Anda di halaman 1dari 199

SUPERVISI DAN MUTU PENDIDIKAN

Tim Penulis:
Mahmud Farid, Iwan Asmadi, Arman Tirtajaya, Romdah Romansyah, Iis Suryani, Siti Latipah,
Ella Dewi Latifah, Lisnawati, Ike Kurniati, Sari Rahayu, Amit Saepul Malik, Caridin, Muhammad
Habaib, Aa Aman Abdur Rahman M. Ilyas, Yuliana, H. Machrus Alie, Sobari, Ermawati,
Amir Supriatna, Cucu Suwandana, Revita Yanuarsari, Deden, Kustati,
Hj. Arum Maslachah, R A S Zarkasih, Bambang Yasmadi

Desain Cover:

Tata Letak:
Handarini Rohana

Editor:
Ricky Yoseptry
Nasuka

ISBN:

Cetakan Pertama:
Januari, 2023

Hak Cipta 2023, Pada Penulis

Hak Cipta Dilindungi Oleh Undang-Undang


Copyright © 2023
by Penerbit Widina Bhakti Persada Bandung
All Right Reserved

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau


seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT:
WIDINA BHAKTI PERSADA BANDUNG
(Grup CV. Widina Media Utama)
Komplek Puri Melia Asri Blok C3 No. 17 Desa Bojong Emas
Kec. Solokan Jeruk Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat

Anggota IKAPI No. 360/JBA/2020


Website: www.penerbitwidina.com
Instagram: @penerbitwidina
Telepon (022) 87355370
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang teramat dalam dan tiada kata lain yang patut kami
ucapkan selain mengucap rasa syukur. Karena berkat rahmat dan karunia
Tuhan Yang Maha Esa, buku yang berjudul “Supervisi dan Mutu Pendidikan”
telah selesai di susun dan berhasil diterbitkan, semoga buku ini dapat
memberikan sumbangsih keilmuan dan penambah wawasan bagi siapa saja
yang memiliki minat terhadap pembahasan tentang Supervisi dan Mutu
Pendidikan. Supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu
guru mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kompetensi profesional,
khususnya dalam mengelola proses pembelajaran dengan tujuan untuk
meningkatkan mutu pembelajaran. Sasaran dari supervisi akademik adalah
guru dalam kegiatan proses pembelajaran, mulai dari mempersiapkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), memilih strategi/metode/teknik
pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, menilai pembelajaran, sampai
melaksanakan tindak lanjut Supervisi akan berjalan lancar, tertib, dan
maksimal apabila dilakukan oleh seorang supervisor yang sudah memiliki
kemampuan yang handal, dalam hal ini adalah seorang kepala sekolah.
Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah yang
ditujukan kepada guru dengan tujuan memberikan bantuan profesional,
selain itu supervisi akademik juga bertujuan untuk meningkatkan kompetensi
profesional maupun kompetensi pedagogik yang akan berdampak pada
peningkatan kinerja guru-guru di sekolah.
Supervisi merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human,
manusiawi. Kegiatan supervise bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih
banyak mengandung unsur pembinaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang
disupervisi bisa diketahui kekurangannya untuk bisa diberitahu bagian yang
perlu diperbaiki. Pengertian supervisi adalah aktivitas dan kegiatan
pembinaan yang dilakukan oleh seorang profesional untuk membantu guru
dan tenaga pendidikan lainnya dalam memperbaiki bahan, metode dan
evaluasi pengajaran dengan melakukan stimulasi, koordinasi dan bimbingan
secara kontinu agar guru menjadi lebih profesional dalam meningkatkan
pencapaian tujuan sekolah. Supervisi dalam dunia pendidikan menjadi sangat
penting dilaksanakan karena berpengaruh terhadap kinerja guru termasuk
guru yang berimbas pada hasil pembelajaran. Sedangkan dikatakan bermutu,
pasti ketika sesuatu itu bernilai baik atau mengandung makna yang baik.

iii
Sebaliknya sesuatu itu dikatakan tidak bermutu, bila sesuatu itu mempunyai
nilai yang kurang baik, atau mengandung makna yang kurang baik., maka dari
itu kualitas selalu berfokus pada pelanggan (customer focused quality).
Artinya suatu produk dikatakan berkualitas apabila telah sesuai dengan
keinginan pelanggan. Dalam hal ini pelanggan pada dunia pendidikan ialah
lulusan peserta didik dari lembaga tersebut yang berkualitas.
Akan tetapi pada akhirnya kami mengakui bahwa tulisan ini terdapat
beberapa kekurangan dan jauh dari kata sempurna, sebagaimana pepatah
menyebutkan “tiada gading yang tidak retak” dan sejatinya kesempurnaan
hanyalah milik tuhan semata. Maka dari itu, kami dengan senang hati secara
terbuka untuk menerima berbagai kritik dan saran dari para pembaca
sekalian, hal tersebut tentu sangat diperlukan sebagai bagian dari upaya kami
untuk terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan karya selanjutnya di
masa yang akan datang.
Terakhir, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang
telah mendukung dan turut andil dalam seluruh rangkaian proses
penyusunan dan penerbitan buku ini, sehingga buku ini bisa hadir di hadapan
sidang pembaca. Semoga buku ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
memberikan kontribusi bagi pembangunan ilmu pengetahuan di Indonesia.

Januari, 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ······················································································ iii


DAFTAR ISI··································································································· v
BAB 1 KONSEP TEORITIK SUPERVISI DAN MUTU PENDIDIKAN ······················· 1
A. Pendahuluan ··························································································· 1
B. Konsep Teoritik Supervisi dan Mutu Pendidikan ··································· 2
C. Prinsip Supervisi dan Mutu Pendidikan ··············································· 10
D. Dimensi Supervisi dan Mutu Pendidikan ·············································· 13
E. Jenis Supervisi dan Mutu Pendidikan ··················································· 18
F. Kajian Supervisi dan Mutu Pendidikan yang Baik································· 21
BAB 2 TEKNIK SUPERVISI DAN MUTU PENDIDIKAN SECARA UMUM
DAN TEKNIK SUPERVISI DAN MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA ········ 25
A. Pendahuluan ························································································· 25
B. Teknik Supervisi Secara Umum ···························································· 28
C. Teknik Supervisi Kepala Sekolah··························································· 44
D. Teknik Supervisi Pengawas ··································································· 45
BAB 3 MODEL DAN PRINSIP SUPERVISI DAN MUTU PENDIDIKAN ················ 51
A. Pendahuluan ························································································· 51
B. Teknik Supervisi Pendidikan ································································· 55
C. Tipe Supervisi dan Mutu Pendidikan ···················································· 60
D. Prinsip Supervisi dan Mutu Pendidikan ················································ 63
E. Penutup ································································································ 71
BAB 4 RUANG LINGKUP SUPERVISI DAN PRINSIP MUTU PENDIDIKAN·········· 75
A. Pendahuluan ························································································· 75
B. Prinsip Supervisi dan Mutu Pendidikan ················································ 82
BAB 5 SUPERVISI KLINIS DALAM MUTU PENDIDIKAN ·································· 89
A. Pendahuluan ························································································· 89
B. Pembahasan ························································································· 90
C. Simpulan ····························································································· 113
BAB 6 KONSEP EVALUASI DAN PROGRAM SUPERVISI
DAN MUTU PENDIDIKAN ································································ 117
A. Pendahuluan ······················································································· 117
B. Pengertian ·························································································· 118
C. Evaluasi Program Pendidikan ····························································· 119
D. Peranan Evaluasi Program ·································································· 121
E. Tujuan Evaluasi Program ···································································· 122
F. Fungsi Evaluasi ···················································································· 125

v
G. Model Pendekatan dan Konsep Evaluasi············································ 129
BAB 7 KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DAN
PENGAWASAN MUTU SEKOLAH ······················································ 133
A. Pendahuluan ······················································································· 133
B. Kompetensi ························································································· 134
C. Kepala Sekolah···················································································· 139
D. Pengawas Sekolah ·············································································· 146
E. Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah ·························· 151
BAB 8 PROBLEMATIKA GURU DI SEKOLAH DALAM PERSPEKTIF
SUPERVISI PENDIDIKAN DAN MUTU PENDIDIKAN ··························· 159
A. Latar Belakang ···················································································· 159
B. Problema Guru di Dalam Kelas ··························································· 161
C. Problema Guru Dalam Motivasi Kerja ················································ 165
D. Problema Guru Dalam Kepuasan Kerja ·············································· 167
E. Kesimpulan ························································································· 173
BAB 9 PRODUK SUPERVISI DAN MUTU PENDIDIKAN ································· 175
A. Pendahuluan ······················································································· 175
B. Pengertian Produk Supervisi Pendidikan············································ 177
C. Pentingnya Pengembangan SDM ······················································· 184
D. Kesimpulan ························································································· 191

vi
BAB
1

KONSEP TEORITIK SUPERVISI


DAN MUTU PENDIDIKAN

Ricky Yoseptry, Arman Tirtajaya


Iwan Asmadi, Mahmud Farid

A. PENDAHULUAN
Supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan kompetensi profesional, khususnya dalam
mengelola proses pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran. Sasaran dari supervisi akademik adalah guru dalam kegiatan
proses pembelajaran, mulai dari mempersiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), memilih strategi/metode/teknik pembelajaran,
penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, menilai pembelajaran, sampai melaksanakan
tindak lanjut Supervisi akan berjalan lancar, tertib, dan maksimal apabila
dilakukan oleh seorang supervisor yang sudah memiliki kemampuan yang
handal, dalam hal ini adalah seorang kepala sekolah.
Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah yang
ditujukan kepada guru dengan tujuan memberikan bantuan profesional,
selain itu supervisi akademik juga bertujuan untuk meningkatkan kompetensi
profesional maupun kompetensi pedagogik yang akan berdampak pada
peningkatan kinerja guru-guru di sekolah. Oleh karena itu supervisi akademik
merupakan aktivitas nyata yang dilakukan oleh seorang supervisor secara
sistematis, obyektif, dan disiplin serta konsisten dalam membina,
membimbing dan memberikan layanan berupa bantuan kepada guru untuk
memecahkan hambatan yang sedang dihadapi dan meningkatkan kualitas
pembelajaran serta kemampuan profesionalisme guru. Hasil supervisi
tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan dalam aktivitas belajar dan hasil
pembelajaran peserta didik. Supervisi akademik merupakan tindakan yang
dilakukan seseorang yang memiliki kualifikasi seperti kepala sekolah terhadap
guru dalam bentuk pelayanan dan bantuan untuk meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan guru dengan cara melakukan bimbingan
dimulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
mengevaluasi pembelajaran, sampai melakukan refleksi agar tercapai tujuan
yang ditetapkan

B. KONSEP TEORITIK SUPERVISI DAN MUTU PENDIDIKAN


1. Konsep Teoritik Supervisi Pendidikan
Istilah supervisi berasal dari dua kata yaitu “super” dan “vision”. Dalam
Webster’s New World Dictionary istilah super berarti “higher in rank or
position than, superior to (superintendent), a greater or better than others”
(1991:1343) sedangkan kata vision berarti “the ability to preceive something
not actually visible, as through mental acuteness or keen foresight”
(1991:1492).
Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat mengenai supervisi
diantaranya Mulyasa (2002) supervisi adalah segala usaha pejabat sekolah
dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya, untuk
memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan
dan perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi dan merevisi tujuan-
tujuan pendidikan, bahan pengajaran, dan metode-metode mengajar serta
evaluasi pengajaran.
Menurut Manullang (2005), supervisi merupakan proses untuk
menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila
perlu mengkoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan rencana semula. Supervisi merupakan usaha memberi pelayanan agar
guru menjadi lebih profesional dalam menjalankan tugas melayani peserta
didik.
Sedangkan menurut Sagala (2009), supervisi adalah bantuan dan
bimbingan profesional bagi guru dalam melaksanakan tugas instruksional
guna memperbaiki hal belajar dan mengajar dengan melakukan stimulasi,
koordinasi dan bimbingan secara kontinu untuk meningkatkan pertumbuhan
jabatan guru secara individual maupun kelompok.
Supervisi dipandang sebagai kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki,
memberikan arah dan meningkatkan mutu (pembinaan), sedangkan
pengawasan lebih kepada mengamati kondisi di lapangan dengan yang
2 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
seharusnya terjadi atau dengan kata lain pengamatan ini dilaksanakan untuk
mengetahui ada tidaknya penyimpangan. Supervisi dapat berfungsi sebagai
inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian.
Fungsi inspeksi yaitu berperan dalam mempelajari keadaan dan kondisi
sekolah. Maka supervisor harus memantau keadaan sekolah meliputi guru,
siswa, kurikulum, metode mengajar. Inspeksi dapat dilaksanakan dengan
berbagai metode diantaranya observasi, interview, angket, pertemuan-
pertemuan dan daftar isian.
Fungsi penelitian lebih kepada mencari solusi dari permasalahan yang
dihadapi. Fungsi ini dapat dilaksanakan melalui analisis data yang nantinya
menjadi dasar dari penyusunan strategi pemecahan masalah. Fungsi
pelatihan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan keterampilan
guru atau kepala sekolah dalam bidang tertentu misalnya melalui pelatihan,
workshop, seminar, IHT, focus group discusion (fgd) dan lain-lain. Sementara
kegiatan bimbingan dilakukan dengan cara memberi semangat, arahan,
motivasi dan bantuan dalam implementasi metode mengajar terbaru.
Sementara fungsi penilaian dilaksanakan oleh supervisor dalam rangka
mengukur tingkat kemajuan yang diharapkan, persentase capaian dengan
standar yang sudah ditetapkan (orientasi pada peningkatan mutu).
Orang yang menjalankan supervisi dinamakan supervisor. Dalam
menjalankan tugasnya, supervisor harus bertindak atas dasar kaidah ilmiah
untuk meningkatkan mutu pendidikan, jeli melihat permasalahan mutu
pendidikan, membina dengan penciptaan situasi belajar yang lebih baik.
Seorang supervisor memiliki peran sebagai koordinator, konsultan, group
leader dan evaluator. Dia harus mampu mengkoordinasikan seluruh aspek
yang berkaitan dengan sekolah.
Supervisi pendidikan tidak terlepas dari administrasi pendidikan. Sejalan
dengan pendapat Rifai yang menyatakan bahwa dimana ada administrasi
harus ada supervisi dan jika ada supervisi tentu ada suatu yang dilaksanakan.
Sehingga supervisi sama pentingnya dengan administrasi pendidikan, namun
secara hierarkis supervisi merupakan sala satu fase dari administrasi.
Berangkat dari buku karangan Engkoswara dan Aan Komariah (2015) yang
berjudul Administrasi Pendidikan, istilah supervisi dalam dunia pendidikan
sering disamakan dengan pengawasan. Walaupun sebenarnya kurang tepat
namun jika dilihat dari sisi etimologis, istilah supervisi atau dalam bahasa
inggris disebut dengan supervision kemudian identik dengan pengawasan.
Sarwoto dalam Shulhan (2013:7) menjelaskan bahwa objek supervisi ada
dua aspek yang terdiri dari aspek manusia dan kegiatan. Aspek manusia dapat
meliputi sikap terhadap tugas, disiplin kerja, moral kerja, kejujuran, ketaatan
terhadap peraturan organisasi, kerajinan, kecakapan kerja, kemampuan

Konsep Teoritik Supervisi dan Mutu Pendidikan | 3


dalam bekerja sama dan watak. Kemudian aspek kegiatan misalnya terkait
cara mengajar, metode pendekatan terhadap siswa, efisiensi kerja dan hasil
kerja.
Berangkat dari pendapat Sarwoto tersebut, mendukung pernyataan
sebelumnya bahwa supervisi dan pengawasan adalah dua hal yang berbeda
namun berkaitan satu sama lain. Supervisi adalah bagian dari kegiatan
pengawasan dimana supervisi lebih menitikberatkan kepada aspek manusia.
Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek yaitu supervisi
akademis dan supervisi manajerial. Supervisi akademik lebih menitikberatkan
pada kegiatan pembelajaran, sedangkan supervisi manajerial lebih
menitikberatkan kepada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah
yang mendukung terlaksananya pembelajaran.

2. Konsep Teoritik Mutu Pendidikan


Dalam Bahasa Inggris, mutu diistilahkan dengan: “quality” (Echols dan
Shadily, 2014:43) sedangkan dalam bahasa arab disebut dengan “juudatun” 4
(Pransiska, 2014:171). Sesuatu dikatakan bermutu, pasti ketika sesuatu itu
bernilai baik atau mengandung makna yang baik. Sebaliknya sesuatu itu
dikatakan tidak bermutu, bila sesuatu itu mempunyai nilai yang kurang baik,
atau mengandung makna yang kurang baik.
Berdasarkan definisi tentang kualitas baik yang konvensional maupun
yang lebih strategik, kita boleh menyatakan bahwa pada dasarnya kualitas
mengacu kepada pengertian pokok berikut:
a) Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan
langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan
pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan
produk itu.
b) Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau
kerusakan (Gasperz, 2005:5).

Definisi di atas menegaskan bahwa kualitas selalu berfokus pada


pelanggan (customer focused quality). Artinya suatu produk dikatakan
berkualitas apabila telah sesuai dengan keinginan pelanggan. Menurut
Edward Sallis, terdapat tiga pengertian konsep mutu. Pertama, mutu sebagai
konsep yang absolut (mutlak), kedua, mutu dalam konsep yang relatif, dan
ketiga, mutu menurut pelanggan.
Beberapa teori tentang pelaksanaan dan peningkatan mutu dikemukakan
oleh para ahli mutu seperti E. Deming, Juran, Crosby, Feigenbaum, Garvi dan
Davis. Berikut ini akan dibahas tentang teori peningkatan mutu tersebut.

4 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


a. Teori Dr. William Edward Deming (Siklus PDCA)
PDCA adalah singkatan dari Plan, Do, Check dan Act yaitu siklus
peningkatan proses (Process Improvement) yang berkesinambungan atau
secara terus menerus seperti lingkaran yang tidak ada akhirnya. Konsep siklus
PDCA ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli manajemen kualitas
dari Amerika Serikat yang bernama Dr. William Edwards Deming.
1) Plan (merencanakan: mengidentifikasi dan menganalisis masalah)
Tahap Plan adalah tahap untuk menetapkan target atau sasaran yang
ingin dicapai dalam peningkatan proses ataupun permasalahan yang ingin
dipecahkan, kemudian menentukan Metode yang akan digunakan untuk
mencapai Target atau Sasaran yang telah ditetapkan tersebut. Dalam
Tahap Plan ini juga meliputi pembentukan Tim Peningkatan Proses
(Process Improvement Team) dan melakukan pelatihan-pelatihan
terhadap sumber daya manusia yang berada di dalam Tim tersebut serta
batas-batas waktu (Jadwal) yang diperlukan untuk melakukan
perencanaan-perencanaan yang telah ditentukan. Perencanaan terhadap
penggunaan sumber daya lainnya seperti Biaya dan Mesin juga perlukan
dipertimbangkan dalam Tahap Plan ini.
2) Do (melaksanakan: mengembangkan dan menguji solusi yang berpotensi)
Tahap Do adalah tahap penerapan atau melaksanakan semua yang telah
direncanakan di tahap plan termasuk menjalankan prosesnya,
memproduksi serta melakukan pengumpulan data (data collection) yang
kemudian akan digunakan untuk tahap check dan act.
3) Check (memeriksa: mengukur seberapa efektif pengujian solusi
sebelumnya dan menganalisis apakah langkah tersebut dapat
ditingkatkan).
Tahap Check adalah tahap pemeriksaan dan peninjauan ulang serta
mempelajari hasil-hasil dari penerapan di tahap Do. Melakukan
perbandingan antara hasil aktual yang telah dicapai dengan Target yang
ditetapkan dan juga ketepatan jadwal yang telah ditentukan.
4) Act (menindak: mengimplementasikan solusi yang telah ditingkatkan
secara menyeluruh tersebut dapat ditingkatkan).

Tahap act adalah tahap untuk mengambil tindakan yang seperlunya


terhadap hasil-hasil dari tahap check. Terdapat 2 jenis tindakan yang harus
dilakukan berdasarkan hasil yang dicapainya, antara lain:
a) Tindakan Perbaikan (Corrective Action) yang berupa solusi terhadap
masalah yang dihadapi dalam pencapaian Target, Tindakan Perbaikan ini
perlu diambil jika hasilnya tidak mencapai apa yang telah ditargetkan.

Konsep Teoritik Supervisi dan Mutu Pendidikan | 5


b) Tindakan Standarisasi (Standardization Action) yaitu tindakan untuk
menstandarisasikan cara ataupun praktek terbaik yang telah dilakukan,
Tindakan Standarisasi ini dilakukan jika hasilnya mencapai Target yang
telah ditetapkan.

Siklus tersebut akan kembali lagi ke tahap Plan untuk melakukan


peningkatan proses selanjutnya sehingga terjadi siklus peningkatan proses
yang terus menerus (Continuous Process Improvement). (Tuala, 2018:46).

b. Teori Trilogi Kualitas Dr. Joseph M. Juran


Juran, seorang sarjana bidang electrical engineering yang lahir pada 24
Desember tahun 1904 di Braila-Moldova, pada tahun 1986 mengemukakan
teori mutu yang terkenal dengan Trilogi Kualitas (The Quality Trilogy), yakni
quality planning, quality control, dan quality improvement. Menurut Juran,
kualitas adalah “kesesuaian dengan penggunaan (fitness for use)”
berorientasi pada pemenuhan harapan pelanggan. Biaya kualitas ditentukan
oleh tiga biaya yaitu biaya penilaian, pencegahan, dan kegagalan (internal dan
eksternal). Juran berpandangan bahwa faktor utama dari biaya kualitas
adalah biaya penilaian dan pencegahan. Peningkatan biaya kualitas akan
sejalan dengan peningkatan kualitas.
Menurut Juran “Quality is Expensive”, karena biaya pencegahan dan
penilaian mengambil komposisi biaya terbesar di perusahaan untuk
menurunkan biaya kegagalan. Dalam meningkatkan kualitas, hendaknya
produsen menilai dan mencegah terlebih dahulu kemungkinan-kemungkinan
produk gagal dipasarkan di masyarakat dan tidak sesuai dengan ekspektasi
pelanggan. Dengan asumsi, walaupun mahal di awal namun dengan
penurunan tingkat kegagalan hingga mendekati nol persen akan
meningkatkan kualitas dari produk tersebut, akibatnya biaya rework dapat
diminimalkan dan nilai suatu barang dan jasa akan meningkat di pasaran,
serta memenuhi ekspektasi pelanggan.
Ketiga Konsep mutu Juran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Perencanaan Kualitas (quality planning), adalah suatu proses yang
mengidentifikasi pelanggan dan proses yang akan menyampaikan produk
dan jasa dengan karakteristik yang tepat dan kemudian mentransfer
pengetahuan ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan
pelanggan. Ini dilakukan untuk mempertahankan keloyalan pelanggan
dengan cara menyediakan semua kebutuhan mereka, mengembangkan
produk atau jasa sesuai dengan keinginan pelanggan, serta
mengembangkan proses produksi barang dan jasa agar lebih efisien.

6 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


2) Pengendalian Kualitas (quality control), adalah suatu proses dimana
produk benar-benar diperiksa dan dievaluasi, dibandingkan dengan
kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para pelanggan. Persoalan yang
telah diketahui kemudian dipecahkan, misalnya mesin-mesin rusak segera
diperbaiki.
3) Perbaikan Kualitas (quality improvement), adalah suatu proses dimana
mekanisme yang sudah sesuai dipertahankan sehingga mutu dapat
dicapai berkelanjutan.

Dengan adanya perencanaan kualitas yang baik akan sangat bermanfaat


bagi dunia industri dalam menetapkan serta membuat langkah strategis agar
para konsumen terpuaskan melalui ketersediaan dan pemakaian produk yang
berkualitas (Tuala, 2018:53-57).

c. Teori Kualitas dari Philip B. Crosby


Philip Crosby mengemukakan ide dalam mutu yang terbagi menjadi dua
bagian yaitu:
1) Ide bahwa mutu itu gratis
2) Ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan penundaan waktu,
bisa dihilangkan jika institusi memiliki kemauan untuk itu.

Dalam bukunya Quality Is Free, Crosby mengemukakan bahwa sebuah


langkah sistematis untuk mewujudkan mutu akan menghasilkan mutu yang
baik. Teori Zero Defects (Tanpa Cacat) yang dikemukakan Philip Crosby adalah
ide yang melibatkan penempatan sistem pada sebuah wilayah yang
memastikan bahwa segala sesuatunya selalu dikerjakan dengan metode yang
tepat sejak pertama kali dan selamanya.
Menurut Philips B. Crosby definisi kualitas adalah "Zero Defects", yaitu
kesesuaian seratus persen dengan spesifikasi produk. Crosby juga
menyatakan bahwa manajemen perusahaan harus mengambil biaya kualitas
sebagai bagian dari sistem keuangan. Empat prinsip “Zero Defects” antara lain:
1) Kualitas adalah kesesuaian dengan persyaratan. Setiap produk atau
layanan seharusnya merupakan deskripsi dari apa yang pelanggan
butuhkan.
2) Pencegahan cacat produk lebih disarankan untuk pemeriksaan kualitas
dan koreksi. Prinsip kedua ini didasarkan pada pengamatan bahwa
mencegah kecacatan lebih tidak merepotkan, lebih pasti dan lebih murah
daripada menemukan dan memperbaikinya.
3) Zero Defect merupakan standar kualitas. Prinsip ketiga didasarkan pada
sifat normatif persyaratan: jika persyaratan mengungkapkan apa yang

Konsep Teoritik Supervisi dan Mutu Pendidikan | 7


benar-benar diperlukan, maka setiap unit yang tidak memenuhi
persyaratan tidak akan memuaskan kebutuhan dan tidak baik. Jika unit
yang tidak memenuhi persyaratan ternyata mampu memuaskan
kebutuhan, maka persyaratan harus diubah untuk mencerminkan realitas.
4) Kualitas diukur dalam istilah moneter, harga dari ketidaksesuaian (PONC).
Prinsip keempat adalah kunci untuk metodologi. Phil Crosby percaya
bahwa setiap cacat merupakan biaya, yang sering tersembunyi. Biaya ini
mencakup waktu pemeriksaan, pengerjaan ulang, bahan terbuang dan
tenaga kerja, pendapatan yang hilang dan biaya ketidakpuasan pelanggan.

Program mutu yang dikemukakan Crosby terdiri dari 14 langkah yaitu:


1) Komitmen Manajemen (Management Commitment)
2) Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvement Team)
3) Pengukuran Mutu (Quality Measurement)
4) Mengukur Biaya Mutu (The Cost of Quality)
5) Membangun Kesadaran Mutu (Quality Awareness)
6) Kegiatan Perbaikan (Corrective Actions)
7) Perencanaan Tanpa Cacat (Zero Defect Planning)
8) Pelatihan Pengawas (Supervisor Training)
9) Hari Tanpa Cacat (Zero Defect Day)
10) Penyusunan Tujuan (Goal Setting)
11) Penghapusan Sebab Kesalahan (Error-Cause Removal)
12) Pengakuan (Recognition)
13) Dewan-dewan Mutu (Quality Councils)
14) Lakukan Lagi (Do It Over Again)

Ketiga penulis di atas memiliki ide-ide tentang bagaimana mutu harus


diukur dan dikelola, jelas bahwa Deming, Juran dan Crosby semuanya
memiliki tujuan yang sama. Penegasan Deming bahwa Pelanggan menjadi
orang yang bisa menentukan apakah mutu ada di sebuah Produk atau
Layanan, Juran mendefinisikan tentang mutu, dan Crosby mendefinisikan
manajemen mutu ditentukan oleh pelanggan sebagai penentu terakhir dari
kualitas suatu produk atau jasa tertentu. Ketiga penulis tersebut
menghasilkan perbedaan yang nyata dari definisi mutu, meskipun dengan
berbagai tingkatan yang berbeda. Dan juga ketiganya melihat pentingnya
umpan balik dalam setiap mekanisme yang dirancang untuk mengukur dan
mengelola kualitas: Teori Deming adalah Continuous Improvement Helix,
sedangkan Juran terkenal dengan Triloginya, dan Crosby mengemukakan
tentang Harga Non-Conformance.

8 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Perbedaannya adalah terletak pada perspektif masing-masing. Perspektif
Deming menyatakan bahwa pelanggan sebagai Penentu Kebijakan dan sangat
bergantung pada pasar dimana pelanggan akan mendefinisikan mutu suatu
produk atau jasa. Sementara Juran mengemukakan bahwa mutu tidak
terlepas dari pasar, dimana faktor penentu dirancang untuk menerjemahkan
visi mutu untuk menghasilkan suatu produk. Perspektif Crosby menyatakan
bahwa pandangan manajemen ditentukan oleh mutu seseorang baik atau
tidaknya tujuan mutu terpenuhi, serta biaya yang harus dikeluarkan. Sebagai
kesimpulannya, bahwa Deming, Juran, dan Crosby memiliki pendekatan yang
berbeda tentang manajemen mutu, tetapi pada akhirnya ketiganya
menekankan pada prinsip-prinsip dasar yang sama. (Tuala, 2018:57-60).

d. Teori Mutu Feigenbaum


Menurut Feigenbaum, mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full
customer satisfaction). Menurutnya suatu produk dianggap bermutu apabila
dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai
dengan harapan konsumen atas produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Poin penting Feigenbaum ini adalah bahwa (1) kualitas harus didefinisikan
dalam hal kepuasan pelanggan, (2) kualitas adalah multidimensi dan harus
didefinisikan secara komprehensif, dan (3) karena terjadi perubahan
kebutuhan dan harapan pelanggan, maka mutu adalah dinamis. (Tuala,
2018:60-61).

e. Teori Mutu Garvin dan Davis


Menurut Garvin dan Davis mutu adalah suatu kondisi dinamik yang
berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses, dan tugas serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
Dalam dunia pendidikan upaya untuk menghasilkan mutu harus
memperhatikan empat hal mendasar, yakni:
1) Menciptakan situasi “menang-menang” (win-win solution) dan bukan
situasi “kalah-menang” diantara pihak yang berkepentingan dengan
lembaga pendidikan (stakeholders). Dalam hal ini terutama antara
pimpinan lembaga dengan staf lembaga harus terjadi kondisi yang saling
menguntungkan satu sama lain dalam meraih mutu produk/jasa yang
dihasilkan oleh lembaga pendidikan tersebut.
2) Perlu di tumbuh kembangkan motivasi instrinsik pada setiap orang yang
terlibat dalam proses meraih mutu. Setiap orang dalam lembaga
pendidikan harus tumbuh motivasi bahwa hasil kegiatannya mencapai
mutu tertentu yang meningkat terus menerus, terutama sesuai dengan
kebutuhan dan harapan pengguna/ langganan.

Konsep Teoritik Supervisi dan Mutu Pendidikan | 9


3) Setiap pimpinan harus berorientasi pada proses dan hasil jangka panjang.
4) Penerapan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan bukanlah suatu
proses perubahan jangka pendek, tetapi usaha jangka panjang yang
konsisten dan terus menerus.

Dalam menggerakkan segala kemampuan lembaga pendidikan untuk


mencapai mutu yang ditetapkan, haruslah dikembangkan adanya kerja sama
antar unsur-unsur pelaku proses mencapai hasil mutu.

C. PRINSIP SUPERVISI DAN MUTU PENDIDIKAN


1. Prinsip Supervisi Pendidikan
Seperti telah dibahas sebelumnya, supervisi secara umum terdiri dari
supervisi akademik dan supervisi manajerial. Dalam pelaksanaan supervisi,
tentunya seorang supervisor tidak mungkin tidak menemui problem dan
kendala. Kendala tersebut setidaknya dapat diatasi apabila dalam
pelaksanaan supervisi akademik (khususnya) seorang kepala sekolah
menerapkan prinsip-prinsip supervisi akademik, diantaranya:
Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang
harmonis. Karena supervisi ini terkait hubungan antara supervisor dengan
guru, supervisor dengan stakeholder lainnya maka dalam pelaksanaan
supervisi harus dibangun hubungan kemanusiaan ini bersifat informal,
humanis, terbuka.
Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi memiliki
fungsi esensial dalam program sekolah. Apabila guru berhasil
mengembangkan dirinya maka tugas supervisor tidaklah selesai, tetap harus
ada pembinaan secara berkesinambungan mengingat permasalahan dalam
proses pembelajaran selalu berkembang.
Supervisi juga harus berdasarkan prinsip demokratis. Supervisor tidak
boleh mendominasi pelaksanaan supervisi namun supervisi dilaksanakan
secara aktif dan kooperatif. Dalam kegiatan supervisi harus melibatkan guru,
sehingga kegiatan supervisi harus direncanakan, dikembangkan dan
dilaksanakan bersama-sama dibawah koordinasi supervisor.
Program supervisi harus integral dengan program pendidikan. Pada setiap
satuan pendidikan biasanya memiliki sistem pengelolaan pendidikan yang
berbeda-beda. Sistem tersebut meliputi sistem administrasi, kesiswaan,
pembinaan konseling dan supervisi akademik. Antara satu sistem dengan
sistem lainnya harus dilaksanakan secara integral. Maka untuk mewujudkan
itu, tetap diperlukan prinsip hubungan kemanusiaan yang harmonis.

10 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Supervisi juga harus memiliki prinsip komprehensif. Program supervisi
akademik harus mencakup keseluruhan aspek. Pengembangan akademik,
tetap mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu. Berdasarkan
hasil analisis kebutuhan pengembangan akademik sebelumnya. Prinsip ini
tiada lain hanyalah untuk memenuhi tuntutan multi tujuan supervisi
akademik, berupa pengawasan kualitas, pengembangan profesional, dan
memotivasi guru.
Supervisi juga harus bersifat konstruktif. Artinya supervisi tidak untuk
mencari-cari kesalahan guru. Tujuan supervisi adalah untuk mengembangkan
pertumbuhan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan
permasalahan-permasalahan akademik yang dihadapi.
Supervisi juga harus bersifat obyektif. Obyektif dalam menyusun,
melaksanakan serta mengevaluasi keberhasilan program supervisi. Program
supervisi disusun berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesional
guru sehingga program supervisi memiliki keandalan yang tinggi untuk
mengukur seberapa tinggi kemampuan guru dalam mengelola proses
pembelajaran.
Secara aplikatif prinsip-prinsip supervisi adalah sebagai berikut:
1) Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan
kepada guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan
mengatasi kesulitan dan bukan mencari-cari kesalahan.
2) Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung, artinya
bahwa pihak yang mendapat bantuan dan bimbingan tersebut tanpa
dipaksa atau dibukakan hatinya dapat merasa sendiri serta sepadan
dengan kemampuan untuk dapat mengatasi sendiri.
3) Apabila supervisor merencanakan akan memberikan saran atau umpan
balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa.
Sebaiknya supervisor memberikan kesempatan kepada pihak yang di
supervisi untuk mengajukan pertanyaan atau tanggapan.
4) Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala misalnya tiga bulan
sekali, bukan menurut minat dan kesempatan yang dimiliki oleh
supervisor.
5) Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya
mencerminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dan yang di
supervisi tercipta suasana kemitraan yang akrab. Hal ini bertujuan agar
pihak yang di supervisi tidak akan segan-segan mengemukakan pendapat
tentang kesulitan yang dihadapi atau kekurangan yang dimiliki.
6) Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang
atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat, berisi
hal-hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan.

Konsep Teoritik Supervisi dan Mutu Pendidikan | 11


Prinsip supervisi pada dasarnya merupakan kaidah yang harus dijadikan
pedoman dalam melakukan supervisi, maka dalam melaksanakan supervisi
akademik, seorang supervisor hendaknya dapat berperan sebagai mitra guru,
inovator, konsultan, konselor bagi guru sekaligus sebagai motivator.

2. Prinsip Mutu Pendidikan


Prinsip mutu adalah sejumlah asumsi yang dinilai dan diyakini memiliki
kekuatan untuk mewujudkan mutu. Akan hal ini, berbagai ahli dan organisasi
mencoba merumuskan prinsip-prinsip yang paling tepat untuk dapat
mewujudkan mutu dalam organisasi. Ada delapan prinsip mutu berdasarkan
versi ISO yaitu:
1) Fokus pada pelanggan (Customer Focus)
Organisasi bergantung pada pelanggan mereka, karena itu manajemen
organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan sekarang & yang akan
datang. Organisasi harus memenuhi kebutuhan pelanggan dan giat
berusaha melebihi ekspektasi pelanggan.
2) Kepemimpinan (Leadership)
Pemimpin organisasi harus menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari
organisasi. Mereka harus menciptakan dan memelihara lingkungan
internal agar orang- orang dapat menjadi terlibat secara penuh dalam
pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
3) Keterlibatan orang (Involvement of people)
Orang/ karyawan pada semua tingkatan merupakan faktor yang sangat
penting dari suatu organisasi dan keterlibatan mereka secara penuh akan
memungkinkan kemampuan mereka digunakan untuk manfaat organisasi.
4) Pendekatan proses (Process Orientation)
Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara efisien, apabila aktivitas
dan sumber- sumber daya yang berkaitan dikelola sebagai suatu proses.
Suatu proses dapat didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari orang,
material, metode, mesin dan peralatan, dalam suatu lingkungan guna
menghasilkan nilai tambah output bagi pelanggan.
5) Pendekatan sistem terhadap manajemen (System Approach to
Management)
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan, dari proses- proses
yang saling berkaitan sebagai suatu sistem, akan memberikan kontribusi
pada efektifitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan-
tujuannya.
6) Peningkatan terus menerus (Continual Improvement)
Peningkatan terus- menerus dari kinerja organisasi secara keseluruhan
harus menjadi tujuan tetap dari organisasi. Peningkatan terus- menerus

12 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


didefinisikan sebagai suatu proses sebagai suatu proses yang berfokus
pada upaya terus- menerus meningkatkan efektifitas dan atau efisiensi
organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi itu.
Peningkatan terus- menerus membutuhkan langkah- langkah konsolodasi
progresif, menanggapi perkembangan kebutuhan dan ekspektasi
pelanggan, dan akan menjamin suatu evolusi dinamik dari sistem
manajemen mutu.
7) Pendekatan faktual dalam pembuatan keputusan (Factual Approach to
Decision Making)
Keputusan yang efektif adalah keputusan yang berdasarkan pada analisis
data dan informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah,
sehingga masalah- masalah kualitas dapat terselesaikan secara efektif dan
efisien.
8) Hubungan pemasok yang saling menguntungkan (Mutually Beneficial
Supplier Relationship)
Suatu organisasi dan pemasok adalah saling tergantung, dan suatu
hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan
bersama dalam menciptakan nilai tambah. (Purwoyo dalam Tuala, 2018:
41-43).

D. DIMENSI SUPERVISI DAN MUTU PENDIDIKAN


1. Dimensi Supervisi Pendidikan
Para ahli telah banyak menjelaskan bahwa seseorang akan bekerja secara
profesional Ketika orang tersebut memiliki kompetensi yang memadai.
Kompetensi itu merupakan perpaduan antara kemampuan dan motivasi.
Betapapun tingginya kemampuan seseorang, tidak akan bekerja secara
profesional apabila tidak memiliki motivasi yang tinggi, begitupun sebaliknya.
Menurut Glick man (1981) terdapat empat prototipe guru dalam
mengelola proses pembelajaran. Prototipe guru yang baik adalah guru yang
professional. Dikatakan profesional jika guru memiliki kemampuan dan
motivasi yang tinggi.
Pernyataan ini memberi implikasi terhadap program supervisi yang baik.
supervisi akademik yang baik harus mampu membuat guru semakin
kompeten yaitu guru semakin menguasai kompetensi kepribadian, pedagogic,
profesional dan social. Maka, supervisi akademik harus menyentuk pada
perkembangan seluruh kompetensi guru. Sehubungan dengan dimensi tadi,
Neagley (1980) berpendapat terdapat dua aspek yang harus menjadi
perhatian supervisi akademik baik dalam perencanaannya, pelaksanaannya,
maupun penilaiannya. Aspek pertama adalah substantive aspects of
professional development dan kedua adalah aspek professional development
Konsep Teoritik Supervisi dan Mutu Pendidikan | 13
competency areas. Aspek substantive aspects of professional development
menunjuk pada kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervise
akademik. Penguasaannya merupakan dukungan terhadap keberhasilan
mengelola proses pembelajaran. Aspek ini berkaitan dengan kompetensi guru
yang meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, professional dan social.
Aspek kedua yaitu professional development competency areas. aspek ini
menunjuk pada luasnya setiap aspek substansi. Guru tidak berbeda dengan
kasus professional lainnya. Ia harus mengetahui bagaimana mengerjakan
tugas-tugasnya. Harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana
merumuskan tujuan akademik. Tetapi, mengetahui dan memahami keempat
aspek substansi ini belumlah cukup. Guru harus mampu menerapkan
pengetahuan dan pemahamannya. Selanjutnya seorang guru harus mau
mengerjakan tugas-tugas berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

2. Dimensi Mutu Pendidikan


Robert dan Prevost (dalam Cristopher, 1996), berdasarkan hasil
penelitiannya telah membuktikan adanya perbedaan dimensi mutu yang
mengutip dari tulisan Suparlan (2007), bahwa dalam buku EFA Global
Monitoring Report 2005 atau Laporan Pemantauan Global Pendidikan Untuk
Semua. Setiap tahun, UNESCO menerbitkan laporan tentang perkembangan
pendidikan, baik pendidikan formal dan pendidikan informal, di berbagai
belahan dunia.
Dalam bentuk diagram dimensi mutu pendidikan digambarkan sebagai
berikut:

14 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Berdasarkan diagram tersebut, tampak bahwa setidaknya ada lima
dimensi yang terkait dengan mutu pendidikan.
1) Karakteristik pembelajar (learner characteristics)
Dimensi ini sering disebut sebagai masukan (inputs) atau malah masukan
kasar (raw inputs) dalam teori fungsi produksi (production function theory),
yaitu peserta didik atau pembelajar dengan berbagai latar belakangnya,
seperti pengetahuan (aptitude), kemauan dan semangat untuk belajar
(perseverance), kesiapan untuk bersekolah (school readiness), pengetahuan
siap sebelum masuk sekolah (prior knowledge), dan hambatan untuk
pembelajaran (barriers to learning) terutama bagi anak luar biasa. Banyak
faktor latar belakang peserta didik yang sangat mempengaruhi mutu
pendidikan di negeri ini. Banyak anak usia sekolah yang tidak didukung oleh
kondisi yang kondusif, misalnya peserta didik yang berasal dari keluarga tidak
mampu, keluarga pecah (broken home), kesehatan lingkungan, pola asuh
anak usia dini, dan faktor-faktor lain-lainnya. Dimensi ini menjadi faktor awal
yang mempengaruhi mutu pendidikan.

2) Pengupayaan masukan (enabling inputs)


Ada dua macam masukan yang akan mempengaruhi mutu pendidikan
yang dihasilkan, yaitu sumber daya manusia dan sumber daya fisikal. Guru
atau pendidik, kepala sekolah, pengawas, dan tenaga kependidikan lain
menjadi sumber daya manusia (human resources) yang akan mempengaruhi
mutu hasil belajar siswa (outcomes). Proses belajar mengajar tidak dapat
berlangsung dengan nyaman dan aman jika fasilitas belajar, seperti gedung
sekolah, ruang kelas, buku dan bahan ajar lainnya (learning materials), media
dan alat peraga yang dapat diupayakan oleh sekolah, termasuk perpustakaan
dan laboratorium, bahkan juga kantin sekolah, dan fasilitas pendidikan
lainnya, seperti buku pelajaran dan kurikulum yang digunakan di sekolah.
Semua itu dikenal sebagai infrastruktur fisikal (physical
infrastructure atau facilities). Singkat kata, mutu SDM yang tersedia di
sekolah dan mutu fasilitas sekolah merupakan dua macam masukan yang
sangat berpengaruh terhadap mutu pendidikan.

3) Proses belajar-mengajar (teaching and learning)


Dimensi ketiga ini sering disebut sebagai kotak hitam (black box) masalah
pendidikan. Dalam kotak hitam ini terdapat tiga komponen utama pendidikan
yang saling berinteraksi satu dengan yang lain, yaitu peserta didik, pendidik,
dan kurikulum. Tanpa peserta didik, siapa yang akan diajar? Tanpa pendidik,
siapa yang akan mengajar, dan tanpa kurikulum, bahan apa yang akan
diajarkan? Oleh karena itu mutu proses belajar mengajar, atau mutu interaksi

Konsep Teoritik Supervisi dan Mutu Pendidikan | 15


edukatif yang terjadi di ruang kelas, menjadi faktor yang amat berpengaruh
terhadap mutu pendidikan. Efektivitas proses belajar-mengajar dipengaruhi
oleh: (1) lama waktu belajar, (2) metode mengajar yang digunakan, (3)
penilaian, umpan balik, bentuk penghargaan bagi peserta didik, dan (4)
jumlah peserta didik dalam satu kelas.
Ruang kelas di Indonesia sangat kering dengan media dan alat peraga.
Pakar pendidikan, Dr. Arif Rahman, M.Pd. sering menyebutkan bahwa ruang
kelas kita ibarat menjadi penjara bagi anak-anak. Jika diumumkan ada rapat
dewan pendidik, dalam arti tidak ada kelas, maka bersoraklah para siswa,
ibarat keluar dari pintu penjara tersebut. Sesungguhnya, di sinilah kelemahan
terbesar pendidikan di negeri ini. Proses belajar mengajar di ruang kelas kita
sangat kering dari penggunaan teknik penguatan (reinforcement), kering dari
penggunaan media dan alat peraga yang menyenangkan. Dampaknya, dapat
diterka, yaitu hasil belajar yang belum memenuhi standar mutu yang
ditentukan. Sentral permasalahan lemahnya proses belajar mengajar di dalam
kelas ini, sebenarnya sudah diketahui, yakni kualifikasi dan kompetensi guru.
Setengah guru kita belum memenuhi standar kualifikasi. Apalagi dengan
standar kompetensinya. Timbullah istilah ‘guru tak layak’. Belum lagi dengan
masalah kesejahteraannya. Ada pendapat yang menyatakan bahwa semua
masalah bersumber dari masalah kesejahteraan. Memang, kesejahteraan
guru menjadi salah satu syarat agar guru dapat disebut sebagai profesi, selain
(1) memerlukan keahlian, (2) keahlian itu diperoleh dari proses pendidikan
dan pelatihan, (3) keahlian itu diperlukan masyarakat, (4) punya organisasi
profesi, (5) keahlian yang dimiliki dibayar dengan gaji yang memadai
(Suparlan, 2006).

4) Hasil belajar (outcomes)


Hasil belajar adalah sasaran yang diharapkan oleh semua pihak. Di sini
memang terjadi perbedaan harapan dari pihak-pihak tersebut. Pihak dunia
usaha dan industri (DUDI) mengharapkan lulusan yang siap pakai. Pendidikan
kejuruan dipacu agar dapat memenuhi harapan ini. Sedang pihak praktisi
pendidikan pada umumnya cukup berharap lulusan yang siap latih. Alasannya,
agar DUDI dapat memberikan peran lebih besar lagi dalam memberikan
pelatihan.
Setidaknya, semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan menghasilkan
lulusan yang dapat membaca dan menulis (literacy), berhitung (numeracy),
dan kecakapan hidup (life skills) Ini memang pasti. Selain itu, peserta didik
harus memiliki kecerdasan emosional dan sosial (emotional dan social
intelligences), nilai-nilai lain yang diperlukan masyarakat. Terkait dengan
berbagai macam kecerdasan, Howard Gardner menegaskan bahwa “satu-

16 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


satunya sumbangan paling penting untuk perkembangan anak adalah
membantunya untuk menemukan bidang yang paling cocok dengan bakatnya”
(Daniel Goleman, 2002: 49, dalam Suparlan, 2004: 39). Hasil belajar yang akan
dicapai sesungguhnya yang sesuai dengan potensinya, sesuai dengan bakat
dan kemampuannya, serta sesuai dengan tipe kecerdasannya, di samping
juga nilai-nilai kehidupan (values) yang diperlukan untuk memelihara dan
mentransformasikan budaya dan kepribadian bangsa. Dalam perspektif
psikologi pendidikan dikenal sebagai ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dalam perspektif sosial dikenal dengan istilah 3H (head, heart, hand). Tokoh
pendidikan dari Minang mengingatkan bahwa “Dari pohon rambutan jangan
diminta berbuah mangga, tapi jadikanlah setiap pohon mangga itu
menghasilkan buah mangga yang manis” (Muhammad Sjafei, INS). Semua itu
pada dasarnya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional “….
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab” (Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional).

5) Konteks (contexts) atau lingkungan (environments)


Keempat dimensi yang telah dijelaskan tersebut saling pengaruh-
mempengaruhi dengan konteks (contexts) atau lingkungan (environments)
yang meliputi berbagai aspek alam, sosial, ekonomi, dan budaya, sebagai
berikut:
a. Economics and labour market conditions in the community atau kondisi
pasar ekonomi dan pasar dalam masyarakat.
b. Socio-cultural and religious factors atau faktor religius dan sosio-kultural.
c. Educational knowledge and support infrastructure atau pengetahuan dan
infrastruktur yang mendukung dunia pendidikan.
d. Public resources available for education atau ketersediaan sumber-
sumber masyarakat untuk pendidikan.
e. Competitiveness of the teaching profession on the labour market atau
daya saing profesi mengajar pada pasar tenaga kerja.
f. National governance and management strategies atau strategi
manajemen dan tata kelola pemerintahan.
g. Philosophical standpoint of teacher and learner atau pandangan filosofis
guru dan peserta didik.
h. Peer effects atau pengaruh teman sebaya.
i. Parental support atau dukungan orang tua atau keluarga.

Konsep Teoritik Supervisi dan Mutu Pendidikan | 17


j. Time available for schooling and home works atau ketersediaan waktu
untuk sekolah dan PR.
k. National standards atau standar-standar nasional.
l. Public expectations atau harapan masyarakat.
m. Labour market demands permintaan pasar tenaga kerja.
n. Globalization atau globalisasi.

Pada awalnya, peran orang tua (rumah) dan keluarga belum dipandang
sebagai dimensi yang benar-benar berpengaruh terhadap mutu pendidikan.
Sekarang dukungan orang tua menjadi salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap hasil belajar peserta didik. Dalam kajian tentang sekolah efektif
(effective school), dukungan orang tua siswa dan masyarakat menjadi salah
satu faktor dalam sekolah efektif.
Dari beberapa faktor sekolah efektif tersebut, hasil studi di negara maju
menunjukkan adanya lima faktor yang paling berpengaruh terhadap
efektivitas suatu sekolah (EFA Global Monitoring Report 2005, hal. 66), yaitu:
1. Strong eduational leadership -> terkait dengan pendidik dan tenaga
kependidikan (masukan);
2. Emphasis on acquiring basic skills -> terkait dengan kurikulum (masukan;
3. An orderly and secure environment -> terkait dengan konteks (lingkungan);
4. High expectations of pupil attainment -> terkait dengan peserta didik
(masukan kasar);
5. Frequent assessment of pupil progress -> terkait dengan proses belajar-
mengajar (proses).

Sehingga lima dimensi mutu pendidikan pada hakikatnya juga merupakan


faktor pembentuk sekolah efektif. Sekolah yang efektif, dengan kata lain,
dapat disebut sebagai sekolah yang bermutu, dukungan orang tua dan
masyarakat terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan disalurkan melalui
wadah lembaga sosial yang kini dikenal dengan Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah.

E. JENIS SUPERVISI DAN MUTU PENDIDIKAN


1. Jenis Supervisi Pendidikan
Dalam buku Supervisi Pendidikan dari DR. H. Muwahid Shulhan, M.Ag.
(2012:50) supervisi terbagi kepada tiga jenis, yaitu:
a. Supervisi umum
Merupakan supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan secara tidak
langsung namun berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran.

18 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Misalnya supervisi terhadap pengelolaan administrasi kantor, supervise
pengelolaan keuangan atau sarana prasarana sekolah.

b. Supervisi pengajaran
Merupakan kegiatan-kegiatan pengawasan yang ditujukan untuk
memperbaiki kondisi-kondisi baik personil maupun materil yang
memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi
tercapainya tujuan pendidikan.

c. Supervisi klinis
Merupakan bagian dari supervise pengajaran dan prosedur
pelaksanaannya lebih ditekankan pada pencarian penyebab masalah
dalam kegiatan belajar mengajar untuk nantinya diperbaiki.

