Supervisi Dan Mutu Pendidikan
Supervisi Dan Mutu Pendidikan
Tim Penulis:
Mahmud Farid, Iwan Asmadi, Arman Tirtajaya, Romdah Romansyah, Iis Suryani, Siti Latipah,
Ella Dewi Latifah, Lisnawati, Ike Kurniati, Sari Rahayu, Amit Saepul Malik, Caridin, Muhammad
Habaib, Aa Aman Abdur Rahman M. Ilyas, Yuliana, H. Machrus Alie, Sobari, Ermawati,
Amir Supriatna, Cucu Suwandana, Revita Yanuarsari, Deden, Kustati,
Hj. Arum Maslachah, R A S Zarkasih, Bambang Yasmadi
Desain Cover:
Tata Letak:
Handarini Rohana
Editor:
Ricky Yoseptry
Nasuka
ISBN:
Cetakan Pertama:
Januari, 2023
PENERBIT:
WIDINA BHAKTI PERSADA BANDUNG
(Grup CV. Widina Media Utama)
Komplek Puri Melia Asri Blok C3 No. 17 Desa Bojong Emas
Kec. Solokan Jeruk Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
iii
Sebaliknya sesuatu itu dikatakan tidak bermutu, bila sesuatu itu mempunyai
nilai yang kurang baik, atau mengandung makna yang kurang baik., maka dari
itu kualitas selalu berfokus pada pelanggan (customer focused quality).
Artinya suatu produk dikatakan berkualitas apabila telah sesuai dengan
keinginan pelanggan. Dalam hal ini pelanggan pada dunia pendidikan ialah
lulusan peserta didik dari lembaga tersebut yang berkualitas.
Akan tetapi pada akhirnya kami mengakui bahwa tulisan ini terdapat
beberapa kekurangan dan jauh dari kata sempurna, sebagaimana pepatah
menyebutkan “tiada gading yang tidak retak” dan sejatinya kesempurnaan
hanyalah milik tuhan semata. Maka dari itu, kami dengan senang hati secara
terbuka untuk menerima berbagai kritik dan saran dari para pembaca
sekalian, hal tersebut tentu sangat diperlukan sebagai bagian dari upaya kami
untuk terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan karya selanjutnya di
masa yang akan datang.
Terakhir, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang
telah mendukung dan turut andil dalam seluruh rangkaian proses
penyusunan dan penerbitan buku ini, sehingga buku ini bisa hadir di hadapan
sidang pembaca. Semoga buku ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
memberikan kontribusi bagi pembangunan ilmu pengetahuan di Indonesia.
Januari, 2023
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
G. Model Pendekatan dan Konsep Evaluasi············································ 129
BAB 7 KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DAN
PENGAWASAN MUTU SEKOLAH ······················································ 133
A. Pendahuluan ······················································································· 133
B. Kompetensi ························································································· 134
C. Kepala Sekolah···················································································· 139
D. Pengawas Sekolah ·············································································· 146
E. Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah ·························· 151
BAB 8 PROBLEMATIKA GURU DI SEKOLAH DALAM PERSPEKTIF
SUPERVISI PENDIDIKAN DAN MUTU PENDIDIKAN ··························· 159
A. Latar Belakang ···················································································· 159
B. Problema Guru di Dalam Kelas ··························································· 161
C. Problema Guru Dalam Motivasi Kerja ················································ 165
D. Problema Guru Dalam Kepuasan Kerja ·············································· 167
E. Kesimpulan ························································································· 173
BAB 9 PRODUK SUPERVISI DAN MUTU PENDIDIKAN ································· 175
A. Pendahuluan ······················································································· 175
B. Pengertian Produk Supervisi Pendidikan············································ 177
C. Pentingnya Pengembangan SDM ······················································· 184
D. Kesimpulan ························································································· 191
vi
BAB
1
A. PENDAHULUAN
Supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan kompetensi profesional, khususnya dalam
mengelola proses pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran. Sasaran dari supervisi akademik adalah guru dalam kegiatan
proses pembelajaran, mulai dari mempersiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), memilih strategi/metode/teknik pembelajaran,
penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, menilai pembelajaran, sampai melaksanakan
tindak lanjut Supervisi akan berjalan lancar, tertib, dan maksimal apabila
dilakukan oleh seorang supervisor yang sudah memiliki kemampuan yang
handal, dalam hal ini adalah seorang kepala sekolah.
Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah yang
ditujukan kepada guru dengan tujuan memberikan bantuan profesional,
selain itu supervisi akademik juga bertujuan untuk meningkatkan kompetensi
profesional maupun kompetensi pedagogik yang akan berdampak pada
peningkatan kinerja guru-guru di sekolah. Oleh karena itu supervisi akademik
merupakan aktivitas nyata yang dilakukan oleh seorang supervisor secara
sistematis, obyektif, dan disiplin serta konsisten dalam membina,
membimbing dan memberikan layanan berupa bantuan kepada guru untuk
memecahkan hambatan yang sedang dihadapi dan meningkatkan kualitas
pembelajaran serta kemampuan profesionalisme guru. Hasil supervisi
tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan dalam aktivitas belajar dan hasil
pembelajaran peserta didik. Supervisi akademik merupakan tindakan yang
dilakukan seseorang yang memiliki kualifikasi seperti kepala sekolah terhadap
guru dalam bentuk pelayanan dan bantuan untuk meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan guru dengan cara melakukan bimbingan
dimulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
mengevaluasi pembelajaran, sampai melakukan refleksi agar tercapai tujuan
yang ditetapkan
Pada awalnya, peran orang tua (rumah) dan keluarga belum dipandang
sebagai dimensi yang benar-benar berpengaruh terhadap mutu pendidikan.
Sekarang dukungan orang tua menjadi salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap hasil belajar peserta didik. Dalam kajian tentang sekolah efektif
(effective school), dukungan orang tua siswa dan masyarakat menjadi salah
satu faktor dalam sekolah efektif.
Dari beberapa faktor sekolah efektif tersebut, hasil studi di negara maju
menunjukkan adanya lima faktor yang paling berpengaruh terhadap
efektivitas suatu sekolah (EFA Global Monitoring Report 2005, hal. 66), yaitu:
1. Strong eduational leadership -> terkait dengan pendidik dan tenaga
kependidikan (masukan);
2. Emphasis on acquiring basic skills -> terkait dengan kurikulum (masukan;
3. An orderly and secure environment -> terkait dengan konteks (lingkungan);
4. High expectations of pupil attainment -> terkait dengan peserta didik
(masukan kasar);
5. Frequent assessment of pupil progress -> terkait dengan proses belajar-
mengajar (proses).
b. Supervisi pengajaran
Merupakan kegiatan-kegiatan pengawasan yang ditujukan untuk
memperbaiki kondisi-kondisi baik personil maupun materil yang
memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi
tercapainya tujuan pendidikan.
c. Supervisi klinis
Merupakan bagian dari supervise pengajaran dan prosedur
pelaksanaannya lebih ditekankan pada pencarian penyebab masalah
dalam kegiatan belajar mengajar untuk nantinya diperbaiki.
Dalam melaksanakan supervise klinis, umumnya terdiri dari tiga fase yaitu
pertemuan perencanaan, observasi kelas dan pertemuan balik. Supervisi
klinis difokuskan pada perbaikan mengajar melalui siklus yang sistematis
mulai dari tahapan perencanaan, pengamatan dan analisis intelektual yang
intensif terhadap penampilan pengajaran dengan harapan ada perbaikan
yang rasional (Ngalim Purwanto, 2010).
Menurut Ngalim Purwanto (2010) supervisi klinis adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan supervisor kepada guru / calon guru bersifat bantuan, bukan
perintah atau instruksi.
2. Jenis keterampilan yang akan di supervisi diusulkan oleh guru atau calon
guru yang akan di supervisi, dan disepakati melalui pengkajian bersama
antara guru dan supervisor.
3. Meskipun guru atau calon guru menggunakan berbagai keterampilan
mengajar secara terintegrasi, sasaran supervisi hanya pada keterampilan
tertentu saja,
4. Instrumen supervisi dikembangkan dan disepakati bersarna antara
supervisor dan guru berdasarkan kontrak.
5. Perbaikan dengan segera dan secara objektif (sesuai data yang direkam
oleh instrumen observasi).
6. Meskipun supervisor telah menganalisis dan menginterpretasi data yang
direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi atau pertemuan
balikan guru calon guru diminta terlebih dahulu menganalisis
penampilannya.
7. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada
memerintah atau mengarahkan.
8. Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka.
2. Mutu Pendidikan
Mutu berasal dari bahasa Latin yaitu qualis yang artinya what kind of.
Menurut Deming mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Mutu
menurut Juran ialah kecocokan dengan produk. Mutu menurut Crosby ialah
kesesuaian dengan yang diisyaratkan. West Burnham mengatakan mutu
adalah ukuran relatif suatu produk atau jasa sesuai dengan standar mutu
A. PENDAHULUAN
Supervisi dalam lembaga pendidikan berkembang dan mengalami
perubahan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Tidak dapat
dipungkiri bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih jauh dari yang
diharapkan, apalagi jika dibandingkan dengan mutu pendidikan di Negara lain.
