (dua puluh tahun)
secara berturut-turut;
b. Tidak merupakan Barang Milik Negara/Barang
Milik Daerah berupa tanah rumah negara;
c. Masyarakat yang berkonflik bukan purnawirawan
dan/atau pensiunan beserta ahli warisnya;
d. Konflik telah terjadi sebelum Peraturan Presiden ini
ditetapkan; dan
e. Dikecualikan dari konflik yang telah berperkara di
pengadilan.
- 55 -

Pasal ….
(1) Konflik Agraria di aset Tanah Barang Milik Negara
diselesaikan oleh kementerian/lembaga selaku
pengguna barang setelah mendapat persetujuan dari
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai pengelolaan Barang Milik Negara.
Sepakat 030323
(2) Konflik Agraria di aset Tanah Barang Milik Daerah
diselesaikan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
pengelolaan Barang Milik Daerah.
Catatan 300123:
konfirmasi dengan Kemendagri
(3) Penyelesaian Konflik Agraria sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) yang berupa aset tanah yang
sebagian atau seluruhnya dikuasai dan/atau
dimanfaatkan oleh masyarakat dengan itikad baik
dapat dilakukan dengan pemindahtanganan untuk
kepentingan umum.
Sepakat 030323
(4) TORA dalam rangka Reforma Agraria sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang agraria.
Sepakat 030323

(5) Konflik Agraria terhadap Barang Milik Negara/Barang


Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
- 56 -

a. Konflik dengan masyarakat yang menguasai secara


fisik dengan itikad baik minimal 20 (dua puluh)
tahun secara berturut-turut;
b. Tidak merupakan Barang Milik Negara/Barang
Milik Daerah berupa tanah rumah negara;
c. Konflik telah terjadi sebelum Peraturan Presiden ini
ditetapkan; dan
d. Dikecualikan dari konflik yang telah berperkara di
pengadilan.
Sepakat 030323

Bagian Ketiga
Mekanisme Penyelesaian Konflik Agraria

Pasal 51
(1) Penyelesaian Konflik Agraria dilaksanakan oleh Tim
Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria dengan
tahapan sebagai berikut:
a. penerimaan laporan/aduan Konflik Agraria atau
inventarisasi data Konflik Agraria dari
kementerian/Lembaga;
b. verifikasi;
c. rekomendasi;
d. pelaporan; dan
e. pemantauan dan penyelesaian hambatan.
(2) Dalam hal dibutuhkan penanganan khusus, Tim
Reforma Agraria Nasional dapat menetapkan lokasi-
lokasi prioritas penyelesaian Konflik Agraria.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Penyelesaian
Konflik Agraria sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur lebih lanjut diatur dalam bentuk Peraturan
Menteri.
- 57 -

Paragraf 1
Penerimaan Laporan/Aduan Konflik Agraria

Pasal 52
(1) Setiap warga negara Indonesia/kelompok
masyarakat/badan hukum yang terdampak dari
Konflik Agraria dapat menyampaikan laporan/aduan
Konflik Agraria kepada Tim Percepatan Pelaksanaan
Reforma Agraria Tim Reforma Agraria Nasional melalui
Tim Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria.
(2) Penyampaian laporan/aduan Konflik Agraria
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipungut
biaya atau imbalan dalam bentuk apa pun.
(3) Penyampaian laporan/aduan Konflik Agraria
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
disampaikan kepada Tim Reforma Agraria Nasional
melalui Tim Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria.
Sepakat 030323

Pasal 53
(1) Inventarisasi data Konflik Agraria sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) huruf a dilaksanakan
terhadap seluruh Konflik Agraria yang telah diterima
atau ditangani oleh Kementerian/Lembaga sebelum
Peraturan Presiden ini diundangkan.
(2) Kementerian/Lembaga menyampaikan seluruh data
Konflik Agraria yang ditangani kepada Tim Percepatan
Pelaksanaan Reforma Agraria paling lambat 1 bulan
sejak Peraturan Presiden ini diundangkan.
Sepakat 030323

Paragraf 2
- 58 -

Verifikasi Konflik Agraria

Pasal 54
(1) Tim Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria
melakukan verifikasi terhadap penerimaan
laporan/aduan Konflik Agraria sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 52 ayat (1) dan inventarisasi data Konflik
Agraria yang berasal dari kementerian/lembaga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1).
(2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi aspek formil dan materiil dari kasus Konflik
Agraria yang dilaporkan.

Paragraf 3
Rekomendasi Penyelesaian Konflik Agraria

Pasal 55
(1) Berdasarkan hasil verifikasi Konflik Agraria, Tim
Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria menerbitkan
rekomendasi penyelesaian Konflik Agraria.
(2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan secara tertulis dengan substansi berupa:
a. dalam hal kasus memenuhi syarat sebagai Konflik
Agraria, maka Tim Percepatan Pelaksanaan
Reforma Agraria merekomendasi langkah tindak
lanjut kepada Kementerian/Lembaga dan/atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan
terkait;
b. dalam hal kasus memerlukan data dan informasi
tambahan, maka Tim Percepatan Pelaksanaan
Reforma Agraria meminta keterangan lebih lanjut
kepada Kementerian/Lembaga dan/atau Pelapor;
atau
- 59 -

c. dalam hal kasus tidak memenuhi syarat sebagai


Konflik Agraria, maka Tim Percepatan Pelaksanaan
Reforma Agraria tidak menindaklanjuti laporan.

Paragraf 4
Pelaksanaan Penyelesaian Konflik Agraria

Pasal 56
(1) Kementerian/Lembaga wajib harus menindaklanjuti
rekomendasi awal penyelesaian Konflik Agraria yang
disampaikan oleh Tim Percepatan Pelaksanaan
Reforma Agraria. Tim Reforma Agraria Nasional melalui
Tim Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria.
(2) Kementerian/Lembaga kepada Tim Reforma Agraria
Nasional melalui Tim Percepatan Pelaksanaan Reforma
Agraria melaporkan setiap perkembangan dan hasil
penyelesaian Konflik Agraria
(3) Dalam pelaksanaan penyelesaian Konflik Agraria, Tim
Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria melakukan
pemantauan penyelesaian Konflik Agraria yang
dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga terkait.
(4) Dalam rangka melaksanakan pemantauan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dalam hal
diperlukan, Tim Percepatan Pelaksanaan Reforma
Agraria dapat menanyakan perkembangan dan
mengambil langkah penyelesaian hambatan dalam hal
diperlukan.
(5) Dalam hal telah tercapai kesepakatan penyelesaian
Konflik Agraria, ditindaklanjuti dengan proses
penataan aset sebagaimana dimaksud pada Bab IV.
Dalam hal penyelesaian konflik agraria sebagaimana
dimaksud dalam Pasal … telah mencapai kesepakatan,
- 60 -

ditindaklanjuti dengan proses penataan aset


sebagaimana dimaksud pada Bab IV

Bagian Keempat
Mekanisme Penyelesaian Konflik Agraria pada aset Badan Usaha Milik
Negara