Dalam melaksanakan supervise klinis, umumnya terdiri dari tiga fase yaitu
pertemuan perencanaan, observasi kelas dan pertemuan balik. Supervisi
klinis difokuskan pada perbaikan mengajar melalui siklus yang sistematis
mulai dari tahapan perencanaan, pengamatan dan analisis intelektual yang
intensif terhadap penampilan pengajaran dengan harapan ada perbaikan
yang rasional (Ngalim Purwanto, 2010).
Menurut Ngalim Purwanto (2010) supervisi klinis adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan supervisor kepada guru / calon guru bersifat bantuan, bukan
perintah atau instruksi.
2. Jenis keterampilan yang akan di supervisi diusulkan oleh guru atau calon
guru yang akan di supervisi, dan disepakati melalui pengkajian bersama
antara guru dan supervisor.
3. Meskipun guru atau calon guru menggunakan berbagai keterampilan
mengajar secara terintegrasi, sasaran supervisi hanya pada keterampilan
tertentu saja,
4. Instrumen supervisi dikembangkan dan disepakati bersarna antara
supervisor dan guru berdasarkan kontrak.
5. Perbaikan dengan segera dan secara objektif (sesuai data yang direkam
oleh instrumen observasi).
6. Meskipun supervisor telah menganalisis dan menginterpretasi data yang
direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi atau pertemuan
balikan guru calon guru diminta terlebih dahulu menganalisis
penampilannya.
7. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada
memerintah atau mengarahkan.
8. Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka.

Konsep Teoritik Supervisi dan Mutu Pendidikan | 19


9. Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi,
dan diskusi atau pertemuan balikan.
10. Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan dan peningkatan
dan perbaikan keterampilan mengajar; di pihak lain dipakai dalam
konteks pendidikan prajabatan.

Berbeda dengan pendapat dari Dadang Suhardan (2010) mengemukakan


supervisi terdiri dari tiga jenis yaitu supervisi akademik, supervisi administrasi
dan supervisi lembaga:
1. Supervisi akademik. Yaitu yang menitik beratkan pengamatan supervisor
pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang langsung berada
dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam
proses pembelajaran.
2. Supervisi administrasi. Yang menitik beratkan pengamatan supervisor
pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dengan
pelancar terlaksananya pembelajaran.
3. Supervisi lembaga. Yang menitik beratkan pengamatan supervisor pada
aspek-aspek yang berada di sentral madrasah. Jika supervisi akademik
dimaksudkan untuk meningkatkan pembelajaran, maka supervisi lembaga
dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik madrasah atau kinerja
madrasah.

Supervisi klinis ini dapat dikatakan sebagai pembinaan cara mengajar


guru sehingga tujuan dari supervisi klinis adalah membantu memodifikasi
pola-pola pengajaran yang tidak atau kurang efektif. Supervisi klinis dilakukan
untuk memotivasi dan membangun komitmen kerja guru. Secara spesifik
tujuan dari supervisi klinis adalah untuk menyediakan feed back yang lebih
obyektif bagi guru berkenaan dengan pengajaran, mendiagnosis masalah
serta pemecahannya, membantu mengembangkan keterampilan mengajar,
membantu guru mengembangkan keterampilan strategi mengajar, hasil
supervisi dapat dijadikan bahan pertimbangan sekolah untuk promosi dan
keputusan lainnya, serta membantu guru untuk mengembangkan sikap
profesional yang sifatnya berkelanjutan.

2. Mutu Pendidikan
Mutu berasal dari bahasa Latin yaitu qualis yang artinya what kind of.
Menurut Deming mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Mutu
menurut Juran ialah kecocokan dengan produk. Mutu menurut Crosby ialah
kesesuaian dengan yang diisyaratkan. West Burnham mengatakan mutu
adalah ukuran relatif suatu produk atau jasa sesuai dengan standar mutu

20 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


desain. Mutu desain meliputi spesifikasi produk atau mutu kesesuaian, yaitu
seberapa jauh suatu produk telah memenuhi persyaratan atau spesifikasi
mutu yang ditetapkan. Mutu merupakan kemampuan (ability) yang dimiliki
oleh suatu produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan atau harapan
dan kepuasan pelanggan, dalam pendidikan yang dimaksud dengan
pelanggan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu internal customer (siswa
atau mahasiswa sebagai pembelajar sekaligus input) dan eksternal customer
(masyarakat dan dunia industri). Mutu dapat dipandang sebagai sebuah
konsep yang absolut sekaligus relatif. Mutu dalam percakapan sehari-hari
sebagian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolut, misalnya restoran
yang mahal dan mobil-mobil yang mewah. Sebagai suatu konsep yang absolut,
mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan benar, merupakan suatu
idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Dalam konteks pendidikan,
pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil
pendidikan. Dalam” proses pendidikan” yang bermutu terlibat berbagai input
seperti bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi
(bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi
sarana prasarana, sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang
kondusif. Mutu dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada prestasi
yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap
akhir semester, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi
yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil
tes kemampuan akademis (misalnya tes formatif, sumatif, dan UN). Dapat
pula prestasi di bidang lain, seperti prestasi di suatu cabang olahraga, seni,
atau keterampilan tambahan tertentu, misalnya: komputer, beragama jenis
teknik, jasa. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat
dipegang (intangible), seperti suasana, disiplin, keakraban, saling
menghormati, kebersihan, toleransi, emosional, dan sebagainya. Antara
proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Akan tetapi,
agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam artian hasil
(output) harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target
yang akan dicapai untuk setiap tahun atau kurun waktu lainnya. Berbagai
input dan proses harus selalu mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin
dicapai

F. KAJIAN SUPERVISI DAN MUTU PENDIDIKAN YANG BAIK


1. Kajian Supervisi Pendidikan
Implementasi dari konsep supervise memerlukan adanya suatu
kepemimpinan Pendidikan yang sangat baik. Maka seorang supervisor harus
dibekali secara personal maupun profesional sifat-sifat dan pengetahuan
Konsep Teoritik Supervisi dan Mutu Pendidikan | 21
yang sesuai dengan profesi jabatannya. Setidaknya ada beberapa ciri atau
sifat seorang supervisor yang baik antara lain:
1. Pribadi sebagai guru yang baik dan menyenangkan;
2. Memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi;
3. Memiliki pandangan yang luas mengenai proses Pendidikan dalam
masyarakat;
4. Memiliki kecakapan melaksanakan human relationship yang baik;
5. Cinta pada anak-anak dan menaruh minat terhadap masalah-masalah
belajar mereka;
6. Memiliki kecakapan dalam proses kelompok;
7. Cakap memimpin kelompok menurut prinsip-prinsip demokratis;
8. Memiliki keteguhan hati untuk mengambil Tindakan cepat dan segera
memperbaiki terhadap kesalahan yang dilakukan;
9. Mau menerima perubahan;
10. Berani mengungkapkan pendapat dan gagasan;
11. Harus dapat menjadi seorang generalis dalam pendekatannya terhadap
seluruh program;
12. Memiliki intuisi yang baik;
13. Memperluas kecakapannya dalam berbagai hal;
14. Melaksanakan hubungan yang kooperatif;
15. Berusaha mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi dan bersinergi dengan
anggota kelompok;
16. Toleransi jujur, tegas, rajin, dinamis, rendah hati, berkemauan keras,
mempunyai rasa humor, sabar dan tekun.

Sifat dan karakter di atas seharusnya dimiliki oleh seorang pengawas


dalam rangka melaksanakan tugas pokoknya sebagai seorang pengawas atau
supervisor Pendidikan pada sekolah yang dibinanya. Dengan demikian
kehadiran pengawas di sekolah bukan untuk mencari kesalahan sebagai dasar
untuk memberi hukuman akan tetapi harus menjadi mitra sekolah dalam
membina dan mengembangkan mutu Pendidikan di sekolah sehingga secara
bertahap kinerja sekolah semakin meningkat menuju tercapainya sekolah
yang efektif.
Supervisi dalam Pendidikan diperlukan guru sebagai umpan balik
terhadap pengajarannya sehingga memperkuat keterampilan mengajarnya
untuk meningkatkan kinerjanya. Supervisi Pendidikan memfokuskan pada
peningkatan sebagai alat untuk meningkatkan pengajaran guru. Oleh karena
itu dalam supervisi supervisor harus berupaya meningkatkan perilaku,
kemampuan, dan sikap-sikap guru. (Shulhan, 2012: 53-55)

22 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


2. Kajian Mutu Pendidikan
Secara substansi, mutu pendidikan diterjemahkan sebagai suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk atau output, jasa/pelayanan,
manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Kriteria untuk menentukan mutu pendidikan mesti dilihat dari 5 aspek, yakni
output, pelayanan, sumber daya manusia (guru), aspek proses dan aspek
lingkungan. Mutu pendidikan adalah hasil belajar, yang menyangkut prestasi
belajar mengajar yang dicapai siswa baik yang berhubungan dengan
pengetahuan, sikap atau perilaku setelah mempelajari pendidikan agama
Islam dalam kurun waktu tertentu/semester yang dinyatakan dalam bentuk
nilai rapor/semester. Adapun menurut Sudarwan Danim, mutu pendidikan
mengacu pada masukan, proses, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan
dapat dilihat dari beberapa sisi. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan
sumber daya manusia, seperti kepala sekolah, guru, staf tata usaha, dan siswa.
Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat
peraga, buku-buku, kurikulum, prasarana, sarana sekolah, dan lain-lain.
Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang perangkat lunak,
seperti peraturan, struktur organisasi, dan deskripsi kerja. Keempat, mutu
masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi,
ketekunan, dan cita-cita. Mutu proses pembelajaran mengandung makna
bahwa kemampuan sumber daya sekolah mentransformasikan beragam jenis
masukan dan situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu dari
peserta didik. Apabila dilihat dari hasil pendidikan, mutu pendidikan
dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan
ekstrakulikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang
pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Dapat
disimpulkan bahwa mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam
pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien untuk melahirkan
keunggulan akademik dan ekstrakulikuler pada peserta didik yang dinyatakan
lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program
pembelajaran tertentu

Konsep Teoritik Supervisi dan Mutu Pendidikan | 23


DAFTAR PUSTAKA

Manullang. 2005. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: UGM University


Press.
Mulyasa, H.E. 2014. Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga
Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi Profesional. Bandung: Alfabeta.
Shulhan, Muwahid. 2012. Supervisi Pendidikan Teori dan Terapan dalam
Mengembangkan Sumber Daya Guru. Surabaya: Acima Pumblishing.
https://suparlan.org/178/dimensi-mutu-pendidikan

24 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


BAB
2

TEKNIK SUPERVISI DAN MUTU PENDIDIKAN


SECARA UMUM DAN TEKNIK SUPERVISI DAN
MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA

Romdah Romansyah, Iis Suryani, Siti Latipah

A. PENDAHULUAN
Supervisi dalam lembaga pendidikan berkembang dan mengalami
perubahan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Tidak dapat
dipungkiri bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih jauh dari yang
diharapkan, apalagi jika dibandingkan dengan mutu pendidikan di Negara lain.
Dari data United Nations Development Programme (UNDP) bahwa Human
Development Indeks (HDI) tahun 2020 Indonesia menduduki peringkat 107
dari 189 Negara. Pada peringkat ini, nilai HDI yang dicatatkan adalah 0,718;
dengan tingkat harapan hidup 71,7; jumlah tahun pendidikan yang
diharapkan 13,6; rata-rata tahun pendidikan yang ditempuh 8,2; dan
pendapatan per kapita 11.459. Meskipun oleh UNDP Indonesia baru saja
dikelompokkan menjadi negara dengan HDI tinggi; walaupun tidak ada
peningkatan dalam ranking; tetap saja kondisi ini patut menjadi perhatian kita,
karena kita masih tertinggal dengan beberapa negara sahabat.
Atas dasar berbagai keprihatinan terhadap kondisi dunia pendidikan kita,
utamanya terhadap supervisi, pengelolaan pendidikan yang sebagian besar
masih konvensional sangat mempengaruhi mutu pendidikan, yaitu lembaga
pendidikan menghasilkan pembelajar dengan hasil belajar yang baik, hasil
belajar yang biasa dan hasil belajar tergolong kurang baik. Dinas pendidikan
mengalami penurunan mutu disebabkan beberapa hal, diantaranya adalah:
pertama supervisi pendidikan tidak dilaksanakan secara profesional,
terkendala pemahaman dan pelaksanaan supervisi yang masih kaku dan
sebatas formalitas, yaitu masih ada jarak antara supervisor dengan guru.
Kedua, belum optimalnya kegiatan pembelajaran karena terkendala
keterbatasan sarana dan prasarana terutama di lembaga pendidikan yang
terletak di daerah, khususnya daerah terpencil. Ketiga, Keberadaan data
nasional yang diperoleh dari hasil Ujian Nasional, tidak sepenuhnya di dapat
melalui proses ujian nasional yang penuh kejujuran. namun secara kualitatif,
proses pelaksanaannya banyak dijumpai praktik-praktik kecurangan sehingga
banyak menimbulkan keprihatinan bagi para insan pendidikan kita. Keempat,
sudah menjadi rahasia umum bahwa masih banyak birokrat dibidang
pendidikan yang melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sejak era
Orde Baru sampai era reformasi berjalan lebih satu dasawarsa, fenomena ini
masih saja selalu dalam bentuk yang serupa tetapi tidak sama (Baharuddin,
2010). Oleh karena itu, sudah saatnya kita sebagai pemikir dan praktisi
pendidikan bekerja keras untuk merubah kondisi yang demikian menjadi
kondisi yang lebih baik.
Secara etimologi “supervisi” berasal dari kata “super” dan “vision” yang
masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis
supervisi berarti penglihatan dari atas. Pengertian semacam itu merupakan
arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi yang melihat berkedudukan
lebih tinggi daripada yang dilihat. Dalam pendidikan istilah supervisi sering
ditafsirkan sebagai “supervision of instruction”, dalam bahasa Indonesia
supervisi pengajaran. Bila disebut istilah supervisi, sering asosiasi pembaca
atau pendengar lari kepada bidang pengajaran, padahal supervisi itu ada
pada tiap kegiatan dalam pendidikan (Makawimbang, 2011)
Ngalim Purwanto (2009:76) mendefinisikan supervisi sebagai suatu
aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan
pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif. Supervisi
diartikan sebagai bantuan dari pemimpin sekolah dalam mencapai tujuan
pendidikan yang berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi
pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru dalam usaha pembaharuan-
pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat
pelajaran dan metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang
sistematis terhadap proses pengajaran.
Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (dalam Sagala,
2010: 195) sebagai berikut: “Supervision is assistance in the devolepment of a
better teaching learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam
pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini
mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar

26 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an
envirovment).
Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada lembaga
pada umumnya dan kepada dosen pada khususnya agar kualitas
pembelajarannya meningkat. Sebagai dampak meningkatnya kualitas
pembelajaran , tentu dapat meningkat pula prestasi belajar mahasiswa, dan
itu berarti akan meningkat pula kualitas lulusan dari lembaga tersebut. Jika
perhatian supervisi sudah tertuju pada keberhasilan mahasiswa dalam
memperoleh ilmu pengetahuan dan ketrampilan maka berarti kegiatan
supervisi sudah sesuai dengan tujuannya.
Adapun tujuan supervisi pendidikan adalah:
1. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan
pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah mencapai tujuan
tersebut
2. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk
mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang
efektif.
3. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis
terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan belajar mengajar, serta
menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.
4. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga
sekolah lainnya terhadap tata kerja yang demokratis dan kooperatif ,
serta memperbesar kesediaan untuk tolong-menolong.
5. Memperbesar ambis guru-guru untuk meningkatkan mutu layanannya
secara maksimal dalam bidang profesinya (keahlian) meningkatkan
achievement motive.
6. Membantu pimpinan sekolah untuk mempopulerkan sekolah pada
masyarakat dalam mengembangkan program-program pendidikan.
7. Membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi
aktivitasnya dalam konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan peserta
didik, dan
8. Mengembangkan esprit de corps, guru-guru yaitu adanya rasa kesatuan
dan persatuan (kolegialitas) antar guru-guru.

Agar supervisi akademik dapat memenuhi fungsi seperti yang disebutkan


di atas, sebaiknya supervisi memenuhi prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip
supervisi menurut Arikunto (2006) adalah sebagai berikut
a. Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan
kepada guru untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan dan
bukan mencari- cari kesalahan.

Teknik Supervisi dan Mutu Pendidikan Secara Umum | 27


b. Pemberian bantuan dan bimbingan tidak diberikan secara langsung,
artinya diupayakan agar pihak yang bersangkutan dapat merasa dan
dapat mengatasi masalahnya dengan kemampuannya sendiri.
c. Apabila pengawas atau kepala sekolah/madrasah merencanakan akan
memberikan saran atau umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegera
mungkin agar tidak lupa.
d. Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala misalnya 3 bulan
sekali, bukan menurut minat dan kesempatan yang dimiliki oleh
pengawas atau Kepala Sekolah.
e. Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya
mencerminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dan yang
disupervisi.
f. Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang
atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat, berisi
hal- hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan.

Prinsip-prinsip supervisi yang harus dilaksanakan menurut Sahertian


adalah
a. Prinsip-prinsip kerja sama
b. Ilmiah
c. Prinsip demokratis
d. Prinsip konstruktif dan kreatif.63

Untuk itu kepala sekolah dalam melaksanakan tugas profesional sebagai


seorang supervisor, khususnya supervisi akademik, harus berlandaskan
prinsip- prinsip supervisi akademik demi kesuksesan tugasnya.

B. TEKNIK SUPERVISI SECARA UMUM


Secara garis besar teknik supervisi dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
Teknik-teknik Supervisi yang bersifat individual (Individual Technique) dan
Teknik-teknik Supervisi yang bersifat kelompok (Group Techniques).
a. Teknik supervisi yang bersifat individual (Individual Technique)
Teknik supervisi yang bersifat individual dipergunakan apabila orang yang
disupervisi dihadapi secara perorangan biasanya dilakukan terhadap individu-
individu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat pribadi. Teknik
supervisi yang bersifat individu ini dapat dijelaskan atas beberapa macam,
yakni sebagai berikut:
1) Kunjungan kelas (Classroom Visitation)
Untuk mengetahui lebih dekat/nyata tentang belajar mengajar guru di
kelas, seorang kepala sekolah, penilik pengawas biasanya mengadakan
28 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
kunjungan pada setiap kelas dimana guru-guru sedang mengajar. Tujuannya
untuk menolong guru-guru memecahkan kesulitan-kesulitan yang mereka
hadapi dan mempelajari sifat dan kualitas cara belajar anak dan bagaimana
guru membimbing murid- muridnya. Tujuan lain adalah untuk memperoleh
data/informasi tentang situasi belajar mengajar yang berfungsi membantu
pertumbuhan profesional guru. Teknik supervisi dalam bentuk kunjungan
kelas ini dapat dibagi atas:
a) Kunjungan tanpa pemberitahuan sebelumnya
Seorang supervisor secara tiba-tiba mengunjungi kelas sementara guru
sedang mengajar. Kunjungan semacam ini biasanya tidak dirancang (di desain)
sebelumnya (secara kebetulan) dan mungkin direncanakan oleh supervisor
dengan maksud dan tujuan tertentu. Jenis kunjungan ini mempunyai
kebaikan dan keburukan tertentu.
Kebaikannya: Supervisor dapat mengetahui keadaan yang sesungguhnya,
sehingga dapat menyediakan bantuan/pertolongan yang diperlu-
kan/dibutuhkan oleh guru-guru yang disupervisi, guru- guru selalu siap
melaksanakan tugasnya dengan baik, dan suasana demikian berpengaruh
terhadap suasana belajar murid-murid secara wajar. Kelemahannya:
Supervisor dianggap tidak demokratis dan tidak kooperatif, guru-guru merasa
bingung dan berprasangka bahwa kunjungan tersebut akan menilai tugas-
tugas guru dan mencari-cari kesalahan saja, menimbulkan hubungan yang
kurang baik sehingga guru-guru tidak merasa senang dikunjungi.

b) Kunjungan dengan pemberitahuan sebelumnya


Sebelum suatu kunjungan dimulai, supervisor telah menyampaikan
langsung maupun tidak langsung, atau berdasarkan jadwal kunjungan yang
telah direncanakan tentang waktu kunjungannya berbagai kelas atau sekolah
disampaikan kepada guru-guru atau sekolah yang, akan dikunjunginya.
Keuntungannya: Guru-guru telah siap menunggu waktu pelaksanaan
supervisi, adanya pembagian waktu yang merata bagi semua guru-guru yang
memerlukan bantuan supervisor, tercapainya efisiensi kerja dan
meningkatkan PBM.
Kelemahannya: Guru-guru merasa tertekan menunggu gilirannya
disupervisi, kemungkinan adanya guru yang disupervisi terlalu lama sehingga
guru lainnya kurang mendapat kesempatan yang cukup, kemungkinan lainnya
kurang mendapat kesempatan yang cukup, sebagian guru akan membuat
persiapan yang memungkinkan supervisor sulit menemukan kelemahan
mereka yang tentunya akan merugikan guru itu sendiri.

Teknik Supervisi dan Mutu Pendidikan Secara Umum | 29


c) Kunjungan atas dasar undangan guru
Kebanyakan guru-guru merasa enggan mengundang supervisor untuk
mengamatinya pada saat ia melakukan tugas mengajar. Guru-guru masih
belum terbuka menerima kunjungan semacam ini, apalagi yang namanya
supervisor umumnya guru merasa tidak senang untuk disupervisinya jika
hanya menilai kemampuannya.
Keuntungannya: Supervisor akan dapat memperoleh pengalaman belajar
mengajar yang ia sendiri belum memilikinya, guru yang kurang mampu akan
memperoleh tambahan pengalaman jabatan yang lebih banyak sehingga
dapat menilai cara mengajarnya sendiri, memungkinkan terciptanya
hubungan yang harmonis antara guru-guru dengan supervisor.
Kelemahannya: Ada kemungkinan terjadi manipulasi tingkah laku dari
pihak guru-guru dengan membuat suasana yang tidak wajar, dibuat-buat,
misalnya pada saat itu segala sesuatu dipersiapkan secara mantap, padahal di
lain waktu keadaannya tidak demikian, kemudian kelemahan lainnya adalah
sulit untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

2) Observasi Kelas (Classroom Observation)


Observasi kelas biasanya dilakukan melalui dua cara yaitu dengan cara
observasi langsung (directed observation) yakni supervisor mengobservasi
langsung guru yang mengajar di kelas. Ini berarti supervisor harus berada
sama-sama dengan guru dalam kelas: Observasi dapat pula dilakukan dengan
cara tak langsung (indirect observation) yakni supervisor dibatasi oleh ruang
kaca dimana guru dan murid-muridnya tidak mengetahuinya, atau dengan
alat seperti kamera yang dapat dipantau dari jarak jauh. Tujuan observasi ini
adalah untuk mendapatkan data semaksimal mungkin sehingga dengan data
tersebut dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan-kesulitan yang terjadi
dalam proses belajar mengajarnya sehingga dapat dicarikan solusi yang paling
tepat.
Bagi guru-guru, hasil analisis ini akan dapat membantu untuk merubah
cara-cara mengajarnya ke arah yang lebih baik, sedangkan bagi murid-murid
sudah tentu dapat menjamin timbulnya pengaruh positif terhadap kemajuan
belajarnya. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka supervisor harus
mengetahui dengan jelas apa yang harus diobservasi.
Dalam hal ini, yang perlu diobservasi antara lain: usaha serta kegiatan
guru dan murid dalam hubungan dengan penggunaan bahan dan alat
pelajaran, usaha memperoleh pengalaman belajar, faktor lingkungan sosial,
fisik sekolah, baik di dalam maupun di luar kelas serta faktor-faktor
penunjang lainnya. Instrumen yang paling sering digunakan dalam kegiatan
observasi kelas pada umumnya digunakan “check-list”, yaitu merupakan

30 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


suatu daftar pertanyaan yang berisi item-item yang memuat aspek-aspek
tertentu untuk merekam data dalam melengkapi keterangan- keterangan
yang lebih objektif terhadap situasi belajar mengajar di dalam kelas.

3) Percakapan pribadi (Individual Conference)


Dijelaskan oleh Adam dan Dickey bahwa salah satu alat yang penting
dalam supervisi adalah individual conference, yaitu supervisor dan guru dapat
bekerja secara individual memecahkan problem-problem pribadi yang
berhubungan dengan jabatan mengajar (personal and professional problems),
misalnya: Pemilihan dan perbaikan alat-alat pelajaran, penentuan dan
penggunaan metode mengajar, dan sebagainya.
Menurut Mildred E. Swearingen, ada beberapa jenis percakapan pribadi
melalui kunjungan kelas adalah sebagai berikut:
a) Classroom-conference, yaitu percakapan pada saat murid- murid tidak
ada lagi di kelas, misalnya pada waktu murid- murid beristirahat atau
mereka sudah pulang. Percakapan ini tetap berlangsung di kelas dimana
guru itu mengajar.
b) Office-conference, yaitu percakapan yang dilaksanakan di ruang kantor
atau ruang kepala sekolah, atau ruang guru, dimana lingkungan fisiknya
penuh dengan alat-alat pelajaran yang cukup. Misalnya dalam ruangan
yang suasananya tenang dan menyenangkan, dimana ada gambar-
gambar untuk menjelaskan sesuatu, atau data hasil penelitian dan
sebagainya.
c) Gausal-conference, yaitu percakapan yang dilaksanakan secara kebetulan
(tanpa direncanakan), misalnya sementara dalam pertemuan, atau dalam
perjalanan pulang, dsb.
d) Observational-visitation, yaitu supervisor mengunjungi kelas dimana guru
sedang mengajar, untuk mengobservasi kegiatan- kegiatan kelas selama
pelajaran berlangsung. Hasil observasi itu dibicarakan bersama-sama guru
yang bersangkutan untuk mencarikan jalan pemecahannya.

Tujuan diadakan percakapan pribadi itu antara lain sebagai berikut: (1)
Memberi kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru; (2) Memupuk dan
mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) Memperbaikikelemahan-
kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang sering dialami oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya di sekolah, misalnya kurang membaca buku-buku
terbaru, malas mengoreksi dan mengembalikan hasil pekerjaan murid-murid
setelah ulangan, dsb; (4) Menghilangkan dan menghindari segala prasangka
(keragu-raguan) guru dalam berbagai masalah mengajar belajar, dsb.

Teknik Supervisi dan Mutu Pendidikan Secara Umum | 31


4) Saling mengunjungi (Intervisitation)
Yang dimaksud dengan intervisitation ialah saling mengunjungi antara
rekan guru yang satu dengan rekan guru yang lain yang sedang mengajar
untuk saling memberi dan menimba pengalaman di antara sesama rekan guru
di sekolah (sekolah yang sama maupun pada sekolah yang berbeda.
Keuntungan yang dapat dipetik dari praktek intervisitation ini, antara lain:
1. Memberi kesempatan kepada guru mengamati rekan guru lain yang sedang
memberi pelajaran, terutama dalam penggunaan metode mengajar baru
(modern) dan lain sebagainya. 2. Memberi motivasi yang terarah terhadap
aktivitas mengajar guru di kelas. 3. Membantu guru-guru yang ingin
memperoleh pengalaman/ keterampilan mengajar tertentu (penggunaan
metode, alat/media, pengelolaan kelas, ketrampilan bertanya) kegiatan
instruksional lainnya yang penting untuk diketahui oleh guru-guru. 4.
Terbinanya hubungan yang akrab diantara sesama guru maupun dengan
supervisor, sehingga diskusi dapat berlangsung secara wajar dan mudah
mencari penyelesaiannya.

1. Menilai Diri Sendiri (Self Evaluation Check-list)


Self evaluation adalah suatu teknik supervisi individual yang paling,
obyektif tetapi yang paling sukar untuk dilakukan, apalagi jika dilakukan
dengan kesadaran yang penuh untuk melihat kemampuan diri sendiri dalam
menyajikan bahan pelajaran.
Menilai orang lain rasanya mudah dilakukan, tetapi untuk menilai diri
sendiri kadang-kadang tak mampu melaksanakannya, padahal yang paling,
tahu tentang segala sesuatu pada diri kita adalah kita sendiri bukan orang lain.
Keadaan sesungguhnya yang terjadi sering dimanipulasi untuk menyatakan
yang tidak wajar dan sebaliknya demi untuk memperoleh simpati atau
penghargaan dan pujian dari orang lain, dsb.
Instrumen yang digunakan untuk menilai diri sendiri, sering digunakan
adalah "check-list", yaitu daftar pertanyaan yang disampaikan kepada guru-
guru untuk memberikan pendapatnya tentang tugas mengajarnya sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Biasanya check-list ini disusun dalam
bentuk pertanyaan, baik secara tertutup/secara terbuka tanpa
mencantumkan nama dari responden atau identitas lain yang menimbulkan
prasangka yang tidak-tidak dari responden.

2. Teknik-teknik Supervisi yang Bersifat Kelompok (Group Techniques)


Teknik supervisi dalam bentuk kelompok adalah teknik supervisi yang
digunakan bersama-sama antara supervisor dan guru-guru dalam jumlah yang

32 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


banyak tetapi mempunyai masalah supervisi ini terdiri dari beberapa jenis
antara lain:
a. Pertemuan Orientasi Bagi Guru Baru (Orientation Meeting for new
Teacher)
Pertemuan orientasi adalah salah satu bentuk pertemuan yang bertujuan
mengantar guru-guru terutama guru-guru untuk memasuki suasana kerja
yang baru. Demikian pula terhadap guru-guru yang baru memangku jabatan
baru dalam struktur organisasi sekolah. Hal-hal yang disajikan dalam
pertemuan orientasi ini antara lain:
1) Memberikan informasi perkenalan terhadap sistem kerja dari sekolah
dengan melalui percakapan bersama diselingi dengan diskusi bersama.
2) Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah, penyajian
seluruh kegiatan dan situasi sekolah.
3) Tindak lanjut pertemuan ini biasanya diadakan diskusi, lokakarya, dan
makan bersama dsb, agar guru-guru baru itu tidak merasa asing tetapi
merasa diterima dalam kelompok guru lain.
4) Memperkenalkan semua staf sekolah, tempat/ruang kerja, tata- tertib
sekolah dan lain-lain sebagainya.

b. Rapat Guru
Rapat guru adalah merupakan salah satu teknik supervisi untuk
memperbaiki situasi belajar mengajar di sekolah. Tujuan umum daripada
rapat guru ini antara lain sebagai berikut : 1) Menyatukan pandangan-
pandangan guru tentang konsep-konsep umum, makna pendidikan dan fungsi
sekolah dalam usaha mencapai tujuan-tujuan tersebut. 2) Mendorong guru-
guru untuk menerima dan melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, dan
mendorong agar mereka tumbuh dan berkembang dalam jabatannya. 3)
Menyatukan pendapat-pendapat tentang metode-metode kerja yang baik
yang akan membawa mereka ke arah pencapaian tujuan-tujuan pengajaran di
sekolah semaksimal mungkin. 4) Mengintegrasikan anggota-anggota staf
sekolah dan mengkoordinir pekerjaan mereka, mempersatukan pandangan
mereka dalam usaha kerja sama mencapai tujuan sekolah.

c. Diskusi Sebagai Proses Kelompok


Diskusi adalah merupakan salah satu teknik supervisi yang dilakukan
melalui pertukaran pendapat tentang sesuatu masalah untuk
mengembangkan ketrampilan para guru dalam mengatasi kesulitan- kesulitan
yang mereka hadapi bersama. Melalui diskusi kelompok, guru-guru merasa
turut bertanggung jawab dan berpartisipasi dalam kelompok, adanya

Teknik Supervisi dan Mutu Pendidikan Secara Umum | 33


interaksi antar guru, serta kontrol yang teliti dan mantap dalam
mengemukakan pendapat mereka masing-masing.
Dengan diskusi ini pula guru-guru dapat memperoleh informasi dan
banyak pengalaman dari peserta diskusi yang besar manfaatnya untuk
pengembangan profesinya.

d. Studi Kelompok Antar Guru


Kelompok guru (guru bidang studi) yang mengajarkan mata pelajaran
yang sejenis dapat mengadakan studi bersama untuk mempelajari dan
membahas atau mendalami bahan pelajaran yang mereka ajarkan.
Perencanaan studi ini harus dipersiapkan secara matang dan terperinci
mengenai berbagai masalah yang akan dibicarakan, garis-garis besar materi
pembahasan sehingga studi ini lebih lancar dan tepat pada sasaran yang
mereka inginkan bersama.

e. Tukar-menukar Pengalaman (Sharing of experience)


Asumsi yang melatar belakangi teknik ini ialah bahwa guru- guru, pada
umumnya adalah orang yang berpengalaman dalam bidangnya masing-
masing, sehingga memungkinkan diadakan tukar menukar pengalaman
diantara mereka, saling memberi dan menerima dan saling, belajar diantara
mereka untuk memperoleh pengalaman- pengalaman, baru yang bermanfaat
dalam tugas mereka. Tukar- menukar pengalaman semacam ini lebih
bermanfaat jika dibanding dengan penataran yang sering merupakan sesuatu
pemborosan, baik waktu, tenaga, biaya dan pikiran para pesertanya.

f. Lokakarya (Workshop)
Workshop ditafsirkan orang sebagai suatu tempat kerja dimana orang
menggunakan macam-macam cara alat untuk suatu; suatu kegiatan belajar
kelompok untuk memecahkan suatu problem tertentu; suatu usaha
mengembangkan kesanggupan berpikir dan bekerja bersama-sama untuk
menyelesaikan sesuatu masalah; suatu situasi yang didalamnya orang bekerja
dan belajar secara bersama atas tanggung jawab bersama; suatu inservice
training education untuk saling mendengarkan pendapat, memberi dan
menerima pendapat bekerja sama mencari jalan untuk menyelesaikan suatu
problem tertentu yang berhubungan dengan tugas jabatannya.

g. Diskusi Panel
Panel diskusi (panel discussion) biasa juga disebut dengan istilah "forum
discussion" adalah suatu bentuk diskusi yang dipentaskan di hadapan
sejumlah partisipan untuk memecahkan suatu problem. Peserta diskusi ini

34 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


biasanya terdiri dari para panelis yang ahli dalam bidang yang didiskusikan,
moderator (pengarah), expert (tenaga ahli = manusia sumber),
penyangga/penanya, dan pendengar. Tujuannya adalah: 1) Untuk menjajaki
suatu masalah secara terbuka agar supaya dapat memperoleh lebih banyak
pengetahuan dan pengertian tentang masalah tersebut dari berbagai sudut
pandangan. 2) Untuk menstimulir para pendengar (partisipan) agar
mengarahkan perhatiannya terhadap masalah yang dibahas, melalui
dinamika kelompok sebagai hasil interaksi daripada pena-list.

h. Seminar
Seminar adalah suatu bentuk pertemuan kelompok dimana sejumlah
kecil (10 - 15) orang mengadakan pendalaman/penyelidikan, terhadap
berbagai masalah dengan bimbingan secara cermat oleh seorang/beberapa
orang pengajar (fasilitator) pada waktu tertentu. Hasil penyelidikan
selanjutnya dilaporkan untuk didengar dan didiskusikan untuk ditetapkan
suatu kesimpulan bersama sebagai pegangan. Tujuan daripada seminar ini
adalah intensifikasi, integrasi serta aplikasi pengetahuan dan ketrampilan
para anggota kelompok dalam suatu latihan yang intensif dengan bimbingan
yang cermat dan intensif pula. Maksudnya untuk memanfaatkan sebaik
mungkin produktivitas (potensi) berpikir secara kelompok berupa saling
tukar- menukar pengalaman dan saling koreksi (menilai) diantara para
anggota kelompok lainnya.

i. Simposium
Simposium (Yunani Purba) syn (dengan) dan posis (minum), yaitu
kebiasaan zaman itu setelah suatu pertemuan berakhir semua peserta tidak
segera pulang, akan tetapi dipersilahkan duduk santai sambil minum,
mendengarkan lagu-lagu dan bertukar pikiran sebagai hiburan intelektual.
Simposium dalam arti yang lebih mutakhir dapat dilihat dari dua pengertian:
1) Kumpulan karangan pendek yang menyangkut sesuatu masalah yang ditulis
oleh beberapa ahli, dikumpulkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku
sumber rujukan. 2) Suatu pertemuan untuk meninjau aspek-aspek dari suatu
pokok masalah dari berbagai sudut pandangan tentang masalah tersebut di
depan sejumlah pendengar.
Simposium bukan lagi merupakan penjajakan spontan, tetapi bertujuan
untuk mengorganisir pengertian dan pengetahuan tentang berbagai aspek
masalah, mengumpulkan dan membandingkannya dari berbagai sudut
pandangan yang berbeda-beda untuk memperoleh suatu pemahaman yang
luas dan seragam untuk kepentingan bahan bacaan/dokumentasi pustaka.

Teknik Supervisi dan Mutu Pendidikan Secara Umum | 35


j. Demonstration Teaching
Demonstrasi mengajar yang berhasil jika hal itu direncanakan dengan
teliti, mempunyai tujuan yang nyata, diikuti oleh jumlah guru- guru yang
cukup banyak mendapat kesempatan untuk mengikuti demonstrasi tersebut.
Biasanya setiap demonstrasi diadakan kecuali ada hal-hal baru yang perlu
disampaikan kepada guru-guru, misalnya cara menggunakan metode
mengajar modern, cara membimbing cara, menyajikan bahan untuk
menjadikan siswa aktif dalam belajar dan sebagainya.
Guru-guru yang memperhatikan dan sadar akan tujuan demonstrasi
tersebut, mencatat dengan teliti dan akan mendiskusikan hal tersebut dengan
peninjau-peninjau lainnya (guru supervisor) setelah demonstrasi selesai
diadakan. Ada beberapa kelemahan yang terdapat dalam cara demonstrasi 1)
Perkembangan mengajar itu berpusat pada pusat minat suatu kegiatan yang
membutuhkan waktu yang lama demonstrasi mengajar. 2) Ketidak mampuan
beberapa supervisor untuk mengadakan demonstrasi mengajar, padahal
supervisor haruslah yang terpilih karena keprofesionalannya. 3) Banyak guru
enggan mengadakan demonstrasi atau membantu supervisor mengadakan
demonstrasi mengajar.

k. Perpustakaan Jabatan Guru


Untuk memperkaya dan memperdalam pengetahuan guru, maka setiap
sekolah seyogyanya mempersiapkan ruang khusus perpustakaan jabatan guru
tersebut yang berisi buku-buku, majalah, brosur, dan bahan-bahan bacaan
lainnya yang telah diseleksi dengan teliti mengenai bidang studi tersebut.
Ruang mana setiap guru dapat membaca dengan tenang sambil
memperdalam pengetahuan tentang bidang studi yang diajarkan sehingga ia
dapat bertumbuh dalam profesi mengajarnya. Guru-guru yang membaca
banyak akan membantu memperkaya kemampuan mengajarnya. Salah satu
hambatan yang dihadapi sekolah dewasa ini ialah karena guru-guru
cenderung mau berhenti untuk belajar.

l. Buletin Supervisi
Buletin supervisi adalah salah satu alat komunikasi tertulis yang
supervisor untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki situasi belajar
mengajarnya. Umumnya buletin supervisi itu dapat diklasifikasikan atas 3
jenis yaitu:
a) Buletin yang berisi instruksi-instruksi yang umum dari supervisor untuk
diketahui oleh guru-guru.
b) Buletin khusus untuk guru-guru yang dipersiapkan mengikuti suatu rapat
atau pertemuan berkala yang akan diadakan.

36 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


c) Buletin yang berisi tindak lanjut sesuatu keputusan, program pendidikan
dari kepala sekolah/supervisor dsb.

3. Teknik Supervisi Dan Mutu Pendidikan Di Indonesia


Untuk mewujudkan visi Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila Kementerian Pendidikan
Kebudayaan Riset dan Teknologi terus menghadirkan berbagai terobosan
merdeka belajar yang memiliki tujuan yaitu mencapai pendidikan berkualitas
bagi seluruh rakyat indonesia melalui transformasi pada 4 hal yakni struktur
dan teknologi, prosedur dan pendanaan, kepemimpinan masyarakat dan
budaya, Kurikulum, pedagogi dan asessmen. Transformasi Pendidikan
indonesia melalui episode merdeka belajar agar paradigma dan cara lama
dalam belajar dan mengajar dapat bertransformasi ke arah kemajuan.
Dengan Kebijakan Merdeka Belajar setiap unit Pendidikan diberikan
kemerdekaan dalam berinovasi, yang harus menyesuaikan kondisi di mana
proses belajar mengajar berjalan, baik sisi budaya, kearifan lokal, sosio-
ekonomi maupun infrastruktur. Esensi dari Merdeka Belajar adalah menggali
potensi terbesar dari para guru-guru sekolah dan peserta didik untuk
berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri.
Pada episode pertama Merdeka Belajar Kepmendikbudristek telah
menghapus Ujian Nasional dan menggantinya dengan Asesmen Nasional atau
AN sebagai evaluasi capaian dan kualitas pembelajaran di satuan pendidikan
yang berfokus pada penilaian kompetensi esensial sebagai hasil belajar yaitu
literasi, numerasi, dan karakter serta penilaian kondisi lingkungan belajar
yang mendukung proses pembelajaran yang efektif. Hasil Asesmen Nasional
diharapkan dapat dijadikan sebagai alat refleksi untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran dan iklim satuan pendidikan dan tidak dijadikan alat untuk
memeringkatkan satuan pendidikan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu,
satuan pendidikan diharapkan mampu merefleksikan hasil Asesmen Nasional
ke dalam sistem pembelajaran. Sehingga para tenaga pendidik dapat
menerapkan teaching at the right level (mengajar pada level yang tepat) serta
fokus membangun kompetensi dan karakter para peserta didik.
Selama ini evaluasi terhadap sistem pendidikan melibatkan berbagai
instrumen pendataan dan penjaminan mutu sebagai referensi pemerintah
dalam menyusun dan memperbaiki kebijakan dan program, namun hal
tersebut dilakukan secara terpisah dan sektoral sehingga tidak memberikan
gambaran yang utuh tentang kinerja sistem dengan komponen-komponen
yang saling berkaitan satu sama lain. Selain itu banyaknya instrumen tersebut
juga sangat merepotkan sekolah dalam proses pengisiannya sehingga sekolah
tidak lagi memiliki waktu dan tenaga untuk melakukan refleksi dari laporan

Teknik Supervisi dan Mutu Pendidikan Secara Umum | 37


tersebut untuk merencanakan perbaikan. Pengumpulan informasi yang
menyita banyak waktu dan tenaga ini tidak akan terjadi jika data-data dari
berbagai instrumen yang telah ada dikonsolidasikan dalam satu sistem yang
disebut Rapor Pendidikan yang diluncurkan pada episode 19 Merdeka Belajar
yang memberikan informasi hasil evaluasi pendidikan berupa Asessmen
Nasional bersama dengan sumber data lainnya yang ditampilkan pada
Platform Rapor Pendidikan menyajikan laporan komprehensip tentang
layanan pendidikan oleh satuan Pendidikan, daerah, hingga pusat sebagai
refleksi untuk perencanaan perbaikan secara berkelanjutan yang lebih
terarah untuk mengatasi masalah-masalah yang ada, sehingga satuan
pendidikan dan pemerintah daerah dapat membuat perencanaan kebijakan
dan program Pendidikan secara lebih terarah dalam upaya mencapai tujuan
Pendidikan yang berkualitas untuk seluruh rakyat Indonesia.
Rapor Pendidikan mengintegrasikan berbagai data pendidikan untuk
membantu satuan pendidikan dan dinas pendidikan mengidentifikasi capaian
dan akar masalah, melakukan refleksi, serta merancang langkah- langkah
pembenahan yang efektif berbasis data. Hasil Rapor Pendidikan dapat
digunakan sebagai referensi utama, dasar analisis, perencanaan, dan tindak
lanjut peningkatan dari kualitas pendidikan. Oleh karena itu pengguna seperti
kepala satuan pendidikan perlu memahami betul hasil dari Rapor Pendidikan
mereka. Rapor Pendidikan menjadi tonggak penting dalam upaya
mentransformasi sistem evaluasi dan penjaminan mutu pendidikan.
Untuk menunjang peningkatan mutu pendidikan maka setiap komponen
Pendidikan harus mampu mengimplementasikan perannya secara terpadu
untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam
Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan
komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia.
Sebagai bagian dari komponen Pendidikan Pengawas Sekolah memiliki
kewenangan dalam melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial
pada satuan Pendidikan sebagaimana termaktub dalam Permendikbud no
143 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Pengawas Sekolah. Supervisi pendidikan berperan untuk mengawasi kegiatan
jalannya pendidikan, dan memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam
proses pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dalam
Permendiknas nomor 12 tahun 2007 tentang standar Kompetensi Pengawas,
menyebutkan bahwa Pengawas memiliki kompetensi menilai kinerja kepala
sekolah, kinerja guru dan staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan

38 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


tanggung jawabnya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
pembelajaran/bimbingan pada tiap mata pelajaran dalam rumpun mata
pelajaran yang relevan pada setiap jenjang.
Untuk mempermudah Pengawas dan kepala sekolah dalam pelaksanaan
kegiatan supervisi baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial
diperlukan teknik-teknik supervisi yang merupakan cara- cara yang ditempuh
dalam mencapai tujuan tertentu, baik yang berhubungan dengan
penyelesaian masalah guru-guru dalam mengajar, masalah kepala sekolah
dalam mengembangkan kelembagaan serta masalah-masalah lain yang
berhubungan serta berorientasi pada peningkatan mutu Pendidikan (Asifa
Putri; 2020).
Adapun Teknik Supervisi Pengawas dalam pelaksanaan supervisi
manajerial, dan supervisi akademik berdasarkan Buku Kerja Pengawas
Sekolah (2017) adalah sebagai berikut:
1. Teknik Supervisi Manajerial
Supervisi manajerial merupakan suatu upaya yang dilakukan pengawas
untuk membina kepala sekolah khususnya, dan warga sekolah umumnya
dalam pengelolaan sekolah. Sasaran supervisi manajerial adalah pengelolaan
aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai
pendukung terlaksananya pembelajaran.
a) Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang
diberikan kepada kepala sekolah atau personil lainnya yang mempunyai
masalah khusus dan bersifat perorangan.
b) Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Para kepala sekolah
yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau
kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau
dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka
diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan
yang mereka hadapi.

2. Teknik Supervisi Akademik


Supervisi akademik yang dilakukan oleh Pengawas merupakan kegiatan
pembinaan terhadap guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran.
Jadi sasaran supervisi akademik adalah guru dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan jenis kegiatannya teknik supervisi akademik dapat dibedakan
atas 2 jenis yakni; teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok,
baik di dalam ataupun di luar kelas.

Teknik Supervisi dan Mutu Pendidikan Secara Umum | 39


Pelaksanaan kedua teknik supervisi tersebut lebih jelas dapat dilihat pada
gambar 4 berikut.

Gambar 4. Teknik Supervisi Akademik

1. Teknik Supervisi Individual


Teknik supervisi individual adalah supervisi yang diberikan kepada guru
tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan.
Pengawas sekolah hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang
memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi individual di antaranya
meliputi kunjungan kelas, kunjungan observasi, pertemuan individual, dan
kunjungan antar-kelas.
a) Kunjungan Kelas (Classroom Visitation)
Pengawas sekolah datang ke kelas untuk mengobservasi guru mengajar.
Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang
sekiranya perlu diperbaiki. Tahap-tahap kunjungan kelas terdiri atas empat
tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan. Pada tahap ini, pengawas sekolah merencanakan waktu,
sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas,
2. Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, pengawas sekolah
mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung,
3. Tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, pengawas sekolah bersama guru
mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi, dan
4. Tahap tindak lanjut.

40 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


b) Kunjungan Observasi (Observation Visits)
Pada kegiatan supervisi dalam bentuk kunjungan kelas/observasi guru-
guru ditugaskan untuk mengamati seorang guru lain yang sedang
mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu.
Kunjungan observasi dapat dilakukan di sekolah sendiri atau dengan
mengadakan kunjungan ke sekolah lain.
Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:
1. Usaha-usaha dan aktivitas guru-peserta didik dalam proses pembelajaran,
2. Cara menggunakan media pengajaran,
3. Variasi metode,
4. Ketepatan penggunaan media dengan materi,
5. Ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan
6. Reaksi mental para peserta didik dalam proses belajar mengajar.

c) Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan
tukar pikiran antara pengawas sekolah dan guru. Tujuannya adalah:
1. Mengembangkan perangkat pembelajaran yang lebih baik,
2. Meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran, dan
3. Memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan diri guru.

Hal yang dilakukan pengawas sekolah dalam pertemuan individu:


1. Berusaha mengembangkan segi-segi positif guru,
2. Memotivasi guru mengatasi kesulitan-kesulitannya,
3. Memberikan pengarahan, dan
4. Menyepakati berbagai solusi permasalahan dan menindaklanjutinya.

d) Kunjungan Antar Kelas


Kunjungan antar kelas adalah seorang guru berkunjung ke kelas yang lain
(guru lainnya) di sekolah yang sama. Tujuannya adalah untuk berbagi
pengalaman dalam pembelajaran. Cara-cara melaksanakan kunjungan antar
kelas adalah sebagai berikut:
1. Jadwal kunjungan harus direncanakan.
2. Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi.
3. Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
4. Sediakan segala fasilitas yang diperlukan.
5. Pengawas sekolah hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan
yang cermat.

Teknik Supervisi dan Mutu Pendidikan Secara Umum | 41


6. Lakukan tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai, misalnya
dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-
tugas tertentu.
7. Segera aplikasikan ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan
pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
8. Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas
berikutnya.

2. Teknik Supervisi Kelompok


Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih, memiliki masalah atau
kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikumpulkan menjadi
satu/bersama-sama.
Pelaksanaan teknik supervisi kelompok dapat dilakukan dengan cara
pertemuan atau rapat, diskusi kelompok, dan mengadakan pelatihan-
pelatihan/ workshop atau kegiatan lain yang relevan.
a. Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting): Seorang pengawas
sekolah menjalankan tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusun.
Termasuk mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru.
Dalam hal ini rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi.
Rapat tersebut antara lain melibatkan Kelompok Kerja Guru (KKG), dan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran/Musyawarah Guru Bimbingan dan
Konseling (MGMP/MGBK).
b. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions): Diskusi kelompok
dapat diadakan dengan membentuk kelompok- kelompok guru bidang
studi sejenis. Di dalam setiap diskusi, pengawas sekolah memberikan
pengarahan, bimbingan, nasehat-nasehat dan saran-saran yang
diperlukan.
c. Mengadakan pelatihan (inservice-training): Teknik ini dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihan, misalnya pelatihan untuk guru mata pelajaran
tertentu. Mengingat bahwa pelatihan pada umumnya diselenggarakan
oleh pusat atau wilayah, maka tugas pengawas sekolah adalah mengelola
dan membimbing
d. implementasi program tindak lanjut (follow-up) dari hasil pelatihan.

Begitu pula dengan Kepala Sekolah sebagai supervisor yang merupakan


kemampuan yang mendeskripsikan kompetensi supervisi yang harus dimiliki
oleh seorang Kepala Sekolah dalam meningkatkan profesionalisme pendidik
dan tenaga kependidikan yang akan berimbas pada peningkatan mutu
pembelajaran.

42 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Berdasarkan lampiran 2 Peraturan Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga
Kependidikan Nomor 6565/B/GT/2020 Tentang Model Kompetensi
Kepemimpinan Sekolah, menyebutkan bahwa Kepala Sekolah harus memiliki
kompetensi kepemimpinan pembelajaran yakni memimpin upaya
pengembangan lingkungan belajar yang berpusat pada murid, memimpin
perencanaan dan pelaksanaan proses belajar yang berpusat pada murid,
serta memimpin refleksi dan perbaikan kualitas proses belajar yang berpusat
pada murid.
Setiap kepala sekolah harus memiliki keterampilan teknis berupa
kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi pembelajaran yang tepat.
Kepala sekolah dapat menggunakan teknik individual atau kelompok.
1. Teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perorangan.
Pengawas Sekolah hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari
hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya. Teknik-teknik
supervisi ini dapat dilakukan dengan kunjungan kelas, observasi kelas,
pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri.
a. Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk
mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya untuk menolong
guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas.
b. Observasi kelas ialah mengamati proses pembelajaran secara teliti di
kelas. Tujuannya untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi
pembelajaran dan kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki
proses pembelajaran. Aspek-aspek yang diobservasi ialah usaha-usaha
dan aktivitas guru-peserta didik dalam proses pembelajaran, cara
menggunakan media pengajaran, variasi metode, ketepatan penggunaan
media dengan materi, ketepatan menggunakan metode dengan materi,
dan reaksi mental para peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Pelaksanaan observasi kelas melalui tahap persiapan, pelaksanaan,
penutupan, penilaian hasil observasi, dan tindak lanjut.
c. Pertemuan individual ialah satu pertemuan, percakapan, dialog, tukar
pikiran antara pengawas sekolah dan guru. Tujuannya untuk guru agar
berkonsultasi dengan pengawas guna memperbaiki segala kelemahan
dan kekurangan. Bisa dilakukan dengan 1) Classroom-conference, yaitu
percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas ketika peserta
didik sedang meninggalkan kelas; 2) Office-conference, yakni percakapan
individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru,
yang sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan
untuk memberikan penjelasan kepada guru; 3) Causal-conference, yaitu
percakapan individual yang bersifat informal, yang secara kebetulan

Teknik Supervisi dan Mutu Pendidikan Secara Umum | 43


bertemu dengan guru; 4). Observational visitation, yaitu percakapan
individual yang dilaksanakan setelah pengawas sekolah melakukan
kunjungan kelas atau observasi kelas.
d. Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang
lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman
dalam pembelajaran. Sedangkan menilai diri sendiri adalah penilaian diri
yang dilakukan oleh diri guru itu sendiri secara obyektif.