Dari data United Nations Development Programme (UNDP) bahwa Human
Development Indeks (HDI) tahun 2020 Indonesia menduduki peringkat 107
dari 189 Negara. Pada peringkat ini, nilai HDI yang dicatatkan adalah 0,718;
dengan tingkat harapan hidup 71,7; jumlah tahun pendidikan yang
diharapkan 13,6; rata-rata tahun pendidikan yang ditempuh 8,2; dan
pendapatan per kapita 11.459. Meskipun oleh UNDP Indonesia baru saja
dikelompokkan menjadi negara dengan HDI tinggi; walaupun tidak ada
peningkatan dalam ranking; tetap saja kondisi ini patut menjadi perhatian kita,
karena kita masih tertinggal dengan beberapa negara sahabat.
Atas dasar berbagai keprihatinan terhadap kondisi dunia pendidikan kita,
utamanya terhadap supervisi, pengelolaan pendidikan yang sebagian besar
masih konvensional sangat mempengaruhi mutu pendidikan, yaitu lembaga
pendidikan menghasilkan pembelajar dengan hasil belajar yang baik, hasil
belajar yang biasa dan hasil belajar tergolong kurang baik. Dinas pendidikan
mengalami penurunan mutu disebabkan beberapa hal, diantaranya adalah:
pertama supervisi pendidikan tidak dilaksanakan secara profesional,
terkendala pemahaman dan pelaksanaan supervisi yang masih kaku dan
sebatas formalitas, yaitu masih ada jarak antara supervisor dengan guru.
Kedua, belum optimalnya kegiatan pembelajaran karena terkendala
keterbatasan sarana dan prasarana terutama di lembaga pendidikan yang
terletak di daerah, khususnya daerah terpencil. Ketiga, Keberadaan data
nasional yang diperoleh dari hasil Ujian Nasional, tidak sepenuhnya di dapat
melalui proses ujian nasional yang penuh kejujuran. namun secara kualitatif,
proses pelaksanaannya banyak dijumpai praktik-praktik kecurangan sehingga
banyak menimbulkan keprihatinan bagi para insan pendidikan kita. Keempat,
sudah menjadi rahasia umum bahwa masih banyak birokrat dibidang
pendidikan yang melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sejak era
Orde Baru sampai era reformasi berjalan lebih satu dasawarsa, fenomena ini
masih saja selalu dalam bentuk yang serupa tetapi tidak sama (Baharuddin,
2010). Oleh karena itu, sudah saatnya kita sebagai pemikir dan praktisi
pendidikan bekerja keras untuk merubah kondisi yang demikian menjadi
kondisi yang lebih baik.
Secara etimologi “supervisi” berasal dari kata “super” dan “vision” yang
masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis
supervisi berarti penglihatan dari atas. Pengertian semacam itu merupakan
arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi yang melihat berkedudukan
lebih tinggi daripada yang dilihat. Dalam pendidikan istilah supervisi sering
ditafsirkan sebagai “supervision of instruction”, dalam bahasa Indonesia
supervisi pengajaran. Bila disebut istilah supervisi, sering asosiasi pembaca
atau pendengar lari kepada bidang pengajaran, padahal supervisi itu ada
pada tiap kegiatan dalam pendidikan (Makawimbang, 2011)
Ngalim Purwanto (2009:76) mendefinisikan supervisi sebagai suatu
aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan
pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif. Supervisi
diartikan sebagai bantuan dari pemimpin sekolah dalam mencapai tujuan
pendidikan yang berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi
pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru dalam usaha pembaharuan-
pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat
pelajaran dan metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang
sistematis terhadap proses pengajaran.
Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (dalam Sagala,
2010: 195) sebagai berikut: “Supervision is assistance in the devolepment of a
better teaching learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam
pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini
mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar
Tujuan diadakan percakapan pribadi itu antara lain sebagai berikut: (1)
Memberi kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru; (2) Memupuk dan
mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) Memperbaikikelemahan-
kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang sering dialami oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya di sekolah, misalnya kurang membaca buku-buku
terbaru, malas mengoreksi dan mengembalikan hasil pekerjaan murid-murid
setelah ulangan, dsb; (4) Menghilangkan dan menghindari segala prasangka
(keragu-raguan) guru dalam berbagai masalah mengajar belajar, dsb.
b. Rapat Guru
Rapat guru adalah merupakan salah satu teknik supervisi untuk
memperbaiki situasi belajar mengajar di sekolah. Tujuan umum daripada
rapat guru ini antara lain sebagai berikut : 1) Menyatukan pandangan-
pandangan guru tentang konsep-konsep umum, makna pendidikan dan fungsi
sekolah dalam usaha mencapai tujuan-tujuan tersebut. 2) Mendorong guru-
guru untuk menerima dan melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, dan
mendorong agar mereka tumbuh dan berkembang dalam jabatannya. 3)
Menyatukan pendapat-pendapat tentang metode-metode kerja yang baik
yang akan membawa mereka ke arah pencapaian tujuan-tujuan pengajaran di
sekolah semaksimal mungkin. 4) Mengintegrasikan anggota-anggota staf
sekolah dan mengkoordinir pekerjaan mereka, mempersatukan pandangan
mereka dalam usaha kerja sama mencapai tujuan sekolah.
f. Lokakarya (Workshop)
Workshop ditafsirkan orang sebagai suatu tempat kerja dimana orang
menggunakan macam-macam cara alat untuk suatu; suatu kegiatan belajar
kelompok untuk memecahkan suatu problem tertentu; suatu usaha
mengembangkan kesanggupan berpikir dan bekerja bersama-sama untuk
menyelesaikan sesuatu masalah; suatu situasi yang didalamnya orang bekerja
dan belajar secara bersama atas tanggung jawab bersama; suatu inservice
training education untuk saling mendengarkan pendapat, memberi dan
menerima pendapat bekerja sama mencari jalan untuk menyelesaikan suatu
problem tertentu yang berhubungan dengan tugas jabatannya.
g. Diskusi Panel
Panel diskusi (panel discussion) biasa juga disebut dengan istilah "forum
discussion" adalah suatu bentuk diskusi yang dipentaskan di hadapan
sejumlah partisipan untuk memecahkan suatu problem. Peserta diskusi ini
h. Seminar
Seminar adalah suatu bentuk pertemuan kelompok dimana sejumlah
kecil (10 - 15) orang mengadakan pendalaman/penyelidikan, terhadap
berbagai masalah dengan bimbingan secara cermat oleh seorang/beberapa
orang pengajar (fasilitator) pada waktu tertentu. Hasil penyelidikan
selanjutnya dilaporkan untuk didengar dan didiskusikan untuk ditetapkan
suatu kesimpulan bersama sebagai pegangan. Tujuan daripada seminar ini
adalah intensifikasi, integrasi serta aplikasi pengetahuan dan ketrampilan
para anggota kelompok dalam suatu latihan yang intensif dengan bimbingan
yang cermat dan intensif pula. Maksudnya untuk memanfaatkan sebaik
mungkin produktivitas (potensi) berpikir secara kelompok berupa saling
tukar- menukar pengalaman dan saling koreksi (menilai) diantara para
anggota kelompok lainnya.
i. Simposium
Simposium (Yunani Purba) syn (dengan) dan posis (minum), yaitu
kebiasaan zaman itu setelah suatu pertemuan berakhir semua peserta tidak
segera pulang, akan tetapi dipersilahkan duduk santai sambil minum,
mendengarkan lagu-lagu dan bertukar pikiran sebagai hiburan intelektual.
Simposium dalam arti yang lebih mutakhir dapat dilihat dari dua pengertian:
1) Kumpulan karangan pendek yang menyangkut sesuatu masalah yang ditulis
oleh beberapa ahli, dikumpulkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku
sumber rujukan. 2) Suatu pertemuan untuk meninjau aspek-aspek dari suatu
pokok masalah dari berbagai sudut pandangan tentang masalah tersebut di
depan sejumlah pendengar.
Simposium bukan lagi merupakan penjajakan spontan, tetapi bertujuan
untuk mengorganisir pengertian dan pengetahuan tentang berbagai aspek
masalah, mengumpulkan dan membandingkannya dari berbagai sudut
pandangan yang berbeda-beda untuk memperoleh suatu pemahaman yang
luas dan seragam untuk kepentingan bahan bacaan/dokumentasi pustaka.
l. Buletin Supervisi
Buletin supervisi adalah salah satu alat komunikasi tertulis yang
supervisor untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki situasi belajar
mengajarnya. Umumnya buletin supervisi itu dapat diklasifikasikan atas 3
jenis yaitu:
a) Buletin yang berisi instruksi-instruksi yang umum dari supervisor untuk
diketahui oleh guru-guru.
b) Buletin khusus untuk guru-guru yang dipersiapkan mengikuti suatu rapat
atau pertemuan berkala yang akan diadakan.
c) Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan
tukar pikiran antara pengawas sekolah dan guru. Tujuannya adalah:
1. Mengembangkan perangkat pembelajaran yang lebih baik,
2. Meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran, dan
3. Memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan diri guru.
c) Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan
tukar pikiran antara pengawas sekolah dan guru.
Tujuannya adalah:
1. Mengembangkan perangkat pembelajaran yang lebih baik,
2. Meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran, dan
3. Memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan diri guru.
Asifa, Putri (2020). Proses Dan Teknik Supervisi. Universitas Negeri Padang.
Arikunto, Suharsimi. (2006) Dasar-dasar Supervisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Afriansyah, H. (2019). Proses dan Teknik Supervisi. Retrieved November
20, 2019, from E Learning UNP website:
http://elearning.unp.ac.id/mod/book/view.php?
id=99776&chapterid=1831
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan (2017). Panduan Kerja Pengawas
Sekolah Pendidikan Dasar Dan Menengah. “Cetakan Pertama. Jakarta.
Direktorat pembinaan Tenaga Kependidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga kependidikan Kemendikbud.