Pasal …
(1) Terhadap Konflik Agraria pada aset Badan Usaha Milik
Negara, Tim Reforma Agraria Nasional melakukan
identifikasi dan konsolidasi konflik yang sudah terjadi
sebelum Peraturan Presiden ini ditetapkan.
(2) Berdasarkan hasil identifikasi dan konsolidasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian
Konflik Agraria dilakukan melalui tahapan:
a. verifikasi dan validasi daftar subjek dan objek;
b. penentuan pola penyelesaian; dan
c. pelaksanaan pola penyelesaian.
(3) Penentuan pola penyelesaian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b berdasarkan ketentuan dalam
Pasal 46.
(4) Pelaksanaan pola penyelesaian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c berdasarkan ketentuan dalam
Pasal 47.
Pasal ….
konflik Agraria di aset tanah Badan Usaha Milik Negara
yang akan diselesaikan melalui skema penyelesaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2) ditetapkan
dengan Keputusan Menteri.
Catatan 130323:
Akan dicermati peletakkannya.
- 61 -

USULAN RAPAT TERBATAS

Pasal …
Dalam hal penyelesaian konflik agraria sebagaimana
dimaksud dalam Pasal … telah mencapai kesepakatan,
ditindaklanjuti dengan proses penataan aset
sebagaimana dimaksud pada Bab IV
=============================030323===========================
BAB VI
PERCEPATAN PENATAAN AKSES

Pasal 57
(1) Penataan Akses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) huruf c dilakukan melalui Pemberdayaan
Subjek Ekonomi Reforma Agraria sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c.
(2) Pemberdayaan Ekonomi Subjek Reforma Agraria
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
penyediaan program pendukung dalam rangka
meningkatkan skala ekonomi, nilai tambah serta
mendorong inovasi kewirausahaan Subjek Reforma
Agraria.
(3) Pemberdayaan Ekonomi Reforma Agraria dilaksanakan
dengan berbasis klaster melalui kegiatan pemanfaatan
tanah berdasarkan kepemilikan tanah.
(4) Dalam rangka mencapai tujuan pemberdayaan
Ekonomi Reforma Agraria sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), kegiatan pemberdayaan dilaksanakan secara
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan
melibatkan intervensi multipihak.
Alternatif Rumusan:
- 62 -

(1) Penataan Akses dilakukan melalui


Pemberdayaan Ekonomi Subjek Reforma
Agraria sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1) huruf c.
(2) Pemberdayaan Ekonomi Subjek Reforma
Agraria sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan basis klaster melalui
kegiatan pemanfaatan tanah berdasarkan
kepemilikan tanah.
(3) Pemberdayaan Ekonomi Subjek Reforma
Agraria sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi penyediaan program pendukung
untuk meningkatkan skala ekonomi, nilai
tambah dan mendorong inovasi
kewirausahaan Subjek Reforma Agraria
(4) Dalam rangka mencapai tujuan
pemberdayaan Ekonomi Subjek Reforma
Agraria sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
kegiatan pemberdayaan dilaksanakan secara
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
dengan melibatkan intervensi multipihak
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan
badan usaha.
(5) Program pendukung sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) meliputi kegiatan:
a. pemetaan sosial; dan
b. pendampingan usaha;
sepakat rumusan alternatif 130323
(6) Pelibatan Kementerian/Lembaga, Pemerintah
Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, dan badan usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan melalui:
- 63 -

a. Pemberian bantuan langsung dan/atau program


dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
dan/atau
b. Kerjasama antara masyarakat dengan pihak
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
yang memilki kemampuan untuk mendukung
program pemberdayaan ekonomi Reforma Agraria.

Pasal 58
(1) Intervensi Pelibatan multipihak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 ayat (4) dapat dilakukan
melalui:
c. Pemberian bantuan langsung dan/atau program
dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi atau
Pemerintah Kabupaten/Kota; dan/atau
d. Kerjasama antara masyarakat dengan pihak
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota yang memilki
kemampuan untuk mendukung program
pemberdayaan ekonomi Reforma Agraria.
(2) Pemberdayaan ekonomi Subjek Reforma Agraria
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1)
dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga, Pemerintah
Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota yang dikoordinasikan oleh Tim
Reforma Agraria Nasional dan Gugus Tugas Reforma
Agraria Daerah sesuai dengan kewenangannya.
(3) Dalam rangka mengkoordinasikan pelaksanaan
Pemberdayaan Ekonomi Subjek Reforma Agraria
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Gugus Tugas
- 64 -

Reforma Agraria Daerah dapat menunjuk pendamping


dan/atau mitra kerja.

Pasal 59
(1) Pemberdayaan Ekonomi Reforma Agraria diawali
dengan kegiatan pemetaan sosial, yang merupakan
serangkaian proses untuk menemukenali dan
mendalami kondisi masyarakat.
Kegiatan pemetaan sosial sebagaimana dimaksud dalam
pasal 57 ayat (5) huruf a merupakan serangkaian proses
untuk menemukenali dan mendalami kondisi masyarakat.
(2) Pemberdayaan Ekonomi Reforma Agraria sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) dilanjutkan dengan
pendampingan usaha yang meliputi:
Pendampingan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 57
ayat (5) huruf b meliputi:
a. pembentukan kelompok dan/atau badan usaha
subjek Reforma Agraria;
b. peningkatan kapasitas dan keterampilan
kelembagaan kelompok dan/atau badan usaha
subjek Reforma Agraria yang dibentuk Subjek
Reforma Agraria;
c. penggunaan teknologi tepat guna dan berwawasan
lingkungan;
d. diversifikasi usaha;
e. fasilitasi akses permodalan;
f. fasilitasi akses pemasaran (offtaker);
g. penguatan basis data dan informasi;
h. penyediaan infrastruktur pendukung; dan/atau
i. Bantuan produktif lainnya.
Sepakat 130323

Pasal 60
- 65 -

(1) pembentukan kelompok dan/atau badan usaha subjek


Reforma Agraria sebagaimana dimaksud dalam Pasal
59 ayat (2) huruf a dilakukan berdasarkan
rekomendasi hasil pemetaan sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1).
(2) peningkatan Peningkatan kapasitas dan keterampilan
kelembagaan kelompok dan/atau badan usaha subjek
Reforma Agraria yang dibentuk Subjek Reforma Agraria
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) huruf
a b dilakukan dengan membentuk kelompok sasaran
Penataan Akses berdasarkan jenis usaha melalui
kegiatan:
a. penyuluhan;
b. pendidikan;
c. pelatihan; dan/atau
d. bimbingan teknis.
(3) Penggunaan teknologi tepat guna dan berwawasan
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59
ayat (2) huruf b c dengan menerapkan metode yang
hemat sumber daya, mudah dirawat dan berdampak
polutif minimalis dengan memperhatikan aspek
lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi masyarakat.
(4) Diversifikasi usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 59 ayat (2) huruf c d dilakukan dengan
penganekaragaman jenis usaha untuk
memaksimalkan upaya peningkatan kesejahteraan.
Catatan 130323:
Akan dicarikan penjelasan dari diversifikasi usaha.
Diversifikasi usaha dilakukan dengan pelaksanaan
strategi dalam memperluas pangsa pasar, menambah
jumlah unit bisnis, memproduksi produk baru yang
beraneka ragam, serta melakukan akuisisi pada usaha
pesaing atau usaha baru
- 66 -