2. Teknis supervisi kelompok


Teknik supervisi kelompok adalah cara melaksanakan program supervisi
yang ditujukan kepada dua orang guru atau lebih. Supervisi ini dilakukan
kepada kelompok guru yang memiliki masalah atau kebutuhan atau
kelemahan-kelemahan yang sama. Supervisi kelompok, yaitu: supervisi yang
dilakukan terhadap kegiatan kepanitiaan, kerja kelompok, laboratorium,
membaca terpimpin, demonstrasi pembelajaran, darmawisata, kuliah/studi,
diskusi panel, perpustakaan, organisasi profesional, pertemuan guru,
lokakarya atau konferensi kelompok

C. TEKNIK SUPERVISI KEPALA SEKOLAH


1. Teknik supervisi pembelajaran
Setiap kepala sekolah harus memiliki keterampilan teknis berupa
kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi pembelajaran yang tepat.
Kepala sekolah dapat menggunakan teknik individual atau kelompok.
a. Teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perorangan.
Pengawas Sekolah hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari
hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya. Teknik-teknik
supervisi ini dapat dilakukan dengan kunjungan kelas, observasi kelas,
pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri.
1) Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk
mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya untuk menolong
guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas.
2) Observasi kelas ialah mengamati proses pembelajaran secara teliti di
kelas. Tujuannya untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi
pembelajaran dan kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki
proses pembelajaran. Aspek-aspek yang diobservasi ialah usaha-usaha
dan aktivitas guru-peserta didik dalam proses pembelajaran, cara
menggunakan media pengajaran, variasi metode, ketepatan penggunaan
media dengan materi, ketepatan menggunakan metode dengan materi,
dan reaksi mental para peserta didik dalam proses belajar mengajar.
44 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
Pelaksanaan observasi kelas melalui tahap persiapan, pelaksanaan,
penutupan, penilaian hasil observasi, dan tindak lanjut.
3) Pertemuan individual ialah satu pertemuan, percakapan, dialog, tukar
pikiran antara pengawas sekolah dan guru. Tujuannya untuk guru agar
berkonsultasi dengan pengawas guna memperbaiki segala kelemahan
dan kekurangan. Bisa dilakukan dengan 1) Classroom-conference, yaitu
percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas ketika peserta
didik sedang meninggalkan kelas; 2) Office-conference, yakni percakapan
individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru,
yang sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan
untuk memberikan penjelasan kepada guru; 3) Causal - conference, yaitu
percakapan individual yang bersifat informal, yang secara kebetulan
bertemu dengan guru; 4). Observational visitation, yaitu percakapan
individual yang dilaksanakan setelah pengawas sekolah melakukan
kunjungan kelas atau observasi kelas.
4) Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang
lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman
dalam pembelajaran. Sedangkan menilai diri sendiri adalah penilaian diri
yang dilakukan oleh diri guru itu sendiri secara obyektif.

b. Teknis supervisi kelompok


Teknik supervisi kelompok adalah cara melaksanakan program supervisi
yang ditujukan kepada dua orang guru atau lebih. Supervisi ini dilakukan
kepada kelompok guru yang memiliki masalah atau kebutuhan atau
kelemahan-kelemahan yang sama. Supervisi kelompok, yaitu: supervisi yang
dilakukan terhadap kegiatan kepanitiaan, kerja kelompok, laboratorium,
membaca terpimpin, demonstrasi pembelajaran, darmawisata, kuliah/studi,
diskusi panel, perpustakaan, organisasi profesional, pertemuan guru,
lokakarya atau konferensi kelompok

D. TEKNIK SUPERVISI PENGAWAS


1. Teknik Supervisi Manajerial
Dalam pelaksanaan supervisi manajerial, pengawas dapat menerapkan
teknik supervisi individual dan kelompok.
a. Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang
diberikan kepada kepala sekolah atau personil lainnya yang mempunyai
masalah khusus dan bersifat perorangan.
b. Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Para kepala sekolah
yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau
Teknik Supervisi dan Mutu Pendidikan Secara Umum | 45
kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau
dikumpulkan menjadi satu/bersama- sama. Kemudian kepada mereka
diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan
yang mereka hadapi.

2. Teknik Supervisi Akademik


Berdasarkan jenis kegiatannya teknik supervisi akademik dapat dibedakan
atas 2 jenis yakni; teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok,
baik di dalam ataupun di luar kelas.
Pelaksanaan kedua teknik supervisi tersebut lebih jelas dapat dilihat pada
gambar 4 berikut.

Gambar 4. Teknik Supervisi Akademik

1) Teknik Supervisi Individual


Teknik supervisi individual adalah supervisi yang diberikan kepada guru
tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan.
Pengawas sekolah hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang
memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi individual di antaranya
meliputi kunjungan kelas, kunjungan observasi, pertemuan individual, dan
kunjungan antar-kelas.
a) Kunjungan Kelas (Classroom Visitation)
Pengawas sekolah datang ke kelas untuk mengobservasi guru mengajar.
Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang
sekiranya perlu diperbaiki.
Tahap-tahap kunjungan kelas terdiri atas empat tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan. Pada tahap ini, pengawas sekolah merencanakan waktu,
sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas,

46 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


2. Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, pengawas sekolah
mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung,
3. Tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, pengawas sekolah bersama guru
mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil- hasil observasi, dan
tahap tindak lanjut.

b) Kunjungan Observasi (Observation Visits)


Pada kegiatan supervisi dalam bentuk kunjungan kelas/observasi guru-
guru ditugaskan untuk mengamati seorang guru lain yang sedang
mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu.
Kunjungan observasi dapat dilakukan di sekolah sendiri atau dengan
mengadakan kunjungan ke sekolah lain.
Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:
1. Usaha-usaha dan aktivitas guru-peserta didik dalam proses
pembelajaran,
2. Cara menggunakan media pengajaran,
3. Variasi metode,
4. Ketepatan penggunaan media dengan materi,
5. Ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan
6. Reaksi mental para peserta didik dalam proses belajar mengajar.

c) Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan
tukar pikiran antara pengawas sekolah dan guru.
Tujuannya adalah:
1. Mengembangkan perangkat pembelajaran yang lebih baik,
2. Meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran, dan
3. Memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan diri guru.

Hal yang dilakukan pengawas sekolah dalam pertemuan individu:


1. Berusaha mengembangkan segi-segi positif guru,
2. Memotivasi guru mengatasi kesulitan-kesulitannya,
3. Memberikan pengarahan, dan
4. Menyepakati berbagai solusi permasalahan dan menindaklanjutinya.

d) Kunjungan Antar Kelas


Kunjungan antar kelas adalah seorang guru berkunjung ke kelas yang lain
(guru lainnya) di sekolah yang sama. Tujuannya adalah untuk berbagi
pengalaman dalam pembelajaran. Cara-cara melaksanakan kunjungan antar
kelas adalah sebagai berikut:

Teknik Supervisi dan Mutu Pendidikan Secara Umum | 47


1. Jadwal kunjungan harus direncanakan.
2. Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi.
3. Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
4. Sediakan segala fasilitas yang diperlukan.
5. Pengawas sekolah hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan
yang cermat.
6. Lakukan tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai, misalnya
dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan
7. pemberian tugas-tugas tertentu.
8. Segera aplikasikan ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan
pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
9. Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas
berikutnya.

2) Teknik Supervisi Kelompok


Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih, memiliki masalah atau
kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikumpulkan menjadi
satu/bersama-sama.
Pelaksanaan teknik supervisi kelompok dapat dilakukan dengan cara
pertemuan atau rapat, diskusi kelompok, dan mengadakan pelatihan-
pelatihan/ workshop atau kegiatan lain yang relevan.
a. Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting): Seorang pengawas
sekolah menjalankan tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusun.
Termasuk mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru.
Dalam hal ini rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi.
Rapat tersebut antara lain melibatkan Kelompok Kerja Guru (KKG), dan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran/Musyawarah Guru Bimbingan dan
Konseling (MGMP/MGBK).
b. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions): Diskusi kelompok
dapat diadakan dengan membentuk kelompok- kelompok guru bidang
studi sejenis. Di dalam setiap diskusi, pengawas sekolah memberikan
pengarahan, bimbingan, nasehat-nasehat dan saran-saran yang
diperlukan.
c. Mengadakan pelatihan (inservice-training): Teknik ini dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihan, misalnya pelatihan untuk guru mata pelajaran
tertentu. Mengingat bahwa pelatihan pada umumnya diselenggarakan
oleh pusat atau wilayah, maka tugas pengawas sekolah adalah mengelola
dan membimbing
d. implementasi program tindak lanjut (follow-up) dari hasil pelatihan.

48 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


DAFTAR PUSTAKA

Asifa, Putri (2020). Proses Dan Teknik Supervisi. Universitas Negeri Padang.
Arikunto, Suharsimi. (2006) Dasar-dasar Supervisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Afriansyah, H. (2019). Proses dan Teknik Supervisi. Retrieved November
20, 2019, from E Learning UNP website:
http://elearning.unp.ac.id/mod/book/view.php?
id=99776&chapterid=1831
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan (2017). Panduan Kerja Pengawas
Sekolah Pendidikan Dasar Dan Menengah. “Cetakan Pertama. Jakarta.
Direktorat pembinaan Tenaga Kependidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga kependidikan Kemendikbud.
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan(2017). Panduan Kerja Kepala
Sekolah. “Cetakan Pertama. Jakarta. Direktorat pembinaan Tenaga
Kependidikan Dasar dan Menengah Direktorat Jendral Guru dan Tenaga
kependidikan Kemendikbud.
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan (2018). Buku Kerja Modul
Pengelolaan Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah. “Cetakan Pertama.
Jakarta. Direktorat pembinaan Tenaga Kependidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Jendral Guru dan Tenaga kependidikan
Kemendikbud.
Jerry H. Makawimbang, (2011). Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan,
Bandung: ALFABETA.
Makin Baharuddin, (2010). Manajemen Pendidikan Islam Transformasi
Menuju Sekolah/Madrasah Unggul, Malang: UIN-Maliki Press.
Purwanto, N. (2012). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Syafaruddin, (2017). Administrasi Pendidikan. Perdana Publishing. Medan.

Teknik Supervisi dan Mutu Pendidikan Secara Umum | 49


50 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
BAB
3

MODEL DAN PRINSIP SUPERVISI


DAN MUTU PENDIDIKAN

Ella Dewi Latifah, Lisnawati, Ike Kurniati

A. PENDAHULUAN
Istilah supervisi telah lama dikenal dalam dunia pendidikan terutama di
negara-negara maju. Karena supervisi dianggap sebagai suatu hal yang
diperlukan yang sesuai dengan pendekatan dalam dunia pendidikan untuk
bisa memberikan bimbingan serta pelayanan kepada guru agar mereka dapat
meningkatkan kualitasnya sebagai tenaga pendidik. Peningkatan mutu
pendidikan di sekolah pun dapat di lakukan melalui kegiatan supervisi yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat
dari N.A Ametembun dalam Daryanto yang merangkum pengertian supervisi
dirangkaikan dengan pendidikan yaitu “Pembinaan ke arah perbaikan situasi
pendidikan, di mana pembinaan tersebut bermaksud untuk membimbing
atau menuntut ke arah peningkatan mutu mengajar belajar khususnya
(Ahmad, 2003).
Hal ini sejalan dengan pendapat dari (Aditya & Ismanto, 2020) yang
menyatakan bahwa supervisi akademik merupakan koreksi dan
pengembangan pembelajaran serta pelayanan pembelajaran sehingga terus
dilakukan perbaikan pembelajaran. Adapun pendapat yang dikemukakan oleh
Purwanto dalam (Rasto & Mulyani, n.d.), supervisi ialah suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif. Purwanto
memandangkan sebagai pembinaan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif.
Sulhan (2012) dalam (Milasari, Lias Hasibuan, Kasful Anwar US, 2021),
menyatakan bahwa faktor yang melatarbelakangi pentingnya supervisi
dilakukan adalah: terjadinya perubahan sosial, pengaruh globalisasi, maju dan
berkembangan sains dan teknologi, terjadinya Urbanisasi, Perubahan daerah,
birokrasi yang tumbuh subur, demokrasi pendidikan dan terjadinya krisis
moneter. Semua aspek tersebut menuntut guru agar dapat melaksanakan
tugasnya dalam situasi dan kondisi apapun, serta bisa memberikan motivasi
bagi para guru untuk bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi serta mobilitas masyarakat.
Penggunaan istilah supervisi ini juga bukan berarti menyelisihi
penggunaan istilah pengawas (pihak yang melakukan kegiatan pengawasan)
oleh pemerintah, seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/
Madrasah dan Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Sudin, 2008), bahwa
diperlukan adanya sebuah upaya yang secara signifikan yang dapat
meningkatkan kualitas dalam proses pelaksanaan manajemen pendidikan.
Dimana hal ini tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 tahun 2003 yang diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah
mengenai proses pengawasan. Oleh sebab itu menjadi suatu keharusan bagi
pemerintah untuk selalu berupaya secara berkelanjutan dengan tujuan
menjadikan para pelaksana supervisi pendidikan atau supervisor lebih
profesional dalam menjalankan tugasnya.
Berdasarkan paparan diatas tersebut diketahui bahwa supervisi
merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengukur dan melakukan
koreksi atas kinerja atau upaya yang dilakukan dalam rangka memastikan
tercapainya tujuan dan rencana yang telah ditetapkan. Dengan kata lain
bahwa supervisi merupakan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan
untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan
secara efektif. Kegiatan supervisi yang banyak dilakukan pada zaman dahulu
adalah Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan.
Dalam konteks manajemen pendidikan, supervisi meliputi penentuan
syarat-syarat personal dan usaha untuk memenuhi syarat-syarat tersebut.
Dalam konteks persekolahan, supervisi sebagai bagian dari kegiatan sekolah
yang langsung berhubungan dengan pengajaran. Supervisi masih serumpun
dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, serta penilikan, dalam arti
kegiatan tersebut dilakukan oleh seorang atasan atau orang yang mempunyai
posisi diatas, serta mempunyai wewenang untuk memimpin terhadap hal-hal
yang ada dibawahnya. Jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka

52 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk
meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian
ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada
tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan
tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak
melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Dalam kegiatan supervisi dikenal adanya model supervisi. Model
merupakan sebuah desain ataupun tampilan yang diinginkan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu dalam
dunia pendidikan perlu adanya model pengawasan atau yang dinamakan
dengan supervisi. Dalam supervisi pendidikan ada beberapa model yang
berkembang seperti yang dikemukakan oleh (Sahertian, 2000), diantaranya
adalah:
1. Model Konvensional atau Tradisional
Model ini merupakan model yang mula-mula dilakukan dalam
pelaksanaan supervisi pendidikan karena dilatarbelakangi oleh kondisi
masyarakat dalam suasana kekuasaan yang otoriter dan feodalistik.
Model ini menjadikan kegiatan supervisi sebagai salah satu cara untuk
mencari kesalahan dan memata-matai bawahan, perilaku ini disebut
dengan snoopervision. Supervisi yang dilakukan dengan model ini
menimbulkan perilaku guru yang acuh tak acuh untuk mencari solusi dan
inovasi kemajuan pendidikan atau malah melawan supervisornya. Dengan
demikian berpengaruh terhadap model supervisi yang mengandalkan
inspeksi untuk mencari-cari kesalahan dan menemukan kesalahan,
bahkan bersifat memata-matai.
2. Model Ilmiah
Model supervisi ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: dilaksanakan
secara berencana dan kontiniu, sistematis dan menggunakan teknik
tertentu, menggunakan instrumen pengumpulan data, dan memiliki data
objektif dari keadaan yang riil. Dengan kata lain model supervisi ilmiah
mengarah kepada cara-cara ilmiah dalam melakukan supervisi. Supervisi
model ini dilaksanakan berdasarkan data yang dikumpulkan sebelumnya
secara obyektif, misalnya data hasil pengamatan proses pembelajaran di
kelas, data hasil prestasi belajar peserta didik, data kinerja personal guru,
dan lain sebagainya.. Supervisi dilakukan berdasarkan perencanaan yang
telah ditetapkan sebelumnya, memakai prosedur dan teknik yang telah
ditentukan.

Model dan Prinsip Supervisi dan Mutu Pendidikan | 53


3. Model Klinis
Yang dimaksud dengan supervisi klinis adalah model supervisi yang
difokuskan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran melalui
siklus rutin, sistematis, dan terencana dengan pengamatan, analisis, dan
evaluasi tindak lanjut. Sasaran kongkrit supervisi model ini adalah
meningkatnya kualitas penampilan mengajar yang nyata dalam rangka
memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata
dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Supervisi klinis mempunyai ciri-
ciri antara lain; inisiatif terhadap apa yang akan di supervisi timbul dari
pihak guru bukan dari supervisor, supervisi dilakukan dengan penuh
keakraban dan manusiawi, hubungan antara supervisor dengan
supervisee merupakan hubungan kemitraan, dan lain sebagainya.
4. Model Artistik.
Dalam supervisi pada hakekatnya menyangkut bekerja untuk orang
lain (working for the others), bekerja dengan orang lain (working with the
others), bekerja melalui orang lain (working through the others), dari
sinilah disadari bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan menggerakkan
orang lain, oleh karenanya dalam supervisi perlu kiat dan seni agar orang
lain mau berbuat untuk berubah dari kebiasaan lama kepada kerja baru
dalam upaya mencapai kemajuan, inilah yang disebut model artistik. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sergiovani dalam (Nasution, 2021), bahwa ciri
dari model artistik adalah:
a) Memerlukan perhatian, lebih banyak mendengarkan dari pada
berbicara;
b) Memerlukan keahlian keahlian khusus untuk memahami apa yang
dibutuhkan;
c) Mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka
mengembangkan pendidikan bagi generasi muda;
d) Menuntut memberi perhatian lebih banyak terhadap proses
kehidupan kelas dan proses situ di observasi;
e) Memerlukan laporan yang menunjukkan dialog antara supervisor dan
yang di supervisi dilaksanakan atas dasar kepemimpinan yang
dilakukan oleh kedua belah pihak;
f) Memerlukan suatu kemampuan berbahasa dalam cara
mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat
membuat orang lain dapat menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang
diungkapkan itu;
g) Memerlukan kemampuan untuk menafsirkan makna dari peristiwa
yang diungkapkan;

54 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


h) Menunjukkan fakta bahwa supervisi bersifat individual dengan
kekhasannya, sensitivitas dan pengalaman merupakan instrument
utama yang digunakan dimana situasi pendidikan itu diterima dan
bermakna bagi orang yang di supervisi.

Melihat pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa di perlukan


adanya supervisi pendidikan bagi guru agar para guru tersebut bisa
meningkatkan mutu atau kualitasnya. Sementara itu, menurut pendapat
Edward Sallis dalam (Hasyim Asy’ari, Zahruddin, 2017) mutu dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan
kebutuhan pelanggan. Dari segi proses, mutu bisa diartikan sebagai sebuah
efektivitas atau ketepatan dan efisiensi dari semua faktor atau unsur yang
mempunyai peran dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, mutu dalam
dunia pendidikan bisa diartikan sebagai gambaran maupun karakteristik yang
menyeluruh dari output pendidikan yang dihasilkan oleh jenjang, jenis atau
lembaga pendidikan. Mutu pendidikan juga dapat dilihat dari segi proses dan
lulusan yang dihasilkan.
Dari segi proses, pendidikan yang bermutu dapat diukur dari ketepatan,
kelengkapan serta efisiensi pengelolaan berbagai macam faktor yang ada di
dalam proses pendidikan tersebut. Selain itu dapat dilihat juga dari
kebermaknaan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh peserta didik,
yang ditunjang pula oleh proses belajar mengajar yang efektif.
Apabila kita melihat dari segi lulusan, maka pendidikan dapat dikatakan
bermutu jika para lulusannya dapat menyelesaikan pendidikannya disertai
dengan kemampuannya dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lembaga pendidikan juga dikatakan bermutu apabila mampu menghasilkan
lulusan yang berkompeten sesuai dengan kompetensi keahlian. Mutu
pendidikan tidak hanya dilihat dari segi akademik saja, akan tetapi dari segi
soft skillnya para lulusan juga dinilai harus bisa menerapkan budaya disiplin,
budaya tertib, punya etos kerja yang tinggi, mempunyai kreatifitas, bisa
berinovasi, bersikap jujur, punya sikap bertanggung jawab, mempunyai
kemandirian serta tidak ketergantungan terhadap orang lain, dan juga
mempunyai ahklak yang mulia.

B. TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN


Dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, sebagai supervisor harus
mengetahui dan memahami serta melaksanakan teknik – teknik dalam
supervisi. Berbagai macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam
membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara
kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara langsung
Model dan Prinsip Supervisi dan Mutu Pendidikan | 55
bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka atau melalui media
komunikasi (Sagala 2010 : 210). Adapun teknik– teknik Supervisi adalah
sebagai berikut:
1. Teknik Supervisi yang bersifat kelompok
Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik supervisi yang
dilaksanakan dalam pembinaan guru secara bersama– sama oleh supervisor
dengan sejumlah guru dalam satu kelompok (Sahertian 2008 : 86).
Teknik Supervisi yang bersifat kelompok antara lain: (Sagala 2010 : 210 -
227)
a. Pertemuan Orientasi bagi guru baru. Pertemuan orientasi adalah
pertemuan antar supervisor dengan supervisee (Terutama guru baru)
yang bertujuan menghantar supervisee memasuki suasana kerja yang
baru dikutip menurut pendapat Sagala (2010 : 210) dan Sahertian (2008 :
86). Pada pertemuan Orientasi supervisor diharapkan dapat
menyampaikan atau menguraikan kepada supervisee hal–hal sebagai
berikut (Sahertian 2008 : 86):
1. Sistem kerja yang berlaku di sekolah itu.
2. Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah.
3. Biasanya diiringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan
dan situasi sekolah.
4. Sering juga pertemuan orientasi ini juga diikuti dengan tindak lanjut
dalam bentuk diskusi kelompok dan lokakarya.
5. Ada juga melalui kunjungan ke tempat – tempat tertentu yang
berkaitan atau berhubungan dengan sumber belajar.
6. Salah satu ciri yang sangat berkesan bagi pembinaan segi sosial dalam
orientasi ini adalah makan bersama.
7. Aspek lain yang membantu terciptanya suasana kerja ialah bahwa
guru baru tidak merasa asing tetapi guru baru merasa diterima dalam
kelompok guru lain.

b. Rapat guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang
dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaran, dan upaya atau
cara meningkatkan profesi guru. (Pidarta2009 : 71). Tujuan teknik
supervisi rapat guru yang dikutip menurut pendapat Sagala (2010 :212)
dan Pidarta (2009 : 171) adalah sebagai berikut:
1. Menyatukan pandangan – pandangan guru tentang masalah –
masalah dalam mencapai makna dan tujuan pendidikan.

56 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


2. Memberikan motivasi kepada guru untuk menerima dan
melaksanakan tugas–tugasnya dengan baik serta dapat
mengembangkan diri dan jabatan mereka secara maksimal.
3. Menyatukan pendapat tentang metode kerja yang baik guna
pencapaian pengajaran yang maksimal.
4. Membicarakan sesuatu melalui rapat guru yang bertalian dengan
proses pembelajaran.
5. Menyampaikan informasi baru seputar belajar dan pembelajaran,
kesulitan–kesulitan mengajar, dan cara mengatasi kesulitan mengajar
secara bersama dengan semua guru di sekolah.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam suatu rapat guru yang
dikutip menurut pendapat Sagala (2010 : 211), antara lain:
1. Tujuan– tujuan yang hendak dicapai harus jelas dan konkrit.
2. Masalah – masalah yang akan menjadi bahan rapat harus merupakan
masalah yang timbul dari guru- guru yang dianggap penting dan
sesuai dengan kebutuhan mereka.
3. Masalah pribadi yang menyangkut guru di lembaga pendidikan
tersebut perlu mendapat perhatian.
4. Pengalaman– pengalaman baru yang diperoleh dalam rapat tersebut
harus membawa mereka pada peningkatan pembelajaran terhadap
siswa.
5. Partisipasi guru pada pelaksanaan rapat hendaknya dipikirkan dengan
sebaik-baiknya.
6. Persoalan kondisi setempat, waktu, dan tempat rapat menjadi bahan
pertimbangan dalam perencanaan rapat guru.

c. Studi kelompok antar guru


Studi kelompok antara guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
sejumlah guru yang memiliki keahlian di bidang studi tertentu, seperti
MIPA, Bahasa, IPS dan sebagainya, dan dikontrol oleh supervisor agar
kegiatan dimaksud tidak berubah menjadi ngobrol hal-hal yang tidak ada
kaitannya dengan materi. Topik yang akan dibahas dalam kegiatan ini
telah dirumuskan dan disepakati terlebih dahulu. Tujuan pelaksanaan
teknik supervisi ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas penguasaan materi dan kualitas dalam
memberi layanan belajar.
2. Memberi kemudahan bagi guru-guru untuk mendapatkan bantuan
pemecahan masalah pada materi pengajaran.

Model dan Prinsip Supervisi dan Mutu Pendidikan | 57


3. Bertukar pikiran dan berbicara dengan sesama guru pada satu bidang
studi atau bidang-bidang studi yang serumpun.

d. Diskusi
Melalui teknik ini supervisor dapat membantu para guru untuk saling
mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga
secara bersama- sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan
masalah tersebut (Sagala 2010 : 213). Tujuan pelaksanaan supervisi
diskusi adalah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru
dalam pekerjaan sehari-hari dan upaya meningkatkan profesi melalui
diskusi.
Hal yang harus diperhatikan supervisor sebagai pemimpin diskusi
sehingga setiap anggota mau berpartisipasi selama diskusi berlangsung
supervisor harus mampu:

e. Workshop pelaksanaannya berupa masalah yang bersifat ‘life entred’ dan


muncul dari guru dan juga harus ada aktivitas mental dan fisik dalam
kegiatannya

f. Tukar menukar pengalaman “Sharing of Experince” suatu teknik dimana


guru menyampaikan pengalaman masing-masing dalam mengajar
terhadap topik-topik yang sudah diajarkan.

2. Teknik Individual dalam Supervisi


Menurut Sahertian yang dikutip oleh Sagala (2010 : 216) adalah teknik
pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor kepada pribadi-pribadi guru
guna peningkatan kualitas pengajaran di sekolah. Teknik- teknik individual
dalam pelaksanaan supervisi antara lain:
a. Teknik Kunjungan kelas, dilakukan dalam upaya supervisor memperoleh
data tentang keadaan sebenarnya mengenai kemampuan dan
keterampilan guru mengajar. Kemudian dengan yang ada kemudian
melakukan perbincangan untuk mencari pemecahan atas kesulitan -
kesulitan yang dihadapi oleh guru. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat
ditingkatkan. Kunjungan kelas dapat dilakukan, yaitu : Kunjungan kelas
tanpa diberitahu, Kunjungan kelas dengan pemberitahuan, Kunjungan
kelas atas undangan guru, Saling mengunjungi kelas.
b. Teknik Observasi Kelas, dilakukan pada saat guru mengajar. Supervisor
mengobservasi kelas dengan tujuan untuk memperoleh data tentang
segala sesuatu yang terjadi proses belajar mengajar. Data ini sebagai
dasar bagi supervisor melakukan pembinaan terhadap guru yang di

58 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


observasi. Tentang waktu supervisor mengobservasi kelas ada yang
diberitahu dan ada juga tidak diberi tahu sebelumnya, tetapi setelah
melalui izin supaya tidak mengganggu proses belajar mengajar. Selama
berada di kelas supervisor melakukan pengamatan dengan teliti, dan
menggunakan instrumen yang ada terhadap lingkungan kelas yang
diciptakan oleh guru selama jam pelajaran.
c. Percakapan pribadi, merupakan Dialog yang dilakukan oleh guru dan
supervisornya, yang membahas tentang keluhan- keluhan atau
kekurangan yang dikeluarkan oleh guru dalam bidang mengajar, di mana
di sini supervisor dapat memberikan jalan keluarnya.
d. Intervisitasi (mengunjungi sekolah lain), teknik ini dilakukan oleh sekolah-
sekolah yang masih kurang maju dengan menyuruh beberapa orang guru
untuk mengunjungi sekolah- sekolah yang ternama dan maju dalam
pengelolaannya untuk mengetahui kiat-kiat yang telah diambil sampai
sekolah tersebut maju. Manfaat yang dapat diperoleh dari teknik
supervisi ini adalah dapat saling membandingkan dan belajar atas
kelebihan dan kekurangan berdasarkan pengalaman masing-masing.
Sehingga masing- masing guru dapat memperbaiki kualitasnya dalam
memberi layanan belajar kepada peserta didiknya.
e. Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar, teknik pelaksanaan
supervisi ini berkaitan dengan aspek-aspek belajar mengajar. Dalam
usaha memberikan pelayanan profesional kepada guru, supervisor
pendidikan akan menaruh perhatian terhadap aspek- aspek proses
belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang efektif. Teknik ini yang
menitik beratkan kepada kemampuan supervisor dalam menyeleksi buku-
buku yang dimiliki oleh guru pada saat mengajar yang sesuai dengan
kebutuhan kegiatan belajar mengajar.
f. Menilai diri sendiri, Guru dan supervisor melihat kekurangan masing-
masing yang mana ini dapat memberikan nilai tambah pada hubungan
guru dan supervisor tersebut, yang akhirnya akan memberikan nilai
positif bagi kegiatan belajar mengajar yang baik. Menilai diri sendiri
merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru, karena suatu pengukuran
terbalik karena selama ini guru hanya menilai murid-muridnya.

3. Diskusi Panel
Teknik ini dilakukan di hadapan guru oleh para pakar dari bermacam
sudut ilmu dan pengalaman terhadap suatu masalah yang telah ditetapkan.
Mereka akan melihat suatu masalah itu sesuai dengan pandangan ilmu dan
pengalaman masing-masing sehingga guru dapat masukan yang sangat
lengkap dalam menghadapi atau memecahkan suatu masalah. Manfaat dari

Model dan Prinsip Supervisi dan Mutu Pendidikan | 59


kegiatan ini adalah lahirnya sifat cekatan dalam memecahkan masalah dari
berbagai sudut pandang ahli.

4. Seminar
Dibahas seperti bagaimana menyusun silabus sesuai standar isi,
bagaimana mengatasi masalah disiplin sebagai aspek moral sekolah,
bagaimana mengatasi anak- anak yang selalu membuat keributan di kelas, dll.
Pada waktu pelaksanaan seminar kelompok mendengarkan laporan atau ide-
ide menyangkut permasalahan pendidikan dari salah seorang anggotanya

5. Simposium
Kegiatan mendatangkan seorang ahli pendidikan untuk membahas
masalah pendidikan. Simposium menyuguhkan pidato-pidato pendek yang
meninjau suatu topik dari aspek-aspek yang berbeda. Penyuguh pidato
biasanya tiga orang dimana guru sebagai pengikut diharapkan dapat
mengambil bekal dengan mendengarkan pidato-pidato tersebut.

6. Demonstrasi
Mengajar Usaha peningkatan belajar mengajar dengan cara
mendemonstrasikan cara mengajar di hadapan guru dalam mengenalkan
berbagai aspek dalam mengajar di kelas oleh supervisor.

7. Buletin supervisi
Suatu media yang bersifat cetak dimana disana didapati peristiwa-
peristiwa pendidikan yang berkaitan dengan cara-cara mengajar, tingkah laku
siswa, dan sebagainya. Diharapkan ini dapat membantu guru untuk menjadi
lebih baik.

C. TIPE SUPERVISI DAN MUTU PENDIDIKAN


1. Tipe Supervisi Pendidikan
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, seorang supervisor dapat
mengimplementasikan berbagai cara, gaya, bentuk atau tipe supervisi
pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto yang dikutip oleh
(Shulhan, 2012) bahwa ada beberapa macam tipe supervisi, yaitu:
a. Tipe Inspeksi
Supervisi tipe inspeksi biasanya terjadi dalam administrasi dan model
kepemimpinan yang otokratis. Supervisi tipe inspeksi ini diartikan sebagai
salah satu upaya untuk mencari kesalahan dalam pengertian yang sempit.
Supervisi tipe ini biasa digunakan oleh para pejabat yang melakukan
pengawasan yang dikenal dengan nama opsiner atau opseter yang mana
60 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
mereka bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas para bawahan yang
berada di bawah pengawasannya.
b. Tipe Laisses Faire
Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe inspeksi, karena pada tipe Laisses
Faire para karyawan dibiarkan bekerja sesuai kehendaknya tanpa adanya
bimbingan dan arahan maupun petunjuk yang benar dari atasannya atau
supervisornya. Sehingga mengakibatkan para pegawai yang memiliki
kreativitas tinggi akan bertindak sesuai kehendaknya sendiri tanpa
menghiraukan yang lainnya. Sedangkan para karyawan yang kurang aktif
atau pasif, akan bekerja dengan lalai dan seenaknya sehingga berlawanan
dengan tujuan dari lembaga pendidikan tersebut.
c. Tipe Coersive
Tipe ini merupakan tipe supervisi yang bersifat memaksa. supervisor
dalam melaksanakan tugasnya terkesan selalu memaksakan kehendaknya
kepada bawahannya. Supervisi tipe coersive ini masih bisa digunakan
secara tepat untuk hal-hal yang masih bersifat awal, misalnya ketika
kepala sekolah melakukan supervisi kepada guru yang baru mulai
mengajar. Supervisi ini dinilai kurang baik dilaksanakan, akan tetapi tipe
ini masih banyak digunakan oleh supervisor senior serta sudah menguasai
teknik mengajar yang baik, sehingga bisa menjadi contoh bagi yang akan
di supervisi.
d. Tipe Training and Guidence
Tipe ini merupakan tipe supervisi yang selalu memberikan pelatihan dan
bimbingan kepada para guru dan staf dari supervisor. Akan tetapi tipe ini
juga memiliki kelemahan yaitu supervisor terkesan kurang memberikan
kepercayaan kepada guru dan staf dalam mengembangkan
kemampuannya, tanpa adanya pengawasan, pelatihan dan bimbingan
yang dilakukan oleh atasannya tersebut.
e. Tipe Demokratis
Tipe demokratis merupakan tipe supervisi di mana kegiatannya dilakukan
dengan kondisi dan situasi yang khusus, tipe ini juga ada kaitannya
dengan adanya kepemimpinan yang bersifat demokrasi. Dalam supervisi
tipe demokratis ini adalah pemimpin tidak hanya memusatkan perhatian
pada aspek kemajuan belajar mengajar saja. Akan tetapi, kepala sekolah
sebagai supervisor harus mampu meningkatkan kepemimpinan dan dapat
mengembangkan program sekolah serta memberdayakan lingkungan bagi
guru, mengusahakan tercapainya kelengkapan sarana prasarana sehingga
memungkinkan orang berkerja dan berkomunikasi secara optimal dalam
mencapai tujuan dan cara melaksanakan strategi pencapaiannya. Hal ini

Model dan Prinsip Supervisi dan Mutu Pendidikan | 61


perlu dilakukan tentu saja tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas
dari lembaga sekolah tersebut.

Menurut Arikunto dalam (Shulhan, 2012), dari beberapa tipe yang telah
disebutkan di atas maka supervisor dalam melaksanakan supervisinya tetap
harus menerapkan prinsip-prinsip supervisi sebagai panduan kerjanya apapun
tipe yang dipilihnya. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah:
a. Supervisi merupakan kegiatan memberikan bimbingan dan bantuan
kepada guru dan staf tata usaha untuk bisa meningkatkan kinerjanya.
b. Bimbingan dan bantuan tersebut dilakukan secara langsung, tanpa
adanya perantara.
c. Bimbingan dan bantuan tersebut harus berkaitan dengan kegiatan yang
memerlukan bimbingan.
d. Supervisi harus dilakukan secara berkala supaya terjadi mekanisme yang
baik.
e. Supervisi harus dilakukan dalam suasana yang kondusif yang diwarnai
dengan suasana kekeluargaan.
f. Supervisi dilakukan dengan menggunakan catatan.

2. Pentingnya Supervisi Pendidikan


Guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat penting.
Karena sistem pendidikan bisa berjalan dengan baik jika institusi pendidikan
tersebut dapat memberdayakan faktor guru secara maksimal. Dalam
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di lapangan, biasanya
akan menemukan banyak kendala maupun hambatan, oleh sebab itu guru
memerlukan bantuan-bantuan dari berbagai pihak terutama dari kepala
sekolah sebagai pimpinan dari sebuah lembaga pendidikan. Berikut akan
dijelaskan mengapa guru sebagai salah satu komponen sumber daya
pendidikan memerlukan bantuan supervisi.
Menurut pendapat (Piet A Sahertian, 2008), perlunya supervisi
pengembangan sumber daya guru dapat didekati dari dua sudut pandang.
Pertumbuhan dari dalam guru itu sendiri dan pertumbuhan dari faktor-faktor
eksternal.
Gambaran tentang perlunya supervisi pendidikan disimpulkan oleh
(Leeper, 1930), yaitu:
1. Perubahan sosial terkait dengan perubahan cepat perkembangan ilmu
pengetahuan (science) dan teknologi, perubahan polarisasi masyarakat.
2. Banyaknya masalah baru dalam dunia pendidikan yang timbul akibat
meningkatnya urbanisasi.

62 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


3. Tuntutan hak-hak asasi manusia menyebabkan problem bagi pendidik
memerlukan pemecahan secara rasional.
4. Akibat adanya pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran.
5. Suburnya birokrasi yang menghambat kelancaran pendidikan.
6. Pembaharuan pendidikan yang dipengaruhi problema pendidikan timbul
akibat penyebaran ide-ide pembaharuan sehingga perlu adanya in-service
education, serta sumbangan positif dari pembina, penilik, pengawas, para
guru, spesialis, dan orang-orang yang melibatkan dirinya dalam
pembaharuan itu.
7. Perlunya dialog, saling mendengar antara para sarjana dan pembina guru-
guru tentang sukses tidaknya program pendidikan.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan utama


dilaksanakannya supervisi pendidikan adalah membantu guru
mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang
dicanangkan bagi murid-muridnya. Melalui supervisi pendidikan diharapkan
kualitas pendidikan yang dilakukan oleh guru semakin meningkat.
Metode supervisi pendidikan atau pengawasan adalah cara yang
digunakan supervisor dalam menentukan tujuan pendidikan sedangkan
teknik supervisi pendidikan adalah langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Dalam supervisi pendidikan
terdapat dua teknik besar yaitu teknik individual dan teknik kelompok
sebagaimana yang dikemukakan oleh Direktorat Tenaga Pendidikan
(Pendidikan, 2008). Teknik individual meliputi observasi, pertemuan individu,
kunjungan antar guru, evaluasi diri, supervisi bulletin, bacaan profesional dan
menulis profesional. Sedangkan Teknik Kelompok meliputi rapat sekolah,
orientasi guru, laboratorium kurikulum, panitia, perpustakaan profesional,
demonstrasi belajar, lokakarya, field trips for staff personels, diskusi panel, in
service training dan organisasi profesi. Dengan adanya pendekatan supervisi,
pemenuhan komponen yang berpengaruh pada supervisi, kompetensi yang
harus dimiliki supervisior dan metode serta teknik supervisi pendidikan
diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia karena setiap
supervisior bisa menjalankan tugasnya dan didukung oleh semua komponen
yang terlibat dalam pendidikan.

D. PRINSIP SUPERVISI DAN MUTU PENDIDIKAN


1. Prinsip Supervisi Pendidikan
Selain prinsip supervisi yang telah dikemukakan oleh Arikunto, seorang
kepala sekolah juga harus memperhatikan prinsip-prinsip supervisi supaya
pelaksanaan supervisi tersebut bisa berjalan dengan baik. Hal ini sesuai
Model dan Prinsip Supervisi dan Mutu Pendidikan | 63
dengan yang dikemukakan oleh Sahertian (2008) yang menyebutkan
beberapa prinsip supervisi, diantaranya adalah:
a. Prinsip Ilmiah
Prinsip ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1). Kegiatan supervisi
dilaksanakan berdasarkan data obyektif yang diperoleh dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar, 2). Untuk memperoleh data maka
harus menggunakan alat perekam data seperti angket, observasi,
percakapan pribadi, dan lain sebagainya, 3). Setiap kegiatan supervisi
dilaksanakan secara sistematis dan terencana.
b. Prinsip Demokratis
Prinsip demokrasi mengandung arti bahwa setiap bantuan serta
pelayanan yang diberikan kepada guru selalu berdasarkan kepada
hubungan kemanusiaan yang hangat dan kekeluargaan supaya guru-guru
tersebut merasa nyaman dalam menjalankan tugasnya. Karena prinsip
demokrasi selalu menjunjung tinggi harkat dan martabat guru sebagai
rekan kerja bukan sebagai bawahan.
c. Prinsip Kerjasama
Dengan menggunakan kerja sama artinya bekerja dengan cara
mengembangkan usaha bersama atau istilahnya “ sharing of idea and
sharing of experience ” yang artinya saling memberi support, memberikan
dorongan, serta memberikan stimulasi kepada guru, sehingga mereka
merasa dihargai dan bisa tumbuh dan berkembang dalam bentuk kerja
sama yang baik secara bersama-sama.
d. Prinsip konstruktif dan kreatif
Prinsip ini diterapkan supaya guru merasa termotivasi di dalam
mengembangkan potensi dan kreativitasnya, karena supervisi yang
dilaksanakan mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan.

Sehingga kita dapat mengetahui, bahwa betapa tanggung jawab seorang


kepala sekolah sebagai supervisor sangatlah besar. Hal ini sejalan dengan
pendapat Ngalim Purwanto dalam buku Administrasi dan Supervisi
Pendidikan bahwa untuk melaksanakan supervisi dengan baik seorang kepala
sekolah harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif, yaitu harus bisa
mendorong atau memotivasi orang yang sedang dibimbing atau diawasi
untuk bisa bekerja secara maksimal.
b. Supervisi harus dilakukan secara objektif, artinya didasarkan pada
keadaan dan kenyataan yang sebenarnya.
c. Supervisi harus bisa sesederhana mungkin dan tidak terlalu kaku dalam
melaksanakannya.

64 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


d. Supervisi harus bisa menimbulkan rasa aman dan nyaman baik bagi para
guru maupun pegawai sekolah yang akan di supervisi.
e. Supervisi harus dilaksanakan atas dasar hubungan professional.
f. Supervisi harus memperhitungkan kesanggupan, sikap para guru maupun
pegawai.
g. Supervisi tidak boleh bersifat otoriter supaya tidak menimbulkan
perasaan takut, gelisah atau mengakibatkan sikap antipati dari para guru.
h. Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat, kedudukan atau
kekuasaan pribadi.
i. Supervisi tidak boleh hanya bermaksud untuk mencari kesalahan dan
kekurangan.
j. Supervisi tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa untuk mendapatkan
hasil yang diinginkan.
k. Supervisi seharusnya bersifat preventif, korektif, dan juga kooperatif.
Preventif artinya usaha untuk mencegah timbulnya hal yang bersifat
negatif. Korektif adalah sebuah usaha untuk memperbaiki kesalahan yang
telah di buat. Kooperatif artinya berusaha untuk mencari kesalahan
maupun kekurangan serta mencoba memperbaikinya secara bersama-
sama baik yang dilakukan oleh supervisor maupun oleh orang-orang yang
diawasi.

Dari beberapa prinsip supervisi pendidikan di atas dapat kita analisis


bahwa supervisi dalam sebuah lembaga pendidikan dilaksanakan tidak lain
tujuannya adalah untuk bisa meningkatkan mutu pendidikan. Karena salah
satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan. Hal tersebut bisa kita lihat dari prestasi yang
diraih oleh sekolah yang ada di Indonesia rata-rata belum menunjukkan hasil
yang menggembirakan. Selain itu kita juga bisa melihat dari berbagai aspek
yang lain seperti misalnya ketersediaan sarana dan prasarana, kompetensi
pendidik dan tenaga pendidik, serta pengelolaan atau manajemen sekolah
pun masih belum tertata secara merata dan maksimal.
Oleh karena itu menurut pendapat (Shulhan, 2012) ada beberapa peran
pengawas di dalam melaksanakan fungsi supervisi akademik, diantaranya
adalah:
a. Menjadi mitra bagi para guru dalam rangka untuk meningkatkan mutu
proses dan hasil pembelajaran dan bimbingan di sekolah yang menjadi
binaannya
b. Sebagai inovator dan pelopor dalam upaya mengembangkan inovasi
pembelajaran dan bimbingan di sekolah binaannya
c. Sebagai konsultan pendidikan di sekolah binaannya

Model dan Prinsip Supervisi dan Mutu Pendidikan | 65


d. Konselor bagi kepala sekolah, guru dan seluruh staf sekolah
e. Motivator untuk meningkatkan kinerja semua staf sekolah

Sedangkan prinsip-prinsip kegiatan supervisi yang dikemukakan oleh


Sitsna seperti yang dikutip oleh (Nasution, 2021) adalah:
a) Supervisi merupakan bagian integral dari program pendidikan, ia adalah
pelayanan yang bersifat kerja sama.
b) Semua guru berhak mendapatkan layanan supervisi.
c) Supervisi hendaknya disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan
perseorangan dari personil sekolah.
d) Supervisi hendaknya membantu menjelaskan tujuan dan sasaran
pendidikan.
e) Supervisi hendaknya membantu memperbaiki sikap dan hubungan dari
semua staf sekolah dan juga supervisi bertujuan untuk menciptakan
hubungan antara sekolah dan masyarakat menjadi lebih dekat dan saling
memiliki.
f) Tanggung jawab dalam pengembangan supervisi berada pada kepala
sekolah dan para penilik atau pengawas di wilayahnya.
g) Harus ada dana yang memadai dalam pelaksanaan program supervisi ini
dan dimasukkan ke dalam anggaran tahunan.
h) Efektivitas program supervisi hendaknya mendapatkan laporan yang
teradministratif.
i) Supervisi hendaknya membantu menjelaskan dan menerapkan dalam
praktek penemuan penelitian pendidikan yang mutakhir.

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas mengenai berbagai


macam prinsip-prinsip supervisi merupakan kaidah-kaidah yang harus
dipedomani atau dijadikan landasan di dalam melakukan supervisi, maka hal
itu mendapat perhatian yang sungguh - sungguh dari para supervisor, baik
dalam konteks hubungan supervisor - guru, maupun di dalam proses
pelaksanaan supervisi pendidikan dapat disimpulkan bahwa seyogyanya
harus dilaksanakan dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip supervisi
pendidikan. Supaya pelaksanaan dari kegiatan supervisi tersebut bisa berjalan
dengan efektif dan efisien.

2. Prinsip Mutu Pendidikan


Untuk menciptakan gaya manajemen dan lingkungan yang kondusif bagi
suatu organisasi sebagai salah satu cara dalam meningkatkan
mutu/kualitasnya, maka organisasi tersebut setidaknya harus bisa
mengimplementasikan 6 prinsip utama di dalam menjalankan organisasinya.

66 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Hal ini seperti yang dikemukakan oleh (Hasan Baharun, 2017), bahwa prinsip-
prinsip mutu tersebut diantaranya adalah:
a. Kepemimpinan
Strategi dalam meningkatkan mutu/ kualitas mengharuskan sebuah
inisiatif dan komitmen dari manajemen yang paling atas atau yang
disebut manajemen puncak. Dimana manajemen puncak tersebut harus
bisa memimpin serta memberikan arahan bagi organisasinya sebagai
salah satu upaya di dalam meningkatkan kualitas kinerjanya.
b. Pendidikan
Dalam sebuah organisasi termasuk lembaga pendidikan, maka semua
komponen seperti kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan yang
lainnya harus mendapatkan pemahaman mengenai bagaimana caranya
untuk bisa meningkatkan mutu/kualitas. Aspek-aspek yang perlu
mendapatkan penekanan memberikan pemahaman atau pendidikan
tersebut diantaranya mengenai konsep kualitas sebagai strategi untuk
mencapai tujuan, alat dan teknik implementasi strategi kualitas, dan
peranan eksekutif dalam implementasi strategi kualitas.
c. Perencanaan strategic
Proses perencanaan strategis ini mencakup kepada pengukuran dan
tujuan kualitas yang dipergunakan dalam mengarahkan organisasi untuk
mencapai tujuannya. Melalui perencanaan strategis, diharapkan
organisasi akan mudah dalam melakukan kegiatannya yang berlandaskan
pada rencana yang telah di buat.
d. Review
Review merupakan suatu proses yang paling efektif bagi manajemen
sebuah lembaga untuk mengubah perilaku organisasi. Dimana proses ini
menggambarkan adanya teknis yang memberikan perhatian secara
berkelanjutan sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan program yang
berkualitas.
e. Komunikasi
Strategi pencapaian mutu dalam organisasi implementasinya sangat
dipengaruhi oleh proses komunikasi antar unit yang ada dalam organisasi
tersebut, yaitu baik dari segi pimpinan, karyawan, staff, maupun
pelanggan langsung maupun tidak langsung. Jika komunikasi yang
dibangun antar komponen itu baik, otomatis akan berpengaruh terhadap
kualitas organisasi yang dengan mudah dapat tercapai.
f. Total human reward
Reward dan recognition adalah aspek yang tidak kalah penting di dalam
pengimplementasian sebuah strategi untuk meningkatkan mutu
organisasi. Jika ada karyawan yang memiliki prestasi tentu harus

Model dan Prinsip Supervisi dan Mutu Pendidikan | 67


diberikan sebuah imbalan atau reward sebagai bentuk penghargaan juga
bentuk pengakuan akan prestasi yang dimilikinya. Diharapkan, dengan
menerapkan sistem seperti itu, maka bisa meningkatkan motivasi,
semangat kerja, komitmen kerja, rasa bangga dan rasa memiliki (self of
belonging) setiap anggota organisasi. Yang mana pada akhirnya akan
berpengaruh juga terhadap peningkatan produktivitas organisasi, serta
kepuasan dan loyalitas pelanggan juga ikut meningkat.

Sedangkan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu


pendidikan maka tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip yang harus dilakukan
supaya mutu pendidikan tersebut bisa tercapai secara maksimal. Dalam ISO
9000:2000 ada delapan prinsip yang dapat digunakan tim manajemen suatu
organisasi untuk meningkatkan mutu pendidikan menurut pendapat Husain
Usman (2014) dalam (Milasari, Lias Hasibuan, Kasful Anwar US, 2021). Ke
delapan prinsip yang harus dilakukan tersebut, diantaranya adalah:
a. Berfokus pada pelanggan
Artinya bahwa setiap organisasi termasuk lembaga pendidikan harus bisa
memahami kebutuhan pelanggan saat ini dan di masa yang akan datang,
selain itu organisasi juga harus memenuhi kebutuhan pelanggan dan
berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan melebihi yang diinginkan oleh
para pelanggan. Pendidikan merupakan bentuk organisasi dalam hal
pelayanan jasa. Dalam hal ini, sekolah harus bisa memberikan pelayanan
jasa sebaik-baiknya kepada pelanggannya. Yang dimaksud pelanggan di
sini adalah siswa serta orang tua siswa.
b. Kepemimpinan
Seorang pemimpin dalam sebuah organisasi harus mempunyai
kemampuan untuk bisa mengembangkan visi dan misi untuk mencapai
tujuan dari organisasi tersebut. Pemimpin juga harus bisa memberikan
inspirasi bagi bawahannya, bisa memberikan fasilitas berupa sarana dan
prasarana kepada para bawahannya agar mereka dapat bekerja dengan
maksimal, serta harus selalu melakukan komunikasi yang efektif.
c. Melibatkan semua orang
Dalam sebuah organisasi, semua anggota yang berada di dalamnya harus
bisa menjalankan pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
secara bersama-sama. Karena sebuah organisasi sangat membutuhkan
anggota yang mempunyai kemampuan untuk berinovasi dan berkreasi
untuk mencapai tujuan dari organisasi tersebut.