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan(2017). Panduan Kerja Kepala
Sekolah. “Cetakan Pertama. Jakarta. Direktorat pembinaan Tenaga
Kependidikan Dasar dan Menengah Direktorat Jendral Guru dan Tenaga
kependidikan Kemendikbud.
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan (2018). Buku Kerja Modul
Pengelolaan Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah. “Cetakan Pertama.
Jakarta. Direktorat pembinaan Tenaga Kependidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Jendral Guru dan Tenaga kependidikan
Kemendikbud.
Jerry H. Makawimbang, (2011). Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan,
Bandung: ALFABETA.
Makin Baharuddin, (2010). Manajemen Pendidikan Islam Transformasi
Menuju Sekolah/Madrasah Unggul, Malang: UIN-Maliki Press.
Purwanto, N. (2012). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Syafaruddin, (2017). Administrasi Pendidikan. Perdana Publishing. Medan.
A. PENDAHULUAN
Istilah supervisi telah lama dikenal dalam dunia pendidikan terutama di
negara-negara maju. Karena supervisi dianggap sebagai suatu hal yang
diperlukan yang sesuai dengan pendekatan dalam dunia pendidikan untuk
bisa memberikan bimbingan serta pelayanan kepada guru agar mereka dapat
meningkatkan kualitasnya sebagai tenaga pendidik. Peningkatan mutu
pendidikan di sekolah pun dapat di lakukan melalui kegiatan supervisi yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat
dari N.A Ametembun dalam Daryanto yang merangkum pengertian supervisi
dirangkaikan dengan pendidikan yaitu “Pembinaan ke arah perbaikan situasi
pendidikan, di mana pembinaan tersebut bermaksud untuk membimbing
atau menuntut ke arah peningkatan mutu mengajar belajar khususnya
(Ahmad, 2003).
Hal ini sejalan dengan pendapat dari (Aditya & Ismanto, 2020) yang
menyatakan bahwa supervisi akademik merupakan koreksi dan
pengembangan pembelajaran serta pelayanan pembelajaran sehingga terus
dilakukan perbaikan pembelajaran. Adapun pendapat yang dikemukakan oleh
Purwanto dalam (Rasto & Mulyani, n.d.), supervisi ialah suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif. Purwanto
memandangkan sebagai pembinaan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif.
Sulhan (2012) dalam (Milasari, Lias Hasibuan, Kasful Anwar US, 2021),
menyatakan bahwa faktor yang melatarbelakangi pentingnya supervisi
dilakukan adalah: terjadinya perubahan sosial, pengaruh globalisasi, maju dan
berkembangan sains dan teknologi, terjadinya Urbanisasi, Perubahan daerah,
birokrasi yang tumbuh subur, demokrasi pendidikan dan terjadinya krisis
moneter. Semua aspek tersebut menuntut guru agar dapat melaksanakan
tugasnya dalam situasi dan kondisi apapun, serta bisa memberikan motivasi
bagi para guru untuk bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi serta mobilitas masyarakat.
Penggunaan istilah supervisi ini juga bukan berarti menyelisihi
penggunaan istilah pengawas (pihak yang melakukan kegiatan pengawasan)
oleh pemerintah, seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/
Madrasah dan Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Sudin, 2008), bahwa
diperlukan adanya sebuah upaya yang secara signifikan yang dapat
meningkatkan kualitas dalam proses pelaksanaan manajemen pendidikan.
Dimana hal ini tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 tahun 2003 yang diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah
mengenai proses pengawasan. Oleh sebab itu menjadi suatu keharusan bagi
pemerintah untuk selalu berupaya secara berkelanjutan dengan tujuan
menjadikan para pelaksana supervisi pendidikan atau supervisor lebih
profesional dalam menjalankan tugasnya.
Berdasarkan paparan diatas tersebut diketahui bahwa supervisi
merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengukur dan melakukan
koreksi atas kinerja atau upaya yang dilakukan dalam rangka memastikan
tercapainya tujuan dan rencana yang telah ditetapkan. Dengan kata lain
bahwa supervisi merupakan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan
untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan
secara efektif. Kegiatan supervisi yang banyak dilakukan pada zaman dahulu
adalah Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan.
Dalam konteks manajemen pendidikan, supervisi meliputi penentuan
syarat-syarat personal dan usaha untuk memenuhi syarat-syarat tersebut.
Dalam konteks persekolahan, supervisi sebagai bagian dari kegiatan sekolah
yang langsung berhubungan dengan pengajaran. Supervisi masih serumpun
dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, serta penilikan, dalam arti
kegiatan tersebut dilakukan oleh seorang atasan atau orang yang mempunyai
posisi diatas, serta mempunyai wewenang untuk memimpin terhadap hal-hal
yang ada dibawahnya. Jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka
b. Rapat guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang
dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaran, dan upaya atau
cara meningkatkan profesi guru. (Pidarta2009 : 71). Tujuan teknik
supervisi rapat guru yang dikutip menurut pendapat Sagala (2010 :212)
dan Pidarta (2009 : 171) adalah sebagai berikut:
1. Menyatukan pandangan – pandangan guru tentang masalah –
masalah dalam mencapai makna dan tujuan pendidikan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam suatu rapat guru yang
dikutip menurut pendapat Sagala (2010 : 211), antara lain:
1. Tujuan– tujuan yang hendak dicapai harus jelas dan konkrit.
2. Masalah – masalah yang akan menjadi bahan rapat harus merupakan
masalah yang timbul dari guru- guru yang dianggap penting dan
sesuai dengan kebutuhan mereka.
3. Masalah pribadi yang menyangkut guru di lembaga pendidikan
tersebut perlu mendapat perhatian.
4. Pengalaman– pengalaman baru yang diperoleh dalam rapat tersebut
harus membawa mereka pada peningkatan pembelajaran terhadap
siswa.
5. Partisipasi guru pada pelaksanaan rapat hendaknya dipikirkan dengan
sebaik-baiknya.
6. Persoalan kondisi setempat, waktu, dan tempat rapat menjadi bahan
pertimbangan dalam perencanaan rapat guru.
d. Diskusi
Melalui teknik ini supervisor dapat membantu para guru untuk saling
mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga
secara bersama- sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan
masalah tersebut (Sagala 2010 : 213). Tujuan pelaksanaan supervisi
diskusi adalah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru
dalam pekerjaan sehari-hari dan upaya meningkatkan profesi melalui
diskusi.
Hal yang harus diperhatikan supervisor sebagai pemimpin diskusi
sehingga setiap anggota mau berpartisipasi selama diskusi berlangsung
supervisor harus mampu:
3. Diskusi Panel
Teknik ini dilakukan di hadapan guru oleh para pakar dari bermacam
sudut ilmu dan pengalaman terhadap suatu masalah yang telah ditetapkan.
Mereka akan melihat suatu masalah itu sesuai dengan pandangan ilmu dan
pengalaman masing-masing sehingga guru dapat masukan yang sangat
lengkap dalam menghadapi atau memecahkan suatu masalah. Manfaat dari
4. Seminar
Dibahas seperti bagaimana menyusun silabus sesuai standar isi,
bagaimana mengatasi masalah disiplin sebagai aspek moral sekolah,
bagaimana mengatasi anak- anak yang selalu membuat keributan di kelas, dll.
Pada waktu pelaksanaan seminar kelompok mendengarkan laporan atau ide-
ide menyangkut permasalahan pendidikan dari salah seorang anggotanya
5. Simposium
Kegiatan mendatangkan seorang ahli pendidikan untuk membahas
masalah pendidikan. Simposium menyuguhkan pidato-pidato pendek yang
meninjau suatu topik dari aspek-aspek yang berbeda. Penyuguh pidato
biasanya tiga orang dimana guru sebagai pengikut diharapkan dapat
mengambil bekal dengan mendengarkan pidato-pidato tersebut.
6. Demonstrasi
Mengajar Usaha peningkatan belajar mengajar dengan cara
mendemonstrasikan cara mengajar di hadapan guru dalam mengenalkan
berbagai aspek dalam mengajar di kelas oleh supervisor.
7. Buletin supervisi
Suatu media yang bersifat cetak dimana disana didapati peristiwa-
peristiwa pendidikan yang berkaitan dengan cara-cara mengajar, tingkah laku
siswa, dan sebagainya. Diharapkan ini dapat membantu guru untuk menjadi
lebih baik.
Menurut Arikunto dalam (Shulhan, 2012), dari beberapa tipe yang telah
disebutkan di atas maka supervisor dalam melaksanakan supervisinya tetap
harus menerapkan prinsip-prinsip supervisi sebagai panduan kerjanya apapun
tipe yang dipilihnya. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah:
a. Supervisi merupakan kegiatan memberikan bimbingan dan bantuan
kepada guru dan staf tata usaha untuk bisa meningkatkan kinerjanya.
b. Bimbingan dan bantuan tersebut dilakukan secara langsung, tanpa
adanya perantara.
c. Bimbingan dan bantuan tersebut harus berkaitan dengan kegiatan yang
memerlukan bimbingan.
d. Supervisi harus dilakukan secara berkala supaya terjadi mekanisme yang
baik.
e. Supervisi harus dilakukan dalam suasana yang kondusif yang diwarnai
dengan suasana kekeluargaan.
f. Supervisi dilakukan dengan menggunakan catatan.
E. PENUTUP
Supervisi pendidikan merupakan suatu jenis kegiatan yang mana proses
pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manajemen pendidikan.