(5) Pemberian akses permodalan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 59 ayat (2) huruf d e dilakukan melalui
penetapan kebijakan pemberian pinjaman kepada
Subjek Reforma Agraria dengan bunga rendah dan
jangka waktu panjang, bekerjasama dengan:
a. lembaga keuangan;
b. koperasi; dan/atau
c. badan usaha melalui dana tanggung jawab sosial
perusahaan.
(6) fasilitasi akses pemasaran (offtaker) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) huruf e f dilakukan
dengan menjembatani, menampung dan menyalurkan
hasil usaha kelompok Subjek Reforma Agraria kepada
penjamin hasil usaha (offtaker).
(7) penguatan basis data dan informasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) huruf f g dilakukan
dengan menyusun basis data Penataan Akses yang
digunakan menjadi dasar pengawasan berupa aplikasi
pemberdayaan tanah masyarakat.
(8) Penyediaan infrastruktur pendukung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) huruf g h dilakukan
oleh Kementerian/Lembaga, Pemerintah Provinsi,
dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya.
(9) Bantuan produktif lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59 ayat (2) huruf h i dapat berupa sarana
dan prasarana produksi pertanian serta sarana dan
prasarana produksi perikanan.
Sepakat 130323

BAB VII
KELEMBAGAAN
- 67 -

Bagian Kesatu
Tim Reforma Agraria Nasional

Pasal 61
(1) Dalam rangka penyelenggaraan Reforma Agraria,
dibentuk Tim Reforma Agraria Nasional.
(2) Tim Reforma Agraria Nasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Presiden.

Pasal 62
Tim Reforma Agraria Nasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Menetapkan kebijakan pelaksanaan percepatan Reforma
Agraria;
b. Melakukan penyelesaian Konflik Agraria dan kendala
dalam penyelengaraan Reforma Agraria; dan
c. Melakukan pengendalian, pengawasan, dan pelaporan
pelaksanaan Reforma Agraria.
d. Melakukan penyelesaian kendala dalam pelaksanaan
percepatan Reforma Agraria dan pengoordinasian
percepatan penyelesaian Konflik Reforma Agraria.
e. Memberikan arahan strategis kepada tim pelaksana
percepatan reforma agraria.
catatan 130323:
perubahan menjadi satu tim yaitu “Tim Percepatan
Reforma Agraria Nasional” yang terdiri atas Pengarah
dan Pelaksana.
Dicermati kembali terkait penggunaan nama Tim
Percepatan RAN

Pasal 63
- 68 -

Susunan Keanggotaan Tim Reforma Agraria Nasional


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1), terdiri atas:
a. Ketua : Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian;
b. Wakil Ketua I : Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi;
c. Wakil Ketua II : Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan;
d. Wakil Ketua III: Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan
e. Ketua Harian : Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional;
f. Anggota : 1. Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan;
2. Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional;
3. Menteri Keuangan;
4. Menteri Dalam Negeri;
5. Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi;
6. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah;
7. Menteri Pertanian;
8. Menteri Badan Usaha Milik
Negara;
9. Menteri Kelautan dan Perikanan;
10. Sekretaris Kabinet;
11. Kepala Staf Kepresidenan;
- 69 -

12. Menteri Sekretaris Negara;


13. Jaksa Agung;
14. Panglima Tentara Nasional
Indonesia; dan
15. Kepala Kepolisian Republik
Indonesia.
Catatan 130323:
Penulisan nomenklatur Mensetneg. Setkab, dan KSP (perwakilan istana)
dikonfirmasi kembali

Pasal 64
(1) Tim Reforma Agraria Nasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 ayat (1) secara administratif
berkedudukan di Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian.
(2) Tim Reforma Agraria Nasional melaksanakan rapat
koordinasi internal paling sedikit 2 (dua) kali dalam
satu tahun.
(3) Tim Reforma Agraria Nasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 ayat (1) dalam melaksanakan tugas
dapat melibatkan, bekerja sama, dan/atau
berkoordinasi dengan kementerian/lembaga,
pemerintah daerah, akademisi, dan/atau pemangku
kepentingan.
(4) Dalam rangka membantu pelaksanaan tugas Tim
Reforma Agraria Nasional dibentuk Tim Percepatan
Pelaksanaan Reforma Agraria dan Gugus Tugas
Reforma Agraria Daerah.

Bagian Kedua
Tim Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria

Pasal 65
- 70 -

(1) Dalam rangka membantu pelaksanaan tugas Tim


Reforma Agraria Nasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 ayat (1), dibentuk Tim Percepatan
Pelaksanaan Reforma Agraria.
(2) Tim Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (4)
mempunyai tugas:
a. mengoordinasikan penyediaan TORA dalam rangka
Penataan Aset di tingkat pusat;
b. mengoordinasikan penetapan objek Redistribusi
Tanah dalam rangka penataan aset;
c. mengoordinasikan perencanaan kegiatan,
pelaksanaan dan penganggaran Penataan Akses di
tingkat pusat;
d. mengoordinasikan integrasi pelaksanaan Penataan
Aset dan Penataan Akses di tingkat pusat;
e. menerima aduan/laporan Konflik Agraria;
f. melakukan verifikasi, analisis data fisik dan data
yuridis terhadap aduan/laporan Konflik Agraria;
g. melakukan inventarisasi data Konflik Agraria yang
berasal dari kementerian/lembaga;
h. menerbitkan rekomendasi dan berita acara
penyelesaian Konflik Agraria;
i. melakukan pengawasan, pengendalian dan
penyelesaian kendala dan hambatan;
j. penyelesaian Konflik Agraria, penataan aset, dan
penataan akses dalam rangka pelaksanaan
Reforma Agraria;
k. melaksanakan tugas terkait lainnya yang diberikan
oleh Tim Reforma Agraria Nasional;
l. mengkoordinasikan dan menyampaikan laporan
hasil pelaksanaan Reforma Agraria kepada Tim
Reforma Agraria Nasional; dan
- 71 -

m. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap


pelaksanaan tugas Gugus Tugas Reforma Agraria
Daerah.
(3) Tim Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki
susunan keanggotaan:
a. Ketua : Deputi Bidang Koordinasi
Pengembangan Wilayah dan Tata
Ruang, Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian;
b. Wakil Ketua : Deputi Bidang Koordinasi
Pengelolaan Lingkungan dan
Kehutanan, Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman
dan Investasi;
c. Anggota : 1. Deputi II Bidang
Pembangunan Manusia,
Kantor Staf Presiden;
2. Deputi Bidang Koordinasi
Hukum dan Hak Asasi
Manusia Kementerian
Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan;
Catatan:
kemenkopolhukam tidak
termasuk dalam tim reforma
agraria nasional
3. Deputi Bidang Koordinasi
Pemerataan Pembangunan
Wilayah dan Penanganan
Bencana, Kementerian
Koordinator Bidang
- 72 -

Pembangunan Manusia dan


Kebudayaan;
Catatan:
kemenkoPMK tidak
termasuk dalam tim
reforma agraria
nasional

4. Direktur Jenderal
Penanganan Sengketa dan
Konflik Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
5. Direktur Jenderal Penataan
Agraria Kementeiran Agraria
dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
6. Direktur Jenderal
Penetapan Hak dan
Pendaftaran Tanah
Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
7. Direktur Jenderal Planologi
Kehutanan dan Tata
Lingkungan, Kementerian
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan;
8. Direktur Jenderal
Perhutanan Sosial dan
Kemitraan Lingkungan,
Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan;
- 73 -