68 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


d. Pendekatan proses
Proses bisa diartikan sebagai kaitan antara orang, material, metode,
peralatan dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah
output bagi pelanggan.
e. Pendekatan sistem dalam manajemen
Sebuah sistem yang bisa dipahami, diidentifikasi dan dikelola serta
diproses dengan mengaitkannya satu sama lain akan memberikan
kontribusi terhadap pencapaian tujuan organisasi dengan efektif dan
efisien.
f. Peningkatan terus-menerus
Kinerja anggota suatu organisasi yang mengalami peningkatan secara
terus-menerus harus menjadi tujuan tetap dari organisasi. Peningkatan
terus menerus dapat diartikan sebagai suatu proses yang tujuan
utamanya bertumpu pada berbagai macam upaya secara berkelanjutan
untuk meningkatkan efektivitas atau efisiensi suatu organisasi dalam
memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi tersebut.
g. Pendekatan fakta untuk pengambilan keputusan
Dalam sebuah organisasi, setiap keputusan yang diambil harus
berdasarkan pada fakta bukan didasarkan pada perasaan (feeling)
maupun ingatan semata. Karena keputusan-keputusan tersebut harus
diambil dari data dan informasi yang akurat, relevan, dan terbaru.
Sehingga menghasilkan keputusan yang efektif yang didasarkan pada
analisis data dan informasi. Hal ini dimaksudkan agar bisa menghilangkan
akar penyebab timbulnya masalah-masalah yang terjadi dalam organisasi
tersebut. Salah satu contohnya adalah masalah peningkatan kualitas atau
mutu, sehingga hal itu dapat segera diselesaikan secara efektif dan efisien.
Karena keputusan yang diambil oleh manajemen suatu organisasi
utamanya ditujukan untuk bisa meningkatkan kinerja organisasi serta
implementasi manajemen mutu yang efektif.
h. Hubungan yang saling menguntungkan
Setiap lembaga atau organisasi dalam mencapai tujuannya pasti
membutuhkan bantuan dari pihak lain. Hubungan yang terjalin tersebut
tentunya dilakukan atas dasar perjanjian saling menguntungkan satu
sama lain.

Dari beberapa prinsip mutu pendidikan yang sudah dipaparkan di atas


maka dapat disimpulkan bahwa penjaminan mutu pendidikan harus
dilaksanakan dengan prinsip terencana dan sistematis. Prinsip ini
mengandung maksud bahwa penjaminan mutu harus dilakukan dengan
kerangka waktu dan target-target capaian mutu yang jelas dan terukur.

Model dan Prinsip Supervisi dan Mutu Pendidikan | 69


Sehingga capaian mutu dapat ditargetkan dalam tiap-tiap rentan waktu
tertentu. Penjaminan mutu pendidikan juga harus dilaksanakan dengan tetap
menghormati otonomi sekolah. Otonomi sekolah berarti kewenangan sekolah
untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut
pemrakasa sendiri berdasarkan aspirasi nasional yang berlaku. Meskipun
otonomi sekolah memegang prinsip demokratis. Cara pengambilan keputusan
dilakukan secara partisipasi. Pengambilan keputusan secara partisipatif
adalah cara pengambilan keputusan dengan menciptakan lingkungan yang
terbuka dan demokratis dimana warga sekolah didorong untuk terlibat secara
langsung dalam proses pengambilan keputusan yang akan dapat
berkontribusi terhadap pencapaian tujuan sekolah.
Upaya penjaminan mutu pendidikan harus berpedoman pada penerapan
prinsip bahwa sekolah memberikan fasilitas pembelajaran informal untuk
berkelanjutan. Pembelajaran informal merupakan pembelajaran yang
dilakukan di lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar berupa kegiatan
belajar mandiri. Pembelajaran ini dilakukan secara sadar dan teratur tetapi
tidak terlalu ketat dengan peraturan-peraturan tetap seperti pada
pembelajaran formal. Pembelajaran informal perlu diperhatikan karena ikut
menentukan keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan formal. Sekolah
perlu berperan dalam mewarnai lingkungan informal siswa. Lingkungan
informal perlu diintervensikan agar selaras dengan tujuan pendidikan formal
di sekolah. Dan penjaminan mutu pendidikan harus dapat dilaksanakan
dengan terbuka atau transparan sehingga memberikan peluang kepada
semua pihak untuk mengetahui berbagai macam informasi yang dibutuhkan
di lingkungan sekolah.
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) di Indonesia ditetapkan
melalui Permendikbud Nomor 28 tahun 2016. Di sana dijelaskan bahwa
SPMP adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan,
dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan
mutu pendidikan dasar dan menengah yang saling berinteraksi secara
sistematis, terencana dan berkelanjutan. SPMP berfungsi untuk
mengendalikan penyelenggaraan pendidikan oleh satuan pendidikan
sehingga terwujud pendidikan yang bermutu, dan bertujuan untuk menjamin
pemenuhan standar pada satuan pendidikan secara sistemik, holistik, dan
berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang budaya mutu pada satuan
pendidikan secara mandiri. Dalam hal ini penjaminan mutu yang dilaksanakan
di sekolah yang dilakukan secara mandiri dilakukan melalui kegiatan supervisi.
Karena dengan dilaksanakannya supervisi pendidikan, maka perannya adalah
untuk mengawasi kegiatan jalannya pendidikan, dan memperbaiki
kekurangan serta kesalahan dalam proses pendidikan sehingga bisa

70 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


meningkatkan mutu pendidikan. Mutu pendidikan yang dimaksud disini dapat
dilihat dari prestasi akademik dan non akademik peserta didik dalam kancah
nasional dan internasional. Sehingga keberhasilan pelaksanaan supervisi
pendidikan dapat diukur dari peningkatan prestasi belajar peserta didik.

E. PENUTUP
Supervisi pendidikan merupakan suatu jenis kegiatan yang mana proses
pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manajemen pendidikan.
Dalam kegiatan supervisi dikenal adanya model supervisi. Model merupakan
sebuah desain ataupun tampilan yang diinginkan dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam dunia pendidikan, sekolah
ataupun para pegawainya pasti menginginkan suatu perkembangan, dan
perkembangan tersebut hanyalah bisa diciptakan apabila pendidik sebagai
pengajar maupun kepala sekolahnya dapat berpartisipasi dengan baik dan
menokohkan dengan baik karakter mereka sebagai pedoman bagi para
peserta didik dalam menerima ilmu pengetahuan baru.
Dengan mengharapkan suatu perkembangan, pendidik maupun kepala
sekolah yang merupakan objek penting dari kegiatan supervisi ini harus siap
dengan adanya penilaian tentang kinerja mereka selama mengajar di dalam
kelas. Penilaian inilah yang nantinya akan mempengaruhi perkembangan
sekolah tersebut, apakah dilihat dari metode pembelajarannya, media
pembelajaran yang digunakan, maupun pendekatan yang dilakukan oleh
pendidik agar bisa merubah peserta didik seperti yang dijelaskan dalam
tujuan pendidikan itu sendiri yaitu bisa memanusiakan manusia, artinya
pendidik sebagai pengajar mampu merubah dengan baik perilaku maupun
mental peserta didik agar menjadi lebih baik lagi.
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat menghasilkan peserta didik
yang berprestasi akademik dan non akademik untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia sehingga dapat bersaing dalam kancah nasional
sampai internasional. Keberhasilan supervisi pendidikan dapat diukur melalui
peningkatan prestasi akademik dan non akademik. Supervisi pendidikan
berperan dalam mengawasi kegiatan jalannya pendidikan, memperbaiki
kekurangan dan kesalahan dalam proses pendidikan, perencanaan,
pengamatan, pembinaan dan pengawasan untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia.
Agar pelaksanaan supervisi pendidikan tersebut dapat berjalan dengan
baik, maka seorang kepala sekolah harus bisa menentukan tipe supervisi yang
tepat untuk digunakan. Karena tipe supervisi yang digunakan oleh kepala
sekolah dapat menentukan tingkat keberhasilan dari kegiatan supervisi yang
dilaksanakan. Selain itu, seorang kepala sekolah juga harus senantiasa
Model dan Prinsip Supervisi dan Mutu Pendidikan | 71
memperhatikan prinsip-prinsip dari supervisi pendidikan supaya tujuan dari
pelaksanaan supervisi tersebut bisa berjalan secara maksimal serta bisa
mencapai tujuan supervisi yang diharapkan yaitu peningkatan mutu
pendidikan.

72 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


DAFTAR PUSTAKA

Abbas.(2018). Implementasi Teknik Supervisi Akademik Dalam Meningkatkan


Kualitas Pembelajaran. Didaktika Jurnal Kependidikan, Fakultas Tarbiyah
IAIN Bone, Vol. 12, No.1, Juni 2018.ISSN:1978-0214.
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan Dalam
Rangka Mengembangkan SDM, ( Jakarta : Rineka Cipta ,2008), h. 19
Donni Juni Priansa Rismi Somad, Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah, (Bandung :Alfabeta) , h.110
Aditya, P. T., & Ismanto, B. (2020). Model Peningkatan Mutu Pendidikan
Melalui Supervisi Akademik Berbasis Web. REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal
Ilmiah Kependidikan, Volume 1, 70–78.
Hasan Baharun, Z. (2017). Manajemen Mutu Pendidikan “Ikhtiar dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Madrasah melalui Pendekatan Balanced
ScorCard” (1st ed.). Akademia Pustaka.
Hasyim Asy’ari, Zahruddin, S. F. (2017). Implementasi Prinsip-Prinsip Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Ekonomika Depok Jawa Barat.
Manageria: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Volume 2, 205–233.
Leeper R. R (Editor). (1930). Role of Supervisor, New York: Houghton Mifflin
Company, 1930.
Milasari, Lias Hasibuan, Kasful Anwar US, H. W. (2021). Prinsip-prinsip
Supervisi, Tipe/Gaya Supervisi, Komunikasi dalam Supervisi Pendidikan
dan Supervisi Pendidikan Islam. Indonesian Journal of Islamic Educational
Management, Vol 4 No 2, 45–60.
Maimunah.(2020).Pendekatan dan Supervisi Pendidikan.Jurnal Ilmu
Keislaman dan peradaban Al-Afkar vol 8 no 1.
Nasution, I. (2021). Supervisi Pendidikan (1st ed.). CV. Pusdikra Mitra Jaya.
Piet A. Sahertian. (2008). Konsep dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan
dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Cet. II. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Rasto, & Mulyani, H. (n.d.). Pengembangan Model Supervisi Akademik Untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pada SMK Bidang Keahlian Bisnis
dan Manajemen Di Kota Bandung. JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN
KEUANGAN, 2017, 99–106.
Shulhan, M. (2012). Supervisi Pendidikan (Teori dan Praktek dalam
Mengembangkan SDM Guru). Acima Publishing.

Model dan Prinsip Supervisi dan Mutu Pendidikan | 73


Sudin, A. (2008). Implementasi Supervisi Akademik Terhadap Proses
Pembelajaran di Sekolah Dasar Se Kabupaten Sumedang. “JURNAL,
Pendidikan Dasar, No 9.

74 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


BAB
4

RUANG LINGKUP SUPERVISI


DAN PRINSIP MUTU PENDIDIKAN

Sari Rahayu, Amit Saepul Malik, Caridin

A. PENDAHULUAN
1. Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan
Supervisi merupakan aktivitas menentukan yang esensial, yang akan
menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Orientasi supervisi dapat
ditentukan sebagai proses pengembangan situasi belajar mengajar agar
memperoleh kondisi yang lebih baik. Supervisi tertuju pada perkembangan
guru-guru dan personel sekolah lainnya dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan. Dalam hal ini supervisi dapat dilakukan melalui , bimbingan dan
pemberian kesempatan. Adapun ruang lingkup supervisi pendidikan yaitu:
a. Supervisi Bidang Kurikulum
b. Supervisi Bidang Kesiswaan
c. Supervisi Bidang Kepegawaian
d. Supervisi Bidang Sarana Dan Prasarana
e. Supervisi Bidang Keuangan
f. Supervisi Bidang Humas
g. Supervisi Bidang Ketatausahaan.

Ruang lingkup supervisi dalam tujuan bidang ini mengharuskan supervisor


mempelajari semua bidang ini tanpa terkecuali. karena, melakukan supervisi
tanpa memahami bidang yang disupervisi akan mengakibatkan ketidak
efektifan, karena tidak akan ada kejelasan, semua bidang ini disupervisi
karena satu dengan yang lain saling berkaitan, sehingga menjadi satu sistem
yang terpadu yang tidak bisa terpisahkan dalam tahapan proses
pelaksanaannya.
a. Supervisi Bidang Kurikulum
Bidang kurikulum menjadi hal yang paling inti karena proses belajar
mengajar adalah kegiatan utama sekolah. Kurikulum merupakan hal yang
harus diantisipasi dan dipahami oleh berbagai pihak, karena kurikulum
sebagai rancangan pembelajaran yang memiliki kedudukan yang sangat
strategis, yang menentukan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan,
baik proses maupun hasil. Sekolah sebagai pelaksanaan pendidikan, baik
supervisor, guru maupun peserta didik sangat berkepentingan dan akan
terkena dampak langsung dari setiap perubahan kurikulum.
Guru juga dituntut untuk senantiasa menyempurnakan dan
menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni, serta kebutuhan-kebutuhan lokal, nasional dan global sehingga
kurikulum yang dikembangkan di sekolah betul-betul dikembangkan peserta
didik sesuai dengan kebutuhan lingkungan, perkembangan zaman dan
tuntunan dan beban tugas yang akan dilakukan setelah mengikuti
pembelajaran. Perubahan kurikulum mengisyaratkan bahwa pembelajaran
bukan semata-mata tanggung jawab guru, tetapi merupakan tanggungjawab
bersama antara guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah bahkan komite
sekolah, dan dewan pendidikan.

b. Supervisi Bidang Kesiswaan


Bidang kesiswaan menjadi penting karena tujuan pendidikan adalah
melahirkan siswa-siswi yang kreatif, mandiri, kompetitif. Sehingga
pengembangan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa yang diperlukan.
Bidang kesiswaan menjadi dominan karena tangan gurulah pembelajaran
dipertaruhkan.
Dalam bidang kesiswaan, supervisor mempunyai peran yang signifikan
dan sangat mendasar mulai dari penerimaan siswa baru, pembinaan siswa,
atau pengembangan diri sampai proses kelulusan siswa. Supervisi bidang
kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang
kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah berjalan dengan lancar,
tertib, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.
Hal-hal pokok yang harus disupervisi terhadap siswa
1. Motivasi belajar siswa
2. Tingkat kesulitan yang dialami siswa
3. Keterlibatan siswa dalam berbagai kegiatan intra dan ekstrakurikuler
4. Pengembangan organisasi siswa
5. Sikap guru dan kepala sekolah terhadap siswa

76 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


6. Keterlibatan orang tua siswa dalam berbagai kegiatan sekolah
7. Kesempatan memperoleh pelayanan secara prima dari sekolah

c. Supervisi Bidang Kepegawaian


Tujuan supervisi bidang kepegawaian berbeda dengan sumber daya
manusia pada konteks bisnis, di dunia pendidikan tujuan supervisi bidang
kepegawaian lebih mengarah pada pembangunan pendidikan yang bermutu,
membentuk sumber daya manusia yang handal, produktif, kreatif, dan
berprestasi. Selain itu dalam bidang kepegawaian atau personalia pendidikan
islam bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan islam secara
efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal. Namun tetap dalam
kondisi yang menyenangkan.
Jika guru inovatif, kreatif, dan dinamis maka pembelajaran berjalan
secara menyenangkan. Namun, jika guru pasif, monoton, dan sentralistik
maka pembelajaran akan membosankan, tidak menarik dan membuat siswa
tidak bisa menangkap materi yang disampaikan. Akhirnya, proses belajar
mengajar tidak efektif.
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap guru yaitu:
1. Masalah wawasan dan kemampuan
2. Masalah kehadiran dan aktivitas guru
3. Masalah persiapan mengajar guru, mulai dari penyusunan analisis materi
pelajaran, program tahunan, program semester, program satuan
pelajaran sampai dengan persiapan mengajar harian atau perencanaan
pengajaran.
4. Masalah pencapaian target kurikuler dan ekstrakulikuler
5. Masalah kerja sama guru dengan siswa, dengan sesama guru, dengan tata
usaha dan dengan kepala sekolah
6. Masalah tri pusat pendidikan yang terdiri atas sekolah, keluarga dan
masyarakat
7. Masalah kemampuan belajar siswa
8. Supervisi bidang sarana dan prasarana

Tujuan anak sekolah yaitu agar dia menjadi baik, pintar dan terampil.
Dibutuhkan proses yang tidak sederhana dan panjang agar tujuan ini berhasil
dicapai sekolah.
Sekolah menyediakan sarana untuk pengembangan rasa, pikir, dan raga
siswa, seperti masjid, perpustakaan, laboratorium, internet, dan tempat
olahraga. Tanpa sarana yang baik sekolah sulit melahirkan keluaran yang
kompeten. Sarana merupakan media atau alat untuk belajar agar pendidikan

Ruang Lingkup Supervisi dan Prinsip Mutu Pendidikan | 77


berjalan efektif. Sarana sekolah diperlukan untuk keseimbangan
perkembangan fisik dan psikis siswa.

d. Supervisi Bidang Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana seperti ruang gedung yang representative,
laboratorium, lapangan olahraga, taman bunga dan lainnya membuat
suasana belajar yang menyenangkan, sejuk, damai, dan penuh semangat. Jika
sarananya terbatas maka skill siswa tidak dapat dikembangkan dengan baik.
Sebagai lembaga pendidikan, sekolah menentukan dukungan sarana dan
prasaran pendidikan yang sangat penting. Banyak sekolah yang memiliki
sarana dan prasarana yang lebih lengkap sehingga sangat menunjang proses
pendidikan di sekolah. Baik guru maupun siswa merasa terbantu dengan
adanya fasilitas tersebut. Namun sayangnya kondisi tersebut tidak
berlangsung lama. Tingkat kualitas dan kuantitas sarana tidak dapat
dipertahankan secara terus menerus. Sementara itu, bantuan saran dan
prasarana pun tidak datang setiap saat. Oleh karena itu dibutuhkan untuk
mengawasi sarana dan prasarana itu secara baik agar kualitas dan kuantitas
sarana dan prasarana dapat dipertahankan dalam waktu yang relatif lebih
lama.
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap sarana fisik lainnya, yaitu:
1. Ada ruangan untuk perpustakaan, laboratorium, praktikum ibadah, aula,
dan lainnya
2. Pengelolaan dan perawatan terhadap fasilitas tersebut
3. Pemanfaatan buku-buku teks pokok dan buku-buku teks penunjang
4. Pemanfaatan dan perawatan alat-alat kesenian dan sebagainya.
5. Supervisi bidang keuangan

e. Supervisi Bidang Keuangan


Biaya menempati posisi yang sangat penting dalam proses pendidikan.
dipastikan bahwa lembaga pendidikan yang bagus ditopang oleh biaya yang
memadai. Setiap lembaga pendidikan membutuhkan dana untuk menopang
proses pendidikan, mulai dari biaya rutin, biaya kegiatan hingga biaya
perawatan atau perbaikan
Dalam bidang pendanaan dan keuangan pendidikan merupakan aktivitas
utama yang harus dilakukan oleh mereka yang bertanggungjawab dalam
bidang perolehan pendapatan, pemanfaatan dan pertangungjawaban dana.
Keuangan menjadi ruh lembaga karena program harus didukung oleh sumber
keuangan yang memadai, baik untuk menggaji guru, karyawan, manajemen,
mengadakan kegiatan, maupun untuk melengkapi sarana dan prasarana.

78 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


f. Supervisi Bidang Humas
Secara etimologis, “Hubungan Masyarakat” diterjemahkan dari perkataan
Bahasa Inggris public relation, yang berarti hubungan sekolah dengan
masyarakat ialah sebagai hubungan timbal balik antara suatu
organisasi(sekolah) dan masyarakatnya. Artinya hubungan sekolah dengan
masyarakat adalah suatu proses komunikasi antar sekolah dengan
masyarakat untuk berusaha untuk menanamkan pengertian warga tentang
kebutuhan dari karya pendidikan serta pendorong dan minat dan
tanggungjawab masyarakat dalam usaha memajukan sekolah. Untuk
mencapai hal tersebut yaitu dengan jalan komunikasi yang baik dan luas
secara timbal balik.
Humas dibutuhkan untuk sosialisasi program dan prestasi sekolah kepada
masyarakat juga untuk menetralisasi berita-berita negatif yang terkadang
dihembuskan oleh pihak luar.

g. Supervisi Bidang Ketatausahaan


Di bidang tata usaha sekolah adalah seluruh proses kegiatan yang
direncanakan dan dilaksanakan atau diusahakan secara sengaja dan
bersungguh- sungguh, serta membina kegiatan-kegiatan yang bersifat tulis
menulis disekolah, agar proses belajar mengajar semakin efektif dan efisien
untuk membatu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tidak
hanya terhadap bidang-bidang yang disebutkan di atas, tetapi pada kegiatan
supervisi pendidikan pun selalu mendapat tunjangan yang tidak sedikit dari
kegiatan ketatausahaan. Tiada kegiatan yang tak lupa ditulis atau diketik,
diproses, digandakan, dan sebagainya. Juga pembuatan format-
format supervisi, undangan rapat, dan penempelan pengguna atau instruksi
dan sebagainya.
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap tata usaha sekolah dan
seluruh stafnya
a. Masalah administrasi sekolah
b. Masalah data dan statistik sekolah
c. Masalah pembukuan
d. Masalah surat menyurat dan kearsipan
e. Masalah rumah tangga sekolah
f. Masalah pelayanan terhadap kepala sekolah, guru dan siswa
g. Masalah laporan sekolah dan lainnya.

2. Ruang lingkup manajemen mutu pendidikan


Menurut West – Burnham, bahwa: ”manajemen mutu terpadu
pendidikan ialah semua fungsi dari organisasi sekolah kedalam falsafah

Ruang Lingkup Supervisi dan Prinsip Mutu Pendidikan | 79


holistis yang dibangun berdasarkan konsep mutu, kerja tim, produktivitas,
dan prestasi serta kepuasan pelanggan. Manajemen Mutu pendidikan tidak
lepas dari tiga model yaitu: input, proses, dan output. Dalam usaha
peningkatan mutu dengan menggunakan tiga model ini, ada beberapa kriteria
dan karakteristik sekolah yang harus dipenuhi sebagai berikut:
a. Input Pendidikan
1) Input pendidikan meliputi aspek sebagai berikut:
Lembaga pendidikan secara eksplisit menyatakan kebijakan tentang
mutu yang diharapkan. Dengan demikian gerak nadi semua
komponen lembaga tertuju pada peningkatan mutu sehingga semua
pihak menyadari akan pentingnya mutu.
2) Sumber Daya Tersedia dan Siap
Sumber daya merupakan input penting yang diperlukan untuk
berlangsung proses pendidikan di sekolah. Tanpa sumber daya yang
memadai, proses pendidikan disekolah tidak akan berlangsung secara
memadai, yang pada gilirannya mengakibatkan sasaran sekolah tidak
akan tercapai. Sumber daya dibagi menjadi dua, sumber daya
manusia dan sumber daya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan,
bahan dan lain sebagainya) dengan penegasan bahwa sumber daya
selebihnya tidak akan mempunyai arti apapun bagi perwujudan
sasaran sekolah tanpa adanya campur tangan sumber daya manusia.
3) Memiliki Harapan Prestasi Tinggi
Sekolah mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk
meningkatkan prestasi peserta didik dan sekolahnya. Kepala sekolah
mempunyai komitmen dan motivasi yang kuat untuk meningkatkan
mutu sekolah secara optimal. Demikian juga dengan guru dan peserta
didik, harus memiliki kehendak kuat untuk berprestasi sesuai dengan
kehendaknya.
4) Fokus pada Pelanggan (Khususnya Peserta Didik)
Pelanggan, terutama peserta didik, harus merupakan fokus dari
semua kegiatan sekolah. Artinya, semua input dan proses yang
dikerahkan di sekolah, tertuju utamanya untuk meningkatkan mutu
dan kepuasan peserta didik. Konsekuensi dari ini semua adalah
bahwa penyiapan input dan proses belajar mengajar harus benar-
benar mewujudkan sosok utuh dan kepuasan yang diharapkan dari
peserta didik. Syafaruddin membuat kategorisasi pelanggan dunia
pendidikan menjadi dua bagian, yaitu pelanggan dalam (internal
customer) yang terdiri dari: pegawai, pelajar dan orang tua pelajar.
Sementara yang termasuk pelanggan luar (eksternal customer) adalah

80 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


perguruan tinggi, dunia bisnis, militer, dan masyarakat luas pada
umumnya.
5) Input Manajemen
Sekolah memiliki input yang memadai untuk menjalankan roda
sekolah. Kepala sekolah dalam mengatur dan mengurus sekolahnya
menggunakan sejumlah input manajemen. Kelengkapan dan
kejelasan input manajemen akan membantu kepala sekolah dalam
mengelola sekolahnya secara aktif. Input manajemen yang dimaksud
adalah: tugas yang jelas, rencana yang rinci, dan sistematis, program
yang mendukung bagi pelaksanaan rencana, ketentuan-ketentuan
(aturan main) yang jelas sebagai panutan untuk warga sekolah
bertindak, dan adanya sistem pengendalian mutu yang efektif dan
efisien untuk meyakinkan sasaran yang telah disepakati dan menjadi
tujuan bersama.

b. Proses Dalam Pendidikan


1) Efektifitas Proses Belajar Mengajar Tinggi
Sekolah memiliki efektifitas proses belajar mengajar (PBM) yang
tinggi. Proses belajar mengajar yang menjadikan peserta didik sebagai
faktor utama pendidikan. Dalam hal ini guru harus menjadikan
peserta didik memiliki kecakapan untuk belajar dan memperoleh
pengetahuan tentang cara belajar yang efektif (learning hour to learn).
Untuk itu guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang
menyenangkan (joyfull learning) sehingga peserta didik tidak merasa
tertekan atau terpaksa ketika menghadapi pembelajaran di dalam
kelas.
2) Kepemimpinan yang Kuat
Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasi,
menggerakan dan menyelerasikan semua sumber daya yang tersedia.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor utama dalam
mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah. Oleh karena itu
kepala sekolah dikatakan berkualitas apabila kepala sekolah dapat
memberi pengaruh yang baik dalam tindakan kinerjanya. Sehingga
warga sekolah dapat bekerja maksimal sesuai dengan program yang
telah ditentukan. Guru dan karyawan lainnya, akan termotivasi
melakukan perbaikan- perbaikan dalam kinerjanya, karena kinerja
para organisasi sekolah lahir dari keterampilan kepala sekolah.
3) Pengelolaan yang Efektif Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan, terutama guru, merupakan jiwa dar sekolah.
Sekolah hanyalah merupakan wadah. Oleh karena itu, pengelola

Ruang Lingkup Supervisi dan Prinsip Mutu Pendidikan | 81


tenaga pendidikan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan,
pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, hingga pada tahap
imbal jasa, merupakan garapan penting bagi seorang kepala sekolah,
karena itu sekolah yang bermutu mensyaratkan adanya tenaga
kependidikan yang memiliki kompetensi dan berdedikasi tinggi
terhadap sekolahnya.
4) Sekolah Memiliki Budaya Mutu
Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga
setiap perilaku didasari oleh profesionalisme. Budaya mutu memiliki
elemen-elemen sebagai berikut: (a) informasi kualitas harus
digunakan untuk perbaikan, bukan untuk mengadili atau mengontrol
orang, (b) kewenangan harus sebatas tanggung jawab (c) hasil harus
di ikuti reward dan punishmant (d) kolaborasi, sinergi, bukan
kompetisi, harus merupakan basis atau kerja sama, (e) warga sekolah
harus merasa aman terhadap pekerjaannya.
5) Sekolah Memiliki Tim Work yang Kompak, Cerdas, dan Dinamis.
Sebuah tim yang solid merupakan hasil koleksi warga sekolah, bukan
hasil individual. Karena itu, budaya kerja sama antar fungsi dalam
sekolah, antar individu dalam sekolah, harus merupakan kebiasaan
hidup sehari-hari dalam sekolah. Budaya kolaborasi antara fungsi
yang harus selalu ditumbuh kembangkan hingga tercipta iklim
kebersamaan.

c. Output yang Diharapkan


Sekolah memiliki output yang diharapkan. Output adalah kinerja sekolah.
Kinerja sekolah adalah prestasi yang dihasilkan dari proses sekolah.
Kinerja sekolah diukur dari kualitasnya, efektifitasnya, produktifitasnya,
efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya.
Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah
adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses atau perilaku sekolah.
Kinerja sekolah dapat di ukur dari kualitasnya, efektivitasnya,

B. PRINSIP SUPERVISI DAN MUTU PENDIDIKAN


Supervisi ialah bagaimana mengubah mindset yang bersifat otokrat dan
korektif menjadi sikap yang kreatif dan konstruktif, yaitu suatu sikap yang
menciptakan suasana aman dan nyaman dan di terima sebagai subjek yang
berdiri sendiri dan dapat mengembangkan diri, untuk itu supervisi harus
dilaksanakan dengan menerapkan prinsip- prinsip pada konteks tersebut,
“Sahertian Dalam Risnawati mengemukakan prinsip-prinsip pelaksanaan
supervisi pendidikan (Risnawati, 2016) adalah: Prinsip Ilmiah (scientific).
82 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
Supervisi di laksanakan secara berencana, teratur dan berkelanjutan. Jadi
supervisi harus di rencanakan terlebih dahulu, dan supervisi yang dilakukan
berdasarkan data dan fakta apa adanya melalui observasi atau pengamatan.
Supervisi hendaknya menggunakan instrumen atau angket atau pedoman
observasi.
1. Prinsip Supervisi
a. Demokratis
Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya menjunjung tinggi asas
musyawarah, dalam pengambilan keputusan, sehingga segala
hambatan dan permasalahan dapat di atasi. Supervisor tidak boleh
bertindak egois menyebabkan guru merasa terbebani dengan
pelaksanaan kegiatan supervisi tersebut. Demokratis di maksudkan
untuk menjunjung harkat dan martabat guru.
b. Kooperatif (Prinsip kerja sama)
Saling berbagi ide (sharing of idea) dan saling berbagi pengalaman
(sharing of experience, memberi dorongan , menstimulasi guru
sehingga mereka merasa tumbuh bersama. Dengan terbangun kerja
sama antara supervisor dan pihak sekolah, akan menciptakan situasi
belajar mengajar yang baik.
c. Konstruktif dan Kreatif
Membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif menciptakan
suasana di mana setiap orang merasa aman dan dapat menggunakan
potensinya (Sahertian & Mataheru, 1981).

Selain prinsip di atas, Arikunto dalam Azis (2016) menjelaskan beberapa


prinsip dan supervisi dengan menambahkan beberapa prinsip berikut ini:
Prinsip Keterbukaan Supervisi di lakukan dengan suasana terbuka tidak
sembunyi-sembunyi tetapi dilakukan secara terang-terangan sehingga guru
diinformasikan terlebih dahulu mengenai jadwal supervisi yang akan
dilakukan. Supervisi bukan hanya mengarah pada satu unsur yaitu guru tapi
juga mencakup semua unsur yang ada di sekolah, seperti kepala sekolah,
pegawai tata usaha, bendahara sekolah, kurikulum, pembiayaan, humas,
sarana prasarana, dan tata laksana. Pendapat yang dikemukakan oleh
Gunawan (1996) bahwa prinsip supervisi meliputi beberapa prinsip yaitu:
1) Prinsip Fundamental / Dasar
Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara, sehingga bagi supervisor
pancasila merupakan prinsip dasarnya. Seluruh supervisor harus
menjalankan dan mengamalkan ajaran pancasila secara murni, dan
konsekuen.

Ruang Lingkup Supervisi dan Prinsip Mutu Pendidikan | 83


2) Prinsip Praktis
Prinsip praktis berpedoman kepada prinsip positif dan negatif. Prinsip
Positif meliputi aspek berikut ini: (1) supervisi harus konstruktif dan
kreatif, (2) Supervisi dilaksanakan berdasarkan hubungan professional
bukan karena kedekatan dan hubungan pribadi.(3) supervisi hendaklah
progresif, tekun, sabar, tabah dan tawakkal, (4) supervisi hendaklah dapat
mengembangkan potensi, bakat, dan kesanggupan, untuk mencapai
kemajuan,(5) supervisi hendaklah memperhatikan kesejahteraan serta
hubungan baik yang dinamis, (6) supervisi hendaklah bertolak dari
keadaan yang nyata menuju sesuatu yang di cita-citakan.
3) Prinsip negatif juga di kemukakan oleh beliau yang berhubungan dengan
supervisi pendidikan yaitu: (1) Tidak boleh memaksakan kehendak
(otoriter), sedapat mungkin tidak menonjolkan jabatan atau kekuasaan
agar tidak menghambat kreativitas bawahan, (2) Supervisi tidak boleh
dilakukan karena adanya hubungan pribadi, keluarga dan perkoncoan, (3)
Supervisi tidak menutup kemungkinan terhadap perkembangan bawahan
untuk maju,(4) Tidak boleh mengeksploitasi bawahan, (5) Supervisi tidak
boleh menuntut prestasi di luar kemampuan bawahan, (6) Supervisi
tidak boleh egois, tidak jujur dan menutup diri terhadap kritik dan saran
dari bawahan (Gunawan, 1996).
Berdasarkan paparan di atas bahwa prinsip dalam pelaksanaan supervisi
berhubungan dengan berbagai hal di antaranya
posisi/jabatan/kedudukan, situasi, keadaan dan motivasi. Prinsip dalam
supervisi ini harus di jelaskan supaya pelaksanaan kegiatan supervisi
berhasil sesuai dengan tujuan yang di harapkan, para supervisor
hendaklah bersifat simpati kepada yang di supervisi ,karena tujuan dari
supervisi ini adalah menuju ke arah perbaikan bukan mencari kesalahan.
Pendapat yang tidak jauh berbeda tentang prinsip pelaksanaan supervisi,
seperti yang di jelaskan oleh Sagala sebagai berikut ini: Ilmiah, prinsip
ilmiah pada dasarnya sama dengan pendapat para ahli yang sudah di
jelaskan di atas, yaitu tersusun secara sistematis dan objektif.
4) Kooperatif, berpegang pada satu prinsip yaitu prinsip kerja sama antara
supervisor dengan yang di supervisi. Konstruktif dan kreatif, yaitu selalu
berinisiatif dalam mengembangkan situasi belajar. Realistik, yaitu
berhadapan dengan situasi dan kondisi yang benar-benar ada dan nyata
adanya, bukan situasi abstrak.
5) Progresif, yaitu apa yang dilakukan guru dapat melahirkan dan
menciptakan pembelajaran yang semakin maju sehingga mampu
menghadapi arus globalisasi. Inovatif, supervisi pendidikan selalu

84 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


memberikan perubahan dengan penemuan-penemuan baru dalam
rangka perbaikan dan peningkatan mutu (Sagala, 2009).
Arikunto (2004) menjelaskan bahwa supervisi pendidikan harus
memenuhi prinsip- prinsip sebagai berikut: 1) Supervisi bersifat
memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada guru dan staf
sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan dan bukan
untuk mencari masalah; 2) Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan
secara langsung; 3) Apabila pengawas atau kepala sekolah merencanakan
akan memberikan saran atau umpan balik, sebaiknya di sampaikan segera
mungkin agar tidak lupa, dalam memberikan umpan balik sebaiknya
supervisor memberikan kesempatan kepada yang di supervisi untuk
mengajukan pertanyaan atau tanggapan; 4) Kegiatan supervisi sebaiknya
di lakukan secara berkala; 5) Suasana yang terjadi selama supervisi
berlangsung hendaknya mencerminkan adanya hubungan yang baik
antara supervisor dengan yang di supervisi. Untuk menjaga agar apa yang
di lakukan atau diketemukan tidak hilang atau tidak terlupakan sebaiknya
supervisor membuat catatan singkat berisi hal-hal penting yang di
perlukan untuk membuat laporan.

Pendapat tentang prinsip supervisi yang di jelaskan oleh para ahli menjadi
acuan dan pedoman dalam pelaksanaan supervisi, agar supervisi dapat
terlaksana dengan baik maka haruslah memperhatikan prinsip-prinsip yang
sudah ditetapkan, yang terpenting dalam pelaksanaan supervisi adalah
adanya perbaikan bersifat ilmiah, kerja sama, progresif, inovatif sehingga
menghasilkan perubahan kepada arah yang lebih baik.

2. Prinsip Mutu Pendidikan


Delapan Prinsip dalam SMM ISO 9001:2008.Untuk memahami makna dan
filosofi manajemen mutu ISO 9001:2008, tentang 8 Prinsip manajemen mutu,
yang terdiri dari:
a. Fokus Pada Pelanggan
Organisasi/ lembaga pendidikan bergantung pada pelanggan mereka,
karena itu manajemen organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan
sekarang & yang akan datang. Organisasi harus memenuhi kebutuhan
pelanggan dan giat berusaha melebihi harapan konsumen atau pelanggan.
b. Kepemimpinan
Pemimpin Lembaga Pendidikan harus menetapkan kesatuan tujuan dan
arah dari organisasi. Mereka harus menciptakan dan memelihara
lingkungan internal organisasi agar SDM yang ada dapat menjadi terlibat
secara penuh dalam pencapaian tujuan- tujuan organisasi.

Ruang Lingkup Supervisi dan Prinsip Mutu Pendidikan | 85


c. Keterlibatan Orang Lain
Orang/ karyawan lembaga pendidikan pada semua tingkatan merupakan
faktor yang sangat penting dari suatu organisasi dan keterlibatan mereka
secara penuh akan memungkinkan produktifitas mereka digunakan untuk
manfaat organisasi.
d. Pendekatan proses
Suatu proses dapat didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari orang,
material, metode, mesin dan peralatan, dalam suatu lingkungan guna
menghasilkan nilai tambah output bagi pelanggan.
e. Pendekatan sistem terhadap manajemen
Identifikasi, pemahaman dan pengelolaan, dari proses- proses yang saling
berkaitan (suatu sistem), akan memberikan kontribusi nilai tambah pada
efektifitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan- tujuannya.
f. Peningkatan terus menerus
Perbaikan terus-menerus (Kaizen) dari kinerja organisasi secara
keseluruhan harus menjadi tujuan tetap dari Institusi Pendidikan. Kaizen
didefinisikan sebagai suatu proses sebagai suatu proses yang berfokus
pada upaya terus- menerus meningkatkan efektifitas dan atau efisiensi
organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi
pendidikan tersebut.
g. Pendekatan faktual dalam pembuatan keputusan
Keputusan (Decision Making) yang efektif adalah keputusan yang
berdasarkan pada analisis data dan informasi untuk menghilangkan akar
penyebab masalah, sehingga masalah- masalah kualitas dapat
terselesaikan secara tepat sasaran.
h. Hubungan pemasok yang saling menguntungkan
Organisasi dan pemasok memiliki hubungan yang saling tergantung satu
dengan lainnya. Diperlukan suatu hubungan yang saling menguntungkan
akan meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan nilai
tambah Organisasi Pendidikan.

Dengan mempelajari dan memahami konsep 8 prinsip ini, diharapkan


implementasikan Sistem Mutu (Seperti ISO 9001/SPMI/SPMP) dapat berjalan
dengan efektif dan efisien.

86 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2004). Dasar-dasar supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.


Azhari, A. (2004). Supervisi rencana program pembelajaran. Jakarta, Rian
Putra. Azis, R. (2016). Pengantar Administrasi Pendidikan. Yogyakarta:
Sibuku.
Gunawan, A. H. (1996). Administrasi sekolah:(administrasi pendidikan mikro).
Penerbit Rineka Cipta.
Hartani, A.L. Manajemen Pendidikan.Cet.1;Samarinda: Laksbang PRESSindo.
2011 http://kejuruan.net/2016/04/ruang-lingkup-supervisi-
pendidikan.html. dikutip pada hari Senin tanggal 24 Oktober 2016 pukul
08:30 http://kejuruan.net/2016/04/ruang-lingkup-supervisi-
pendidikan.html. dikutip pada hari Senin tanggal 24 Oktober 2016
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-Prinsip Perumusan dan
Tata Ma’murAsmani,Jamal.Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah.
Cet.1; Jogjakarta: Diva Press.2012
Risnawati. (2011). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Sulhan, M. (2013). Supervisi Pendidikan: Teori dan Praktek Dalam
Mengembangkan SDM Guru.
Sulistyorini. Manajemen Pendidikan Islam; Konsep, Strategi,
Dan Aplikasi.Cet.1;Tulungagung:Teras.2009
Supriadi, B. (2019). Hakikat Supervisi Dalam Pendidikan Islam. Indonesian
Journal of Islamic Educational Management, 2(1), 1-11.
Suryani, C. (2015). Implementasi Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan
Proses Pembelajaran di MIN Sukadamai Kota Banda Aceh. JURNAL
ILMIAH DIDAKTIKA: Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran, 16(1), 23-
42.
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan, (Jakarta: PT
Grasindo, 2002), hal 37

Ruang Lingkup Supervisi dan Prinsip Mutu Pendidikan | 87


88 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
BAB
5

SUPERVISI KLINIS DALAM


MUTU PENDIDIKAN

Muhammad Habaib, Aa Aman Abdur Rahman M. Ilyas, Yuliana

A. PENDAHULUAN
Sebagai sistem, sekolah terdiri dari input, proses dan output. Input adalah
segala sesuatu yang harus tersedia, karena diperlukan untuk berlangsungnya
proses. Proses adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain,
sedangkan output adalah hasil suatu proses. Kepala sekolah merupakan salah
satu input yang sangat berpengaruh terhadap sekolah. Karena itu, jika
sekolah ingin memiliki kinerja yang optimal diperlukan kepala sekolah yang
tangguh, yaitu yang memiliki Visi dan Misi serta strategi dalam melaksanakan
tugasnya sebagai seorang manajer.
Dalam pelaksanaan kegiatan di sekolah seorang kepala sekolah tidak
dapat berdiri dengan tegak dan kuat tanpa adanya dukungan dari pihak-pihak
terkait. Salah satu pihak yang sangat erat hubungannya dengan sekolah
adalah pengawas sekolah.
Melalui kegiatan supervisi yang dilakukan oleh seorang pengawas sekolah
terhadap rekan-rekan guru mata pelajaran dan juga pengawasan manajemen
terhadap kepala sekolah-sekolah dengan supervisi sebaya dengan
mengedepankan prinsip ”Teaching and Learning (Belajar dan Mengajar )” dan
saling berbagi pengalaman merupakan salah satu langkah yang kongkrit
untuk meningkatkan pemberdayaan sekolah.
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu kebijakan
Departemen Pendidikan Nasional yang dilaksanakan seiring dengan upaya
peningkatan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan
memperbaiki manajemen pendidikan. Oleh karena itu, peningkatan mutu
pendidikan menjadi perhatian pemerintah agar dapat menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas. Untuk menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas tersebut adalah merupakan tanggung jawab tenaga
pendidikan yang professional di sekolah. Dengan demikian, salah satu upaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah upaya peningkatan kualitas
guru dalam menguasai proses pembelajaran.
Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat dominan dalam
peningkatan mutu pendidikan. Hal ini disebabkan oleh karena guru adalah
orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di sekolah. Agar
proses pembelajaran berkualitas maka guru- gurunya juga harus berkualitas
dan professional. Usman (2002:78) menyatakan bahwa:
“Guru yang professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas
dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal”.
Di samping itu, guru sangat erat kaitannya dengan mutu lulusan sekolah.
Imron (1995) mengemukakan: “kadar kualitas guru ternyata dipandang
sebagai penyebab kadar kualitas output sekolah”. Oleh karena itu, profesi
sumber daya guru perlu terus menerus tumbuh dan berkembang agar dapat
melakukan fungsinya secara professional. Salah satu cara untuk menumbuh
kembangkan kemampuan sumber daya guru adalah melalui supervisi.

B. PEMBAHASAN
1. Konsep Teoritik Supervisi Pendidikan
Perumusan atau pengertian supervisi dapat dijelaskan dari berbagai
sudut, baik menurut asal-usul (etimologi), bentuk perkataannya, maupun isi
yang terkandung di dalam perkataanya itu (semantic). Secara etimologis,
supervisi menurut S. Wajowasito dan W.J.S. Poerwadarminta (2008):
“Supervisi dialih bahasakan dari perkataan inggris “Supervision” artinya
pengawasan”. Pengertian supervisi secara etimologis (2008), bahwa dilihat
dari bentuk perkataannya, supervisi terdiri dari dua buah kata super + vision:
Super = atas, lebih, Vision = lihat, tilik, awasi. Makna yang terkandung dari
pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai kedudukan atau
posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau
mengawasi orang-orang yang disupervisi.
Supervisi adalah sebuah kegiatan terencana dan terpadu yang diterapkan
untuk mengawasi suatu pekerjaan. Dalam hal ini supervisi pendidikan
merupakan suatu kegiatan pengawasan yang dilakukan di bidang pendidikan.
Sekolah yang merupakan satuan pendidikan terkecil jabatan supervisor
dipegang oleh Kepala Sekolah. Kepala sekolah bertanggungjawab untuk
90 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
melakukan pengawasan menyeluruh terhadap staf administrasi dan guru
mata pelajaran. Supervisi dalam lembaga pendidikan berkembang dan
mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
Pada masa lalu pengertian supervisi lebih ditekankan pada pemberian
yang berorientasi pada benar salah sebuah pekerjaan, bahkan terkadang
memberikan sanksi dan menjerumuskan. Pada masa sekarang supervisi lebih
ditekankan pada kegiatan pembinaan dan pengembangan pada orang yang
disupervisi. Hal ini senada dengan pendapat Neagley (2000), ”Supervisi
merupakan layanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan
perbaikan instruksional, belajar dan kurikulum”. Pengertian tersebut
mengisyaratkan bahwa dalam proses supervisi perlu ada suasana kondusif,
hubungan yang interaktif dalam suasana kekeluargaan. Acheson and Gall
(200), mengemukakan prinsip-prinsip yang perlu dikembangkan dalam
supervisi, yaitu:
1) Interaksi, artinya supervisor dan supervise pada hakekatnya sederajat,
mitra dan saling membantu dalam meningkatkan profesionalnya.
Demokratif, artinya bersikap terbuka dalam mengemukakan dan
menghargai pendapat lain.
2) Supervise oriented bukan supervisor oriented, bahwa supervisi ialah
bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik (1994).

Ada dua macam jenis supervisi pendidikan:


1) Supervisi sekolah, yaitu supervisi yang dilakukan pada administrasi
manajemen sekolah secara umum.
2) Supervisi mata pelajaran, supervisi yang dilakukan terhadap guru mata
pelajaran untuk mengetahui persiapan, pelaksanaan dan evaluasi dalam
kegiatan belajar mengajar.

Dalam pelaksanaan supervisi dilakukan oleh supervisor, yaitu orang yang


bertanggungjawab terhadap pelaksanaan supervisi. Supervisi merupakan
suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru
dan staf sekolah lainnya agar dapat melakukan pekerjaan secara efektif
(1987).

2. Tujuan dan Fungsi Supervisi


Tujuan supervisi adalah membantu memperbaiki dan meningkatkan
pengelolaan sekolah, pengelolaan kelas dan pengelolaan administrasi
pengajaran sehingga tercapai kondisi kegiatan belajar mengajar yang baik dan
menyenangkan. fungsi supervisi dalam bidang pendidikan adalah untuk

Supervisi Klinis Dalam Mutu Pendidikan | 91


membangun profesionalitas guru, untuk mencapai belajar yang lebih baik
melalui pengajaran yang lebih baik (1981). Oleh karena itu fungsi supervisi
adalah untuk membantu sekolah, termasuk kepala sekolah dan guru dalam
meningkatkan kualitas pengajaran dan kualitas belajar siswa.
Fungsi supervisi antara lain:
1) Fungsi penelitian
Supervisi berusaha untuk memperoleh gambaran yang jelas dan objektif
tentang situasi atau keadaan sekolah. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian terhadap situasi dan kondisi tersebut melalui prosedur
penelitian:
a. perumusan masalah sebagai fokus penelitian,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data,
d. pembuatan kesimpulan, dan
e. pembuatan saran untuk perbaikan.

2) Fungsi penilaian
Fungsi penilaian pada supervisi adalah adanya kegiatan untuk
mengetahui tingkat ketercapaian tujuan suatu program pendidikan,
dalam hal ini program pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi
berserta sistem pengujiannya. Penilaian yang dilakukan mencakup
pemahaman terhadap tujuan yang ingin dicapai, pelaksanaan program,
hambatan yang ada dan daya dukung program.
3) Fungsi perbaikan
Pada fungsi ini, informasi hasil penelitian dan penilaian digunakan untuk
memperbaiki program. Langkah yang ditempuh pada fungsi ini adalah:
mengidentifikasi aspek negatif, yaitu yang berupa kelemahan atau
kekurangan yang ada, serta aspek positif, mengklasifikasi aspek negatif
tersebut ke dalam kelompok yang sederhana dan yang komplek dan
menganalisis aspek negatif dan positif untuk mengetahui penyebabnya
melakukan perbaikan.
4) Fungsi peningkatan
Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian dan penilaian dimanfaatkan
untuk meningkatkan pelaksanaan program kurikulum berbasis
kompetensi dan sistem ujiannya. Kegiatan ini dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan dan merupakan kegiatan yang sangat
erat dengan fungsi perbaikan. Bagian dari program KTSP yang sudah
terlaksana ditingkatkan kualitasnya, dan yang belum baik diperbaiki
sehingga sesuai dengan tujuannya. Masing-masing fungsi digunakan
untuk menyukseskan proses jalannya supervisi.

92 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


3. Prinsip dan Sasaran Supervisi
Suasana kemitraan tidak menimbulkan rasa takut tetapi rasa saling
memerlukan, hubungan kekeluargaan dan bersifat interaktif. Supervisi harus
bersifat praktis, dalam arti dapat dikerjakan (workable), sesuai situasi dan
kondisi sekolah. Sistematis artinya supervisi dikembangkan dengan
perencanaan yang matang sesuai dengan sasaran yang diinginkan. Obyektif
artinya memberikan masukan sesuai dengan aspek yang terdapat dalam
instrumen. Realistis maksudnya didasarkan atas kenyataan yang sebenarnya
yaitu pada keadaan atau hal- hal yang sudah dipahami dan dilakukan oleh
para staf sekolah.
Supervisi bersifat bantuan, bukannya instruksi dengan tujuan
peningkatan kemampuan mengajar dan pembentukan sikap profesional.
Kreatif artinya supervisi mengembangkan inisiatif dan kreativitas guru dalam
proses belajar mengajar. Antisipatif maksudnya diarahkan untuk menghadapi
kesulitan yang mungkin terjadi. Konstruktif artinya memberikan saran- saran
perbaikan kepada yang disupervisi untuk terus berkembang sesuai ketentuan
atau aturan yang berlaku. Kooperatif artinya supervisi mengembangkan suatu
perasaan kebersamaan untuk menciptakan dan mengembangkan situasi
belajar mengajar yang lebih baik. Konsep dan tujuan supervisi akademik,
sebagaimana dikemukakan oleh para pakar supervisi akademik di muka,
memang tampak idealis bagi para praktisi supervisi akademik (kepala sekolah).
Namun, memang demikianlah seharusnya kenyataan normatif konsep
dasarnya. Para kepala sekolah baik suka maupun tidak suka harus siap
menghadapi problema dan kendala dalam melaksanakan supervisi akademik.
Adanya problema dan kendala tersebut sedikit banyak bisa diatasi apabila
dalam pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah menerapkan prinsip-
prinsip supervisi akademik.
Akhir-akhir ini, beberapa literatur telah banyak mengungkapkan teori
supervisi akademik sebagai landasan bagi setiap perilaku supervisi akademik.
Beberapa istilah, seperti demokrasi (democratic), kerja kelompok (team
effort), dan proses kelompok (group process) telah banyak dibahas dan
dihubungkan dengan konsep supervisi akademik. Pembahasannya semata-
mata untuk menunjukkan kepada kita bahwa perilaku supervisi akademik itu
harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana supervisor sebagai atasan
dan guru sebagai bawahan. Begitu pula dalam latar sistem persekolahan,
keseluruhan anggota (guru) harus aktif berpartisipasi, bahkan sebaiknya
sebagai prakarsa, dalam proses supervisi akademik, sedangkan supervisor
merupakan bagian darinya.