Dalam kegiatan supervisi dikenal adanya model supervisi. Model merupakan
sebuah desain ataupun tampilan yang diinginkan dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam dunia pendidikan, sekolah
ataupun para pegawainya pasti menginginkan suatu perkembangan, dan
perkembangan tersebut hanyalah bisa diciptakan apabila pendidik sebagai
pengajar maupun kepala sekolahnya dapat berpartisipasi dengan baik dan
menokohkan dengan baik karakter mereka sebagai pedoman bagi para
peserta didik dalam menerima ilmu pengetahuan baru.
Dengan mengharapkan suatu perkembangan, pendidik maupun kepala
sekolah yang merupakan objek penting dari kegiatan supervisi ini harus siap
dengan adanya penilaian tentang kinerja mereka selama mengajar di dalam
kelas. Penilaian inilah yang nantinya akan mempengaruhi perkembangan
sekolah tersebut, apakah dilihat dari metode pembelajarannya, media
pembelajaran yang digunakan, maupun pendekatan yang dilakukan oleh
pendidik agar bisa merubah peserta didik seperti yang dijelaskan dalam
tujuan pendidikan itu sendiri yaitu bisa memanusiakan manusia, artinya
pendidik sebagai pengajar mampu merubah dengan baik perilaku maupun
mental peserta didik agar menjadi lebih baik lagi.
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat menghasilkan peserta didik
yang berprestasi akademik dan non akademik untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia sehingga dapat bersaing dalam kancah nasional
sampai internasional. Keberhasilan supervisi pendidikan dapat diukur melalui
peningkatan prestasi akademik dan non akademik. Supervisi pendidikan
berperan dalam mengawasi kegiatan jalannya pendidikan, memperbaiki
kekurangan dan kesalahan dalam proses pendidikan, perencanaan,
pengamatan, pembinaan dan pengawasan untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia.
Agar pelaksanaan supervisi pendidikan tersebut dapat berjalan dengan
baik, maka seorang kepala sekolah harus bisa menentukan tipe supervisi yang
tepat untuk digunakan. Karena tipe supervisi yang digunakan oleh kepala
sekolah dapat menentukan tingkat keberhasilan dari kegiatan supervisi yang
dilaksanakan. Selain itu, seorang kepala sekolah juga harus senantiasa
Model dan Prinsip Supervisi dan Mutu Pendidikan | 71
memperhatikan prinsip-prinsip dari supervisi pendidikan supaya tujuan dari
pelaksanaan supervisi tersebut bisa berjalan secara maksimal serta bisa
mencapai tujuan supervisi yang diharapkan yaitu peningkatan mutu
pendidikan.
A. PENDAHULUAN
1. Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan
Supervisi merupakan aktivitas menentukan yang esensial, yang akan
menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Orientasi supervisi dapat
ditentukan sebagai proses pengembangan situasi belajar mengajar agar
memperoleh kondisi yang lebih baik. Supervisi tertuju pada perkembangan
guru-guru dan personel sekolah lainnya dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan. Dalam hal ini supervisi dapat dilakukan melalui , bimbingan dan
pemberian kesempatan. Adapun ruang lingkup supervisi pendidikan yaitu:
a. Supervisi Bidang Kurikulum
b. Supervisi Bidang Kesiswaan
c. Supervisi Bidang Kepegawaian
d. Supervisi Bidang Sarana Dan Prasarana
e. Supervisi Bidang Keuangan
f. Supervisi Bidang Humas
g. Supervisi Bidang Ketatausahaan.
Tujuan anak sekolah yaitu agar dia menjadi baik, pintar dan terampil.
Dibutuhkan proses yang tidak sederhana dan panjang agar tujuan ini berhasil
dicapai sekolah.
Sekolah menyediakan sarana untuk pengembangan rasa, pikir, dan raga
siswa, seperti masjid, perpustakaan, laboratorium, internet, dan tempat
olahraga. Tanpa sarana yang baik sekolah sulit melahirkan keluaran yang
kompeten. Sarana merupakan media atau alat untuk belajar agar pendidikan
Pendapat tentang prinsip supervisi yang di jelaskan oleh para ahli menjadi
acuan dan pedoman dalam pelaksanaan supervisi, agar supervisi dapat
terlaksana dengan baik maka haruslah memperhatikan prinsip-prinsip yang
sudah ditetapkan, yang terpenting dalam pelaksanaan supervisi adalah
adanya perbaikan bersifat ilmiah, kerja sama, progresif, inovatif sehingga
menghasilkan perubahan kepada arah yang lebih baik.
A. PENDAHULUAN
Sebagai sistem, sekolah terdiri dari input, proses dan output. Input adalah
segala sesuatu yang harus tersedia, karena diperlukan untuk berlangsungnya
proses. Proses adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain,
sedangkan output adalah hasil suatu proses. Kepala sekolah merupakan salah
satu input yang sangat berpengaruh terhadap sekolah. Karena itu, jika
sekolah ingin memiliki kinerja yang optimal diperlukan kepala sekolah yang
tangguh, yaitu yang memiliki Visi dan Misi serta strategi dalam melaksanakan
tugasnya sebagai seorang manajer.
Dalam pelaksanaan kegiatan di sekolah seorang kepala sekolah tidak
dapat berdiri dengan tegak dan kuat tanpa adanya dukungan dari pihak-pihak
terkait. Salah satu pihak yang sangat erat hubungannya dengan sekolah
adalah pengawas sekolah.
Melalui kegiatan supervisi yang dilakukan oleh seorang pengawas sekolah
terhadap rekan-rekan guru mata pelajaran dan juga pengawasan manajemen
terhadap kepala sekolah-sekolah dengan supervisi sebaya dengan
mengedepankan prinsip ”Teaching and Learning (Belajar dan Mengajar )” dan
saling berbagi pengalaman merupakan salah satu langkah yang kongkrit
untuk meningkatkan pemberdayaan sekolah.
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu kebijakan
Departemen Pendidikan Nasional yang dilaksanakan seiring dengan upaya
peningkatan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan
memperbaiki manajemen pendidikan. Oleh karena itu, peningkatan mutu
pendidikan menjadi perhatian pemerintah agar dapat menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas. Untuk menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas tersebut adalah merupakan tanggung jawab tenaga
pendidikan yang professional di sekolah. Dengan demikian, salah satu upaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah upaya peningkatan kualitas
guru dalam menguasai proses pembelajaran.
Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat dominan dalam
peningkatan mutu pendidikan. Hal ini disebabkan oleh karena guru adalah
orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di sekolah. Agar
proses pembelajaran berkualitas maka guru- gurunya juga harus berkualitas
dan professional. Usman (2002:78) menyatakan bahwa:
“Guru yang professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas
dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal”.
Di samping itu, guru sangat erat kaitannya dengan mutu lulusan sekolah.
Imron (1995) mengemukakan: “kadar kualitas guru ternyata dipandang
sebagai penyebab kadar kualitas output sekolah”. Oleh karena itu, profesi
sumber daya guru perlu terus menerus tumbuh dan berkembang agar dapat
melakukan fungsinya secara professional. Salah satu cara untuk menumbuh
kembangkan kemampuan sumber daya guru adalah melalui supervisi.
B. PEMBAHASAN
1. Konsep Teoritik Supervisi Pendidikan
Perumusan atau pengertian supervisi dapat dijelaskan dari berbagai
sudut, baik menurut asal-usul (etimologi), bentuk perkataannya, maupun isi
yang terkandung di dalam perkataanya itu (semantic). Secara etimologis,
supervisi menurut S. Wajowasito dan W.J.S. Poerwadarminta (2008):
“Supervisi dialih bahasakan dari perkataan inggris “Supervision” artinya
pengawasan”. Pengertian supervisi secara etimologis (2008), bahwa dilihat
dari bentuk perkataannya, supervisi terdiri dari dua buah kata super + vision:
Super = atas, lebih, Vision = lihat, tilik, awasi. Makna yang terkandung dari
pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai kedudukan atau
posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau
mengawasi orang-orang yang disupervisi.
Supervisi adalah sebuah kegiatan terencana dan terpadu yang diterapkan
untuk mengawasi suatu pekerjaan. Dalam hal ini supervisi pendidikan
merupakan suatu kegiatan pengawasan yang dilakukan di bidang pendidikan.
Sekolah yang merupakan satuan pendidikan terkecil jabatan supervisor
dipegang oleh Kepala Sekolah. Kepala sekolah bertanggungjawab untuk
90 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
melakukan pengawasan menyeluruh terhadap staf administrasi dan guru
mata pelajaran. Supervisi dalam lembaga pendidikan berkembang dan
mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
Pada masa lalu pengertian supervisi lebih ditekankan pada pemberian
yang berorientasi pada benar salah sebuah pekerjaan, bahkan terkadang
memberikan sanksi dan menjerumuskan. Pada masa sekarang supervisi lebih
ditekankan pada kegiatan pembinaan dan pengembangan pada orang yang
disupervisi. Hal ini senada dengan pendapat Neagley (2000), ”Supervisi
merupakan layanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan
perbaikan instruksional, belajar dan kurikulum”. Pengertian tersebut
mengisyaratkan bahwa dalam proses supervisi perlu ada suasana kondusif,
hubungan yang interaktif dalam suasana kekeluargaan. Acheson and Gall
(200), mengemukakan prinsip-prinsip yang perlu dikembangkan dalam
supervisi, yaitu:
1) Interaksi, artinya supervisor dan supervise pada hakekatnya sederajat,
mitra dan saling membantu dalam meningkatkan profesionalnya.
Demokratif, artinya bersikap terbuka dalam mengemukakan dan
menghargai pendapat lain.
2) Supervise oriented bukan supervisor oriented, bahwa supervisi ialah
bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik (1994).