9. Direktur Jenderal
Pembangunan Desa dan
Perdesaan, Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan
Transmigrasi;
10. Direktur Jenderal
Pembangunan dan
Pengembangan Kawasan
Transmigrasi, Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan
Transmigrasi;
11. Direktur Jenderal Otonomi
Daerah, Kementerian Dalam
Negeri;
12. Direktur Jenderal Bina
Pembangunan Daerah,
Kementerian Dalam Negeri;
13. Direktur Jenderal Bina
Administrasi Kewilayahan,
Kementerian Dalam Negeri;
14. Direktur Jenderal Bina
Pemerintahan Desa,
Kementerian Dalam Negeri;
15. Direktur Jenderal Bina
Keuangan Daerah,
Kementerian Dalam Negeri;
16. Direktur Jenderal Kekayaan
Negara, Kementerian
Keuangan;
- 74 -

17. Direktur Jenderal Perikanan


Budidaya, Kementerian
Kelautan dan Perikanan;
18. Direktur Jenderal
Perkebunan, Kementerian
Pertanian;
19. Direktur Jenderal Prasarana
dan Sarana Pertanian,
Kementerian Pertanian;
20. Deputi Bidang Koordinasi
Pangan dan Agribisnis,
Kementerian Badan Usaha
Milik Negara;
21. Deputi Bidang Hukum dan
Peraturan Perundang-
undangan, Kementerian
Badan Usaha Milik Negara;
22. Sekretaris Menteri
Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah;
23. Asisten Staf Operasi
Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
24. Asisten Teritorial Panglima
Tentara Nasional Indonesia;
25. Kepala Badan Pembinaan
Hukum Tentara Nasional
Indonesia; dan
26. Kepala Badan Reserse
Kriminal Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Catatan:
- 75 -

Konfirmasi untuk bagian


dari jaksa agung belum ada
di tim percepatan
pelaksanaan RA
(4) Tim Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di
kementerian yang menyelenggarakan koordinasi,
sinkronisasi, dan pengendalian urusan kementerian
dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang
perekonomian dan bertanggung jawab kepada Ketua
Tim Reforma Agraria Nasional.
(5) Tim Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria dalam
pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibantu oleh Manajemen Pelaksana dan
Sekretariat Nasional Reforma Agraria yang
beranggotakan tenaga ahli yang berasal dari Pegawai
Negeri Sipil atau bukan Pegawai Negeri Sipil.
Catatan:
“bukan Pegawai Negeri Sipil” diartikan siapa? Apakah
yang dimaksud PPPK?
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan
Manajemen Pelaksana dan Sekretariat Nasional
Reforma Agraria sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal …
Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan tata kerja Tim Perceptan
Reforma Agraria Nasional diatur dengan Peraturan Menteri

---------------130323--------------------------
Bagian Ketiga
Gugus Tugas Reforma Agraria Daerah
- 76 -

Pasal 66
(1) Untuk mendukung pelaksanaan Reforma Agraria di
daerah, Gubernur dan Bupati/Wali Kota membentuk
dan menetapkan Gugus Tugas Reforma Agraria di
tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota.
(2) Dalam pelaksanaan tugasnya, Gugus Tugas Reforma
Agraria sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berkoordinasi dengan Tim Percepatan Pelaksanaan
Reforma Agraria.

Pasal 67
(1) Gubenur dan Bupati/Wali Kota mengintegrasikan
kegiatan Reforma Agraria ke dalam perencanaan
pembangunan daerah dan program kegiatan perangkat
daerah.
(2) Gubernur dan Bupati/Wali Kota sesuai dengan
kewenangannya mengalokasikan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah untuk mendukung
pelaksanaan tugas Gugus Tugas Reforma Agraria
Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Pasal 68
(1) Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) mempunyai tugas
sebagai berikut:
a. mengoordinasikan penyediaan TORA dalam rangka
Penataan Aset di tingkat provinsi;
b. memfasilitasi pelaksanaan Penataan Akses di
tingkat provinsi;
c. mengoordinasikan integrasi pelaksanaan Penataan
Aset dan Penataan Akses di tingkat provinsi;
- 77 -

d. menyampaikan laporan hasil pelaksanaan Reforma


Agraria Provinsi kepada Tim Percepatan
Pelaksanaan Reforma Agraria;
e. memberikan usulan dan rekomendasi tanah
kepada Pelaksana Tim Percepatan Pelaksanaan
Reforma Agraria Nasional untuk ditegaskan sebagai
tanah negara sekaligus ditetapkan sebagai TORA
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan di
bidang pertanahan;
f. melaksanakan penyelesaian Konflik Agraria di
tingkat provinsi dibawah koordinasi Tim Percepatan
Pelaksanaan Reforma Agraria; dan
g. melakukan pembinaan, pengendalian dan
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Gugus
Tugas Reforma Agraria Kabupaten/Kota.
(2) Susunan keanggotaan Gugus Tugas Reforma Agraria
Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. Ketua: Gubernur;
b. Wakil Ketua: Sekretaris Daerah Provinsi;
c. Ketua Pelaksana Harian: Kepala Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional; dan
d. Anggota yang berasal dari pejabat tinggi pratama
perangkat daerah provinsi, pejabat pada Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional, pejabat pada
balai pemantapan kawasan hutan, Tentara
Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik
Indonesia, kejaksaan, unsur masyarakat, dan/atau
akademisi.
(3) Anggota Gugus Tugas Reforma Agraria yang berasal
dari pejabat tinggi pratama perangkat daerah provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
- 78 -

merupakan perangkat daerah yang menyelenggarakan


urusan/fungsi penunjang:
a. pekerjaan umum dan penataan ruang;
b. lingkungan hidup;
c. kehutanan;
d. transmigrasi;
e. pertanian;
f. kelautan dan perikanan;
g. perumahan dan kawasan pemukiman;
h. koperasi, usaha kecil, dan menengah;
i. pemberdayaan masyarakat dan desa;
j. perindustrian;
k. perdagangan;
l. energi dan sumber daya mineral;
m. pertanahan;
n. keuangan;
o. perencanaan; dan
p. penanaman modal.

Pasal 69
(1) Gugus Tugas Reforma Agraria Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1)
mempunyai tugas sebagai berikut:
a. mengoordinasikan penyediaan TORA dalam rangka
Penataan Aset di tingkat kabupaten/kota;
b. memberikan usulan dan rekomendasi tanahtanah
untuk ditegaskan sebagai tanah negara sekaligus
ditetapkan sebagai TORA kepada Menteri atau
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri;
alt:
memberikan usulan dan rekomendasi tanah
kepada Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi
untuk ditegaskan sebagai tanah negara sekaligus
- 79 -

ditetapkan sebagai TORA oleh menteri yang


menyelenggarakan urusan di bidang pertanahan;
c. melaksanakan penataan penguasaan dan
pemilikan TORA;
d. melakukan pemetaan sosial dalam rangka
penataan akses;
e. melakukan verifikasi daftar Subjek Reforma
Agraria;
f. melaksanakan Penataan Akses;
g. melaksanakan integrasi pelaksanaan Penataan
Aset dan Penataan Akses di tingkat
kabupaten/kota;
h. menyampaikan laporan hasil Reforma Agraria
Kabupaten/Kota kepada Gugus Tugas Reforma
Agraria Provinsi;
i. melaksanakan penyelesaian Konflik Agraria di
tingkat Kabupaten/Kota dibawah koordinasi Tim
Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria; dan
j. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
Legalisasi Aset dan Redistribusi Tanah.
(2) Susunan keanggotaan Gugus Tugas Reforma Agraria
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. Ketua: Bupati/Wali Kota;
b. Wakil Ketua: Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota;
c. Ketua Pelaksana Harian: Kepala Kantor
Pertanahan; dan
d. Anggota yang berasal dari pejabat tinggi pratama
perangkat daerah kabupaten/kota, pejabat kantor
pertanahan kabupaten/kota, Tentara Nasional
Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia,
kejaksaan, unsur masyarakat, dan/atau
akademisi.
- 80 -