Supervisi Klinis Dalam Mutu Pendidikan | 93


Semua ini merupakan prinsip-prinsip supervisi akademik modern yang
harus direalisasikan pada setiap proses supervisi akademik di sekolah-sekolah.
Selain tersebut di atas, berikut ini ada beberapa prinsip lain yang harus
diperhatikan dan direalisasikan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi
akademik, yaitu sebagai berikut;
Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan
yang harmonis. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan haruslah
sebisa mungkin bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal, bukan saja
antara supervisor dengan guru, melainkan juga antara supervisor dengan
pihak lain yang terkait dengan program supervisi akademik. Oleh sebab itu,
dalam pelaksanaannya supervisor harus memiliki sifat-sifat, seperti sikap
membantu, memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh
humor (Dodd,2008).
Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi
akademik bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-
waktu jika ada kesempatan. Perlu dipahami bahwa supervisi akademik
merupakan salah satu essential function dalam keseluruhan program sekolah
(Alfonso,1981). Apabila guru telah berhasil mengembangkan dirinya tidaklah
berarti selesailah tugas supervisor, melainkan harus tetap dibina secara
berkesinambungan. Hal ini logis, mengingat problema proses pembelajaran
selalu muncul dan berkembang.
Supervisi akademik harus demokratis. Supervisor tidak boleh
mendominasi pelaksanaan supervisi akademiknya. Titik tekan supervisi
akademik yang demokratis adalah aktif dan kooperatif. Supervisor harus
melibatkan secara aktif guru yang dibinanya. Tanggung jawab perbaikan
program akademik bukan hanya pada supervisor melainkan juga pada guru.
Oleh sebab itu, program supervisi akademik sebaiknya telah direncanakan,
dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan guru,
kepala sekolah, dan pihak lain yang terkait di bawah koordinasi supervisor.
Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan.
Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam system
perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan. Sistem perilaku
tersebut antara lain berupa sistem perilaku administratif, sistem perilaku
akademik, sistem perilaku kesiswaan, sistem perilaku pengembangan
konseling, sistem perilaku supervisi akademik (1981). Antara satu sistem
dengan sistem lainnya harus dilaksanakan secara integral. Dengan demikian,
maka program supervisi akademik integral dengan program pendidikan
secara keseluruhan. Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan
hubungan yang baik dan harmonis antara supervisor dengan semua pihak

94 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


pelaksana program pendidikan (Dodd,2008). Supervisi akademik harus
komprehensif.
Program supervisi akademik harus mencakup keseluruhan aspek
pengembangan akademik, walaupun mungkin saja ada penekanan pada
aspek- aspek tertentu berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan
akademik sebelumnya. Prinsip ini tiada lain hanyalah untuk memenuhi
tuntutan multi tujuan supervisi akademik, berupa pengawasan kualitas,
pengembangan profesional, dan memotivasi guru, sebagaimana telah
dijelaskan di muka.
Supervisi akademik harus konstruktif. Supervisi akademik bukanlah sekali-
kali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru. Memang dalam proses
pelaksanaan supervisi akademik itu terdapat kegiatan penilaian unjuk kerja
guru, tetapi tujuannya bukan untuk mencari kesalahan-kesalahannya.
Supervisi akademik akan mengembangkan pertumbuhan dan kreativitas guru
dalam memahami dan memecahkan problem-problem akademik yang
dihadapi.
Supervisi akademik harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan
mengevaluasi, keberhasilan program supervisi akademik harus obyektif.
Objektivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi
akademik itu harus disusun berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan
profesional guru. Begitu pula dalam mengevaluasi keberhasilan program
supervisi akademik. Di sinilah letak pentingnya instrumen pengukuran yang
memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi untuk mengukur seberapa
kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Sasaran supervisi adalah kegiatan atau aspek, maupun orangnya (personil)
sekolah. Dengan melihat sasaran yang disupervisi akan dapat diketahui
kemampuan, ketrampilan personil dalam mengelola bidang garapannya.
Aspek yang disupervisi meliputi; (1) Administrasi, mencakup, administrasi
sekolah secara umum administrasi kesiswaan, ketenagaan, perlengkapan
pendidikan, keuangan dan hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (2)
Edukatif, mencakup kurikulum, KBM, pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
Sementara orang yang di supervisi (supervisee) adalah, Kepala Sekolah, Guru
mata pelajaran, Guru pembimbing, Tenaga Edukatif lainnya, Tenaga
administrasi, dan Siswa.

4. Kompetensi Supervisor
Kompetensi utama seorang supervisor terletak pada kemampuan
personalnya. Mann (2008) mengidentifikasi persyaratan untuk semua
supervisor, yaitu: teknikal, human, manajemen atau administratif. Ketiga
kompetensi tersebut disebut gabungan ketrampilan (skill mix). Dimensi

Supervisi Klinis Dalam Mutu Pendidikan | 95


teknikal berkaitan dengan kemampuan di dalam menggunakan pengetahuan,
metode, teknik, dan peralatan dalam proses pembelajaran dimulai dari tahap
perencanaan hingga sistem evaluasinya.
Keterampilan dalam manajerial ini mencakup perencanaan, organisasi,
staffing, pendelegasian tanggung jawab, pengarahan, dan pengendalian. Lima
hal tersebut merupakan fungsi dari manajemen. Keterampilan manajerial
supervisor juga mencakup kemampuan menghubungkan kerja unit dengan
unit yang lain bagian dari lembaga pendidikan. Kerja unit ini bisa berupa hasil
kerja guru satu dengan lainnya atau kerja dari staf administrasi sebagai
pendukungnya.
Keterampilan human dalam supervisi merupakan kemampuan
mempengaruhi orang lain agar mau melakukan perubahan untuk perbaikan
atau peningkatan. Untuk itu seorang supervisor harus mampu berkomunikasi
dengan baik, termasuk kemampuan menyampaikan saran dengan baik, yaitu
mudah dipahami. Jadi seorang supervisor harus menguasai pengetahuan
tentang substansi yang dipantau dan dievaluasi, memiliki keterampilan
berhubungan dengan orang lain termasuk berkomunikasi, dan memiliki
keterampilan dalam pengelolaan.

5. Metode dan Teknik Supervisi Akademik


Di muka telah diuraikan bahwa tugas pengawas satuan pendidikan
mencakup pengawasan atau supervisi administrasi dan pengelolaan
(manajerial) sekolah sekaligus supervisi akademik atau pembelajaran. Karena
fokus kedua hal tersebut berbeda, maka metode dan teknik yang
dipergunakan tentu berbeda pula. Berikut ini akan diuraikan tentang metode
supervisi manajerial dan supervisi akademik.
Di muka telah dijelaskan bahwa supervisi akademik ditujukan untuk
membantu guru meningkatkan pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan belajar siswa. Sesuai dengan tujuannya tersebut maka istilah
yang sering digunakan adalah supervisi pengajaran (instructional supervision).
Terdapat beberapa metode dan teknik supervisi yang dapat dilakukan
pengawas. Metode-metode tersebut dibedakan antara yang bersifat
individual dan kelompok. Pada setiap metode supervisi tentunya terdapat
kekuatan dan kelemahan.
Ada bermacam-macam teknik supervisi akademik dalam upaya
pembinaan kemampuan guru. Dalam hal ini meliputi pertemuan staf,
kunjungan supervisi, buletin profesional, perpustakaan profesional,
laboratorium kurikulum, penilaian guru, demonstrasi pembelajaran,
pengembangan desain kurikulum, pengembangan petunjuk pembelajaran,
darmawisata, lokakarya, kunjungan antar kelas, bacaan profesional, dan

96 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


survei masyarakat-sekolah. Sedangkan menurut Gwyn (1961), teknik-teknik
supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu. teknik
supervisi individual, dan teknik supervisi kelompok.

6. Teknik Supervisi Individual


Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang
diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat
perorangan. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang
dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik- teknik supervisi yang
dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi
kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri.
Berikut ini dijelaskan pengertian-pengertian dasarnya secara singkat satu
persatu.

7. Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah,
pengawas, dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan
proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam
rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan ini adalah semata- mata untuk
menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah mereka di dalam
kelas. Melalui kunjungan kelas, guru-guru dibantu melihat dengan jelas
masalah-masalah yang mereka alami. Menganalisisnya secara kritis dan
mendorong mereka untuk menemukan alternatif pemecahannya. Kunjungan
kelas ini bisa dilaksanakan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu, dan bisa juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri.
Ada empat tahap kunjungan kelas. Pertama, tahap persiapan. Pada tahap
ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama
kunjungan kelas. Kedua, tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini,
supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung. Ketiga,
tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan
perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi, sedangkan tahap
terakhir adalah tahap tindak lanjut. Ada beberapa kriteria kunjungan kelas
yang baik, yaitu: (1) memiliki tujuan-tujuan tertentu; (2) mengungkapkan
aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru; (3) menggunakan
instrumen observasi tertentu untuk mendapatkan daya yang obyektif; (4)
terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap
saling pengertian; (5) pelaksanaan kunjungan kelas tidak mengganggu proses
belajar mengajar; (6) pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.

Supervisi Klinis Dalam Mutu Pendidikan | 97


8. Observasi Kelas
Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan
memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas
adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses
pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah untuk
memperoleh data seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi
belajar mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha
memperbaiki proses belajar mengajar. Secara umum, aspek-aspek yang
diamati selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung adalah:
1) Usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran,
2) Cara penggunaan media pengajaran,
3) Reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar,
4) Keadaan media pengajaran yang dipakai dari segi materialnya.

Pelaksanaan observasi kelas ini melalui beberapa tahap, yaitu: (1)


persiapan observasi kelas; (2) pelaksanaan observasi kelas; (3) penutupan
pelaksanaan observasi kelas; (4) penilaian hasil observasi; dan (5) tindak
lanjut. Dalam melaksanakan observasi kelas ini, sebaiknya supervisor
menggunakan instrumen observasi tertentu, antara lain berupa evaluative
check-list, activity check-list.

9. Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan
tukar pikiran antara pembina atau supervisor guru, guru dengan guru,
mengenai usaha meningkatkan kemampuan profesional guru. Tujuannya
adalah: (1) memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui
pemecahan kesulitan yang dihadapi; (2) mengembangkan hal mengajar yang
lebih baik; (3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru;
dan (4) menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.
Swearingen (1961) mengklasifikasi jenis percakapan individual ini menjadi
empat macam sebagai berikut
1) classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di
dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).
2) office-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang
kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-
alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada
guru.
3) causal-conference, yaitu percakapan individual yang bersifat informal,
yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru,

98 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


4) observational visitation, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan
setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.

10. Kunjungan Antar Kelas


Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi
secara perorangan. Guru dari yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam
lingkungan sekolah itu sendiri. Agar kunjungan antarkelas ini betul-betul
bermanfaat bagi pengembangan kemampuan guru, maka sebelumnya
harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh supervisor apabila menggunakan teknik ini dalam
melaksanakan supervisi bagi guru-guru.
1) Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya.
2) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
3) Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas.
4) Supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan cermat. Amatilah apa-
apa yang ditampilkan secara cermat, dan mencatatnya pada format-
format tertentu.
5) Adakah tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Misalnya
dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-
tugas tertentu.
6) Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan
menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
7) Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas
berikutnya.

11. Menilai Diri Sendiri


Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi
pendidikan. Nilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru.
Untuk mengukur kemampuan mengajarnya, di samping menilai murid-
muridnya, juga menilai dirinya sendiri. Ada beberapa cara atau alat yang
dapat digunakan untuk menilai diri sendiri, antara lain sebagai berikut
(Depdiknas,2008).
1) Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-
murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun
dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan
tidak perlu menyebut nama.
2) Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
3) Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka
bekerja secara perorangan maupun secara kelompok.

Supervisi Klinis Dalam Mutu Pendidikan | 99


12. Teknik Supervisi Kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru- guru yang diduga,
sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau
kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi
satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi
sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi.
Menurut Gwynn, ada tiga belas teknik supervisi kelompok, sebagai
berikut.
1) Kepanitiaan-kepanitiaan,
2) Kerja kelompok,
3) Laboratorium kurikulum,
4) Baca terpimpin,
5) Demonstrasi pembelajaran,
6) Darmawisata,
7) Kuliah/studi,
8) Diskusi panel,
9) Perpustakaan jabatan,
10) Organisasi professional,
11) Buletin supervisi,
12) Pertemuan guru, dan
13) Lokakarya atau konferensi kelompok.

Teknik supervisi kelompok ini tidak akan dibahas satu persatu, karena
sudah banyak buku yang secara khusus membahasnya. Satu hal yang perlu
ditekankan di sini bahwa tidak ada satu pun di antara teknik-teknik supervisi
kelompok di atas yang cocok atau bisa diterapkan untuk semua pembinaan
dan guru di sekolah. Artinya, akan ditemui oleh kepala sekolah adanya satu
teknik tertentu yang cocok diterapkan untuk membina seorang guru tetapi
tidak cocok diterapkan pada guru lain. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah
harus mampu menetapkan teknik- teknik mana yang sekiranya mampu
membina keterampilan pembelajaran seorang guru. Seorang pengawas,
selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina,
juga harus mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau
kepribadian guru (Lucio and Mc Neil,2008), sehingga teknik yang digunakan
betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi
akademik.

100 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


13. Langkah-langkah Pembinaan Kemampuan Guru
Ada lima langkah pembinaan kemampuan guru melalui supervisi
akademik, yaitu: (1) menciptakan hubungan-hubungan yang harmonis, (2)
analisis kebutuhan, (3) pelaksanaan supervise (mengembangkan strategi dan
media), (4) menilai keberhasilan supervise akademik, dan (5) perbaikan
program supervise akademik/revisi.

14. Media, Sarana, dan Sumber


Dalam setiap pembinaan keterampilan pembelajaran guru dengan
menggunakan teknik supervisi akademik tertentu diperlukan media, sarana,
maupun sumber- sumber tertentu. Apabila digunakan teknik buletin supervisi
dalam membina keterampilan pembelajaran guru, maka diperlukan buletin
sebagai media atau sumbernya. Apabila digunakan teknik darmawisata dan
membina guru maka diperlukan tempat tertentu sebagai sumber belajarnya.
Apabila digunakan perpustakaan jabatan sebagai pusat pembinaan
keterampilan pembelajaran guru maka diperlukan buku-buku, ruang khusus,
dan sarana khusus, sebagai sarana dan sumber belajar. Demikianlah
seterusnya untuk teknik-teknik supervisi akademik lainnya, semuanya
memerlukan media, sarana, dan sumber sebagai penunjang pelaksanaannya.

15. Instrumen Pengukuran Kemampuan Guru


Esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan mengukur unjuk kerja
guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan bagaimana
membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya. Meskipun
demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari pengukuran
kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Pengukuran
kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah
satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan dalam proses supervisi
pembelajaran (Sergiovanni,1987).
Prinsip dasar ini tampak jelas sekali pada langkah-langkah pembinaan
keterampilan pembelajaran guru, di mana salah satu langkahnya berupa
analisis kebutuhan. Esensial langkah atau fase analisis kebutuhan ini adalah
mengukur pengetahuan dan kemampuan untuk menentukan pengetahuan
dan kemampuan mana pada guru yang harus dibina. Ini berarti dalam setiap
merencanakan dan memprogram supervisi akademik selalu diperlukan
instrumen pengukuran.
Instrumen pengukuran ini, baik pengetahuan maupun kemampuan, bila
berupa tes-tes tertentu yang secara valid dan reliabel bisa mengukur
pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Khusus untuk mengukur kemampuan guru, karena lebih berbentuk

Supervisi Klinis Dalam Mutu Pendidikan | 101


performansi atau perilaku (behavioral), biasanya digunakan instrumen
observasi yang mengamati unjuk kerja guru dalam mengelola proses
pembelajaran. Instrumen ini banyak diambil dari yang sudah ada, yang sudah
valid dan reliabel, maupun dikembangkan sendiri oleh supervisor. Apabila
kepala sekolah ingin mengembangkan sendiri instrumen observasi maka
disarankan agar merujuk kepada jenis-jenis kemampuan pembelajaran yang
menang harus dimiliki oleh guru. Setiap jenis kemampuan yang
dikembangkan dalam instrumen observasi harus disediakan skala pengukuran.
Ada bermacam-macam skala pengukuran, misalnya skala tigas, skala lima,
dan skala tujuh. Apabila digunakan skala tiga, maka bentuknya menjadi tidak
mampu (1) cukup mampu (2) dan mampu (3). Apabila digunakan skala lima,
maka bentuknya menjadi sangat kurang mampu (1) kurang mampu (2) cukup
mampu (3) mampu (4) dan sangat mampu (5). Nantinya apabila telah
digunakan, maka semakin kecil skor kemampuannya (kategori
kemampuannya) berarti semakin perlu dibina. Semakin rendah skornya
berarti guru semakin tidak mampu mengelola proses pembelajaran
(Depdiknas,1982).

16. Supervisi Klinis Sebagai Pendekatan Supervisi Akademik


a. Konsep Supervisi Klinis
Supervisi Klinis, mula-mula diperkenalkan dan dikembangkan oleh Morris
L. Cogan, Robert Goldhammer, dan Richarct Weller di Universitas Harvard
pada akhir dasa warsa lima puluh tahun dan awal dasawarsa enam puluhan
(Sergiovanni,1987). Ada dua asumsi yang mendasari praktek supervisi Klinis.
Pertama, pengajaran merupakan aktivitas yang sangat kompleks yang
memerlukan pengamatan dan analisis secara berhati-hari melalui
pengamatan dan analisis ini, supervisor pengajaran akan mudah
mengembangkan kemampuan guru mengelola proses pembelajaran.
Kedua, guru-guru yang profesionalnya ingin dikembangkan lebih
menghendaki cara yang kolegial daripada cara yang outoritarian
(Sergiovanni,1987). Pada mulanya, supervisi Klinis dirancang sebagai salah
satu model atau pendekatan dalam melakukan supervisi pengajaran terhadap
calon guru yang sedang berpraktek mengajar. Dalam supervisi ini
ditekanannya pada Klinis, yang diwujudkan adalah bentuk hubungan tatap
muka antara supervisor dan calon guru yang sedang berpraktek.
Tujuan supervisi Klinis adalah untuk membantu memodifikasi pola-pola
pengajaran yang tidak atau kurang efektif. Menurut Sergiovanni (1987) ada
dua sasaran supervisi Klinis, yang menurut penulis merefleksi multi tujuan
supervisi pengajaran, khususnya pengembangan profesional dan motivasi
kerja guru. Di satu sisi, supervisi Klinis dilakukan untuk membangun motivasi

102 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


dan komitmen kerja guru. Di sisi lain, supervisi Klinis dilakukan untuk
menyediakan pengembangan staf bagi guru. Sedangkan menurut dua orang
teoritisi lainnya, yaitu Acheson dan Gall (2008) tujuan supervisi Klinis adalah
meningkatkan pengajaran guru dikelas. Tujuan ini dirinci lagi ke dalam tujuan
yang lebih spesifik, sebagai berikut.
1) Menyediakan umpan balik yang obyektif terhadap guru, mengenai
pengajaran yang dilaksanakannya.
2) Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pengajaran.
3) Membantu guru mengembangkan keterampilannya menggunakan
strategi pengajaran.
4) Mengevaluasi guru untuk kepentingan promosi jabatan dan keputusan
lainnya.
5) Membantu guru mengembangkan satu sikap positif terhadap
pengembangan profesional yang berkesinambungan.

Demikianlah sekilas konsep supervisi Klinis bila disimpulkan maka


karakteristik supervisi Klinis sebagai berikut ; supervisi Klinis berlangsung
dalam bentuk hubungan tatap muka antara supervisor dan guru, tujuan
supervisi Klinis itu adalah untuk pengembangan profesional guru. Kegiatan
supervisi Klinis ditekankan pad aspek-aspek yang menjadi perhatian guru
serta observasi kegiatan pengajaran di kelas, observasi harus dilakukan secara
cermat dan mendetail, analisis terhadap hasil observasi harus dilakukan
bersama antara supervisor dan guru dan hubungan antara supervisor dan
guru harus bersifat kolegial bukan autoritarian.

17. Langkah-langkah Supervisi Klinis


Istilah siklus mengandung dua pengertian pertama; prosedur supervisi
klinis terdiri dari sejumlah tahapan yang merupakan proses yang
berkesinambungan. Berikut adalah langkah-langkah supervisi Klinis menurut
pandangan beberapa pakar; Delapan tahap supervisi klinis, yang kemudian
disebut Cogan (1973) sebagai siklus supervisi klinis;
1) Tahap membangun dan memantapkan hubungan guru-supervisor,
2) Tahap perencanaan bersama guru,
3) Tahap perencanaan strategi observasi,
4) Tahap observasi pengajaran,
5) Tahap analisis proses pembelajaran,
6) Tahap perencanaan strategi pertemuan,
7) Tahap pertemuan, dan
8) Tahap penjajakan rencana pertemuan berikutnya.

Supervisi Klinis Dalam Mutu Pendidikan | 103


Menurut Mosher dan Purpel (1972) ada tiga aktivitas dalam proses
supervisi klinis, yaitu;
1) Tahap perencanaan,
2) Tahap observasi, dan
3) Tahap evaluasi dan analisis.

Menurut Oliva (1984) ada tiga aktivitas esensial dalam proses supervisi
Klinis, yaitu;
1) Kontak dan komunikasi dengan guru untuk merencanakan observasi kelas.
2) Observasi kelas, dan
3) Tindak lanjut observasi kelas.

Menurut Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (1981) ada lima kegiatan


dalam proses supervisi Klinis, yang disebutnya dengan sequence of
supervision, yaitu;
1) Pertemuan sebelum observasi,
2) Observasi,
3) Analisis dan strategi,
4) Pertemuan supervisi, dan
5) Analisis sesudah pertemuan supervisi.

Demikianlah, walaupun berbeda deskripsi pada para teriotisi di atas


tentang langkah- langkah proses supervisi klinis, sebenarnya langkah-langkah
ini bisa dikembalikan pada tiga tahap esensial yang berbentuk siklus, yaitu (1)
tahap pertemuan awal, (2) tahap observasi mengajar, dan (3) tahap
pertemuan balikan. Dalam buku ajar sederhana ini penulis lebih cenderung
membagi siklus supervisi Klinis menjadi tiga tahap juga sebagaimana tersebut
di atas. Deskripsi demikian juga dikemukakan oleh Acheson dan Gall (1987),
Alexander Mackie College of advanced Education (1981) dan Mantja (1984).

18. Tahap Pertemuan Awal (preconference)


Pertemuan awal ini dilakukan sebelum melaksanakan observasi kelas
sehingga banyak juga para teoritisi supervisi Klinis yang menyebutkan dengan
istilah tahap pertemuan sebelum observasi (preobservation Conference).
Tujuan utama pertemuan awal ini adalah untuk mengembangkan, bersama
antara supervisor dan guru, kerangka kerja observasi kelas yang akan
dilakukan. Hasil akhir pertemuan awal ini adalah kesepakatan (contract) kerja
antara supervisor dan guru.

104 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Tujuan ini bisa dicapai apabila dalam pertemuan awal ini tercipta kerja
sama, hubungan kemanusian dan komunikasi yang baik antara supervisor
dengan guru. Selanjutnya kualitas hubungan yang baik antara supervisor dan
guru memiliki pengaruh signifikan terhadap kesuksesan tahap berikutnya
dalam proses supervisi Klinis. Oleh sebab itu para teoritisi banyak
menyarankan agar pertemuan awal ini, dilaksanakan secara rileks dan
terbuka.
Perlu sekali diciptakan kepercayaan guru terhadap supervisor, sebab
kepercayaan ini akan mempengaruhi efektivitas pelaksanaan pertemuan awal
ini. Kepercayaan ini berkenaan dengan kenyakinan guru bahwa supervisor
memperhatikan minat atau perhatian guru. Pertemuan pendahuluan ini tidak
membutuhkan waktu yang lama. Dalam pertemuan awal ini supervisor bisa
menggunakan waktu 20 sampai 30 menit, kecuali jika guru mempunyai
permasalahan khusus yang membutuhkan diskusi panjang. Pertemuan ini
sebaiknya dilaksanakan di satu ruangan yang netral, misalnya kafetaria, atau
bisa juga di kelas. Pertemuan di ruang kepala sekolah atau supervisor
kemungkinannya akan membuat guru menjadi tidak bebas.
Secara teknis, ada delapan kegiatan yang harus dilaksanakan dalam
pertemuan awal ini, yaitu (1) menciptakan suasana yang akrab dan terbuka,
(2) mengidentifikasi aspek-aspek yang akan dikembangkan guru dalam
pengajaran. (3) menerjemahkan perhatian guru ke dalam tingkah laku yang
bisa diamati, (4) mengidentifikasi prosedur untuk memperbaiki pengajaran
guru, (5) membantu guru memperbaiki tujuannya sendiri (6) menetapkan
waktu observasi kelas, (7) menyeleksi instrumen observasi kelas, dan (8)
memperjelas konteks pengajaran dengan melihat data yang akan direkam.
Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (1981) mendeskripsikan satu
agenda yang harus dihasilkan pada akhir pertemuan awal. Agenda tersebut
adalah:
1) Menetapkan kontrak atau persetujuan antara supervisor dan guru
tentang apa saja yang akan diobservasi.
a) Tujuan instruksional umum dan khusus pengajaran
b) Hubungan tujuan pengajaran dengan keseluruhan program
pengajaran yang diimplementasikan.
c) Aktivitas yang akan diobservasi
d) Kemungkinan perubahan formal aktivitas, sistem, dan unsur-unsur
lain berdasarkan persetujuan interaktif antara supervisor dan guru.
e) Deskripsi spesifik butir-butir atau masalah-masalah yang balikannya
diinginkan guru.

Supervisi Klinis Dalam Mutu Pendidikan | 105


2) Menetapkan mekanisme atau aturan-aturan observasi meliputi:
a) Waktu (jadwal) observasi,
b) Lamanya observasi, dan
c) Tempat observasi.

3) Menetapkan rencana spesifik untuk melaksanakan


observasi meliputi: Dimana supervisor akan duduk selama observasi,
a) Akankah supervisor menjelaskan kepada murid-murid mengenai
tujuan observasinya jika demikian, kapan sebelum ataukah setelah
pelajaran,
b) Akankah supervisor mencari satu tindakan khusus,
c) Akankah supervisor berinteraksi dengan murid-murid,
d) Perlukah adanya material atau persiapan khusus, dan
e) Bagaimanakah supervisor akan mengakhiri observasi.

19. Tahap Observasi Pembelajaran


Tahap kedua dalam proses supervisi Klinis adalah tahap observasi
mengajar secara sistematis dan obyektif. Perhatian observasi ini ditujukan
pada guru dalam bertindak dan kegiatan-kegiatan kelas sebagai hasil tindakan
guru. Waktu dan tempat observasi mengajar ini sesuai dengan kesepakatan
bersama antara supervisor dan guru pada waktu mengadakan pertemuan
awal. Observasi mengajar, mungkin akan terasa sangat kompleks dan sulit,
dan tidak jarang adanya supervisor yang mengalami kesulitan. Dengan
demikian supervisor dituntut untuk menggunakan bermacam-macam
ketrampilan.
Sedangkan mengenai bagaimana mengobservasi juga perlu mendapatkan
perhatian. Maksud baik supervisi akan tidak berarti apabila usaha-usaha
observasi tidak bisa memperoleh data yang seharusnya diperoleh. Tujuan
utama pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi yang nantinya
akan digunakan untuk mengadakan tukar pikiran dengan guru setelah
observasi aktivitas yang telah dilakukan di kelas. Di sinilah letak pentingnya
teknik dan instrumen observasi yang bisa digunakan untuk mengobservasi
guru mengelola proses belajar mengajar.
Sehubungan dengan teknik dan instrumen ini, sebenarnya pada peneliti
telah banyak yang mengembangkan bermacam-macam teknik yang bisa
digunakan dalam mengobservasi pengajaran. Acheson dan Gall (1987)
mereview beberapa teknik dan mengajurkan kita untuk menggunakannya
dalam proses supervisi klinis beberapa teknik tersebut adalah sebagai berikut:
1) Selective verbatim. Di sini supervisor membuat semacam rekaman tertulis,
yang bisa dibuat dengan a verbatimtran script. Sudah barang tentu tidak

106 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


semua kejadian verbal harus direkam dan sesuai dengan kesepakatan
bersama antara supervisor dan guru pada pertemuan awal, hanya
kejadian-kejadian tertentu yang harus direkam secara selektif. Transkrip
ini bisa ditulis langsung berdasarkan pengamatan dan bisa juga menyalin
dari apa yang direkam terlebih dahulu melalui tape recorder.
2) Rekaman observasional berupa a seating chart. Di sini, supervisor
mendokumentasikan perilaku-perilaku murid-murid sebagaimana mereka
berinteraksi dengan seorang guru selama pengajaran berlangsung.
Seluruh kompleksitas perilaku dan interaksi di deskripsikan secara
bergambar. Melalui penggunaan a seating chart ini, supervisor bisa
mendokumentasikan secara grafis interaksi guru dengan murid-murid
dengan murid. Sehingga dengan mudah diketahui apakah guru hanya
berinteraksi dengan semua murid atau hanya dengan sebagian murid,
apakah semua murid atau hanya sebagian murid yang terlibat proses
belajar mengajar.
3) Wide-lens techniques. Di sini supervisor membuat catatan yang lengkap
mengenai kejadian-kejadian di kelas dan cerita yang panjang lebar. Teknik
ini bisa juga disebut dengan anecdotal record.
4) Checklist and timeline coding. Disini supervisor mengobservasi dan
mengumpulkan data perilaku belajar mengajar. Perilaku pembelajaran ini
sebelumnya telah diklasifikasi atau dikategorikan. Checklist lainnya yang
bisa digunakan untuk mengarahkan observasi pengajaran adalah apa
yang disebut dengan istilah time line coding technique yang telah
dikembangkan sejak 20 tahun yang lalu, yang memang didesain untuk
mempelajari strategi pengajaran. Di sini, supervisor mencatat perilaku
guru maupun murid dalam waktu-waktu tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya selama waktu-waktu tertentu ditetapkan sebelumnya
disediakan selama proses pembelajaran.

Teknik ini bisa disediakan data terhadap guru yang mereka rasa harus
diobservasi dan dikembangkan. Instrumen ini bisa mengarahkan supervisor
dalam observasinya dan menyediakan balikan yang spesifik dalam klasifikasi
waktu yang diinginkan.

20. Tahap Pertemuan Balikan


Tahap ketiga dalam proses supervisi Klinis adalah tahap pertemuan
balikan. Pertemuan balikan dilakukan segera setelah melaksanakan observasi
pengajaran, dengan terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap hasil
observasi. Tujuan utama pertemuan balikan ini adalah ditindaklanjuti apa saja
yang dilihat oleh supervisor, sebagai observer, terhadap proses belajar

Supervisi Klinis Dalam Mutu Pendidikan | 107


mengajar. Pembicaraan dalam pertemuan balikan ini adalah ditekankan pada
identifikasi dan analisis persamaan dan perbedaan antara perilaku guru dan
murid yang direncanakan dan perilaku aktual guru dan murid, serta membuat
keputusan tentang apa dan bagaimana yang seharusnya akan dilakukan
sehubungan dengan perbedaan yang ada. Pertemuan balikan ini merupakan
tahap yang penting untuk mengembangkan perilaku guru dengan cara
memberikan balikan tertentu. Balikan ini harus deskriptif, spesifik, konkrit,
bersifat memotivasi, aktual, dan akurat sehingga betul-betul bermanfaat bagi
guru (Sergiovanni,2008).
Berikut ini beberapa langkah penting yang harus dilakukan selama
pertemuan balikan.
1) Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesannya terhadap
pengajaran yang dilakukan, kemudian supervisor berusaha memberikan
penguatan (reinforcement).
2) Menganalisa pencapaian tujuan pengajaran. Di sini supervisor
bersama guru mengidentifikasi perbedaan antara tujuan pengajaran
yang direncanakan dan tujuan pengajaran yang dicapai.
3) Menganalisa target keterampilan dan perhatian utama guru. Di sini
supervisor bersama guru mengidentifikasi target ketrampilan dan
perhatian utama yang telah dicapai dan yang belum dicapai. sehingga ia
dengan bebas melihat dan menafsirkannya sendiri.
4) Supervisor menanyakan perasaannya setelah menganalisis target
keterampilan dan perhatian utamanya.
5) Menyimpulkan hasil dari apa yang telah diperolehnya selama proses
supervisi Klinis.
6) Mendorong guru untuk merencanakan latihan-latihan berikut sekaligus
menetapkan rencana berikutnya.

Demikian tiga pokok dalam proses supervisi Klinis. Ketiga tahap ini
sebenarnya berbentuk siklus, yaitu tahap pertemuan awal, tahap observasi
mengajar, dan tahap pertemuan balikan. Rincian ketiga tahap ini telah
dibahas di muka, dan terangkum dalam gambar 2.1 berikut ini.

108 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Gambar 2.1 Siklus Supervisi Klinis
Sumber: Didapatkan dari Alexander Mackie. 1981.Supervision Of Practice
Teaching. Sydney, Australia: Primary, p. 2.

Dalam pelaksanaan supervisi klinis sangat diperlukan iklim kerja yang baik
dalam pertemuan awal, observasi pengajaran, maupun dalam pertemuan
balikan. Faktor yang sangat menentukan keberhasilan supervisi Klinis sebagai
satu pendekatan supervisi pengajaran adalah kepercayaan (trust) pada guru
bahwa tugas supervisor semata-mata untuk membantu mengembangkan
pengajaran guru. Upaya memperoleh kepercayaan guru ini memerlukan satu
iklim kerja yang oleh para teoritisi disebut dengan istilah kolegial (collegial).
Pelaksanaan supervisi Klinis bisa dikatakan telah memiliki iklim kolegial
apabila antara supervisor dan guru bukan”… Something that a superordinate
(an administrator or supervisor, for example)does to a teacher, but as a peer-
to-peeractivity” (Daresh : 1989, halaman 218). Di samping ini, untuk
melaksanakan supervisi Klinis sangat diperlukan kesediaan supervisor dan
guru untuk meluangkan waktunya. Setiap pelaksanaan supervisi Klinis akan
memerlukan waktu yang lama.

21. Supervisi Klinis Akademik menjadi Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan


Setelah diuraikan pengertian supervisi secara umum, tentu perlu pula
dipaparkan pengertian supervisi manajerial dan supervisi akademik. Hal ini
sesuai dengan dimensi kompetensi yang terdapat dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah. Dalam Peraturan tersebut, pengawas satuan pendidikan

Supervisi Klinis Dalam Mutu Pendidikan | 109


dituntut memiliki kompetensi supervisi manajerial dan supervisi akademik, di
samping kompetensi kepribadian, sosial, dan penelitian dan pengembangan.
Esensi dari supervisi manajerial adalah berupa kegiatan pemantauan,
pembinaan dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen
sekolah lainnya di dalam mengelola, mengadministrasikan dan melaksanakan
seluruh aktivitas sekolah, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien
dalam rangka mencapai tujuan sekolah serta memenuhi standar pendidikan
nasional. Adapun supervisi akademik esensinya berkenaan dengan tugas
pengawas untuk membina guru dalam meningkatkan mutu pembelajarannya,
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Peraturan Menteri ini juga mengisyaratkan bahwa dalam profesi
pengawas di Indonesia secara umum tidak dibedakan antara supervisor
umum dengan supervisor spesialis, kecuali untuk mata pelajaran dan/atau
jenis pendidikan tertentu. Sebagaimana dikemukakan oleh Made Pidarta
(2008) bahwa supervisor dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu supervisor
umum dan supervisor spesialis. Supervisor umum tugasnya berkaitan dengan
pemantauan pelaksanaan kurikulum serta upaya perbaikannya, dan
memotivasi guru untuk bekerja dengan penuh gairah, dan menangani
masalah-masalah pendidikan secara umum. Sedangkan supervisor spesialis
lebih berkonsentrasi pada perbaikan proses belajar mengajar, terutama
berkaitan dengan spesialisasi mereka. Mereka disebut pula dengan supervisor
bidang studi, dan dipandang sebagai ahli dalam bidang tertentu sehingga
mampu mengembangkan materi, pembelajaran, media dan bahan-bahan lain
yang dibutuhkan.
Glickman (1989), mendefinisikan supervisi akademik adalah serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola
proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan
demikian, berarti, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai
unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan
membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.
Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian
unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan,
bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka
menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan
salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya (Sergiovanni, 1987).
Penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai
suatu proses pemberian estimasi kualitas unjuk kerja guru dalam mengelola
proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan
supervisi akademik. Apabila dikatakan bahwa supervisi akademik merupakan

110 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya,
maka dalam pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian
kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan
dan cara mengembangkannya.
Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian unjuk
kerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat realita kondisi untuk
menjawab pertanyaan- pertanyaan, misalnya:
1. Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?,
2. Apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan murid-murid di dalam
kelas?,
3. Aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang
berarti bagi guru dan murid?,
4. Apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?,
5. Apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara
mengembangkannya?.

Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh


informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola kegiatan
pembelajaran.
Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan
penilaian unjuk kerja guru tidak berarti selesailah tugas atau kegiatan
supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan perancangan dan
pelaksanaan pengembangan kemampuannya. Dengan demikian, melalui
supervisi akademik guru akan semakin mampu memfasilitasi belajar bagi
murid-muridnya. Alfonso, Firth dan Neville (1981) menegaskan Instructional
supervision is herein defined as: behavior officially designed by the
organization that directly affects teacher behavior in such a way to facilitate
pupil learning and achieve the goals of organization. Menurut Alfonso, et. al.
(1985), ada tiga konsep pokok (kunci) dalam pengertian supervisi akademik.
Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan
mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. Inilah
karakteristik esensial supervisi akademik. Sehubungan dengan ini, janganlah
diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa
diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan perilaku guru. Tidak ada
satu pun perilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi semua guru
(Glickman,1995). Tegasnya, tingkat kemampuan, kebutuhan, minat, dan
kematangan profesional serta karakteristik personal guru lainnya harus
dijadikan dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan program supervisi akademik (Sergiovanni,1987).

Supervisi Klinis Dalam Mutu Pendidikan | 111


Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan
kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan
berakhirnya program pengembangan tersebut. Desain tersebut terwujud
dalam bentuk program supervisi akademik yang mengarah pada tujuan
tertentu. Oleh karena supervisi akademik merupakan tanggung jawab
bersama antara supervisor dan guru, maka alangkah baik jika programnya
didesain bersama oleh supervisor dan guru.
Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu
memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya. Secara rinci, tujuan supervisi
akademik akan diuraikan lebih lanjut berikut ini. Tujuan supervisi akademik
adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan
pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya (Glickman,1985).
Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh
guru semakin meningkat (Neagly,1980). Ada tiga tujuan supervisi akademik
(Neagly,1980) sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.2. Tiga Tujuan Supervisi

Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru


mengembangkan kemampuannya profesionalnya dalam memahami
akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan
menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu. Supervisi
akademik diselenggarakan dengan maksud untuk memonitor kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui
kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar,
percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan
sebagian murid-muridnya.

112 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan
kemampuannya dalam melaksanakan tugas- tugas mengajarnya, mendo-
rong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru
agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap
tugas dan tanggung jawabnya. Supervisi akademik yang baik adalah supervisi
akademik yang mampu berfungsi mencapai multi tujuan tersebut di atas
(Alfonso,1981). Tidak ada keberhasilan bagi supervisi akademik jika hanya
memerhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan
lainnya. Hanya dengan merefleksi ketiga tujuan inilah supervisi akademik
akan berfungsi mengubah perilaku mengajar guru. Pada gilirannya nanti
perubahan perilaku guru ke arah yang lebih berkualitas akan menimbulkan
perilaku belajar murid yang lebih baik. Berikut gambaran sistem pengaruh
perilaku supervisi akademik.

Gambar 2.3. Sistem Fungsi Supervisi Akademik


Sumber: Alfonso, RJ., Firth, G.R., & Neville, R.F. 1981. Instructional Supervision, A
Behavior System, Boston: Allyn and Bacon, Inc., p. 45.

Gambar 2.4 tersebut memperjelas kita dalam memahami sistem


pengaruh perilaku supervisi akademik. Perilaku supervisi akademik secara
langsung berhubungan dan berpengaruh terhadap perilaku guru. Ini berarti,
melalui supervisi akademik, supervisor mempengaruhi perilaku mengajar
guru sehingga perilakunya semakin baik dalam mengelola proses belajar
mengajar. Selanjutnya perilaku mengajar guru yang baik itu akan
mempengaruhi perilaku belajar murid. Dengan demikian, bisa disimpulkan
bahwa tujuan akhir supervisi akademik adalah terbinanya perilaku belajar
murid yang lebih baik.

C. SIMPULAN
Intisari yang dapat diperas dari bahasan ini adalah bahwa supervisi
merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah proses pendidikan
utamanya berkenaan dengan upaya peningkatan mutu para pelaku
pendidikan. Dalam operasional praksisnya, supervisi dapat mencakup seluruh

Supervisi Klinis Dalam Mutu Pendidikan | 113


bidang garapan pendidikan baik sektor manajerial (manajemen) maupun
akademik.
Peran supervisor memegang peran penting dalam keberhasilan supervisi,
oleh karenanya, bagi supervisor, kompetensi supervisor menjadi prasyarat
mutlak yang harus dimiliki terlebih dahulu sebelum melaksanakan supervisi,
di samping prinsip supervisi yang tentu juga harus dijaga dalam menjamin
pelaksanaan supervises sesuai pada relnya.
Prinsip tersebut tiada lain hanyalah untuk memenuhi tuntutan multi-
tujuan supervisi akademik, berupa pengawasan kualitas, pengembangan
profesional, dan memotivasi guru. Salah satu pendekatan yang dapat dipakai
untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui supervisi Klinis, yang pada
dasarnya bertujuan utama untuk membantu memodifikasi pola-pola
pengajaran yang tidak atau kurang efektif, sehingga dampak yang diharapkan
adalah peningkatan kapasitas kompetensi guru yang berbanding lurus dengan
kebermutuan proses belajar mengajar di kelas.
Berdasarkan bahasan di atas, beberapa poin berikut perlu diperhatikan,
diantaranya:
1. Perlunya peningkatan dan penjaminan kompetensi supervisor baik bagi
Pengawas maupun Kepala Sekolah demi menjamin optimalisasi
pencapaian hasil supervisi. Upaya ini dapat dilakukan melalui pengadaan
pendidikan dan pelatihan secara berkala, terpadu, dan komprehensif bagi
kalangan Pengawas dan Kepala Sekolah yang difasilitasi mulai dari Dinas
Pendidikan Setempat,
2. Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan perlu mendorong agar para
Pengawas dan Kepala Sekolah getol mendorong pelaksanaan supervisi
dalam tempo yang tertib dan jujur sehingga efektif-bermutu tidaknya
proses belajar mengajar di suatu satuan pendidikan dapat terdeteksi dan
tertangani sedini mungkin.
3. Aparat pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional
hingga Dinas Pendidikan Setempat perlu mendisiplinkan diri dalam hal
pengawalan terhadap pemenuhan kompetensi supervise baik supervise
manajemen maupun akademik dalam rekrutmen Pengawas
sekolah/madrasah. Hal ini berkenaan dengan harapan mengenai
minimnya praktek-praktek kongkalikong dalam pelaksanaan supervisi
pendidikan berkenaan dengan keperluan penilaian sebuah satuan
pendidikan. Dengan demikian mutu suatu satuan pendidikan dapat
didefinisikan secara objektif oleh pengguna jasa lulusan satuan
pendidikan.

114 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


DAFTAR PUSTAKA

Acheson, K. A., & Gall, M. D. (1997). Techniques in the clinical supervision of


the teachers: Preservice and inservice applications (4th ed.). White Palins,
NY: Longman.
Alfonso, RJ., et.al. 1981. Instructional Supervision, A Behavior System, Boston:
Allyn and Bacon, Inc.
Cogan, M.L. 1973. Clinical supervision. Boston: Houghton Mifflin. Glickman,
C.D 1985. Supervision of Instruction. Boston: Allyn And Bacon Inc.
Goldhammer, R., R. H. Anderson, dan R.A.Krajewski. 1981. Clinical Supervision:
Special Methods for the Supervision of Teaching. Second Edition. New
York: Holt, Rinehart, and Winston.
Gwynn, J.M. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead
& Company.
Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta. Dunia pustaka.
Neagley. 1980. Hand Book for Effective Supervision of Instruction. New Jersey:
Prentice Hall
Olivia, P.F. 1984. Supervision for Today’s School. Second Edition. White Plains,
New York: Longman.
Pidarta, Made. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Cet. 1, Jakarta: Bina
Aksara. Purwanto, M. Ngalim. 1987. Evaluasi dan Supervisi Pendidikan.
Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Jakarta.
Sergiovanni, T.J. 1987. The Principalship, A Reflective Practice
Perspective.Boston: Allyn and Bacon.
Usman, Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1982. Alat Penilaian
Kemampuan Guru: Buku
I Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.
----------------. 1982. Panduan Umum Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta:
Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.
.2000. Supervisi Pendidikan (Pelatihan Calon Kepala Sekolah). Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Supervisi Klinis Dalam Mutu Pendidikan | 115


.2008. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Direktorat Tenaga
Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional.
Wojowasito dan Poerwadarminta, WJS. 1980. Kamus Umum Bahasa
Indonesia. Bandung: Penerbit Balai Pustaka.

116 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


BAB
6

KONSEP EVALUASI DAN PROGRAM


SUPERVISI DAN MUTU PENDIDIKAN

H. Machrus Alie, Sobari, Ermawati

A. PENDAHULUAN
Dalam zaman yang terus berkembang ini, evaluasi merupakan hal yang
sangat penting untuk dilakukan. Karena evaluasi dalam sudut pandang yang
sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah tindakan introspeksi, tindakan
memperbaiki diri ini membantu orang-orang untuk beradaptasi. Teori
program evaluasi adalah serangkaian konseptual, hipotetikal, pragmatikal,
memiliki etika yang koheren dan merumuskan kerangka kerja untuk
membimbing pemahaman dan pelaksanaan evaluasi program.
Dalam praktiknya, tindakan adaptasi ini dapat berupa upaya dalam
menjaga kualitas SDM, memperbaiki kinerja instansi dan lain sebagainya.
Selain itu, ada juga evaluasi program pendidikan yang berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Evaluasi bukan lagi merupakan hal yang
asing dalam kehidupan masa sekarang, apalagi dalam dunia pendidikan.
Evaluasi program pendidikan merupakan proses yang penting dalam
manajemen, karena kunci penting dari proses manajemen pendidikan adalah
pengawasan dan perencanaan kegiatan, sedangkan evaluasi adalah
penunjang bagi kedua kegiatan tersebut. Yaitu penyedia informasi untuk
proses perencanaan dan untuk mengidentifikasi apa yang kurang dan perlu
diawasi untuk kegiatan yang akan mendatang berkaca dari kegiatan yang
telah dilakukan sebelumnya.
Sekarang ini banyak orang yang melakukan kegiatan evaluasi, tetapi tidak
mempunyai pemahaman terhadap istilah evaluasi tersebut. Hal ini tentunya
akan menimbulkan masalah dalam proses pendidikan pada umumnya, dan
proses pembelajaran pada khususnya. Karena aktivitas evaluasi tidak
mempunyai syarat evaluasi sebagai suatu konsep pendidikan, dan banyak
aktivitas evaluasi yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada. Oleh
karena itu guru atau calon guru harus dibekali bagaimana cara mengevaluasi
pembelajaran yang baik dan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Karena evaluasi bukan hanya suatu proses untuk mengklasifikasikan
keberhasilan atau kegagalan dalam belajar, tetapi juga sangat penting untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengajaran.

B. PENGERTIAN
Evaluasi merupakan proses sistematis dan berkelanjutan untuk
mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan
informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan,
menyusun kebijakan maupun menyusun program pada masa yang akan
datang. Evaluasi merupakan kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang merealisasikan atau mengimplementasikan
kebijakan tertentu, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan
terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang untuk
pengambilan keputusan Rusdiana (2017).
Mehren dan Lehmann (1978:5) dalam Riinawati (2021) menjelaskan
evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif
keputusan. Pengertian yang dikemukakan keduanya menunjukkan bahwa
evaluasi itu merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk
memperoleh informasi atau data dan berdasarkan informasi atau data
tersebut dibuat suatu keputusan. Selanjutnya menurut Alkin (1985:11) dalam
Riinawati (2021) evaluasi adalah suatu aktivitas sistematis untuk
mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan informasi yang dapat
digunakan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan program atau
proyek yang dievaluasi. Selanjutnya Guba dan Lincoln (1985:35) dalam
Riinawati (2021) memaparkan evaluasi adalah: a process for describing an
evaluation and judging its merit and worth (Evaluasi adalah proses atau
kegiatan untuk menentukan manfaat nilai sesuatu).
The Joint Committee sebagaimana dikutip Stufflebeam dan Shinkfield
(2007:9) menyatakan evaluation is the systematic assessment of the worth or
merit of an object (Evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang nilai,
harga atau manfaat dari suatu objek). Sistematik di sini menunjukkan bahwa
118 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
evaluasi harus dilakukan secara resmi atau formal dan sistematik, bukan
dilakukan sekedar formalitas dan asal-asalan.
Dari pengertian-pengertian di atas, evaluasi dapat diartikan sebagai
serangkaian proses dalam pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mendapatkan gambaran mengenai kebijakan atau keputusan apa yang harus
dilakukan dalam jangka pendek, menengah dan panjang dalam menjaga
keberadaan organisasi/instansi.

C. EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN


Merupakan proses pengumpulan data atau informasi ilmiah yang hasilnya
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan
dalam menentukan alternatif kebijakan terutama dalam bidang pendidikan.
Evaluasi program adalah upaya dalam menyampaikan informasi kepada
sang pengambil keputusan, karena sejatinya evaluator tidak berhak untuk
mengambil keputusan dalam suatu program.
Evaluasi program pendidikan juga dapat dikatakan sebagai pemberi
estimasi dalam pelaksanaan supervisi pendidikan untuk mengarahkan
kegiatan pendidikan agar efektif dan maju, serta mencapai tujuan supervisi
pendidikan yang telah ditetapkan. Subjek yang diharapkan dapat terlibat dan
berubah menjadi lebih baik dengan adanya evaluasi program pendidikan
adalah kepala sekolah (supervisor), guru dan murid.
Evaluasi program pendidikan bukan hanya mengevaluasi program saja,
namun juga proses dan hasil supervisi pendidikan, bahkan tidak hanya
terbatas pada subjek, namun ruang lingkupnya mencakup semua komponen
dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, diantaranya aspek personel, aspek
materiil dan aspek operasional.
Secara umum, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam evaluasi
pembelajaran, sistem atau program pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Fokus evaluasi, penentuan objek yang akan dievaluasi. Mengidentifikasi
dan mempertimbangkan tujuan, lalu mempertimbangkan elemen-elemen
penting yang akan diselidiki;
2. Perencanaan/desain evaluasi, merancang kegiatan sehingga diketahui
bagaimana proses evaluasi akan berjalan;
3. Pengumpulan informasi, mengidentifikasi permasalahan-permasalahan
yang ada untuk menjadi bahan evaluasi;
4. Pengolahan informasi, menyeleksi permasalahan yang terkumpul, lalu
dipilih yang perlu diutamakan untuk diteliti lebih lanjut;
5. Kesimpulan dan pelaporan hasil evaluasi, setelah masalah utama
terseleksi dan dilakukan evaluasi, perlu adanya ringkasan berupa hasil

Konsep Evaluasi dan Program Supervisi dan Mutu Pendidikan | 119


evaluasi yang nantinya dilaporkan untuk keperluan pengambilan
keputusan;
6. Pengelolaan/pemanfaatan hasil evaluasi. Hasil evaluasi berupa feedback,
penilaian terhadap proses, data berupa kekurangan dan kelebihan
program pendidikan dan lainnya dapat diolah kembali untuk digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk memilih alternatif dalam
pengambilan keputusan;
7. Meta-evaluasi, langkah terakhir adalah mengevaluasi proses evaluasi
yang telah dilakukan.

Langkah-langkah yang digambarkan melalui diagram oleh Riinawati (2021)


adalah sebagai berikut:

Input Transformasi Output Outcome

Umpan Balik

Gambar 1. Diagram Evaluasi Program


Sumber Data: Riinawati (2021)

Input merupakan bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi,


dalam hal ini adalah calon siswa baru. Output merupakan hal yang dihasilkan
oleh transformasi, contohnya adalah siswa yang berhak lulus. Sedangkan
transformasi adalah proses mengubah bahan mentah menjadi sesuatu yang
agar berada dalam keadaan matang, dalam hal ini adalah segala kegiatan
yang menuju perubahan antara calon siswa baru menjadi siswa yang berhak
lulus. Berbeda dengan output, outcome adalah hal yang lebih luas dan lebih
tinggi yang dapat diperoleh dari hasil transformasi baik itu masih
berhubungan dengan tujuan awal, maupun nilai baik yang tidak dijadikan
tujuan awal namun tetap didapatkan. Umpan balik adalah segala informasi
yang dapat dijadikan bahan evaluasi maupun meta-evaluasi yang nantinya
bisa dijadikan data untuk melakukan perbaikan dan pengambilan keputusan.
Dalam praktiknya, evaluasi program memiliki standar baku yang telah
ditetapkan, Komite Bersama (1994) telah mendefinisikan standar evaluasi
sebagai prinsip yang disepakati bersama oleh orang yang terlibat dalam
profesi evaluasi, dalam rangka meningkatkan kualitas dan keadilan evaluasi.
Adapun standar yang biasanya digunakan adalah:

120 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


1. Standar evaluasi program yang dikembangkan oleh Badan Komite
Bersama;
2. Standar evaluasi pendidikan dan diakreditasikan oleh Institut Standar
Nasional Amerika;
3. Panduan prinsip-prinsip bagi evaluator yang dikembangkan dan secara
resmi disahkan oleh Asosiasi Evaluasi Amerika dan Komite Etik;
4. Standar audit pemerintah yang dikembangkan oleh Kantor Akuntabilitas
Pemerintah AS dan diperlukan dalam Audit Program Pemerintah AS.