2) Fungsi penilaian
Fungsi penilaian pada supervisi adalah adanya kegiatan untuk
mengetahui tingkat ketercapaian tujuan suatu program pendidikan,
dalam hal ini program pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi
berserta sistem pengujiannya. Penilaian yang dilakukan mencakup
pemahaman terhadap tujuan yang ingin dicapai, pelaksanaan program,
hambatan yang ada dan daya dukung program.
3) Fungsi perbaikan
Pada fungsi ini, informasi hasil penelitian dan penilaian digunakan untuk
memperbaiki program. Langkah yang ditempuh pada fungsi ini adalah:
mengidentifikasi aspek negatif, yaitu yang berupa kelemahan atau
kekurangan yang ada, serta aspek positif, mengklasifikasi aspek negatif
tersebut ke dalam kelompok yang sederhana dan yang komplek dan
menganalisis aspek negatif dan positif untuk mengetahui penyebabnya
melakukan perbaikan.
4) Fungsi peningkatan
Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian dan penilaian dimanfaatkan
untuk meningkatkan pelaksanaan program kurikulum berbasis
kompetensi dan sistem ujiannya. Kegiatan ini dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan dan merupakan kegiatan yang sangat
erat dengan fungsi perbaikan. Bagian dari program KTSP yang sudah
terlaksana ditingkatkan kualitasnya, dan yang belum baik diperbaiki
sehingga sesuai dengan tujuannya. Masing-masing fungsi digunakan
untuk menyukseskan proses jalannya supervisi.
4. Kompetensi Supervisor
Kompetensi utama seorang supervisor terletak pada kemampuan
personalnya. Mann (2008) mengidentifikasi persyaratan untuk semua
supervisor, yaitu: teknikal, human, manajemen atau administratif. Ketiga
kompetensi tersebut disebut gabungan ketrampilan (skill mix). Dimensi
7. Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah,
pengawas, dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan
proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam
rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan ini adalah semata- mata untuk
menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah mereka di dalam
kelas. Melalui kunjungan kelas, guru-guru dibantu melihat dengan jelas
masalah-masalah yang mereka alami. Menganalisisnya secara kritis dan
mendorong mereka untuk menemukan alternatif pemecahannya. Kunjungan
kelas ini bisa dilaksanakan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu, dan bisa juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri.
Ada empat tahap kunjungan kelas. Pertama, tahap persiapan. Pada tahap
ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama
kunjungan kelas. Kedua, tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini,
supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung. Ketiga,
tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan
perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi, sedangkan tahap
terakhir adalah tahap tindak lanjut. Ada beberapa kriteria kunjungan kelas
yang baik, yaitu: (1) memiliki tujuan-tujuan tertentu; (2) mengungkapkan
aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru; (3) menggunakan
instrumen observasi tertentu untuk mendapatkan daya yang obyektif; (4)
terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap
saling pengertian; (5) pelaksanaan kunjungan kelas tidak mengganggu proses
belajar mengajar; (6) pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.
9. Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan
tukar pikiran antara pembina atau supervisor guru, guru dengan guru,
mengenai usaha meningkatkan kemampuan profesional guru. Tujuannya
adalah: (1) memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui
pemecahan kesulitan yang dihadapi; (2) mengembangkan hal mengajar yang
lebih baik; (3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru;
dan (4) menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.
Swearingen (1961) mengklasifikasi jenis percakapan individual ini menjadi
empat macam sebagai berikut
1) classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di
dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).
2) office-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang
kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-
alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada
guru.
3) causal-conference, yaitu percakapan individual yang bersifat informal,
yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru,
Teknik supervisi kelompok ini tidak akan dibahas satu persatu, karena
sudah banyak buku yang secara khusus membahasnya. Satu hal yang perlu
ditekankan di sini bahwa tidak ada satu pun di antara teknik-teknik supervisi
kelompok di atas yang cocok atau bisa diterapkan untuk semua pembinaan
dan guru di sekolah. Artinya, akan ditemui oleh kepala sekolah adanya satu
teknik tertentu yang cocok diterapkan untuk membina seorang guru tetapi
tidak cocok diterapkan pada guru lain. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah
harus mampu menetapkan teknik- teknik mana yang sekiranya mampu
membina keterampilan pembelajaran seorang guru. Seorang pengawas,
selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina,
juga harus mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau
kepribadian guru (Lucio and Mc Neil,2008), sehingga teknik yang digunakan
betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi
akademik.
Menurut Oliva (1984) ada tiga aktivitas esensial dalam proses supervisi
Klinis, yaitu;
1) Kontak dan komunikasi dengan guru untuk merencanakan observasi kelas.
2) Observasi kelas, dan
3) Tindak lanjut observasi kelas.
Teknik ini bisa disediakan data terhadap guru yang mereka rasa harus
diobservasi dan dikembangkan. Instrumen ini bisa mengarahkan supervisor
dalam observasinya dan menyediakan balikan yang spesifik dalam klasifikasi
waktu yang diinginkan.
Demikian tiga pokok dalam proses supervisi Klinis. Ketiga tahap ini
sebenarnya berbentuk siklus, yaitu tahap pertemuan awal, tahap observasi
mengajar, dan tahap pertemuan balikan. Rincian ketiga tahap ini telah
dibahas di muka, dan terangkum dalam gambar 2.1 berikut ini.
Dalam pelaksanaan supervisi klinis sangat diperlukan iklim kerja yang baik
dalam pertemuan awal, observasi pengajaran, maupun dalam pertemuan
balikan. Faktor yang sangat menentukan keberhasilan supervisi Klinis sebagai
satu pendekatan supervisi pengajaran adalah kepercayaan (trust) pada guru
bahwa tugas supervisor semata-mata untuk membantu mengembangkan
pengajaran guru. Upaya memperoleh kepercayaan guru ini memerlukan satu
iklim kerja yang oleh para teoritisi disebut dengan istilah kolegial (collegial).
Pelaksanaan supervisi Klinis bisa dikatakan telah memiliki iklim kolegial
apabila antara supervisor dan guru bukan”… Something that a superordinate
(an administrator or supervisor, for example)does to a teacher, but as a peer-
to-peeractivity” (Daresh : 1989, halaman 218). Di samping ini, untuk
melaksanakan supervisi Klinis sangat diperlukan kesediaan supervisor dan
guru untuk meluangkan waktunya. Setiap pelaksanaan supervisi Klinis akan
memerlukan waktu yang lama.
C. SIMPULAN
Intisari yang dapat diperas dari bahasan ini adalah bahwa supervisi
merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah proses pendidikan
utamanya berkenaan dengan upaya peningkatan mutu para pelaku
pendidikan. Dalam operasional praksisnya, supervisi dapat mencakup seluruh
A. PENDAHULUAN
Dalam zaman yang terus berkembang ini, evaluasi merupakan hal yang
sangat penting untuk dilakukan. Karena evaluasi dalam sudut pandang yang
sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah tindakan introspeksi, tindakan
memperbaiki diri ini membantu orang-orang untuk beradaptasi. Teori
program evaluasi adalah serangkaian konseptual, hipotetikal, pragmatikal,
memiliki etika yang koheren dan merumuskan kerangka kerja untuk
membimbing pemahaman dan pelaksanaan evaluasi program.
Dalam praktiknya, tindakan adaptasi ini dapat berupa upaya dalam
menjaga kualitas SDM, memperbaiki kinerja instansi dan lain sebagainya.
Selain itu, ada juga evaluasi program pendidikan yang berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Evaluasi bukan lagi merupakan hal yang
asing dalam kehidupan masa sekarang, apalagi dalam dunia pendidikan.
Evaluasi program pendidikan merupakan proses yang penting dalam
manajemen, karena kunci penting dari proses manajemen pendidikan adalah
pengawasan dan perencanaan kegiatan, sedangkan evaluasi adalah
penunjang bagi kedua kegiatan tersebut. Yaitu penyedia informasi untuk
proses perencanaan dan untuk mengidentifikasi apa yang kurang dan perlu
diawasi untuk kegiatan yang akan mendatang berkaca dari kegiatan yang
telah dilakukan sebelumnya.
Sekarang ini banyak orang yang melakukan kegiatan evaluasi, tetapi tidak
mempunyai pemahaman terhadap istilah evaluasi tersebut. Hal ini tentunya
akan menimbulkan masalah dalam proses pendidikan pada umumnya, dan
proses pembelajaran pada khususnya. Karena aktivitas evaluasi tidak
mempunyai syarat evaluasi sebagai suatu konsep pendidikan, dan banyak
aktivitas evaluasi yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada. Oleh
karena itu guru atau calon guru harus dibekali bagaimana cara mengevaluasi
pembelajaran yang baik dan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Karena evaluasi bukan hanya suatu proses untuk mengklasifikasikan
keberhasilan atau kegagalan dalam belajar, tetapi juga sangat penting untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengajaran.
B. PENGERTIAN
Evaluasi merupakan proses sistematis dan berkelanjutan untuk
mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan
informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan,
menyusun kebijakan maupun menyusun program pada masa yang akan
datang. Evaluasi merupakan kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang merealisasikan atau mengimplementasikan
kebijakan tertentu, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan
terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang untuk
pengambilan keputusan Rusdiana (2017).