(3) Anggota Gugus Tugas Reforma Agraria yang berasal


dari pejabat tinggi pratama perangkat daerah
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d merupakan perangkat daerah yang
menyelenggarakan urusan/fungsi penunjang:
a. pekerjaan umum dan penataan ruang;
b. lingkungan hidup;
c. kehutanan;
d. transmigrasi;
e. pertanian;
f. kelautan dan perikanan;
g. perumahan dan kawasan pemukiman;
h. koperasi, usaha kecil, dan menengah;
i. pemberdayaan masyarakat dan desa;
j. perindustrian;
k. perdagangan;
l. energi dan sumber daya mineral;
m. pertanahan;
n. keuangan;
o. perencanaan; dan
p. penanaman modal.

Pasal 70
Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan tata kerja
Tim Reforma Agraria Nasional, Tim Percepatan Pelaksanaan
Reforma Agraria, dan Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi
dan Kabupaten/Kota diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB VIII
PEMANTAUAN, PENGENDALIAN, DAN PELAPORAN

Bagian Kesatu
- 81 -

Pemantauan dan Pengendalian

Pasal 71
(1) Tim Reforma Agraria Nasional melakukan pemantauan
dan pengendalian terhadap pelaksanaan Reforma
Agraria.
(2) Pemantauan dan pengendalian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan Rencana Aksi
Reforma Agraria yang telah ditetapkan. paling sedikit
setiap 6 (enam) bulan.
(3) Pemantauan dan pengendalian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan paling sedikit setiap 6 (enam)
bulan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemantauan
dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri.
Sepakat 140323
Bagian Kedua
Pelaporan

Pasal 72
(1) Gugus Tugas Reforma Agraria Kabupaten/Kota
melaporkan hasil penyelenggaraan Reforma Agraria
kepada Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi secara
berkala setiap 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu
diperlukan.
(2) Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi melaporkan
hasil penyelenggaraan Reforma Agraria kepada Tim
Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria secara
berkala setiap 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu
diperlukan.
(3) Tim Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria
melaporkan penyelenggaran Reforma Agraria kepada
- 82 -

Tim Reforma Agraria Nasional secara berkala setiap 3


(tiga) bulan sekali atau sewaktu-waktu diperlukan.
(4) Tim Reforma Agraria Nasional melaporkan
Penyelenggaraan Reforma Agraria termasuk hasil
pemantauan dan pengendalian kepada Presiden secara
berkala setiap 6 (enam) bulan sekali atau sewaktu-
waktu diperlukan.

BAB IX
PENDANAAN

Pasal 73
(1) Dalam rangka percepatan pelaksanaan Reforma
Agraria, kementerian/lembaga dan Pemerintah Daerah
mengalokasikan anggaran sesuai dengan Rencana Aksi
Reforma Agraria.
(2) Anggaran Pendanaan Reforma Agraria sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada bersumber
dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
dan/atau
c. Sumber pendanaan lain yang sah dan tidak
mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang dalam negeri menyusun kebijakan alokasi
dan pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah untuk kegiatan Reforma Agraria.

BAB XI
PERAN SERTA MASYARAKAT
- 83 -

Pasal 75
(1) Dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan percepatan Reforma Agraria, melibatkan
masyarakat sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Keterlibatan masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit berupa:
a. pengusulan TORA, penerima TORA, dan jenis
penataan akses;
b. penyampaian masukan dalam penanganan
Sengketa dan Konflik Agraria; dan
c. kegiatan lainnya sesuai dengan aspirasi
masyarakat.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 74
(1) Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, semua
kegiatan Reforma Agraria baik yang berasal dari
Kawasan Hutan maupun Non-Kawasan Hutan yang
telah dilakukan tetap dilanjutkan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Presiden ini.
(2) Provinsi dan kabupaten/kota yang belum membentuk
Gugus Tugas Reforma Agraria, pembentukannya
dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
ditetapkannya Peraturan Presiden ini.
(3) Gugus Tugas Reforma Agraria yang sudah dibentuk
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018
tentang Reforma Agraria tetap berlaku dan disesuaikan
dengan Peraturan Presiden ini paling lambat 15 (lima
belas) hari kerja sejak ditetapkannya Peraturan
Presiden ini.
- 84 -

(4) Pemenuhan kewajiban mengalokasikan 20% (dua


puluh perseratus persen) dari total luas Persetujuan
Pelepasan Kawasan Hutan sebagaimana diatur dalam
Pasal 11 ayat (1) yang telah diwajibkan sebelum
peraturan presiden ini berlaku tetap menjadi kewajiban
pemegang pelepasan kawasan hutan yang akan
digunakan untuk sumber TORA.
Sepakat 140323

BAB XI
PERAN SERTA MASYARAKAT
Catatan:
Diletakkan dibab sebelum ket peralihan

Pasal 75
(3) Dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan percepatan Reforma Agraria, melibatkan
masyarakat sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Keterlibatan masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit berupa:
d. pengusulan TORA, penerima TORA, dan jenis
penataan akses;
e. penyampaian masukan dalam penanganan
Sengketa dan Konflik Agraria; dan
f. kegiatan lainnya sesuai dengan aspirasi
masyarakat.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 76
- 85 -

Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, semua


peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan Reforma
Agraria, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden
ini.

Pasal 77
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku:
a. Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2017 tentang
Penyelesaian Penguasaan Tanah Dalam Kawasan
Hutan; dan
b. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang
Reforma Agraria
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 78
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Presiden ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JOKO WIDODO
- 86 -

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR


- 87 -

LAMPIRAN I
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR… TAHUN 2022
LAMPIRAN I
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR… TAHUN 2022
TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA

RENCANA AKSI PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA


Catatan 281222:
- Sepakat menambahkan kolom pendanaan
- Format tetap menggunakan dari pemrakarsa namun ditambahkan dengan substansi yang ada di format dair Ppak Wildan

Target Waktu
Sasaran Strategi Kegiatan Instansi Pelaksana Instansi Terkait Output / Keluaran
Penyelesaian