Standar evaluasi program memiliki fungsi yang spesifik, yaitu:


1. Memberikan prinsip-prinsip umum untuk mengatasi berbagai masalah
praktis dalam pekerjaan evaluasi;
2. Membantu memastikan bahwa evaluator akan menggunakan praktik
terbaik bidang evaluasi yang tersedia;
3. Memberikan arah untuk melakukan evaluasi perencanaan yang efisien
dan pertanyaan evaluasi yang bersangkutan;
4. Menyediakan konten utama untuk pelatihan dan pembimbingan
evaluator dan peserta lain dalam proses evaluasi;
5. Kehadiran evaluator dan konstituen mereka dilayani dengan bahasa yang
sama untuk mempermudah komunikasi dan kolaborasi;
6. Membantu arsip evaluator dan memelihara kredibilitas di antara profesi
lain;
7. Mendapatkan dan mempertahankan kredibilitas terhadap badan
pengawasan publik dan klien;
8. Mendapatkan dan memelihara kepercayaan publik di bidang evaluasi;
9. Melindungi konsumen dan masyarakat dari praktik-praktik berbahaya
atau merusak;
10. Menyediakan kriteria objektif untuk menilai dan memperkuat layanan
evaluasi;
11. Memberikan dasar untuk akuntabilitas oleh evaluator;
12. Memberikan dasar untuk mengadili klaim malapraktik dan sengketa
lainnya;
13. Menyediakan kerangka kerja konseptual dan definisi bekerja untuk
membantu panduan penelitian dan pengembangan evaluasi.

D. PERANAN EVALUASI PROGRAM


Dari segi positif dan negatif, peran evaluasi program memiliki kedua nilai
tersebut. Biasanya peran yang memiliki kesan negatif adalah evaluasi yang
hanya berfokus kepada hasilnya saja. Namun evaluasi program yang dianggap
memiliki nilai positif biasanya dapat menilai hal yang lebih penting daripada
Konsep Evaluasi dan Program Supervisi dan Mutu Pendidikan | 121
hanya hasil, contohnya program, konteks dan proses pelaksanaan evaluasi,
lebih luas namun tetap fokus pada tujuannya.
Agar peranannya optimal, evaluasi program harus dilakukan secara
berkelanjutan, terarah, tidak terpengaruh dari kelompok tertentu seperti
pemerintah, kebijakan ekonomi dan politik. Namun pada kenyataannya
hingga sekarang evaluasi program pendidikan masih terbelenggu oleh
kekuasaan pemerintah.
Evaluasi memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan dan memiliki
tujuan berikut:
1. Untuk mengetahui kemampuan siswa serta kesulitan siswa dan
melakukan upaya perbaikan (remedial).
2. Untuk mengetahui kemajuan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar
melalui berbagai kegiatan belajar.
3. Untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengetahui
kemajuannya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya
perbaikan.
4. Untuk memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku semua
selama proses pembelajaran sehingga guru dapat membantu
perkembangannya menjadi masyarakat dan pribadi yang berkualitas.
5. Untuk memberikan informasi yang tepat untuk membimbing siswa
memilih sekolah, atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat, dan
bakatnya.
6. Untuk memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina
kegiatan-kegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas
maupun masing-masing individu. (Devinta Puspita Sari dkk, 2018:1) dalam
Riinawati (2021)

E. TUJUAN EVALUASI PROGRAM


Evaluasi program bertujuan dalam mengidentifikasi kebutuhan setiap
individu lalu merancang pengalaman belajar dalam rangka memenuhi
kebutuhan individu tersebut. Tujuan evaluasi pendidikan dikatakan dan
memberi kejelasan bahwa suatu kegiatan yang disengaja dan bertujuan.
Kegiatan evaluasi dilakukan dengan sadar oleh guru dengan tujuan untuk
memperoleh kepastian mengenai keberhasilan belajar peserta didik dan
memberikan masukan kepada guru mengenai apa yang dia lakukan dalam
kegiatan pengajaran. Dengan kata lain, evaluasi yang dilakukan oleh guru
bertujuan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran yang disampaikan
apakah sudah di kuasai oleh peserta didik ataukah belum. Dan selain itu,
apakah kegiatan pengajaran yang dilaksanakannya itu sudah sesuai dengan
apa yang diharapkan atau belum.
122 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
Purwanto dan Suparman (1999) dalam Riinawati (2021) menjelaskan
bahwa tujuan evaluasi terdiri atas:
1. Mengkomunikasikan program kepada masyarakat. Laporan hasil atau
informasi dari evaluasi program yang dilakukan dapat memberikan
pemahaman kepada khalayak tentang program atau tentang
kinerja/performa. Oleh karena itu, mengkomunikasikan hasil evaluasi
program yang lebih lengkap dari sekedar angka-angka kepada masyarakat
memiliki keuntungan dan kebaikan terhadap program yang dievaluasi.
2. Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan. Informasi yang
dihasilkan dari evaluasi program akan berguna bagi setiap tahapan dari
manajemen program mulai sejak perencanaan, pelaksanaan ataupun
ketika akan mengulangi dan melanjutkan program. Hasil evaluasi dapat
dijadikan dasar bagi pembuatan keputusan, sehingga keputusan tersebut
valid dibandingkan keputusan yang hanya berdasarkan kepada intuisi saja.
Pembuat keputusan biasanya memerlukan informasi yang akurat agar
dapat memutuskan sesuatu secara tepat dan informasi akurat tersebut
antara lain dapat diperoleh dari kegiatan evaluasi yang dilaksanakan
secara sistematis. Penyediaan informasi hasil evaluasi bagi pembuat
keputusan tersebut tidak terbatas pada keputusan oleh pejabat
pemegang otoritas dalam institusi itu saja, tetapi bisa meliputi
pembuatan keputusan dalam berbagai level oleh pihak-pihak lain yang
terkait.
3. Menyempurnakan program yang ada. Suatu evaluasi program yang
dilaksanakan dengan baik dapat membantu upaya-upaya dalam rangka
penyempurnaan jalannya program sehingga lebih efektif. Dengan
instrumen yang ada, hasil yang dicapai dapat diukur dan diagnosis.
Berbagai kelemahan dan kendala yang mungkin timbul dapat ditemukan
dan dikenali, kemudian dianalisis serta ditentukan alternatif
pemecahannya yang paling tepat. Komponen-komponen dalam sistem
yang memiliki kekurangan dan kelemahan dapat dipelajari dan dicari
solusinya. Berdasarkan hasil evaluasi akan dapat diperoleh informasi
tentang dampak dari berbagai aspek program dan berhasil juga
teridentifikasi berbagai faktor yang diperlukan atau perlu
penyempurnaan.
4. Meningkatkan partisipasi dan pertumbuhan. Dengan adanya informasi
hasil evaluasi atas suatu program, maka masyarakat akan lebih terpanggil
untuk berpartisipasi dan ikut mendukung upaya-upaya peningkatan dan
penyempurnaan program. Hasil evaluasi program yang dimasyarakatkan
akan menggugah kepedulian masyarakat terhadap program, menarik
perhatiannya dan akhirnya menumbuhkan rasa ikut memiliki (sense of

Konsep Evaluasi dan Program Supervisi dan Mutu Pendidikan | 123


belonging) terhadap program tersebut. Apabila hal ini telah terbina maka
akan tercipta suatu kontrol eksternal yang ikut memacu dan mengawasi
pertumbuhan kualitas dari program yang bersangkutan. Adapun Menurut
Anas Sudijono, Tujuan Evaluasi pendidikan Itu terbagi menjadi dua yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan umum
Dalam hal tujuan umum ini dijelaskan bahwa Tujuan Evaluasi
Pendidikan adalah bertujuan untuk memperoleh data pembuktian,
yang akan menjadi petunjuk sampai di mana tingkat kemampuan dan
tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan kurikuler
serta bertujuan untuk mengukur, menilai tingkat efektifan mengajar
dan metode yang telah diterapkan oleh pendidik dalam proses
pendidikan. Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan
ada dua, yaitu:
1. Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan
dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atas taraf
kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Dengan kata lain, tujuan umum dari evaluasi dalam pendidikan
adalah untuk memperoleh data pembuktian, yang akan menjadi
petunjuk sampai di mana tingkat kemampuan dan tingkat
keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan-tujuan
kurikuler, setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam
jangka waktu yang telah ditentukan.
2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode
pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran
selama jangka waktu tertentu. Jadi tujuan umum yang kedua dari
evaluasi pendidikan adalah untuk mengukur dan menilai sampai
di manakah efektivitas mengajar dan metode-metode mengajar
yang telah diterapkan tau dilaksanakan oleh pendidik, serta
kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik.

b. Tujuan khusus
Sedangkan untuk tujuan khususnya pula, menurut Anas Sudijono
menjelaskan bahwa Evaluasi Pendidikan bertujuan untuk
memberikan rangsangan kepada peserta didik dalam menempuh
program pendidikan (mengumpulkan sikap untuk memperbaiki dan
meningkatkan prestasi), serta bertujuan untuk mencari dan
menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan
ketidakberhasilan proses pendidikan (Sri Marmoah, 2018: 226) dalam

124 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Riinawati (2021). Pendapat lain menyatakan bahwasanya Tujuan
Evaluasi Pendidikan adalah untuk menentukan keadaan suatu situasi,
sehingga dapat diusahakan langkah-langkah perbaikan untuk
meningkatkan mutu pendidikan. (A. Muri Yusuf, 2016: 18) dalam
Riinawati (2021).
Supervisi pendidikan juga bertujuan untuk meningkatkan usaha
pelaksanaan program pendidikan secara menyeluruh (personel,
materiil, maupun operasional.). Secara keseluruhan, tujuan evaluasi
program supervisi adalah sebagai berikut:
a) Perkembangan siswa dalam mencapai tujuan;
b) Kurikulum;
c) Praktik mengajar;
d) Kualitas dan pendayagunaan materi dan alat bantu mengajar;
e) Perkembangan personal dan profesional guru;
f) Hubungan sekolah dengan masyarakat.

F. FUNGSI EVALUASI
Fungsi atau manfaat evaluasi harus berdasarkan kepada tujuan program.
Karena evaluasi program dilakukan untuk mengukur tingkat ketercapaian
program tersebut, yang nantinya bahan evaluasi yang ada akan sangat
bermanfaat untuk mengambil keputusan sebagai bahan rekomendasi untuk
perbaikan proses, konteks, program, maupun hasil.
Menurut Riinawati (2021), fungsi evaluasi pendidikan dapat dibedakan
menjadi fungsi umum dan fungsi khusus, fungsi umum dibagi menjadi 7
bagian, diantaranya:
1. Fungsi sumatif, yang mengandalkan hasil evaluasi sebagai umpan balik
dalam perbaikan. Output berupa hasil evaluasi diharapkan dapat menjadi
informasi untuk memperbaiki input.
2. Fungsi formatif, yaitu untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi yang
ditentukan.
3. Fungsi rasional, yaitu sebagai dasar pembuatan rancangan kegiatan untuk
pembelajaran berikutnya.
4. Fungsi seleksi, yaitu fungsi yang menyaring siswa yang dapat melanjutkan
ke tahap berikutnya atau tidak. Contohnya ujian akhir semester,
penentuan kenaikan kelas, penjurusan, beasiswa.
5. Fungsi diagnostik, untuk mengetahui penyebab dari kekurangan dan
kelemahan siswa, guru mendiagnosis penyebab tersebut agar lebih
mudah mencari cara untuk mengatasinya.

Konsep Evaluasi dan Program Supervisi dan Mutu Pendidikan | 125


6. Fungsi sebagai pengukur keberhasilan, seperti nama fungsinya, fungsi ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu
program saat diterapkan. Keberhasilan program biasanya ditentukan oleh
beberapa faktor, yaitu: faktor guru, metode mengajar, kurikulum, dan
sistem administrasi.
7. Fungsi penempatan, jika fungsi seleksi biasanya menyaring dan
meluluskan sebagian besar, fungsi penempatan dilakukan untuk memilih
sebagian kecil saja untuk dijadikan unggulan dari siswa yang ada.
Biasanya siswa dipilih untuk menjadi juara kelas atau dimasukkan kepada
kelas percepatan atau unggulan. Hal ini dilakukan untuk menghargai
kemampuan individual, karena setiap anak yang memiliki bakat akan
lebih efektif jika disesuaikan dengan kemampuannya.

Sedangkan secara khusus, fungsi evaluasi dibagi menjadi 3, diantaranya:


1. Fungsi psikologis, dibagi menjadi 2 sudut pandang. Pertama (bagi peserta
didik), dengan evaluasi mereka akan mengenali status dan kapasitas
dirinya dibandingkan dengan teman dalam kelompok belajarnya. Mereka
akan mengetahui tingkatan mereka, apakah mereka berkemampuan
rendah, sedang, atau tinggi. Dan mereka juga akan mengetahui posisinya
diantara teman-teman yang lain. Kedua (bagi pendidik), evaluasi ini
berfungsi dalam mengetahui langkah-langkah apa saja yang perlu
dilakukan selanjutnya oleh pendidik berdasarkan pengalaman dalam
mendidik yaitu sejauh mana dia berhasil membawa hasil. Lalu jika sudah
mengetahui apa hasilnya, baik atau buruk, selanjutnya pendidik dapat
menetapkan di dalam hatinya dalam mengambil keputusan dan tindakan
berdasarkan perbedaan hasil yang diperoleh.
2. Fungsi didaktik, yaitu kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan di
sekolah. Bagi peserta didik akan dapat memberikan motivasi (dorongan)
kepada mereka untuk dapat memperbaiki, meningkatkan, dan
mempertahankan prestasinya, evaluasi tersebut misalnya, akan
menghasilkan nilai-nilai hasil belajar untuk masing-masing individu siswa.
Ada siswa yang nilainya kurang bagus (rendah), karena itu siswa tersebut
terdorong untuk memperbaikinya, agar untuk kedepannya tidak
serendah sekarang. Ada siswa yang nilainya tidak rendah tetapi merasa
kurang puas dengan nilainya sekarang, siswa tersebut akan memperoleh
dorongan untuk meningkatkan prestasi belajar kedepannya. Ada juga
siswa yang nilainya bagus dengan prestasi belajar tinggi, dengan nilai
yang sudah bagus itu siswa akan termotivasi untuk mempertahankan
prestasinya agar tidak mengalami penurunan kedepannya. Bagi Pendidik,
secara didaktik evaluasi pendidikan itu memiliki lima macam fungsi, yaitu:

126 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


a. Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah
dicapai oleh peserta didiknya. Di sini, evaluasi dikatakan berfungsi
memeriksa (mendiagnosa), yaitu memeriksa pada bagian-bagian
manakah para peserta didik pada umumnya mengalami kesulitan
dalam mengikuti proses pembelajaran, untuk selanjutnya dapat dicari
dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara pemecahannya. Jadi, di sini
evaluasi mempunyai fungsi diagnostik.
b. Memberikan informasi yang sangat berguna, untuk mengetahui posisi
masing-masing peserta didik di antara kelompoknya. Dalam
hubungan ini, evaluasi sangat diperlakukan untuk dapat menentukan
secara pasti, pada kelompok
c. manakah kiranya seorang peserta didik seharusnya ditempatkan.
Dengan kata lain: evaluasi pendidikan berfungsi: menempatkan
peserta didik menurut kelompoknya masing-masing; misalkan:
Kelompok Dr. Riinawati, M.Pd 33 Atas (=cerdas), Kelompok Tengah
(=rata-rata), dan Kelompok Bawah (=lemah). Jadi, di sini evaluasi
memiliki fungsi placement.
d. Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian
menetapkan status peserta didik. Dalam hubungan ini, evaluasi
pendidikan dilakukan untuk menetapkan, apakah seorang peserta
didik dapat dinyatakan lulus atau tidak lulus, dapat dinyatakan naik
kelas ataukah tinggal kelas, dapat diterima pada jurusan tertentu
ataukah tidak, dapat diberikan beasiswa ataukah tidak dan lain-lain.
Dengan demikian, evaluasi memiliki fungsi selektif.
e. Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar
bagi peserta didik yang memang memerlukannya. Berlandaskan pada
hasil evaluasi, pendidik dimungkinkan untuk dapat memberikan
petunjuk dan bimbingan kepada para peserta didik; misalnya: tentang
bagaimana cara belajar yang baik, cara mengatur waktu belajar, cara
membaca dan mendalami buku pelajaran dan sebagainya, sehingga
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik dalam
proses pembelajaran dapat diatasi dengan sebaik baik mungkin.
Dalam keadaan seperti ini, evaluasi dikatakan memiliki fungsi
bimbingan.
f. Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program
pengajaran yang telah ditentukan dan telah dicapai Di sini evaluasi
dikatakan memiliki fungsi instruksional, yaitu melakukan
pembandingan antara Tujuan Intstruksional Khusus (TIK) yang telah
ditentukan untuk masing-masing mata pelajaran dengan hasil-hasil

Konsep Evaluasi dan Program Supervisi dan Mutu Pendidikan | 127


belajar yang telah dicapai oleh para peserta didik bagi masing-masing
mata pelajaran tersebut, dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

3. Secara segi administratif, evaluasi pendidikan setidaknya memiliki tiga


macam fungsi, yaitu:
a. Memberikan Laporan
Dengan melakukan evaluasi, akan dapat disusun dan disajikan
laporan mengenai kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah
mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Laporan mengenai perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik
itu pada umumnya tertuang dalam bentuk Buku Laporan Kemajuan
Belajar Siswa, yang lebih dikenal dengan istilah Rapor (untuk dasar
dan menengah), atau Kartu Hasil Studi (KHS), bagi para peserta didik
di lembaga pendidikan tinggi, yang selanjutnya disampaikan kepada
para orang tua peserta didik tersebut pada setiap akhir semester.
b. Memberikan Bahan-bahan keterangan
Setiap keputusan pendidikan harus didasarkan kepada data yang
lengkap dan akurat. Dalam hubungan ini, nilai-nilai hasil belajar
peserta didik yang diperoleh dari kegiatan evaluasi, adalah
merupakan data yang sangat penting untuk keperluan pengambilan
keputusan pendidikan dan lembaga pendidikan: Apakah seorang
peserta didik dapat dinyatakan tamat belajar, dapat dinyatakan naik
kelas, tinggal kelas, lulus, ataukah tidak lulus, dan lain-lain.
c. Memberikan Gambaran
Gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam proses
pembelajaran tercermin antara lain dari hasil-hasil belajar para
peserta didik setelah dilakukannya evaluasi hasil belajar. Dari
kegiatan evaluasi hasil belajar yang telah dilakukan untuk berbagai
jenis mata pelajaran misalnya, akan dapat tergambar bahwa dalam
mata pelajaran tertentu (misal: Matematika dan IPA) pada umumnya
kemampuan peserta didik masih sangat memprihatinkan. Sebaliknya,
untuk mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila dan Ilmu
Pengetahuan Sosial, hasil belajar siswa pada umumnya sangat
menggembirakan. Gambaran tentang kualitas hasil belajar peserta
didik juga dapat diperoleh berdasarkan data berupa Nilai Ebtanas
Murni (NEM), Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), dan sebagainya.

128 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Adapun kegunaan yang dapat dipetik dari kegiatan evaluasi dalam bidang
pendidikan adalah:
a. Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi
tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program
pendidikan.
b. Terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi antara
program pendidikan yang telah dirumuskan, dengan tujuan yang hendak
dicapai.
c. Terbukanya kemungkinan untuk dapat dilakukannya usaha perbaikan,
penyesuaian dan penyempurnaan program pendidikan yang dipandang
lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehinga tujuan yang di cita citakan,
akan dapat dicapai dengan hasil yang sebaik-baiknya.

Sedangkan manfaat evaluasi program khususnya bagi supervisor sebagai


pengambil keputusan adalah:
a. Mengetahui pelaksanaan supervisi di sekolahnya;
b. Mengembangkan pendidikan dengan memberi pertimbangan;
c. Memperbaiki praktik pembinaan personel sekolah;
d. Memberi dorongan pada proses belajar mengajar di sekolah;
e. Memberi pertimbangan dan saran dalam pengelolaan sarana dan
prasarana;
f. Mengetahui partisipasi orang tua dan masyarakat dalam pelaksanaan
pendidikan;
g. Membina personel sekolah dalam mengelola kurikulum.

G. MODEL PENDEKATAN DAN KONSEP EVALUASI


Model evaluasi adalah desain evaluasi yang dibuat oleh pakar evaluasi
dalam melakukan tahapan atau proses evaluasi, ragam model evaluasi
menurut Stephen Isaac dapat dibedakan berdasarkan:
1. Orientasi pada tujuan program
2. Orientasi pada keputusan (decision)
3. Orientasi pada kegiatan dan orang-orang yang menanganinya
(transactional)
4. Orientasi pada pengaruh dan dampak program (research)

Meskipun model-model ini bervariasi, namun tujuannya sama yaitu


mengumpulkan data dan informasi yang berkenaan dengan objek evaluasi,
agar informasi-informasi yang ada dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk memutuskan kebijakan dalam banyaknya alternatif yang
ada.
Konsep Evaluasi dan Program Supervisi dan Mutu Pendidikan | 129
Sedangkan menurut Tayibnapis (2000), berdasarkan pendekatannya
program evaluasi dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Pendekatan kualitatif
Pendekatan ini mengandalkan sifatnya yang fleksibel dan memungkinkan
peneliti untuk menggali informasi sedalam-dalamnya namun tetap
ditentukan informasi apa yang ingin diperdalam, lalu pengumpulan
informasi ini tidak harus berhenti dengan alasan telah mencapai titik
jenuh kepuasan peneliti.
Adapun tahapan program dengan pendekatan kualitatif menurut Royse
et. Al. (2006) adalah:
a. Menentukan fokus evaluasi
b. Menentukan cara pengumpulan data
c. Menentukan instrumen, pengujian validitas dan realibilitas
d. Pengolahan data
e. Mempresentasikan hasil penelitian
f. Membuat kesimpulan

2) Pendekatan kuantitatif
Pendekatan ini melakukan pengujian teori yang dibangun dari sejumlah
variabel, dan melakukan pengukuran, analisis, dan pengujian yang
melibatkan angka untuk mencapai kesimpulan bahwa hasil penelitian
tersebut dapat membuktikan bahwa teori yang digunakan mengandung
kebenaran.
3) Pendekatan gabungan merupakan pendekatan yang menggabungkan
sifat, proses, maupun bentuk pendekatan dari kualitatif dan kuantitatif
untuk menyempurnakan hasil penelitian karena pendekatan gabungan
dianggap mempunyai hasil penelitian yang bermakna dalam seperti hasil
kualitatif dan meluas di permukaan seperti kuantitatif

Mengenai konsep evaluasi, Abdullah (1987) mengemukakan bahwa


dalam pengimplementasian atau pelaksanaan suatu program yang dipandang
sebagai suatu proses, ada tiga unsur utama dalam pelaksanaan sebuah
evaluasi, yaitu:
1) Adanya program yang dapat menjadi ukuran utama dalam melaksanakan
kegiatan;
2) Target grup, yaitu kelompok yang menjadi sasaran dari program yang
akan dilaksanakan oleh pemerintah;
3) Unsur-unsur pelaksana, yaitu pihak mana saja yang terlibat dalam
pelaksanaan program yang dibuat.

130 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


DAFTAR PUSTAKA

Riinawati. 2021. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Thema


Publishing
Rusdiana, H.A. 2017. Manajemen Evaluasi Program Pendidikan. Bandung:
Pustaka Setia

Konsep Evaluasi dan Program Supervisi dan Mutu Pendidikan | 131


132 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
BAB
7

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DAN


PENGAWASAN MUTU SEKOLAH

Amir Supriatna, Cucu Suwandana, Revita Yanuarsari

A. PENDAHULUAN
Lembaga pendidikan adalah pusat lahirnya sumber daya manusia yang
unggul di masa mendatang. Melalui pendidikan generasi muda Indonesia
dapat bereksplorasi memupuk mental dan memiliki daya saing tinggi. Setiap
lembaga pendidikan berkewajiban untuk bisa mencapai visi, misi dan tujuan
yang telah dirumuskannya. Dalam mewujudkannya tidak lepas dari
kemampuan kepala sekolah itu sendiri, dalam hal ini adalah kepala sekolah
harus memiliki kompetensi kepala sekolah sebagai kunci dari pada kemajuan
lembaga pendidikan. Kepala sekolah merupakan sosok kunci dari sebuah
sistem manajemen sekolah. Hal ini memberikan arti bahwa sosok kepala
sekolah harus mampu menjaga iklim positif yang ada di sekolah, mendorong
guru-guru untuk bersemangat dalam meningkatkan kompetensinya,
merangkul semua stafnya agar dapat bekerja dengan baik sehingga kondisi
lingkungan sekolah menjadi nyaman dan yang paling penting peran kepala
sekolah adalah dapat mendorong para siswa untuk memiliki prestasi yang
gemilang. Hal ini semua tak lepas dari peran kepala sekolah sebagai
pemegang otoritas secara formal sebagai pemimpin bagi sekolahnya. Kepala
sekolah dalam menjalankan tugasnya tentu tidak sendiri. Dengan
kemampuan manajerial dimilikinya, kepala sekolah diharapkan bisa
memberdayakan seluruh guru dan stafnya untuk menjalankan sistem sekolah
dalam mencapai visi yang telah ditetapkan. Kepemimpinan kepala sekolah
mempengaruhi kualitas dari sekolah. Kepala sekolah memegang peranan
penting dalam roda kependidikan di sekolah sehingga bisa dikatakan bahwa
kepala sekolah merupakan ujung tombak dari keberhasilan pencapaian
tujuan sekolah. Kompetensi kepala sekolah sangat penting agar apa yang
dicita-citakan bisa terwujud. Kecakapan kepala sekolah berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah adalah kompetensi kepribadian,
kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi,
dan kompetensi sosial. Saat ini, kita berada di era abad ke-21, kondisi dimana
teknologi dan informatika berkembang sangat pesat. Perkembangan ini tentu
akan mempengaruhi tujuan pendidikan Indonesia yang berdampak pada
tuntutan perubahan kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah agar
mampu bersaing di abad ke-21.
Mutu pendidikan tidak akan berhasil jika dicapai karena faktor kepala
sekolah dan guru saja. Tenaga pendidikan lainya seperti pengawas juga
memberikan kontribusi yang signifikan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Disadari ataupun tidak disadari, mutu pengawasan akan mempengaruhi mutu
guru, mutu guru akan mempengaruhi mutu proses pembelajaran, proses
pembelajaran yang bermutu akan menghasilkan murid yang bermutu, dan
pada akhirnya jika semua bersinergi akan mempengaruhi mutu pendidikan
secara keseluruhan.
Peranan kepala sekolah dalam mengelola sekolah terutama dalam mutu
dan kualitas pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Kepala sekolah
dan pengawas merupakan penggerak dalam meningkatkan sumber daya
sekolah terutama pendidik dan peserta didik. Kepala sekolah dan pengawas
bertanggung jawab untuk membina dan mengawasi jalannya proses
pendidikan. Pendidik atau guru dibina dalam kegiatan supervisi pendidikan.
Kepala sekolah sebagai supervisor mengadakan kunjungan kelas pada saat
guru mengajar di kelas. Sehingga proses pendidikan berlangsung kondusif dan
efektif, serta menghasilkan peserta didik yang bermutu dan berkualitas.

B. KOMPETENSI
a. Pengertian Kompetensi
Kompetensi menurut Wibowo (2016) adalah suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas
keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut
oleh pekerjaan tersebut. Menurut Mc Clelland mendefinisikan kompetensi
(competency) sebagai karakteristik yang mendasar yang dimiliki seseorang
yang berpengaruh langsung terhadap, atau dapat mendeskripsikan, kinerja
yang sangat baik. Dengan kata lain, kompetensi adalah apa yang para
outstanding performers lakukan lebih sering pada lebih banyak situasi dengan
134 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
hasil yang lebih baik, daripada apa yang dilakukan para average performers.
(Zainal, Veithzal Rivai, dkk. 2015).
Menurut Satori (2007) menyebutkan kompetensi berasal dari bahasa
Inggris competency yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang. Jadi
kompetensi adalah performa yang mengarah pada pencapaian tujuan secara
tuntas menuju kondisi yang diinginkannya.

b. Karakteristik Kompetensi
Menurut Spencer dan Spencer dalam Wibowo (2016) kompetensi
terbentuk dari lima karakteristik, yaitu:
1) Motif
Sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan orang yang
menyebabkan tindakan. Motif mendorong, mengarahkan, dan memilih
perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu.
2) Sifat
Karakteristik fisik dan respons yang konsisten terhadap situasi atau
informasi. Kecepatan reaksi dan ketajaman mata merupakan ciri fisik
kompetensi seorang pilot tempur.
3) Konsep Diri
Sikap, nilai-nilai, atau citra diri seseorang. Percaya diri merupakan
keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalam hampir setiap situasi
adalah bagian dari konsep diri orang.
4) Pengetahuan
Informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik. Pengetahuan adalah
kompetensi yang kompleks. Skor pada tes pengetahuan sering gagal
memprediksi prestasi kerja karena gagal mengukur pengetahuan dan
keterampilan dengan cara yang sebenarnya dipergunakan dalam
pekerjaan.
5) Keterampilan
Kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu. Kompetensi
mental atau keterampilan kognitif termasuk berpikir analitis dan
konseptual.

c. Indikator Kompetensi
Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi kompetensi
karyawan suatu perusahaan, indikator kompetensi menurut Ruky dalam
Fadillah, dkk (2017), yaitu:
1) Karakter pribadi (traits)
2) Karakter pribadi adalah karakteristik fisik dan reaksi atau respon yang
dilakukan secara konsisten terhadap suatu situasi atau informasi.

Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawasan Mutu Sekolah | 135


3) Konsep diri (self concept)
Konsep diri adalah perangkat sikap, sistem nilai atau citra diri yang
dimiliki seseorang.
4) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang terhadap suatu
area spesifik tertentu.
5) Keterampilan (skill)
Keterampilan adalah kemampuan untuk mengerjakan serangkaian tugas
fisik atau mental tertentu.
6) Motivasi kerja (motives)
Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau dikehendaki
oleh seseorang, yang selanjutnya akan mengarahkan, membimbing, dan
memilih suatu perilaku tertentu terhadap sejumlah aksi atau tujuan.

Sedangkan Wibowo (2016) menjelaskan ada beberapa tipe kompetensi


yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Planning Competency
Dikaitkan dengan tindakan tertentu seperti menetapkan tujuan, menilai
resiko dan mengembangkan urutan tindakan untuk mencapai tujuan.
2) Influence Competency
Dikaitkan dengan tindakan seperti mempunyai dampak pada orang lain,
memaksa melakukan tindakan tertentu atau membuat keputusan
tertentu, dan memberi inspirasi untuk bekerja menuju tujuan organisasi.
3) Communication Competency
Dalam bentuk kemampuan berbicara, mendengarkan orang lain,
komunikasi tertulis dan nonverbal.
4) Interpersonal Competency
Meliputi, empati, membangun konsensus, networking, persuasi, negosiasi,
diplomasi, manajemen konflik, menghargai orang lain, dan jadi team
player.
5) Thinking Competency
Berkenaan dengan, berpikir strategis, berpikir analitis, berkomitmen
terhadap tindakan, memerlukan kemampuan kognitif, mengidentifikasi
mata rantai dan membangkitkan gagasan kreatif.
6) Organizational Competency
Meliputi kemampuan merencanakan pekerjaan, mengorganisasi sumber
daya mendapatkan pekerjaan dilakukan, mengukur kemampuan, dan
mengambil resiko yang diperhitungkan.

136 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


7) Human Resouces Management Competency
Merupakan kemampuan dalam bidang team building, mendorong
partisipasi, mengembangkan bakat, mengusahakan umpan balik kinerja,
dan menghargai keberagaman.
8) Leadership Competency
Merupakan kompetensi meliputi kecakapan memposisikan diri,
pengembangan organisasional, mengelola transisi, orientasi strategis,
membangun visi, merencanakan masa depan, menguasai perubahan dan
mempelopori kesehatan tempat kerja.
9) Client Service Competency
Merupakan kompetensi berupa mengidentifikasi dan menganalisis
pelanggan, orientasi pelayanan dan pengiriman, bekerja dengan
pelanggan, tindak lanjut dengan pelanggan, membangun partnership dan
berkomitmen terhadap kualitas.
10) Bussines Competency
Merupakan kompetensi yang meliputi manajemen finansial, keterampilan
pengambilan keputusan bisnis, bekerja dalam sistem, menggunakan
ketajaman bisnis, membuat keputusan bisnis dan membangkitkan
pendapatan.
11) Self Management Competency
Kompetensi berkaitan dengan menjadi motivasi diri, bertindak dengan
percaya diri, mengelola pembelajaran sendiri, mendemonstrasikan
fleksibilitas, dan berinisiatif.
12) Technical/Operational Competency
Kompetensi berkaitan dengan mengerjakan tugas kantor, bekerja dengan
teknologi komputer, menggunakan peralatan lain, mendemonstrasikan
keahlian teknis dan profesional dan membiasakan bekerja dengan data
dan angka.

d. Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi


Zwell dalam Wibowo (2016) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kecakapan kompetensi seseorang, yaitu
sebagai berikut:
1) Keyakinan dan Nilai-nilai
Keyakinan orang tentang dirinya maupun terhadap orang lain akan sangat
mempengaruhi perilaku.
2) Keterampilan
Keterampilan memainkan peran di kebanyakan kompetensi. Berbicara
didepan umum merupakan keterampilan yang dapat dipelajari,
dipraktikkan, dan diperbaiki.

Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawasan Mutu Sekolah | 137


3) Pengalaman
Keahlian dari banyak kompetensi memerlukan pengalaman
mengorganisasi orang, komunikasi di hadapan kelompok, menyelesaikan
masalah, dan sebagainya.
4) Karakteristik Kepribadian
Kepribadian dapat mempengaruhi keahlian manajer dan pekerja dalam
sejumlah kompetensi, termasuk dalam penyelesaian konflik,
menunjukkan kepedulian interpersonal, kemampuan bekerja dalam tim,
memberikan pengaruh dan membangun hubungan.
5) Motivasi
Motivasi merupakan faktor dalam kompetensi yang dapat berubah.
Dengan memberikan dorongan, apresiasi terhadap pekerja bawahan,
memberikan pengakuan, dan perhatian individual dari atasan dapat
mempunyai pengaruh terhadap motivasi seseorang bawahan.
6) Isu Emosional
Hambatan emosional dapat membatasi penguasaan kompetensi. Takut
membuat kesalahan, menjadi malu, merasa tidak disukai, atau tidak
menjadi bagian, semuanya cenderung membatasi motivasi dan inisiatif.
7) Kemampuan Intelektual
Kompetensi tergantung pada pemikiran kognitif sepeti pemikiran
konseptual dan pemikiran analitis. Tidak mungkin memperbaiki melalui
setiap intervensi yang diwujudkan suatu organisasi.
8) Budaya Organisasi
Budaya organisasi mempengaruhi kompetensi sumber daya manusia
dalam kegiatan seperti: rekrutmen dan seleksi karyawan, praktik
pengambilan keputusan.

e. Mengatasi Hambatan Kompetensi


Zwell dalam Wibowo (2016) menyebutkan bahwa adanya faktor-faktor
yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki kompetensi, yaitu sebagai
berikut:
1) Mengalami Kekurangan Kompetensi (Admitting Incopetence)
Sering kali terjadi orang menutupi kekurangannya agar tidak diketahui
orang lain. Budaya berusaha selalu tampil baik mengandung bahaya tidak
menyadari kekurangan dalam kompetensi. Untuk itu, ada baiknya orang
mengakui dengan terus terang akan kekurangan dalam kompetensinya
sehingga dapat dilakukan usaha untuk memperbaikinya.
2) Meningkatkan Harapan (Raising Expectations)
Pekerjaan manajer dan coach termasuk membantu orang memperluas
visi atas pekerjaan mereka sehingga mereka dapat memanfaatkan bakat,

138 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


kemampuan, dan potensinya. Coach perlu terus menerus meningkatkan
pekerja atas visinya, mendorong mereka untuk bekerja keras mencapai
visi dengan perilaku saat ini, dan membantu mereka mengembangkan
tujuan dan langkah tindak untuk mengatasi kesenjangan.
3) Mengidentifikasi Hambatan (Identifying Barries)
Apabila terdapat hambatan terhadap kinerja dan pencapaian prestasi,
penting sekali untuk mengidentifikasi sifat dari hambatan tersebut
sehingga dapat diatasi secara efektif. Kebanyakan hambatan dapat
dikategorikan dalam pengetahuan, keterampilan, proses, dan emosional.
4) Memasukkan Mekanisme Dukungan (Including Support Mechanism)
Mekanisme dukungan yang dapat dipergunakan organisasi dan pekerja
untuk membantu memastikan rencana kinerja pekerjaan.

C. KEPALA SEKOLAH
a. Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu kata “kepala” dan “sekolah”.
Kata kepala dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu
organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah merupakan sebuah
lembaga yang digunakan sebagai tempat menerima dan memberi pelajaran.
Apabila kedua istilah tersebut digabungkan akan lahir istilah baru yakni
kepala sekolah yang mempunyai arti tersendiri.
Wahjosumidjo (2003) menyatakan bahwa, kepala sekolah dapat
didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar,
atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran
dan murid yang menerima pelajaran. Sagala (2010) mengemukakan bahwa,
kepala sekolah adalah orang yang diberi tugas dan tanggung jawab mengelola
sekolah, menghimpun, memanfaatkan, dan menggerakkan seluruh potensi
sekolah secara optimal untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah jabatan formal yang
diberikan tugas dan tanggung jawab untuk memimpin sebuah sekolah dengan
memanfaatkan segala potensi yang ada di sekolah maupun di luar sekolah
dan bertanggung jawab penuh terhadap kelancaran proses belajar mengajar
di sekolah.

b. Tugas dan Peran Kepala Sekolah


Dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah, seorang kepala
sekolah mempunyai tugas dan peran-peran yang harus dijalankan. Adapun
tugas pokok kepala sekolah berdasarkan Pasal 15 Permendikbud Nomor 6

Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawasan Mutu Sekolah | 139


Tahun 2018 Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah adalah sebagai
berikut:
1) Beban kerja kepala sekolah sepenuhnya untuk melaksanakan tugas pokok
manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada guru
dan tenaga kependidikan.
2) Beban kerja kepala sekolah bertujuan untuk mengembangkan sekolah
dan meningkatkan mutu sekolah berdasarkan 8 (delapan) standar
nasional pendidikan.
3) Dalam hal terjadi kekurangan guru pada satuan pendidikan, kepala
sekolah dapat melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan
agar proses pembelajaran atau pembimbingan tetap berlangsung pada
satuan pendidikan yang bersangkutan.
4) Kepala sekolah yang melaksanakan tugas pembelajaran atau
pembimbingan tersebut merupakan tugas tambahan di luar tugas
pokoknya.
5) Beban kerja bagi kepala sekolah yang ditempatkan di SILN selain
melaksanakan beban kerja juga melaksanakan promosi kebudayaan
Indonesia.

Dari penjelasan di atas, adapun rincian dari tugas pokok kepala sekolah
menurut Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1) Tugas Pokok Manajerial
a. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah
b. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah
c. Memimpin sekolah/madrasah
d. Mengelola perubahan dan pengembangan
e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif
bagi pembelajaran peserta didik
f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia
g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah
h. Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat
i. Mengelola peserta didik
j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran
k. Mengelola keuangan sekolah
l. Mengelola ketatausahaan sekolah
m. Mengelola unit layanan khusus sekolah
n. Mengelola sistem informasi sekolah

140 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen sekolah
p. Mewujudkan peningkatan kinerja sekolah
q. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan

2) Tugas Pokok Pengembangan Kewirausahaan


a) Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah
b) Menerapkan kepemimpinan dalam mencapai keberhasilan sekolah
sebagai organisasi pembelajar yang efektif
c) Memotivasi guru dan tenaga kependidikan untuk sukses dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
d) Memotivasi peserta didik
e) Mengembangkan pengelolaan kegiatan produksi sekolah sebagai
sumber belajar peserta didik

3) Tugas Pokok Supervisi


a) Merencanakan program supervisi
b) Melaksanakan program supervisi
c) Menindaklanjuti program supervisi

Selain itu, tugas dan peran kepala sekolah menurut Mulyasa (2004),
dibagi menjadi tujuh pokok bagian yaitu: sebagai pendidik (educator), sebagai
manajer, sebagai administrator, sebagai supervisor (penyelia), sebagai leader
(pemimpin), sebagai inovator, serta sebagai motivator. Adapun penjelasan
tugas dan peran- peran kepala sekolah tersebut diuraikan sebagai berikut:
a) Kepala Sekolah sebagai Educator (pendidik). Kepala sekolah merupakan
guru yang diberikan tugas sebagai kepala atau pimpinan sekolah, oleh
karenanya kepala sekolah juga memiliki tugas untuk mendidik. Tugas
pokok dan fungsi (tupoksi) kepala sekolah sebagai pendidik (educator)
yaitu melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler dan kurikuler untuk siswa,
menyusun program pembelajaran, melaksanakan program pembelajaran,
melakukan evaluasi pembelajaran, melakukan pembinaan siswa, dan
memberikan layanan konseling pada siswa. Kepala sekolah sebagai
educator harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Strategi tersebut
seperti menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat
kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga
kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik.
(Mulyasa, 2004). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas
kepala sekolah sebagai educator/pendidik merupakan tugas pokok dan

Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawasan Mutu Sekolah | 141


fungsi kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan pembinaan kepada
guru, staf, dan siswa, melakukan penyusunan pembelajaran,
melaksanakan program pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajaran,
serta menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif untuk pembelajaran
bagi semua masyarakat sekolah.
b) Kepala Sekolah sebagai Manajer. Sekolah merupakan sebuah organisasi,
sehingga perlu dilakukan pengelolaan/kegiatan manajemen agar sumber
daya yang ada di dalamnya dapat didayagunakan secara efektif dan
efisien sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah
memiliki peran sebagai manajer. Menurut Pidarta (Mulyasa, 2004),
terdapat tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang manajer,
yaitu: (a) keterampilan konsep, merupakan keterampilan untuk
memahami dan mengoperasikan organisasi, (b) keterampilan manusiawi
yaitu keterampilan untuk bekerja sama, memotivasi, dan memimpin,
serta (c) keterampilan teknis yaitu keterampilan dalam menggunakan
pengetahuan, metode, teknik, serta perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas tertentu. Lebih lanjut, Mulyasa (2004) menyatakan bahwa kepala
sekolah harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugasnya
sebagai manajer, yang diwujudkan dalam kemampuan menyusun
program sekolah, organisasi personalia, memberdayakan tenaga
kependidikan, dan mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal.
Kegiatan manajerial yang harus dilakukan oleh kepala sekolah meliputi:
membuat perencanaan sekolah, Rencana Kerja Sekolah (RKS), Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), menyusun pedoman dan jadwal
kegiatan sekolah, serta struktur organisasi sekolah, mengelola pendidik
dan tenaga kependidikan, mengelola siswa, mengelola sarana dan
prasarana sekolah, mengelola pembiayaan sekolah, melakukan evaluasi
sekolah. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagai
manajer, kepala sekolah mempunyai tugas mengelola sumber daya
sekolah yakni membuat perencanaan sekolah (RKS, RKAS), menyusun
pedoman dan jadwal kegiatan sekolah, struktur organisasi sekolah,
mengelola tenaga pendidik, siswa, keuangan, kurikulum, humas, fasilitas,
dan komponen yang lain, untuk dapat didayagunakan semaksimal
mungkin, sehingga dapat mencapai tujuan sekolah secara efektif dan
efisien.
c) Kepala Sekolah Sebagai Administrator. Kepala sekolah sebagai
administrator memiliki hubungan sangat erat dengan berbagai aktivitas
pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan
pendokumenan seluruh program sekolah. Sebagai administrator, kepala
sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum,

142 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia,
mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi
kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Menyusun administrasi
sekolah meliputi:
1. Administrasi program pengajaran, meliputi menyusun jadwal
pelajaran sekolah, daftar pembagian tugas guru, daftar pemeriksaan
persiapan mengajar, daftar penyelesaian kasus khusus di sekolah,
daftar hasil UAS, rekapitulasi kenaikan kelas, daftar penyerahan ijazah,
catatan pelaksanaan supervisi kelas, laporan penilaian hasil belajar.
2. Administrasi kesiswaan, meliputi menyusun administrasi penerimaan
siswa baru, buku induk siswa dan buku klaper, daftar jumlah siswa,
buku absensi siswa, surat keterangan pindah sekolah, daftar mutasi
siswa selama semester, daftar peserta UAS, daftar kenaikan kelas,
daftar rekapitulasi kenaikan kelas/lulusan, tata tertib siswa.
3. Administrasi pegawai, meliputi menyusun daftar kebutuhan pegawai,
daftar usulan pengadaan pegawai, data kepegawaian, daftar hadir
pegawai, buku penilaian PNS, dan file-file kepegawaian lainnya.
4. Administrasi keuangan, meliputi menyusun buku kas, rangkuman
penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah, laporan penerimaan
dan pengeluaran anggaran sekolah.
5. Administrasi perlengkapan, meliputi menyusun buku pemeriksaan
perlengkapan/barang, buku inventaris perlengkapan/barang, daftar
usul pengadaan perlengkapan/barang. Dari penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa tugas kepala sekolah sebagai administrator
merupakan tugas untuk melaksanakan penyusunan pada semua
sumber daya yang terdapat di sekolah, baik dari pendidik/non
pendidik dan siswa, sarana dan prasarana, serta sumber daya
pembelajarannya sehingga seluruh program dan administrasi sekolah
dapat berjalan dengan lancar.

d) Kepala Sekolah sebagai Supervisor. Tugas kepala sekolah sebagai


supervisor adalah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
kependidikan. Kepala sekolah harus bisa membina, mengarahkan,
membantu guru-guru dalam mengatasi masalah yang dihadapi pada
proses pembelajaran. Menurut Mulyasa (2004), kepala sekolah sebagai
supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan
melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan
hasilnya. Tugas kepala sekolah sebagai supervisor adalah menyusun
program supervisi, melaksanakan program supervisi, memanfaatkan hasil
supervisi yang meliputi pemanfaatan hasil supervisi untuk

Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawasan Mutu Sekolah | 143


peningkatan/pembinaan kinerja guru/staf dan pemanfaatan hasil
supervisi untuk pengembangan sekolah. Dalam melaksanakan
peranannya sebagai supervisor kepala sekolah bisa melakukan kegiatan
diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi
pembelajaran. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya kesadaran guru untuk meningkatkan
kinerjanya dan meningkatkan keterampilan guru dalam melaksanakan
tugasnya.
e) Kepala Sekolah sebagai Leader. Kepala sekolah sebagai leader/pemimpin
hendaknya mampu menggerakkan bawahannya agar bersedia
melaksanakan tugasnya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan
sekolah. Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan
petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan,
membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. (Mulyasa,
2004). Tugas pokok dan fungsi yang harus dilaksanakan oleh kepala
sekolah sebagai pemimpin yaitu merumuskan dan menjabarkan visi, misi
dan tujuan sekolah, melakukan dan bertanggungjawab dalam
pengambilan keputusan, memberi teladan dan menjaga nama baik
lembaga, menjalin komunikasi dan kerja sama dengan masyarakat
sekolah, melakukan analisis kebutuhan guru, memantau dan menilai
kinerja guru dan staf. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah
sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap
tenaga kependidikan, pemahaman terhadap visi-misi sekolah,
kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi
(Mulyasa, 2004). Sementara itu, Wahjosumidjo (2010) mengemukakan
bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin dituntut untuk selalu (1)
bertanggung jawab agar para guru, staf, dan siswa menyadari akan tujuan
sekolah yang telah ditetapkan, (2) bertanggung jawab untuk
menyediakan segala dukungan, peralatan, fasilitas, berbagai peraturan,
dan suasana yang mendukung kegiatan, (3) memahami motivasi setiap
guru, staf, dan siswa, (4) menjadi sumber inspirasi bawahan, (5) kepala
sekolah harus selalu dapat menjaga, memelihara keseimbangan antara
guru, staf dan siswa di satu pihak dan kepentingan sekolah, serta
kepentingan masyarakat dipihak lain, (6) kepala sekolah harus menyadari
bahwa esensi kepemimpinan adalah kepengikutan artinya kepemimpinan
tidak akan terjadi apabila tidak didukung pengikut atau bawahan, (7)
kepala sekolah harus memberikan bimbingan, mengadakan koordinasi
kegiatan, mengadakan pengendalian/pengawasan dan mengadakan
pembinaan agar masing-masing anggota/bawahan memperoleh tugas
yang wajar dalam beban dan hasil usaha bersama. Kepala sekolah sebagai

144 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


leader/pemimpin harus mampu menyusun dan menerapkan visi misi
sekolah, menggerakkan bawahannya agar bersedia melaksanakan tugas
yang menjadi tanggung jawabnya dengan komitmen yang tinggi,
mengambil keputusan terhadap setiap langkah dalam kegiatan dan
kendala yang dihadapi sekolah. Tugas kepala sekolah dalam hal ini
termasuk pemberian motivasi, pembimbingan serta pengarahan kepada
guru/staf dalam pelaksanaan tugasnya.
f) Kepala Sekolah sebagai Inovator. Kepala sekolah sebagai tokoh sentral
penggerak organisasi sekolah harus mampu menciptakan hal-hal yang
baru untuk mengembangkan sekolah yang dipimpinnya, dalam hal ini
kepala sekolah juga berperan sebagai inovator. Dalam rangka melakukan
peran dan fungsinya sebagai inovator, Mulyasa (2004) menyatakan
bahwa kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin
hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru,
mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh
tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model
pembelajaran inovatif. Lebih lanjut, Mulyasa (2004) menjelaskan bahwa.
Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-caranya dalam
melakukan pekerjaan secara (1) konstruktif, yaitu membina setiap tenaga
kependidikan untuk dapat berkembang secara optimal dalam
melaksanakan tugas yang diembannya, (2) kreatif, yaitu berusaha
mencari gagasan dan cara-cara baru dalam melaksanakan tugasnya, (3)
delegatif, yaitu berusaha mendelegasikan tugas kepada tenaga
kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan serta kemampuan
masing-masing, (4) integratif, yaitu berusaha mengintegrasikan semua
kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan
sekolah secara efektif, efisien, dan produktif, (5) rasional dan objektif,
yaitu berusaha bertindak dengan mempertimbangkan rasio dan objektif,
(6) pragmatis, yaitu berusaha menetapkan kegiatan atau target
berdasarkan kondisi dan kemampuan nyata yang dimiliki oleh setiap
tenaga kependidikan, serta kemampuan sekolah, (7) keteladanan, yaitu
kepala sekolah harus menjadi teladan dan contoh yang baik bagi
bawahannya, (8) adaptabel dan fleksibel, yaitu mampu beradaptasi dalam
menghadapi situasi baru, serta berusaha menciptakan situasi kerja yang
menyenangkan dan memudahkan para tenaga kependidikan untuk
beradaptasi dalam melaksanakan tugasnya. Tupoksi kepala sekolah
sebagai inovator, kepala sekolah sebagai inovator harus menjalin kerja
sama dengan pihak lain, menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dalam manajemen sekolah, dan melakukan pembaharuan di sekolah.

Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawasan Mutu Sekolah | 145


g) Kepala Sekolah sebagai Motivator. Kepala sekolah sebagai pemimpin
harus mampu memberikan dorongan atau motivasi kepada anggotanya
untuk selalu bersedia bekerja sama sehingga tujuan bersama dapat
tercapai. Dorongan tersebut dapat berupa pemberian penghargaan atas
prestasi guru, staf, maupun siswa, pemberian sanksi/hukuman atas
pelanggaran peraturan dan kode etik bagi guru, staf, maupun siswa, serta
menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Dengan demikian,
seorang kepala sekolah juga harus berperan sebagai motivator. Kepala
sekolah sebagai motivator bertugas memberikan dorongan dan dukungan
kepada semua bawahannya agar mampu bekerja sama dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Mulyasa (2004) mengemukakan bahwa
sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam
melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Agar dalam memberikan
motivasi dapat dilakukan dengan tepat, maka kepala sekolah harus
memahami karakteristik bawahannya, hal ini dikarenakan setiap individu
memiliki motif masing-masing yang berbeda dalam melaksanakan
tugasnya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan
fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara
efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan
Pusat Sumber Belajar (PSB).

D. PENGAWAS SEKOLAH
a. Pengertian Pengawas Sekolah
Pengawas sekolah dilihat dari segi bahasa, pengawas sekolah terdiri dari
dua kata, yaitu; pengawas dan sekolah. “Pengawas” adalah orang yang
melakukan pengamatan dengan melihat secara langsung atau tidak langsung.
Sedangkan “sekolah” adalah lembaga atau tempat diselenggarakannya
kegiatan belajar mengajar. Sehingga “pengawas sekolah” dapat diartikan
orang yang mengamati dengan melihat secara langsung ataupun tidak
langsung sebuah lembaga atau tempat diselenggarakannya kegiatan belajar
mengajar. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 disebutkan
bahwa “pengawas sekolah” adalah guru pegawai negeri sipil yang
diangkat dalam jabatan pengawas sekolah. Kemudian di dalam Permen PAN
& RB Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 4 disebutkan “pengawas sekolah”
merupakan pejabat karier yang hanya dapat di duduki oleh guru yang
berstatus Pegawai Negeri Sipil.
Dari pengertian di atas, sudah jelas yang dimaksud dengan pengawas
sekolah. Bahwa pengawas sekolah adalah sebuah jabatan karir yang hanya
dapat diduduki oleh seorang pegawai negeri sipil dari guru. Pengawas sekolah
146 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
merupakan guru pegawai negeri yang diangkat oleh pejabat yang berwenang
yang nantinya akan melakukan pengamatan dengan melihat baik secara
langsung atau tidak terhadap objek yang diawasi yaitu; sekolah yang
merupakan lembaga penyelenggara pendidikan.

b. Kedudukan Pengawas Sekolah


Sebagai jabatan karir, pengawas sekolah merupakan jabatan yang
strategis dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengawas sekolah
berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional dibidang pengawasan
yang mencakup pengawasan dibidang akademik dan manajerial pada satuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Untuk itu pengawas sekolah dalam
melaksanakan tugasnya, merupakan perpanjangan tangan Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten/Kota.
Dengan posisi yang sedemikian strategis dalam penyelenggaraan
pendidikan, sebenarnya pengawas sekolah seharusnya memiliki andil yang
sangat dominan dalam penyelenggaraan pendidikan di sebuah
kabupaten/kota. Yang menjadi masalah adalah seberapa besar Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan memberikan porsi kepada pengawas sekolah
untuk melaksanakan tugas-tugas kepengawasannya sesuai tugas pokok dan
fungsi pengawas sekolah yang diatur dalam peraturan atau perundangan
yang berlaku.
Selanjutnya jika ditinjau dari struktur keorganisasian, kedudukan
pengawas merupakan jabatan karir fungsional yang langsung di bawah garis
komando kepala dinas pendidikan. Tugas dan tanggung jawab pembinaan
secara langsung di bawah naungan kepala dinas. Dalam struktur organisasi
juga digambarkan garis koordinasi dengan bidang-bidang yang ada dilingkup
instansi dinas pendidikan. Kedudukan pengawas sekolah berada pada tingkat
kabupaten/kota bukan pada tingkat di bawahnya. Hal ini harus dipahami oleh
pejabat-pejabat yang berada pada level di bawah kepala dinas, sehingga akan
terjadi sebuah komunikasi dan hubungan kerja yang baik dan saling
membantu sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

c. Tanggung Jawab Pengawas Sekolah


Menjadi seorang pengawas pada sebuah sekolah bukan hal mudah, ada
aturan-aturan yang mengikat dan tidak boleh dilanggar. Setiap pengawas
yang ditunjuk untuk menjalankan tugasnya, maka ada kewajiban dan
tanggung jawab yang dibebankan. Tanggung jawab yang diberikan pada
seorang pengawas harus dilaksanakan secara profesional. Pengawas sekolah
sangat dikenal dalam dunia pendidikan, sebutan pengawas sangat familiar
terutama dalam kalangan tenaga pendidik, dan di lembaga pendidikan

Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawasan Mutu Sekolah | 147


sekolah. Keberadaan pengawas sekolah menjadi sangat penting dalam
melihat keberhasilan yang telah dicapai oleh lembaga pendidikan saat ini.
Dalam sistem kerjanya, pengawas sekolah harus melakukan
observasi/mengamati dan melihat secara langsung kinerja pendidik di dalam
kelas, karena jabatan pengawas sekolah adalah jabatan karier yang diemban
oleh seorang pegawai negeri sipil dari guru, yang diangkat oleh pejabat
berwenang yang bertugas melakukan pengamatan secara langsung atau tidak
langsung terhadap obyek yang diawasi yaitu, sekolah sebagai penyelenggara
pendidikan. Sebagai jabatan karier, jabatan pengawas sekolah cukup strategis
terutama dalam penyelenggaraan pendidikan. Kedudukan pengawas sekolah
sebagai pelaksana teknis fungsional dibidang pengawasan yang mencakup
pengawasan dibidang akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang
telah ditetapkan, karena jabatan Pengawas Sekolah menjadi bagian
terpenting dalam peningkatan kualitas pendidikan di suatu sekolah. Selain
menyangkut kualitas, ada kriteria penting yang menjadi sandaran pengawas
dalam menjalankan tugasnya. Kriteria tersebut mencakup empat hal yaitu :
1) Support. Kriteria ini menunjuk pada kemampuan supervisor membina
kepercayaan trust stakeholder pendidikan pada saat melakukan kegiatan
pengawasan dengan penggambaran profil dinamika sekolah masa depan
yang lebih baik dan lebih menjanjikan.
2) Trust. Kriteria ini menunjuk pada kegiatan pengawasan yang dilakukan
supervisor yang harus membina kepercayaan stakeholder pendidikan
dengan penggambaran profil sekolah masa depan yang lebih baik dan
berkualitas.
3) Challenge. Strategi lebih tertuju pada kegiatan pengawasan yang
dilakukan supervisor dan harus dapat memberikan tantangan (challenge)
pengembangan sekolah kepada stakeholder pendidikan di sekolah.
Tantangan ini harus dibuat serealistis mungkin agar setiap rencana
pencapaian mampu didapatkan pihak sekolah, berdasarkan situasi dan
kondisi sekolah pada saat ini. Sehingga stakeholder tertantang untuk
bekerja sama guna mengembangkan kualitas sekolah.
4) Networking and collaboration. Strategi ini menunjuk pada hakikat
kegiatan pengawasan yang dilakukan supervisor yang harus dapat
mengembangkan jejaring antar sesama stakeholder pendidikan dalam
rangka meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi pendidikan
di sekolah (Sudrajat, 2008).

d. Tugas dan Fungsi Pengawas Sekolah Pengawas


Sekolah memiliki tugas dan fungsi penting dalam berjalannya proses
pembelajaran di sebuah lembaga pendidikan, terutama sekolah. Sudrajat

148 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


(2008) menyebutkan, dalam menjalankan tugas utamanya sebagai pengawas
mereka diberikan wewenang dan hak yang melekat pada jabatannya. Ada
beberapa kewenangan yang dimiliki pengawas, yaitu: (1) pengawas bersama
pihak sekolah yang dibinanya dapat menentukan program peningkatan
kualitas pendidikan di sekolah yang dibinanya; (2) menyusun program
kerja/agenda kerja pengawasan pada sekolah binaannya bekerja sama
dengan kepala sekolah bersangkutan; (3) menentukan metode kerja untuk
mencapai hasil optimal berdasarkan program kerja yang telah disusun; (4)
selanjutnya menetapkan kinerja sekolah, kepala sekolah, guru serta tenaga
kependidikan guna peningkatan kualitas diri dan layanan pengawas.
Pengawas sekolah saat ini memiliki tanggung jawab dalam melakukan
pengawalan mulai dari penyusunan, pemanfaatan sampai dengan laporan
pertanggungjawaban keuangan sekolah yang telah menggunakan sistem
aplikasi berbasis E-Goverment. Pada umumnya, pengawas sekolah
melaksanakan tugas pengawasan pada sekolah binaan, dan dapat pula Lintas
Satuan Pendidikan pada Provinsi/Kabupaten/Kota yang sama atau antar
Kabupaten/Kota sesuai dengan ketetapan pejabat yang berwenang. Kegiatan
Pengawasan Sekolah menurut Permenag PAN dan RB Nomor 21 Tahun 2010
meliputi pengawasan akademik dan manajerial, regulasi tersebut
ditindaklanjuti oleh peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 01/11/PB/2011 Nomor 6 Tahun
2011, serta Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 143 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan
Fungsional Pengawas Sekolah dan angka kreditnya. Semua biaya hak
pengawasan dibebankan kepada pemerintah pusat dan daerah, sedangkan
tunjangan kesejahteraan diharapkan diberikan oleh pemerintah daerah.
Besarnya tunjangan disesuaikan dengan kemampuan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Demikian juga dengan subsidi dan insentif untuk
peningkatan profesionalitas pengawas akan diberikan sekali dalam setahun
oleh pemerintah melalui Direktorat Tenaga Kependidikan. Berapa besar
subsidi dan insentif disesuaikan dengan kemampuan anggaran. Pemberian
subsidi kepada pengawas melalui koordinator pengawas (Korwas) yang ada di
setiap kabupaten/kota. Setiap Korwas harus menyusun program dan kegiatan
peningkatan kemampuan profesional pengawas. Perlu adanya pemikiran
lebih lanjut mengenai kinerja pengawas di masa yang akan datang yang
selama ini terkesan kurang efektif dan tidak menjalankan tugasnya dengan
baik.

Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawasan Mutu Sekolah | 149


e. Syarat Seorang Pengawas
Ada sebagian orang menganggap menjadi seorang pengawas sangatlah
mudah, tidak memerlukan tanggung jawab yang besar. Argumen tersebut
sangat tidak beralasan karena tidak semua orang dapat menjalankan
perannya sebagai pengawas, sebab menjadi pengawas membutuhkan orang
yang ulet, pekerja keras, bertanggung jawab, mau dan mampu melakukan
perubahan pada sekolah-sekolah yang dibinanya, terutama melakukan
pengawasan akademik dalam hal ini pembinaan terhadap guru, penilaian
kinerja, pembimbingan dan pelatihan profesional guru. Selain itu melakukan
pengawasan manajerial, seperti pembinaan terhadap kepala sekolah,
penilaian kinerja kepala sekolah. Sebagai jabatan karier, jabatan pengawas
Sekolah sangat strategis dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengawas
sekolah berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional dibidang
pengawasan yang mencakup pengawasan bidang akademik dan manajerial
pada satuan pendidikan yang telah ditetapkan. Ada beberapa standar
minimal sebagai syarat menjadi seorang pengawas dalam menjalankan
pengawasan pada satuan pendidikan, yaitu: (1) pengawas harus berstatus
sebagai guru sekurang-kurangnya delapan tahun atau kepala sekolah
sekurang-kurangnya empat tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai
dengan satuan pendidikan yang diawasinya; (2) memiliki sertifikat pendidik
fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan (Rahmah, 2018). Persyaratan
lainnya yang harus dipenuhi setiap pegawai negeri sipil yang diangkat dalam
jabatan pengawas sekolah, adalah: 1) Pendidikan pengawas serendah-
rendahnya sarjana Strata Satu (SI) atau Diploma IV sesuai dengan kualifikasi
yang telah ditentukan, kecuali pegawai negeri sipil yang berasal dari guru dan
ditempatkan di daerah terpencil dapat berijazah serendah-rendahnya
diploma I sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan. 2) Berpengalaman
sebagai guru sekurang-kurangnya selama enam tahun secara berturut-turut 3)
Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan pada bidang
pengawasan sekolah dan memperoleh surat tanda tamat pendidikan dan
pelatihan (STTPL). 4) Setiap unsur penilaian, pelaksanaan pekerjaan dalam
daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam dua tahun terakhir memiliki
nilai baik. 5. Usia setinggi-tingginya lima tahun sebelum mencapai batas usia
pensiun jabatan pengawas sekolah (Yahya, 2013). Selain syarat di atas, ada
syarat khusus lain yang melekat. Syarat khusus tersebut adalah: (1) pengawas
sekolah taman kanak-kanak/sekolah dasar/sekolah dasar luar biasa.
Ketentuan yang melekat adalah: (a) serendah- rendahnya guru madya; (b)
memiliki pengalaman sebagai guru taman kanak- kanak/sekolah
dasar/madrasah ibtidaiyah/madrasah diniyah dan sekolah dasar luar biasa. (2)
standar kompetensi pengawas sekolah terdiri atas empat komponen.

150 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Keempat komponen tersebut adalah: (a) komponen pengawas sekolah
(mampu menyusun program pengawasan sekolah); (b) mampu menilai hasil
belajar atau bimbingan sistem dan kemampuan guru; (c) mampu
mengumpulkan dan mengelola data sumber daya pendidikan, KBM,
bimbingan, dan lingkungan sekolah yang mempengaruhi perkembangan siswa;
(d) mampu menganalisis bimbingan belajar siswa, dan guru. (e) mampu
memberikan kontribusi positif bagi guru dalam merancang RPP. Pengawas
sekolah juga harus dapat menulis dan menghasilkan karya ilmiah berdasarkan
hasil penelitian dan survei evaluasi pada komponen pendidikan sekolah.
Memiliki kemampuan menulis karya ilmiah sendiri, tulisan ilmiah populer di
media masa, menulis makalah dan dipresentasikan pada saat pertemuan
ilmiah dan lain sebagainya. Selain itu, pengawas sekolah juga harus
menguasai substansi materi pelajaran yang diajarkan guru, menguasai
pengembangan materi pelajaran dan bimbingan, metode, strategi dan model-
model pembelajaran. Pengawas sekolah juga harus paham dan menguasai
Undang-undang Pendidikan Nasional, memahami program pembangunan
nasional dan renstra di komponen pendidikan serta mengikuti kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat saat
ini.

E. KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS SEKOLAH


a. Kompetensi Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan jabatan strategis yang tidak semua orang akan
mampu mengembannya. Keterampilan dan kecekatan dalam memimpin
sebuah sekolah menjadi kunci dalam menentukan kemajuan dan kesuksesan
sebuah sekolah sebagai lembaga pendidikan. Keberhasilan proses belajar
siswa membutuhkan peran berbagai pihak, salah satunya kepala sekolah.
Bahkan kepala sekolah berperan penting sebagai pemimpin dalam
manajemen sekolah, termasuk mengatur guru dan siswa. Untuk itu, kepala
sekolah harus memiliki kompetensi memadai untuk menggerakkan dan
mengembangkan semua potensi yang ada di sekolah sehingga terjadi
perubahan positif yang bisa dilihat dari hasil belajar siswa. Berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah, ada lima kompetensi kepala sekolah yang
harus terus ditingkatkan bila ingin tetap menjaga kualitas sekolahnya tetap
berjalan baik serta peningkatan kualitas peserta didik pada sekolah yang
dipimpinnya. Adapun 5 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala
sekolah adalah sebagai berikut:

Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawasan Mutu Sekolah | 151


1) Kompetensi Kepribadian
a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia,
dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di
sekolah/madrasah.
b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
c. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai
kepala sekolah/madrasah.
d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan
sebagai kepala sekolah/madrasah.
f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

2) Kompetensi Manajerial
a. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan
perencanaan.
b. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan
kebutuhan.
c. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber
daya sekolah/madrasah secara optimal.
d. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju
organisasi pembelajar yang efektif.
e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan
inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal.
g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal.
h. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam
rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan
sekolah/madrasah.
i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru,
dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.
j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.
k. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip
pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.
l. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung
pencapaian tujuan sekolah/ madrasah.

152 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


m. Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung
kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di
sekolah/madrasah.
n. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung
penyusunan program dan pengambilan keputusan.
o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.
p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program
kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta
merencanakan tindak lanjutnya.

3) Kompetensi Kewirausahaan
a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan
sekolah/madrasah.
b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah
sebagai organisasi pembelajar yang efektif.
c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.
e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan
produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

4) Kompetensi Supervisi
a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
c. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru

5) Kompetensi sosial
a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah/madrasah
b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

b. Kompetensi Pengawas Sekolah


Pengawas sekolah dituntut untuk memiliki kompetensi sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang

Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawasan Mutu Sekolah | 153


standar pengawas sekolah. Mereka memiliki peran yang signifikan dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Kompetensi pengawas sekolah adalah
seperangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan
keterampilan yang harus dikuasai dan ditampilkan oleh pengawas sekolah
dalam melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial
pada sekolah-sekolah binaannya. Pengertian lain tentang kompetensi
pengawas sekolah adalah pola pikir dan pola tindak pengawas sekolah dalam
melaksanakan tugas-tugas kepengawasan.
Cakupan dimensi kompetensi pengawas yang terdapat dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah. Dalam peraturan tersebut terdapat enam
dimensi kompetensi, yaitu: kompetensi kepribadian, supervisi manajerial,
supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan, dan
kompetensi sosial. Setiap dimensi kompetensi memiliki sub-sub sebagai
kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang pengawas. Secara rinci
kompetensi-kompetensi dasar tersebut adalah sebagai berikut :
1) Dimensi Kompetensi Kepribadian
a. Memiliki tanggungjawab sebagai pengawas satuan pendidikan.
b. Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik yang berkaitan
kehidupan pribadinya maupun tugas-tugas jabatannya.
c. Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal yang baru tentang pendidikan
dan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang menunjang tugas
pokok dan tanggung jawabnya.
d. Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada stakeholder
pendidikan.

2) Dimensi Kompetensi Supervisi Manajerial


a. Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
b. Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi, misi, tujuan dan
program pendidikan di sekolah.
c. Menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan di sekolah.
d. Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya
untuk perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah.
e. Membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan
pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di
sekolah.
f. Membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan
konseling di sekolah.

154 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


g. Mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil
yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam
melaksanakan tugas pokoknya di sekolah.
h. Memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan dan
memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah dalam
mempersiapkan akreditasi sekolah.

3) Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik


a. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan
kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan di TK/RA
atau mata pelajaran di sekolah/madrasah.
b. Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik, dan
kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/bimbingan tiap
bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di
sekolah/madrasah.
c. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang
pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di sekolah/madrasah
berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar,
dan prinsip- prinsip pengembangan kurikulum.
d. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan
strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat
mengembangkan berbagai potensi siswa melalui bidang
pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di sekolah/madrasah.
e. Membimbing guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang pengembangan di TK/RA atau
mata pelajaran di sekolah/madrasah.
f. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/
bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk
mengembangkan potensi siswa pada tiap bidang pengembangan di
TK/RA atau mata pelajaran di sekolah/madrasah.
g. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan
menggunakan media pendidikan dan fasilitas
pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau
mata pelajaran di sekolah/madrasah.
h. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk
pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau
mata pelajaran di sekolah/madrasah.

Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawasan Mutu Sekolah | 155


4) Kompetensi Evaluasi Pendidikan
a. Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan dalam
bidang pengembangan di TK/RA dan pembelajaran/bimbingan di
sekolah/madrasah.
b. Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting
dinilai dalam pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di
TK/RA atau mata pelajaran di sekolah/madrasah.
c. Menilai kinerja kepala sekolah, guru, dan staf sekolah dalam
melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran/bimbingan tiap
bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di sekolah.
d. Memantau pelaksanaan pembelajaran/bimbingan dan hasil belajar
siswa serta menganalisisnya untuk perbaikan mutu
pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau
mata pelajaran di sekolah/ madrasah.
e. Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan
mutu pendidikan dan pembelajaran/bimbingan tiap bidang
pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di sekolah/madrasah.
f. Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja kepala
sekolah/madrasah, kinerja guru, dan staf sekolah/madrasah.

5) Dimensi Kompetensi Penelitian dan Pengembangan


a. Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode penelitian dalam
pendidikan.
b. Menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti baik untuk
keperluan tugas pengawasan maupun untuk pengembangan karirnya
sebagai pengawas.
c. Menyusun proposal penelitian pendidikan baik proposal penelitian
kualitatif maupun penelitian kuantitatif.
d. Melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah
pendidikan, dan perumusan kebijakan pendidikan yang bermanfaat
bagi tugas pokok tanggung jawabnya.
e. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian pendidikan baik
data kualitatif maupun data kuantitatif.
f. Menulis karya tulis ilmiah (PTS) dalam bidang pendidikan dan atau
bidang kepengawasan dan memanfaatkannya untuk perbaikan mutu
pendidikan.
g. Menyusun pedoman/panduan dan/atau buku/modul yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas pengawasan di sekolah/madrasah.

156 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


h. Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan
kelas, baik perencanaan maupun pelaksanaannya di
sekolah/madrasah.

6) Dimensi Kompetensi Sosial


a. Bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan
kualitas diri untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
b. Aktif dalam kegiatan asosiasi pengawas satuan pendidikan atau
forum komunikasi pengawas.

Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawasan Mutu Sekolah | 157


DAFTAR PUSTAKA

Fadillah, Rozi dkk. (2017). Pengaruh Kompetensi, Disiplin Kerja dan


Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Kantor Bank Kalsel
Cabang Pembantu di Banjarmasin. Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin. Jurnal Bisnis dan Pembangunan, Edisi Januari-Juni 2017 Vol
6, No. 1, ISSN 2541-178X
Mulyasa, E. (2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja
Rosda Karya
Rahmah, Syarifah. (2018). Pengawas Sekolah Penentu Kualitas Pendidikan.
Jurnal Tarbiyah 25.2.
Satori, Djaman. (2007). Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sudrajat, Akhmad. (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik,
Taktik, dan Model Pembelajaran.
Syaiful, Sagala. (2010). Manajemen Strategik Dalam Peningkatan
Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wahjosumidjo. (2003). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Wibowo. (2016). Manajemen Kinerja. Edisi ketiga. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Prasada.
Zainal, Veithzal Rivai dkk. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan." Cetakan Ketujuh. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

158 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


BAB
8

PROBLEMATIKA GURU DI SEKOLAH


DALAM PERSPEKTIF SUPERVISI
PENDIDIKAN DAN MUTU PENDIDIKAN

Deden, Kustati, Hj. Arum Maslachah

A. LATAR BELAKANG
Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan
secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan
utama. Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika
berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen
mana pun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama dalam
pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di
sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama
dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Guru merupakan
pemegang peranan utama dalam proses belajar mengajar. Proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan
guru dan peserta didik atau dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam Islam, guru (pendidik) juga merupakan figur yang sangat penting,
begitu pentingnya seorang pendidik sehingga menempatkan kedudukan
pendidik setingkat di bawah kedudukan nabi dan rasul. Maka dalam
pendidikan Islam, pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam
sistem kependidikan, karena ia yang mengantarkan peserta didik pada tujuan
yang telah ditentukan, bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat
komprehensif. Peranan pendidik dalam menunjang keberhasilan pendidikan
sangat penting. Karena itu, upaya apapun untuk meningkatkan mutu
pendidikan harus bersentuhan dengan sumber daya guru (pendidik).
Keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangat krusial, sebab
kewajibannya tidak hanya mentransformasikan pengetahuan(knowledge)
tetapi juga dituntut menginternalisasikan nilai-nilai (value/qimah) pada
peserta didik. Bentuk nilai yang diinternalisasikan paling tidak meliputi: nilai
etis, nilai pragmatis, nilai effect sensorik dan nilai religius. Pendidik dalam
Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta
didik, baik potensi afektif, potensi kognitif maupun potensi psikomotorik.
Pendidik sebagai faktor yang menentukan mutu pendidikan. Karena pendidik
berhadapan langsung dengan para peserta didik dalam proses pembelajaran
di kelas. Di tangan pendidik mutu kepribadian mereka dibentuk. Guru adalah
kurikulum berjalan. Sebaik apa kurikulum dan sistem pendidikan yang ada,
tanpa didukung kemampuan guru, semuanya akan sia-sia. Guru kompeten
dan efektif, tanggung jawab utamanya mengawal perkembangan peserta
didik sampai suatu titik maksimal. Tujuan akhir seluruh proses pendampingan
guru adalah tumbuhnya pribadi dewasa yang utuh. Tanpa guru kurikulum itu
hanyalah benda mati yang tiada berarti.
Dalam pendidikan, pendidik mempunyai tugas ganda, yaitu sebagai abdi
negara dan abdi masyarakat. Sebagai abdi negara, pendidik dituntut
melaksanakan tugas-tugas yang menjadi kebijakan pemerintah dalam usaha
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan sebagai abdi masyarakat, pendidik
dituntut berperan aktif mendidik masyarakat dari belenggu keterbelakangan
menuju masa depan yang gemilang. Dan untuk dapat melaksanakan hal itu
semua seorang pendidik harus memenuhi persyaratan dan kompetensi juga
profesional. Kompetensi dasar (basic competency) bagi pendidik ditentukan
oleh tingkat kepekaannya dari bobot potensi dasar dan kecenderungan yang
dimilikinya.
Kualitas para pendidik dapat diketahui dari tingkat profesionalisme
mereka dalam merealisasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas
mengajar para peserta didik. Mereka rata-rata kesulitan mengadakan inovasi-
inovasi pembelajaran di sekolah-sekolah yang mereka. Para guru tersebut
juga banyak mengalami kendala- kendala baik dalam pelaksanaan supervisi
karena pelaksanaan hanya menyentuh aspek administrasi bukan pembinaan
profesionalisme.
Maka dari itu, penulis akan menguraikan lebih lengkap mengenai
problema- problema tersebut dalam tulisan yang berjudul “Problematika
Guru di Sekolah Dalam perspektif supervisi dan Mutu Pendidikan”.

160 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


B. PROBLEMA GURU DI DALAM KELAS
1. Problema Guru dalam Ketrampilan Mengajar
Bertolak dari kompetensi guru yang harus dimiliki oleh guru dan adanya
keinginan kuat untuk menjadi seorang guru yang baik, persoalan guru di
sekolah terus menarik untuk dibicarakan, didiskusikan, dan menuntut untuk
dipecahkan. Dalam hal ini adalah masalah yang berkaitan dengan ketrampilan
mengajar guru, masalah tersebut secara langsung akan berpengaruh
terhadap proses belajar mengajar di kelas.
Guru hidup dalam situasi yang selalu berubah. Pribadi manusia adalah
keunikan yang sukar diduga. Sering terjadi faktor manusia yaitu ketidak
mampuan manusia yang sebenarnya ia sadar bahwa sesuatu yang baik itu
dapat ia kerjakan, tetapi justru yang ia inginkan itu tidak ia kerjakan tetapi
kelemahan yang tidak ia inginkan itulah yang sering ia kerjakan. Semua guru
mau memperbaiki profesi mengajarnya, tetapi seolah-olah ia mengalami
banyak problem pribadi (personal problem) maupun problema jabatan
(profesional problem). Memang tiap guru mempunyai perbedaan pribadi.
Walaupun semua unsur-unsur pokok dalam proses belajar mengajar
sudah diungkapkan dan guru-guru sudah memiliki pengetahuan dan
ketrampilan dalam usaha memperbaiki pengajaran, namun masih ada
masalah-masalah yang perlu dipelajari lebih dalam usaha meningkatkan mutu
pendidikan melalui proses pembelajaran bak melalui pembelajaran dalam
Intra maupun ekstrakurikuler sekolah. Masalah tersebut seperti masalah
dalam merumuskan tujuan, masalah dalam memilih metode mengajar,
masalah dalam menggunakan sumber belajar, masalah dalam membuat dan
menggunakan alat peraga, masalah dalam merencanakan program
pengajaran dan masalah dalam merencanakan dan melaksanakan evaluasi.
Terlebih sekarang dengan Kurikulum yang senantiasa terus berubah seiring
dengan perkembangan teknologi, dimana guru adalah orang yang
mengimplementasikan kurikulum dalam satuan pendidikan. Maka guru dan
pihak-pihak yang terkaitlah yang harus paling siap.
Hakikat kurikulum itu ada pada guru , jika guru tidak bisa mengikuti dan
mendalami kurikulum yang berlaku , maka tujuan pendidikan yang diinginkan
tidak akan tercapai. Sebaik apapun kurikulum tersebut tidak akan
membuahkan hasil jika guru tidak mampu melaksanakannya. Walaupun siswa
pada dasarnya bisa saja mendapatkan ilmu dari sumber lain tapi tetap peran
guru mendorong siswanya untuk mengalami sendiri proses yang membuat
meningkatnya pengalaman mereka.

Problematika Guru di Sekolah Dalam Perspektif Supervisi Pendidikan | 161


a) Masalah dalam Merumuskan Tujuan
Tujuan pembelajaran bukan sekedar rumusan dengan kata-kata yang
indah, tetapi harus dapat menjawab masalah pokok terkait dengan konsep
yang ideal yang menjadi tujuan dan pandangan hidup masyarakat. Dalam
proses belajar mengajar, kadang-kadang guru tidak memiliki tujuan yang jelas.
Guru mengajar hanya berdasarkan apa yang tertuang di dalam buku paket.
Tujuan hanya mencakup salah satu domain saja, yakni aspek kognitif saja.
Begitu juga masih banyak guru yang belum bisa merumuskan tujuan
pembelajaran, sehingga rumusan tujuan terkesan bukan tujuan siswa tetapi
tujuan guru. Jika dihadapkan pada guru-guru yang demikian, maka jelas
mereka memerlukan bantuan dengan supervisi.

b) Konsep Tujuan Pembelajaran


Tujuan Pembelajaran (TP) merupakan deskripsi pencapaian tiga aspek
kompetensi yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh
siswa dalam satu atau lebih kegiatan pembelajaran, disusun secara kronologis
berdasarkan urutan pembelajaran dari waktu ke waktu yang menjadi
prasyarat menuju CP.
Rumusan tujuan pembelajaran tidak hanya mencakup tahapan kognitif
(mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta) dan dimensi pengetahuan (faktual, konseptual, procedural,
metakognitif) tetapi juga mengikutsertakan perilaku capaian seperti
kecakapan hidup (kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif) serta profil
pelajar Pancasila (Beriman, berkebinekaan global, bergotong-royong, kreatif,
bernalar kritis, dan mandiri).
Secara operasional komponen Tujuan Pembelajaran dapat memuat 3
aspek berikut ini:
1) Kompetensi adalah kemampuan yang dapat didemonstrasikan oleh siswa
atau diaktualisasikan dalam bentuk produk atau kinerja (abstrak dan
konkret) yang menunjukkan siswa telah berhasil mencapai tujuan
pembelajaran. Gunakan Kata Kerja Operasional dapat diamati, mengacu
pada Taksonomi Bloom yang direvisi. Contoh: Peserta didik dapat
menyajikan solusi untuk menangani perubahan kondisi alam di
permukaan bumi akibat faktor manusia
2) Konten yaitu ilmu pengetahuan inti atau konsep utama yang diperoleh
siswa melalui pemahaman selama proses pembelajaran di akhir satu unit
pembelajaran.
Apa ilmu pengetahuan inti atau konsep utama yang perlu dipahami di
akhir satu unit pembelajaran? Pertanyaan apa yang perlu dapat dijawab
siswa setelah mempelajari unit tersebut?

162 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Contoh: perubahan kondisi alam di permukaan bumi akibat faktor
manusia.
3) Variasi adalah sebuah keterampilan berpikir apa saja yang perlu dikuasai
siswa untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan
keterampilan berpikir kreatif, kritis, dan tingkat tinggi, seperti
mengevaluasi, menganalisis, memprediksi, menciptakan, dan lain
sebagainya.
Keterampilan berpikir apa saja yang perlu dikuasai siswa untuk dapat
mencapai tujuan pembelajaran? Gunakan keterampilan berpikir yang
bervariasi terutama HOTS.
Contoh: Menganalisa hubungan antara kegiatan manusia dengan
perubahan alam di permukaan bumi dan menarik kesimpulan penyebab-
penyebab utamanya.–> Dimana untuk bisa menganalisa hubungan dan
menarik kesimpulan, peserta perlu mengetahui, memahami,
mengaplikasi materi tersebut
Contoh Tujuan Pembelajaran dengan memuat 3 aspek yang telah
dijelaskan:
Menjelaskan hukum Newton dengan menggunakan kata-kata sendiri dan
menceritakan fenomena dalam keseharian yang menggambar kan hukum
Newton Merancang solusi untuk menyelesaikan permasalahan dalam
bidang konservasi energi dalam skala rumah
Catatan:
Kompetensi (Kata kerja yang menunjukkan keterampilan/ aksi)
a. Konten (materi yang dipelajari)
b. Variasi (penggunaan keterampilan berpikir kreatif, kritis, dan tingkat
tinggi)

Namun menurut informasi terbaru Tujuan Pembelajaran hanya mencakup


Kompetensi dan Konten saja.

c) Masalah dalam Memilih Metode Mengajar


Metode adalah alat komunikasi antara guru dan murid pada waktu
belajar. Komunikasi itu terjadi melalui penerapan panca indra. Banyak
metode yang dapat dipilih oleh guru untuk digunakan sebagai alat komunikasi
belajar mengajar, diantaranya adalah ceramah, tanya jawab, diskusi,
pemberian tugas, demonstrasi, kerja kelompok, pemecahan masalah, karya
wisata, simulasi, bermain peran, studi kasus dan inkuiri. Untuk menerapkan
dan memilih metode-metode tersebut, guru berpegang pada keyakinan
bahwa dengan metode yang dipilih, tujuan belajar dapat tercapai secara
maksimal. Oleh karena itu, guru dapat mengkombinasikan beberapa metode

Problematika Guru di Sekolah Dalam Perspektif Supervisi Pendidikan | 163


untuk diterapkan dalam satu paket pembelajaran. Namun kenyataan yang
terjadi masih banyak guru yang mendominasi kegiatan belajar dengan
metode ceramah. Padahal sebagai rambu-rambu, metode ceramah hanya
bisa efektif untuk digunakan sebagai metode mengajar tidak lebih dari 15
menit. Oleh karena itu, perlu untuk mengkombinasikannya dengan metode-
metode yang lain.

d) Masalah dalam Menggunakan Sumber Belajar


Siswa belajar dengan menggunakan sumber. Model belajar yang
tradisional hanya mengandalkan pada sumber yang berasal dari guru. Sumber
belajar tidaklah hanya guru. Ada banyak sumber yang dapat dimanfaatkan
untuk pengalaman belajar. Sumber-sumber itu ada yang sengaja
direncanakan, misalnya buku, jurnal, peta, perpustakaan dan sebagainya. Ada
juga sumber yang tidak sengaja direncanakan tetapi dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan pembelajaran (lingkungan, baik fisik maupun sosial), misalnya
perkebunan, sawah, sungai, masyarakat, petani, pedagang dan sebagainya.

e) Masalah dalam Membuat dan Menggunakan Alat Peraga


Alat peraga digunakan sebagai pembantu untuk memudahkan proses
terjadinya pengalaman belajar secara maksimal. Menurut bentuknya, alat
peraga dapat berupa media dua dimensi dan media tiga dimensi. Menurut
fungsinya, alat peraga bisa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu auditif, visual,
dan audio visual. Guru dapat memilih dan menggunakan alat peraga tersebut
dengan cara membeli maupun dengan cara membuat sendiri alat peraga yang
sederhana.

f) Masalah dalam Merencanakan Program Pengajaran


Setiap guru harus membuat program pengajaran. Program pengajaran
dapat disusun dan direncanakan berdasarkan waktu pelajaran. Program
pengajaran hendaknya dikembangkan berdasarkan kurikulum dan ditulis
dengan sistem dan format yang disepakati bersama oleh seluruh guru,
sehingga memudahkan kepala sekolah untuk melakukan pengecekan dan
penilaian.

g) Masalah dalam Merencanakan dan Melaksanakan Evaluasi


Untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa, guru harus melaksanakan
evaluasi proses belajar mengajar secara kontinyu. Untuk itu guru harus
menyusun program dan alat evaluasi yang tepat.

164 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


C. PROBLEMA GURU DALAM MOTIVASI KERJA
Peningkatan mutu pembelajaran dan profesionalisme guru dalam
kinerjanya sangat berkaitan erat dengan keefektifan layanan supervisi. Maka
dari itu, diharapkan supervisor mampu mendorong guru untuk meningkatkan
kualitasnya dengan peningkatan motivasi kerja guru, karena bagaimanapun
motivasi kerja guru sangat berperan dalam meningkatkan kualitas dan
profesionalitas guru dalam mengajar. Keefektifan supervisi di sekolah
tertentu tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah, karena
selain sebagai pemimpin di sekolah tersebut, kepala sekolah juga merupakan
supervisor bagi guru-guru di sekolah tersebut.
Berbagai teknik supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah, nampaknya
dapat membawa dampak negatif bagi guru-guru. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan Olivia, sebagaimana yang dikutip Mufidah, “observasi kelas dan
wawancara supervisi pada hakekatnya dapat menyebabkan berbagai bentuk
kecemasan atau ketakutan terhadap guru. Bahkan dapat membawa dampak
pengalaman traumatik terhadap beberapa guru”. Maka dari itu, kepala
sekolah harus mampu mengadakan supervisi dengan mengembangkan teknik
yang tidak menimbulkan kecemasan-kecemasan tersebut. Sehingga, disinilah
hubungan interpersonal antara kepala sekolah dengan guru memberi jalan
keluar. Dengan adanya wawancara interpersonal, maka guru akan mampu
melakukan perbaikan pengajaran, baik yang dapat diamati, maupun
perencanaan untuk masa mendatang.
Sementara itu, sikap guru terhadap supervisi, sebagaimana kajian yang
dilakukan oleh Neagley dan Evans, yang dikutip oleh Mufidah, menyatakan
berbagai pernyataan, antara lain:
1. Prinsip-prinsip yang sesuai dengan perubahan sosial dan dinamika
kelompok
2. Para guru menghendaki supervisi dari kepala sekolah, sebagaimana yang
seharusnya dikerjakan oleh tenaga personil yang berjabatan supervisor.
3. Kepala sekolah tidak melakukan supervisi dengan baik.
4. Semua guru membutuhkan supervisi dan mengharapkan untuk
disupervisi
5. Para guru lebih menghargai dan menilai secara positif perilaku supervisor
yang hangat, saling mempercayai, bersahabat dan menghargai guru.
6. Supervisi dianggap bermanfaat bila direncanakan dengan baik, supervisor
menunjukkan sifat membantu dan menyediakan model-model
pengajaran yang dipandang efektif.
7. Supervisor memberikan peran serta yang cukup tinggi kepada guru untuk
pengambilan keputusan dalam wawancara supervisi.

Problematika Guru di Sekolah Dalam Perspektif Supervisi Pendidikan | 165


8. Supervisor mengutamakan pengembangan ketrampilan hubungan insani,
seperti halnya dengan ketrampilan teknis.
9. Supervisor seharusnya menciptakan iklim organisasional yang terbuka
yang memungkinkan pemantapan hubungan yang saling menunjang.

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa guru merespon dan


mempunyai sikap yang terbuka terhadap supervisi. Bahkan, guru tersebut
membutuhkan supervisi untuk meningkatkan kinerjanya.
Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah atau madrasah mempunyai
peran untuk meningkatkan kinerja guru, guru pastilah mempunyai banyak
masalah, karena Maka dari itu, kinerja guru perlu ditingkatkan dengan
diadakannya supervisi yang dilakukan langsung oleh kepala sekolah.
Dalam melakukan supervisi kepada guru, kepala sekolah atau madrasah
biasanya memakai teknik wawancara atau dialog dengan guru tersebut.
Dimana guru akan menjadi lebih terbuka mengemukakan masalah- masalah
yang dihadapinya, lalu kemudian kepala sekolah atau madrasah menanyakan
tentang idenya untuk mengatasi masalah yang dihadapinya tersebut. Di
samping itu, kepala sekolah juga bisa mengemukakan solusi untuk guru
tersebut jika hal itu diperlukan dan guru tidak dapat menemukan sendiri
solusi terhadap masalahnya tersebut.
Sementara itu, supervisi dilakukan untuk meningkatkan motivasi kerja
guru sehingga kinerja guru dalam mengajar juga meningkat. Kinerja yang
dapat ditingkatkan adalah kinerja dalam mendesain pembelajaran dan juga
kinerja dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah atau madrasah, sebagai
supervisor harus mampu memahami permasalahan yang dihadapi oleh guru,
baik dalam mendesain pembelajaran ataupun ketika proses pembelajaran.
Kepala sekolah atau madrasah hendaknya mampu memberikan solusi atau
membicarakan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh guru tersebut
secara bersama-sama antara supervisor dengan guru tersebut.
Dalam mengadakan supervisi, biasanya kepala sekolah juga menerapkan
teknik kelompok, yaitu dengan rapat dan juga workshop atau seminar.
Namun biasanya teknik ini tidak hanya diperuntukkan untuk guru satu bidang
studi saja, melainkan seluruh guru yang ada di sekolah tersebut. Guru
mestinya menyadari bahwa dengan adanya supervisi, maka kualitas dan
kuantitas kinerjanya dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, guru mestinya
sangat terbuka dalam menerima supervisi. Namun yang terjadi adalah
sebaliknya, yaitu guru menutup diri dari pelaksanaan supervisi atau bahkan
guru takut dengan adanya supervisi tersebut.

166 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Guru atau pendidik yang ideal dan profesional adalah guru atau pendidik
yang siap disupervisi kapan pun, dimana pun dan oleh siapa pun. Guru siap
menerima kritik yang datang kepadanya, baik dari seorang siswa maupun dari
teman sejawat dan pengarahan dari seorang supervisor untuk membenahi
atau melengkapi kekurangan yang ada dalam dirinya. Karena setiap manusia
pastilah mempunyai kekurangan, dan semakin profesional seorang manusia
tentulah ia semakin menyadari dan berusaha menutupi kekurangannya
tersebut.
Guru atau pendidik yang ideal harus mempunyai berbagai pengetahuan
sebagaimana yang penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya dan juga
menjadi sosok idola di depan anak didiknya. Di samping itu, guru atau
pendidik zaman sekarang juga harus memiliki sertifikasi atau penghargaan
keprofesionalisasiannya dan juga siap untuk disupervisi ketika sedang
melakukan pembelajaran, dimana pun, kapan pun dan oleh siapa pun.

D. PROBLEMA GURU DALAM KEPUASAN KERJA


Supervisi terhadap guru salah satu tujuannya adalah untuk membina dan
membantu guru dalam mengatasi berbagai masalah yang dialaminya
sehingga dapat meningkatkan kualitas guru dalam bekerja. Selain itu, juga
bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap guru karena masalah-
masalah yang dihadapinya dapat terpecahkan. Oleh karena itu, tugas seorang
supervisor dan juga supervisee (guru) untuk saling bekerja sama sehingga
kepuasan kerja itu dapat terwujud.
1) Membantu Guru-guru Yang Belum Berpengalaman
Kebanyakan guru belum berpengalaman. Hal ini merupakan tantangan
bagi supervisor. Ciri-ciri guru yang belum berpengalaman, adalah pemalu,
canggung dalam pergaulan dengan teman sejawat, dan tidak merasa aman
dalam melaksanakan tugas. Mereka berharap mendapatkan pelayanan dan
pendekatan dari orang yang lebih berpengalaman.
Bantuan yang dapat diberikan kepada guru tersebut antara lain: 1)
membantu memecahkan problema yang dihadapi; dalam mengajar dan
merencanakan tugas-tugas mengajar, 2) membantu mereka untuk mengenal
murid-murid dan dapat mengidentifikasikan diri dengan murid. Identifikasi ini
sering keliru. Sering guru baru menyangka mengidentifikasi diri dengan murid,
berarti bergaul seperti teman murid dan berlaku sebagai murid. Identifikasi
seperti itu mengakibatkan pribadi guru lebur dan hilanglah wibawanya, 3)
mengantarkan guru baru ke dalam suasana pergaulan antar guru.
Teknik yang paling tepat untuk membantu guru adalah program orientasi
percakapan pribadi atau mengikut sertakan dalam panitia kerja atau
kelompok diskusi. Bimbingan dan pengarahan yang tepat akan sangat
Problematika Guru di Sekolah Dalam Perspektif Supervisi Pendidikan | 167
membantu pertumbuhan guru baru. Namun perlu diperhatikan bagi seorang
supervisor, bahwa perhatian atau perlakuan terhadap seorang guru juga
harus mempertimbangkan guru-guru yang lain, agar tidak menimbulkan rasa
iri. Maka dari itu, kepala sekolah sebagai seorang supervisor juga harus bisa
berbuat adil kepada bawahannya dan dalam membina guru yang baru dan
belum berpengalaman tidak boleh mengabaikan guru-guru yang sudah ada.
Tanpa sikap dan sifat adil, maka ketimpangan dan kecemburuan akan selalu
terjadi.

2) Membantu Guru-guru yang Sedia Membantu Guru yang Tidak Hadir


Salah satu masalah yang sering dihadapi kepala sekolah ialah masalah
guru yang tidak hadir pada jam pelajaran yang ditentukan. Pada saat sekarang
ini biasanya sebab-sebab ketidakhadiran itu bermacam-macam, misalnya
karena sakit, halangan-halangan di rumah tangga, tugas-tugas tambahan di
luar sekolah, cuti hamil dan sebagainya. Dalam hal ini harus ada kesediaan
dan kerelaan dari rekan guru lain untuk mengisi kekosongan itu. Sistem yang
sering dipakai adalah sistem piket. Tetapi yang terpenting dalam hal ini ialah
penciptaan sekolah yang menyenangkan di mana semua guru merasa saling
membantu, tidak ada masalah mengenai waktu-waktu yang kosong.
Di samping itu, kepala sekolah juga harus memberikan motivasi kepada
guru yang sering tidak hadir dan juga guru pengganti agar selalu saling
membantu dan saling mengisi. Menurut Mulyasa “motivasi merupakan salah
satu faktor yang turut menentukan keefektifan kerja”. Maka tanpa motivasi
dari kepala sekolah, dorongan untuk giat bekerja tidak ada dan kinerja guru
akan semakin tidak efektif, sehingga mutu pendidikan sulit untuk ditingkatkan.

3) Membantu Guru-guru yang Bekerja Kurang Efektif


Sebagaimana manusia, tentu setiap guru mempunyai kelemahan-
kelemahan tersendiri. Guru yang mempunyai kelemahan, biasanya menutup
dirinya bila ia bersifat introvert. Tetapi ada juga menutupi kelemahan dirinya
dengan mengadakan manipulasi tingkah laku, misalnya menarik perhatian
orang lain dan bertindak yang menyimpang. Itu terletak pada latihan
kebiasaan dan disiplin yang kurang. Ada juga karena ia sendiri kurang pandai
waktu belajar di pendidikan guru, kurang cakap mengajar, acuh tak acuh
dalam membuat persiapan dan perencanaan tugas-tugas. Mungkin juga oleh
karena sukar untuk menyesuaikan diri di rumah atau di masyarakat. Ada pula
sebab-sebab bersumber pada emosi, misalnya ketakutan akan kegagalan,
merasa tidak aman, tertekan dalam pekerjaan atau terlalu banyak diberi
tugas tambahan, terlalu mementingkan diri sendiri.

168 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Semua reaksi jiwa di atas sebenarnya bersumber dari kebutuhan yang tak
terpenuhi. Oleh karena itu, harapan untuk memenuhi kebutuhan itu adalah
suatu permulaan yang berhasil dari perjalanan seorang supervisor. Teknik
yang dipakai adalah percakapan pribadi, karena hal tersebut akan membantu
guru mengenal dirinya sendiri. Ketrampilan supervisor untuk menganalisa
kasus-kasus kelemahan guru berdasarkan data obyektif. Berdasarkan data
obyektif itu, guru dapat melihat dirinya dalam konteks relasi dengan orang
lain. Hendaknya jangan memakai praktik-praktik yang bersifat tradisional,
seperti rekomendasi agar guru itu dipindahkan, rekomendasi agar guru
tersebut mencari pekerjaan lain, dan lain sebagainya.
Metode yang terbaik untuk membantu guru-guru demikian adalah
meletakkan hubungan kemanusiaan yang baik, di mana ada saling percaya,
saling mengakui, saling menghargai dan saling dapat bekerja sama. Dalam
percakapan pribadi, supervisor dapat menimbulkan kepercayaan pada diri
sendiri. Orang harus dilatih melihat self concept, konsep tentang dirinya
sendiri, ide tentang dirinya. Tugas supervisor adalah memberi kebebasan agar
guru dapat menemukan dirinya sendiri. Di samping percakapan pribadi,
diskusi bersama, maka intervisitation juga merupakan salah satu teknik yang
dapat dilaksanakan. Bagi mereka yang sukar melihat kekurangan dirinya,
biasanya dapat belajar dari orang lain.
Untuk menumbuhkan konsep diri, kepala sekolah disarankan bersikap
empati, menerima, hangat, dan terbuka, sehingga para tenaga kependidikan
dapat mengekplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan
masalahnya. Jika kepala sekolah bersikap keras dan tertutup, maka guru atau
tenaga kependidikan yang lain, akan malah lari menjauhinya.

4) Membantu Guru-guru yang Superior


Guru superior maksudnya guru yang sangat berhasil dalam pelajarannya
karena menggunakan cara-cara mengajar yang sesuai dengan kepribadiannya
atau dapat diartikan guru yang menggunakan cara-cara yang bermacam
secara baik dan berhasil. Biasanya guru yang berhasil baik ini, dipilih sebagai
contoh untuk ditiru. Dengan demikian mereka merasa superior.
Guru yang seperti ini hendaknya memperoleh penghargaan, namun
jangan diberikan secara langsung, agar tidak menandakan bahwa guru
tersebut mendapat pujian. Cara yang lain untuk memberi hadiah adalah
dengan memberi tambahan gaji extra, dan lain sebagainya. Dan untuk
menghilangkan rasa iri atas dirinya, maka guru-guru yang lain juga diikutkan
dalam penilaian supaya lebih obyektif.

Problematika Guru di Sekolah Dalam Perspektif Supervisi Pendidikan | 169


Selain itu, kunjungan terhadap guru-guru yang superior akan memberi
arti tersendiri. Karena kunjungan yang dilakukan oleh supervisor akan
memberi motivasi tersendiri agar guru yang superior tersebut lebih
meningkatkan keprofesionalisasiannya. Di samping itu, bagi supervisor juga
dapat belajar dari guru yang superior tersebut.
Guru superior adalah guru yang profesional, maka pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan non direktif. Perilaku supervisor adalah
mendengarkan, memberanikan, menjelaskan, menyajikan dan memecahkan
masalah. Sedangkan teknik yang diterapkan adalah dialog dan mendengarkan
aktif. Jadi kepala sekolah hanya mendengarkan dan bahkan belajar dari guru
tersebut.

5) Membantu Guru-guru Yang Mempunyai Kelemahan Pribadi


Salah satu kelemahan mengajar adalah kelemahan pada pribadi guru.
Manifestasi kelemahan tersebut tampak pada:
a. Gangguan pada suara pada saat berkata-kata misalnya menelan kata-kata,
waktu berbicara kurang jelas, suara terlalu lemah, terlalu cepat berbicara
dan lain sebagainya.
b. Gangguan dalam gaya lahiriah dan inti pribadi, misalnya berpakaian
terlalu mencolok dan bersolek yang berlebihan atau bahkan terlalu
cerewet.
c. Gangguan watak dan pribadi, misalnya lekas tersinggung, terlalu peka,
tidak percaya dan salah pengertian, dan lain sebagainya.

Supervisor dapat menerapkan cara-cara misalnya visitation oleh


supervisor agar guru dapat melihat kelemahan dirinya, berdiskusi secara
terus terang, atau mungkin dengan menggunakan gangguan tape recorde,
agar guru biasa menghadapi gangguan. Tugas supervisor dalam hal ini ialah
selalu belajar mengenal pribadi dari seluruh guru agar mampu memberi
diagnosa yang tepat dan juga pembinaan kepada guru-guru.

6) Membantu Guru-guru yang Kurang Rajin


Guru sering menunjukkan kemalasan, karena tidak ada penghargaan dari
kepala sekolah terhadap pekerjaan yang dilakukannya, tidak diikut sertakan
dalam segala kegiatan di sekolah, tidak ada kepercayaan dari pimpinan
sekolah, tidak mendapat perlakuan yang layak dalam hal promosi. Di samping
itu, biasanya juga dipengaruhi oleh permasalahan rumah tangga dan ekonomi
yang dihadapinya.

170 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Ciri-ciri guru yang kurang rajin ini antara lain: tidak tertarik terhadap hal-
hal yang baru dalam bidang pengembangan pendidikan, tidak pernah
membuat catatan persiapan untuk menyajikan pelajaran, tidak pernah
mengoreksi pekerjaan murid, menghindari kerja sama dengan orang lain dan
cepat-cepat pulang setelah pelajaran.
Maka supervisor haru memberikan bantuan yang berupa hal-hal yang
bersifat membangun, misalnya: memberi tanggung jawab kepada guru-guru,
memberi kesempatan kepada guru-guru untuk menghayati motivasi dan
stimulasi dengan menggunakan teknik-teknik dinamika kelompok, dan
mengikut sertakan guru-guru tersebut dalam panitia kerja.