Mehren dan Lehmann (1978:5) dalam Riinawati (2021) menjelaskan
evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif
keputusan. Pengertian yang dikemukakan keduanya menunjukkan bahwa
evaluasi itu merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk
memperoleh informasi atau data dan berdasarkan informasi atau data
tersebut dibuat suatu keputusan. Selanjutnya menurut Alkin (1985:11) dalam
Riinawati (2021) evaluasi adalah suatu aktivitas sistematis untuk
mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan informasi yang dapat
digunakan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan program atau
proyek yang dievaluasi. Selanjutnya Guba dan Lincoln (1985:35) dalam
Riinawati (2021) memaparkan evaluasi adalah: a process for describing an
evaluation and judging its merit and worth (Evaluasi adalah proses atau
kegiatan untuk menentukan manfaat nilai sesuatu).
The Joint Committee sebagaimana dikutip Stufflebeam dan Shinkfield
(2007:9) menyatakan evaluation is the systematic assessment of the worth or
merit of an object (Evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang nilai,
harga atau manfaat dari suatu objek). Sistematik di sini menunjukkan bahwa
118 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
evaluasi harus dilakukan secara resmi atau formal dan sistematik, bukan
dilakukan sekedar formalitas dan asal-asalan.
Dari pengertian-pengertian di atas, evaluasi dapat diartikan sebagai
serangkaian proses dalam pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mendapatkan gambaran mengenai kebijakan atau keputusan apa yang harus
dilakukan dalam jangka pendek, menengah dan panjang dalam menjaga
keberadaan organisasi/instansi.
Umpan Balik
b. Tujuan khusus
Sedangkan untuk tujuan khususnya pula, menurut Anas Sudijono
menjelaskan bahwa Evaluasi Pendidikan bertujuan untuk
memberikan rangsangan kepada peserta didik dalam menempuh
program pendidikan (mengumpulkan sikap untuk memperbaiki dan
meningkatkan prestasi), serta bertujuan untuk mencari dan
menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan
ketidakberhasilan proses pendidikan (Sri Marmoah, 2018: 226) dalam
F. FUNGSI EVALUASI
Fungsi atau manfaat evaluasi harus berdasarkan kepada tujuan program.
Karena evaluasi program dilakukan untuk mengukur tingkat ketercapaian
program tersebut, yang nantinya bahan evaluasi yang ada akan sangat
bermanfaat untuk mengambil keputusan sebagai bahan rekomendasi untuk
perbaikan proses, konteks, program, maupun hasil.
Menurut Riinawati (2021), fungsi evaluasi pendidikan dapat dibedakan
menjadi fungsi umum dan fungsi khusus, fungsi umum dibagi menjadi 7
bagian, diantaranya:
1. Fungsi sumatif, yang mengandalkan hasil evaluasi sebagai umpan balik
dalam perbaikan. Output berupa hasil evaluasi diharapkan dapat menjadi
informasi untuk memperbaiki input.
2. Fungsi formatif, yaitu untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi yang
ditentukan.
3. Fungsi rasional, yaitu sebagai dasar pembuatan rancangan kegiatan untuk
pembelajaran berikutnya.
4. Fungsi seleksi, yaitu fungsi yang menyaring siswa yang dapat melanjutkan
ke tahap berikutnya atau tidak. Contohnya ujian akhir semester,
penentuan kenaikan kelas, penjurusan, beasiswa.
5. Fungsi diagnostik, untuk mengetahui penyebab dari kekurangan dan
kelemahan siswa, guru mendiagnosis penyebab tersebut agar lebih
mudah mencari cara untuk mengatasinya.
2) Pendekatan kuantitatif
Pendekatan ini melakukan pengujian teori yang dibangun dari sejumlah
variabel, dan melakukan pengukuran, analisis, dan pengujian yang
melibatkan angka untuk mencapai kesimpulan bahwa hasil penelitian
tersebut dapat membuktikan bahwa teori yang digunakan mengandung
kebenaran.
3) Pendekatan gabungan merupakan pendekatan yang menggabungkan
sifat, proses, maupun bentuk pendekatan dari kualitatif dan kuantitatif
untuk menyempurnakan hasil penelitian karena pendekatan gabungan
dianggap mempunyai hasil penelitian yang bermakna dalam seperti hasil
kualitatif dan meluas di permukaan seperti kuantitatif
A. PENDAHULUAN
Lembaga pendidikan adalah pusat lahirnya sumber daya manusia yang
unggul di masa mendatang. Melalui pendidikan generasi muda Indonesia
dapat bereksplorasi memupuk mental dan memiliki daya saing tinggi. Setiap
lembaga pendidikan berkewajiban untuk bisa mencapai visi, misi dan tujuan
yang telah dirumuskannya. Dalam mewujudkannya tidak lepas dari
kemampuan kepala sekolah itu sendiri, dalam hal ini adalah kepala sekolah
harus memiliki kompetensi kepala sekolah sebagai kunci dari pada kemajuan
lembaga pendidikan. Kepala sekolah merupakan sosok kunci dari sebuah
sistem manajemen sekolah. Hal ini memberikan arti bahwa sosok kepala
sekolah harus mampu menjaga iklim positif yang ada di sekolah, mendorong
guru-guru untuk bersemangat dalam meningkatkan kompetensinya,
merangkul semua stafnya agar dapat bekerja dengan baik sehingga kondisi
lingkungan sekolah menjadi nyaman dan yang paling penting peran kepala
sekolah adalah dapat mendorong para siswa untuk memiliki prestasi yang
gemilang. Hal ini semua tak lepas dari peran kepala sekolah sebagai
pemegang otoritas secara formal sebagai pemimpin bagi sekolahnya. Kepala
sekolah dalam menjalankan tugasnya tentu tidak sendiri. Dengan
kemampuan manajerial dimilikinya, kepala sekolah diharapkan bisa
memberdayakan seluruh guru dan stafnya untuk menjalankan sistem sekolah
dalam mencapai visi yang telah ditetapkan. Kepemimpinan kepala sekolah
mempengaruhi kualitas dari sekolah. Kepala sekolah memegang peranan
penting dalam roda kependidikan di sekolah sehingga bisa dikatakan bahwa
kepala sekolah merupakan ujung tombak dari keberhasilan pencapaian
tujuan sekolah. Kompetensi kepala sekolah sangat penting agar apa yang
dicita-citakan bisa terwujud. Kecakapan kepala sekolah berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah adalah kompetensi kepribadian,
kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi,
dan kompetensi sosial. Saat ini, kita berada di era abad ke-21, kondisi dimana
teknologi dan informatika berkembang sangat pesat. Perkembangan ini tentu
akan mempengaruhi tujuan pendidikan Indonesia yang berdampak pada
tuntutan perubahan kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah agar
mampu bersaing di abad ke-21.
Mutu pendidikan tidak akan berhasil jika dicapai karena faktor kepala
sekolah dan guru saja. Tenaga pendidikan lainya seperti pengawas juga
memberikan kontribusi yang signifikan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Disadari ataupun tidak disadari, mutu pengawasan akan mempengaruhi mutu
guru, mutu guru akan mempengaruhi mutu proses pembelajaran, proses
pembelajaran yang bermutu akan menghasilkan murid yang bermutu, dan
pada akhirnya jika semua bersinergi akan mempengaruhi mutu pendidikan
secara keseluruhan.
Peranan kepala sekolah dalam mengelola sekolah terutama dalam mutu
dan kualitas pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Kepala sekolah
dan pengawas merupakan penggerak dalam meningkatkan sumber daya
sekolah terutama pendidik dan peserta didik. Kepala sekolah dan pengawas
bertanggung jawab untuk membina dan mengawasi jalannya proses
pendidikan. Pendidik atau guru dibina dalam kegiatan supervisi pendidikan.
Kepala sekolah sebagai supervisor mengadakan kunjungan kelas pada saat
guru mengajar di kelas. Sehingga proses pendidikan berlangsung kondusif dan
efektif, serta menghasilkan peserta didik yang bermutu dan berkualitas.
B. KOMPETENSI
a. Pengertian Kompetensi
Kompetensi menurut Wibowo (2016) adalah suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas
keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut
oleh pekerjaan tersebut. Menurut Mc Clelland mendefinisikan kompetensi
(competency) sebagai karakteristik yang mendasar yang dimiliki seseorang
yang berpengaruh langsung terhadap, atau dapat mendeskripsikan, kinerja
yang sangat baik. Dengan kata lain, kompetensi adalah apa yang para
outstanding performers lakukan lebih sering pada lebih banyak situasi dengan
134 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
hasil yang lebih baik, daripada apa yang dilakukan para average performers.
(Zainal, Veithzal Rivai, dkk. 2015).
Menurut Satori (2007) menyebutkan kompetensi berasal dari bahasa
Inggris competency yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang. Jadi
kompetensi adalah performa yang mengarah pada pencapaian tujuan secara
tuntas menuju kondisi yang diinginkannya.
b. Karakteristik Kompetensi
Menurut Spencer dan Spencer dalam Wibowo (2016) kompetensi
terbentuk dari lima karakteristik, yaitu:
1) Motif
Sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan orang yang
menyebabkan tindakan. Motif mendorong, mengarahkan, dan memilih
perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu.
2) Sifat
Karakteristik fisik dan respons yang konsisten terhadap situasi atau
informasi. Kecepatan reaksi dan ketajaman mata merupakan ciri fisik
kompetensi seorang pilot tempur.
3) Konsep Diri
Sikap, nilai-nilai, atau citra diri seseorang. Percaya diri merupakan
keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalam hampir setiap situasi
adalah bagian dari konsep diri orang.
4) Pengetahuan
Informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik. Pengetahuan adalah
kompetensi yang kompleks. Skor pada tes pengetahuan sering gagal
memprediksi prestasi kerja karena gagal mengukur pengetahuan dan
keterampilan dengan cara yang sebenarnya dipergunakan dalam
pekerjaan.
5) Keterampilan
Kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu. Kompetensi
mental atau keterampilan kognitif termasuk berpikir analitis dan
konseptual.
c. Indikator Kompetensi
Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi kompetensi
karyawan suatu perusahaan, indikator kompetensi menurut Ruky dalam
Fadillah, dkk (2017), yaitu:
1) Karakter pribadi (traits)
2) Karakter pribadi adalah karakteristik fisik dan reaksi atau respon yang
dilakukan secara konsisten terhadap suatu situasi atau informasi.
C. KEPALA SEKOLAH
a. Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu kata “kepala” dan “sekolah”.
Kata kepala dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu
organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah merupakan sebuah
lembaga yang digunakan sebagai tempat menerima dan memberi pelajaran.
Apabila kedua istilah tersebut digabungkan akan lahir istilah baru yakni
kepala sekolah yang mempunyai arti tersendiri.
Wahjosumidjo (2003) menyatakan bahwa, kepala sekolah dapat
didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar,
atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran
dan murid yang menerima pelajaran. Sagala (2010) mengemukakan bahwa,
kepala sekolah adalah orang yang diberi tugas dan tanggung jawab mengelola
sekolah, menghimpun, memanfaatkan, dan menggerakkan seluruh potensi
sekolah secara optimal untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah jabatan formal yang
diberikan tugas dan tanggung jawab untuk memimpin sebuah sekolah dengan
memanfaatkan segala potensi yang ada di sekolah maupun di luar sekolah
dan bertanggung jawab penuh terhadap kelancaran proses belajar mengajar
di sekolah.
Dari penjelasan di atas, adapun rincian dari tugas pokok kepala sekolah
menurut Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1) Tugas Pokok Manajerial
a. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah
b. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah
c. Memimpin sekolah/madrasah
d. Mengelola perubahan dan pengembangan
e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif
bagi pembelajaran peserta didik
f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia
g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah
h. Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat
i. Mengelola peserta didik
j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran
k. Mengelola keuangan sekolah
l. Mengelola ketatausahaan sekolah
m. Mengelola unit layanan khusus sekolah
n. Mengelola sistem informasi sekolah
Selain itu, tugas dan peran kepala sekolah menurut Mulyasa (2004),
dibagi menjadi tujuh pokok bagian yaitu: sebagai pendidik (educator), sebagai
manajer, sebagai administrator, sebagai supervisor (penyelia), sebagai leader
(pemimpin), sebagai inovator, serta sebagai motivator. Adapun penjelasan
tugas dan peran- peran kepala sekolah tersebut diuraikan sebagai berikut:
a) Kepala Sekolah sebagai Educator (pendidik). Kepala sekolah merupakan
guru yang diberikan tugas sebagai kepala atau pimpinan sekolah, oleh
karenanya kepala sekolah juga memiliki tugas untuk mendidik. Tugas
pokok dan fungsi (tupoksi) kepala sekolah sebagai pendidik (educator)
yaitu melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler dan kurikuler untuk siswa,
menyusun program pembelajaran, melaksanakan program pembelajaran,
melakukan evaluasi pembelajaran, melakukan pembinaan siswa, dan
memberikan layanan konseling pada siswa. Kepala sekolah sebagai
educator harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Strategi tersebut
seperti menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat
kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga
kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik.
(Mulyasa, 2004). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas
kepala sekolah sebagai educator/pendidik merupakan tugas pokok dan
D. PENGAWAS SEKOLAH
a. Pengertian Pengawas Sekolah
Pengawas sekolah dilihat dari segi bahasa, pengawas sekolah terdiri dari
dua kata, yaitu; pengawas dan sekolah. “Pengawas” adalah orang yang
melakukan pengamatan dengan melihat secara langsung atau tidak langsung.
Sedangkan “sekolah” adalah lembaga atau tempat diselenggarakannya
kegiatan belajar mengajar. Sehingga “pengawas sekolah” dapat diartikan
orang yang mengamati dengan melihat secara langsung ataupun tidak
langsung sebuah lembaga atau tempat diselenggarakannya kegiatan belajar
mengajar. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 disebutkan
bahwa “pengawas sekolah” adalah guru pegawai negeri sipil yang
diangkat dalam jabatan pengawas sekolah. Kemudian di dalam Permen PAN
& RB Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 4 disebutkan “pengawas sekolah”
merupakan pejabat karier yang hanya dapat di duduki oleh guru yang
berstatus Pegawai Negeri Sipil.
Dari pengertian di atas, sudah jelas yang dimaksud dengan pengawas
sekolah. Bahwa pengawas sekolah adalah sebuah jabatan karir yang hanya
dapat diduduki oleh seorang pegawai negeri sipil dari guru. Pengawas sekolah
146 | Supervisi dan Mutu Pendidikan
merupakan guru pegawai negeri yang diangkat oleh pejabat yang berwenang
yang nantinya akan melakukan pengamatan dengan melihat baik secara
langsung atau tidak terhadap objek yang diawasi yaitu; sekolah yang
merupakan lembaga penyelenggara pendidikan.
2) Kompetensi Manajerial
a. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan
perencanaan.
b. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan
kebutuhan.
c. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber
daya sekolah/madrasah secara optimal.
d. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju
organisasi pembelajar yang efektif.
e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan
inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal.
g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal.
h. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam
rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan
sekolah/madrasah.
i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru,
dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.
j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.
k. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip
pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.
l. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung
pencapaian tujuan sekolah/ madrasah.
3) Kompetensi Kewirausahaan
a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan
sekolah/madrasah.
b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah
sebagai organisasi pembelajar yang efektif.
c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.
e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan
produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.
4) Kompetensi Supervisi
a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
c. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru
5) Kompetensi sosial
a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah/madrasah
b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
A. LATAR BELAKANG
Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan
secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan
utama. Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika
berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen
mana pun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama dalam
pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di
sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama
dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Guru merupakan
pemegang peranan utama dalam proses belajar mengajar. Proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan
guru dan peserta didik atau dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam Islam, guru (pendidik) juga merupakan figur yang sangat penting,
begitu pentingnya seorang pendidik sehingga menempatkan kedudukan
pendidik setingkat di bawah kedudukan nabi dan rasul. Maka dalam
pendidikan Islam, pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam
sistem kependidikan, karena ia yang mengantarkan peserta didik pada tujuan
yang telah ditentukan, bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat
komprehensif. Peranan pendidik dalam menunjang keberhasilan pendidikan
sangat penting. Karena itu, upaya apapun untuk meningkatkan mutu
pendidikan harus bersentuhan dengan sumber daya guru (pendidik).
Keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangat krusial, sebab
kewajibannya tidak hanya mentransformasikan pengetahuan(knowledge)
tetapi juga dituntut menginternalisasikan nilai-nilai (value/qimah) pada
peserta didik. Bentuk nilai yang diinternalisasikan paling tidak meliputi: nilai
etis, nilai pragmatis, nilai effect sensorik dan nilai religius. Pendidik dalam
Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta
didik, baik potensi afektif, potensi kognitif maupun potensi psikomotorik.
Pendidik sebagai faktor yang menentukan mutu pendidikan. Karena pendidik
berhadapan langsung dengan para peserta didik dalam proses pembelajaran
di kelas. Di tangan pendidik mutu kepribadian mereka dibentuk. Guru adalah
kurikulum berjalan. Sebaik apa kurikulum dan sistem pendidikan yang ada,
tanpa didukung kemampuan guru, semuanya akan sia-sia. Guru kompeten
dan efektif, tanggung jawab utamanya mengawal perkembangan peserta
didik sampai suatu titik maksimal. Tujuan akhir seluruh proses pendampingan
guru adalah tumbuhnya pribadi dewasa yang utuh. Tanpa guru kurikulum itu
hanyalah benda mati yang tiada berarti.
Dalam pendidikan, pendidik mempunyai tugas ganda, yaitu sebagai abdi
negara dan abdi masyarakat. Sebagai abdi negara, pendidik dituntut
melaksanakan tugas-tugas yang menjadi kebijakan pemerintah dalam usaha
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan sebagai abdi masyarakat, pendidik
dituntut berperan aktif mendidik masyarakat dari belenggu keterbelakangan
menuju masa depan yang gemilang. Dan untuk dapat melaksanakan hal itu
semua seorang pendidik harus memenuhi persyaratan dan kompetensi juga
profesional. Kompetensi dasar (basic competency) bagi pendidik ditentukan
oleh tingkat kepekaannya dari bobot potensi dasar dan kecenderungan yang
dimilikinya.
Kualitas para pendidik dapat diketahui dari tingkat profesionalisme
mereka dalam merealisasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas
mengajar para peserta didik. Mereka rata-rata kesulitan mengadakan inovasi-
inovasi pembelajaran di sekolah-sekolah yang mereka. Para guru tersebut
juga banyak mengalami kendala- kendala baik dalam pelaksanaan supervisi
karena pelaksanaan hanya menyentuh aspek administrasi bukan pembinaan
profesionalisme.
Maka dari itu, penulis akan menguraikan lebih lengkap mengenai
problema- problema tersebut dalam tulisan yang berjudul “Problematika
Guru di Sekolah Dalam perspektif supervisi dan Mutu Pendidikan”.
E. KESIMPULAN
Guru merupakan seorang figur yang menjadi panutan dalam segala hal
baik tingkah laku yang tersurat atau pun yang tersirat, sehingga Bimbingan
Konseling sangat berfungsi sebagai penunjuk arah bagi para peserta didik
untuk mengantarkan menjadi yang terbaik.
Selain mengarahkan kepada tujuan peserta didik yang baik, juga
Bimbingan Konseling sangat membantu bagi tenaga pendidik yang kurang
rajin menjadi rajin, yang mengalami keruwetan menjadi disiplin, yang
mengalami kejenuhan karena kerutinan kerja akan menemukan jalan penuh
dengan manfaat dan semangat, tenaga pendidik yang kurang demokratis
akan menjadi demokratis yang pada akhirnya dengan adanya Bimbingan
Konseling menjadikan terarah dalam segala hal menentukan solusi.
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan persoalan vital bagi setiap segi kemajuan dan
perkembangan manusia pada khususnya dan bangsa pada umumnya.
Kemajuan dalam segi pendidikan maka akan menentukan kualitas sumber
daya manusia dan perkembangan bangsa yang ke arah lebih baik dan maju.
Peningkatan kualitas pendidikan tidaklah mudah melainkan membutuhkan
waktu yang panjang dan keterlibatan berbagai komponen dan elemen.
Dewasa kini banyak orang berbicara tentang merosotnya mutu pendidikan. Di
lain pihak banyak pula yang menggembor-gemborkan dan menandaskan
bahwa perlu dan pentingnya rekonstruksi atau pembaharuan pendidikan dan
pengajaran, ironinya sangat sedikit sekali para pemerhati dan pengkritisi
pendidikan yang berbicara mengenai soal pemecahan masalahnya (problem
solving) perbaikan pendidikan dan pengajarannya agar lebih maju dan
mencapai tujuan pendidikan yang hakiki.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berperan sebagai salah satu
wakil dari pemerintah pusat maka peran sekolah berkewajiban untuk dapat
mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam organisasi sekolah, kedudukan
kepala sekolah merupakan faktor penentu, penggerak segala sumber daya
yang ada dalam sekolah, agar segala komponen yang di dalamnya dapat
berfungsi secara maksimal dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kepala
sekolah yang berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, leader,
motivator dan supervisor sekolah. Guru memiliki peran yang sangat besar,
besarnya tanggung jawab guru dalam pendidikan merupakan tantangan bila
dikaitkan dengan mutu pendidikan dewasa kini. Keluhan masyarakat
terhadap merosotnya mutu pendidikan seharusnya dapat menjadi refleksi
bagi para guru yang tidak kompeten dan profesional. Guru profesional bukan
hanya sekedar dapat menguasai materi dan sebagai alat untuk transmisi
kebudayaan tetapi dapat mentransformasikan pengetahuan, nilai dan
kebudayaan kearah yang dinamis yang menuntut produktifitas yang tinggi
dan kualitas karya yang dapat bersaing.
Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah
melalui Proses Pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas
sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia
yang harus dibina dan dikembangkan terus menerus. Pembentukan Profesi
Guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan (pre-service
education) maupun Program dalam jabatan (inservice education). Tidak
semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan
kualified. Potensi sumber daya guru itu perlu terus menerus bertumbuh dan
berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara profesional.
Selain itu, pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru
untuk terus menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat. Itulah sebabnya
ulasan mengenai perlunya supervisi pendidikan itu bertolak dari keyakinan
dasar bahwa guru adalah suatu profesi. Suatu profesi selalu bertumbuh dan
berkembang. Perkembangan profesi itu ditentukan oleh faktor internal
maupun eksternal.
Dalam konteks ini sebenarnya guru yang kurang profesional sangat
membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang lain atau supervisor dalam
memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi untuk mencapai tujuan
pendidikan, misalnya seperti masalah kurang pahamnya tujuan pendidikan,
tujuan kurikuler, serta tujuan instruksional dan operasional. Sehingga peran
guru yang sangat besar dalam meningkatkan mutu pendidikan akan dapat
tercapai jika semua permasalahan yang dihadapi oleh para guru dapat
dipecahkan dengan baik. Dan seorang yang disebut supervisor yang
mempunyai fungsi sebagai pembimbing, mengarahkan, membantu dalam hal
ini adalah Kepala Sekolah (supervisor) yang setiap hari langsung berhadapan
dengan guru.
Supervisi merupakan salah satu fungsi kepala sekolah untuk
meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru dalam melaksanakan
pengajaran. Sehubungan dengan pentingnya aktifitas supervisi sekolah yang
berkaitan dengan peningkatan kualitas guru pada khususnya dan peningkatan
mutu pendidikan pada umumnya, maka dalam penulisan makalah ini akan
Dalam bisnis, produk adalah barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan.
Dalam marketing, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah
pasar dan bisa memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan. Dalam tingkat
pengecer, produk sering disebut sebagai merchandise. Dalam manufaktur,
produk dibeli dalam bentuk barang mentah dan dijual sebagai barang jadi.
Produk yang berupa barang mentah seperti metal atau hasil pertanian sering
pula disebut sebagai komoditas. Kata produk berasal dari bahasa Inggris
product yang berarti “sesuatu yang diproduksi oleh tenaga kerja atau
sejenisnya”. Bentuk kerja dari kata product, yaitu produce, merupakan
serapan dari bahasa latin prōdūce(re), yang berarti (untuk) memimpin atau
membawa sesuatu untuk maju. Pada tahun 1575, kata “produk” merujuk
pada apapun yang diproduksi (anything produced). Namun sejak 1695,
definisi kata product lebih merujuk pada sesuatu yang diproduksi (“thing or
things produced”). Produk dalam pengertian ekonomi diperkenalkan pertama
kali oleh ekonom-politisi Adam Smith. Dalam penggunaan yang lebih luas,
produk dapat merujuk pada sebuah barang atau unit, sekelompok produk
Supervisi dan kurikulum adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Karenanya, kurikulum merupakan salah satu alat dalam mencapai tujuan
pendidikan, serta pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua
jenis pendidikan, sehingga apabila aktivitas dalam supervisi tidak direfleksikan
dalam praktek kurikulum, maka supervisi tidak akan ada artinya. Begitu juga,
bila sebuah kurikulum dibiarkan berjalan apa adanya, dengan mengabaikan
professionalisme guru, media pengajaran, silabus, tanpa adanya perbaikan
D. KESIMPULAN
Produk supervisi pada hakekatnya adalah memperbaiki hal belajar dan
mengajar. Program ini dapat berhasil bila supervisor memiliki ketrampilan
(skill) dan cara kerja yang efisien dalam kerja sama dengan orang lain (guru
dan petugas pendidikan lainnya).
Nilai produk supervisi ini terletak pada perkembangan dan perbaikan
situasi belajar mengajar yang direfleksikan pada perkembangan yang tercapai
oleh peserta didik melalui kurikulum yang disusun dengan sistematis.
Memperbaiki situasi bekerja belajar mengajar secara efektif dan efisien
tergantung makna didalamnya bekerja dan belajar secara berdisiplin,
bertanggung jawab, dan memenuhi akuntabilitas.
Supervisi dan kurikulum adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Karenanya, kurikulum merupakan salah satu alat dalam mencapai tujuan
pendidikan, serta pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua
jenis pendidikan, sehingga apabila aktivitas dalam supervisi tidak direfleksikan
dalam praktek kurikulum, maka supervisi tidak akan ada artinya. Begitu juga,
bila sebuah kurikulum dibiarkan berjalan apa adanya, dengan mengabaikan
professionalisme guru, media pengajaran, silabus, tanpa adanya perbaikan-
perbaikan, maupun tidak ada pengawasan dari supervisi, maka kurikulum
yang ada, tidak akan memberikan efek keberhasilan pada para peserta didik.
Produk Supervisi dan Mutu Pendidikan | 191
Pengembangan instrumen memberikan beberapa manfaat diantaranya
Memberikan alternatif instrumen supervisi sebagai alat bantu dalam
mengobservasi perilaku belajar siswa dan membelajarkan siswa bagi guru,
Meningkatkan keterampilan guru dalam membelajarkan siswa,
Pengembangan kreatifitas guru dalam mencari alternatif pemecahan masalah
sarana prasarana sekolah, Pengembangan wawasan guru dengan
memperhatikan kepentingan siswa, sehingga siswa merasa senang mengikuti
mata pelajaran dikjasor yang disajikan oleh guru.
Pentingnya hubungan antara sekolah dengan masyarakat adalah karena
sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi melayani anggota
masyarakat dalam pendidikan. Sedangkan masyarakat adalah pemilik sekolah
karena masyarakat memerlukannya dengan adanya hubungan tersebut
sekolah akan memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang
diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah, ditinjau
dari kebutuhan masyarakat itu sendiri dengan adanya hubungan dengan
sekolah maka dapat memajukan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagaimana yang telah
digariskan melalui Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003. Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada sekolah
pada umumnya dan guru pada khususnya agar kualitas pembelajaran nya
meningkat. Dibidang pendidikan dan pengajaran diperlukan penyelia
(supervisor) yang dapat berdialog serta membantu pertumbuhan pribadi dan
profesi guru agar setiap orang mengalami peningkatan pribadi dan profesi.
Latar belakang perlunya supervisi terletak berakar mendalam dalam
kebutuhan riil masyarakat antara lain: latar belakang kultural, filsafat,
psikologis, sosial, sosiologis, dan pertumbuhan jabatan. Supervisi diarahkan
untuk mengembangkan sumber daya manusia, dalam hal ini potensi manusia,
yaitu guru-guru. Jadi yang perlu ditingkatkan adalah potensi sumber daya
guru baik yang bersifat personal maupun yang bersifat profesional.