1 2 3 4 5 6 7
I. Legalisasi Aset
Kementerian Agraria 1. Kementerian
Sinkronisasi kebijakan 1. Sosialisasi kepada
dan Tata Dalam Negeri
dan regulasi di tingkat Pemerintah Daerah
Ruang/Badan 2. Kementerian
A. Pendaftaran Pusat dan Daerah mengenai PTSL
Pertanahan Keuangan Terdaftarnya tanah
Tanah sebagai bagian dari
Nasional 3. Pemerintah masyarakat melalui
Masyarakat Alternatif: program strategis
Daerah PTSL sebanyak 26
Melalui 1. Penguatan peran nasional
15 juta bidang
Pendaftaran Pemerintah Daerah 2. Pemetaan partisipatif 2023 - 2024
tanah
Tanah untuk mendukung wilayah desa yang
Sepakat 291222
Sistematis PTSL berbatasan dengan
Lengkap 2. Sinkronisasi data dan Kawasan Hutan
(PTSL) peta bidang tanah
3. Penguatan 3. Mendorong peran aktif
Pemerintah Daerah
- 88 -

Target Waktu
Sasaran Strategi Kegiatan Instansi Pelaksana Instansi Terkait Output / Keluaran
Penyelesaian
dan masyarakat dalam
mendukung PTSL

1. Menyusun surat
edaran mengenai Kemendagri 1. Kementerian
pembebasan Bea Catatan Agraria dan
Perolehan Hak atas 291222: Tata
Tanah dan Bangunan Konfiemasi ke Ruang/Bada
Catatan 291222: Kemendagri n Pertanahan
Konfiemasi ke Nasional
Kemendagri 2. Pemerintah
Daerah
Catatan
291222:
Konfiemasi ke
Kemendagri
1. Sinkronisasi dan 1. Penyelesaian Konflik 1. Kementerian
Koordinasi Tanah Transmigrasi Desa,
Kementerian Agraria dengan Kawasan Pembangunan
dan Tata Ruang/Badan Hutan, perusahaan Daerah Tersertipikasinya
Pertanahan Nasional, swasta, BUMN, dan Kementerian Agraria Tertinggal dan Tersedianya
B. Sertipikasi Kementerian Desa, okupasi masyarakat dan Tata Transmigrasi sertipikat tanah
Tanah Pembangunan Daerah 2. Percepatan proses Ruang/Badan 2. Kementerian transmigrasi 2023 - 2024
Transmigrasi Tertinggal dan penerbitan Hak Pertanahan Dalam Negeri sebanyak 159.908
Transmigrasi dan Pengelolaan Tanah Nasional 3. Kementerian bidang tanah seluas
Pemerintah Daerah Transmigrasi Badan Usaha 107.138 hektar
dalam penyelesaian 3. Percepatan Milik Negara
konflik percepatan Redistribusi Tanah 4. Kementerian
sertipikasi tanah Transmigrasi yang Lingkungan
- 89 -

Target Waktu
Sasaran Strategi Kegiatan Instansi Pelaksana Instansi Terkait Output / Keluaran
Penyelesaian
transmigrasi, pembinaannya sudah Hidup dan
penyiapan data , dan diserahkan kepada Kehutanan
anggaran Pemerintah Daerah 5. Kementerian
2. Peningkatan peran dan belum memiliki Keuangan
aktif Pemerintah Hak Pengelolaan 6. Pemerintah
Daerah dan Gugus Daerah
Tugas Reforma Agraria
Daerah dalam
penyelesaian konflik
3. Peningkatan
partisipasi masyarakat
transmigrasi dalam
penyelesaian masalah
pertanahan
transmigrasi
II. Redistribusi Tanah
A. Penyediaan TORA

Kementerian 1. Kementerian
1. Percepatan 1. Penyederhanaan
Lingkungan Hidup Koordinator
Penyelesaian prosedur dan TORA dari hasil
dan Kehutanan Kemaritiman dan
Penguasaan Tanah persyaratan PPTPKH Perubahan Batas
Investasi
dalam rangka dan Pelepasan HPK-TP Kawasan Hutan dan
2. Kementerian
TORA dari Penataan Kawasan untuk sumber TORA Pelepasan Kawasan
Agraria dan Tata 2023 - 2024
Kawasan Hutan Hutan (PPTPKH) dan 2. Peningkatan Hutan seluas 3,5
Ruang/Badan
Pelepasan HPK-TP koordinasi KLHK juta hektar
Pertanahan
2. Percepatan Penerbitan dengan Pemerintah Catatan 281222:
Nasional
Keputusan Pelepasan Daerah dalam rangka Konfirmasi kembali
3. Kementerian
HPK-TP Percepatan
Dalam Negeri
- 90 -

Target Waktu
Sasaran Strategi Kegiatan Instansi Pelaksana Instansi Terkait Output / Keluaran
Penyelesaian
3. Penyediaan sumber Penyediaan TORA dari 4. Kementerian
TORA dari alokasi 20 Kawasan Hutan Keuangan
% (dua puluh persen) 3. Percepatan Tata Batas 5. Pemerintah
4. Percepatan dan Perubahan Batas Daerah
permohonan Kawasan Hutan Kementerian Dalam
Pelepasan HPK-TP 4. Asistensi (Coaching Negeri
untuk sumber TORA Clinic) ke Pemerintah
oleh Pemerintah Daerah dalam rangka 1. Kementerian
Daerah percepatan usulan Lingkungan
Pelepasan HPK-TP Hidup dan
untuk sumber TORA Kehutanan
5. Pembuatan surat 2. Pemerintah
edaran mengenai Daerah
Percepatan
permohonan
Pelepasan HPK-TP
untuk sumber TORA
- 91 -

Target Waktu
Sasaran Strategi Kegiatan Instansi Pelaksana Instansi Terkait Output / Keluaran
Penyelesaian

1. Identifikasi dan
Verifikasi Hak Atas
1. Kementerian
Tanah (HGU, HGB, dan
1. Sinergitas dan Badan Usaha
Hak Atas Tanah
koordinasi kebijakan Milik Negara
lainnya) yang
Kementerian/Lembaga 2. Kementerian
berpotensi untuk
/Daerah dalam Keuangan
sumber TORA
mempercepat 3. Kementerian
2. Penyusunan Peta
penyediaan TORA dari Kementerian Agraria Pertahanan
Indikatif Penyediaan Tersedianya TORA
Non-Kawasan Hutan dan Tata 4. Kementerian
TORA dari Non- TORA dari Non- dari Non-Kawasan
termasuk Penyelesaian Ruang/Badan Energi dan 2023 - 2024
Kawasan Hutan Kawasan Hutan Hutan seluas
Konflik Pertanahan Sumber Daya
3. Penyelesaian Konflik 160.000 Hektar
2. Penguatan data Nasional Mineral
4. Audit perusahaan
potensi TORA dari 5. Kementerian
perkebunan dalam
Non-Kawasan Hutan Pertanian
rangka pemenuhan
3. Penambahan Alokasi 6. Kementerian
kewajiban Alokasi
anggaran Dalam Negeri
TORA dari 20%
221222 7. Pemerintah
Pelepasan Kawasan
Daerah
Hutan untuk
Perkebunan
Memperkuat koordinasi 1. Identifikasi dan 1. Kementerian
dan sinkronisasi Verifikasi potensi aset Badan Usaha
kebijakan, program, dan Bank Tanah Milik Negara
Tersedianya TORA
TORA dari Aset kegiatan serta kolaborasi 2. Pemetaan spasial 2. Kementerian
dari Aset Badan
Badan Bank antara Badan Bank lokasi yang layak Badan Bank Tanah Keuangan 2023 - 2024
Bank Tanah seluas
Tanah Tanah dengan sebagai sumber TORA 3. Kementerian
5.000 Hektar
Kementerian Agraria dan dari aset Bank Tanah Pertanian
Tata Ruang/Badan yang berasal dari 4. Kementerian
Pertanahan Nasional Tanah Negara Dalam Negeri
- 92 -