7) Membantu Guru-guru yang Kurang Bergairah


Guru yang kurang bergairah mempunyai ciri-ciri antara lain: jarang
tersenyum, kurang humor, kurang ramah-tamah, sukar bergaul dengan orang
lain, dan seterusnya. Maka dari itu, supervisor harus selalu membawa mereka
dalam suasana kegiatan yang terus menerus, memberi penjelasan dan
informasi terhadap mereka tentang segala kebijaksanaan dan surat-surat
edaran dari sekolah, dan bila terjadi diskusi dan didalamnya debat tidak
diambil kesimpulan, maka diskusi dapat terjadi berlarut-larut dan akan
menambah ketegangan dan pertentangan saja.
Motivasi juga harus diberikan oleh kepala sekolah kepada guru yang
berada dalam keadaan demikian ini. Di samping itu, guru tersebut hendaknya
diberi tugas atau beban untuk melakukan suatu pekerjaan yang agak
menantang dan apabila berhasil diberi reward.

8) Membantu Guru-guru yang Kurang Demokratis


Ciri guru yang kurang demokratis adalah: menolak tanggung jawab
bersama, kurang senang pada orang yang bebas mengeluarkan pendapat,
mengajar hanya bersifat memberitahukan dan routine, dan terhadap
pimpinan hanya meminta untuk menyetujui pendapatnya saja.
Terhadap guru yang seperti ini, kepala sekolah sebagai supervisor
sebelum memberi bantuan kepada mereka, terlebih dahulu penulis sarankan
untuk melakukan analisa terhadap kepemimpinan yang dilakukan selama ini.
Maka berdasarkan hasil analisa tersebut, kepala sekolah memberi motivasi
kepada guru tersebut antara lain dengan cara sebagai berikut: 1) mengikut
sertakan anggota staf dalam menyusun program kerja sekolah, 2) menghargai
pendapat anggota staf baik dalam rapat maupun di luar rapat, 3) mengajak
anggota staf memecahkan problema yang dihadapi oleh sekolah. 4) mengajak
guru-guru untuk bersama-sama mengevaluasi program pendidikan yang ada
di sekolah tersebut.

Problematika Guru di Sekolah Dalam Perspektif Supervisi Pendidikan | 171


9) Membantu Guru-guru yang Selalu Menentang
Dalam suatu sekolah, terdapat guru yang selalu tidak setuju dan selalu
menentang ide yang dikeluarkan atau dikemukakan oleh kepala sekolah, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pertentangan ini disebabkan
berbagai macam hal. Kadang ada benarnya jika guru tidak setuju dengan
pendapat kepala sekolah, hanya cara penyampaian pendapatnya dengan
cara-cara yang tidak wajar.
Oleh karena itu, kepala sekolah harus segera menyadari hal itu dan
segera berusaha untuk mengatasinya. Hal yang pertama dilakukan adalah
introspeksi diri. Setelah itu, kepala sekolah berusaha mengatasi
permasalahan tersebut dengan melakukan beberapa hal ini: 1) menciptakan
hubungan kerja sama dengan guru-guru tersebut dalam segala kegiatan
sekolah, 2) menciptakan suasana kerja sehingga orang merasa bahwa ia ikut
menyumbangkan usaha ke arah perbaikan, 3) mengakui bahwa di luar diri,
ada orang lain yang ingin bekerja dan mau membantu.

10) Membantu Guru-guru yang Terlalu Lama Bekerja Routine


Kebanyakan guru-guru yang sudah lama bekerja merasa puas dengan
pengalaman yang diperolehnya dan ini dianggap suatu hal yang terbaik yang
pernah ia lakukan dan berlangsung selama bertahun-tahun. Walaupun di
mata publik yang dilakukan oleh guru tersebut merupakan hal yang sudah
tidak masanya lagi. Namun mereka sudah menganggap apa dikerjakannya
tersebut merupakan hal yang cukup. Tidak ada usaha ke arah perbaikan,
bahkan guru sinis terhadap perkembangan dan perubahan yang terjadi.
Kurang terbuka dan sensitif terhadap pembaharuan.
Maka kepala sekolah, sebagai supervisor harus merubah cara menatar
guru. Mereka dibuat dan diberi pengertian agar menyadari bahwa mereka
mengalami perubahan dan profesinya tersebut selalu berkembang. Maka
mereka juga harus mengembangkan diri mereka sesuai dengan tuntutan
profesi. Guru yang seperti ini, memang sulit untuk dirubah, namun jika
dilakukan dengan perlahan dan ulet maka juga akan berhasil.

11) Membantu Guru-guru yang Menghadapi Keruwetan dalam Masalah


Disiplin
Guru ada kalanya yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan disiplin
kelas, sehingga ia mencurahkan sebagian besar waktunya untuk memikirkan
cara menerapkan disiplin yang tepat bagi muridnya. Biasanya guru yang
demikian, memulai pelajarannya dengan ceramah dan menghendaki agar
muridnya disiplin. Sehingga sering berlaku keras dan memarahi murid-

172 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


muridnya. Dan murid pun biasanya malah menentang guru tersebut dengan
keras.
Permasalahan ini hanya dapat diselesaikan bila dicari dan ditemukan
penyebab hal tersebut, misalnya guru kurang memiliki ketrampilan
berkomunikasi, atau mungkin terdapat masalah pribadi dalam diri guru
tersebut. Sehingga guru akan kehilangan rasa saling percaya. Maka guru yang
demikian dapat dibantu dengan cara mengembalikan kewibawaan dan rasa
saling percayanya. Caranya ialah memberi tugas dan tanggung jawab untuk
melaksanakan sesuatu dengan bimbingan dan pembinaan yang bijaksana.

E. KESIMPULAN
Guru merupakan seorang figur yang menjadi panutan dalam segala hal
baik tingkah laku yang tersurat atau pun yang tersirat, sehingga Bimbingan
Konseling sangat berfungsi sebagai penunjuk arah bagi para peserta didik
untuk mengantarkan menjadi yang terbaik.
Selain mengarahkan kepada tujuan peserta didik yang baik, juga
Bimbingan Konseling sangat membantu bagi tenaga pendidik yang kurang
rajin menjadi rajin, yang mengalami keruwetan menjadi disiplin, yang
mengalami kejenuhan karena kerutinan kerja akan menemukan jalan penuh
dengan manfaat dan semangat, tenaga pendidik yang kurang demokratis
akan menjadi demokratis yang pada akhirnya dengan adanya Bimbingan
Konseling menjadikan terarah dalam segala hal menentukan solusi.

Problematika Guru di Sekolah Dalam Perspektif Supervisi Pendidikan | 173


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan


Kejuruan, Jakarta: Rajawali Pers, 1990.
Mantja, Bahan Ajar Model Pembinaan/Supervisi Pengajaran (MPD530): Bagi
Program S-2 Manajemen Pendidikan PPS UM, Malang: Bahan ajar tidak
diterbitkan, 2000.
Mufidah, Lukluk Nur, Supervisi Pendidikan, Jember: Center for Society Studies,
2008.
Mujib, Abdul, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2006.
Mulyasa, E., Menjadi Kepala Sekolah Profesional: Dalam Konteks
Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Mulyasa, E., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006.
Sabri, Ahmad, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Jakarta:
Quantum Teaching, 2005.
Sahertian, Piet A., Frans Mataheru, Prinsip & Tehnik Supervisi Pendidikan,
Sahertian, Piet A., Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan: Dalam
Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta,
2000.
Sulistiyorini, Manajemen Pendidikan Islam, Surabaya: eLKAF, 2006. Rohmad,
Ali, Kapita Selekta Pendidikan, Jakarta: Bina Ilmu, 2005.
Surabaya: Usaha Nasional, tt.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1972.

174 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


BAB
9

PRODUK SUPERVISI DAN


MUTU PENDIDIKAN

R A S Zarkasih & Bambang Yasmadi

A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan persoalan vital bagi setiap segi kemajuan dan
perkembangan manusia pada khususnya dan bangsa pada umumnya.
Kemajuan dalam segi pendidikan maka akan menentukan kualitas sumber
daya manusia dan perkembangan bangsa yang ke arah lebih baik dan maju.
Peningkatan kualitas pendidikan tidaklah mudah melainkan membutuhkan
waktu yang panjang dan keterlibatan berbagai komponen dan elemen.
Dewasa kini banyak orang berbicara tentang merosotnya mutu pendidikan. Di
lain pihak banyak pula yang menggembor-gemborkan dan menandaskan
bahwa perlu dan pentingnya rekonstruksi atau pembaharuan pendidikan dan
pengajaran, ironinya sangat sedikit sekali para pemerhati dan pengkritisi
pendidikan yang berbicara mengenai soal pemecahan masalahnya (problem
solving) perbaikan pendidikan dan pengajarannya agar lebih maju dan
mencapai tujuan pendidikan yang hakiki.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berperan sebagai salah satu
wakil dari pemerintah pusat maka peran sekolah berkewajiban untuk dapat
mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam organisasi sekolah, kedudukan
kepala sekolah merupakan faktor penentu, penggerak segala sumber daya
yang ada dalam sekolah, agar segala komponen yang di dalamnya dapat
berfungsi secara maksimal dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kepala
sekolah yang berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, leader,
motivator dan supervisor sekolah. Guru memiliki peran yang sangat besar,
besarnya tanggung jawab guru dalam pendidikan merupakan tantangan bila
dikaitkan dengan mutu pendidikan dewasa kini. Keluhan masyarakat
terhadap merosotnya mutu pendidikan seharusnya dapat menjadi refleksi
bagi para guru yang tidak kompeten dan profesional. Guru profesional bukan
hanya sekedar dapat menguasai materi dan sebagai alat untuk transmisi
kebudayaan tetapi dapat mentransformasikan pengetahuan, nilai dan
kebudayaan kearah yang dinamis yang menuntut produktifitas yang tinggi
dan kualitas karya yang dapat bersaing.
Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah
melalui Proses Pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas
sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia
yang harus dibina dan dikembangkan terus menerus. Pembentukan Profesi
Guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan (pre-service
education) maupun Program dalam jabatan (inservice education). Tidak
semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan
kualified. Potensi sumber daya guru itu perlu terus menerus bertumbuh dan
berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara profesional.
Selain itu, pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru
untuk terus menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat. Itulah sebabnya
ulasan mengenai perlunya supervisi pendidikan itu bertolak dari keyakinan
dasar bahwa guru adalah suatu profesi. Suatu profesi selalu bertumbuh dan
berkembang. Perkembangan profesi itu ditentukan oleh faktor internal
maupun eksternal.
Dalam konteks ini sebenarnya guru yang kurang profesional sangat
membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang lain atau supervisor dalam
memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi untuk mencapai tujuan
pendidikan, misalnya seperti masalah kurang pahamnya tujuan pendidikan,
tujuan kurikuler, serta tujuan instruksional dan operasional. Sehingga peran
guru yang sangat besar dalam meningkatkan mutu pendidikan akan dapat
tercapai jika semua permasalahan yang dihadapi oleh para guru dapat
dipecahkan dengan baik. Dan seorang yang disebut supervisor yang
mempunyai fungsi sebagai pembimbing, mengarahkan, membantu dalam hal
ini adalah Kepala Sekolah (supervisor) yang setiap hari langsung berhadapan
dengan guru.
Supervisi merupakan salah satu fungsi kepala sekolah untuk
meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru dalam melaksanakan
pengajaran. Sehubungan dengan pentingnya aktifitas supervisi sekolah yang
berkaitan dengan peningkatan kualitas guru pada khususnya dan peningkatan
mutu pendidikan pada umumnya, maka dalam penulisan makalah ini akan

176 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


dibahas seputar aktivitas supervisi pendidikan atau sekolah dalam upaya
meningkatkan kualitas mutu pendidikan Indonesia.

B. PENGERTIAN PRODUK SUPERVISI PENDIDIKAN


Sebelum membahas mengenai Produk supervisi, kita perlu mengetahui
beberapa istilah yang berkaitan dengan produk supervisi. Istilah tersebut
diantaranya adalah Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar
untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan dan yang dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Sedangkan supervisi
sendiri merupakan inspeksi, pengawasan, monitoring serta penilaian dan
evaluasi. Istilah dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Inspeksi terbatas pada pengertian mengawasi apakah bawahan (guru)
menjalankan apa yang telah diinstruksikan oleh atasannya.
2. Penilaian dan pengawasan mempunyai pengertian suatu kegiatan yang
bukan hanya mencari kesalahan tetapi juga berupaya menemukan hal-hal
yang sudah baik untuk dikembangkan lebih lanjut. Di dalam peraturan
pemerintah No.38 tahun 1992 pasal 20 dibedakan istilah pengawas (yang
dipakai untuk menunjukkan tugasnya pada jalur pendidikan sekolah) dan
penilik (yang dipakai untuk menunjukkan tugasnya pada jalur pendidikan
luar sekolah).
3. Monitoring berarti kegiatan pengumpulan data tentang suatu kegiatan
sebagai bahan untuk melaksanakan penilaian.

Dalam bisnis, produk adalah barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan.
Dalam marketing, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah
pasar dan bisa memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan. Dalam tingkat
pengecer, produk sering disebut sebagai merchandise. Dalam manufaktur,
produk dibeli dalam bentuk barang mentah dan dijual sebagai barang jadi.
Produk yang berupa barang mentah seperti metal atau hasil pertanian sering
pula disebut sebagai komoditas. Kata produk berasal dari bahasa Inggris
product yang berarti “sesuatu yang diproduksi oleh tenaga kerja atau
sejenisnya”. Bentuk kerja dari kata product, yaitu produce, merupakan
serapan dari bahasa latin prōdūce(re), yang berarti (untuk) memimpin atau
membawa sesuatu untuk maju. Pada tahun 1575, kata “produk” merujuk
pada apapun yang diproduksi (anything produced). Namun sejak 1695,
definisi kata product lebih merujuk pada sesuatu yang diproduksi (“thing or
things produced”). Produk dalam pengertian ekonomi diperkenalkan pertama
kali oleh ekonom-politisi Adam Smith. Dalam penggunaan yang lebih luas,
produk dapat merujuk pada sebuah barang atau unit, sekelompok produk

Produk Supervisi dan Mutu Pendidikan | 177


yang sama, sekelompok barang dan jasa, atau sebuah pengelompokan
industri untuk barang dan jasa.
Secara morfologis Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu
super dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih
serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan,
dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan –orang yang berposisi di atas,
pimpinan--terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan
kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan
supervisi bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung
unsur pembinaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat
diketahui kekurangannya (bukan semata mata kesalahannya) untuk dapat
diberitahu bagian yang perlu diperbaiki.
Secara sematik Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa
bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada
umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada
khususnya. Menurut Ibrahim (2004) Supervisi adalah layanan profesional
yang berbentuk pemberian bantuan kepada personil sekolah dalam
meningkatkan kemampuannya agar lebih mampu melaksanakan perubahan
penyelenggaraan sekolah dalam rangka meningkatkan pencapaian tujuan
sekolah.
Menurut Wiles (1955), Supervisi merupakan bantuan dalam
pengembangan situasi belajar mengajar. Menurut P. Adams dan Frank G.
Dickey, supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki
pengajaran. Dalam “Dictionary of Education”, Good Carter, memberi
pengertian supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam
memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki
pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan
perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-
bahan pengajaran dan metode pengajar dan evaluasi pengajaran.
Menurut Kerney, supervisi pendidikan adalah prosedur memberikan
pengarahan dan memberikan evaluasi kritis terhadap proses intruksional.
Sasaran akhir dari supervisi adalah menyediakan layanan pendidikan yang
lebih baik kepada semua siswa. Inti dari produk supervisi pada hakekatnya
adalah memperbaiki hal belajar dan mengajar. Program ini dapat berhasil bila
supervisor memiliki ketrampilan (skill) dan cara kerja yang efisien dalam kerja
sama dengan orang lain (guru dan petugas pendidikan lainnya).
Dari beberapa pengertian diatas, disimpulkan bahwa supervisi
pembelajaran adalah usaha supervisor untuk membantu guru meningkatkan
kemampuan dan etos kerja profesionalnya sehingga lebih mampu mengatasi
berbagai masalah pembelajaran yang muncul serta memperbaiki

178 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


pembelajaran. Pandangan ini memberi gambaran bahwa supervisi adalah
sebagai bantuan dan bimbingan atau tuntutan ke arah situasi pendidikan
yang lebih baik kepada guru-guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya
di bidang intruksional sebagai bagian dari peningkatan mutu pembelajaran.
Sehingga guru tersebut dapat membantu memecahkan kesulitan belajar
siswa mengacu pada kurikulum yang berlaku.
Nilai produk supervisi ini terletak pada perkembangan dan perbaikan
situasi belajar mengajar yang direfleksikan pada perkembangan yang tercapai
oleh peserta didik melalui kurikulum yang disusun dengan sistematis. Dan
istilah pembimbingan di atas cenderung mengacu kepada usaha yang bersifat
demokratis atau manusiawi yang tidak bersifat otoriter. Kemudian yang
dimaksud sebagai pihak atasan, di samping dalam arti hierarki, akan tetapi
juga dalam arti kewenangan dan kompetensi dalam bidang supervisi.
Memperbaiki situasi bekerja belajar mengajar secara efektif dan efisien
tergantung makna di dalamnya bekerja dan belajar secara berdisiplin,
bertanggung jawab, dan memenuhi akuntabilitas.
Tujuan pokok dari supervisi adalah menghasilkan guru yang professional
dan bertanggung jawab secara profesi serta memiliki komitmen yang tinggi
memperbaiki diri sendiri atas bantuan orang lain. Menurut Suharsimi
Arikunto, tujuan supervisi dibagi menjadi dua yaitu tujuan secara umum dan
khusus. Tujuan supervisi secara umum ialah memberikan bantuan teknis dan
bimbingan kepada guru dan staff lain agama maupun meningkatkan kualitas
kinerjanya. Tujuan yang masih umum ini tidak mudah untuk dicapai, tetapi
harus dijabarkan menjadi tujuan khusus yang lebih rinci dan jelas sasarannya.
Fungsi dari supervisi adalah memajukan dan mengembangkan pengajaran
sehingga proses belajar mengajar yang di lakukan oleh seorang guru
berlangsung dengan baik dan efektif. Fungsi supervisi antara lain :
1. Fungsi Meningkatkan Mutu Pembelajaran Ruang lingkupnya sempit,
hanya tertuju pada aspek akademik, khususnya yang terjadi di ruang kelas
ketika guru sedang memberikan bantuan dan arahan kepada siswa.
2. Fungsi Memicu Unsur yang Terkait dengan Pembelajaran Lebih dikenal
dengan nama Supervisi Administrasi.

Supervisi dan kurikulum adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Karenanya, kurikulum merupakan salah satu alat dalam mencapai tujuan
pendidikan, serta pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua
jenis pendidikan, sehingga apabila aktivitas dalam supervisi tidak direfleksikan
dalam praktek kurikulum, maka supervisi tidak akan ada artinya. Begitu juga,
bila sebuah kurikulum dibiarkan berjalan apa adanya, dengan mengabaikan
professionalisme guru, media pengajaran, silabus, tanpa adanya perbaikan

Produk Supervisi dan Mutu Pendidikan | 179


perbaikan, maupun tidak ada pengawasan dari supervisi, maka kurikulum
yang ada, tidak akan memberikan efek keberhasilan pada para peserta didik.
Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan administrasi kurikulum agar
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum berjalan lebih efektif,
efisien, dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber belajar,
pengalaman belajar, maupun komponen kurikulum. Ada beberapa fungsi dari
administrasi kurikulum diantaranya sebagai berikut:
Untuk itu, supervisi pendidikan dalam bidang pengembangan kurikulum
sangatlah penting dalam dunia pendidikan. Karena hal tersebut langsung
berkaitan dengan output yang akan dihasilkan oleh seorang pendidik, misal
yaitu keberhasilan siswa didik, adanya perubahan tingkah laku pada siswa
didik. Guru memiliki tanggung jawab besar terhadap keberhasilan siswa
didiknya. Untuk itu, program supervisi yang baik itu dari kepala sekolah
sendiri, atau dari supervisor sangatlah bagus untuk diterapkan secara rutin
dalam sebuah lembaga sekolah, guna meningkatkan mutu pendidik maupun
yang dididik, serta dapat meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang
bersangkutan.
Beberapa usaha yang perlu dijalankan oleh seorang supervisor kepada
musyawarah guru bidang studi sejenis, antara lain: (1) Mengadakan
pertemuan guru bidang studi secara rutin untuk membicarakan kesukaran; (2)
Memberikan kesempatan untuk bertanya agar lebih berani memecahkan
sendiri dan bertanggung jawab; (3) Memberikan penjelasan secukupnya agar
mereka puas pada pertemuan itu; (4) Seorang supervisor harus bersifat
terbuka dan mengakui kekeliruan/ kesalahan secara sportif.
Administrasi pelaksanaan kurikulum berkenaan dengan semua perilaku
yang bertalian dengan semua tugas yang memungkinkan terlaksanakannya
kurikulum. Dalam administrasi pelaksanaan kurikulum ini, tujuan administrasi
tersebut adalah agar kurikulum dapat dilaksanakan dengan baik. Administrasi
bertugas menyediakan atau mempersiapkan fasilitas material, personal dan
kondisi-kondisi agar kurikulum dapat dilaksanakan.
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan
kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang
berperan adalah kepala sekolah dan pada tingkat kelas yang berperan adalah
guru. Walaupun dibedakan antara tugas kepala sekolah dan tugas guru dalam
pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan tingkat dalam pelaksanaan
administrasi, yaitu tingkat kelas dan tingkat sekolah, namun antara kedua
tingkat dalam pelaksanaan administrasi kurikulum tersebut senantiasa
bergandengan dan bersama-sama bertanggungjawab melaksanakan proses
administrasi kurikulum.

180 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Program supervisi (kurikulum) disusun dan dilaksanakan sesuai dengan
tujuan, fungsi dan lingkup program. Pada umumnya, program supervisi
bertujuan untuk mengembangkan dan mencapai proses belajar mengajar
yang relevan, dan efektif melalui peningkatan kemampuan guru. Penyusunan
program pengajaran dan penyampaian pengajaran pada siswa.
Dalam penyusunan instrumen supervisi dibutuhkan dua hal yaitu
informasi atau data supervisi:
1. Informasi atau Data Supervisi
Data yang dapat digunakan sebagai bahan untuk pembinaan bukan hanya
diperoleh dari pengamatan kelas oleh pengawas dan kepala sekolah saja,
tetapi bermacam-macam bentuk yaitu:
a. Data tertulis yang terdapat dalam berbagai arsip dan dokumen yang
dimiliki oleh sekolah.
b. Data yang berbentuk suara dan makna bahasa yang dikeluarkan oleh
siapa saja oleh pelakunya dalam bentuk pidato, pembicaraan santai,
pendapat atau usul, sanggahan atau bantahan dan dapat juga berupa
jawaban ketika orang yang bersangkutan diwawancarai.
c. Data berbentuk gambaran atau grafis yang ditangkap oleh indra
penglihatan, antara lain berupa gambaran gerak orang (misalnya gaya
mengajar guru dan perilaku siswa ketika sedang mengikuti pelajaran
dikelas), gambaran benda mati, misalnya suasana buku yang ada
diperpustakaan dan alat-alat yang ditata di laboratorium, gerak benda
mati (misalnya film, kerja computer, kinerja mesin tulis, kinerja
microscop).

2. Sumber Data Supervisi


Sumber data supervisi adalah sesuatu yang dituju oleh pelaku supervisi
yang sedang mengumpulkan data, dalam rangkaian upaya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Secara garis besar sasaran tentang
sumber data dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:
a. Orang / personal Data yang mungkin diambil dari sumber yang berupa
orang yaitu manusia,
b. adalah data yang berupa informasi, penjelasan, uraian, pendapat, usul
dan sasaran mengenai pembelajaran yang sudah dan sedang berlangsung.
Data dari orang hanya dapat digali melalui wawancara dan angket.
c. Dokumen Yang dimaksud dokumen dalam pembicaraan tentang sasaran
atau sumber data bukan terbatas pada buku pedoman atau arsip saja
tetapi semua hal yang mengandung tulisan, gambar, tabel, bagan atau
simbol-simbol grafis lain.

Produk Supervisi dan Mutu Pendidikan | 181


d. Tempat/ lokasi Dalam kunjungan kelas, sebagai sumber data adalah
tempat, bukan personal guru, karena pengawas mengumpulkan data
tentang gerak-gerik atau kinerja guru di depan kelas, bukan mewancarai
guru. Agar diperoleh informasi atau data yang tepat dan lengkap yang
dapat digunakan bukan hanya pengawas dan kepala sekolah, tetapi oleh
semua staf sekolah dalam rangka peningkatan kualitas sekolah tersebut.

Pengembangan instrumen memberikan beberapa manfaat diantaranya


Memberikan alternatif instrumen supervisi sebagai alat bantu dalam
mengobservasi perilaku belajar siswa dan membelajarkan siswa bagi guru,
Meningkatkan keterampilan guru dalam membelajarkan siswa, yang
berkembang berkelanjutan, sehingga berdampak pada pengembangan
perilaku siswa, Pengembangan kreatifitas guru dalam mencari alternatif
pemecahan masalah sarana prasarana sekolah, Pengembangan wawasan
guru dengan memperhatikan kepentingan siswa, sehingga siswa merasa
senang mengikuti mata pelajaran dikjasor yang disajikan oleh guru.
Adapun bentuk dari hasil pengembangan instrumen supervisi pendidikan
adalah dengan adanya Alat Bantu Observasi Perilaku Membelajarkan Siswa
(ABOPMS) dan Alat Bantu Observasi Perilaku Belajar Siswa (ABOPBS) yang
secara spesifik. Selama guru membelajarkan siswa, pengamat merekam dua
jenis masukan/ umpan balik sebagai tanggapan guru terhadap perilaku siswa
pada saat mengikuti pelajaran, yaitu:
a. Umpan balik keterampilan gerak siswa
b. Umpan balik perilaku belajar siswa.

Dengan kedua umpan balik tersebut, guru berinteraksi terhadap siswa


dengan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal, yang mencerminkan
berlangsungnya komunikasi dua arah. Supervisi Pendidikan Instrumen
supervisi disusun dan disiapkan untuk memandu supervisor dalam
melaksanakan tugas-tugasnya, baik oleh sekolah, dinas atau kantor
pendidikan setempat maupun disusun oleh supervisor sendiri. Instrumen
supervisi juga dimaksudkan untuk memberikan kejelasan materi supervisi
sehingga guru yang disupervisi akan lebih terarah dan terbimbing sesuai
dengan tujuan supervisi.

3. Konsolidasi Supervisi Pendidikan dengan Masyarakat


Dalam buku Administrasi sekolah yang ditulis oleh Tim pengadaan buku
pelajaran telah dijelaskan pentingnya hubungan sekolah dengan masyarakat
sebagai berikut:

182 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


a. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang harusnya mendidik
generasi muda untuk hidup di masyarakat.
b. Sekolah haruslah tempat pembinaan dan pengembangan pengetahuan
dan kebudayaan yang sesuai dan dikehendaki oleh masyarakat tempat
sekolah itu didirikan.
c. Sebaliknya, masyarakat harus membantu dan bekerja sama dengan
sekolah agar apa yang diperoleh dan dihasilkan sesuai kehendak dan
kebutuhan masyarakat.
d. Mengikut sertakan masyarakat secara aktif dalam usaha memecahkan
permasalahan pendidikan.

Partisipasi, hubungan dan bantuan secara konkrit dari masyarakat baik


berupa finansial, material untuk kelancaran sekolah. Tujuan
diselenggarakannya hubungan sekolah dan masyarakat adalah sebagai
berikut:
1. Mengenalkan pentingnya sekolah bagi masyarakat.
2. Mendapatkan dukungan dan bantuan moral maupun finansial yang
diperlukan dalam pengembangan sekolah.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isis dan pelaksanaan
program sekolah.
4. Memperkaya atau memperluas program sekolah sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
5. Mengembangkan kerja sama yang lebih erat antara keluarga dan sekolah
dalam mendidik anak-anak.

Pentingnya hubungan antara sekolah dengan masyarakat adalah karena


sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi melayani anggota
masyarakat dalam pendidikan. Sedangkan masyarakat adalah pemilik sekolah
karena masyarakat memerlukannya dengan adanya hubungan tersebut
sekolah akan memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang
diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah, ditinjau
dari kebutuhan masyarakat itu sendiri dengan adanya hubungan dengan
sekolah maka dapat memajukan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Untuk dapat melaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka hubungan
sekolah dan masyarakat dengan efektif, maka pihak sekolah haruslah
mempelajari dan memahami situasi dan karakteristik yang dimiliki oleh
lingkungan masyarakat tersebut. Dengan memahami perbedaan dan
karakteristik isi lingkungan sosial, sekolah harus dapat mengadaptasikan

Produk Supervisi dan Mutu Pendidikan | 183


kegiatan-kegiatannya dalam usaha melaksanakan kerja sama antara sekolah
dan masyarakat.

C. PENTINGNYA PENGEMBANGAN SDM


Pada saat ini pemerataan pendidikan (eilucatun for all) merupakan mimpi
setiap orang. Pendidikan seutuhnya (holistic education) akan banyak
dibicarakan. Manusia akan sadar bahwa hidup ini membutuhkan belajar,
untuk memperoleh pengalaman berarti menemukan kemanusiaannya
manusia. Orang yang belajar memerlukan bantuan dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran mendambakan orang yang mampu mendapat
bantuan (assisting), mendapat suport (supporting), dan diajak untuk tukar
menukar pendapat (sheering). Dibidang pendidikan dan pengajaran
diperlukan orang (supervisor) yang dapat berdialog serta membantu
pertumbuhan pribadi dan profesi guru agar setiap orang mengalami
peningkatan pribadi dan profesi.
Berbagai usaha perbaikan dan peningkatan kualitas guru melalui baik
lembaga pendidikan maupun melalui penataran pendidikan dan latihan.
Semua usaha itu mengarah kepada pengadaan tenaga guru yang profesional.
Menurut Schein profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang
membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya
yang khusus di masyarakat dengan ciri-ciri sebagai berikut : (1) Bekerja
sepenuhnya dalam jam kerja (Full time), (2) Pilihan kerja karna didasarkan
pada motivasi yang kuat, (3) Memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus
yang diperolah dalam waktu lama, (4) Membuat keputusan sendiri dalam
menangani masalah, (5) Mementingkan kebutuhan umum dari pada pribadi,
(6) Pelayanan didasari dengan kebutuhan, (7) Memiliki kebijakan dalam
menyelesaikan masalah, (8) Masuk dalam satu organisasi profesional, (9)
Memiliki kekuatan dan status yang tinggi, dan (10) Memiliki keahlian dalam
mencari klien.
Daniel Bell (1973) berpendapat profesi merupakan aktivitas intelektual
yang dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal
ataupun tidak formal dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh
sekelompok / badan yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam
melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan
mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan
teknis dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan
dalam masyarakat. Menurut Paul F. Comenisch (1983) Profesi adalah
“komunitas moral” yang memiliki cita-cita dan nilai bersama, dan menurut K.
BERTENS profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang
memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama.
184 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
Profesionalisme (profésionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan,
kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang
sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang
profesional. Profesionalisme berasal daripada profesion yang bermakna
berhubungan dengan profesion dan memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku,
kepakaran atau kualiti dari seseorang yang profesional (Longman, 1987).
Bila diperhatikan ciri-ciri profesi tersebut di atas tampak bahwa profesi
pendidik tidak mungkin dapat dikenakan kepada sembarang orang yang
dipandang oleh masyarakat umum sebagai pendidik. Jadi, ditinjau dari segi
rumusan profesi sudah jelas dapat dibedakan antara pendidik dalam keluarga
dan di masyarakat dengan pendidik di lembaga-lembaga pendidikan, yaitu
guru.
Sedangkan menurut Piet A. Sahertian, guru yang profesional memiliki ciri-
ciri antara lain: (1) memiliki kemampuan sebagai ahli dalam bidang mendidik
dan mengajar, (2) memiliki rasa tanggung jawab, yaitu memiliki komitmen
dan kepedulian terhadap tugasnya; dan (3) memiliki rasa kesejawatan dan
menghayati tugasnya sebagai suatu karir hidup serta menjunjung tinggi kode
etik jabatan guru.
Ada dua matapora untuk menggambarkan pentingnya pengembangan
sumber daya guru. Pertama, jabatan guru di umpamakan dengan sumber air.
Sumber air itu harus terus menerus bertambah agar sungai itu dapat
mengalirkan air terus menerus. Bila tidak, maka sumber air itu akan kering.
Demikianlah bila seorang guru tidak pernah membaca informasi yang baru,
tidak pernah menambah ilmu pengetahuan tentang apa yang diajarkan, maka
ia tidak mungkin memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih
menyegarkan kepada peserta didik. Kedua, jabatan guru diumpamakan
dengan sebatang pohon buah-buahan. Pohon itu tidak akan berbuah lebat
manakala akar pohon induknya tidak menyerap air dan mineral dari dalam
tanah yang berfungsi untuk pertumbuhan pohon tersebut.
Pohon itu tidak akan berbuah dan menghasilkan buah yang berlebat dan
bermutu tinggi. Begitu juga dengan jabatan guru yang perlu bertumbuh dan
berkembang. Setiap guru perlu menyadari bahwa pertumbuhan dan
pengembangan profesi adalah suatu conditio sine qua non. Itulah sebabnya
setiap guru harus belajar terus menerus, membaca informasi yang paling baru,
mengembangkan ide-ide yang kreatif.
Gairah dan semangat kerja. yang tinggi memungkinkan guru dapat
menciptakan situasi belajar mengajar yang menyenangkan peserta didik.
Artinya guru seperti tanah yang gembur dan subur, sedangkan peserta didik
seperti benih yang berkualitas dan berkemampuan untuk bertumbuh Itulah

Produk Supervisi dan Mutu Pendidikan | 185


sebabnya diperlukan usaha mengembangkan sumber daya pendidikan,
khusus sumber daya manusia, salah satunya ialah tenaga guru.
Perlunya pengembangan sumber daya guru dapat didekati dari dua sudut
pandang. Pertumbuhan dari dalam diri guru itu sendiri. Dalam diri guru itu
ada sesuatu kekuatan untuk berkembang suatu elan vital (tenaga hidup) atau
vitalitas hidup. Dorongan asasi terungkap dalam daya berpikir abstrak,
imajinatif dan kreatif, serta komitmen dan kepedulian. Kebanyakan dorongan
ini sulit ditampakkan pada orang seorang dalam memilih menjadi guru. Ini
disebabkan daya tarik dari jabatan guru tidak menjanjikan suatu harapan
yang menarik.
Pertumbuhan karena ditantang oleh faktor-faktor eksternal, yang
kadangkala menjadi faktor pendorong, tapi seringkali menjadi kendala bagi
guru dalam melakukan tugas didiknya. Sebenamya perlunya bantuan
supervisi terhadap guru berakar mendalam dalam kehidupan masyarakat.
Swearingen mengungkapkan latar belakang perlunya supervisi terletak
berakar mendalam dalam kebutuhan riil masyarakat. Ia menyebutkan
sejumlah latar belakang sebagai berikut:
1. Latar Belakang Kultural
Pendidikan adalah bagian integral dari kebudayaan sedangkan
kebudayaan sendiri diciptakan oleh akal budi manusia. Sekolah sebagai salah
satu pusat kebudayaan bertugas untuk menyeleksi pengaruh faktor-faktor
yang mempengaruhi pribadi peserta didik. Sekolah bertugas untuk
mengkoordinasi semua usaha sekolah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang dicita-citakan. Sekolah bertugas mengkaji kreasi dalam
menciptakan kebudayaan yang bersumber dari bangsa kita sendiri. Misalnya
cerita-cerita lama dari tiap suku bangsa dapat digunakan sekolah untuk
menyampaikan pesan-pesan moral dan dapat diperbaharui sesuai dengan
tingkat perkembangan zaman. Disinilah letak perlunya supervisi bagi yang
bertugas untuk mengembangkan potensi kreativitas para peserta didik serta
mengkoordinasi semua usaha dalam rangka mengembangkan budaya sekolah.

2. Latar Belakang Filsafat


Suatu sistem pendidikan yang berhasil guna dan berdaya guna bila ia
berakar mendalam pada nilai-nilai yang ada dalam pandangan hidup suatu
bangsa. Di Indonesia sistem Among seperti yang telah dipelopori oleh Ki Hajar
Dewantara melalui Taman Siswa yang mendasarkan pendidikannya pada
filsafat dan budaya nasional (yang pada saat itu budaya Jawa). Ia
mendasarkan kepada asas: a) kodrat alam, b) kebebasan, c) kemanusiaan, d)
kebudayaan, dan e) kebangsaan.

186 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


Dalam konteks ini para guru perlu mendapat pembinaan dari para
pembina pendidikan yang disebut dengan supervisor. Supervisor bertugas
membantu guru-guru dalam memberikan penjelasan mengenai program-
program operasional agar mudah dimengerti oleh guru-guru. Dari sini perlu
ada orang yang berfungsi sebagai supervisor. Apakah dia guru ahli (master
teacher), apakah kepala sekolah, apakah pengawas atau petugas lainnya
yang mampu membantu guru-guru dalam melaksanakan tugas mengajar dan
mendidiknya.

3. Latar Belakang Psikologis


Secara psikologis supervisi itu terletak berakar mendalam pada
pengalaman manusia. Pengalaman diartikan sebagai kegiatan atau usaha
mengembangkan arti dari peristiwa atau situasi, sehingga orang dapat
memiliki cara pemecahan suatu masalah baik sekarang maupun yang akan
datang. Pengalaman merupakan usaha untuk tindakan selanjutnya.
Pengalaman harus dipelajari dan dialami sendiri. Pengalaman yang luas
memungkinkan kita memperoleh pengertian yang mendalam tentang sesuatu
masalah, sehingga memperbesar kemampuan untuk mempraktekkannya.
Dalam pengalaman dan pengamatan di lapangan sebenarnya kebanyakan
masalah yang timbul dalam proses pembelajaran. di kelas bukan pada
kurangnya pengetahuan tentang teknik mengajar, tapi karena putus mata
rantai, yaitu hubungan-hubungan kemanusiaan yang terputus antara guru
dan murid. Dalam bukunya, Menjadi Guru yang Efektif, Thomas Gordon
mengemukakan bahwa ada rantai yang putus dalam proses pembelajaran di
kelas, yaitu hubungan-hubungan kemanusiaan.
Oleh sebab itu secara psikologis menciptakan situasi belajar mengajar
yang membangkitkan dorongan emosional berupa lambang-lambang dalam
bentuk kata persetujuan seperti senyum, memberi hormat, tertawa, akan
memberi semangat baru dalam proses belajar mengajar di kelas. Hal-hal
seperti itu bukan saja dibutuhkan oleh peserta didik, tapi juga oleh guru-guru
dan staf sekolah lainnya. Usaha untuk mendorong, dorongan emosional bagi
guru-guru adalah salah satu kebutuhan dasar perlunya supervisi pendidikan.

4. Latar Belakang Sosial


Dalam masyarakat demokrasi orang mengakui dan menghargai manusia
punya perbedaan yang unik. Demokrasi mengakui ketermasing-masingan dan
menjunjung tinggi kebersamaan. Unsur-unsur demokratis menampak diri
dalam tata kehidupan sebagai berikut: a) menghargai manusia sebagai
mahluk ciptaan Tuhan yang patut dihargai dan dicintai, b) menghargai
martabat sebagai mahluk yang memiliki keunikan pribadi, bahwa setiap

Produk Supervisi dan Mutu Pendidikan | 187


manusia setiap manusia berbeda satu dengan yang lain. Keunikan
(individualitas) manusia itu yang harus dihargai.
Pendidikan harus membuat orang menghargai ketermasing-masingan
seseorang sebagai individu; (agar dibedakan antara individu dan
individualisme), c) tiap individu harus menghargai orang lain. Dengan
demikian aspek sosialitas manusia diakui dan dijunjung tinggi. Mengakui
kebersamaan bukan berarti individu harus lebur dalam kebersamaan, d)
menghargai cara berfikir orang lain, walaupun bertentangan dengan
pendapat diri sendiri, e) pengakuan kebebasan individu berarti mengalami
bahwa di luar sendiri ada juga orang lain.
Cara kerja yang bersifat kooperatif secara bertanggung jawab merupakan
suatu kerja yang unik. Dalam masyarakat demokratis orang saling menghargai
pendapat orang lain, saling mendorong, saling memberi kebebasan kepada
orang lain, sehingga tumbuh rasa bersama dan juga aman untuk berkarya.
Dalah hal ini tugas pemimpin atau kepala dalam konteks supervisor dalam
melakukan tanggung jawabnya, ia harus mampu mengembangkan potensi
kreativitas dari orang lain untuk berpartisipasi bersama.

5. Latar Belakang Sosiologis


Masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Setiap perubahan memiliki
pengaruh terhadap tindakan dan pola tingkah laku seseorang. Dalam era
globalisasi telah terjadi pergeseran tata nilai. Salah satu nilai yang
berpengaruh terhadap pendidikan masa kini ialah nilai jual. Dulu orang
mengukur nilai suatu pendidikan dari nilai moral, akhlak mulia, berbudi luhur,
akan tetapi dalam era global seperti saat ini alat ukur lebih dekat kepada
nilai-nilai ekonomis yaitu uang.
Secara sosiologis perubahan masyarakat punya dampak terhadap tata
nilai. Sekarang normna-norrna kehidupan menjadi relatif. Menghadapi
perubahan seperti ini guru-guru memerlukan supervisor untuk mengadakan
tugas menukar ide dan pengalaman tentang mana yang terbaik dalam
menghadapi perubahan tata nilai yang serba meragukan. Disinilah letak
perlunya supervisi Pendidikan.

6. Latar Belakang Pertumbuhan Jabatan


Guru adalah penceramah zaman, guru seharusnya memiliki visi masa
depan. Ketajaman visi mendorong guru-guru untuk mampu mengembangkan
misinya. Untuk dapat mewujudkan misi guru harus belajar terus menjadi guru
profesional. Guru yang profesional memiliki kualifikasi yakni a) ia ahli (expert)
dalam bidang yang diajarkannya, b) memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi,
c) memiliki rasa kesejawatan dan kode etik serta memandang tugasnya

188 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


sebagai suatu karier hidup. Seorang guru harus tampak bugar (fitness) dalam
penampilannya. Ia seorang yang gemar membaca suka belajar terus, terbuka
untuk menerima ide-ide baru, inovasi dan sadar akan tanggung jawab
profesionalnya. Tugas pelayanannya telah menyatu dengan dirinya, sehingga
belajar mengajar dan mendidik itu telah menjadi karir hidup (life carier).
Supervisi lahir dinegara maju bermula diarahkan untuk memperbaiki
sistem pengajaran. Perbaikan pengajaran harus dimulai dengan pembinaan
dan pengembangan kurikulum yang menjadi sumber materi sajian pelajaran.
Kemudian supervisi diarahkan untuk mengembangkan sumber daya manusia,
dalam hal ini potensi manusia, yaitu guru-guru. Jadi yang perlu ditingkatkan
adalah potensi sumber daya guru, baik yang bersifat personal maupun yang
bersifat profesional.
Beberapa usaha dalam membantu pertumbuhan dan pengembangan
profesi antara lain: a) selalu belajar dan mengembangkan dorongan ingin
tahu, b) selalu ada kesediaan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi
yang baru, c) selalu peka dan peduli terhadap tuntutan kemanusiaan dan
kepekaan sosial, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat
sekitarnya, d) menumbuhkan minat dan semangat terhadap tugas mengajar,
karena tugas mengajar sudah menyatu dengan hidupnya.
Supervisi dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai
supervisor, tetapi dalam sistem organisasi pendidikan modern diperlukan
supervisor khusus yang lebih independen, dan dapat meningkatkan
objektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan tugasnya. Jika supervisi
dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai
pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan yakni guru.
Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan
pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan
pendidikan disekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan
dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar
para tenaga kependidikan yakni guru tidak melakukan penyimpangan dan
lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya.
Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala sekolah terhadap
tenaga kependidikannya khususnya guru, disebut supervisi klinis, yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan
meningkatkan kualitas pembelajaran yang efektif. Salah satu supervisi
akademik yang populer adalah supervisi klinis. Karakteristik mendasar
supervisi klinis kajian Acheson dan Gall (1987 :14) yang dikutip Sagala (2010)
adalah sebagai berikut:

Produk Supervisi dan Mutu Pendidikan | 189


1. Meningkatkan kualitas ketrampilan intelektual dan perilaku mengajar
guru secara spesifik
2. Membantu para guru untuk mengembangkan ketrampilan menganalisis
proses pembelajaran, terampil dalam menguji cobakan, mengadaptasi
dan memodifikasi kurikulum dan terampil menggunakan teknik-teknik
mengajar.
3. Meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan untuk merubah kepribadian
guru
4. Perencanaan dan analisis berpusat pada pembuatan dan pengujian
hipotesis pembelajaran berdasarkan bukti-bukti hasil observasi
5. Konferensi berkaitan dengan sejumlah isu-isu penting mengenai
pembelajaran yang relevan bagi guru yang mendorong untuk berubah
6. Konferensi sebagai umpan balik menitik beratkan pada analisis
konstruktif dan penguatan terhadap pola-pola yang gagal
7. Observasi itu didasarkan bukti, bukan berdasarkan nilai substansial atau
nilai keputusan yang tidak benar
8. Siklus perencanaan, analisis dan pengamatan secara berkelanjutan dan
bersifat kumulatif
9. Merupakan proses memberi dan menerima yang dinamis di mana
supervisor dan guru adalah kolega yang meneliti untuk menemukan
pemahaman yang saling mengerti bidang pendidikan
10. Berpusat pada analisis pembelajaran
11. Guru secara individual memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk
menganalisis dan menilai isu-isu, meningkatkan kualitas pengajaran dan
mengembangkan gaya mengajar personal guru
12. Proses supervisi dapat diterima, dianalisis dan dikembangkan lebih
banyak sama dengan keadaan pengajaran yang dapat dilakukannya, dan
13. Seorang supervisor memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk
menganalisis kegiatan supervisinya dalam hal yang sama dengan analisis
evaluasi guru tentang pembelajarannya.

Berdasarkan kajian Acheson dan Gall dapat ditegaskan bahwa


karakteristis supervisi klinis adalah untuk memperbaiki cara mengajar,
ketrampilan intelektual, dan bertingkah laku yang spesifik, pembuatan dan
pengujian hipotesis pembelajaran berdasarkan bukti-bukti hasil observasi
yang dilakukan melalui tahapan siklus.
Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan
penyusun, dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta
memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi
pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan supervisi kelas,

190 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstra kulikuler,
pengembangan program supervisi perpustakaan, laboratorium dan ujian.
Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan harus diwujudkan
dalam pelaksanaan program supervisi klinis, program supervisi non klinis, dan
program supervisi kegiatan ekstra kulikuler. Sedangkan kemampuan
memanfaatkan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan, dan pemanfaatan hasil supervisi untuk mengembangkan
sekolah.
Dalam pelaksanaan kepala sekolah sebagai supervisor harus
memperhatikan beberapa prinsip diantaranya: (1) hubungan konsultatif,
kolegial dan bukan hierarkis, (2) dilaksanakan secara demokratis, (3) berpusat
pada tenaga kependidikan guru, (5) merupakan bantuan profesional. Kepala
sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif antara lain melalui
diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi
pembelajaran. Sesuai dengan rumusan di atas maka kegiatan yang dapat
disimpulkan dalam supervisi pembelajaran sebagai berikut: (1)
membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru menjalankan tugasnya
terutama dalam pembelajaran; (2) mengembangkan kegiatan belajar
mengajar; (3) upaya pembinaan dalam pembelajaran.

D. KESIMPULAN
Produk supervisi pada hakekatnya adalah memperbaiki hal belajar dan
mengajar. Program ini dapat berhasil bila supervisor memiliki ketrampilan
(skill) dan cara kerja yang efisien dalam kerja sama dengan orang lain (guru
dan petugas pendidikan lainnya).
Nilai produk supervisi ini terletak pada perkembangan dan perbaikan
situasi belajar mengajar yang direfleksikan pada perkembangan yang tercapai
oleh peserta didik melalui kurikulum yang disusun dengan sistematis.
Memperbaiki situasi bekerja belajar mengajar secara efektif dan efisien
tergantung makna didalamnya bekerja dan belajar secara berdisiplin,
bertanggung jawab, dan memenuhi akuntabilitas.
Supervisi dan kurikulum adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Karenanya, kurikulum merupakan salah satu alat dalam mencapai tujuan
pendidikan, serta pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua
jenis pendidikan, sehingga apabila aktivitas dalam supervisi tidak direfleksikan
dalam praktek kurikulum, maka supervisi tidak akan ada artinya. Begitu juga,
bila sebuah kurikulum dibiarkan berjalan apa adanya, dengan mengabaikan
professionalisme guru, media pengajaran, silabus, tanpa adanya perbaikan-
perbaikan, maupun tidak ada pengawasan dari supervisi, maka kurikulum
yang ada, tidak akan memberikan efek keberhasilan pada para peserta didik.
Produk Supervisi dan Mutu Pendidikan | 191
Pengembangan instrumen memberikan beberapa manfaat diantaranya
Memberikan alternatif instrumen supervisi sebagai alat bantu dalam
mengobservasi perilaku belajar siswa dan membelajarkan siswa bagi guru,
Meningkatkan keterampilan guru dalam membelajarkan siswa,
Pengembangan kreatifitas guru dalam mencari alternatif pemecahan masalah
sarana prasarana sekolah, Pengembangan wawasan guru dengan
memperhatikan kepentingan siswa, sehingga siswa merasa senang mengikuti
mata pelajaran dikjasor yang disajikan oleh guru.
Pentingnya hubungan antara sekolah dengan masyarakat adalah karena
sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi melayani anggota
masyarakat dalam pendidikan. Sedangkan masyarakat adalah pemilik sekolah
karena masyarakat memerlukannya dengan adanya hubungan tersebut
sekolah akan memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang
diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah, ditinjau
dari kebutuhan masyarakat itu sendiri dengan adanya hubungan dengan
sekolah maka dapat memajukan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagaimana yang telah
digariskan melalui Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003. Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada sekolah
pada umumnya dan guru pada khususnya agar kualitas pembelajaran nya
meningkat. Dibidang pendidikan dan pengajaran diperlukan penyelia
(supervisor) yang dapat berdialog serta membantu pertumbuhan pribadi dan
profesi guru agar setiap orang mengalami peningkatan pribadi dan profesi.
Latar belakang perlunya supervisi terletak berakar mendalam dalam
kebutuhan riil masyarakat antara lain: latar belakang kultural, filsafat,
psikologis, sosial, sosiologis, dan pertumbuhan jabatan. Supervisi diarahkan
untuk mengembangkan sumber daya manusia, dalam hal ini potensi manusia,
yaitu guru-guru. Jadi yang perlu ditingkatkan adalah potensi sumber daya
guru baik yang bersifat personal maupun yang bersifat profesional.

192 | Supervisi dan Mutu Pendidikan


DAFTAR PUSTAKA

Alfonso, RJ., Firt, G.R dan Nevile, RF (1981) Instructional Superuision, A


Behavior System, Boston: Allyn and Bacon, Inc
Aqib, Zattal. Q009). Penelitian Tindakan Sekolah, Bandung:Yrama
html.
http://fitriano.blogspot.co.id/2012/10/supervisikurikulum_991.html
http://nafisahworld.blogspot.co.id/2014/01/penyusunandan-pengembangan-
instrumen.html
http://www.jejakpendidikan.com/2016/02/administrasidan-supervisi-
pelaksanaan.html
http://zainululum01.blogspot.co.id/2016/04/pentingnyahubungan-sekolah-
dan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Produk
https://rindufidati.wordpress.com/supervisi-pendidikandalam-
pengembangan-kurikulum/
RS. M. Ngalim Purwanto, MP., Administrasi dan Supervisi Pendidikan,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009)
Sugiyono.(1994). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Rosdakarya
Tim Pengadaan Buku Pelajaran, Administrasi Sekolah, (Semarang: IKIP
Semarang Press. 2010).
Usman, Uzer. (1989). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remadja
Rosdakarya.
www.academia.edu/5244420/makalah_supervisi_pendidikan Kotler, P.,
Armstrong, G., Brown, L., and Adam, S. (2006) Marketing, 7th Ed.
Pearson Education Australia/Prentice Hall. Random House Dictionary,
1975 Etymology of produce, etymonline.com. www.makalahskripsi.com
www.kajianpustaka.com/2013/09/pengertian-klasifikasi-dantingkata.

Produk Supervisi dan Mutu Pendidikan | 193

Anda mungkin juga menyukai