Target Waktu
Sasaran Strategi Kegiatan Instansi Pelaksana Instansi Terkait Output / Keluaran
Penyelesaian
5. Pemerintah
Daerah
1. Kementerian
1. Konsolidasi Data 1. Identifikasi, Keuangan
Konflik Agraria Lintas verifikasi, dan 2. Kementerian
1. Kementerian
Kementerian/Lembaga kompilasi subjek, Pertahanan
Agraria dan Tata
terkait objek, dan lokasi 3. Kementerian
Ruang/Badan
2. Koordinasi dan Konflik Agraria Desa, Terselesaikannya
Pertanahan
sinkronisasi kebijakan 2. Analisa yuridis dan Pembangunan Tersedianya TORA
Nasional
TORA dari penyelesaian Konflik teknis Daerah dari Penyelesaian
2. Kementerian
Penyelesaian Agraria 3. Pemetaan spasial Tertinggal dan Konflik Agraria di 2023 - 2024
Lingkungan
Konflik 3. Peningkatan peran lokasi konflik Transmigrasi 137 Lokasi Prioritas
Hidup dan
aktif Pemerintah 4. Mediasi dan 4. Tentara Nasional sebagai sumber
Kehutanan
Daerah dan Gugus penetapan pola Indonesia TORA
3. Kementerian
Tugas Reforma Agraria penyelesaian 5. Kepolisian
Badan Usaha
Daerah dalam Konflik Agraria Republik
Milik Negara
penyelesaian konflik Indonesia
agraria 6. Pemerintah
Daerah
B. Pelaksanaan Redistribusi Tanah
1. Koordinasi dan 1. Kementerian
Lokasi Redistribusi
sinkronisasi data dan 1. Pengumpulan DIP4T Keuangan
Tanah yang
informasi TORA dari 2. Sinkronisasi data Kementerian Agraria 2. Kementerian
Penetapan terkonfirmasi seluas
Kementerian/Lembaga sumber TORA dengan dan Tata Dalam Negeri
potensi objek 600.000 300.000
2. Dukungan DIP4T Ruang/Badan 3. Pemerintah 2023 - 2024
Redistribusi hektar
ketersediaan anggaran 3. Analisa fisik dan Pertanahan Daerah
Tanah
untuk Data dan yuridis potensi objek Nasional 4. Swasta
Sepakat 2911222
Informasi Penguasaan, Redistribusi Tanah
Pemilikan, Catatan 281222:
- 93 -

Target Waktu
Sasaran Strategi Kegiatan Instansi Pelaksana Instansi Terkait Output / Keluaran
Penyelesaian
Penggunaan, dan Untuk pendanaan:
Pemanfaatan Tanah APBN, APBD, dan
(DIP4T) sumber lain yang
sah
Sertipikasi Hak Atas
1. Sertipikasi Pemberian
Tanah berbasis
Hak Atas Tanah
teknologi informasi
berbasis teknologi
Pemberian Hak 1. Penguatan dan
informasi 1. Kementerian
Atas Tanah, penyempurnaan Kementerian Agraria
2. Penguatan kapasitas, Keuangan
Pendaftaran dan Database TORA dan Tata Sertipikat Hak Atas
kualitas, dan 2. Kementerian
Sertipikasi berbasis sistem Ruang/Badan Tanah seluas 2023 - 2024
kuantitas tenaga Dalam Negeri
dalam rangka informasi geografis Pertanahan 300.000 hektar
pelaksana 3. Pemerintah
Redistribusi Sepakat 291222 Nasional
3. Peningkatan alokasi Daerah
Tanah 2. Penambahan dan
anggaran redistribusi
Pelatihan tenaga
tanah
pelaksana
281222
281222
C. Survei Bersama
Penguatan koordinasi
antara Kementerian 1. Kementerian
Survei Bersama Kementerian Agraria
Agraria dan Tata Penyusunan paket Lingkungan
dalam rangka dan Tata Terharmonisasikan
Ruang/Badan Pertanahan kegiatan pengukuran Hidup dan
Percepatan Ruang/Badan nya data TORA dari 2023 - 2024
Nasional, Kementerian TORA yang bersumber Kehutanan
Redistribusi Pertanahan Kawasan Hutan
Lingkungan Hidup dan dari Kawasan Hutan 2. Pemerintah
Tanah Nasional
Kehutanan, dan Daerah
Pemerintah Daerah
III. Pemberdayaan Ekonomi Subjek Reforma Agraria
- 94 -

Target Waktu
Sasaran Strategi Kegiatan Instansi Pelaksana Instansi Terkait Output / Keluaran
Penyelesaian

1. Pemetaan sosial dan


1. Kementerian
Pembentukan kajian kelayakan
Koperasi dan
kelompok/badan usaha (Feasibility Studies)
Usaha Kecil
Subjek Reforma Agraria terkait dengan potensi,
Menengah
hambatan dan kendala Terbentuknya 10
2. Badan Bank
yang dihadapi kluster
Tanah
2. Fasilitasi pembentukan 1. Kementerian pemberdayaan
3. Kementerian
kelompok, dan/atau Koordinator ekonomi berbasis
Penggunaan pendekatan Desa,
Pembentukan badan usaha Bidang Reforma Agraria
rantai pasok yang Pembangunan
kluster ekonomi koperasi/BUM Perekonomian Catatan: 140323
menyatukan hulu hilir Daerah
yang didasari Desa/Badan Usaha 2. Kementerian Akan 2023 - 2024
ekonomi Tertinggal dan
oleh badan lainnya atau bergabung Agraria dan Tata dikoordinasikan
Transmigrasi
usaha koperasi ke dalam badan usaha Ruang/Badan oleh ATR terkait
4. Kementerian
yang telah ada Pertanahan dengan konteks
Badan Usaha
3. Pembentukan badan Nasional klaster,
Milik Negara
usaha koperasi tempat(locus) dan
5. Kementerian
Pemanfaatan lembaga Alternatif: pola klasternya
Kelautan dan
penyedia publik pembentukan
Perikanan
kelompok, dan/atau
6. Kementerian
badan usaha
Pertanian
koperasi/BUM
- 95 -

Target Waktu
Sasaran Strategi Kegiatan Instansi Pelaksana Instansi Terkait Output / Keluaran
Penyelesaian

Desa/Badan Usaha 7. Kementerian


lainnya atau Pekerjaan
bergabung ke dalam Umum dan
badan usaha yang Perumahan
telah ada Rakyat
4. Pemetaan sosial dan
Feasibility Studies
5. Investasi dana publik
dalam pengembangan
pemberdayaan
6. Perekrutan Manajer
Usaha
7. Sinkronisasi program
dan kegiatan
pemberdayaan
ekonomi di masing-
masing
Kementerian/Lembaga
/Daerah
- 96 -

Target Waktu
Sasaran Strategi Kegiatan Instansi Pelaksana Instansi Terkait Output / Keluaran
Penyelesaian

ALTERNATIF
III. Pemberdayaan Ekonomi Subjek Reforma Agraria
Kementerian List lokasi
1. Konsolidasi data lokasi Agraria dan Tata redistribusi dan
redistribusi dan Ruang/Badan legalisasi di seluruh
legalisasi Pertanahan Indonesia (sampai
Nasional di tingkat desa)

1. Kementerian
Agraria dan Tata
Pelaksanaan integrasi 1. Kementerian Penetapan List
2. Pemilihan lokasi Ruang/Badan
pemberdayaan pada Dalam Negeri lokasi potensial di
Peningkatan potensial untuk Pertanahan
lokasi yang sudah 2. Pemerintah seluruh Indonesia
daya ekonomi dilakukan intervensi Nasional
redistribusi dan Daerah (sampai di tingkat
subjek Reforma pemberdayaan 2. Kementerian
Legalisasi 3. Pemerintah Desa desa)
Agraria Koordinator
Bidang
Perekonomian

Kementerian Agraria 1. Kementerian


3. Melakukan pemetaan dan Tata Dalam Negeri Hasil pemetaan
sosial terhadap data Ruang/Badan 2. Pemerintah sosial lokasi
lokasi redistribusi dan Pertanahan Daerah pemberdayaan
legalisasi Nasional 3. Pemerintah Desa
- 97 -

Target Waktu
Sasaran Strategi Kegiatan Instansi Pelaksana Instansi Terkait Output / Keluaran
Penyelesaian

1. Kementerian
Koperasi dan
Usaha Kecil
Menengah
2. Badan Bank
Tanah
3. Kementerian
Desa,
Pembangunan
4. Sinkronisasi dan
1. Kementerian Daerah
integrasi program dan
Koordinator Tertinggal dan
kegiatan
Bidang Transmigrasi Rencana program
pemberdayaan
Perekonomian 4. Kementerian dan kegiatan
ekonomi pada masing-
2. Bappenas Badan Usaha pemberdayaan
masing sektor
3. Kementerian Milik Negara ekonomi dilokasi
pemerintah pusat dan
Dalam Negeri 5. Kementerian pemberdayaan
pemerintah daerah
Kelautan dan ekonomi
dan badan usaha
Perikanan
6. Kementerian
Pertanian
7. Kementerian
Pekerjaan
Umum dan
Perumahan
Rakyat
8. Badan Usaha
9. Swasta
- 98 -

Target Waktu
Sasaran Strategi Kegiatan Instansi Pelaksana Instansi Terkait Output / Keluaran
Penyelesaian

1. Kementerian
Koperasi dan
Usaha Kecil
Menengah
2. Badan Bank
Tanah
1. Kementerian 3. Kementerian
Agraria dan Tata Desa,
Ruang/Kepala Pembangunan
Badan Daerah program dan
5. Implementasi program
Pertanahan Tertinggal dan kegiatan
dan kegiatan
Nasional Transmigrasi pemberdayaan
pemberdayaan pada
2. Kementerian 4. Kementerian ekonomi dilokasi
lokasi yang sudah
Koordinator Badan Usaha pemberdayaan
diredistribusi dan
Bidang Milik Negara ekonomi yang
degalisasi
Perekonomian 5. Kementerian sudah ditetapkan
3. Kementerian Kelautan dan
Dalam Negeri Perikanan
4. Bappenas 6. Kementerian
Pertanian
7. Kementerian
Pekerjaan
Umum dan
Perumahan
Rakyat
- 99 -

Target Waktu
Sasaran Strategi Kegiatan Instansi Pelaksana Instansi Terkait Output / Keluaran
Penyelesaian

8. Badan Usaha
9. Swasta
1. Kementerian
Koordinator
Bidang
Kemaritiman
dan Investasi
2. Kementerian
1. Pembentukan
Agraria dan
Manajemen Pelaksana
Tata
dan Sekretariat
Ruang/Kepala
Nasional Reforma
Badan
Agraria
Pertanahan
2. Rekrutmen Terbentuknya
Nasional
IV. Penguatan kelembagaan Manajemen Pelaksana Kementerian kelembagaan
3. Kementerian
Kelembagaan Reforma Agraria dan dan Sekretariat Koordinator Bidang Reforma Agraria Januari 2023
Lingkungan
Reforma Agraria Dukungan Anggaran Nasional Reforma Perekonomian yang efektif dan
Hidup dan
Agraria responsif
Kehutanan
3. Penyusunan business
4. Kementerian
process Tim
Perencanaan
Manajemen Pelaksana
Pembangunan
Percepatan Reforma
Nasional/Kepal
Agraria
a Badan
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
5. Kementerian
Keuangan
- 100 -

Target Waktu
Sasaran Strategi Kegiatan Instansi Pelaksana Instansi Terkait Output / Keluaran
Penyelesaian
6. Kementerian
Dalam Negeri
7. Kementerian
Desa,
Pembangunan
Daerah
Tertinggal, dan
Transmigrasi
8. Kementerian
Koperasi dan
Usaha Kecil
dan Menengah
9. Kemenenterian
Pertanian
10. Kementerian
Badan Usaha
Milik Negara
11. Kementerian
Kelautan dan
Perikanan
12. Sekretaris
Kabinet
13. Kepala Staf
Kepresidenan
14. Menteri
Sekretaris
Negara
15. Jaksa Agung
- 101 -

Target Waktu
Sasaran Strategi Kegiatan Instansi Pelaksana Instansi Terkait Output / Keluaran
Penyelesaian
16. Tentara
Nasional
Indonesia
17. Kepolisian
Republik
Indonesia
1. Kementerian
Koordinator
Bidang
Kemaritiman
dan Investasi
2. Kementerian
1. Pembuatan platform Agraria dan
komunikasi dan Tata
partisipasi secara Ruang/Kepala
Penguatan strategi Terlaksananya
periodic Badan
komunikasi untuk Kementerian partisipasi
V. Partisipasi 2. Pembuatan produk Pertanahan
meningkatkan partisipasi Koordinator Bidang masyarakat dalam 2023 - 2024
Masyarakat komunikasi public Nasional
dan keterlibatan para Perekonomian rangka percepatan
3. Penyusunan 3. Kementerian
pihak Reforma Agraria
mekanisme Lingkungan
pemantauan secara Hidup dan
partisipatif Kehutanan
4. Kementerian
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Kepal
a Badan
Perencanaan
- 102 -

Target Waktu
Sasaran Strategi Kegiatan Instansi Pelaksana Instansi Terkait Output / Keluaran
Penyelesaian
Pembangunan
Nasional
5. Kementerian
Keuangan
6. Kementerian
Dalam Negeri
7. Kementerian
Desa,
Pembangunan
Daerah
Tertinggal, dan
Transmigrasi
8. Kementerian
Koperasi dan
Usaha Kecil
dan Menengah
9. Kementerian
Pertanian
10. Kemenenterian
Badan Usaha
Milik Negara
11. Kementerian
Kelautan dan
Perikanan
12. Sekretaris
Kabinet
13. Kepala Staf
Kepresidenan
- 103 -

Target Waktu
Sasaran Strategi Kegiatan Instansi Pelaksana Instansi Terkait Output / Keluaran
Penyelesaian
14. Menteri
Sekretaris
Negara
15. Jaksa Agung
16. Tentara
Nasional
Indonesia
17. Kepolisian
Republik
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai