Anda di halaman 1dari 222

KONSEP DASAR SUPERVISI PENDIDIKAN

(Studi Kasus Di SMP Itikurih Hibarna Ciparay)

MINI RISET
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penilaian Mata Kuliah Teori Dan Praktik
Supervisi Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan

Di Susun Oleh : Kelompok 1

Andri Feriyansyah NIM : 41038103221074


Fikry Ramadhan NIM : 41038103221012
Hj. Ice Shofiyyatullah, PSY NIM : 41038103221009
Dahlia Puspitasari NIM : 41038103221067
Meta Rostiani NIM : 41038103221068
Teri Yanto NIM : 41038103221073

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 10

A. Landasaran Teoritis .............................................................................. 10


1. Pengertian Supervisi Pendidikan ........................................................ 10
2. Tujuan Supervisi Pendidikan .............................................................. 16
3. Perkembangan Supervisi Pendidikan.................................................. 20
BAB III ANALISIS HASIL DI LAPANGAN .................................................. 26

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 28

A. Simpulan............................................................................................... 28
B. Saran ..................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 31

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia

untuk membentuk dan mengembangkan karakter dan potensi peserta didik yaitu

meningkatkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan iman takwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan undang-undang sistem pendidikan

nasional No. 20 Tahun 2003 bab II pasal 3 berbunyi :

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakup, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta tanggung jawab
(Indonesia, 2022).
Seiring dengan pendidikan nasional diatas, kepala sekolah memiliki peran

fungsi dan tugas yang sangat amat besar untuk mewujudkan sumber daya

manusia yang berkualitas yang menjamin kesinambungan pembangunan

bangsa dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat, terlebih lagi

dipengaruhi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan diikuti

meluasnya dampak dari globalisasi komunikasi, maka peran kepala sekolah

jauh lebih dominan. Kenyataan yang demikian mengharuskan makin perlunya

penguasaan kompetensi kepemimpinan bagi kepala sekolah .

Keberhasilan suatu pendidik sangatlah dibutuhkan supervisi/pengawasan

oleh kepala sekolah untuk membina guru dalam melakukan kegiatan

1
2

pembelajaran, agar kegiatan pembelajaran menjadi efektif dan efesien. Untuk

itu sangat diperlukan suatu supervisi/pengawasan seorang kepala sekolah

dalam meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran

Kualitas pendidikan dewasa saat ini mempengaruhi para pelaksana

pendidikan dimana pengawas dan supervisor dalam pelaksanaan atau

implementasi yang disesuaikan dengan kultur bangsa dan dunia global,

terkhusus pada pendidikan moral dan akhlak pengguna. Di era globalisasi

seperti sekarang ini pelaksanaan pendidikan diarahkan untuk mengimbagi

perubahan, perkembangan, dan kebutuhan zaman.

Diantaranya harus terdapat pendidik yang profesional tidak hanya dituntut

untuk menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode pembelajaran, memotivasi

peserta didik, memiliki keterampilan tinggi dan wawasan yang luas terhadap

dunia pendidikan, tetapi juga harus memiliki pemahaman yang mendalam

tentang hakikat manusia dan masyarakat. Hakikat-hakikat ini akan melandasi

pola pikir dan budaya kerja pendidik, serta loyalitas terhadap prosesi

pendidikan. Demikian halnya dalam pembelajaran, pendidik harus mampu

mengembangkan budaya dan iklim organisasi pembelajaran yang bermakna,

kreatif, bergairah dan dialogis, sehingga dapat menyenangkan peserta didik

maupun bagi pendidik. Untuk mewujudkan seorang pendidik yang profesional,

khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan tugasnya. Hal

ini merupakan salah satu tugas kepala sekolah sebagai supervisor.

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan orang dewasa kepada

mereka yang dianggap belum dewasa. Pendidikan adalah transformasi ilmu


3

pengetahuan, budaya, sekaligus nilai-nilai yang berkembang pada suatu

generasi agar dapat ditransformasi kepada generasi berikutnya. Hal ini

mendorong lembaga pendidikan khususnya sekolah untuk selalu meningkatkan

mutu pendidikannya agar lebih berkualitas dan dapat mengikuti perkembangan

zaman untuk mencetak para lulusan handal, berkualitas, kreatif, serta beriman

dan bertakwa (Saebani & Akhdiyat, 2012, p. 12).

Kepribadian yang bermoral dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

haruslah tertanam baik dalam diri peserta didik, karena kemajuan yang tidak

dibarengi dangan kuatnya iman dan takwa maka dapat menyebabkan peserta

didik terjerumus dalam hal-hal yang dapat merusak moral mereka seperti

pergaulan bebas, berhura-hura melakukan aksi pengerusakan, pencurian dan

yang lainnya, yang hal itu akan merusak dirinya sendiri dan orang lain. Oleh

karena itu, pendidikan agama islam sangatlah penting sebagai pendidikan

mereka untuk memperkuat dan meningkatkat iman dan ketakwaan kepada Allah

SWT.

Dalam buku yang berjudul “Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme

Pendidik di kutip oleh masnur Muslich menjelaskan bahwa untuk menjadi

pendidik profesional, seorang pendidik dituntut memiliki kemampuan:

a. Mengenal secara mendalam peserta didik yang hendak dilayani

b. Menguasai bidang ilmu sumber bahan ajaran, baik dari segi substansi dan

metodologi bidang ilmu (disciplinary content knowledge), maupun

pengemasan bidang ilmu menjadi bahan ajar dalam kurikulum (pedagogical

content knowledge)
4

c. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, mencakup perancangan

program pembelajaran berdasarkan serangkaian keputusan situasional dan

implementasi program pembelajaran termasuk penyesuaian sambil jalan

(midcourse) berdasarkan on going transactional decisions berhubungan

dengan adjustments dan reaksi unik dari peserta didik terhadap tindakan

guru (Masnur, 2007, pp. 7–8).

Supervisi sebagai suatu kegiatan kepengawasan yang memiliki tujuan untuk

membantu memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan pendidikan di sekolah.

Sasaran utama dalam kepemimpinan (kepegawaian) pendidikan adalah

mengenai bagaimana seorang pendidik dalam kepemimpinannya dapat megajar

peserta didiknya dengan baik, dalam usahanya untuk meningkatkan mutu

pengajaran yaitu melaksanakan supervisi pendidikan.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan proses

belajar mengajar pada khususnya, maka suupervisi penting untuk dilaksanakan.

Akan tetapi mengingat pendidik mempunyai kepribadian yang berbeda-beda,

maka supervisor dalam melaksanakan tugas supervisinya hendaklah

memperhatikan perbedaan-perbedaan yang ada pada masing-masing pendidik,

baik dalam latar belakang pendidikan, keterampilan maupun pengalaman dalam

mengajar dari masing-masing pendidik.

Kepala sekolah selaku supervisor, disamping harus memiliki pengetahuan

serta keterampilan dalam pekerjaan supervisinya, juga memerlukan teknik-

teknik supervisi tertentu dalam melaksanakan tugas supervisinya. Supervsi

yang baik adalah yang dapat mengarahkan perhatiannya kepada dasar-dasar


5

pendidikan dan cara-cara belajar serta penkembangannya dan pencapaian

tujuan umum pendidikan, dimana tujuan supervisi adalah mengembangkan

situasi belajar mengajar yang lebih baik.

Supervisi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam

proses belajar melalui upaya menganalisis berbagai bentuk tingkah laku pada

saat melaksanakan program belajar mengajar. Supervisi dapat membantu

meningkatkan kemampuan profesional para pendidik, agar pendidik mampu

melaksanakan proses belajar mengajar di kelas dengan baik dan mampu

berperan sebagai pendidik profesional yang berkenaan dengan tugas dan

tanggung jawabnya. Kepala sekolah berkaitan erat dengan keberhasilan suatu

sekolah, yaitu pembinaan program pengajaran, sumber daya manusia, sumber

daya material dan pembinaan hubungan kerja sama antara sekolah dengan

masyarakat (Kurniawan, 2017, p. 182).

Makna lain yang terkandung dalam definisi tersebut bahwasanya supervisi

dimaksudkan untuk membantu seorang pendidik dalam memberi pengertian

terhadap masyarakat mengenai program yang sudah ada dan direncakan oleh

pihak sekolah agar masyarakat dapat mengerti dan membantu usaha sekolah.

Dan dengan adanya supervisi yang dilakukan kepala sekolah, guru Pendidikan

Agama Islam akan berkerja lebih profesional, serta mampu mendesain dengan

baik dan menerapkan model pembelajaran yang memperhatikan kondisi dan

keberagamaan peserta didik.

Keberhasilan suatu pendidikan didasari oleh banyaknya faktor yang

mendukung. Secara global, faktor-faktor yang memperngaruhi belajar peserta


6

didik terdiri atas: 1) faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), yakni

keadaan dan kondisi jasmani dan rohani peserta didik, 2) faktor eksternal (faktor

dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan disekitar peserta didik, 3)

faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis belajar peserta

didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk

melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran (Darmadi, 2017, p.

111).

Dari faktor-faktor tersebut, faktor pendekatan pembelajaran sangatlah

mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Pendidikan suatu kegiantan yang

berintikan interaksi antara peserta didik dengan para pendidik dalam upaya

membantu mencapai tujuan pendidikan. Interaksi antara peserta didik dengan

pendidik dan sumber-sumber pendidikan tersebut dapat berlangsung dalam

situasi pergaulan (pendidikan), pengajaran, latihan, serta bimbingan.

Dengan demikian untuk pencapaian hasil pembelajaran yang maksimal

dalam proses pendidikan agama Islam, maka diperlukan seorang pendidik yang

profesional, karena dalam dunia pendidikan khususnya bagian pengajaran tolak

ukur keberhasilannya adalah guru. Dari urain tersebut peneliti dapat

menyimpulkan bahwasanya hasil pembelajaran yang maksimal tergantung

profesionalnya seorang pendidik itu sendiri dalam melaksanakan tugasnya

(Kurniawati, 2006, p. 1).

Sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikannya dengan mengetahui

perkembangan sekolah melalui supervisi, selain itu supervisi dibutuhkan oleh

seorang pendidik yang mengalami berbagai hambatan yang telah dipaparkan


7

diatas dengan memberikan bimbingan, pengarahan dan bantuan dalam

mengembangkan potensi dirinya untuk menjadi seorang pendidik yang

profesional. Oleh karena itu, supervisi sangat penting dan sangat dibutuhkan

untuk sekolah.

SMP Itikurih Hibarna Ciparay adalah salah satu sekolah tingkat menengah

Pertama di Ciparay. Sekolah tersebut memiliki 2 orang pendidik mata pelajaran

pendidikan agama Islam yang bertugas mengajar 9 kelas. Dengan beban dan

tanggung jawab mendidik anak yang berjumlah tidak sedikit tersebut, sehingga

waktu yang dibutuhkan sangat banyak, maka pasti pendidik tersebut

membutuhkan bimbingan dari seorang supervisor dalam mengembangkan dan

meningkatkan kualitas pelaksanaan proses belajar mengajar yang mereka jalani.

Tetapi kenyataanya dalam wawancara singkat dengan pendidik mata pelajaran

PAI SMP Itikurih Hibarna Ciparay, dalam keterangannya pelaksanaan supervisi

belumlah dilaksanakan secara maksimal, seperti proporsi waktu pelaksanaan

yang kurang, kegiatan yang dilakukan oleh supervisor hanyalah memonitoring,

melihat data data peserta didik, yang hal tersebut masih belum maksimal dalam

kegiatan membimbing.

Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti

berminat untuk dapat mengetahui berbagai permasalahan yang berkenang

dengan judul penelitian penulis “KONSEP DASAR SUPERVISI

PENDIDIKAN”
8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah adalah

sebagai berikut:

1. Apa Pengertian Dari Supervisi Pendidikan?

2. Bagaimana Penjabaran Dari Tujuan Supervisi Pendidikan?

3. Bagaimana Perkembangan Supervisi Pendidikan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian nya adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Supervisi Pendidikan

2. Untuk Mengetahui Penjabaran Dari Tujuan Supervisi Pendidikan

3. Untuk Mengetahui Perkembangan Supervisi Pendidikan

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat yang bersifat teoritis

maupun praktis, manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi

maupun masukan kepada lembaga pendidikan yang bersangkutan untuk

menerapkan supervisi pendidikan dalam meningkatkan kualitas Pendidikan

Agama Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam mencari informasi dan kondisi Di

SMP Itikurih Hibarna Ciparay mengenai solusi terhadap supervisi

pendidikan Pendidikan Agama Islam


9

b. Dapat memotivasi peneliti lain untuk meneliti secara lebih mendalam

mengenai permasalahan yang diangkat

c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dan bahan kajian

mengenai problematika pembelajaran dan solusinya terhadap

problematika Pendidikan Agama Islam.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasaran Teoritis

1. Pengertian Supervisi Pendidikan

Secara morfologis supervisi berasal dari dua kata yaitu super dan vision.

Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan

inspeksi, pemeriksaan, pengawasan dan penilikan dalam arti kegiatan yang

dilakukan oleh atasan (orang yang berposisi diatas, pimpinan) terhadap hal-

hal yang ada dibawahnya.

Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih

human, manusiawi. Berdasarkan gabungan dua unsur pembentukan kata

supervisi, dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah pandangan dari orang

yeng lebih ahli kepada orang yang memiliki keahlian dibawahnya. Kegiatan

supervisi bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung

unsur pembinaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat

diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya) untuk dapat

diberitahu bagian yang perlu diperbaiki maupun ditingkatkan.

Secara sematik supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa

bimbingan atau tuntunan kearah perbaikan situasi pendidikan pada

umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.

10
11

Sedangkan secara etimologi supervisi diambil dari perkataan bahasa

inggris Supervision artinya pengawasan di bidang pendidikan.

Supervisi ialah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju

kepada perkembangan kepemimpinan pendidik dan personal lainnya di

dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan,

dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan pendidik,

seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-

pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, penilaian alat-alat

pembelajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik, cara-cara

penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran, dan

sebagainya.

Pengertian supervisi pendidikan pada umumnya mengacu kepada usaha

perbaikan situasi belajar mengajar. Supervisi pada dasarnya ialah upaya

untuk meningkatakan mutu pendidikan dan pengajaran di Sekolah.

Kegiatan supervisi pada umumnya ialah membantu guru, tetapi dalam

konteksnya yang luasmenyangkut komponen Sekolah yang lain karena guru

juga terkait dengan komponen tata usaha, sarana, lingkungan Sekolah dan

sebagainya (Chaniago, 2015, p. 28).

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an Surat As-Sajadah

ayat 5 :

‫أف َسنَ ٍة ِّّمَّا‬ ٍ ِّ ‫ٱلسما‬


َ ‫ج إِّل أَي ِّه ِِّف يَ أوم َكا َن ِّم أق َد ُارٓهُۥ أَل‬ ِّ ‫ٓء إِّ ََل أٱْل أَر‬
ُ ‫ض ُُثَّ يَ أع ُر‬
ِّ
َ َّ ‫يُ َدبُِّر أٱْل أَم َر م َن‬
‫تَعُدُّو َن‬
12

Artinya :
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu” (Kemenag, 2022).
Supervisi berasal dri kata supervision yang terdiri dari dua kata yaitu

super yang berarti lebih dan vision yang berarti melihat atau meninjau.

Secara tertimologi supervisi sering diartikan sebagai serangkaian usaha

bantuan pada guru. Supervisi merupakan kegiatan memberi bantuan kepada

guru dari kepala sekolah terkait permasalahan yang dihadapi guru dalam

pembelajaran.

Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Ametembun, dalam bukunya Supervisi Pendidikan, menyatakan: supervisi

pendidikan adalah pembinaan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada

umumnya dan peningkatan mutu belajar mengajar di kelas pada khususnya

(Hidayat & Machali, 2013)

Ngeagley dikutip oleh Made Pidarta, mengemukakan bahwa setiap

layanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan

instruksional, belajar dan kurikulum dikatakan supervis, yang berarti

sebagai bantuan dan bimbingan kepada para guru dalam bidang

instruksional, belajar kurikulum dalam usahanya mencapai tujuan Sekolah.

Oteng Sutisna, menjelaskan bahwa pandangan baru tentang supervisi

terdapat ide-ide pokok, seperti: menggalakan pertumbuhan profesionalisme

guru, mengembangkan masalah-masalah belajar mengajar dengan efektif.

Pendekatan baru tentang supervisi ini menekankan pada peran supervisi


13

selaku bantuan atau pembinaan pada guru dan personil pendidikan degan

maksud untuk memperbaiki kemempuan guru dan kualitas pendidilan.

Dari beberapa definisi mengenai supervisi diatas supervisi ialah usaha

member layanan kepada para pendidik dan tenaga kependidikan baik secara

individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran.

Dengan kata lain supervisi ialah memberikan layanan atau bantuan. Sebagai

supervisor dalam pendidikan, kepala sekolah sangat berperan penting dan

mempunyai tanggung jawab yang lebih berat disbanding tenaga

kependidikan yang lain.

Lancar tidaknya suatu sekolah dan tinggi rendahnya mutu sekolah tidak

hanya ditentukan oleh cara kepala sekolah melaksanakan kepemimpinan

sekolah melainkan perlu kerjasama dari seorang pendidik sebagai tenaga

kependidikan. Supervisi dilakukan oleh supervisor kepada para guru agar

para guru mampu memperbaiki dan meningkatkan cara-cara mengajar

(Kisbiyanto, 2011, p. 12).

Maksudnya ialah supervisi dijalankan oleh seorang supervisor atau

atasan untuk membantu seorang pendidik dalam memperbaiki dan

meningkatkan cara-cara mengajarnya. Begitu juga untuk melaksanakan

supervisi, untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah, bukanlah faktor

pendidik saja yang menentukan tetapi bagaimana cara memanfaatkan

kesanggupan para pendidik itu dan bagaimana kepala sekolah dapat

mengikutsertakan semua potensi yang ada dalam kelompokknya

semaksimal mungkin. Kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi harus


14

dapat meneliti dan menentukan syarat-syarat mana yang telah ada dan

mencukupi, mana yang belum ada atau kurang mencukupi yang perlu

diusahakan dan dipenuhi sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah itu

semaksimal mungkin akan tercapai.

Pengertian supervisi dalam kaitannya dengan pendidikan adalah

pembinaan terhadap pendidik. Konsep supervisi tradisonal menganggap

supervisi sebagai inspeksi. Hal inilah yang menyebabkan pendidik merasa

takut dan tidak bebas dalam menjalakan tugasnya serta merasa terancam dan

merasa takut untuk bertemu supervisor, bahkan supervisor dianggap tidak

memberikan dorongan bagi kemajuan seorang pendidik.

Sikap tersebut dipengaruhi oleh pemahaman supervisi secara

tradisonal, artinya supervisor dipahami sebagai pengawasan dalam

pengertian mencari-cari kesalahan dan menemukan kesalahan untuk

diperbaiki yang pada gilirannya penilaan terhadap pendidik. Dalam

pengertian lain, supervisi merupakan peningkatan makna dari inspeksi yang

berkonotasi mencari-cari kesalahan, jelaslah bahwa kesan seperti itu sangat

kurang tepat dan tidak sesuai lagi dengan zaman reformasi seperti sekarang

ini.

Terdapat beberapa istilah yang hampir sama dengan supervisi, bahkan

dalam pelaksanaannya istilah-istilah tersebut sering digunakan secara

bergantian. Istilah-istilah tersebut antara lain, pengawasan, pemeriksaan,

dan inspeksi. Pengawasan mengandung arti suatu kegiatan untuk

melakukan pengamatan agar pekerjaan di lakukan sesuai dengan ketentuan.


15

Pemeriksaan yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana kegiatan

yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Inspeksi yang dimaksud untuk

mengetahui kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang perlu diperbaiki

dalam suatu pekerjaan. Oleh karena itu, deskripsi istilah-istilah diatas

identik dengan supervisi sehingga wajar dalam penggunaannya selalu

dipertukarkan.

Jika di telaah, dalam pemakaiannya secara umum supervisi diberi arti

sama dengan direktur, dan manejer. Dalam bahasa umum ini ada

kecondongan untuk membatasi pemakaian istilah supervision pada orang-

orang yang berada dalam kedudukan yang lebih bawah dalam hirarki

manajemen. Istilah-istilah umum bagi kedudukan ini selain dari supervisor

adalah foremen dan supertendent, yang dinegara kita disebut “mandor”

pengawas, “opsiner” dan “opseter” (Suparliadi, 2021).

Merekalah yang bertanggung jawab secara langsung dan bertatap muka

tentang kegiatan-kegiatan dari hari ke hari sekelompok pegawai bawahan.

Fungsi-fungsi mereka meliputi penugasan dan pembagian pekerjaan,

pemeriksaan efisiensi dari proses, metode dan tehnik yang digunakan,

pengadaan alat perlengkapan yang diperlukan. Seorang supervisor juga

sering diberi kekuasaan untuk mengangkat, memberhentikan atau

memindahkan pekerjaan, dan untuk melakukan tindakantindakan yang lain

selaku manajer.

Peniliti berpendapat dari banyaknya uraian diatas dapat ditarik

kesimpulan, yang dimaksud dengan supervisi pendidikan adalah bimbingan


16

profesional bagi seorang pendidik. Bimbingan profesional yang

dimaksudkan ialah segala yang memberikan kesempatan bagi seorang

pendidik untuk berkembang secara professional, sehingga mereka lebih

maju dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan

meningkatkan proses belajar mengajar.

2. Tujuan Supervisi Pendidikan

Didalam melakukan suatu kegiatan atau aktivitas baik yang dilakukan

secara individual maupun kelompok, sasaran yang dikehendaki ialah

tercapainya tujuan yang diinginkan, untuk mencapai sasaran yang

diinginkan perlu diadakan supervisi terhadap rencana-rencana awal dan

kinerja yang baik untuk pencapaiannya. Tujuan supervisi ialah memberikan

bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan

guru dikelas (Sahertian Piet, 2000).

Tujuan supervisi adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar

mengajar secara total, ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk

memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga untuk membina pertumbuhan

profesi guru dalam pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses

belajar mengajar , peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan guru,

pemberian bimbingan dan binaan dalam implementasi kurukulum,

pemilihan dan pengguanaan metode mengajar, alat-alat pelajaran, prosedur

dan teknik evaluasi pengajaran (Purwanto, 2009).

Tujuan supervisi pendidikan bukan menyodorkan suatu teori, tetapi

menganjurkan sesuai kebutuhan dan untuk mengungkapkan beberapa


17

karakteristik esensialteori. Supervisi pendidikan sebagai salah satu

instrumen yang dapat mengukur dan menjamin terpenuhinya kualitas

penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran bertujuan untuk membantu

guru untuk lebih memahamin peranannya di sekolah dan untuk

memperbaiki cara mengajar (Sagala, 2013).

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh M. Daryanto “Tujuan

Supervisi ialah memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih

baik, yaitu untuk pengukuran kemajuan sekolah” (Hadijaya, 2012).

Sementara itu Suhertian dan Matheru mengemukakan bahwa tujuan

superfisi pengajaran :

a. Membatu para guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan

b. Membantu dalam membimbing pengalaman belajar

c. Membantu dalam menggunakan sumber pengalaman belajar

d. Membantu dalam memenuhi kebutuhan belajar murid

e. Membantu dalam menggunakan alat-alat peraga

f. Membantu dalam menilai kemajuan murid dan dan hasil pekerjaan guru

itu sendiri

g. Membantu membina reaksi mental atau moral para guru dalam rangka

pertumbuhan pribadi dengan ugas yang di jalaninya

h. Membantu agar lebih mudah menyesuaikan terhadap masyarakat dan

caracara menggunakan sumber belajar dari masyarakat

i. Membantu para guru agar waktu dan tenaganya dicurahkan sepenuhnya

dalam membantu peserta didik belajar (Sagala, 2013, p. 103).


18

Tujuan supervisi pendidikan adalah untuk mengembangkan situasi

belajar mengajar yang baik. N.A. Amtebun merumuskan tujuan-tujuan

supervisi pendidikan dengan memperhatikan beberapa faktor yang sifatnya

khusus, sehingga dapat membantu mencari dan menentukan kegiatan

supervisi yang lebih efektif. Adapun tujuan-yujuan itu adalah:

a. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan

pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah mencapai tujuan itu

b. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk

mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang

efektif

c. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis

terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan belajar mengajar, serta

menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan

d. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga

sekolah lainnya terhadap tata kerja yang demokratis dan kooperatif,

serta memperbesar kesediaan untuk tolong menolong

e. Memperbesar ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu layanannya

secara maksimal dalam bidang profesinya

f. Membantu pemimpin sekolah unuk mempopulerkan sekolah pada

masyarakat dalam mengembangkan program-program pendidikan

g. Membantu kepala sekolah dan guru untuk dapat mengevaluasi

aktifitasnya dalam konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan

peserta didik
19

h. Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan antar guru

Menurut Gunawan ada beberapa tujuan khusus supervisi pendidikan, yaitu:

a. Membina guru-guru lebih memahami tujuan umum pendidikan. Dengan

demikian guru diharapkan dapat menghilangkan anggapan tentang

adanya mata pelajaran/bidang studi penting atau tidak penting sehingga

setiap guru mata pelajaran dapat mengajar dan mencapai prestasi

maksimal bagi siswa-siswanya.

b. Membina guru-guru mengatasi problem-problem siswa demi kemajuan

prestasi belajarnya

c. Membina guru-guru dalam mempersiapkan siswa-siswanya untuk

menjadi anggota masyarakat yang produktif, kreatif, etis dan religius

d. Membina guru-guru dalam meningkatkan kemempuan mengevaluasi,

mendiagnosis kesulitan belajar dan seterusnya

e. Membina guru-guru dalam memperbesar kesadaran tentang tata kerja

yang demokratis, kooperatif, dan kegotongroyongan

f. Memperbesar ambisi guru-guru dan karyawan pendidikan terhadap

tuntutan serta kritik-kritik tak wajar dari masyarakat

g. Mengembangkan sikap kesetiakawanan dan ketemansejawatan dan

seluruh tenaga pendidikan (Maryono, 2014).

Dengan demikian tujuan supervise pembelajaran semuanya

mengandung pengertian untuk membantu, memperbaiki, membimbing,

melayani, memfasilitasi, mendampingi, meningkatkan, mendorong

pertumbuhan kemampuan atau keterampilan mengajar guru dalam


20

meningkatkan hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama

bercorak layanan professional kepadaguru agar dapat melaksanakan tugas

dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari inti supervisi pendidikan

adalah membantu guru dan para staf dalam melaksanakan tugasnya baik

individu maupun kelompok.

3. Perkembangan Supervisi Pendidikan

Menelusuri sejarah supervisi pendidikan atau pembelajaran,walaupun

serba singkat sebenarnya tidak mudah. Hal demikian dirasakan terutama

karena catatan-catatan mengenai supervisi pendidikan tidak selalu ada dan

dilakukan,meskipun sesungguhnya supervisi pendidikan itu sebenarnya

telah ada sejak adanya pendidikan. Padahal pendidikan itu sebenarnya telah

ada sejak adanya manusia. Kiranya tidak terlalu salah, jika hendak

dikatakan bahwa supervisi pendidikan atau pembelajaran itu sebenarnya

telah ada sejak adanya manusia, biarpun dalam tataran dan tingkatan yang

sederhana saja.

Dalam sistem pendidikan tradisional, dimana seorang murid masih

berguru secara perorangan kepada seorang guru, hampir dipastikan bahwa

satusatunya sumber ilmu pengetahuan yang ditimba oleh sang murid adalah

sang guru, seolah-olah sang guru telah maha tahu tentang apa saja yang

diberikan kepada muridnya. Sementara itu, sang murid menerima saja

secara keseluruhan terhadap apa yang diberikan oleh guru-nya.

Meskipun demikan, tidak jarang pada suatu kesempatan sang guru

tersebut terus mengembangkan ilmunya, baik secara mandiri maupun


21

dengan cara mencari guru lain yang lebih tinggi ilmu pengetahuannya.

Pengembangan ilmu pengetahuan yang telah ia miliki secara mandiri,

sebenarnya menyiratkan adanya supervisi, biarpun hal tersebut dilakukan

oleh dirinya sendiri. Demikian juga ketika ia mencari guru lagi guna

mempertajam dan memperluas ilmu pengetahuannya, sudah menyiratkan

butuhnya supervisi yang bersangkutan dari orang yang lebih tinggi tangkat

pengetahuannya. Tidak jarang dalam rangka pengembangan ilmu

pengetahuan yang dimiliki tersebut, sang guru mencari teman latih tanding

dengan maksud saling menimba ilmu pengetahuan di antara mereka. Di sini

terjadi saling asah, saling asuh,dan saling belajar. Meskipun hal demikian

belum ada namanya, tetapi pada era sekarang hal demikian dikenal dengan

proses supervisi secara kolegial atau kesejawatan.

Supervisi pendidikan, yang dilakukan secara aktif oleh guru itu sendiri

dengan cara mencari supervisor, berlaku dalam sistem pendidikan

tradisional sebagaimana pada perguruan silat, pada perguruan ilmu-ilmu

kesaktian, ilmu-ilmu kebatinan, bahkan juga banyak berlaku dalam sistem

pendidikan tradisional pesantren. Dalam sistem pendidikan tradisional

demikian, mereka menjadi guru senantisa mensupervisi diri mereka sendiri

dengan mengembangkan ilmu pengetahuan lewat membaca dan berlatih

(exercise, riyadah, dan lelaku), latih tanding secara kejawatan atau kologial

atau mencari guru baru yang lebih luas dan dalam ilmunya bahkan tidak

jarang juga mencari gurunya dahulu dengan maksud meneruskan dan

memperdalam kembali ilmunya yang telah pernah diberikan. Supervisi


22

pembelajaran dalam sistem pendidikan tradisional,nyatanya juga “ampuh”

guna meningkatkan profesionalitas guru tersebut. Guru-guru yang

senantiasa mensupervisi dirinya dan disupervisi oleh gurunya secara terus

menerus, terbukti mempunyai ilmu pengetahuan yang relatif lebih luas dan

dalam,mempunyai kesaktian yang lebih hebat dibandingkan mereka yang

tidak terbina. Hal demikian telah mengisyaratkan kepada kita, betapa

pentingnya supervisi pendidikan atau pembelajaran, sesederhana apapun

supervisinya.

Di zaman pertengahan, supervisi pendidikan dilakukan oleh Negara dan

agama. Negara turut mensupervisi terhadap para guru, dengan maksud agar

pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan apa yang menjadi

kehendak Negara. Oleh karena itu,siapa yang menjadi supervisor,bukanlah

oleh guru yang dipandang lebih mampu, melainkan mereka yang ditunjuk

oleh Negara sebagai supervisor.

Pada abad ke-17, di Eropa dan Amerika, terjadi tarik menarik mengenai

otoritas sekolah antara kepala sekolah dengan supervisor yang berasal dari

luar sistem sekolah. Dari tarik menarik mengenai otoritas tersebut, akhirnya

sekolah juga menyetujui bahwa supervisor yang berasal dari sekolah

tersebut tetap boleh masuk, tetapi de-ngan catatan otoritas sekolah masih

tetap diakui. Dengan demikian kedudukan supervisor yang berasal dari luar

sekolah tersebut, tetap berada dalam struktur sekolah di mana kepala

sekolah sebagai pengendali utamanya.


23

Pada abad ke-18, supervisi pendidikan menempatkan perkembangannya

yang lebih baik lagi karena unsur profesionalitas sudah mulai masuk.

Bertindak sebagai supervisor adalah suatu badan yng pengangkatannya

didasarkan atas keahliannya dalam hal metodologi pembelajaran. Meskipun

demikian, praktek supervisi yang dilakukan oleh supervisor bukanlah

memberikan bantuan kepada Guru saja, melainkan lebih mengarah kepada

inspeksi. Oleh karena itu, sejak saat ini istilah inspeksi dalam sistem

persekolahan lebih luas dikenal. Ternyata, sistem supervisi demikian ini

juga mengimbas ke sekolahsekolah di Indonesia. Apa yang dilakukan oleh

supervisor lebih banyak memberikan penilikan kepada guru-guru yang

menjadi tanggung jawabnya.

Mereka bertugas sebagai supervisor dikarenakan sebagai penilik

sekolah. Sampai sekarang, penilik sekolah ini masih ada dan praktik-praktik

penilikan juga masih subur dilakukan di sekolah-sekolah meskipun telah

berusaha didobrak dengan menggunakan sistem supervisi yang lebih

professional. Supervisi dengan cara memberikan kepe-nilikan atau inspeksi

ini bahkan juga tercantum dalam ku rikilum tahun 1968 pendidi-kan di

Indonesia. Penerjemahan supervisi dengan melihat dari atas (super = atas,

visi = melihat) sebenarnya merupakan wujud supervisi dengan cara

menginspeksi.

Oleh karena itu supervisi yang dilakukan adalah dengan cara

menginspeksi, maka control atas pembelajaran lebih banyak dilakukan

dibandingkan dengan mengambil langkah-langkah supervisi. Sayangnya,


24

tidak jarang mereka yang memberikan kepenilikan dan kepengawasan,tidak

selalu paham dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Oleh karena

itu, tidak jarang sebagai kompensasi atas ketidak mengertian terhadap

pembelajaran yang sedang berlangsung, kemudian banyak supervisor

menakut-nakuti kepada guru.

Pada abad ke 19,supervisi pembelajaran sudah lebih professional lagi.

Supervisi yang dilakukan oleh supervisor tidak lagi sekedar mengontrol dan

memberikan kepenilikan di bidang pembelajaran, melainkan mengimbas

juga ke bidang-bidang administrasf. Maka jenis supervisi yang dilakukan

tidak saja teraksentuasi pada pekerjaan-pekerjaan guru yang berkaitan

dengan aspek akademik, melainkan berkaitan juga dengan aspek-aspek

administratif. Jika kita melihat kurikulum 1975, pendidikan di Indonesia,

supervisi pembelajaran yang dikonseptualisasikan dalam kurikulum

tersebut terkena imbas perkembangan supervisi pembelaja-ran pada abad ke

19. Sungguhpun telah mengalami peningkatan setapak lebih dikatakan

mengalami peningkatan, karena supervisi pembelajaran pada abad ke 19

lebih menonjolkan aspek kontrolnya ketimbang aspek supervisinya,

sementara pada kurikulum 1975 telah menonjolkan aspek supervisinya.

Imbas supervisi pembelajaran pada abad ke 18 atas supervisi pembelajaran

dalam kurikulum 1975.

Pada kurikulum 1984 dan seterusnya, supervisi pembelajaran lebih

banyak diaksentuasikan kepada aspek-aspek akademik dan tidak banyak

lagi ke aspek administratif. Supervisi pembelajaran yang dahulunya lebih


25

banyak menjadi tanggung jawab pengawas sekolah, kini lebih banyak

beralih menjadi tanggung jawab kepala sekolahatau pimpinan sekolah,

karena kepala sekolah hampir setiap hari bertemu dengan guru-guru.

Meskipun demikian, pengawas sekolah juga tetap memberikan supervisi

kepada guru-guru, baik secara langsung kepada guru maupun secara tidak

langsung melalui kepala sekolah. Saat diterapkannya kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP), pelaksanaan supervisi juga ditekankan. Bahkan

setelah KTSP diberlakukan, lahirlah Permendiknas RI Nomor 12 Tahun

2007 tentang Standar Kompetensi Pengawas Seko-lah/Sekolah yang

mengatur pelaksanaan supervisi yang harus dilakukan oleh pengawas.

Demikian juga lahirnya Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang

Standar Kepala sekolah/Sekolah, juga menegaskan kembali bahwa

supervisi akademik memang harus dilakukan oleh kepala sekolah

(Permendiknas, 2007).
BAB III

ANALISIS

Implementasi Teori dan Konsep Dasar Supervisi Pendidikan Di SMP

Itikurih Hibarna Ciparay sudah berjalan dengan baik, meskipun masih perlu

ditingkatkan lagi karena diakibatkan oleh perbedaan latar belakang pendidikan dan

tingkat jabatan, perbedaan dalam orientasi profesional, perbedaan dalam tujuan dan

keterampilan menganalisa, perbedaan dalam kesangupan jasmani dan vitalitas

hidup, perbedaan dalam kualifikasi kemampuan untuk memimpin dan berdiri untuk

dipimpin, perbedaan dalam kondisi psikologis, perbedaan dalam pengalaman

belajar mengajar, serta perbedaan dalam kesanggupan dan sikap profesional.

Perbedaan tersebut seharusnya tidak menjadi penghambat dalam

pencapaian tujuan supervisi profesional. Sikap supervisor yang terkadang masih

memaksakan kehendak, menekan guru, yang melumpuhkan kreatifitas perlu

dirubah atau dihilangkan. Sikap korektif yang mencari-cari kesalahan harus diganti

dengan sikap kreatif dimana setiap orang mau dan mampu menumbuh kembangkan

kreatifitasnya untuk perbaikan pengajaran.

Penilaian pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah

merupakan salah satu cara untuk mengetahui kelemahan pelaksanaan pembinaan

maupun faktor yang memberinya harapan dalam kemudahan pelaksanan supervisi.

Implementasi disekolah supervisi masih sering menemui kendala diantaranya

pengadaan calon supervisor yang kurang tepat.

26
27

Kepala sekolah adalah pejabat supervisor di lingkungan sekolah masing-

masing. Berarti pengadaan kepala sekolah juga berarti pengadaan supervisor. Cara

terbaik dalam pengadaan calon kepala sekolah atau supervisor pada orang-orang

yang sudah berpengalaman menjadi guru dan memiliki keahlian sebagai sebagai

kepala sekolah atau supervisor. Supervisi memerlukan kerativitas tinggi dari pada

supervisor untuk mencari solusi dari problem yang ada di lapangan.

Supervisor harus jeli membaca masalah, menganalisi, menguraikan faktor

penyebab dan hal-hal terkait dengannya, menyuguhkan secara menyeluruh problem

yang dihadapi dan langkah yang harus diambil sebagai solusi efektif. Belum banyak

supervisor yang memiliki kreativitas tinggi dalam memecahkan masalah.

Disinilah pentingnya supervisor meningkatkan kompetensi secara

maksimal, sehingga ia mampu mengembangkan gaya berpikir yang kreatif, kritis,

inovatif dan produktif. Fasilitas sekolah merupakan sarana vital bagi realisasi tujuan

yang direncanakan. Laboratorium komputer, bahasa, fisika,biologi dan lainlain

sangat membantu guru dalam mempercapat pemahaman danmelahirkan skil

berharga bagi peserta didik.

Fasilitas yang lengkap identik dengan sekolah maju,kuat pendanaan atau

sekolah negeri yang dijamin oleh pemerintah. Rendahnya kualitas lembaga

pendidikan akan berdampak pada kualitas guru dan kualitas guru yang berada

dibawah standar akan membawa pengaruh besar pada peserta dedik. Supervisor

yang berkualitas adalah supervisor yang dapat memberikan bantuan kepada guru ke

arah usaha pemecahan masalah dan perbaikan kualitas proses pembelajaran secara

sistematis, berkelanjutan dan komprehensif.


BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian pembahasan tentang konsep dasar pelaksanan supervisi

pendidikan di atas, maka disini penulis dapat memberikan kesimpulan dan

temuan mengenai konsep dasar supervisi pendidikan adalah sebagai berikut :

a. Supervisi itu sendiri adalah suatu proses bimbingan dari seorang kepala

sekolah kepada para guru dan pegawai yang langsung menangani belajar

siswa guna memperbaiki situasi belajar mengajar para siswa agar para siswa

dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin

meningkat. Supervisi pendidikan juga dapat diartikan sebagai bagian dari

bimbingan profesional bagi seorang pendidik. Bimbingan profesional yang

dimaksudkan ialah segala yang memberikan kesempatan bagi seorang

pendidik untuk berkembang secara professional, sehingga mereka lebih

maju dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan

meningkatkan proses belajar mengajar.

b. Lalu untuk Tujuan dari supervisi pendidikan itu sendiri adalah perbaikan

proses belajar mengajar termasuk di dalamnya adalah memperbaiki mutu

mengajar guru juga membina profesi guru dengan cara pengadaan fasilitas

yang menunjang kelancaran proses belajar mengajar dan keterampilan guru,

selain itu memberikan bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi

kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar dan teknik

evaluasi pengajaran.

28
29

c. Sedangkan mengenai perkembangan supervisi pendidikan, penulis

menyimpulkan bahwa dari tahun ke tahun supervisi pendidikan itu sendiri

telah mengalami beberapa perubahan, seperti pada Abad ke 17 di Eropa dan

Amerika mengalama tarik menarik mengenai otoritas sekolah dan kepala

sekola dengan supervisor yang berasal dari luar sistem sekolah. Lalu Pada

abad ke-18, supervisi pendidikan menempatkan perkembangannya yang

lebih baik lagi karena unsur profesionalitas sudah mulai masuk. Bertindak

sebagai supervisor adalah suatu badan yng pengangkatannya didasarkan

atas keahliannya dalam hal metodologi pembelajaran. Meskipun demikian,

praktek supervisi yang dilakukan oleh supervisor bukanlah memberikan

bantuan kepada Guru saja, melainkan lebih mengarah kepada inspeksi. Pada

abad ke 19,supervisi pembelajaran sudah lebih professional lagi. Supervisi

yang dilakukan oleh supervisor tidak lagi sekedar mengontrol dan

memberikan kepenilikan di bidang pembelajaran, melainkan mengimbas

juga ke bidang-bidang administrasf. Maka jenis supervisi yang dilakukan

tidak saja teraksentuasi pada pekerjaan-pekerjaan guru yang berkaitan

dengan aspek akademik, melainkan berkaitan juga dengan aspek-aspek

administratif. Meskipun demikian, pengawas sekolah juga tetap

memberikan supervisi kepada guru-guru, baik secara langsung kepada guru

maupun secara tidak langsung melalui kepala sekolah. Saat diterapkannya

kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pelaksanaan supervisi juga

ditekankan. Bahkan setelah KTSP diberlakukan, lahirlah Permendiknas RI

Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Pengawas Seko-


30

lah/Sekolah yang mengatur pelaksanaan supervisi yang harus dilakukan

oleh pengawas. Demikian juga lahirnya Permendiknas Nomor 13 Tahun

2007 tentang Standar Kepala sekolah/Sekolah, juga menegaskan kembali

bahwa supervisi akademik memang harus dilakukan oleh kepala sekolah

B. Saran

Dalam penelitian ini, penulis kemukakan saran-saran sebagi berikut

a. Direkomendasikan kepada para pengawas sekolah (kepala sekolah)

hendaklah dalam pelaksanaan supervisi dilakukan dengan maksimal dan

berkesinambungan.

b. Direkomendasikan kepada para guru dan kepala sekolah hendaknya

menjadi contoh teladan kepada peserta didik, senantiasa meningkatkan

kualitas pendidikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

c. Direkomendasikan kepada seluruh supervisor agar memberikan bantuan

kepada pihak sekolah lebih intens dalam mutu pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

Chaniago, S. (2015). Profesi Keguruan. In Econosains Jurnal Online Ekonomi dan


Pendidikan (Vol. 13, Issue 1). Jakarta: Rineka Cipta.
https://doi.org/10.21009/econosains.0131.03
Darmadi. (2017). Pengembangan Model Metode Pembelajaran Dalam Dinamika
Belajar Peserta Didik. In Repositori.Unsil.Ac.Id. Yogyakarta : CV Budi
Utama.
Hadijaya, Y. (2012). Administrasi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
http://repository.uinsu.ac.id/id/eprint/64
Hidayat, A., & Machali, I. (2013). Pengelolaan Pendidikan. In Journal of Chemical
Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9). Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. http://digilib.uinsgd.ac.id/30324/1/01. Buku Pengelolaan
Pendidikan.pdf
Indonesia, R. (2022). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tantang Sistem Pendidikan Nasional.
KEMENAG, Q. (2022). AL - QUR’AN DAN TERJEMAHANNYA. DEPARTEMEN
AGAMA REPUBLIK INDONESIA.
Kisbiyanto. (2011). Manajemen Pendidikan Pendekatan Teoritik dan Praktik. Idea
Press Yogyakarta.
Kurniawan, Y. A. (2017). Kepemimpinan Kepala Sekolah. In Jurnal Manajemen
Pendidikan (Vol. 8, Issue 2). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
https://doi.org/10.21009/jmp.08117
Kurniawati, N. (2006). Analisis Pelakasanaan Supervisi Pendidikan Dalam Upaya
Meningkatkan Kompetensi Guru Fisika Di SMU/ MAN Yogyakarta. Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1.
Maryono. (2014). Dasar-Dasar dan Teori menjadi Supervisor Pendidikan.
Jogjakarta: Arruz Media.
Masnur, M. (2007). Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidikan. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Permendiknas. (2007). Permendiknas Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007

31
32

tentang Standar Kepala Sekolah/Sekolah. 1–7.


Purwanto, M. N. (2009). Administrasi dan Supervisi Pendidikan (2 (ed.)). Bandung,
Rosdakarya.
Saebani, & Akhdiyat. (2012). Ilmu Pendidikan Islam: Ilmu Pendidikan Islam,
Tujuan Ilmu Pendidikan Islam (Ilmu Pendidikan Islam. In
Www.Blogspot.Com. Yogyakarta : CV Budi Utama.
https://belajarbersamavika.blogspot.com/2016/09/penjelasan-berdasarkan-
buku-ilmu.html
Sagala, S. (2013). Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.
Bandung : Alfabeta.
sahertian piet. (2000). Konsep dasar dan Teknik Supervisi pendidikan dalam
Rangka Profesionalisme guru. Jakarta: Rineka Cipta.
Suparliadi, S. (2021). Peran Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Journal Of Administration and Educational Management
(ALIGNMENT), 4(2), 187–192. https://doi.org/10.31539/alignment.v4i2.2571
33
IMPLEMENTASI FUNGSI DAN JENIS SUPERVISI PENDIDIKAN
DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

(Studi Deskripsi di SDN 2 Nanggeleng)

MINI RISET
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penilaian
Mata Kuliah Teori dan Praktik Supervisi Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidika

Disusun oleh: Kelompok 2

Lina Ningrum NIM: 41038103221001


Hilya Anisa Sholihat Islamy NIM: 41038103221014
Muliati Said NIM: 41038103221017
Evi Hanafiah NIM: 41038103221065
Wili Suminar NIM: 41038103221066

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
2023
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan ...................................................................................... 3

A. Latar Belakang ..................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

BAB II Kajian Pustaka ................................................................................. 7

A. Landasan Teori ..................................................................................... 7


1. Jenis Supervisi Pendidikan............................................................. 7
2. Fungsi Supervisi Pendidikan .......................................................... 10
3. Mutu Pendidikan ............................................................................ 14

BAB III Pembahasan dan Analisis ............................................................... 18

A. Pembahasan .......................................................................................... 17
B. Hasil Analisis ....................................................................................... 20

BAB IV Penutup ............................................................................................. 24

A. Kesimpulan .......................................................................................... 24
B. Rekomendasi ........................................................................................ 25
C. Implikasi............................................................................................... 25

Daftar Pustaka ................................................................................................. 26

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses keberhasilan penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari
peran serta guru dalam pelaksanaannya. Pendidikan yang berkualitas dapat
dilihat dari tingkatan guru dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai
pendidik yang profesional. Guru yang profesional akan dapat mengelola proses
pembelajaran dengan baik sehingga dalam proses belajar mengajar tercipta
situasi yang kondusif yang memungkinkan peserta didik secara leluasa dapat
mengembangkan bakat dan minatnya secara optimal.
Agar proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru sesuai
dengan ketentuan yang terdapat pada standar proses sehingga dapat berjalan
secara efektif dan efesien maka perlu adanya pengawasan atau supervisi. Untuk
keperluan supervisi pembelajaran, pemerintah juga telah membuat ketetapan
tentang supervisi seperti yang dinyatakan pada Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 2005 pasal 19 ayat (3) bahwa setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya
proses pembelajaran yang efektif dan efesien. Pengawasan yang dimaksud pada
pasal 19 ayat (3) ini diperjelas lagi pada pasal 23 yang menyatakan bahwa
pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi,
pelaporan, dan pengambilan keputusan langkah tindak lanjut yang diperlukan.
Fungsi dari supervisi pendidikan yaitu untuk mengembalikan dan
mengoptimalkan sistem pendidikan di Indonesia. Namun pada pelaksanaannya,
supervisi pendidikan masih terdapat beberapa kekurangan seperti supervisor
yang belum bisa memaksimalkan tugas-tugasnya, kurangnya kesadaran akan
pentingnya supervisi pendidikan untuk menciptakan pendidikan yang
berkualitas serta minimnya sarana prasarana untuk melaksanakan supervisi

3
pendidikan. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia membutuhkan
pengoptimalan strategi pelaksanaan supervisi pendidikan untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
Terdapat beberapa jenis pengawasan atau supervisi yang dapat
dilakukan, seperti supervisi akademik, supervisi administrasi, dan juga
supervisi kelembagaan. Ketiga jenis supervisi ini sangat dibutuhkan, salah
satunya dalam meningkatkan mutu pendidikan. Supervisi pendidikan berperan
untuk mengawasi kegiatan jalannya pendidikan, dan memperbaiki kekurangan
dan kesalahan dalam proses pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Mutu pendidikan dapat dilihat dari prestasi akademik dan non akademik peserta
didik dalam kancah nasional dan internasional. Sehingga keberhasilan
pelaksanaan supervisi pendidikan dapat diukur dari peningkatan prestasi belajar
peserta didik. Karena di dalam pengawasan tersebut berfungsi untuk
memperbaiki situasi belajar mengajar di suatu sekolah. Beberapa fungsi dari
supervisi ini secara efektif dapat meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya
yaitu dapat dijadikan sebagai bahan koreksi, yaitu untuk mendorong guru baik
secara individu maupun kelompok agar mau melakukan berbagai koreksi
dalam tugasnya. Hal ini dapat ditingkatkan dengan pelatihan, yaitu dengan
membangkitkan kemauan, mendorong percobaan, mengarahkan dan
merangsang, dan membantu dalam pelaksanaan prosedur pengajaran yang baru.
Selain itu sebagaimana yang diungkapkan oleh Rahmat (Rahmat, 2015)
supervisi adalah ilmu tentang cara membina sumber daya manusia yang
berperan pada pelaksanaan pendidikan yaitu pendidikan untuk mencapai tujuan
yang telah disepakati dan dijalankan oleh supervisor yaitu pengawas dan kepala
sekolah. Supervisor berperan mengawasi, memimpin, membina, mengontrol
sumber daya yang meliputi perencanaan, pengamatan, pembinaan, dan
pengawasan.
Supervisi pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik akan
memberikan hasil yang nyata pada pencapaian tujuan pendidikan. Satuan

4
pendidikan atau sekolah yang telah menyelenggarakan supervisi pembelajaran
dengan baik dapat mewujudkan terbentuknya sekolah yang efektif atau unggul.
Begitu pula yang dilakukan supervisor di SDN 2 Nanggeleng dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan. Kepala sekolah dan pengawas sebagai
supervisor melakukan seluruh rangkaian pengawasan baik supervisi akademik,
supervisi administrasi, maupun supervisi kelembagaan dengan tujuan agar
dapat meningkatkan mutu pendidikan di SDN 2 Nanggeleng.
Dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik dan merasa perlu untuk
meneliti lebih lanjut mengenai “Implementasi Fungsi dan Jenis Supervisi
Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan” yang dilakukan di SDN 2
Nanggeleng.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja fungsi dan jenis supervisi pendidikan?
2. Bagaimana implementasi fungsi supervisi pendidikan dalam meningkatkan
mutu pendidikan?
3. Bagaimana implementasi jenis-jenis supervisi pendidikan dalam
meningkatkan mutu pendidikan?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui fungsi dan jenis supervisi pendidikan.
2. Untuk mengetahui implementasi fungsi supervisi pendidikan dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
3. Untuk mengetahui implementasi jenis-jenis supervisi pendidikan dalam
meningkatkan mutu pendidikan.

D. Manfaat Penelitian

5
Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang bersifat teoritis maupun
praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis ini adalah untuk mengembangkan khasanah keilmuan yang
berkaitan dengan implementasi fungsi dan jenis supervisi pendidikan dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SDN 2 Nanggeleng.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah:
a. Untuk Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan reputasi
atau kredibilitas lembaga pendidikan yaitu sekolah SDN 2 Nanggeleng.
b. Untuk Guru
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi guru yang
menjadi objek yang disupervisi, agar dapat melaksanakan tugas pokok
dan fungsi seorang guru dengan lebih baik.
c. Untuk Siswa
Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
dengan menerima pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan.

BAB II

6
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Jenis Supervisi Pendidikan
Dalam uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa supervisi
mengandung pengertian yang luas. Setiap kegiatan atau pekerjaan yang
dilakukan di sekolah ataupun di kantor-kantor memerlukan adanya supervisi
atau pengawasan agar pekerjaan itu dapat berjalan dengan lancar dan mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Supervisi yang efektif harus fokus pada
mengubah seluruh sekolah menjadi komunitas pembelajaran, dengan visi
bersama dan komitmen untuk perbaikan terus-menerus (Henderson, 1984).
Berdasarkan banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan oleh guru-guru
maupun para karyawan pendidikan, M. Ngalim Purwanto (2009) berpendapat
bahwa supervisi dalam dunia pendidikan dapat dibedakan menjadi dua macam;
yaitu supervisi umum dan supervisi pengajaran. Penjelasannya sebagai berikut:
a. Supervisi Umum merupakan supervisi yang dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak langsung
berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran, seperti supervisi
terhadap kegiatan pengelolaan bangunan dan perlengkapan sekolah
atau kantor-kantor pendidikan, supervisi terhadap kegiatan
pengelolaan administrasi kantor, supervisi pengelolaan keuangan
sekolah atau kantor pendidikan, dan sebagainya.
b. Supervisi pengajaran ialah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang
ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik personal maupun
material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar
yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan
demikian, apa yang telah dikemukakan di dalam uraian terdahulu
tentang pengertian supervisi beserta definisi-definisinya dapat
digolongkan ke dalam supervisi pengajaran.

7
Disamping kedua jenis supervisi di atas dikenal pula istilah
supervisi klinis. Menurut Richard Waller sebagaimana dikutip M. Ngalim
Purwanto yaitu: ”Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada
perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap
perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap
penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan
modifikasi yang rasional”.
Syaiful Sagala (2012) menegaskan definisi dari supervisi klinis
adalah suatu pendekatan yang efektif melalui suatu proses bimbingan
dengan menyediakan konsultasi, dukungan, melayani dan membantu para
guru meningkatkan keprofesionalannya menggunakan tahapan observasi,
implementasi pembelajaran, dan kegiatan diskusi hasil analisis data
secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku,
memperbaiki pengajaran, mengetahui, memahami kelebihan, dan
kelemahan guru di bidang keterampilan mengajar serta berusaha
meningkatkannya ke arah yang lebih baik lagi.
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran.
Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih
ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di
dalam proses belajar mengajar dan kemudian secara langsung pula
diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan
tersebut.

Donald Schon mengembangkan teori pengawasan pendidikan


dalam bukunya The Reflective Practitioner: How Professionals Think In
Action (1983). dalam bukunya Schon berpendapat bahwa dalam supervisi
klinis para profesional harus terlibat reflection-in-action refleksi dalam
tindakan dan reflectionon-action refleksi setelah tindakan untuk
meningkatkan kinerja mereka. Reflection-in-action adalah refleksi yang

8
dilakukan saat kegiatan sedang berlangsung. Reflection-on-action adalah
refleksi yang dilakukan setelah kegiatan selesai dilakukan. Seseorang me-
review hal-hal apa yang telah dilakukannya dalam suatu kegiatan, untuk
menyusun rencana atau menggunakan pengalamannya tersebut pada
kegiatan yang akan datang.

Selanjutnya, menurut Suhardan (2010) supervisi dapat dibedakan


menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Supervisi Akademik. Berfokus membimbing pada mata pelajaran
akademik, yaitu mata pelajaran yang langsung berada di lingkungan
belajar ketika siswa sedang dalam proses pembelajaran.
b. Supervisi Administrasi. Yakni pengawasan yang menitikberatkan
pada pengamatan pengawas terhadap aspek-aspek administrasi yang
menunjang penyelenggaraan pendidikan.
c. Supervisi Lembaga. Pengawasan pendidikan yang menitikberatkan
pada pengawasan terhadap aspek pengawas pada lembaga
pendidikan. Sedangkan tujuan pelatihan akademik adalah untuk
meningkatkan pembelajaran, tujuan pelatihan kelembagaan adalah
untuk meningkatkan kinerja dan reputasi atau kredibilitas lembaga
pendidikan.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disampaikan bahwa supervisi
pendidikan terdiri dari supervisi manajerial dan supervisi akademik. Supervisi
manajerial ini merupakan supervisi yang dilakukan pengawas pendidikan
terhadap kepala sekolah yang berhubungan dengan pengelolaan pendidikan dan
supervisi akademik fokusnya adalah pada guru yaitu terdiri dari supervisi klinis
dan supervisi kelas.

2. Fungsi Supervisi Pendidikan

9
Fungsi supervisi pendidikan tidak hanya ditujukan untuk peningkatan
atau perbaikan kualitas pembelajaran sekolah, tetapi juga untuk
mengkoordinasi, menstimulasi, dan mendorong ke arah pertumbuhan profesi
guru. Seperti yang dirumuskan oleh Sahertian (2000), supervisi dalam
pendidikan mempunyai 8 fungsi, yaitu :
a. Mengkoordinasi semua usaha sekolah
b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
c. Memperluas pengalaman guru-guru
d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
e. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus
f. Menganalisis situasi belajar mengajar
g. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota
staf
h. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam
merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan
kemampuan mengajar guru.
Berdasarkan tugas pokok supervisi yang bertujuan untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas agar tujuan supervisi terwujud dengan peningkatan
kinerja, maka keterampilan guru harus dikembangkan, dalam hal ini menurut
Ametembun (2012) fungsi supervisi terdiri dari:
a. Penelitian, mencari jalan keluar dari permasalahan yang sedang
dihadapi. Proses dari penelitian ini meliputi beberapa tahapan,
pertama adalah perumusan masalah yang akan diteliti, kedua adalah
pengumpulan data, ketiga pengolahan data, dan yang terakhir adalah
konklusi hasil penelitian.
b. Penilaian terhadap hasil penelitian, yaitu mengukur kemajuan yang
diinginkan, seberapa banyak yang telah dicapai, dan evaluasi ini
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya tes, penetapan standar,
evaluasi kemajuan belajar siswa, pemantauan kemajuan, studi

10
sekolah hasil penilaian, dan prosedur lain yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan
c. Perbaikan dari hasil penelitian yang dilakukan, untuk mendorong
guru baik secara individu maupun kelompok agar mau melakukan
berbagai koreksi dalam tugasnya. Hal ini dapat ditingkatkan dengan
pelatihan, yaitu dengan membangkitkan kemauan, mendorong
percobaan, mengarahkan dan merangsang, dan membantu dalam
pelaksanaan prosedur pengajaran yang baru.
d. Pelatihan, merupakan upaya pemecahan masalah yaitu dengan cara
membimbing atau melatih guru dengan cara-cara baru dalam
melaksanakan pembelajaran. Pembinaan ini dapat dilakukan melalui
presentasi, lokakarya, seminar, observasi, konferensi individu dan
kelompok serta kunjungan supervisi.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi supervisi pendidikan dalam
perkembangan guru yaitu membina perbaikan pengajaran sehingga
meningkatan kualitas pengajaran.
Sedangkan menurut M. Ngalim Poerwanto bahwa fungsi supervisi
bukan hanya perbaikan saja melainkan untuk mengkoordinasi,
menstimulasi, dan mendorong pertumbuhan profesi guru. Berikut fungsi-
fungsi supervisi pendidikan berdasakan bidangnya:
a. Dalam bidang kepemimpinan
a) Menyusun rencana secara bersama-sama
b) Membangkitkan serta memupuk semangat kelompok, atau
memupuk moral yang tinggi kepada anggota kelompok
c) Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok (guru-guru,
pegawai- pegawai) dalam berbagai kegiatan
d) Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam
menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan

11
e) Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan putusan-
putusan
f) Membagi-bagi dan mendelegasikan wewenang dan tanggung
jawab kepada anggota kelompok sesuai dengan fungsi dan
kecakapan masing-masing
g) Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok
h) Menghilangkan rasa malu dan rasa rendah diri pada anggota
kelompok sehingga mereka berani mengemukakan pendapat
demi kepentingan bersama
b. Dalam hubungan kemanusiaan
a) Memanfaatkan kekeliruan ataupun kesalahan-kesalahan yang
dialami untuk dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya,
bagi diri sendiri maupun bagi anggota kelompoknya
b) Membantu mengatasi kekurangan atau kesulitan yang dihadapi
kelompok, seperti dalam hal kemalasan, merasa rendah diri, acuh
tak acuh, dan pesimistis
c) Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yang
demokratis
d) Memupuk rasa saling menghargai dan menghormati diantara
sesama anggota kelompok dan sesama manusia
e) Menghilangkan rasa curiga mencurigai diantara sesama anggota
kelompok.
c. Dalam pembinaan proses kelompok
a) Mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok, baik
kelemahan maupun kemampuan masing-masing
b) Menimbulkan dan memelihara sikap percaya mempercayai
antara sesama anggota, maupun antara anggota dan pimpinan
c) Memupuk sikap dan kesediaan tolong-menolong
d) Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota kelompok

12
e) Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan pertentangan atau
perselisihan pendapat di antara anggota kelompok
f) Menguasai teknik-teknik memimpin rapat dan pertemuan-
pertemuan lainnya.
d. Dalam bidang administrasi personel
a) Memilih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan
yang diperlukan untuk suatu pekerjan
b) Menempatkan personel pada tempat dan tugas yang sesuai
dengan kecakapan dan kemampuan masing-masing
c) Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan
meningkatkan daya kerja serta hasil maksimal
e. Dalam bidang evaluasi
a) Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara
khusus dan terinci
b) Menguasai teknik-teknik pengumpulan data untuk memperoleh
data yang lengkap, benar dan dapat diolah menurut norma-norma
yang ada
c) Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga
mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk
mengadakan perbaikan-perbaikan
d) Menguasai dan memiliki norma-norma yang akan digunakan
sebagai kriteria penilaian.
Dengan adanya fungsi supervisi diindikasikan pembelajaran lebih baik.
Adapun indikasi lebih baik itu diantaranya adalah :
a. Lebih mempercepat tercapainya tujuan
b. Lebih memantapkan penguasaan materi
c. Lebih menarik minat belajar siswa
d. Lebih baik daya serapnya
e. Lebih banyak jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar

13
f. Lebih mantap pengelolaan administrasinya
g. Lebih mantap pemanfaatan media belajarnya.
Supervisi dengan instruksional yang efektif harus didasarkan pada
pendekatan perkembangan yang memperhatikan kebutuhan dan tujuan
masing-masing guru (Glickman, 1985).

3. Mutu Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, mutu dipandang dan diartikan sebagai
“program atau hasil dari sebuah manajemen pendidikan yang bertujuan untuk
memenuhi harapan pelanggan pendidikan yang sesuai dengan tingkat
kebutuhan dan perkembangan masyarakat atau dunia kerja.”
Selanjutnya menurut Aminatul Zahroh (2014), mutu pendidikan merupakan
kemampuan atau kompetensi lembaga pendidikan dalam mendayagunakan
serta mengelola sumber-sumber pendidikan, yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan belajar peserta didik dengan seoptimal mungkin.
Selain itu menurut Marus Suti (2011), mutu pendidikan adalah derajat
keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien untuk
melahirkan keunggulan akademis dan ekstra kurikuler pada peserta didik yang
dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau penyelesaian pembelajaran
tertentu.
Berdasarkan pandangan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa mutu
pendidikan adalah keunggulan atau kemampuan sistem pendidikan dalam
mengelola dan memproses input pendidikan secara efektif dan efisien sehingga
menghasilkan output pendidikan yang bermutu dan bermanfaat untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.
Dalam konteks pendidikan, menurut Kementerian Pendidikan Nasional
sebagaimana dikutip oleh Mulyasa, pengertian mutu mencakup input, proses
dan output pendidikan. Input pendidikan dalam konsep mutu pendidikan ini
adalah sesuatu yang diperlukan atau dibutuhkan oleh lembaga/institusi

14
pendidikan untuk keberlangsungan proses pendidikan. Yang termasuk dalam
input pendidikan ini adalah sumber daya pendidikan (peserta didik, pendidik,
dan tenaga kependidikan serta sarana prasarana), perangkat lunak (administrasi
pendidikan dan program pendidikan), dan juga harapan-harapan yang tertuang
dalam visi dan misi lembaga pendidikan.
Selanjutya setelah tersedianya input pendidikan, maka dapat dilaksanakan
proses pendidikan. Dimana proses pendidikan merupakan proses pelaksanaan
atau keberlangsungan suatu pendidikan dan pembelajaran dalam suatu
institusi/lembaga pendidikan terkait. Dalam proses pendidikan ini, sangat
dipengaruhi oleh input pendidikan yang ada. Selanjutnya proses pendidikan ini
meliputi proses pengambilan keputusan (perencanaan), pengelolaan lembaga
pendidikan, pengelolaan program pendidikan, proses pembelajaran, proses
monitoring, dan evaluasi pendidikan.
Kemudian output pendidikan dalam mutu pendidikan adalah sebuah kinerja
sekolah. Kinerja sekolah yang dimaksud adalah prestasi sekolah yang
dihasilkan dari proses atau perilaku sekolah. Kinerja sekolah suatu lembaga
pendidikan dapat diukur dari kualitasnya, efektifitasnya, produktivitasnya,
efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya.
Selanjutnya output pendidikan sekolah dikatakan berkualitas atau bermutu
tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi siswa, menunjukkan pencapaian
yang tinggi. Oleh sebab itu, mutu dalam dunia pendidikan dapat dinyatakan
lebih mengutamakan pada keberadaan siswa, baik sebagai input, proses,
maupun output. Dengan kata lain, proses perbaikan sekolah dilakukan secara
lebih kreatif dan konstruktif. Dimana proses pendidikan yang dikelola dengan
baik, maka akan menghasilkan output atau siswa yang baik juga. Sehingga dari
output pendidikan yang dihasilkan, dapat mendongkrak mutu dari lembaga
pendidikan tersebut.
Dari sini dapat kita ketahui bahwa, suatu lembaga pendidikan perlu adanya
upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan. Dimana dalam meningkatkan mutu

15
pendidikan tersebut, minimal sesuai dengan standar pendidikan yang telah
ditetapkan secara nasional.
Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan peraturan
perundang-undangan sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia, yakni adanya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada
pasal 50 ayat 2 dijelaskan bahwa “pemerintah menentukan kebijakan nasional
dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional.”
Usaha pemerintah ini juga diperkuat dengan adanya pasal yang mengatur
tentang evaluasi pendidikan. Dimana pasal 57 ayat 1 menjelaskan bahwa
“evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara
nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyeleggara pendidikan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.”
Supervisi pendidikan sebagai suatu kegiatan yang tidak terpisah dari
kegiatan manajemen pendidikan perlu diupayakan secara simultan dan
ditingkatkan kualitas pelaksanaannya. Bukti penunjukkan bahwa supervisi
menjadi bagian dari manajemen pendidikan nasional adalah terdapatnya bab
khusus mengenai pengawasan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No.20 tahun 2003 yang diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah. Oleh karena itu supervisi pendidikan mempunyai kedudukan
strategis dan penting dalam manajemen pendidikan, maka sudah menjadi
keharusan bagi pemerintah untuk berupaya secara terus menerus menjadi para
pelaksana supervisi pendidikan sebagai tenaga yang profesional.
Supervisi yang tepat dan terus menerus kepada sekolah ataupun guru
berkontribusi pada peningkatan mutu pedidikan. Peningkatan mutu pendidikan
melalui pembinaan profesional guru didasarkan akan keyakinan bahwa mutu
pembelajaran dapat diperbaiki dengan cara melalui pembinaan langsung.

16
Karena supervisi efektif akan membawa terciptanya kondisi yang layak bagi
sekolah atau perubahan meningkatnya mutu pendidikan.

BAB III

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

17
A. Pembahasan

Mengacu pada tujuan supervisi pendidikan maka perlu diketahui fungsi


supervisi pendidikan. Adapun menurut Briggs mengungkapkan bahwa fungsi
utama supervisi bukan perbaikan pembelajaran saja, tapi untuk
mengkoordinasi, menstimulasi, dan mendorong ke arah pertumbuhan profesi
guru. Dengan perkataan lain seperti yang diungkapkan Kimball Wiles bahwa
fungsi dasar supervisi ialah memperbaiki situasi belajar-mengajar (Sahertian
Piet, 2000, p. 21).
Supervisi pendidikan mempunyai fugsi penilaian (evaluation) yaitu
penilaian kinerja guru dengan jalan penelitian (research) yaitu pengumpulan
informasi dan fakta-fakta mengenai kinerja guru dengan melakukan penelitian.
Kegiatan ini merupakan usaha perbaikan (improvement), sehingga berdasarkan
data dan informasi yang diperoleh supervisor dapat dilakukan perbaikan kinerja
guru sebagaimana mestinya dan akhirnya dapat meningkatkan kualitas kinerja
guru dalam tugasnya (Sagala, 2013, p. 106).
Dalam pelaksanaannya supervisor pendidikan perlu memahami fungsi-
fungsi supervisi yang merupakan tugas pokok sebagai supervisor pendidikan.
Fungsi-fungsi utama supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Mengadakan Inspeksi
Inspeksi dimaksudkan sebagai usaha mensurvei seluruh sistem
pendidikan yang ada, guna menemukan masalah-masalah, kekurangan-
kekurangan, baik pada guru, murid, perlengkapan, kurikulum, tujuan
pendidikan, metode mengajar, maupun perangkat lain di sekitar keadaan
proses belajar mengajar, jadi sebelum memberikan pelayanan terhadap guru
supervisor perlu mengadakan inspeksi terlebih dahulu.

b. Penelitian Hasil Inspeksi Berupa Data

18
Data tersebut kemudian diolah untuk dijadikan bahan penelitian.
Dengan cara ini dapat ditemukan teknik dan prosedur yang efektif sebagai
keperluan penyelenggaraan pemberian bantuan terhadap guru, sehingga
supervisi dapat berhasil dengan memuaskan.
c. Penilaian
Kegiatan penilaian berupa usaha untuk mengetahui segala fakta yang
mempengaruhi kelangsungan persiapan, penyelenggaraan, dan hasil
pelajaran.
d. Latihan
Pelatihan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan cara-cara baru
sebagai upaya perbaikan atau peningkatan. Hal inipun bisa sebagai
pemecah atas masalah-masalah yang dihadapi. Pelatihan ini dapat berupa
lokakarya, seminar, demonstrasi mengajar, simulasi, observasi, saling
mengunjungi, atau cara lain yang dipandang efektif.
e. Pembinaan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi
semangat agar guru-guru mau menerapkan cara-cara baru yang
diperkenalkan sebagai hasil penemuan penelitian, termasuk dalam hal ini
membantu guru-guru memecahkan masalah dan kesulitan dalam
menggunakan cara baru.
Menurut Swearingen yang merinci fungsi supervisi pendidikan sebagai
berikut:
a. Mengkoordinasikan semua usaha sekolah
b. Melengkapi kepemimpinan kepala sekolah
c. Memperluas pengalaman guru
d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif dalam pengajaran
e. Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus
f. Menganalisis situasi belajar mengajar

19
g. Menginteraksikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan
kemampuan guru mengajar (Sagala, 2013, p. 106).
Lebih lanjut Piet. A. Sahertian mengemukakan bahwa ada 8 fungsi
supervisi antara lain:
a. Mengkoordinasi semua sekolah
b. Memperlengkapi kepemimpinan
c. Memperluas pengalaman guru-guru
d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
e. Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus
f. Menganalisis situasi belajar-mengajar
g. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf
h. Memberi wawasan yang lebih luas dan integrasi dalam merumuskan tujuan-
tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru
(Sahertian Piet, 2000, p. 21).
Berdasarkan uraian di atas fungsi supervisi pendidikan adalah bukan hanya
sekedar fungsi kontrol dengan melihat apakah segala kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang telah digariskan, tetapi
lebih dari itu. Kegiatan ini mencangkup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-
syarat personel maupun material yang diperlukan untuk terciptanya situasi
belajar mengajar yang efektif, dan memenuhi syarat-syaratnya.
B. Hasil Analisis
Supervisi pendidikan dilaksanakan untuk memberikan kemudahan
terhadap jalannya program pendidikan yang sesuai dengan standar pendidikan
nasional yang telah ditentukan dengan memperhatikan tujuan pendidikan.
Meskipun penerapannya di lapangan bisa saja terdapat sumber daya manusia
yang belum menggambarkan sikap profesionalitas. Supervisi pendidikan
merupakan tugas kepala sekolah sebagai pimpinan yang menjadi ketua dari
sebuah satuan pendidikan. (Fauziah, 2017, dalam Miftahul Ngulya, Asep
Kurniawan, 2019).

20
Fungsi utama supervisi bukan perbaikan pembelajaran saja, tapi untuk
mengkoordinasi, menstimulasi, dan mendorong ke arah pertumbuhan profesi
guru. Implementasi supervisi pendidikan SDN 2 Nanggeleng dilakukan
minimal 2 kali dalam setahun secara terjadwal. Kepala sekolah sebagai
supervisor pendidikan perlu memahami fungsi-fungsi supervisi yang
merupakan tugas pokok sebagai supervisor pendidikan. Sebelum memberikan
pelayanan terhadap guru, kepala sekolah sebagai supervisor perlu
mengadakan inspeksi terlebih dahulu. Inspeksi dilakukan dengan melakukan
kunjungan kelas dengan membawa instrumen yang memuat indikator
supervisi. Supervisor akan mengecek kelengkapan administrasi kelas, dan
melihat metode pengajaran yang diberikan di kelas apakah telah sesuai dengan
RPP yang telah dibuat guru. Sedangkan, supervisi kelembagaan dilakukan
oleh pengawas dengan jadwal setahun sekali. Biasanya pelaksanaan supervisi
kelembagaan dilaksanakan bersamaan dengan jadwal pelaksanaan supervisi
akademik dan supervisi administrasi yang dilaksanakan di SDN 2
Nanggeleng.
Salah satu fungsi supervisi pendidikan adalah memberi wawasan yang
lebih luas dan integrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan
meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru. Sebelum melaksanakan
supervisi, kepala sekolah mengumumkan jadwal supervisi. Hal ini
dimaksudkan agar para guru SDN 2 Nanggeleng mempersiapkan berkas
administrasinya dengan sebaik-baiknya sebelum pelaksanaan supervisi
dilakukan. Di awal semester, kepala sekolah telah menerbitkan jadwal kelas
mana saja yang akan disupervisi di minggu tersebut. Terdapat 2 rombel yang
terdiri dari 12 kelas, sehingga supervisi pendidikan dilakukan 2-3 minggu
lamanya, yaitu hari Senin sampai dengan Kamis, sedang di hari Jumat dan
Sabtu tidak dilaksanakan supervisi. Sehingga, dalam sehari hanya ada 1 kelas
yang disupervisi oleh supervisor.

21
Guru yang akan disupervisi sebelumnya telah dibekali lembaran
instrument yang mengandung daftar berkas administrasi yang harus
dilengkapi oleh guru kelas, hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk
meningkatkan kinerja dan kemampuan mengajar para guru, sesuai dengan
tujuan fungsi supervisi pendidikan.
Dari hasil kegiatan implementasi supervisi dihasilkan data yang
kemudian diolah untuk dijadikan bahan penelitian dan evaluasi kepala sekolah
sebagai pimpinan lembaga.
Setelah ditemukan teknik dan prosedur yang efektif sebagai keperluan
penyelenggaraan pemberian bantuan terhadap guru, maka supervisor dalam
hal ini kepala sekolah akan melakukan penilaian, pelatihan, dan pembinaan
sehingga supervisi dapat dikatakan berhasil dengan memuaskan.
Penilaian guru sebagai hasil dari kegiatan implementasi supervisi di
SDN 2 Nanggeleng menghasilkan data yang mengemukakan segala fakta
yang mempengaruhi kelangsungan persiapan, penyelenggaraan, dan hasil
pelajaran. Supervisor yang terdiri dari kepala sekolah dan pengawas akan
memilih beberapa guru yang dianggap memiliki inovasi dan praktik baik
dalam menerapkan metode belajar mengajarnya di kelas.
Guru yang terpilih ditugaskan untuk melakukan sharing dan presentasi
di depan para guru lainnya sebagai bagian dari implementasi fungsi
supervis pendidikan yaitu pelatihan dan pembinaan. Pelatihan dimaksudkan
sebagai untuk memperkenalkan cara-cara baru sebagai upaya perbaikan
atau peningkatan. Hal inipun bisa sebagai pemecah atas masalah-masalah
yang dihadapi para guru di SDN 2 Nanggeleng.
Selanjutnya, rangkaian akhir dari implementasi fungsi supervisi
pendidikan di SDN 2 Nanggeleng adalah pembinaan terhadap para pendidik
dan tenaga kependidikan yang telah disupervisi. Pembinaan ini
dimaksudkan untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi semangat agar
guru-guru mau menerapkan cara-cara baru yang diperkenalkan sebagai

22
hasil penemuan penelitian, termasuk dalam hal ini membantu guru-guru
memecahkan masalah dan kesulitan dalam menggunakan cara baru.

BAB IV

23
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti laksanakan dengan demikian
kesimpulan terkait Implementasi Fungsi dan Jenis Supervisi Pendidikan dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan yang dilakukan di SDN 2 Nanggeleng yaitu :
1. Fungsi supervisi pendidikan dalam perkembangan guru yaitu
membina perbaikan pengajaran sehingga meningkatan kualitas
pengajaran. Fungsi supervisi juga bukan hanya perbaikan saja
melainkan untuk mengkoordinasi, menstimulasi, dan mendorong
pertumbuhan profesi guru. Adapun untuk jenis jenis supervisi yaitu
Supervisi Akademik, supervisi Administrasi, dan Supervisi
Lembaga.
2. Supervisi pendidikan sebagai suatu kegiatan yang tidak terpisah dari
kegiatan manajemen pendidikan perlu diupayakan secara simultan
dan ditingkatkan kualitas pelaksanaannya. Bukti penunjukkan bahwa
supervisi menjadi bagian dari manajemen pendidikan nasional adalah
terdapatnya bab khusus mengenai pengawasan.
3. supervisi pendidikan terdiri dari supervisi manajerial dan supervisi
akademik. Supervisi manajerial ini merupakan supervisi yang
dilakukan pengawas pendidikan terhadap kepala sekolah yang
berhubungan dengan pengelolaan pendidikan dan supervisi akademik
fokusnya adalah pada guru yaitu terdiri dari supervisi klinis dan
supervisi kelas.

B. Rekomendasi

24
Supervisor harus lebih memperhatikan lagi penyelenggaraan fasilitas
serta sara prasarana untuk guru yang akan melaksanakan supervisi dalam
meningkatkan mutu Pendidikan.
C. Implikasi

Salah satu fungsi supervisi pendidikan adalah memberi wawasan yang


lebih luas dan integrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan
meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.

Adapun implikasi sebagai suatu konsekuensi atau akibat langsung dari


hasil penemuan studi deskripsi pada SDN 2 Nanggeleng yang telah
mengimplementasikan fungsi dan jenis supervisi pendidikan adalah dapat
meningkatnya mutu pendidikan yang ditandai dengan peningkatan kinerja
guru-gurunya dan meningkatnya prestasi siswa siswi di SDN 2 Nanggeleng.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ametembun. (2012). Administrasi Personil Sekolah. Bandung: Suri.

Glickman, Carl D. (1985), Supervision of Instruction: A Development Approach, Allyn


and Bacon, ISBN: 9780205088962

Henderson, James E. (1984), Supervision That Improves Teaching: Strategis and


Techniques, Allyn and Bacon, ISBN: 9780205085800

Schön, Donal A. (1983), The Reflective Practitioner: How Professional Think in


Action, Basic Book, ISBN: 9780465068784

Suhardan, Dadang. (2010). Supervisi Profesional Layanan dalam Meningkatkan Mutu


Pembelajaran Diera Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta.

Sahertian. Piet A. (2000). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam
Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Sahertian. Piet A. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Syaiful, Sagala. (2012). Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung:


Alfabeta.

Purwanto, Ngalim. (2009). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Zahro, Aminatul. (2014). Total Quality Management Teori & Praktik Manajemen
Untuk Mendongkrak Mutu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

26
https://www.researchgate.net/publication/338426241_IMPLEMENTASI_SUPERVIS
I_PENDIDIKAN_DALAM_MENINGKATKAN_MUTU_PEMBELAJARA
N_Studi_Kasus_di_Madrasah_Aliyah_Negeri_3_Kediri di akses pada tanggal

https://www.kajianpustaka.com/2019/06/supervisi-pendidikan.html di akses pada


tanggal 7 april 2023 pukul 15.00 wib.

27
SUPERVISI PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
(AL QUR’AN DAN HADITS)

MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah
Teori dan Praktik Supervisi Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Hendi Suhendraya Muchtar, M.Pd
Dr. Helmawati, M.Pd.I

Di Susun Oleh Kelompok 3 :

1. Yuliana Ambarwati 41038103221003


2. Dwi Rahayuningsih 41038103221018
3. Riska Putri Wulandari 41038103221008
4. Yuni Rahmawati 41038103221010
5. Siti Nurjanah 41038103221011

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. i


DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1


A. Latar Belakang Masalah………………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah………………………….. 4
1. Perumusan Masalah…………………………………………………. 4
2. Pembatasan Masalah………………………………………………... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………….. 5
1. Tujuan Penelitian……………………………………………………. 5
2. Manfaat Penelitian…………………………………………………... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………………………… 7


A. Supervisi dalam Perspektif Al Quran…………………………………… 7
1. Supervisi Kepada Diri Sendiri……………………………………… 9
2. Supervisi Sebagai Pemimpin………………...................................... 11
3. Tujuan Supervisi dalam Perspektif Al Quran………………............. 13
B. Supervisi dalam Perspektif Hadis……………………………………….. 14
1. Hadis tentang Memberi Bantuan…………………………………… 14
2. Hadis tentang Memberi Petunjuk Kepada Kebenaran……………… 15

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………. 17


1. Makna Supervisi dalam Perspektif Islam …………………………... 17
2. Urgensi, Tujuan, dan Prinsip Supervisi……………………………... 20
3. Supervisor dalam Perspektif Islam………………………………….. 23

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ......…………………………………. 26


A. Simpulan………………………………………………………………… 26
B. Saran……………………………………………………………………. 26

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 27

i
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.1 Rumusan Masalah……………………………………… 5

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa (1) Pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
(2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan
sistem terbuka dan multimakna.
Sementara menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen menyatakan bahwa Kesuksesan pengelolaan lembaga pendidikan
sangat ditentukan oleh kegiatan supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah
atau Pengawas Sekolah. Dengan dilakukannya supervisi diharapkan dapat
memberikan bantuan kepada guru untuk meningkatkan kualitas proses kegiatan
belajar dan mengajarnya dalam rangka itqon kerja (bekerja dengan sungguh-
sungguh). Ketika pembelajaran berjalan dengan baik, bisa dipahami semua
siswa, menghasilkan outcome yang jelas, maka pembelajaran bernilai unggul
dan berkualitas.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bambang Supriadi yang menyatakan
bahwa hakikat supervisi dalam pendidikan Islam adalah usaha bersama yang
dilaksanakan untuk memperbaiki kualitas belajar dan pembelajaran dengan
prinsip ilmiah dan kerja sama. Pelaksanaan supervisi yang baik dan
berkelanjutan memiliki pengaruh yang signifikan pada perubahan pendidikan
ke arah yang lebih baik. Meskipun supervisi bukan satu-satunya faktor yang
dapat memperbaiki pendidikan. Tetapi kegiatan supervisi sangat berkontribusi
dalam proses meningkatkan kualitas pendidikan (dari sisi profesionalitas
kinerja guru dan proses pembelajaran). Sehingga supervisi hendaknya
dilaksanakan secara berkesinambungan demi kemajuan pendidikan Islam
(Supriadi, 2019)
Berkaitan dengan hal ini, penelitian tentang supervisi di dalam al-Qur‟an
telah banyak dilakukan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Mahasinul
Ahlaq. Dalam penelitiannya mendapatkan ayat-ayat yang berkaitan dengan

1
2

pengawasan terdapat empat kata yaitu al-Riqabah (QS. An-Nisa/: 1, QS. Al-
Maidah/5: 117, al-Ahzab/33: 52, dan QS. Qaaf/50: 18), al-Syahadah (QS. Ali-
Imran/3: 98, QS. Yunus/10: 46, QS. An-Nisa/4: 79, QS. Yunus/10: 29, QS. Ar-
Ra‟du/13: 43, QS. Al-Isra/17: 96, QS. Al-Ankabut/29: 52, QS. Al-Ahzab/ 33:
35, dan QS. Al-Ahqaf/46: 8), al-Hifz( disebutkan sebanyak 23 kali), dan al-
Hisabah (QS. An-Nisa/4: 6, QS. An-Nisa/4: 86, QS. Al-Ahzab/33: 39, QS. Ath
Thalaq/65: 8, dan QS Al-Isra‟/ 17: 14) (Moh. Mahasinul Ahlaq, 2022).
Begitu juga dengan yang telah dilakukan oleh Trilusi Podomi yang
menyatakan bahwa fungsi manajemen pendidikan salah satunya adalah
pengawasan pendidikan, yang mempunyai tujuan untuk mencapai visi, misi,
tujuan dan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan pendidikan di dalam al-
Qur‟an dan hadits mempunyai tujuan tujuan yang sama pada dasar dan tujuan
yang ingin dicapai di sekolah yaitu untuk meningkatkan kepribadian guru,
meningkatkan profesinya, kemampuan berkomunikasi, baik dengan warga
sekolah maupun masyarakat, dan membantu meningkatkan kesejahteraan serta
ketaqwaan mereka (Podomi et al., 2019).
Pada hasil penelitian Anissa Maila Rahayu yang berjudul pengembangan
supervisi proses pembelajaran berbasis worldview Islam pada pendidikan dasar.
menyatakan: 1) konsep supervisi proses berbasis worldview islam menjadikan
Allah Swt sebagai pedoman tunggal dalam pandangan hidup seseorang dalam
setiap melakukan aktivitas kegiatan; 2) pelaksanaan konsep supervisi proses
berbasis worldview Islam dapat dilaksanakan dengan tujuh langkah yaitu:
memberi pengantar pada setiap awal aktivitas pembelajaran dengan nasihat-
nasihat islami, menyisipkan kata-kata yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt,
mengungkapkan hikmah setiap kejadian yang menumbuhkan kesyukuran,
memasukkan ayat-ayat al-Qur‟an atau hadits yang relevan dengan tema
pembelajaran, mengoreksi konsep-konsep yang digunakan selam proses
pembelajaran, mengisahkan informasi ilmuan muslim dan mengaitkan konsep
dengan penerapannya sesuai dengan ajaran Islam (Maila Rahayu et al., 2021).
Hasil penelitian Yoga Sari Prabowo mengungkapkan bahwa: Pertama, pada
hakikatnya semua aktivitas manusia selalu dalam pengawasan Allah Swt,
sehingga harus selalu diniatkan karena ibadah kepada Allah. Kedua, supervisi
3

merupakan unsur penting dalam proses pendidikan. Ketiga, supervisi dalam


pendidikan baru bersifat pengendalian, bukan inspeksi dan monitoring,
sehingga supervisi berbentuk pembinaan dan layanan. Keempat supervisi
merupakan langkah mengajarkan untuk tetap komitmen dalam kebenaran.
Kelima, tenaga kependidikan harus ada yang menjadi pejamin mutu yang
bertugas untuk melaksanakan amanah supervisor (Prabowo, n.d.)
Dari banyak penelitian di atas, agar proses pendidikan berjalan dengan baik,
maka diperlukan guru-guru yang berkualitas. Karena guru adalah ujung tombak
dalam pendidikan. Mohammad Natsir sebagaimana dikutip oleh Adian Husaini
mengemukakan bahwa “Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara
bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya”
(Husaini, 2022). Guru-guru yang berkualitas dan guru teladan, serta peserta
didik yang beriman dan bertaqwa, berakhlak serta memiliki prestasi sekolah
yang membanggakan tentu tidak terlepas dari peran seorang supervisor.
Seseorang yang bertugas untuk mengawasi dan memimpin setiap pelaksanaan
program pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan. Bertanggung jawab
dalam meneliti efektivitas program-program pendidikan yang memungkinkan
tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dalam usaha meningkatkan kualitasnya, guru harus selalu dibina dan
dikembangkan secara berkelanjutan. Allah Swt berfirman:
‫ى ْٱْل َ ِمي ُن‬ ِ َ‫ت ِإ ْحدَ ٰى ُه َما ٰيََٰٓأَب‬
ُّ ‫ت ٱ ْست َـْٔ ِج ْرهُ ۖ ِإ َّن َخي َْر َم ِن ٱ ْست َـْٔ َج ْرتَ ٱ ْلقَ ِو‬ ْ َ‫قَال‬
“Salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku,
pekerjakanlah dia. Sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau pekerjakan
adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS. Al-Qashas:26)

Ayat ini menjadi pemacu bagi guru dan kepala sekolah untuk bekerja secara
profesional. Quraish Shihab menjelaskan bahwa salah seorang dari kedua putri
Nabi Syu‟aib berkata: “ Wahai Ayah, pekerjakanlah pemuda itu untuk
menggembala atau mengurus domba piaraan kita dengan gaji! Sungguh, ia
adalah orang yang paling baik yang engkau pekerjakan, karena tenaganya kuat
dan dirinya dapat dipercaya. Dalam ayat ini kata “kuat dan dapat dipercaya”
menjadi indikator profesionalitas. Profesionalitas yang dimaksud adalah
kemampuannya dalam memahami pembelajaran, mengatur kelas, memahami
psikologi anak, keterampilan menerapkan strategi dan metode pembelajaran,
4

penggunaan media pembelajaran, teknik mengajar lainnya yang efektif yang


meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran.
Rasulullah Muhammad Saw secara khusus Juga memberikan tadzkiroh dalam
sabdanya :
ْ َ‫ع ْن َها قَال‬
‫ت‬ َ ُ‫ي للا‬ ِ ‫شةَ َر‬
َ ‫ض‬ َ ِ‫عائ‬ َ : ‫سلَّ َم‬
َ ‫ع ْن‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫للا‬ِ ‫قَا َل َرسُ ْو ُل‬: ‫ع ِم َل‬ َ ‫َّللا ت َ َعالى يُحِ بّ ِإذَا‬
َ َّ ‫ِإ ّن‬
َ‫ال أ َ ْن ُيتْقِن‬ َ ‫)رواه الطبرني والبيهقي(أ َ َحدُكُ ْم‬
ً ‫ع َم‬
Dari Aisyah Radhiyallahu anha, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah menyukai jika salah seorang di antara kalian melakukan
suatu amal secara itqan (profesional). (HR. Thabrani )”

Hadits di atas merupakan tadzkiroh (pengingat) untuk semua manusia dalam


beramal shalih. Begitu juga pejuang pendidikan (guru, kepala sekolah,
karyawan, staf dan lainya) yang selalu dituntut untuk bekerja secara profesional.
Termasuk dalam urusan supervisi oleh kepala sekolah untuk meningkatkan
kualitas guru. Kegiatan supervisi ini dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia nomor 13 tahun 2007 dijelaskan bahwa salah satu
tugas dari kepala sekolah adalah 1) Merencanakan program supervisi akademik
dalam rangka peningkatan profesionalisme guru; 2) Melaksanakan supervisi
akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi
yang tepat; 3) menindaklanjuti hasil supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru (Permendiknas, n.d.).
Berkaitan dengan pentingnya supervisi ini, maka perlunya menggali dari
sumber ilmu yakni di dalam al-Quran dan al Hadits. Sehingga penelitian ini
bertujuan untuk menggali dan menganalisis ayat-ayat al Quran dan hadits Nabi
Muhammad Saw yang berkaitan dengan supervisi, maka dari itu peneliti
mengangkat judul penelitian “Supervisi Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Al
Qur`an dan Hadis)”

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah


1. Perumusan Masalah
Dalam Al-Qur’an maupun dalam Hadist-hadist banyak kita jumpai
istilah-istilah yang berkaitan dengan kepemimpinan di antaranya : Amir,
Khalifah, Imamah dsb. ini berarti Islam telah lebih dahulu mengetahui dan
menetapkan mengani asas-asas kepemimpinan jauh sebelum para ahli Barat
5

membahasnya. Namun, berbagai teori yang digambarkan para ahli


mengenai kepemimpinan tak jarang membuat orang tidak memahami akan
arti sebenarnya tentang kepemimpinan dalam Islam. Sehingga hampir
kebanyakan pemimpin saat ini, telah lari dari arti kepemimpinan dalam
ajaran Islam. Seringkali orang memahami kepemimpinan dalam arti sempit
sekali. Sehingga mereka mengetahui kepemimpinan adalah para pemimpin
negara, wilayah, perusahaan dsb. Ketidaksadaran inilah yang
mengakibatkan orang tidak mau mengembangkan ilmu kepemimpinannya.
Berdasarkan pernyataan di atas maka didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut:

INSTRUMENTAL INPUT
1. PP no 13 tahun 2007
2. Qur`an dan Hadis

RAW INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME


Kepala sekolah 1. Supervisi Pendidikan Kemampuan Kualitas
dalam perspektif Al Quran supervisi layanann
2. Supervisi Pendidikan kepala sekolah pendidikan
dalam perspektif Al Hadist meningkat meningkat

ENVIROMENTAL INPUT
Pemerintah
Sekolah
Guru

Feed back
Gambar 1.1 Rumusan Masalah

2. Pembatasan Masalah
Mengingat terlalu luasnya masalah yang harus diteliti, maka pembatasan
masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana supervisi pendidikan dalam perspektif Al Qur`an
b. Bagaimana supervisi pendidikan perspektif Hadits
6

C. Tujuan dan manfaat penelitian


1. Tujuan penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian yang dilaksanakan ini yaitu untuk
memperoleh gambaran tentang Supervisi dalam perspektif Islam
berdasarkan Al Qur`an dan Hadis.

b. Tujuan Khusus
Secara khusu penelitian ini bertujuan khusus untuk :
1) Memperoleh gambaran supervisi pendidikan dalam perspektif Al
Qur`an
2) Memperoleh gambaran supervisi dalam persfektif Hadis

2. Manfaat penelitian
a. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis ini adalah untuk mengembangkan khasanah ilmuan
yang berkaitan dengan supervisi pendidikan berdasarkan perspektif Al
Qur`an dan Hadis.

b. Manfaat Praktis
Bagi Peneliti

1) Menambah wawasan mengenai supervisi pendidikan dalam perspektif


Al Qur`an dan Hadis
2) Bagi Kepala Sekolah
Dijadikan sumbangan pemikiran kepada seorang pemimpin terkait
kepemimpinan yang sesuai dengan Al Qur’an dan Hadis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
SUPERVISI PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
(AL QUR’AN DAN HADITS)

A. Supervisi dalam Perspektif Al Qur’an


Supervisi secara etimologi (Bahasa) terdiri dari kata Super dan Vision,
yang berarti atas atau lebih dan penglihatan atau tilik. Kemudian kita satukan
dua kata tersebut menjadi penglihatan dari atas atau diawasi. Subjek yang
melakukan supervisi disebut Supervisor.

Hidup untuk berjalan sesuai dengan kondisi yang ideal membutuhkan proses
penilaian dan pengawasan yang dilakukan oleh pengawas (Suvervisor). Dalam
agama Islam proses pengawasan dan penilaian ini sendiri bahkan juga
diisyaratkan dan dilakukan oleh Allah swt kepada seluruh makhluk ciptaan-
Nya. Proses pengawasan ini diisyaratkan dalam Al-Qur’an surat Az-Zukhruf
ayat 80 :

َ‫سب ُْونَ اَنَّا ََل نَ ْس َم ُع س َِّرهُ ْم َونَج ْٰوى ُه ْم ۗ بَ ٰلى َو ُرسُلُنَا لَدَ ْي ِه ْم يَ ْكتُب ُْون‬
َ ‫ا َ ْم يَ ْح‬

“ Ataukah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan


bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan
Kami (malaikat) selalu mencatat di sisi mereka.”

Makna secara rinci kata per kata dari ayat tersebut dijelaskan sebagai
berikut :

Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab


Atau Or ‫أ َ ْم‬
Mereka mengira (do) they think َ‫سبُون‬
َ ‫يَ ْح‬
Bahwasannya kami that We ‫أَنَّا‬
Tidak (can) not ‫ََل‬
Mendengar hear ‫نَ ْس َم ُع‬
Rahasia mereka their secret(s) ‫س َِّر ُه ْم‬

7
8

Dan bisik-bisik mereka and their private ‫َونَ ْج َو ٰى ُهم‬


counsel(s)?
Ya/sebenarnya Nay ‫بَ َل ٰى‬
Dan utusan-utusan kami and Our Messengers ‫سلُنَا‬
ُ ‫َو ُر‬
Disisi mereka with them ‫لَدَ ْي ِه ْم‬
Mereka tulis are recording َ‫يَ ْكتُبُون‬

Ayat tersebut memiliki Asbab an-nuzul sebagaimana yang tertulis dalam


tafsir Kementrian Agama Republik Indonesia. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir
bahwa Muhammad bin Ka'ab al-Quradzi berkata, "Ketika tiga orang berada di
antara Ka'bah dan kelambunya, dua orang dari suku Quraisy dan seorang dari
suku Saqafi, maka salah seorang dari mereka berkata, "Bagaimanakah
pendapatmu, apakah Allah mendengar pembicaraan kita?" Orang yang kedua
menjawab, "Apabila kamu keraskan suaramu, Dia mendengarnya, sedangkan
apabila engkau berbisik, Dia tidak mendengarnya." Orang yang ketiga berkata,
"Jika Dia mendengar bila kamu keraskan suaramu, tentu Dia mendengar pula,
bila kamu berbisik." Maka turunlah ayat ini.

Ayat ini menjawab kesalahan persepsi mereka kepada Allah swt, yang mana
bahwa Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan Allah selalu
mengawasi makhluk-Nya dimanapun berada dan dalam kondisi apapun.
Pemahaman makna ayat ini juga diungkapkan dalam Tafsir Al Jalalain yang
ditulis oleh Jalalludin Al Mahilli dan Jalaluddin As Suyuthi “Apakah mereka
mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka)
yakni apa-apa yang mereka rahasiakan dari orang lain dan apa-apa yang
mereka perlihatkan dengan terang-terangan di antara sesama mereka sendiri.
(Sebenarnya) Kami mendengar hal tersebut (dan utusan-utusan Kami) yakni
malaikat-malaikat pencatat amal perbuatan (di sisi mereka) di sisi orang-orang
kafir (selalu mencatat) hal tersebut.”
Dan juga diperjelas oleh Tafsir Ibnu Katsir karya Ismail bin Umar Al
Quraisyi bin Katsir, yang menjelaskan Demikian itu karena orang-orang
musyrik dalam upayanya menolak kebenaran dengan kebatilan, mereka
9

menggunakan tipu daya makar yang mereka rencanakan. Maka Allah


membalas makar mereka dan menimpakan akibat dari makar itu kepada diri
mereka sendiri. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya; ” Apakah mereka
mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka?”
(Az-Zukhruf: 80)

Yaitu rahasia yang tersimpan dalam dada mereka dan sikap lahiriah mereka
yang terang-terangan. Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan
(malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka. Yakni Kami
mengetahui apa yang sedang mereka lakukan, dan para malaikat pun terus
mencatat amal perbuatan mereka, baik yang besar maupun yang kecil.

1. Supervisi Kepada Diri Sendiri

Setiap manusia diberikan modal kehidupan oleh Allah swt, baik secara fisik,
psikis (perasaan) dan akal (fikiran). Modal hidup yang diberikan oleh Allah
menjadi bekal manusia dalam menjalankan kehidupannya sehingga bisa
menentukan yang baik dan buruk. Setiap yang diperbuat akan dipertanggung
jawabkan oleh setiap manusia. Sebagaimana yang tercantum dalam Hadits
Shahih Bukhari Muslim :

‫ت زَ ْو ِج َها َو َم ْسئُو‬ ْ ِ‫ع ْن َر ِعيَّتِ ِه َوا ْل َم ْر أَة ُ َرا ِعيَة ف‬


ِ ‫ي بَ ْي‬ َ ‫اْل َما ُم َراعٍ َو َم ْسئُو ٌل‬ َ ‫كُلُّكُ ْم َراعٍ َوكُلُّكُ ْم َم ْسئ ُ ْو ٌل‬
ِ ْ ‫ع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬
ٍ ‫ع ْن َر ِعيَّتِ ِه َوكُلُّكُ ْم َر‬
َ ‫اع َو َم ْسئُو ٌل‬
‫ع ْن َر ِعيَّتِه‬ َ ‫اع فِي َما ِل أَبِي ِه َو َم ْسئُو ٌل‬
ٍ ‫ع ْن َر ِعيَّتِ َها َوا ْلخَا ِد ُم َر‬
َ ‫لَة‬

“Kalian semua adalah pemimpin dan masing-masing dari kalian akan


diminta (pertanggungjawaban) atas orang yang berada di bawah pimpinan
kalian.”

Setiap manusia adalah pemimpin, baik bagi orang lain maupun bagi dirinya
sendiri. Pemimpin bertanggung jawab atas rakyatnya, seorang suami
bertanggung jawab atas keluarganya, begitupun setiap dari kita adalah
pemimpin bagi diri kita masing-masing. Diri kita mengontrol fisik, perasaan
dan akal dalam menjalankan kehidupan.

Sebelum mengontrol oranglain dan hal yang lebih besar lagi, setiap manusia
harus mampu mengontrol diri sendiri dan menjadi teladan bagi apa yang
dipimpinnya. Allah menjelaskan dalam firman-Nya surat Al-Baqarah ayat 44 :
10

َ َ ‫سكُ ْم َوأَنت ُ ْم تَتْلُونَ ٱ ْل ِك ٰت‬


َ‫ب أَفَ َال ت َ ْع ِقلُون‬ َ ُ‫س ْونَ أَنف‬ َ َّ‫أَت َأ ْ ُم ُرونَ ٱلن‬
َ ‫اس بِٱ ْلبِ ِ ّر َوت َن‬

”Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu


melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”

Makna secara rinci kata perkata dari ayat tersebut dijelaskan sebagai berikut :

Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab


Mengapa kamu menyuruh why did you order َ‫اَت َأ ْ ُم ُر ْون‬
Orang lain Others َ َّ‫الن‬
‫اس‬
(mengerjakan) Kebajikan (doing) Virtue ‫ِبا ْل ِب ِ ّر‬
Sedangkan kamu melupakan While you forget َ ‫َوت َ ْن‬
َ‫س ْون‬
Dirimu sendiri You are self َ ُ‫أ َ ْنف‬
‫س ُك ْم‬
Padahal kamu Though you ‫َوا َ ْنت ُ ْم‬
Membaca Read َ‫تَتْلُ ْون‬
Kitab (Taurat) Book (Torah) ‫ب‬َ ۗ ‫ا ْل ِك ٰت‬
Tidakkah kamu mengerti Don't you َ‫اَفَ َال ت َ ْع ِق ُل ْون‬
understand

Dalam tafsir Al Jalalain karya Imam Al Jalalludin mengatakan, “Mengapa


kalian wahai Bani Israil menganjurkan orang lain untuk berbakti,” beriman
kepada Muhammad, “sedangkan kalian melupakan diri sendiri,”
membiarkannya, tidak memerintahkannya. “Padahal kalian membaca kitab
suci (Taurat yang isinya juga mengancam mereka yang ucapannya menyalahi
perbuatannya)? Tidakkah kalian berpikir (atas buruknya perbuatan kalian)?”

Penjelasan Imam Al-Baidhawi dalam Kitab Anwarut Tanzil wa Asrarut


Ta’wil mengatakan, kata “Al-birru” atau kebaktian memiliki arti kebaikan
yang luas. Menurut Imam Al-Baidhawi berdasarkan riwayat Ibnu Abbas RA,
turun perihal pemuka-pemuka agama Yahudi. Mereka menganjurkan secara
perlahan orang-orang yang mereka nasihati untuk mengikuti Nabi Muhammad
SAW. Tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Para pemuka Yahudi
menganjurkan umatnya untuk bersedekah. Sedangkan mereka sendiri tidak
11

bersedekah. Padahal, mereka membaca Kitab Taurat yang isinya mengancam


mereka yang ingkar, tidak berbakti, dan ucapannya menyalahi perbuatan.

Pemahaman tentang ayat ini yaitu bahwa orang-orang yang menasehati atau
melakukan pengawasan haruslah menjadikan dirinya benar terlebih dahulu
sehingga oranglain mampu menerima kritik dan saran yang diberikan.
Mengingat bahwa fungsi kontroling adalah melakukan perbaikan terhadap
sebuah masalah atau kekurangan, maka metode teladan adalah salah satu
aplikasi terbaik dalam menjalankan fungsi kontroling tersebut.

Penjelasan ini juga diperkuat oleh firman Allah swt dalam surah As Saff
ayat 2-3 :

َ‫( ٰ َٰٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ل َِم تَقُ ْولُ ْونَ َما ََل ت َ ْف َعلُ ْون‬1) َ‫َّللا ا َ ْن تَقُ ْولُ ْوا َما ََل ت َ ْف َعلُ ْون‬
ِ ‫( َكب َُر َم ْقتًا ِع ْندَ ه‬2)

“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang


tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”

2. Supervisi sebagai Pemimpin

Supervisi hakikatnya adalah implementasi dari Amar ma’ruf nahi munkar.


Karena supervisi adalah tindakan dalam memperbaiki, bahkan juga mampu
mencegah hal buruk yang akan terjadi. Supervisi diharapkan menjadi strategi
penjaminan mutu dalam proses dan hasil dari sebuah Pendidikan.

Hakikat supervisi diisyaratkan oleh Allah swt dalam surat Ali Imran ayat 104
:
ٰٰۤ ُ
‫ع ِن َو َي ْن َه ْونَ ِبا ْل َم ْع ُر ْوفِ َو َيأ ْ ُم ُر ْونَ ا ْل َخي ِْر اِلَى يَّدْع ُْونَ ا ُ َّمةٌ ِ ّم ْنكُ ْم َو ْلتَكُ ْن‬
َ ‫ولىِٕكَ ۗۗ ا ْل ُم ْنك َِر‬ ‫ا ْل ُم ْف ِل ُح ْونَ هُ ُم َوا‬

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Makna secara rinci kata perkata dari ayat tersebut dijelaskan sebagai berikut :
12

Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab


Dan jadilah/hendaklah ada And let there be ‫َو ْلتَكُن‬
Diantara kamu among you ‫ِ ّمن ُك ْم‬
Ummat (a) people ٌ‫أ ُ َّمة‬
(mereka) Menyeru inviting َ‫يَدْعُون‬
Kepada to ‫ِإلَى‬
Kebajikan the good ‫ٱ ْل َخي ِْر‬
Dan (mereka) menyuruh (And) enjoining َ‫َويَأ ْ ُم ُرون‬
Kepada kebaikan the right ِ‫ِبٱ ْل َم ْع ُروف‬
Dan (mereka) mencegah and forbidding َ‫َو َي ْن َه ْون‬
Dari from ‫ع ِن‬
َ
Munkar The wrong ‫ْٱل ُمنك َِر‬
َٰٓ
Dan mereka itulah and those َ‫َوأ ُ ۟و ٰلَئِك‬
Mereka They ‫ُه ُم‬
Orang-orang yang beruntung (are) the successful َ‫ٱ ْل ُم ْف ِلحُون‬
ones

Penjelasan tafsir Ibnu Katsir karya Ismail bin Umar Al Quraisyi bin Katsir,
yang menjelaskan makna ayat Al Imran ayat 104 ini adalah, Dan hendaklah
ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar; merekalah
orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang
yang bercerai-berai dan berselisih sesudah Rahmat kepada mereka keterangan
yang jelas. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, pada
hari yang di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri, dan ada pula muka
yang menjadi hitam muram.
Adapun orang-orang yang menjadi hitam muram mukanya (kepada mereka
dikatakan), “Mengapa kalian kafir sesudah kalian beriman? Karena itu,
rasakanlah azab disebabkan kekafiran kalian itu.” Adapun orang-orang yang
menjadi putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam Rahmat Allah
(surga), mereka kekal di dalamnya. Itulah ayat-ayatAllah, Kami bacakan ayat-
ayat itu kepadamu dengan benar, dan tiadalah Allah berkehendak untuk
13

menganiaya hamba-hamba-Nya. Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di


langit dan di bumi; dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman bahwasanya hendaklah ada dari kalian
sejumlah orang yang bertugas untuk menegakkan perintah Allah, yaitu dengan
menyeru orang-orang untuk berbuat kebajikan dan melarang perbuatan yang
mungkar; mereka adalah golongan orang-orang yang beruntung.

Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaklah ada segolongan orang
dari kalangan umat ini yang bertugas untuk mengemban urusan tersebut,
sekalipun urusan tersebut memang diwajibkan pula atas setiap individu dari
umat ini. Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Shahih Muslim dalam
sebuah hadits dari Abu Hurairah. Disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah
bersabda:

‫ قَا َل‬،ُ‫ع ْنه‬ َ ُ‫ي للا‬َ ‫ض‬ِ ‫ي َر‬ َ ‫ع ْن أَبِي‬


ِّ ‫س ِع ْي ٍد ال ُخد ِْر‬ َ : ‫للا‬ ِ ‫س ِم ْعتُ َرسُو َل‬ َ ‫يَقُ ْو ُل ﷺ‬: « ً ‫َم ْن َرأَى مِ ْنكُ ْم ُم ْنكَرا‬
‫اْل ْي َما ِن‬
ِ ‫ف‬ ُ َ‫ضع‬ْ َ ‫ فَإِ ْن لَ ْم يَستَطِ ْع فَبِقَ ْلبِ ِه َوذَلِكَ أ‬،ِ‫سانِه‬
َ ‫ فَإِ ْن لَ ْم يَستَطِ ْع فَبِ ِل‬،ِ‫ر َواهُ ُم ْس ِل ٌم »فَ ْليُغَيِ ّْرهُ بِيَ ِده‬.
َ

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian
melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah
dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu
merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 49]

3. Tujuan Supervisi dalam perspektif Al Quran

Prabowo (2015) dalam jurnal penelitiannya bahwa makna terpenting dalam


supervisi adalah bantuan supervisor untuk mengatasi permaslahan yang terjadi
dalam proses Pendidikan di sekolah ataupun madrasah. Memberi bantuan pada
dasarnya sama dengan menolong. Ayat Al Qur’an yang berkaitan dengan
tolong adalah dalam Q.S At Taubah ayat 71, yang artinya:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka


(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain, mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencgah dari yang munkar, mendirikan sholat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Alloh dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi Rahmat oleh Allah; Sesugguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”
14

Dalam tafsir Ibnu Katsir penjelasan surat At Taubah ayat 71 dan orang-orang
yang beriman lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebahagian yang lain. Maksudnya sebagian dari mereka saling
bantu dan saling mendukung sebagian yang lain. Mereka menyuruh
mengerjakan yang makruf dan mencegah dari yang munkar.

Tafsir ayat diatas menegaskan bahwa sifat seorang mukmin mengedepankan


tolong menolong dalam aktifitas kehidupannya. Pengertian tolong menolong
disambung dengan perintah untuk menyuruh kepada perbuatan yang ma‟ruf
dan mencegah perbuatan yang mungkar. Secara prinsip umat Islam dituntut
untuk untuk menyampaikan kebenaran dan melarang perbuatan yang tidak baik
(munkar). Penjelasan surat At-Taubah: 71 dihubungkan dengan surat Ali Imran
104 yang menegaskan hendaknya ada sekelompok umat Islam yang melakukan
amar ma‟ruf nahi munkar. Dalam surat Ali Imran ayat 104 kewajiban beramar
makruf nahi munkar dibebankan pada golongan tertentu. Tugas penting
menegakkan amar makruf nahi munkar sangat luas pengertian dan
jangkauannya, baik zaman, waktu, tempat dan situasi.

B. Supervisi dalam Perspektif hadits


Dari pembahasan di atas supervisi memiliki dua kata kunci yaitu membantu
atau menolong dan proses mengajak kepada kebenaran atau kebaikan. Hadis-
hadis yang berkenaan dengan hal tersebut adalah:

1. Hadits tentang memberi bantuan

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id; Telah menceritakan


kepada kami Laits dari 'Uqail dari Az Zuhri dari Salim dari Bapaknya bahwa
15

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang muslim dengan


muslim yang lain adalah bersaudara, ia tidak boleh berbuat zhalim dan aniaya
kepada saudaranya yang muslim, barang siapa yang membantu kebutuhan
saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya, barang siapa
membebaskan seorang muslim dari suatu kesulitan, maka Allah akan
membebaskannya dari kesulitan pada hari kiamat, dan barang siapa menutupi
aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat
kelak." (H.R Muslim Nomor 2262)
Hadits ini sesuai dengan pengertian supervisi yang esesnsinya adalah
memberikan layanan atau bantuan pada guru dan tenaga kependidikan lainnya
dalam mengatasi problem pendidikan dan upaya peningkatan implementasi
pendidikan agama Islam. Program supervisi harus selalu mengarah pada upaya
membantu guru dan tenaga kependidikan untuk mengatasi berbagai kesulitan
yang dihadapinya.

2. Hadits tentang memberi petunjuk kepada kebenaran

“Dari Ibnu Mas‟ud R.A, dia berkata : Rasulullah SAW bersabda: “barangsiapa
yang memberi petunjuk kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala
yang sama dengan pahala orang yang mengerjakannya.” (H.R Muslim No
1893)

Takhrij Hadits

Hadits ini diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab al-imârah bab fadhlu
I’ânat al-ghâzî fî sabîlillâh (bab keutamaan membantu orang yang berperang di
jalan Allâh), no. 1893 dari jalur Abu Mu’awiyah dari A’masy dari Abu Amr
asy-Syaibani dari Abu Mas’ud al-Anshâri Radhiyallahu anhu ; ia berkata,
“Seorang lelaki datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya
berkata, ‘Sungguh, tungganganku telah binasa. Karena itu tolong berilah aku
tumpangan (tunggangan).” Nabi menjawab, “Aku tidak punya.” Lalu ada
seorang lelaki yang berkata, “Wahai Rasûlullâh! Aku bisa menunjukkan
padanya orang yang bisa memberinya tumpangan (tunggangan).” Lalu
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda seperti yang tertera dalam
hadits di atas.
16

Dalam hadis tersebut juga terdapat dua diksi yang menjadi keumuman:

a. Man (‫ )من‬artinya siapa saja

Yaitu siapa saja yang menunjukkan kepada kebaikan. Jadi siapa saja
baik laki-laki maupun perempuan, baik orangtua atau anak muda, seorang ustaz
atau bukan, yang penting dia bisa menunjukkan kebaikan kepada orang lain.
Maka dia akan mendapatkan pahala seperti yang diamalkan oleh orang yang
mengamalkan kebaikan tersebut.

b. Khayrin (‫)خي ٍْر‬, artinya kebaikan

Di sini, kebaikan datang dalam bentuk nakirah (tidak spesifik) dan


dalam konteks jumlah syarthiyyah (kalimat bersyarat), maka memberikan
faedah berupa keumuman cakupan makna. Artinya, barang siapa yang
menunjukkan kepada kebaikan apapun, mencakup kebaikan dunia maupun
kebaikan akhirat. Sehingga hadis ini merupakan berita gembira bagi mereka
yang suka mengajak orang lain untuk mengerjakan kebaikan.
Kepala sekolah dalam hal ini sebagai supervisor pastinya akan selalu
mengajak para guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk mengerjakan
kebaikan dan menjalankan tugas-tugas sesuai dengan amanah yang
diembannya.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Makna Supervisi dalam Perspektif Islam


Istilah supervisi masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan
pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan –
orang yang berada di posisi atas, yaitu pimpinan—terhadap hal-hal yang ada di
bawahnya, yaitu yang menjadi bawahannya. Ada perbedaan rumpun tersebut,
inspeksi artinya melihat untuk mencari kesalahan. Pemeriksaan artinya melihat
apa yang terjadi dalam kegiatan. Pengawasan dan penilikan, artinya melihat
apa yang positif dan negatif. Supervisi, melihat bagian mana dari sekolah yang
masih negatif untuk diupayakan menjadi positif, dan melihat mana yang sudah
positif untuk ditingkatkan menjadi lebih positif lagi, yang penting adalah
pembinaan. Supervisi merupakan istilah yang dalam rumpun pengawasan
tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Dalam kegiatan supervisi, pelaksanaan
bukan mencari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan,
agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya
(bukan semata-mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu
diperbaiki (Suharsimi, 2006).
Dalam pendidikan Islam istilah menurut Supradi (2019) supervisi yang
digunakan adalah almusyarafah, yang secara kebahasaan masih seakar dengan
kata syaraf yang selalu berkaitan dengan ―kedudukan terhormat (high rank,
nobility, distinction, eminence, etc). Dalam hal ini al-musyarafah dimaksudkan
sebagai pengawasan yang berasal dari kalangan orang-orang yang memiliki
kedudukan terhormat. Kedudukan terhormat dalam Islam, tidak selamanya
berkonotasi pangkat dan jabatan atau atas dasar strata kehidupan sosial, tetapi
lebih didasarkan kepada derajat keimanan dan keilmuan. Alquran menyatakan
bahwa Allah meninggikan derajat orang-orang beriman dan berilmu
pengetahuan di antara umat manusia lainnya. Jadi seorang supervisor (musyrif)
menurut konsep ini, mestilah orang-orang yang memiliki nilai lebih yang siap
menularkan dan menginternalisasikan nilai lebih tersebut kepada pihak yang
disupervisi.

17
18

Di dalam Al-Qur‘an surat Al-Ashr ayat 3 dijelaskan hal yang


menyangkut tentang supervisi dalam artian luas, yaitu dalam hal saling nasehat
menasihati dalam kebenaran dan saling nasehat menasihati dalam kesabaran.
Firman Allah Swt dalam Surah Al-‘Ashr yang artinya: “Kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya
menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”.
Firman Allah Swt. di atas mengandung sebuah pesan secara implisit
bahwa sikap saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran merupakan kunci
dalam menyelenggarakan supervisi pendidikan di sekolah dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan, perbaikan akhlak dan tata cara beretika maupun
dalam hal pemberian motivasi guna pencapaian mutu pendidikan di sekolah.
Pengawasan dalam Islam dilakukan untuk meluruskan yang bengkok,
mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak. Dalam ajaran Islam dikenal
pengawasan terbagi kepada dua hal: (1) Pengawasan yang berasal dari diri dan
(2) Bersumber dari tauhid dan keimanan kepada Allah SWT. Orang yang yakin
bahwa dalam setiap waktu Allah pasti mengawasi hamba-Nya, maka orang itu
akan bertindak hati-hati. Ketika sendiri, dia yakin Allah yang kedua, dan ketika
berdua dia yakin Allah yang ketiga (Ilham, 2017).
Kegiatan supervisi pendidikan Islam lebih menekankan pada kegiatan
pemberdayaan (muqawwun) agar seluruh komunitas dan sivitas pendidikan pada
suatu lembaga pendidikan menjadi lebih berdaya dalam melaksanakan tugasnya
masing-masing. pemberdayaan yang dilakukan bersifat partisipatif
(musyarakah) dengan melibatkan seluruh komunitas dan sivitas pendidikan
melakukan perbaikan dan perubahan ke arah yang diperkirakan menjadi lebih
baik. Supervisi dalam pendidikan Islam mengandung semangat ukhuwah,
demokratis dan kebersamaan, karena sasaran supervisi bukan hanya para guru
secara individual agar dapat melaksanakan kinerjanya dengan baik dan benar,
tetapi juga dengan semangat ukhuwah bi al-musyarakah, antara sesama guru pun
didorong untuk saling bekerja sama dalam melakukan berbagai perbaikan dalam
proses belajar mengajar (Siddik, 2016).
Dasar-dasar supervisi dalam Islam dapat dilihat dari sejarah kehidupan
Rasulullah dan para sahabatnya. Pada periode Makkah, awalnya Rasulullah
19

menjadi seorang guru tunggal di madrasah Dar al-Arqam, siswa di madrasah ini
didik sekaligus dilatih untuk menjadi sebagai perpanjangan tangan Rasulullah.
Pada periode Madinah, orang-orang telah banyak masuk Islam dan
membutuhkan pembelajaran tentang Islam. Oleh karena itu, guru pada periode
ini tidak terbatas pada sosok Rasulullah semata, akan tetapi telah ada para
sahabat senior (alumni Dar al-Arqam) atau sahabat senior dari kalangan
Madinah yang menjadi pendamping dan pengganti Rasulullah berperan sebagai
guru. Dari sini telah dimulai praktik supervisi pendidikan yang dilakukan
Rasulullah (supervisor) kepada para sahabat. Para sahabat (guru) senantiasa
mendapatkan supervisi dan pengarahan dari Rasulullah, mereka menerima hal
tersebut demi perbaikan kinerja mereka sebagai guru dan proses pembelajaran
dengan seluruh aspeknya (Supradi, 2019).
Menurut Fadhl (2017) ada dua bentuk supervisi yang dilakukan Rasul
kepada para guru saat itu, yaitu supervisi bagi guru yang tinggal di dalam daerah
dan supervisi bagi guru yang diutus ke luar daerah. Di antara contoh untuk
bentuk supervisi yang pertama, dalam sebuah Hadis disebutkan bahwa seorang
Arab Badui datang ke masjid dan kencing di dinding masjid. Hadis tersebut
artinya” Dari Anas bin Malik RA, ia berkata: Ketika kami bersama Rasulullah
di masjid, tiba-tiba datang seorang Arab Badui, lalu dia kencing berdiri di
masjid. Kemudian para sahabat mengatakan” tahan, tahan”. Lantas Rasulullah
bersabda “Jangan kalian hardik dia! Biarkan dia, hingga ia selesai kencing.
Kemudian setelah itu rasul memanggilnya dan berkata: “Sesungguhnya masjid
ini tidak pantas/layak dikotori dengan kencing dan BAB, masjid adalah tempat
berzikir, salat dan membaca Alquran”. Dalam riwayat lain disebutkan
Rasulullah menyuruh seorang menyiram kencing tersebut dengan satu ember
air. Dalam riwayat Bukhari ada tambahan redaksi disebutkan bahwa Rasulullah
bersabda “Sesungguhnya kalian diutus untuk mempermudah bukan
mempersulit”.
Dari kisah dalam Hadis tersebut terdapat praktik supervisi pendidikan
yang bertujuan untuk meluruskan dan memperbaiki kinerja para guru dan proses
pembelajaran dari dua unsur yaitu guru dan siswa. Di samping itu, Rasulullah
20

menetapkan beberapa kaidah untuk berinteraksi dalam mengajar kepada para


guru dari peristiwa/kasus tersebut.
Dari sisi teoritis, Rasulullah mengisyaratkan kepada sahabat “Ajarilah,
permudahlah, dan jangan mempersulit”. Dari sisi praktis, Rasulullah langsung
mempraktikkan cara mengajar yang baik, dengan memanggil Arab Badui
tersebut dan mengajarkannya tentang adab-adab masjid, hukum bersuci dan lain-
lain. Hadis tersebut merupakan pendidikan bagi si Arab Badui (siswa), dan
pelatihan bagi para sahabat (guru).
Adapun supervisi bagi guru yang diutus ke luar daerah, Rasulullah
melakukan beberapa hal berikut: (1) pemilihan guru yang berkompeten, (2)
Memberi saran dan instruksi yang bermanfaat, (3) membangkitkan
semangat/spirit para guru, (4) mengadakan pertemuan dan mengenalkan
prestasi guru, dan (5) menguji dan mengidentifikasi kemampuan akademik
guru.

B. Urgensi, Tujuan, dan Prinsip-prinsip Supervisi dalam Perspektif Islam


Supervisi sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar
yang dilakukan oleh pendidik dibutuhkan sesuai dengan tuntutan zaman yang
berubah. Oleh karena itulah supervisi pendidikan dipandang sebagai keharusan,
yang sekurang-kurangnya dilatarbelakangi oleh tiga faktor pendorong, sebagai
berikut (Fadhl,2017).
Pertama, bahwa dalam menyenggarakan pendidikan pada umumnya
berperan sejumlah orang yang perlu diarahkan untuk mewujudkan suatu kerja
sama. Hal ini perlu disadari karena keterlibatan orang-orang dalam
menyelenggarakan pendidikan dilaksanakan oleh banyak orang dengan
berbagai keahlian dan disiplin ilmu yang beragam. Keadaan yang demikian
menghendaki suatu kerja sama yang benar-benar terjalin secara padu, sehingga
setiap kegiatan yang dilakukan oleh guru, apa pun bidang studi yang diajarkan,
tetap memiliki keterkaitan dengan kegiatan guru lain. Dalam konteks ini,
supervisi pendidikan menjadi sangat diperlukan terutama untuk menunjukkan
arah yang jelas dalam satu keterpaduan program yang saling bekerja sama.
21

Kedua, bahwa dalam kenyataannya banyak guru yang sesungguhnya


memiliki potensi atau kemampuan yang lebih besar daripada yang diperbuatnya.
Dalam konteks ini, diperlukan adanya upaya-upaya supervisi yang diharapkan
dapat melakukan pembinaan sehingga kemampuan guru dalam melaksanakan
tugasnya dapat berlangsung secara optimal sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
Ketiga, bahwa dalam melaksanakan tugasnya para guru sering kali
mengalami kesulitan atau hambatan yang dapat mengurangi kualitas kinerja
yang dilaksanakannya. Hambatan-hambatan dimaksud boleh jadi menyangkut
kesulitan dalam merumuskan tujuan atau kompetensi pembelajaran, kesulitan
dalam menetapkan dan menggunakan metode, teknik dan strategi pembelajaran,
atau disebabkan hal lain yang erat kaitannya dengan pengalaman mengajar yang
relatif muda. Dalam kondisi yang demikian, tiada lain yang bisa dilakukan untuk
membantu para guru tersebut kecuali upaya-upaya supervisi.
Tujuan umum supervisi pendidikan adalah memberikan bantuan teknis
dan bimbingan kepada guru (dan staf sekolah yang lain) agar personil tersebut
mampu meningkatkan kualitas kinerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas,
yaitu melaksanakan proses pembelajaran. Terkait dengan itu, Nawawi (1997)
menyatakan tujuan supervisi pendidikan adalah menilai kemampuan guru
sebagai pendidik dan mengajar dalam bidang masing-masing guna membantu
mereka melakukan perbaikan-perbaikan bilamana diperlukan dengan
menunjukkan kekurangan-kekurangannya agar diatasi dengan usaha sendiri.
Dengan kata lain supervisi bertujuan menolong guru-guru agar dengan
kesadarannya sendiri berusaha untuk berkembang dan tumbuh menjadi guru
yang lebih cakap dan lebih baik dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Dalam melakukan supervisi, supervisor harus memperhatikan prinsip-
prinsip. Menurut Sagala (2009) ada enam prinsip yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Meningkatkan kinerja siswa sekolah dalam perannya sebagai peserta didik
yang belajar agar mencapai prestasi belajar optimal.
b. Meningkatkan mutu kinerja guru sehingga berhasil membantu dan
membimbing siswa mencapai prestasi belajar.
22

c. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan


terlaksana dengan baik.
d. Meningkatkan keefektifan dan keefisiensian sarana dan prasarana yang ada
untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik.
e. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung
terciptanya suasana kinerja yang optimal.
f. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sedemikian rupa sehingga
tercipta situasi yang kondusif bagi kehidupan sekolah.
Menurut Sahertian (2020)Seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi
sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi hendaknya bertumpu pada
prinsip supervisi sebagai berikut:
a. Ilmiah (scientific) yang mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
1) Sistematis, yaitu dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinu.
2) Objektif artinya data yang didapat berdasarkan pada observasi nyata,
bukan tafsiran pribadi.
3) Menggunakan alat/instrumen yang dapat memberikan informasi
sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses
belajar mengajar.
b. Demokratis: Menjunjung tinggi asas musyawarah. Memiliki jiwa
kekeluargaan yang kuat, serta sanggup menerima pendapat orang lain
c. Kooperatif :Seluruh staf sekolah dapat bekerja sama, mengembangkan
usaha bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih
baik.
d. Konstruktif dan kreatif : Membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk
aktif menciptakan suasana di mana tiap orang merasa aman dan dapat
mengembangkan potensi-potensinya.
Dari pendapat di atas, maka prinsip supervisi pendidikan yang paling
urgen untuk diperhatikan adalah prinsip perbaikan, perubahan, ilmiah dan
kerja sama. Prinsip perbaikan dan perubahan menjadi prinsip dasar dalam
melakukan supervisi, sebab supervisi pada dasarnya bertujuan untuk perbaikan
dan perubahan. Pelaksanaan supervisi tersebut dilaksanakan secara ilmiah dan
kerja sama antara supervisor dengan person yang disupervisi. Dalam Islam
23

prinsip-prinsip tersebut telah diisyaratkan oleh Alquran dan Hadis. Misalnya


surah al-Maidah ayat 2 “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran”. Demikian pula dalam surah al-Ashr (tawashin) “Dan nasehat
menasihati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasihati supaya menetapi
kesabaran”.

C. Supervisor dalam Perspektif Islam


Guna mampu melaksanakan kegiatan supervisi berdasarkan perspektif
Islam, seorang supervisor harus pula memenuhi beberapa persyaratan. Berikut
adalah beberapa persyaratan yang harus dipenuhi seorang supervisor dalam
pandangan Islam (Fauziyah, 2019).
a. Akuntabilitas (Tanggung Jawab Terhadap Amanah Sebagai Pemimpin)
Dalam supervisi pendidikan dikenal dengan prinsip “Akuntabilitas” yakni
segala sesuatu yang ditugaskan pada seorang pendidik atau supervisor termasuk
amanah dari Allah SWT., maupun dari orang tua peserta didik yang suatu saat
akan dimintai pertanggung jawaban dalam pelaksanaan tugasnya. Hal tersebut
sesuai dengan hadis Nabi yang artinya:
“ Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggung
jawaban terhadap apa yang kamu pimpin. Seorang raja adalah pemimpin bagi
rakyatnya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang
dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin bagi anggota keluarganya dan dia
akan dimintai pertanggung jawaban terhadap mereka. Seorang istri adalah
pemimpin bagi rumah tangga, suami dan anak-anaknya, dan dia akan dimintai
pertanggung jawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah
pemimpin bagi harta majikannya, dan dia juga akan dimintai pertanggung
jawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Dan ingat setiap kamu adalah
pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban terhadap kepemimpinannya.”

b. Edukatif ; Berbuat Yang Terbaik dalam Tugas Kependidikan


Dalam hadis tersebut, Islam dibangun dengan tiga aspek, yaitu Iman,
Islam dan Ihsan. Iman menyangkut aspek teologi, sedangkan Islam menyangkut
aspek syariat atau beribadah. Yang terakhir adalah Ihsan yang menyangkut
aspek akhlak. Dalam penjelasan hadis tersebut, definisi Ihsan adalah,
Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau (Muhammad) bersabda: “ Ihsan
24

adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika


engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau”.
Setiap langkah maupun nafas kita, akan selalu diawasi oleh Allah. Ketika
Allah mengawasi hambanya tidak diragukan lagi keadilannya. Berbeda dengan
pengawas manusia, mungkin ada segelintir pengawas yang tidak memenuhi
prosedur. Hal inilah yang membuat seorang supervisor maupun sebagai pendidik
termotivasi untuk selalu berbuat yang terbaik dalam melaksanakan tugas-
tugasnya karena bahwasanya semua diawasi bukan hanya di dunia saja, akan
tetapi juga di akhirat. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai supervisor harus
selalu memberikan motivasi, pengarahan kepada guru, dan guru sebagai
pendidik harus memberikan pengajaran serta keteladanan yang baik terhadap
peserta didiknya.
a. Korektif dan Introspeksi Diri (Kontrol/Evaluasi Diri)
Beberapa hadis Rasulullah SAW. menganjurkan perlunya melaksanakan
pengawasan atau evaluasi dalam setiap pekerjaan. Ajaran Islam sangat
memperhatikan adanya bentuk pengawasan terhadap diri terlebih dahulu
sebelum melakukan pengawasan terhadap orang lain.
Dalam suatu proses pembelajaran sampai pada kependidikan, tentunya
terjadi kesalahan, penyimpangan bahkan kebocoran yang pastinya dicari
penyebabnya dan selanjutnya dicari solusi untuk memperbaiki kesalahan
tersebut agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Dalam pandangan
Islam segala sesuatu harus dilakukan secara terencana, dan teratur. Tidak
terkecuali dengan proses kegiatan belajar-mengajar yang merupakan hal yang
harus diperhatikan, karena substansi dari pembelajaran adalah membantu siswa
agar mereka dapat belajar secara baik dan maksimal. Supervisor dalam hal ini
berarti mengatur atau mengelola serta mengarahkan guru akan sesuatu hal agar
menjadi baik. Berdasarkan hadis di atas, pengawasan dalam Islam dilakukan
untuk meluruskan yang bengkok, mengoreksi yang salah dan membenarkan
yang hak. Selain itu berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani
bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai orang
yang jika melakukan suatu pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, dan
tuntas) (HR. Thabrani).
25

b. Integritas; Kejujuran dan Konsisten (Istiqomah)


Prinsip integritas merupakan kepribadian supervisor yang melaksanakan
pengawasan dengan mentalitas yang baik penuh kejujuran, simpatik, tanggung
jawab, cermat dan konsisten. Hal ini dianjurkan melalui hadis nabi berikut:
“Dari riwayat Sufyan bahwa seseorang berkata: wahai Rasulullah, ceritakanlah
kepadaku tentang suatu hal dalam Islam, yang tiada seorang pun
mempertanyakan hal itu sesudahmu (menjelaskan), Beliau bersabda: Katakanlah
aku beriman kepada Allah SWT., lalu Istiqomahlah, ia berkata : Wahai
Rasulullah, dari apa aku harus takut, lalu beliau menunjuk dengan tangannya ke
lidahnya. (H.R. Ahmad).
Hadis tersebut menunjukkan bahwa nabi mengajarkan suatu hal yang
sangat penting dalam Islam, yakni beriman kepada Allah, istiqomah dalam
melakukan segala hal yang bernilai ibadah, terutama dalam mengemban amanah
sebagai pendidik, serta konsisten dalam bertutur kata maupun bersikap. Seorang
supervisor dan pendidik yang beriman akan selalu memegang amanahnya
dengan baik dan bertanggung jawab melaksanakan tugas-tugasnya secara
cermat, tertib dan konsisten disertai kejujuran baik secara lisan maupun sikap.

c. Objektivitas; Profesional sesuai keahlian


Dalam hal ini supervisi harus didasarkan atas hubungan profesional,
bukan atas hubungan pribadi, harus realistis. Dari riwayat kakeknya Sa’id bin
Abi Burdah dari Nabi SAW., beliau berkata:
Bagi setiap muslim dikenakan shadaqah, mereka berkata: “Wahai nabi Allah
(bagaimana) dengan seseorang yang tidak mendapatinya, beliau berkata:
hendaknya ia bekerja dengan tangannya kemudian ia manfaatkan untuk dirinya
dan bershadaqah, mereka berkata: hendaknya ia menolong orang yang memiliki
hajat lagi menderita, mereka berkata: bila tidak dijumpai, beliau berkata:
hendaknya ia beramal (berbuat) yang makruf dan menahan diri dari kejahatan,
maka sesungguhnya hal itu bernilai shadaqah baginya. (H.R. Bukhori).

Hadits tersebut menunjukkan bahwa seorang supervisor dan pendidik


yang professional hendaknya selalu berusaha meningkatkan potensi diri dan
memperbaiki segala hal untuk kemajuan bersama di lingkungannya (sekolah dan
masyarakat).
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan tentang supervisi pendidikan dalam
perspektif Islam berdasarkan Al Qur’an dan Hadis dapat disimpulkan bahwa :
1. Semua aktifitas harus diniatkan sebagai ibadah, karena hakikatnya semua
aktifitas manusia selalu ada dalam pengawasan Allah SWT.
2. Supervisi dalam perspektif Al Qur’an dan Hadis menekankan pada kegiatan
pemberdayaan (muqawwun) agar seluruh komunitas dan sivitas pendidikan
pada suatu lembaga pendidikan menjadi lebih berdaya dalam melaksanakan
tugasnya masing-masing.

B. Saran
Dari kajian supervisi Pendidikan dalam perspektif Islam berdasarkan Al
Qur’an dan Hadis, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada para supervisor hendaknya dalam melakukan supervisi
berlandaskan pada AlQuran dan hadis yang menitikberatkan pada semangat
tolong menolong bukan untuk mencari-cari kesalahan
2. Diharapkan bagi guru atau tenaga kependidikan lainnya dapat menjalankan
amanahnya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai tanpa harus selalu
dilakukan supervisi

26
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Baqi, Muhammad Fu’ad. 2012. Kumpulan Hadits Shahih Bukhari-Muslim,


tej. Arif Rahman Hakim, Lc. Sukoharjo: Insan Kamil Solo.
Al-Qur‘an Nur Karim
Al-Imam Jalalud Muhammaddin Mahally. 2011. Tafsir Jalalain Terjemahan
Nadjib. Surabaya: Pustaka eLBA.
Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: Rineka Cipta
Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya: Edisi yang
Disempurnakan, Jakarta: Lentera Abadi.
Fadhl, H. M. 2017. Al-Isyraf al-Muallimin fi al-Sunnah al Nabawiyah. Dalam
http://www.alukah.net.
Fauziyah, N.L. 2019. Supervisi Pendidikan Perspektif Hadis Nabi dan
Pengembangannya dalam Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru.
Al Marhalah: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 3 (1). 39 - 49.
Husaini, A. (2022). Beginilah Pendidikan Nasional Yang Ideal (Nuim Hidayat
(Ed.); Cetakan 1).

Ibnu Katsir, Dimasyqi Al-Imam. Tafsir Ibnu Katsir, Penerjemah Abu Bakar
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000)
Ilham, M.W. (2017) Supervisi Pendidikan dalam Perspektif Epistemologi Islam.
Jurnal Pedagogik. Vol. 04 (01). 29 - 46.
Kitab Shahih al-Bukhari No. 221 dan Shahih al-Muslim No. 284 dan Musnad
Ahmad bin Hanbal

Maila Rahayu, A., Supraha, W., & Mansur Tamam, A. (2021). Pengembangan
Supervisi Proses Pembelajaran Berbasis Worldview Islam Pada
Pendidikan Dasar. Rayah Al-Islam, 5(02), 668–687.
https://doi.org/10.37274/rais.v5i02.492
Moh. Mahasinul Ahlaq. (2022). Indonesian Journal of Teaching and Learning
Supervisi Klinis dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Penulis
Koresponden : pada tahun 2019 yang merilis tentang kualitas atau mutu
pendidikan dibeberapa negara menurut penelitian Global Talent
Competitiveness I. 1(1), 1–14.
Nashiruddin Abi al-Khair Abdullah bin Umar bin Muhammad al-Syirazi al-Syafi'i
al-Baidhowi. tafsir : Anwa al-Tanzil wa Asros al-Ta'wil [Tafsir Baidhowi]
Nawawi. 1997. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung

27
28

Permendiknas, 2007. (n.d.). https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendiknas13-


2007StandarKepalaSekolahMadrasah.pdf.
Prabowo, Yoga Sari. 2015. Supervisi Pendidikan Agama Islam. Jurnal Edukasi.
Volume 03. Nomor 01.
Sagala, S. (2009) Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.
Sahertian, P.A. (2020) Dasar-dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Siddik, D. (2016) Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Citapustaka
Media.
Supradi, B. (2019) Hakikat Supervisi dalam Pendidikan Islam. Journal of Islamic
Educational Management. Vol. 2 (1). 1 – 11.
https://almanhaj.or.id/9758-keutamaan-menunjukkan-kebaikan.html

Keutamaan Orang yang Menunjukkan Kepada Kebaikan – Hadis 13 - Bekal Islam


(firanda.com)
IMPLEMENTASI PRINSIP DAN SASARAN SUPERVISI PENDIDIKAN
DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU

MINI RISET
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penilaian
Mata Kuliah Teori dan Praktik Supervisi Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan

Disusun oleh: Kelompok 4

Rizky Maulana Yusali NIM : 41038103221048


Syahruna Mubarokah NIM : 41038103221002
Iman NIM : 41038103221063
Pian Supriatna Sulaeman NIM : 41038103221042
Saepul Kurniawan NIM : 41038103221020

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 5
A. Landasan Teori.......................................................................................... 5
1. Prinsip-Prinsip Umum Supervisi Pendidikan ....................................... 5
2. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Supervisi Pendidikan ............................... 9
3. Sasaran Supervisi Pendidikan ............................................................. 14
4. Kinerja Guru........................................................................................ 16
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS ........................................................ 19
A. Pembahasan............................................................................................. 19
1. Perencanaan Supervisi Pendidikan ...... Error! Bookmark not defined.
2. Pelaksanaan Supervisi Pendidikan ....... Error! Bookmark not defined.
3. Evaluasi Supervisi ............................................................................... 20
4. Rencana Tindak lanjut supervisi ......................................................... 20
B. Hasil Analisis .......................................................................................... 21
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 23
A. Simpulan ............................................................................................. 23
B. Saran.................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan Pilar terpenting dalam perkembangan kehidupan
suatu bangsa, kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari peran serta
keberhasilan pendidikan pada lembaga tersebut yang tercermin dalam mutu
atau kualitas yang di hasilkan. Untuk menciptakan lembaga pendidikan yang
bermutu tidak terlepas dari peran dan komitmen dari seluruh stackholder yang
ada pada lingkunganpendidikan tersebut.
Pada tahun 2003 pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang
nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diperkuat dengan
Undang Undang nomor 15 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Peningkatan
mutu pendidikan di sekolah dapat di lakukan melalui supervisi yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah. Istilah supervisi pendidikan sudah menjadi
perbincangan hangat di negara-negara maju, untuk lebih mendalami tentang
makna “supervisi, di jelaskan oleh Poerwanto dalam Sulhan (2012) bahwa
supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang di rencanakan untuk
membantu guru dan pegawai sekolah lainnya untuk membantu pekerjaan
mereka secara efektif.” Pendapat yang hampir sama juga di utarakan oleh
Burton dan Bruckner bahwa supervise adalah suatu teknik pelayanan yang
tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak (Sahertian, 2000).”
Proses keberhasilan penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari
peran serta guru dalam pelaksanaannya. Pendidikan yang berkualitas dapat
dilihat dari tingkatan guru dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai
pendidik yang profesional. Guru yang profesional akan dapat mengelola
proses pembelajaran dengan baik sehingga dalam proses belajar mengajar
tercipta situasi yang kondusif yang memungkinkan peserta didik secara
leluasa dapat mengembangkan bakat dan minatnya secara optimal.

1
Agar proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru sesuai dengan
ketentuan yang terdapat pada standar proses sehingga dapat berjalan secara
efektif dan efesien maka perlu adanya pengawasan atau supervisi.
Menurut M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Administrasi dan
Pengawasan Pendidikan (2008) menyampaikan pengertian bahwa supervisi
pendidikan adalah suatu kegiatan pelatihan yang ditujukan untuk membantu
guru dan pegawai sekolah lainnya agar dapat melaksanakan pekerjaannya
secara efektif (Ngalim Purwanto, 2008: 65). Suharsini Arikunto mengatakan
dalam bukunya Dasar-dasar Supervisi (2006) bahwa supervisi pendidikan
adalah pelatihan yang diberikan kepada semua staf sekolah agar mereka dapat
meningkatkan kemampuannya untuk mengembangkan situasi pembelajaran
dengan baik (Suharsimi Arikunto, 2006: 38).
Supervisi pendidikan atau lebih dikenal dengan istilah pengawasan atau
manajemen pendidikan mencakup konsep-konsep dasar yang saling berkaitan
satu sama lain. Konsep dasar supervise pendidikan dapat dijelaskan dengan
menggunakan beberapa hal mendasar tentang konsep supervisi pendidikan itu
sendiri. Kegiatan pendidikan berbeda dengan mengajar atau pengajaran.
Pendidikan adalah proses pendewasaan yang dilakukan oleh seorang guru
atau pendidik terhadap peserta didik dengan memberikan rangsangan positif
yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan dalam
pengajaran itu sendiri hanya mencakup pengertian kognitif bahwa mengajar
adalah transfer pengetahuan tanpa sikap dan kreativitas siswa. Oleh karena
itu, pendidikan harus diarahkan atau diawasi oleh pengawas yang dapat
disebut sebagai kepala sekolah dan pengawas lain dari dinas pendidikan.
Pengawasan di sini adalah kerja kepemimpinan yang ditujukan untuk
meningkatkan kinerja pendidik dan personel sekolah lainnya melalui
pengarahan dan bimbingan yang baik, serta memberikan kontribusi pada
praktik atau metode pendidikan yang baik dan profesional.
Dalam perkembangannya, supervisi pendidikan memberikan pengaruh
yang baik bagi perkembangan pendidikan Indonesia sebagai topik bahasan

2
utama yang dibahas didalamnya, sehingga pendidik memiliki kemampuan
mengajar secara kreatif, aktif, efektif dan inovatif.
Untuk menyamakan tujuan dan manajemen pendidikan, maka peran
pengawas atau supervisor menjadi kunci terpenting untuk mencapai hal
tersebut. Pengawas atau supervisor menjadi pengendali dalam pelaksanaan
dan peningkatan pendidikan. Masih banyak kegiatan lain yang harus
dilakukan supervisi pendidikan dalam menjalankan tugasnya. Kegiatan
supervisi atau pengawasan bertujuan untuk meningkatkan kinerja pendidik
dan personel sekolah lainnya dengan memberikan arahan dan bimbingan yang
baik serta masukan dalam praktik atau metode pendidikan yang baik dan
profesional. Tentu saja ketika mengadakan supervise pendidikan, harus
mengikuti prinsip dan mengetahui tujuan/sasaran dari supervisi itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja implementasi prinsip-prinsip umum supervisi pendidikan?
2. Apa saja implementasi prinsip supervisi pendidikan?
3. Apa saja implementasi sasaran supervisi pendidikan?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui implementasi prinsip-prinsip umum supervisi
pendidikan?
2. Untuk mengetahui implementasi prinsip supervisi pendidikan?
3. Untuk mengetahui sasaran implementasi supervisi pendidikan?

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang bersifat teoritis
maupun praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan bagi pengembangan ilmu pendidikan terutama yang

3
berhubungan dengan supervisi akademik serta kaitannya dengan kinerja
guru. Hasil temuan dalam penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi
bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-
pihak yang berkepentingan guna melakukan penelitian lebih lanjut
terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam
penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan
manfaat untuk perbaikan kualitas pendidikan dan pembelajaran
terutama bagi Kepala Sekolah, Pengawas, dan guru di sekolah:
a) Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan guru dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi dalam proses kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat lebih
meningkatkan kualitas pembelajarannya.
b) Bagi Pengawas, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai salah satu masukan dan bahan pertimbangan dalam penetapan
model pembinaan dan layanan supervisi terhadap efektivitas mengajar
guru di sekolah.
c) Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai salah satu masukan dan bahan pertimbangan dalam
model pembinaan terhadap guru dalam meningkatkan kinerja

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Prinsip-Prinsip Umum Supervisi Pendidikan
Supervisor dalam melaksanakan supervisi hendaknya berpedoman
pada prinsip-prinsip supervisi. Menurut Riva’i dalam buku Administrasi dan
Pengawasan Pendidikan (Risnawati, 2014: 233), prinsip supervisi secara
garis besar dapat dibagi menjadi dua prinsip yaitu prinsip praktis dan prinsip
dasar/fundamental. Prinsip fundamental adalah asas pokok dari segala asas,
yaitu pancasila. Dalam hal ini, setiap kegiatan supervisi yang dilakukan
harus selalu berpedoman pada Pancasila. Artinya, bahwa tindakan dan sikap
supervisor tidak boleh bertentangan dengan semua nilai pancasila.
Prinsip praktis dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu prinsip
positif dan negatif. Prinsip positif adalah prinsip yang harus diikuti oleh
supervisor, sedangkan prinsip negatif adalah prinsip yang harus dihindari
oleh supervisor.
a. Prinsip-prinsip positif
1) Supervisi harus kreatif dan konstruktif
Supervisi diharapkan dapat mendorong inisiatif guru dan
mendorong mereka untuk aktif mengembangkan bakat atau
keterampilannya.
2) Supervisi harus didasarkan pada profesional bukan pada hubungan
pribadi
Supervisor dan guru harus menghormati status profesional masing-
masing. Mereka harus bekerja sama atas dasar kesetaraan, bukan
atas dasar persahabatan pribadi.
3) Supervisor harus mampu mengembangkan keterampilan
kepemimpinan
Hakikat bimbingan adalah membina, jadi tujuannya adalah
menggunakan pembinaan untuk mengembangkan keterampilan dan

5
bakat seseorang, bukan untuk terusmenerus mengoreksi kelemahan
guru.
4) Supervisor harus mampu menanamkan rasa aman fisik dan mental
kepada guru
Melalui kegiatan supervisi, guru hendaknya merasa bebas
mengemukakan pendapatnya, tidak merasa tertekan, dan tidak
dikejar-kejar tugas. Untuk memberikan rasa aman tersebut,
supervisor harus menghindari faktor-faktor yang dapat
menimbulkan tekanan dan perasaan tidak mampu pada diri guru.
Faktor-faktor tersebut antara lain perlakuan tidak adil, konflik antar
rekan kerja, kepemimpinan yang tidak konsisten, pimpinan yang
tidak sabar, dan kurangnya otoritas.
5) Supervisi harus progresif
Supervisor harus menawarkan pelatihan yang bersifat konstruktif
dan dilaksanakan secara langkah demi langkah/bertahap. Dalam
hal ini supervisor harus sabar dan tidak mudah menyerah.
6) Supervisi harus Memperhatikan kesejahteraan guru dan tenaga
pengajar serta kerjasama yang baik
Supervisor harus memperhatikan dinamika kelompok dan
kondisinya serta berusaha menciptakan hubungan yang harmonis
antar bawahan.
7) Kegiatan Supervisi atau pengawasan harus berdasarkan keadaan
yang faktual
Supervisi akan lebih efektif bila dimulai dengan kondisi aktual,
bukan kondisi asumsi. Dengan demikian, bantuan yang ditawarkan
sesuai dengan kebutuhan guru saat ini.
8) Supervisi harus sederhana dan informal dalam praktiknya
Supervisor harus sederhana dalam pikiran dan tindakan, dan
pakaian sederhana juga sama pentingnya. Dipercayai bahwa
kesederhanaan manajer mengurangi jarak antara supervisor dan

6
orang yang di supervisi, terutama ketika diimplementasikan dalam
kegiatan yang informal (kekeluargaan).
9) Supervisi harus objektif dan self-evaluative
Prinsip ini lebih ditujukan kepada pengawas/supervisor, yaitu
supervisor harus objektif dan mampu menilai kemajuan dan
kegagalan yang dialami oleh mereka sendiri.

Soetopo dan Soemanto (1988) menambahkan prinsip positif di atas


sebagai berikut:
1) Supervisor harus selalu mempertimbangkan keterampilan dan
sikap atasan juga kapasitas yang dikendalikan harus
dipertimbangkan. Supervisor juga perlu mengetahui orang-
orang yang mereka awasi.
2) Supervisi bersifat kolaboratif dan melibatkan anggota dalam
pelaksanaan berbagai program pembinaan konseling. Ada
kerjasama antara pengawas dan guru untuk memastikan bahwa
semua program dilaksanakan dengan baik.
3) Semua guru membutuhkan dan berhak mendapatkan bantuan
konseling. Seorang supervisor tidak boleh mengutamakan
nasihat karena semua guru memiliki hak yang sama.
4) Supervisor harus membantu meningkatkan sikap dan hubungan
interpersonal semua personel sekolah. Hubungan antar anggota
sangat menentukan keberhasilan sekolah dalam mencapai
tujuannya. Oleh karena itu, ketika terjadi hubungan yang
kurang baik antara anggota lainnya, maka supervisor harus
memperbaiki sikap dan hubungan tersebut melalui kegiatan
konseling (Risnawati, 2014: 235).

7
b. Prinsip-prinsip negatif
Dalam bukunya Kepemimpinan dan Pengawasan Pendidikan (1988),
Soetopo dan Soemanto memaparkan beberapa prinsip negatif
pengawasan, yaitu:
1) Supervisor tidak boleh otoriter
2) Supervisor tidak boleh mengkritik guru
3) Supervisor bukanlah seorang inspektur yang tugasnya memeriksa
apakah aturan dan instruksi yang diberikan diikuti dengan benar
4) Supervisor tidak boleh berpikir bahwa dia lebih tinggi dari guru
5) Supervisor hendaknya tidak terlalu memperhatikan hal-hal kecil
dalam gaya mengajar guru
6) Seorang supervisor tidak boleh mudah kecewa ketika mengalami
kegagalan.

Dalam bukunya Dasar-Dasar dan Teknik Pengawasan Pendidikan


(2000), Sahertian mengemukakan bahwa pimpinan pendidikan yang
berperan sebagai supervisor dalam melakukan pengawasan menggunakan
prinsip-prinsip pengawasan sebagai berikut:
1. Ilmiah, yang meliputi bagian-bagian berikut:
a. Sistematis, yaitu dilaksanakan secara teratur, terencana dan
berkesinambungan.
b. Objektif, artinya informasi yang diperoleh didasarkan pada
pengamatan yang sebenarnya, bukan interpretasi pribadi.
c. Penggunaan alat/instrumen yang dapat memberikan umpan balik
dalam evaluasi proses belajar mengajar. Alat tersebut dapat
berupa angket, pedoman observasi dan lain-lain.
2. Demokratis: Menumbuhkan prinsip kebijaksanaan, jiwa kekeluargaan
yang kuat dan kemampuan menerima pendapat orang lain. Jika
memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan guru, sebaiknya
libatkan guru dalam proses pengambilan keputusan agar tidak banyak
kendala dalam pelaksanaannya. Perilaku ini juga mencerminkan

8
bahwa supervisor memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat dan mampu
menerima pendapat orang lain. Prinsip demokrasi menghendaki
peningkatan harga diri dan martabat guru, bukan atas dasar atasan dan
bawahan, tetapi atas dasar rasa kekeluargaan. Pelayanan dan bantuan
yang diberikan kepada guru didasarkan pada hubungan antarmanusia
yang erat dan hangat, sehingga guru merasa aman dalam
melaksanakan tugasnya.
3. Koperatif :Semua pegawai sekolah dapat bekerja sama,
mengembangkan kerja bersama untuk menciptakan situasi belajar
mengajar yang lebih baik. Prinsip kerjasama berarti mengembangkan
kerjasama, berbagi ide, berbagi pengalaman, mendukung guru,
mendorong mereka untuk merasakan bahwa mereka tumbuh bersama.
4. Konstruktif dan kreatif: Mendorong inisiatif guru sendiri dan secara
aktif mendorong mereka untuk menciptakan suasana di mana setiap
orang dapat merasa aman dan mengembangkan potensinya. Dengan
prinsip konstruktif dan kreatif, setiap guru merasa terpacu untuk
mengembangkan potensi kreatifnya. Supervisor harus mampu
menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan dengan cara
yang mengintimidasi. Pengawasan dalam kegiatan supervise juga
harus memperhatikan asas-asas pancasila yang merupakan asas pokok
dan landasan utama bagi pelaksanaan tugas dan kewajiban (Sahertian,
2000: 126).

2. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Supervisi Pendidikan


Sebagai seorang supervisor harus memahami prinsip-prinsip atau azas
supervisi pendidikan untuk dapat di gunakan sebagai landasan
melaksanakan supervisi demi untuk mencapai kesuksesan. Berbagai
permasalahan yang di ketemukan di lapangan dalam pelaksanaan supervisi
ialah bagaimana mengubah mindset yang bersifat otokrat dan korektif
menjadi sikap yang kreatif dan konstruktif, yaitu suatu sikap menciptakan
suasana aman dan nyaman dan di terima sebagai subjek yang berdiri sendiri

9
dan dapat mengembangkan diri, untuk itu supervisi harus dilaksanakan
dengan menerapkan prinsip-prinsip pada konteks tersebut, “Sahertian
Dalam Risnawati mengemukan prinsip-prinsip pelaksanaan supervisi
Pendidikan (Risnawati, 2016) adalah:
a. Prinsip Ilmiah (scientific)
Supervisi di laksanakan secara berencana, teratur dan
berkelanjutan. Jadi supervisi harus di rencanakan terlebih dahulu, dan
supervisi yang dilakukan berdasarkan data dan fakta apa adanya
melalui observasi atau pengamatan. Supervisi hendaknya menggunakan
instrumen atau angket atau pedoman observasi.
b. Demokratis
Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya menjunjung tinggi asas
musyawarah, dalampengambilan keputusan, sehingga segala hambatan
dan permasalahn dapat di atasi. Supervisor tidak boleh bertindak egois
menyebabkan guru merasa terbebabani dengan pelaksanaan kegiatan
supervisi tersebut. Demokratis di maksudkan untuk menjunjung harkat
dan martabat guru.
c. Kooperatif (Prinsip kerjasama)
Saling berbagi ide (sharing of idea) dan saling berbagi
pengalaman (sharing of experience, memberi dorongan , menstimulasi
guru sehingga mereka merasa tumbuh bersama. Dengan terbangun
kerjasama antara supervisor dan pihak sekolah, akan menciptakan
situasi belajar mengajar yang baik.
d. Konstruktif dan Kreatif
Membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif
menciptakan suasana di mana setiap orang merasa aman dan dapat
menggunakan pontensinya (Sahertian & Mataheru, 1981).

Selain prinsip di atas, Arikunto dalam Azis (2016) menjelaskan beberapa


prinsip dari supervisi dengan menambahkan beberapa prinsip berikut ini :

10
a. Prinsip Keterbukaan
Supervisi di lakukan dengan suasana terbuka tidak sembunyi-
sembunyi tetapi dilakukan secara terus terangan sehingga guru di
informasikan terlebih dahulu mengenai jadwal supervisi yang akan
dilakukan. Supervisi bukan hanya mengarah pada satu unsur yaitu guru
tapi juga mencakup semua unsur yang ada di sekolah, seperti kepala
sekolah, pegawai tata usaha, bendahara sekolah, kurikulum,
pembiayaan, humas, sarana prasarana,dan tata laksana. Pendapat yang
dikemukakan oleh Gunawan (1996) bahwa prisnip supervisi meliputi
beberapa prinsip yaitu:
b. Prinsip Fundamental / Dasar
Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara, sehingga bagi
supervisor pancasila merupakan prinsip dasarnya.seluruh supervisor
harus menjalankan dan mengamalkan ajaran pancasila secara murni,
dan konsekwen.
c. Prinsip Praktis
Prinsip praktis berpedoman kepada prinsip positif dan negatif.
Prinsip Positif meliputi aspek berikut ini : (1) supervisi harus
konstruktif dan kreatif, (2) Supervisi dilaksanakan berdasarkan
hubungan professional bukan karena kedekatan dan hubungan
pribadi.(3) supervisi hendaklah progresif, tekun, sabar, tabah dan
tawakkal (4) supervisi hendaklah dapat mengembangkan potensi,
bakat, dan kesanggupan, untuk mencapai kemajuan, (5) supervisi
hendaklah memperhatikan kesejahteraan serta hubungan baik yang
dinamis, (6) supervisi hendaklah bertolak dari keadaan yang nyata
menuju sesuatu yang di cita-citakan.
Prinsip negatif juga di kemukakan oleh beliau yang berhubungan
dengan supervisi pendidikan yaitu: (1) Tidak boleh memaksakan
kehendak (otoriter), sedapat mungkin tidak menonjolkan jabatan atau
kekuasaaan agar tidak menghambat kreativitas bawahan, (2) Supervisi
tidak boleh dilakukan karena adanya hubungan pribadi, keluarga dan

11
perkoncoan, (3) Supervisi tidak menutup kemungkinan terhadap
perkembangan bawahan untuk maju,(4) Tidak boleh mengekploitasi
bawahan, (5) Supervisi tidak boleh menuntut prestasi di luar
kemampuan bawahan, (6) Supervisi tidak boleh egois, tidak jujur dan
menutup diri terhadap kritik dan saran dari bawahan (Gunawan, 1996).

Berdasarkan paparan di atas bahwa prinsip dalam pelaksanaan


supervisi berhubungan dengan berbagai hal diantaranya posisi / jabatan /
kedudukan, situasi, keadaan dan motivasi. Prinsip dalam supervisi ini
harus di jelaskan supaya pelaksanaan kegiatan supervisi berhasil sesuai
dengan tujuan yang di harapkan, para supervisor hendaklah bersifat
simpati kepada yang di supervisi, karena tujuan dari supervisi ini adalah
menuju kearah perbaikan bukan mencari kesalahan.
Pendapat yang tidak jauh berbeda tentang prinsip pelaksanaan
supervisi, seperti yang di jelaskan oleh Sagala sebagai berikut ini:
Ilmiah, prinsip ilmiah pada dasarnya sama dengan pendapat para ahli
yang sudah di jelaskan di atas, yaitu tersusun secara sistematis dan
objektif.
Kooperatif, berpegang pada satu prinsip yaitu prinsip kerjasama antara
supervisor dengan yang di supervisi.
Konstruktif dan kreatif, yaitu selalu berinisiatif dalam mengembangkan
situasi belajar.
Realistik, yaitu berhadapan dengan situasi dan kondisi yang benar-benar
ada dan nyataadanya , bukan situasi abstrak.
Progresif, yaitu apa yang dilakukan guru dapat melahirkan dan
meciptakan pembelajaran yang semakin maju sehingga mampu
menghadapi arus globalisasi.
Inovatif, supervisi pendidikan selalu memberikan perubahan dengan
penemuan penemuan baru dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu
(Sagala, 2009).

12
Arikunto (2004) menjelaskan bahwa supervisi pendidikan harus
memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan
kepada guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi
kesulitan dan bukan untuk mencari masalah;
2) Pemberian bantuan danbimbingan dilakukan secara langsung;
3) Apabila pengawas atau kepala sekolah merencanakan akan memberikan
saran atau umpan balik, sebaiknya di sampaikan segera mungkin agar tidak
lupa, dalam memberikan umpan balik sebaiknya supervisor memberikan
kesempatan kepada yang di supervisi untuk mengajukan pertanyaan atau
tanggapan;
4) Kegiatan supervisi sebaiknya di lakukan secara berkala;
5) Suasana yang terjadi selama supervise berlangsung hendaknya
mencerminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dengan yang
di supervisi. Untuk menjaga agar apa yang di lakukan atau di ketemukan
tidak hilang atau tidak terlupakan sebaiknya supervisor membuat catatan
singkat berisi hal-hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan.
Pendapat tentang prinsip supervisi yang di jelaskan oleh para ahli menjadi
acuan dan pedoman dalam pelaksanaan supervisi, agar supervisi dapat
terlaksana dengan baik maka haruslah memperhatikan prisnip-prinsip yang
sudah di tetatpkan, yang terpenting dalam pelaksanaan supervisi adalah adanya
perbaikan bersifat ilmiah, kerjasama, progresif, inovatif sehingga
menghasilkan perubahan kepada arah yang lebih baik.
Di dunia pendidikan pelaksanaan supervisi pun di perlukan komunikasi yang
baik, komunikasi yang baik perlu di bangun antara atasan dan bawahan atau
antara supervisor dengan yang di supervisi agar pesan yang di sampaikan oleh
supervisor dapat di pahami bersama sehingga tujuan yang di harapkan dapat
terwujud, oleh karena itu antara supervisor dan yang di supervisi harus
memahami teori komunikasi.

13
3. Sasaran Supervisi Pendidikan

Objek kajian supervisi adalah perbaikan situasi belajar mengajar.


Tujuan utama dari pelaksanaan kegiatan supervise ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan profesional para guru, sehingga meningkatkan
proses pembelajaran siswa dengan demikian kualitas lulusan sekolah akan
meningkat.
Dalam buku Konsep Dasar Pengawasan karya Suharsimi Arikunto
(2006), obyek pemeriksaan dalam arti obyek kajian supervise terdiri dari
tiga bentuk, yaitu:
a. Supervisi Akademik
Berfokus pada observasi atau pengawasan pada kegiatan-kegiatan
akademik, yaitu hal-hal yang terjadi dalam lingkungan belajar ketika
siswa mempelajari sesuatu.
b. Supervisi Administrasi/Tata Kelola
Berfokus pada pengamatan supervisor pada aspek administrasi yang
mendukung dan memperlancar pelaksanaan pembelajaran.
c. Supervisi Lembaga
Berfokus pada pengamatan supervisor untuk aspek-aspek yang ada di
sekolah. Tujuan dari supervisi ini adalah untuk meningkatkan reputasi
sekolah atau efektivitas sekolah secara keseluruhan. Sebagai contoh:
Ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah), perpustakaan dan lain-lain.

Adapun sasaran supervisi pendidikan menurut Prof. Sahertian adalah


sebagai berikut (Piet A. Sahertian, 2008:27):
1. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum
Pengalaman menunjukkan bahwa terjadi pembaharuan kurikulum
berkali-kali sejak tahun 1975 hingga sekarang. Oleh karena itu, perlu
sekali ada orang yang bertugas untuk membina dan menterjemahkan
serta menjelaskan latar belakang dan konsep dasar dari kurikulum yang
akan diterapkan itu kepada guru-guru. Selain itu, para supervisor
bertugas untuk memberikan pengertian tentang apa kurikulum itu,

14
pendekatan yang digunakan dalam kurikulum, kegiatan dan
pengalaman belajar, serta model pengembangan kurikulum yang
hendak diterapkan.
2. Perbaikan dan Penyempurnaan pembelajaran Proses pembelajaran
mengacu pada rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa
di bawah bimbingan guru. Beberapa tugas belajar yang disusun oleh
Paul B. Diedrich adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan mengamati (visual activities)
b. Kegiatan mendengarkan (listening activities)
c. Kegiatan berbicara (oral activities)
d. Kegiatan menggambarkan (drawing activities)
e. Kegiatan melalui gerak (motor activities)
f. Kegiatan mental (mental activities) seperti menganalisis,
memecahkan masalah, dan mengambil keputusan
g. Kegiatan menulis (writing activities).
Melalui berbagai kegiatan belajar tersebut, siswa menerima banyak
pengalaman belajar (learning experience). Belajar tidak hanya tentang
menguasai pengetahuan materi, tetapi juga tentang mengumpulkan
berbagai pengalaman belajar. Selain tujuan, juga dikembangkan
kegiatan pembelajaran, pengalaman belajar, berbagai keterampilan
mengajar, seperti keterampilan penjelasan, keterampilan motivasi,
keterampilan penguatan dan keterampilan manajemen kelas.
3. Pengembangan Sumber Daya Guru dan Staf Sekolah
Topik supervise penting lainnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan
administrasi personil. Panduan ini diharapkan dapat menginspirasi para
guru dan staf sekolah lainnya untuk melakukan tugas mereka dengan
sebaik-baiknya. Dalam mengembangkan sumber daya manusia, sekolah
perlu melakukan peningkatan kualitas dan kompetensi guru dan
pegawai sekolah, misalnya dengan mengadakan workshop, seminar,
inservice-training dan up-grading. Pengembangan keprofesian/
inservice-training meliputi semua kegiatan yang diberikan dan diterima

15
oleh pelaku pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman guru dalam melaksanakan
tugasnya (Ngalim Purwanto, 2007: 96). Menurut gagasan supervisi
modern, inservice-training atau pendidikan dalam jabatan merupakan
bagian penting dari program bimbingan yang harus diselenggarakan
oleh sekolah-sekolah untuk menyelesaikan kebutuhan mereka sendiri
dan memecahkan masalah sehari-hari yang membutuhkan solusi segera.
Program pelatihan ini dilakukan oleh tutor lokal atau dengan dukungan
ahli pelatihan. Program inservicetraining dapat berupa berbagai
kegiatan seperti kursus, lokakarya, seminar, kajian kurikulum,
demonstrasi pengajaran menggunakan metode baru, kunjungan ke
sekolah-sekolah di luar daerah dan persiapan khusus untuk tugas
mengajar baru. Up-grading adalah upaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan kompetensi guru dan guru lainnya dengan cara
memperluas dan memperdalam kompetensinya. Perbedaan yang jelas
antara inservice-training dan up-grading adalah bahwa up-grading
memiliki dampak sipil yang lebih kuat pada tugas atau status pegawai
yang dipromosikan (Ngalim Purwanto, 2007:96).

4. Kinerja Guru

Banyak batasan yang diberikan para ahli mengenai istilah kinerja.


Walaupun berbeda dalam tekanan rumusannya namun secara prinsip
tampaknya sejalan mengenai proses pencapaian hasil.
Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).
Sehingga dapat didefinisikan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.

16
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai
sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan
seseorang. Sedangkan menurut Hadari Nawawi mengaitkan kinerja sebagai
prestasi seseorang dalam suatu bidang atau keahlian tertentu, dalam,
melaksanakan tugasnya ataupun pekerjaannya yang didelegasikan dari
atasannya dengan efektif dan efisien. Lebih lanjut beliau mengungkapkan
bahwa kinerja adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam
melakukan sesuatu pekerjaan, sehingga terlihat prestasi pekerjaannya dalam
mencapai tujuan. Menurut Gibson, Cevich dan Donelly bahwa kinerja
sebagai prestasi kerja dari perilaku. Prestasi kerja itu ditentukan oleh
kemampuan bekerja, baik terhadap cakupan kerja maupun kualitas kerja
secara menyeluruh.
Guru yang maksud adalah orang yang pekerjaannya sebagai pengajar
di sekolah. Tugas guru dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:
Pertama, tugas dalam bidang profesi. Guru merupakan suatu profesi yang
rnemerlukan keahlian khusus, jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh
orang yang tidak memiliki kapabilitas di bidang pendidikan. Tugas guru
sebagai profesi meliputi aspek mendidik yaitu meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan keterampilan kepada siswa, dan melatih. Kedua, tugas
kemanusiaan. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah menjadikan
dirinya sebagai orang tua kedua dari siswa. Ia harus mampu menarik simpati
sehingga dapat menjadi panutan para siswanya. Pelajaran apapun yang
diberikannya hendaknya dapat dijadikan motivasi bagi siswa dalam belajar.
Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka
kegagalan pertama adalah ia tidak dapat menanamkan benih pengajarannya
itu kepada para siswa. Ketiga, tugas dalam bidang kemasyarakatan.
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di
lingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat
memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban
mencerdaskan bangsa menuju kepada pembentukan manusia seutuhnya.

17
Tugas guru sebagai pendidik dan pengajar dimaksudkan untuk membantu
orang tua dalam memenuhi kebutuhan untuk memberi bekal pada anak-anak
agar memperoleh kehidupan yang layak setelah mencapai kedewasaannya
kelak. Kemudian guru seharusnya dapat menjalankan fungsinya,
diantaranya mengajar (teaching) yaitu memindahkan ilmu pengetahuan,
pelatihan (training) yaitu membimbing keterampilan tertentu dan coaching
yaitu memberdayakan potensi individu dari masing-masing siswa yang
menjadi anak didiknya.
Dari uraian guru di atas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah tujuan
dari pendidikan dan pengajaran tersebut. Dengan demikian kinerja guru
dapat dilihat dari perbuatan atau kegiatan belaiar mengajar di dalam kelas,
seperti yang dikemukaken oleh Roman J. Aldag dan Stearns, kinerja adalah
seperti pengambilan keputusan pada waktu mengajar di kelas.

Menurut Suryo Subroto yang dimaksud dengan kinerja guru dalam


proses belaiar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru
dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan
peserta didik yang mencakup suasana kognitif, afektif dan
psikomotorik sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan
perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar
mencapai tujuan pengajaran

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja


adalah kemampuan kerja seseorang yang diwujudkan dalam tingkah laku
yang ditampilkan. Dengan demikian yang dimaksud dengan kinerja guru
dalam tulisan ini adalah sebagai keberhasilan guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar yang bermutu, meliputi aspek: kesetiaan dan
komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan
mengembangkan metode, menguasai bahan pelajaran dan menggunakan
sumber belajar, bertanggung jawab memantau hasil belajar mengajar,
kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam
melaksanakan pengajaran, melakukan interaksi dengan murid untuk
menimbulkan motivasi, kepribadian yang baik, jujur dan obyektif dalam
membimbing siswa, mampu berfikir sistematis tentang apa yang
dilakukannya, dan dalam administrasi pengajaran.

18
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

A. Pembahasan
1. Prinsip Prinsip Supervisi

Sesuai dengan Prinsip prinsip supervisi Pendidikan seluruh kegiatan


supervisi harus berbasis pada kriteria yang telah di jelaskan pada bab
sebelumnya yaitu Praktis, mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
Sistematis, yaitu dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi
yang matang dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Objektif, artinya
masukan sesuai dengan aspek-aspek instrumen. Realistis, artinya
berdasarkan kenyataan sebenarnya. Antisipatif, artinya kegiatan supervisi
mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin terjadi. Konstruktif,
artinya dengan adanya kegiatan supervisi mampu mengembangkan
kreatifitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran.
Kooperatif, artinya dalam supervisi ada kerja sama yang baik antara
supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran.
Kekeluargaan, artinya kegiatan supervisi mempertimbangkan saling asah,
asih, dan asuh, dalam mengembangkan pembelajaran. Demokratis,
artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi
akademik. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusian yang
harmonis, terbuka, jujur, sabar antusias, dan penuh humor.
Berkesinambungan, artinya supervise dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan oleh kepala sekolah. Terpadu, artinya menyatu dengan
program pendidikan. Komprehensif, artinya memenuhi tujuan supervisi
pendidikan.

Hasil Analisis menunjukkan bahwa supervisi Pendidikan merupakan


kegiatan rutin yang dilakukan oleh setiap Lembaga Pendidikan yang
pelaksanaannya bias di awal tahun, pada pertengahan tahun ataupun di

19
akhir tahun. Kegiatan super visi melibatkan seluruh personel sekolah
dalam perencanaan program supervisi : Kepala Sekolah, wakil kepala
sekolah, guru, dan komite. Yang terdiri dari program tahunan dan
program semester. Hasil yang telah baik akan ditingkatkan dan
dipertahankan, sedangkan hasil yang belum maksimal menjadi program
lanjutan pada penyusunan program pada tahun ajaran baru. Program-
program yang disusun adalah rapat manajemen sekolah untuk
pelaksanaan supervisi akademik, pelaksana supervisi administrasi
pembelajaran, supervisi kegiatan pembelajaran,

2. Evaluasi Supervisi
Setelah melaksanakan supervisi tentunya evaluasi wajib dilaksanakan
untuk mengetahui sejauh mana program dan kegiatan dilaksanakan.
Pertama evaluasi yang bersifat makro subyeknya adalah program
pendidikan, yaitu program yang direncanakan untuk memperbaiki sektor
pendidikan. Sedangkan tujuan evaluasi mikro sering diterapkan di tingkat
kelas. Oleh karena itu tujuan evaluasi mikro adalah program pembelajaran
di kelas dan yang bertanggung jawab adalah guru. Guru memiliki
tanggung jawab merumuskan dan melaksanakan program pembelajaran di
kelas, sedangkan pimpinan sekolah bertanggungjawab untuk mengevaluasi
program pembelajaran di tingkat makro termasuk program yang
direncanakan dan dilaksanakan oleh guru.
3. Rencana Tindak lanjut supervisi
Rencana tindak lanjut supervisi bisa berbentuk penguatan program
atau kegiatan yang dianggap masih kurang ataupun berupa penghargaan
yang berbentuk materi ataupun promosi kepada Guru yang menunjukkan
kinerja yang memenuhi bahkan melampaui standar. Juga bisa berupa
pemberian kesempatan untuk mengikuti program pengembangan
keprofesian berkelanjutan

20
B. Hasil Analisis
Pelaksanaan supervisi Pendidikan di sebuah sekolah bisa dirinci
tahapanya sebagai berikut:
1. Perencanaan, meliputi:
a. Analisis kebutuhan supervisi
b. Penyusunan program supervisi
c. Penyusunan standar acuan dalam supervisi
2. Pengorganisasian, meliputi
a. Pembentukan tim pelaksana supervisi
b. Penyusunan jadwal supervisi
3. Pengarahan, meliputi:
a. Pembinaan dan pengarahan kepada tim supervisi terkait tugas pokok
dan fungsi
b. Pelaksanaan supervisi.
4. Pengawasan, meliputi:
a. Pemantauan kegiatan supervisi
b. Pelaporan supervisi
5. Evaluasi supervisi internal. (Sulfemi, 2019 :16)

Supervisi merupakan salah satu implementasi dari fungsi manajemen


yaitu fungsi controlling atau pengawasan yang tujuannya untuk memastikan
seluruh program dan perencanaan yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
individu ataupun kelompok atau lembaga sesuai dengan yang diharapkan.
Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih
humanis, manusiawi. Kegiatan supervise bukan mencari-cari kesalahan
tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan
yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata
kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki dan
ditingkatkan.

21
22
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan tentang supervisi pendidikan


dapat disimpulkan bahwa :
a. Implementasi prinsip supervisi Pendidikan dapat diterapkan sesuai
dengan tujuannnya yaitu untuk meningkatkan kinerja guru.
b. Prinsip supervisi Demokrasi sangat berpengaruh terhadap peningkatan
motivasi guru karena pelaksanannya tidak dianggap sebagai ajang
penghakiman atau mencari kesalahan akan tetapi menjadi sarana
untuk memperbaiki dan mengembangkan potensi yang ada pada setiap
unsur di satuan Pendidikan.
B. Saran
Dari kajian supervisi, penulis mengemukakan saran-saran sebagai
berikut:
a. Dalam melaksanakan supervisi hendaknya dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang sudah disepakati Bersama sehingga tidak merasa
terintimidasi karena sudah mengetahui jadwal pelaksanaan supervisi.
b. Diharapkan bagi guru atau tenaga kependidikan lainnya dapat
menerima hasil supervise dengan hati terbuka dalam rangka
memperbaiki kekurangan dan mengembangkan potensi sumberdaya
yang ada di satuan Pendidikan demi tercapainya peningkatan kinerja
guru dan mutu Pendidikan di satuan Pendidikan

23
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2004). Dasar-dasar supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Azhari, A. (2004). Supervisi rencana program pembelajaran. Jakarta, Rian


Putra.

Azis, R. (2016). Pengantar AdminstrasiPendidikan. Yogyakarta: Sibuku.

Changara, H. (2008). Pengantar Ilmu Komunikasi (Edisi 2). Jakarta: Rajawali


Pers.

David, E. R., Sondakh, M., & Harilama, S. (2017). Pengaruh Konten Vlog dalam
Youtube terhadap PembentukanSikap Mahasiswa Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan PolitikUniversitas Sam Ratulangi. Acta Diurna
Komunikasi, 6(1).
Fiske, J. (2012). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Gunawan, A. H. (1996). Administrasi sekolah:(administrasi pendidikan mikro).


Penerbit Rineka Cipta.

Hendrowati, T., & Istiani, A. (2018).Keterserapan Alumni MahasiswaSTKIP


Muhammadiyah Pringsewu LampungDalam Dunia Pendidikan. Jurnal
Kelitbangan Bappeda Pringsewu, 3(1), 69-76.
Kristiawan, M., Yuniarsih, Y., Fitria, H., & Refika, N. (2019). Supervisi
pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Liliweri, A. (2020). Dasar-dasar komunikasi antar budaya. Yogyakarta
:Pustaka Pelajar.

Mafri, A. (1999). Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam. Jakarta:


PT. Logos Wacana Ilmu.

Muslimah, M. (2017). Etika Komunikasidalam Persfektif Islam. SosialBudaya,


13(2), 115-125.
Nahar, S., Saputra, E., & Anwar, K. (2020). Peran Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Profesionalitas Guru si Sekolah Menengah Pertama Negeri
1 Halongonan Timur Kabupaten Padang Lawas Utara. EDU-RILIGIA:
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam dan Keagamaan, 4(1).

Prasojo, D.L., Sudiyono. (2011). Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: gava


media.

Rachmawati, T. (2016). SupervisiPendidikan Sebagai Upaya Meningkatkan


KinerjaGuru. Coopetition, 7(1), 43.
Rahmat, J. (1996). Islam aktual: refleksi sosial seorang cendekiawan muslim.
Bandung: Mizan.

24
Risnawati. (2011).
Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: AswajaPressindo.

Sahertian, A. P. (2008). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi. Jakarta: Penerbit


Rineka Cipta.

Shihab, Q. M. (1997). Lentera Hati; Kisah dan Hikmah Kehidupan Cet. X.


Bandung: Mizan.

Siddik, D. F. (2006). Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam. Bandung:


Citapustaka Media.

Sulhan, M. (2013). Supervisi Pendidikan: Teori dan Praktek Dalam


Mengembangkan SDM Guru.
Supriadi, B. (2019). Hakikat Supervisi Dalam Pendidikan Islam. Indonesian
Journal of Islamic Educational Management, 2(1), 1-11.

Suryani, C. (2015). Implementasi SupervisiPendidikan dalam Meningkatkan


Proses Pembelajaran di MIN Sukadamai Kota BandaAceh.
JURNAL ILMIAH

Syaiful, Sagala. (2012). Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan.


Bandung: Alfabeta.

Vardiansyah, D. (2008). Filsafat ilmu komunikasi: suatu pengantar. Jakarta:


Indeks.

25
PENDEKATAN SUPERVISI DIREKTIF, NON-
DIREDIREKTIF DAN KOLABORATIF DALAM
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

Untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah

Teori dan Praktik Supervisi Pendidikan


Dosen pengampu :Dr. Hendi Suhendraya Muchtar, M.Pd
Dr. Helmawati, M.MPd.I

1. Dina Septima NIM : 41038103221022


2. Rina Restiana NIM : 41038103221021
3. Ila Aisyah NIM : 41038103221016
4. Anjaswati NIM : 41038103221046
5. Wulansari NIM : 41038103221064
6. Hj Fenti NIM : 41038103221006

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah yang maha Ghofur,
sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda alam
A'ni habibana wanabiyana Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillah atas berkat rahmat Alloh SWT kita bisa menyusun makalah
Pendekatan Supervisi Pendidikan yang berjudul Pendekatan Supervisi dalam
pelaksanaan pembelajaran di sekolah, ini merupakan hasil penelitian yang ditulis
dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori dan Praktik Supervisi
Pendidikan.
Kami sangat menyadari dan kelemahan dalam penulisan makalah ini, oleh
karena itu kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Namun demikian
kami berharap penelitian ini berguna dan bermanfaat sebagai bahan acuan untuk
penelitian-penelitian selanjutnya yang akan memberikan dampak bagi
perkembangan pendidikan di Indonesia.

Penulis

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah ........................................... 3
1. Perumusan Masalah .............................................................................. 3
2. Pembatasan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
1.Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Landasan Teoritis .................................................................................. 7
2. Pengertian Pendekatan supervisi pendidikan ........................................ 7
3. Pendekatan dalam pelaksanaan Supervisi Pendidikan .......................... 9
4. Pelaksanaan Pembelajaran .................................................................... 12
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A. Pembahasan ................................................................................................ 16
B. Hasil Analisis.............................................................................................. 22
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 39

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan pendidikan dan pembelajaran dilembaga pendidikan dapat


berbentuk kegiatan akademik dan non akademik. Kegiatan akademik yang dikenal
sebagai kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang cakupan kegiatan sentral
dalam lembaga pendidikan. Keberhasilan atau kegagalan suatu lembaga pendidikan
sangat tergantung pada aktivitas akademik ini.
Untuk menekankan kualitas pendidikan di sekolah, nampaknya kegiatan
yang menjadi lebih penting dalam proses akademik itu adalah kegiatan pengawasan
seluruh komponen dan aktivitas akademik. Undang-undang No 20 tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional Program peningkatan mutu pendidikan di
sekolah dapat dicapai apabila kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah
berlangsung dengan baik, berdaya guna dan berhasil guna. Hal tersebut dapat
terlaksana apabila ditunjang dengan adanya peningkatan kemampuan personil
pendidikan di sekolah.
Dalam pendidikan salah satu hal yang tidak bisa diabaikan adalah adanya
supervisi. Supervisi penting keberadaanya untuk mengawasi setiap pola dan kinerja
seseorang yang bertujuan untuk efektif dan efisiennya kegiatan di lembaga yang
bersangkutan. Supervisi akademik ini dilakukan untuk memastikan pembelajaran
yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar
Nasional Pendidikan Pasal 12 yaitu: Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b diselenggarakan dalam suasana belajar
yang: interaktif, inspiratif, menyenangkan,

1
2

menantang, memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif, dan memberikan


ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik. Pemimpin sekolah
yang dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang
lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut
itulah pemimpin yang memiiki growt mindset. Dalam hal ini, pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang
memberdayakan. Pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan
mutlak diperlukan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan
terarah. Berikut macam-macam pendekatan supervisi pendekatan direktif,
pendekatan non-direktif dan pendekatan kolaboratif.
Pada mulanya supervisi hanya dipakai dalam lingkungan sekolah yaitu oleh
kepala sekolah terhadap guru-guru atau staf yang berada dibawahnya, seiring
berjalannya waktu dan berkembangnya pendidikan yang sarat dengan berbagai
problema yang muncul, maka kemudian supervisi meluas tidak hanya di lembaga
pendidikan saja tetapi berhubungan dengan pemerintahan yang menaungi
pendidikan, semisal Kemendikbud atau Kemenag dengan menjadikan seseorang
sebagai supervisor dalam rangka mengawasi kinerja dan segala bentuk kegiatan
yang ada dalam proses belajar mengajar di sekolah, terutama mengawasi tugas
kepala sekolah.
Di sekolah, peran kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap mutu dan
kualitas lembaganya, kepala sekolah juga berperan sebagai supervisor, sesuai
dengan Permendikbudristek Nomor 40 Tahun 2021 Tentang Penugasan Guru
sebagai Kepala sekolah, yang dimaksud kepala sekolah adalah guru yang diberi
tugas untuk memimpin pembelajaran dan mengelola satuan pendidikan, untuk
mengawasi dan mengevaluasi kinerja guru-guru dalam rangka perbaikan dan
pengembangan pembelajaran. Namun dalam hal ini kepala sekolah tidak mesti
bersikap otoriter terhadap bawahan (para guru), pengawasan yang diberikan kepala
sekolah terhadap guru adalah melalui pembinaan, pengarahan dan bimbingan yang
baik terhadap para guru dengan maksud meningkatkan profesionalisme guru dan
menigkatkan kualitas dan menjamin mutu pendidikan di lembaga tersebut baik dan
berjalan efektif sesuai dengan visi misi lembaga.
3

Kepala sekolah memiliki kewajiban untuk membina kemampuan guru,


dengan demikian kepala sekolah hendaknya melaksanakan supervisi secara efektif.
Banyaknya masalah yang muncul dalam pendidikan mengharuskan supervisi
dilaksanakan di lembaga pendidikan yaitu untuk memperbaiki mengajar dan belajar
dan untuk membimbing pertumbuhan kemampuan dan kecakapan profesional guru.
Pengawas sekolah memiliki peran yang sangat signifikan dan strategis dalam proses
dan hasil pendidikan yang bermutu di sekolah, yaitu meliputi pemantauan, supervisi,
evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut pengawas yang harus dilakukan secara teratur
dan berkesinambungan.
Kepala sekolah yang bertugas menjadi supervisor, yaitu bertugas mengatur
seluruh aspek kurikulum yang berlaku di sekolah agar dapat memberikan hasil yang
sesuai dengan target yang ditentukan. Maju tidaknya suatu lembaga pendidikan
ditentukan oleh peran kepala sekolah, jika kepala sekolah dapat menjalankan
tugasnya sebagai supervisor dengan baik maka lembaga pendidikan yang
dipimpinnya dapat berjalan baik, supervisi pendidikan memberikan pengaruh besar
terhadap perubahan dan perbaikan pendidikan, baik dari perbaikan kurikulum,
model pembelajaran yang efektif dikelas sehingga tidak menimbulkan kejenuhan
pada peserta didik karena guru yang mengajar dapat menemukan teori-teori dan
cara baru dalam mengembangkan proses belajar mengajar yang baik.
Dengan demikian, supervisi pendidikan bermaksud meningkatkan
kemampuan profesional dan teknis bagi guru, kepala sekolah dan personel sekolah
lainnya agar proses pendidikan di sekolah lebih berkualitas, terutama supervisi
pendidikan dilakukan atas dasar kerjasama, partisipasi dan kolaborasi, bukan
berdasarkan paksaan dan kepatuhan, pada akhirnya dapat menimbulkan kesadaran,
inisiatif dan kreatif personel sekolah.
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

1. Perumusan Masalah

Penting kiranya bagi kita memastikan bahwa supervisi akademik yang kita
jalankan benar-benar berfokus pada proses pembelajaran sebagaimana yang
tertuang dalam standar proses tersebut.Selain bertujuan untuk memastikan
pembelajaran yang berpihak pada murid, supervisi akademik juga bertujuan untuk
pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah sebagaimana
4

tertuang dalam standar tenaga kependidikan pada Standar Nasional Pendidikan


pasal 20 ayat 2. Kriteria minimal kompetensi pendidik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional. Dari pernyataan di atas maka didapatkan
rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana pendekatan supervisi direktif,
non-direktif dan kolaboratif dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah”.
Berdasarkan pernyataan di atas maka didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut :

INSTRUMENTAL INPUT

1. Standar Nasional Pendidikan


pasal 20 ayat 2

2. Permendikbudristek Nomor 40
Tahun 2021

RAW INPUT OUT PUT OUT COME


Kualitas
Kepala Sekolah PROSES pelaksanaan
Kemampuan
1. Jenis-jenis Pendekatan pembelajaran
supervisor yang
supervisi pendidikan kepala sekolah
2. Pendekatan supervisi berkualitas
meningkat
direktif, non-direktif dan
kolaboratif T

ENVIROMENTAL
INPUT
1. Guru
2. Sekolah
3. Dinas Pendidikan

2. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini yaitu meliputi :

a. Bagaimana jenis-jenis pendekatan supervisi pendidikan

b. Bagaimana pendekatan supervisi direktif, non-direktif dan kolaboratif dalam


pelaksanaan pembelajaran di sekolah.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


5

1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian yang dilaksanakan ini yaitu untuk
memperoleh gambaran tentang pendekatan supervisi pendidikan
b. Tujuan Khusus

1) Untuk memperoleh gamabaran jenis-jenis pendekatan supervisi


pendidikan

2) Memperoleh gambaran pelaksanaan pendekatan supervisi


pendekatan supervisi direktif, non-direktif dan kolaboratif dalam
pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dibagi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
Kedua manfaat dimaksud dijelaskan sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis
Pada tataran teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memperoleh teori
baru mengenai pendekatan supervisi pendidkan. Selain itu dapat memperoleh
teori baru tentang pembelajaran yang baik di sekolah.

b. Manfaat Praktis
1). Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan mengetahui
pendekatan supervisi pendidikan dalam pembelajan di sekolah.
2) Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tolak ukur dari penerapan
pendekatan supervisi pendidikan dan sebagai bahan evaluasi bagi guru.
Sehingga pada akhirnya dapat tercipta kemampuan guru dalam yang memiliki
kemampuan sebagai supervisor.

D. Asumsi dan Pertanyaan Penelitian


6

1. Asumsi
Pendekatan supervisi pendidikan dilaksanakan untuk memastikan
pembelajaran yang berpihak pada murid dan pengembangan kompetensi diri
dan dalam setiap pendidikan di sekolah.

Berdasarkan judul yang kami pilih yaitu pendekatan supervisi direktif, non-
direktif dan kolaboratif dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. di
harapkan dapat mengatasi permasalahan dalam pembelajaran.

2. Pertanyaan
Berdasarkan pembatasan masalah yaitu subjek penelitian, objek penelitian dan
parameter penelitian maka :
a. Apa saja jenis jenis pendekatan supervisi pendidikan?

b. Bagaimana pelaksanaan supervisi pendidikan dengan


menggunakan pendekatan direktif , non-direktif dan
kolaboratif ?
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Landasan Teoritis
a. Pengertian Pendekatan supervisi pendidikan

Pendekatan berasal dari kata approach yang memiliki makna


mendekatkan diri kepada objek atau langkah-langkah menuju objek. Sudjana
(2004) membagi pendekatan supervisi menjadi dua, yaitu: pendekatan langsung
(direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact). Pendekatan
pertama dapat disebut dengan pendekatan tatap muka dan kedua pendekatan
menggunakan perantara, seperti melalui surat menyurat, media masa, media
elekronik, radio, kaset, internet dan yang sejenis. Sementara dikenal juga
pendekatan kolaboratif, yaitu pendekatan yang menggabungkan kedua
pendekatan itu. (Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham. (2007). Pendekatan yang
digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada prinsip-prinsip
psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat bergantung
kepada prototipe guru. Sahertian (2000) mengemukakan beberapa pendekatan,
perilaku supervisor berikut.

Administrasi dan supervisi merupakan alat penunjang untuk mencapai tujuan


pendidikan. Demikian halnya juga tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai bila
didalamnya ada kegiatan administrasi dan supervisi secara sistematis dan kontinyu.
Kegiatan administrasi dan supervisi di sekolah dilaksanakan secara menyeluruh,
meliputi hal hal yang berhubungan dengan kurikulum, murid, sarana dan prasarana
dan hubungan sekolah dengan masyarakat (Burhanuddin, 2005, h. 98-99).

Proses interaksi dan hubungan antara pendidik dengan peserta didik adalah
proses pendidikan. Untuk menjalin hubungan yang baik, maka pendidik perlu
mengenal peserta didik dengan baik khususnya dalam kegiatan pembelajaran dalam
suatu sistem dimana pendidik dan peserta didik aktif didalamnya.

7
8

Kegiatan mengajar bagi para pendidik selalu mendapat tantangan maupun


problem yang mengitarinya. Untuk mengatasi problem dan mengatasi
berbagai tantangan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, maka
guru memerlukan bantuan dariseorang yang ahli di bidang pengajaran. Orang
tersebut adalah seorang supervisor yang boleh saja orangnya adalah
pengawas madrasah, kepala madrasah dansejawat guru di madrasah yang
mampu melaksanakan tugas sebagai supervisor. Seorang supervisor dapat
menggunakan berbagai teknik supervisi akademik dalam upaya mngatasi
problem dan tantangan yang dihadapi guru (Sagala, 2010, h. 210).

Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak sedikit orang yang


membicarakannya dan tidak sedikit pula jalan yang ditempuhnya, karena
pendidikan memiliki peran strategis dalam mencetak generasi bangsa, dari
pendidikanlah manusia mendapatkan berbagai macam ilmu yang menjadi
bekal dalam hidupnya, dengan sekolah seseorang bisa mengenal angka,
sejarah, perkembangan dunia dan yang utama dari itu semua, dengan
pendidikan manusia bisa memahami hakikat dirinya sebagai hamba Allah swt.
Menurut Suhertian, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam
supervisi yaitu pendekatan direktif, pendekatan non-direktif dan pendekatan
kolaboratif, ketiga pendekatan tersebut bertitik tolak pada teori psikologi
belajar (Muslim, 2010, h. 46-52).

Dalam dunia pendidikan kita mengenal keberadaan kepala sekolah,


guru, dosen, siswa dan mahasiswa. Ke semua komponen ini memiliki peran
masing- masing dan memiliki pengaruh berbeda-beda dalam mewujudkan
keberhasilan pendidikan. Guru dan dosen berperan sebagai pentransfer ilmu
dan pendidik bagi siswa dan mahasiswa. Sedang siswa dan mahasiswa sebagai
objek didik. Untuk itulah guru diyakini sebagai kunci utama kesuksesan
proses pendidikan dan pada akhirnya juga menjadi kunci utama kemajuan dan
kemunduran.

Keberadaan guru sebagai pentransfer ilmu haruslah memiliki kreatifitas


dalam menyampaikan ilmunya kepada siswa. Apalagi ilmu agama yang
memiliki peran sangat urgen dalam menentukan keselamatan seseorang dunia
9

akhirat, sehinggaguru dituntut tidak hanya kreatif dalam metode penyampaian


tetapi juga memiliki bekal ilmu psikologi. Oleh karena kesuksesan siswa
memahami ilmu yang diberikan guru dipengaruhi oleh banyak faktor, selain
aspek kognitif juga latar belakang keluarga termasuk minat siswa (psikologi
siswa).

Tugas dan tanggung jawab guru yang tidak ringan ini, membutuhkan
adanya orang-orang yang membantu menggali potensi yang dimiliki oleh guru.
Orang-orangyang berfungsi sebagai motivator peningkatan kualitas guru ini
disebut sebagai supervisor, sedangkan aktivitasnya disebut supervisi. Dalam
satuan pendidikan, maka supervisor itu adalah kepala sekolah. Dari kegiatan
supervisi inilah nanti diharapkan bisa meningkatkan kualitas guru dan mencari
solusi atas masalah yang dihadapi guru.

b. Pendekatan umum dalam pelaksanaan Supervisi Pendidikan

Ada beberapa ragam supervisi yang beredar di dunia pendidikan saat ini.
Diantaranya supervisi

a). Pendekatan direktif

Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat


langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh
perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan
pemahaman terhadap psikologi behaviorisme. Prinsip behaviorisme ialah
bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respon terhadap
rangsangan/stimulus. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka
perlu diberikan rangsangan agar dapat bereaksi. Supervisor dapat
menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment).
Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor seperti:
menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, dan memberi contoh (Roestiyah,
2008, h. 20).
Pentingnya supervisi adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional
guru dalam meningkatkan proses hasil belajar melalui pemberian bantuan
yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Jika proses belajar
10

meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga meningkat. Dengan


demikian, rangkaian usaha supervisi profesional guru akan memperlancar
pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar. Secara umum supervisi
memiliki kegunaan untuk memberikan bantuan dalam mengembangkan
situasi belajar mengajar yang lebih baik, melalui usaha peningkatan
profesional mengajar, menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan
pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan
perbaikan dan bilamana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-
kekurangan untuk diperbaiki sendiri (Sahertian, 2008, h. 19-21).
Supervisi berasal dari kata supervision yang terdiri dari dua kata yaitu super
yang berarti lebih dan vision yang berarti melihat atau meninjau. Secara
terminologi supervisi sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan
pada guru, sehingga supervisi secara etimologis mempunyai konsekuensi
disamakannya pengertian supervisi dengan pengawasan dalam pengertian
lama, berupa inspeksi sebagai kegiatan kontrol yang otoriter. Supervisi
sebagai melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas
yang dilakukan oleh pihak atasan (orang yang memiliki kelebihan) terhadap
perwujudan kegiatan dan hasil kerja bawahan. Inspeksi diartikan sebagai
kegiatan menyelidiki kesalahan para bawahan (guru) dalam melaksanakan
instruksi atau perintah serta peraturan dari atasannya. Supervisi terutama
sebagai bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh
kepala sekolah, penilik sekolah, dan pengawas serta supervisor lainnya
untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. Jika yang dimaksudkan
supervisi adalah layanan profesional untuk meningkatkan proses dan hasil
belajar, maka banyak pakar yang memberikan batasan supervisi sebagai
bantuan kepada staf untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih
baik (Sahertian, 2008, h, 16).
Adapun langkah-langkah pendekatan direktif yaitu menjelaskan,
menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolok ukur, dan
menguatkan. Dapat disimpulkan bahwa istilah prilaku supervisi yaitu:
demonstrating (menunjukkan), directing (mengarahkan), standizing
(mempersiapkan), dan reinforcing (memperkuat) (Muslim, 2010, h. 77).
11

Pendekatan ini lahir dari teori psikologi behaviorisme yaitu segala perbuatan
berasal dari rileks, atau respons terhadap rangsangan/stimulus. Oleh karena
itu guru yang mempunyai kekurangan perlu diberikan rangsangan agar guru
bisa bereaksi dengan penguatan (reinforcement) atau hukuman
(punishment). Adapun yang dimaksud dengan pendekatan direktif adalah
cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor
memberikan arahan langsung, dengan tujuan agar guru yang mengalami
problem perlu diberi rangsangan langsung agar ia bisa bereaksi (Muslim,
2010, h. 46). Pendekatan ini lebih tepat digunakan terhadap guru yang acuh
atau tidak bermutu (Muslim, 2010).

b). Pendekatan supervisi non direktif

Pendekatan supervisi non direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah


yang sifatnya tidak langsung. Pendekatan tidak langsung (non direktif)
adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak
langsung, sehingga perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan
permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang
dikemukakan oleh guru.
Secara etimologi pendekatan memiliki arti usaha mendekati, sedangkan
supervisi pendidikan secara terminologi didefinisikan sebagai serangkaian
kegiatan untuk membantu personel sekolah dalam meningkatkan
kemampuannya, sehingga lebih mampu mempertahankan dan melakukan
perubahan penyelenggaraan sekolah dalam rangka meningkatkan
pencapaian tujuan sekolah. Sedangkan kata non direktif bila diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia artinya tidak langsung.
Adapun secara teknis perilaku supervisor dalam pendekatan non direktif ini
adalah: (1) Mendengarkan, dalam artian supervisor mendengarkan terlebih
dahulu laporan-laporan guru baik berupa keberhasilan maupun
permasalahan yang mereka hadapi. Seorang supervisor harus serius
mendengarkan keluhan yang dihadapi guru hingga mengalami masalah
yang sedang dia hadapi; (2) Memberi penguatan, setelah mengetahui
berbagai keluhan yang dialami guru maka perilaku supervisor selanjutnya
12

adalah memberi penguatan. Penguatan ini bisa berupa pujian, atau motivasi.
Motivasi yang positif akan mendorong manusia untuk berbuat positif atau
kebaikan juga. Sehingga dari penguatan yang berupa motivasi positif ini
diharapkan mampu menghilangkan keburukan. Penjelasan supervisor
kepada gurupun hendaknya disesuaikan dengan kapasitas kemampuan guru.
Meskipun supervisi

c). Pendekatan kolaboratif

Pendekatan kolaboratif ini diaplikasikan pada guru yang termasuk kategori guru
energik dan guru konseptor dalam proses supervisi. Perubahan dan perbaikan
merupakan dua frase yang menjadi core values bagi siapa saja yang ingin
mendapatkan hasil terbaik (Ramli, 2005, h.1). Guru yang terlalu sibuk/energik,
guru ini mempunyai tanggung jawab dan komitmen yang tinggi, tetapi tingkat
abstraksinya rendah. Guru ini energik punya kemauan keras, dan antusias dalam
bekerja. Cita- citanya tinggi, ingin berprestasi melalui kerja keras dalam membina
para siswa belajar bermaksud melakukan inovasi dalam pembelajaran agar
lulusannya meningkat. Para siswa sering diberi tugas rumah yang banyak dengan
harapan prestasi mereka meningkat. Tetapi kemauan besar dan niat baik itu
terganjal olehkemampuan umum guru ini yang kurang bagus, yang mengakibatkan
jarang sekaliguru dapat mewujudkan niat baiknya. Terlalu banyak yang ingin digapai
tidak sesuai dengan kemampuannya yang rendah, membuat banyak pekerjaannya
terbengkalai. Guru tukang kritik/konseptor, guru ini pandai membuat konsep-konsep
baru tentang pembelajaran maupun sekolah, tetapi tidak mampu mewujudkan konsep
itu. Hal ini disebabkan rasa tanggung jawab dan komitmennya rendah, walaupun guru
memiliki tingkat abstraksi yang tinggi.

C. Pelaksanaan Pembelajaran
Sebelum dilakukan pembahasan tentang pelaksanaan pembelajaran, maka
disini akan dijelaskan pengertian pelaksanaan dan pembelajaran. Pengertian
pelaksanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2005) pelaksanaan
dapat diartikan sebagai proses, cara, atau perbuatan melaksanakan. Menurut
Santoso Sastropoetro (1982:183) pelaksanaan diartikan sebagai suatu usaha atau
kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mewujudkan rencana atau program
kenyataanya. Sedangkan menurut Abdullah Syukur (1987:40) pelaksanaan
13

merupakan suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau
kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang
strategis maupun operasional atau kebijaksanaan, menjadi kenyataan, guna
mencapai sasaran dari program semula. Berdasarkan pengertian pelaksanaan di atas
dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mewujudkan program atau kebijaksanaan yang telah ditetapkan.
Pembelajaran menurut Jamil Suprihatiningrum (2013:75) “Pembelajaran
adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang
disusun secara terencana untuk memudahkan peserta didik dalam belajar”.
Sedangkan menurut Sugihartono,dkk. (2007:73) pembelajaran adalah “…upaya
yang dilakukan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan,
mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode
sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien
dengan hasil optimal”.
Pembelajaran menurut Miarso (dalam Rusmono 2012:6) “pembelajaran adalah
suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau
terjadi perubahan yag relatif menetap pada diri orang lain”. Menurut Muhammad
Qasim dan Maskiah, Perencanaan Pengajaran Dalam Kegaiatan Pembelajaran,
dalam Jurnal Diskursus Islam (vol. 04, no. 3, Tahun 2016), hal. 487.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah


upaya yang dilakukan sengaja oleh pendidik secara terencana untuk memudahkan
peserta didik belajar secara efektif dan efisien dengan hasil optimal. Pembelajaran
adalah suatu peristiwa yang sengaja dirancang secara tersusun untuk membantu dan
mempermudah proses kegiatan pembelajaran siswa agar dapat membangun
kreativitas siswa.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerjasama antara tenaga pendidik


dan peserta didik yang memanfaatkan segala potensi yang bersumber dari dalam
diri peserta didik itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang
dimiliki termasuk gaya belajar, maupun potensi yang ada di luar diri peserta didik
seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai
tujuan belajar tertentu.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang
dilakukan guru dengan berbagai persiapan dan rancangan yang disusun dengan sedemikian
14

rupa kepada peserta didikdalam kegiatan belajar, dengan menjadikan peserta didik sebagai
pelaku yang aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran waktu yang efektif yang digunakan dalam proses


kegiatan pembelajaran dalam aspek perencanaan dengan melakukan supervisi
akademik guna meningkatkan kinerja dalam mengembangkan perangkat
pembelajara dan aspek pelaksanaan guru harus mengikuti aturan standar yang telah
ditentukan dalam pelaksanaan pembelajaran.

Berdasarkan kesimpulan pelaksanaan dan pembelajaran diatas, maka


pelaksanaan pembelajaran dapat dimaknai sebagai kegiatan yang dilakukan
pendidik secara terencana untuk memudahkan peserta didik belajar secara efektif
dan efisien dengan hasil optimal. Kesimpulan tersebut senada dengan penjelasan
Nana Sudjana (2010:136) sebagai berikut: “Pelaksanaan pembelajaran adalah
proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar
pelaksanaan mencapai hasil yang diharapkan”.

Menurut Triwiyanto (2015:178) “Pelaksanaan pembelajaan merupakan


implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan kegiatan penutup”.
Menurut Permendikbud No.22 Tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar
dan menengah bahwa “Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari
RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup”. langkah pelaksanaan
pembelajaran memuat unsur pendahuluan / pembuka, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Berdasarkan uraian pelaksanaan pembelajaran di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang meliputi kegiatan
pembuka/pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup langkah pelaksanaan
pembelajaran memuat unsur pendahuluan / pembuka, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Berdasarkan uraian pelaksanaan pembelajaran di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang meliputi kegiatan
pembuka/pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
15

BAB III

PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS

A. Pembahasan
Pelaksanaan pendekatan supervisi pendekatan supervisi direktif, non-
direktif dan kolaboratif dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Untuk menekankan kualitas pendidikan di sekolah, nampaknya kegiatan
yang menjadi lebih penting dalam proses akademik itu adalah kegiatan
pengawasan seluruh komponen dan aktivitas akademik. Undang-undang No 20
tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Program peningkatan mutu
pendidikan di sekolah dapat dicapai apabila kegiatan pendidikan dan
pembelajaran di sekolah berlangsung dengan baik, berdaya guna dan berhasil
guna. Hal tersebut dapat terlaksana apabila ditunjang dengan adanya peningkatan
kemampuan personil pendidikan di sekolah.
Pendekatan adalah cara mendekatkan diri kepada objek atau langkah-
langkah menuju objek. Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh
supervisor, hal ini tentu lebih memudahkan supervisor ketika mensupervisi
bawahannya, supervisor dapat memilih pendekatan mana yang akan digunakan
sesuai dengan kondisi lembaga yang bersangkutan, karena setiap pendekatan
dalam supervisi pendidikan memiliki karakteristik yang berbeda. Pemilihan yang
tepat bergantung pada masalah yang dihadapi dan tujuan yang hendak dicapai.
Ada berbagai jenis pendekatan supervisi yang dapat membantu program
pendidikan menuju standar pendidikan nasional yang telah di tentukan untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Maka berdasarkan identifikasi dari berbagai tipe guru dan pengalaman yang
terjadi di lapangan,maka diambil secara garis besar adanya pendekatan supervisi
pendidikan yakni pendekatan supervisi pendidikan direktif, non direktif dan
kolaborasi.

Kegiatan apapun yang akan kita lakukan termasuk supervisi membutuhkan


perencanaan yang jelas, agar apa yang kita lakukan dapat berhasil dan berdaya
guna. Perencanaan merupakan unsur penting dalam pelaksanaan suatu program.
16

Karena dengan adanya perenca- naan tujuan suatu program dapat tercapai. Untuk
meningkatkan prestasi sekolah, kepala sekolah wajib membuat suatu program
sekolah. Program supervisi merupakan bagian dari programsekolah, namun dalam
pelaksanaannya kebanyakan sekolah belum menyusun program tersebut secara
rinci. Yang ada hanyalah program supervisi berupa jadwal kunjungan kelas.
Untuk itu dikemudian hari kepala sekolah perlu menyusun program supervisi
secara global dan menyeluruh meliputi program rasional minimal yang akan
dicapai, tujuan, sasaran, teknik, biaya, jadwal, dan instrumen yang lengkap.
Dengan adanya perencanaan yang sistematis kepala sekolah mudah mengontrol
pelaksanaan supervisi pengajaran.

a. Pelaksanaan Supervisi Pengajaran dengan Pendekatan Direktif

Berdasarkan pengalaman beberapa kepala sekolah memang dalam


pelaksanaan keseluruhan kuantitas sudah berjalan sesuai dengan jadwal karena
guru senior telah melaksanakan tugas untuk mensupervisi guru dalam kegiatan
kunjungan kelas. Namun secara kualitas belum seperti yang diharapkan karena
kepala sekolah selaku supervisor belum optimal menjalankan supervisi
pengajaran. Belum ada inovasi dari kepala sekolah dalam kegiatan supervisi
pembelajaran.
Suatu pendekatan supervisi sangat bergantung kepada tipe guru. Pendekatan
yang diterapkan dalam memberikan supervisi digolongkan dari segi kemampuan
dasar yaitu berpikir abstrak dan tingkat komitmen serta kepedulian. Pembagian
tipe guru menurut paradigma yang dikemukakan oleh Glickman ada 4 yaitu: 1)
guru profesional; 2) guru tukang kritik atau guru pengamat analitik (analitic
observer); 3) guru yang terlalu sibuk atau kurang memusatkan perhatian (unfocus
worker); dan 4) guru yang tidak bermutu (drop out).

Penulis tidak menemui tipe guru drop out, kata-kata yang lebih tepat untuk
kategori guru ini sesuai dengan kebudayaan Indonesia adalah guru dengan disiplin
dan etos kerja yang lebih rendah. Untuk itu perlu dilakukan supervisi dengan
pendekatan yang lebih tepat sehingga dapat mengubah secara perlahan guru yang
seperti ini. Supaya kedisiplinan baik dalam disiplin waktu maupun kerja akan lebih
ditingkatkan.
17

Berdasarkan temuan dan pengalaman dari beberapa kepala sekolah


dipahami ada beberapa tipe guru yang ada di sekolah. Dalam menerapkan
supervisi kepala sekolah menyadari perlu didasarkan prinsip-prinsip psikologis.
Dan kepala sekolah menerapkan pendekatan supervisi yang berbeda pada setiap
guru berdasarkan data yang ada.

Untuk tipe guru yang disiplin dan etos kerjanya kurang, menurut kepala
sekolah harus dilakukan supervisi secara langsung (direktif). Kepala sekolah akan
menyediakan waktu untuk melakukan pembicaraan secara individual. Kepala
sekolah akan menjelaskan permasalahan yang dihadapi guru berdasarkan
pengamatan kepala sekolah. Secara gamblang akan disajikan permasalahan yang
tengah dihadapi serta arahan secara lisan kepada guru tersebut. Bila guru tersebut
sulit memahami cara-cara mengatasi masalah, kepala sekolah akan memberikan
contoh cara mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi guru. Setelah itu akan
ditetapkan tolak ukurnya dan penguatan kepada guru.

Guru dengan kategori disiplin dan etos kerja kurang perlu diberi rangsangan karena
memiliki kekurangan sehingga perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi.
Hal ini diberi- kan dengan cara memberikan penguatan (reinforcement) atau
hukuman (punishment) kepada guru tersebut. Selain supervisi dengan tehnik
pembicaraan individual, guru dengan kategori disiplin dan etos kerja kurang juga
disupervisi secara kelompok yang dilaksanakan dalam rapat pembinaan bulanan.
Namun kepala sekolah hanya memberikan arahan secara umum dan tidak menuju
pada guru yang bersangkutan secara langsung. Menurut kepala sekolah hal ini
dimaksudkan supaya tetap menjaga mental guru tersebut di depan guru yang lain
kepala sekolah harus tetap bersifat mengayomi dan membina bukan memarahi.
Bahkan dalam ruangan khusus kepala sekolah pada saat percakapan individu
sedang berlangsung tetap dengan kalimat yang santun. Apalagi di depan umum.

Dalam pelaksanaan supervisi dengan pendekatan direktif, kepala sekolah


memberikan arahan masalah secara langsung. Ini berarti peran kepala sekolah
sebagai supervisor sangat dominan. Tetapi untuk tipe guru yang disiplin dan etos
kerjanya kurang kepala sekolah menganggap lebih efektif menggunakan pende-
18

katan langsung bila dibandingkan dengan pendekatan lain. Kepala sekolah tetap
membe- rikan kesempatan kepada guru untuk mengem- bangkan ide-idenya dan
berinovasi supaya lebih baik.

Walaupun pendekatan ini dianggap efektif oleh kepala sekolah tetapi


sebenarnya mungkin kurang manusiawi karena guru tidak diberi kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya, namun ada pula guru yang lebih
suka disupervisi dengan pendekatan ini. Kenyataan yang peneliti temui di
lapangan, guru dengan kategori disiplin dan etos kerjanya kurang salah satunya
adalah guru baru yang berstatus CPNS ternyata suka disupervisi dengan pendekatan
direktif, karena dengan pendekatan ini ia berhasil memperbaiki pengajarannya.

Dari hasil pengalaman kepala sekolah sebagai supervisor memahami dalam


hal memberikan arahan secara langsung tanpa mengurangi hak guru tersebut untuk
dapat berkreasi. Namun arahan itu sendiri bertujuan agar guru yang mengalami
masalah perlu diberi rangsangan langsung agar ia bisa bereaksi. Supervisi dengan
pendekatan direktif efektif dilaksanakan dengan teknik pertemuan/pembi- caraan
individual. Tanpa disadari atau tidak kepala sekolah telah menempuh langkah-
langkah di atas yang tergolong supervisi dengan pendekatan direktif.

b. Pelaksanaan Supervisi dengan Pendekatan Non-direktif


Pendekatan supervisi pengajaran secara non-direktif ditujukan untuk guru-
guru senior. Perlakuan ini telah dilaksanakan oleh kepala sekolah baik sengaja
ataupun tidak sengaja. Pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara
pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Jadi Kepala
sekolah tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu
mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi
kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan
yang mereka alami. Secara penyampaian bahasa jelas harus diperhatikan apalagi
jika guru seniornya jauh diatas usia kepala sekolahnya.

Kepala sekolah selaku supervisor memberikan sebanyak mungkin kepada


guru untuk mengemukakan permasalahan yang dialami, oleh karena itu
19

kepribadian guru yang dibina begitu dihormati. Kepala sekolah mendorong/


membangkitkan kesadaran sendiri dan mengkla- sifikasikan pengalaman guru.
Dalam pendekatan non-direktif guru menjadi sentral yang menen- tukan perbaikan
pada dirinya sendiri. Kepala sekolah hanya membantu, mendorong guru agar
mampu mengembangkan kemampuannya dan kreativitasnya. Pendekatan non-
direktif ini timbul dari keyakinan bahwa guru tersebut tidak dapat diperlakukan
sebagai alat semata-mata dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar.

Pelaksanaan supervisi pengajaran dengan pendekatan non-direktif, yaitu: 1) pembicaraan


awal, pada saat ini supervisor memancing apakah dalam mengajarnya guru tersebut
mengalami masalah. Pembicaran tersebut dilaku- kan secara informal. Jika dalam
pembicaraan tersebut guru tidak memerlukan bantuan, maka proses supervisi akan berhenti;
2) observasi. Jika guru perlu, maka supervisor mengadakan observasi kelas. Dalam
melaksanakan observasi tersebut supervisor duduk di belakang tanpa menggunakan
catatan-catatan, supervisor hanya mengamati kegiatan kelas; 3) analisis dan interpretasi.
Setelah observasi dilakukan, supervisor kembali ke kantor memikirkan kemungkinan
kekeliruan guru dalam melakasa- nakan proses belajarnya. Jika menurut supervisor, guru
telah menemukan jawabannya maka supervisor tidak perlu memberikan bantuannya; 4)
pembicaraan akhir. Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode tertentu guru dan
supervisor mengadakan pembicaraan akhir, mengenai apa yang sudah dicapai oleh guru,
dan menjawab pertanyaan kalau ada guru yang masih memerlukan bantuan lagi; 5) laporan
disampaikan secara deskriptif dengan interpre- tasi berdasarkan penilaian supervisor.
Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah, atau atasan kepala sekolah untuk perbaikan
di masa selanjutnya (Ithadama, 2014).

c. Pelaksanaan Supervisi dengan Pendekatan Kolaboratif


Pendekatan supervisi kolaborasi digunakan dalam menerapkan supervisi
modern didasarkan pada prinsip prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik
pemberian supervisi, sebenarnya juga sangat bergantung kepada prototipe orang
yang disupervisi.
Pendekatan supervisi dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah kami
menerapkan pendekatan kolaboratif. Pendekatan ini mengunakan kumunikasi dua
20

arah, dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Supervisor dan guru bersama-sama,
bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan
proses percakapan dan menemukan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Tugas
supervisor adalah meminta penjelasan kepada guru apabila ada hal-hal yang
diungkapkannya kurang dipahami, kemudian mendorong guru untuk
mengaktualisasikannya inisiatif yang dipikirkannya untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya atau meningkatkan pengajarannya. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa di sekolah pada pendekatan kolaboratif ini, yang menjadi
central adalah supervisor dan guru. Keduanya saling mengisi untuk menentukan
perbaikan dan pengembangan kemampuan dan kreativitas guru.
Kegiatan supervisi pendidikan di sekolah dilakukan minimal 2 kali setiap
semester secara terjadwal. Kepala sekolah sebagai supervisor akan mengadakan
inspeksi terlebih dahulu. Inspeksi dilakukan dengan melakukan kunjungan kelas
dengan membawa instrumen yang memuat indikator supervisi. Akan dilakukan
pengecekan terhadap kelengkapan administrasi kelas, metode pembelajaran yang
diberikan di kelas apakah sesuai dengan RPP yang telah disusun oleh guru terkait.
Berkas administrasi guru harus disiapkan secara maksimal untuk
mempermudah proses supervisi, maka berdasarkan hal tersebut, kepala sekolah
melakukan penyusunan jadwal supervisi dan mengumumkan kepada para guru
yang dilakukan pada awal semester.
Pada pelaksanaan supervisi, guru diminta melakukan pengisian ceklis
dokumen berkas administrasi, hal ini dimaksudkan sebagai upaya peningkatan
kinerja dan kemampuan mengajar para guru, sesuai dengan tujuan pelaksanaan
supervisi pendidikan.
Data yang diperoleh dari hasil kegiatan implementasi supervisi kemudian
diolah untuk dijadikan bahan penelitian dan evaluasi kepala sekolah sebagai
pimpinan Lembaga terhadap guru.
Pendekatan supervisi sebagai salah satu fungsi pokok administrasi, berupa
pelayanan yang langsung berurusan dengan pengajaran dan perbaikannya. Ia
langsung berurusan mengajar dan belajar dengan faktor-faktor yang termasuk
dalam yang bertalian dengan fungsi ini guru, murid, kurikulum bahan dan alat
21

pengajaran, serta lingkungan sosio-fisik dari situasi belajar mengajar. Fungsi


utama supervisi tidak sebatas perbaikan pembelajaran saja, tetapi terdiri dari
fungsi koordinasi, fungsi stimulasi, dan mendorong peningkatan kualitas profesi
guru.

B. Hasil Analisis

Dari beberapa temuan di lapangan, Hasil analisis kami yakni Kepala


sekolah telah mampu memberikan tindak lanjut untuk menerapkan pendekatan
supervisi pengajaran berdasarkan tipe-tipe guru tersebut. Pendekatan supervisi yang
diterapkan oleh kepala sekolah selaku supervisor hendaknya berdasarkan
tipe/kategori guru seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Bila gurunya lebih
disiplin dan mampu memahami tugas pokoknya sebagai seorang guru maka
pendekatan supervisi pengajaran yang digunakan adalah non-direktif. Bila gurunya
terlalu sibuk dan tidak fokus, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kolaboratif. Sedangkan bila gurunya dengan tingkat disipilin dan etos kerja kurang
pendekat- an yang digunakan adalah pendekatan direktif. Pembuatan program
supervisi merupakan salah satu faktor yang juga penting sebelum menentukkan
pendekatan supervisi pendidikan agar tujuan supervisi yang dilaksanakan dapat
tercapai dengan baik. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Purwanto
(1988: 115) bahwa sebagai supervisor berarti dia hendaknya pandai meneliti,
mencari dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang diperlukan bagi
kemajuan sekolahnya sehingga mungkin dapat tercapai. Jadi kepala sekolah harus
dapat membuat Program Peren- canaan Supervisi dari fakta-fakta yang
diperolehnya di lapangan untuk dapat menentukan tujuan yang akan dicapai. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa supervisi yang paling sering dilakukan oleh kepala
sekolah dalah melalui pertemuan/percakapan individual dan rapat pembinaan
dewan guru. Sedangkan teknik lain adalah kunjungan kelas, observasi tidak
langsung, dan diskusi kelompok guru mata pelajaran.
22

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Simpulan Umum
Pendekatan supervisi pendidikan di sekolah sudah sangat baik, kepala sekolah
menggunakan tiga pendekatan supervisi pembelajaran yaitu pendekatan direktif,
kolaboratif dan non direktif. Sedangkan karakteristik kinerja guru bermacam-macam
yaitu guru profesional, konseptor dan supersibuk serta guru lemah.
2. Simpulan Khusus
Implementasi supervisi pendidikan sekolah dilakukan minimal 2 kali
dalam setahun secara terjadwal. Kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan
perlu memahami fungsi-fungsi supervisi yang merupakan tugas pokok sebagai
supervisor pendidikan. Sebelum memberikan pelayanan terhadap guru, kepala
sekolah sebagai supervisor perlu mengadakan inspeksi terlebih dahulu.
Simpulan tentang pelaksanaan pendekatan supervisi pembelajaran dengan
pendekatan direktif, non-direktif, dan kolaboratif adalah sebagai berikut:

Pertama, pelaksanaan supervisi pembelajaran dengan pendekatan direktif


ditujukan kepada guru-guru dengan tingkat disiplin dan etos kerja yang kurang.
Supervisi dengan pendekatan direktif ini merupakan supervisi secara langsung.
Perilaku kepala sekolah yakni memberikan arahan secara langsung dan
menjelaskan permasalahan kepada guru yang disupervisi, memberi solusi kepada
guru cara-cara mengatasi permasalahan, menetapkan tolak ukur dan penguatan
berupa reward ataupun hukuman punishment. Kebetulan guru baru lebih
menyukai cara ini, hal ini terbukti mereka dapat dengan mudah memperbaiki
dirinya.

Kedua, pelaksanaan supervisi pembelajaran dengan pendekatan non-direktif


ditujukan kepada guru-guru yang lebih disiplin dan mampu memahami tugas
pokok sebagai seorang guru. Kepala sekolah bertindak sebagai supervisor
sekaligus sebagai teman sejawat sehingga pelaksanaan supervisi lebih bersifat
sharing atau tukar pendapat.

22
23

Ketiga, pelaksanaan supervisi pembelajaran dengan pendekatan kolaboratif


ditujukan kepada guru yang sangat sibuk (unfocus worker). Kolaborasi antara guru
dan kepala sekolah akan membantu guru dalam melaksanakan ide dan cita-citanya
yang besar. Kepala sekolah sebagai supervisor mengajak guru ini agar tidak
berhenti di tengah jalan melainkan memberi dorongan dan bantuan agar proyek-
proyeknya dapat ia selesaikan.

1. Rekomendasi
Supervisor harus lebih memperhatikan lagi pendekatan supervisi yang
sesuai dengan tipe guru dalam penyelenggaraannya dan diberikan fasilitas untuk
guru yang akan melaksanakan supervisi dalam pelaksanaan pembelajaran di
sekolah.
2. Implikasi
Salah satu fungsi supervisi pendidikan adalah memberi wawasan yang lebih
luas dan integrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan
kemampuan mengajar guru-guru.
Adapun implikasi sebagai suatu konsekuensi atau akibat langsung dari hasil
penemuan studi deskripsi pada sekolah yang telah mengimplementasikan
pendekatan supervisi pendidikan yakni dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga
dapat meningkatkan mutu pembelajaran yang ditandai dengan peningkatan kinerja
guru-gurunya dan meningkatnya prestasi para siswa di sekolah.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ametembun. (2012). Administrasi Personil Sekolah. Bandung: Suri.

Dadang, Suhardan. (2010). Supervisi Profesional Layanan dalam Meningkatkan


Mutu Pembelajaran Diera Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta.

Piet A. Sahertian. (2000). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam
Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Sahertian, Piet A. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Syaiful, Sagala. (2012). Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan.


Bandung: Alfabeta.

Purwanto, Ngalim. (2009). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Zahro, Aminatul. (2014). Total Quality Management Teori & Praktik Manajemen
Untuk Mendongkrak Mutu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

https://www.researchgate.net/publication/338426241_IMPLEMENTASI_SUPER
VISI_PENDIDIKAN_DALAM_MENINGKATKAN_MUTU_PEMBEL
AJARAN_Studi_Kasus_di_Madrasah_Aliyah_Negeri_3_Kediri

24
25

25
26

26
27

27
28

28
29

29
30

30
31

31
32

32
33

33
34

34
35

35
36

36
37

37
38

38
39
PROSES SUPERVISI PENDIDIKAN DALAM
MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN
(Studi Deskriptif di SD Islam Ibnu Sina Padasuka Bandung)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Teori dan Praktek Supervisi Pendidikan
Dosen Pengampu :
Dr. H. Hendi Suhendraya Muchtar, M.Pd
Dr. Helmawati, M.Pd.I

Disusun oleh Kelompok 6 :


Ajeng Puspitasari Santosa NIM. 41038103221015
Asan Azhari NIM. 41038103221033
Cecep Badrudduja NIM. 41038103222002
Nuri Lathifa Brilianti NIM. 41038103222001
Siti Nurhasanah NIM. 41038103221013
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, karunia dan petunjuk-Nya yang tiada tara, sehingga kami dapat
menyelesaikan mini research ini selesai dengan waktu yang diprogramkan.
Mini research yang berjudul “Proses Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan
Mutu Pembelajaran” merupakan hasil penelitian yang ditulis dalam rangka
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teori dan Praktek Supervisi Pendidikan,
pada program Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas
Islam Nusantara.
Kami sangat menyadari segala kelemahan dan kekurangan dalam penyusunan mini
research ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan. Namun demikian, kami berharap penelitian ini berguna dan bermanfaat
sebagai bahan telah penelitian selanjutnya yang akan memberikan dampak positif
bagi perkembangan pendidikan di Indonesia.

Bandung, Maret 2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah salah satu unsur paling penting dalam kehidupan
manusia yang merupakan proses pembentukan pribadi dan karakter manusia. Hal
ini tertuang dalam dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
tahun 2003 pasal 3 : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlag mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan memerlukan upaya peningkatan dan
penyempurnaan pendidikan, yang berkaitan erat dengan peningkatan mutu proses
belajar mengajar yang berlanngsung di dalam kelas. Oleh sebab itu proses
pendidikan dan pengajaran yang berlangsung pada suatu lembaga pendidikan
memerlukan pembinaan secara sistematis dan terencana, salah satunya dengan
adanya pelaksanaan supervisi.
Supervsi pendidikan yang dilakukan dalam rangka membina dan
membimbing guru dalam pemebalajaran. Pembinaan dan bimbingan ini dilakukan
untuk membantu guru dalam mengatasi kendala dan masalah yang dihadapi guru
dalam proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu tugas dan tanggung jawab
kepala sekolah sebagai supervisor turut membantu beban guru dalam menghadapi
kendala dan masalah yang dihadapi guru dalam mengembangkan profesionalisme.
Bantuan dan dukungan supervisor ini dapat memabantu memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi sehingga pembelajaran dapat tercapai sebagaimana yang
telah direncanakan sebelumnya.
Fokus pelaksanaan supervisi adalah mengkaji, menilai, memperbaiki,
meningkatkan dan mengembangkan mutu kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan bersama dengan guru baik secara perseorangan maupun secara kelompok
melalui kegiatan bimbingan dan konsultasi secara profesional. Dalam pendidikan,
supervisi merupakan bagian yang tak terpisahkan sebagai upaya peningkatan
kualitas belajar. Sahertian (2008) mengemukakan fungsi dasar supervisi pendidikan
adalah untuk memperbaiki situasi belajar mengajar disekolah agar lebih baik.
Supervisi terhadap proses belajar mengajar merupakan salah satu bentuk aktivitas
yang direncanakan untuk membantu para guru dalam melakukan pekerjaan mereka
secara efektif.
Hakikat supervisi pendidikan sebagai upaya bantuan operasional kepada
stakeholder pendidikan ditujukan untuk perbaikan dan pembinaan aspek
pembelajaran. Bantuan profesional yang diberikan kepada guru harus berdasarkan
penelitian atas pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta
mendalam dengan acuan perencanaan program pembelajaran yang telah dibuat.
Dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, kepala sekolah sebagai supervisor
harus mengetahui proses supervise dan memahami serta melaksanakan teknik–
teknik dalam supervisi. Kepala sekolah adalah posisi sentral dalam mengelola
sekolah, untuk itu dibutuhkan kemampuan supervisor yang handal sesuai dengan
target yang harus dicapai, di samping mampu mengelola sekolah, kepala sekolah
juga dituntut mampu menerapkan supervisi terhadap guru-gurunya agar
meningkatnya mutu pembelajaran di lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Sesuai
dengan Permendiknas nomor 13 tahun 2007 yang menjelaskan salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah adalah kompetensi supervisi.
Dengan adanya pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah
diharapkan memberi dampak terhadap terbentuknya sikap profesional guru. Sikap
profesional guru merupakan hal yang amat penting dalam memelihara dan
meningkatkan mutu pembelajaran peserta didik, karena akan berpengaruh pada
perilaku dan aktivitas keseharian guru. Perilaku profesional akan lebih diwujudkan
dalam diri guru apabila institut tempat ia bekerja memberi perhatian lebih banyak
pada pembinaan, pembentukan, dan pengembangan sikap profesional.
Berdasarkan studi dilapangan yang telah kami lakukan di SD Islam Ibnu
Sina Padasuka Bandung merupakan sekolah yang memiliki program-program
unggulan dan pengelolaan sekolah yang baik. Selain itu, SD Islam Ibnu Sina
Padasuka Bandung memiliki beragam inovasi dalam mengembangkan mutu
pembelajaran. Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut maka peneliti
berkeinginan untuk mengetahui Proses Supervisi Pendidikan dalam Meningkakan
Mutu Pembelajaran di SD Islam Ibnu Sina Padasuka Bandung.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah


1. Perumusan Masalah
Dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, kepala sekolah sebagai
supervisor harus mengetahui dan memahami serta melaksanakan proses supervisi
dengan dengan baik. Kepala sekolah adalah posisi sentral dalam mengelola
sekolah, untuk itu dibutuhkan kemampuan supervisor yang handal di samping
mampu mengelola sekolah, kepala sekolah juga dituntut mampu menerapkan
supervisi terhadap guru-gurunya dengan baik agar meningkatnya mutu
pembelajaran di lingkungan sekolah yang dipimpinnya.
Adapun perumusan masalah dapat digambarkan pada bagan dibawah ini:

INSTRUMENTAL INPUT:

1. Undang-undang sisdiknas No. 20 tahun 2003


2. Permendiknas no 13 tahun 2007
3. Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005
4. Sumber daya Manusia

PROSES: OUTPUT
1. Perencanaan OUTCOME
RAW INPUT Kinerja Sup-
2. Pelaksanaan ervisor Kepala Mutu pembelajaran
Kepala
3. Evaluasi Sekolah meningkat
Sekolah
4. Tindak Lanjut meningkat

Environmental Input
1. pemerintah
2. Sekolah
3. masyarakat

Gambar 1.1 Rumusan Masalah


2. Pembatasan masalah
Mengingat luasnya masalah yang dirumuskan, maka peneliti membatasi
masalah berkaitan dengan permasalahan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta
tindak lanjut erkait dengan proses supervise Pendidikan.
Sehubungan hal tersebut, maka peneliti merumuskan masalahnya sebagai
berikut: Pembatasan masalah pada penelitian ini yaitu meliputi :
a. Bagaimana Perencanaan proses Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan
Mutu Pembelajaran di SD Islam Ibnu Sina Padasuka Bandung?
b. Bagaimana Pelaksanaan proses Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan
Mutu Pembelajaran di SD Islam Ibnu Sina Padasuka Bandung?
c. Bagaimana Evaluasi proses Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan
Mutu Pembelajaran di SD Islam Ibnu Sina Padasuka Bandung?
d. Bagaimana Tindak Lanjut proses Supervisi Pendidikan dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SD Islam Ibnu Sina Padasuka
Bandung?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian yang dilaksanakan ini yaitu untuk
memperoleh gambaran tentang proses supervisi Pendidikan dalam
meningkatkan mutu pembelajaran
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui gambaran tentang Perencanaan proses Supervisi
Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SD Islam
Ibnu Sina Padasuka Bandung
2) Untuk mengetahui gambaran tentang Pelaksanaan proses Supervisi
Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SD Islam
Ibnu Sina Padasuka Bandung
3) Untuk mengetahui gambaran tentang Evaluasi proses Supervisi
Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SD Islam
Ibnu Sina Padasuka Bandung
4) Untuk mengetahui gambaran tentang Tindak Lanjut proses
Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di
SD Islam Ibnu Sina Padasuka Bandung

2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Pada tataran teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memperoleh
pengetahuan baru mengenai proses supervisi pendidkan.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
mengetahui proses supervisi pendidikan
2) Bagi Kepala Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam
proses pelaksanaan supervisi pendidikan di sekolah. Sehingga tujuan
supervisi pendidikan dapat tercapai dengan baik.

D. Asumsi dan Pertanyaan Penelitian


1. Asumsi
Proses supervise Pendidikan dilaksanakan untuk memastikan
tahapan-tahapan dalam pelaksanaan supervisi Pendidikan dapat berjalan
semestinya. Jika proses supervise Pendidikan berjalan secara maksimal
maka proses pembelajaran di sekolah dapat berkembang dengan baik.
Berdasarkan judul yang kami pilih yaitu proses supervisi Pendidikan
dalam meningkatkan mutu pembelajaran diharapkan dapat mengatasi
permasalahan yang terjadi pada saat proses supervisi Pendidikan dilakukan.
2. Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimana Perencanaan proses Supervisi Pendidikan dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SD Islam Ibnu Sina Padasuka
Bandung?
b. Bagaimana Pelaksanaan proses Supervisi Pendidikan dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SD Islam Ibnu Sina Padasuka
Bandung?
c. Bagaimana Evaluasi proses Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan
Mutu Pembelajaran di SD Islam Ibnu Sina Padasuka Bandung?
d. Bagaimana Tindak Lanjut proses Supervisi Pendidikan dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SD Islam Ibnu Sina Padasuka
Bandung?
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tipe-Tipe Supervisor Pendidikan


Menurut Shulhan (2013 : 65-68) menjelaskan tipe-tipe supervisor
pendidikan ada lima tipe supervisi, dari yang paling memberikan kebebasan
kepada guru dan staf tata usaha sampai pada yang paling ketat aturannya,
dengan supervisor sebagai penguasa kelima tipe tipe supervise tersebut
adalah : (1) Tipe inspeksi 2) Laissez faire; (3) Coursive; (4) Training and
guidance; (4) Demokratis.
1. Tipe Inspeksi
Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model
kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari
kesalahan orang lain bertindak sebagai "Inspektur" yangbbertugas
mengawasi pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk
mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah
sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh
atasannya. Supervisor juga mengukur sejauh mana tugas-tugas yang
diperintahkan tersebut sudah dapat diselesaikan, masih membutuhkan
bantuan dan pembinaaan.
2. Tipe Laissez Faire
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi
inipeksi bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan,
pada supervisi Laissez Faire para pegawai dibiarkan berkerja begitu saja
sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya guru boleh
mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi,
pemilihan metode ataupun alat pelajaran. Supervisi tipe Laisez Faire
memberi kebebasan gerak kepada pelaku untuk berinisiatif, bagi pegawai
yang kreatifitas tinggi akan maju sebaliknya bagi pegawai yang pasif.
3. Tipe Coersive
tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. sifatnya
memaksakan kehendaknya. Apa yang diperkirakannya segala sesuatu yang
baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang
disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi
kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini
mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat
awal. Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai
mengajar. Dalam keadaan demikian, apabola supervisor tidak bertindak
tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan
arah yang pasti.
4. Tipe Training dan Guidance
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan birnbingan. Hal
yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu
mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari
sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa
mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan
dibimbing oleh atasannya.
5. Tipe Demokratis
Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga
memerlukan kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya
seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau
didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah. sesuai dengan
kemampuan dan keailian masing-masing. Apabila dikaitkan dengan fungsi-
fungsi manajemen, supervisi berada atau terselip dalam fungsi dinamis,
yaitu pengarahan, koordinasi, dan evaluasi. Apabila kondisi dan situasi
kepernimpinan sekolah memang kondusif untuk terjadinya supervisi tipe
demokratis, maka fungsi-fungsi pengarahan, koordinasi, dan evaluasi dapat
terjadi bukan dari satu arah, tetapi kolaboratil , atla kerja sama semua pihak,
yang ada di dalam organisasi. Tanggung jawab bukan hanya seorang
pemimpin saia yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau
didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan
kemampuan dan keahlian masing-masing.
Apapun tipe yang dipilih oleh supervisor dalam melaksanakan
supervisi namun tidak boleh melupakan prinsip-prinsip menjadi paduan
kerja, yaitu :
1. Supervisi adalah pemberian bimbingan dan batuan kepada guru dan
staf tat usaha agar mampu meningkatkan kinerja.
2. Pemberian birnbingan dan batuan dilakukan secara langsung, tidak
perlu ada perantara.
3. Pemberian bimbingan dan batuan harus dikaitkan dengan peristiwa
yang memerlukan bimbingan.
4. Kegiatan supervisi dilakukan secara berkala agar terjadi mekanisme
yang ajek dan rutin.
5. Supervise terjadi dalam suasana kondusif penuh silat kekeluargaan
agar terjalin kerja sama yang baik
6. Supervise dilakukan dengan menggunakan catatan agar apa yang
dilakukan dan ditemukan tidak hilang. Temuan dan hal-hal penting
lainnya merupakan bahan binaan yang sangat penting artinya dan
dapat dibaltas dalam pertemuan rutin pengawas (KKPS) dan kepala
sekolah (KKKS).
7. Priruip-prinsip supervisi yang dikemukakan oleh ngalim purwanto
dan oteng sutrisna lebih mengejar persyaratan yang perlu ditaati
untuk dipenuhi bagi petugas supervisor yang ingin sukses.
(Arikunto, 2004,25).

B. Proses Supervisi Pendidikan


Menurut Tim Dosen Administrasi Pendidikan (2014) proses
supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi
dilaksanakan. Secara umum proses pelaksanaan supervisi dilaksanakan
melalui empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak
lanjut
1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan mengacu pada kegiatan identifikasi
permasalahan, yaitu mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu
disupervisi. Identifikasi dilaksanakan dengan menganalisis kelebihan,
kekurangan, peluang dan ancaman dari aspek kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru agar supervisi lebih efektif dan tepat
sasaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan supervisi
adalah :
a) Mengumpulkan data melalui kunjungan kelas, pertemuan
pribadi, rapat staf.
b) Mengolah data dengan melakukan koreksi kebenaran terhadap
data yang dikumpulkan;
c) Mengklasifikasi data sesuai dengan bidang permasalahan;
d) Menarik kesimpulan tentang permasalahan sasaran sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya;
e) Menetapkan teknik yang tepat untuk memperbaiki atau
meningkatkan profesional guru.
2. Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan nyata yang dilakukan
untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan guru. Kegiatan
pelaksanaan merupakan kegiatan pemberian bantuan dari supervisor
kepada guru agar pelaksanaan supervisi dapat efektif sesuai dengan
perencanaan yang ditetapkan. Supervisi tidak berhenti pada selesainya
pemberian bantuan dan terlaksananya teknik supervisi melainkan ada
follow up untuk melihat keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan
supervisi, sehingga kegiatan evaluasi perlu dilaksanakan.
3. Evaluasi
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan untuk menelaah keberhasilan
proses dan hasil pelaksanaan supervisi. Evaluasi dilaksanakan secara
komprehensif. Sasaran evaluasi supervisi ditujukan kepada semua orang
yang terlibat dalam proses pelaksanaan supervisi. Hasil dari evaluasi
supervisi akan dijadikan pedoman untuk menyusun program
perencanaan berikutnya. Evaluasi berpedoman pada tujuan yang telah
ditetapkan dan tujuan supervisi dirumuskan sesuai dengan corak dan
tujuan sekolah.
Menurut Burhanuddin dkk (2007) Prosedur pelaksanaan supervisi
menempuh tiga tahapan, yaitu pertemuan pendahuluan, observasi
pendidik yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan.
4. Tindak Lanjut
Adapun bentuk tindak lanjut supervisi akademik dapat dilakukan
melalui kegiatan sebagai berikut:
a. Pembinaan
Kegiatan pembinaan dapat berupa pembinaan langsung dan
tidak langsung.
1) Pembinaan Langsung
Pembinaan ini dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya
khusus, yangperlu perbaikan dengan segera dari hasil analisis
supervisi. Menurut Sahertian (2000) pembinaan dengan
pendekatan langsung berarti supervisor memberikan arahan
langsung. Dengan demikian pengaruh supervisor lebih dominan.
Kegiatan pembinaan langsung yang dilakukan setelah kepala
sekolah selesai melakukan observasi pembelajaran adalah
pertemuan pasca observasi. Pada pertemuan ini kepala sekolah
memberi balikanuntuk membantu mengembangkan perilaku
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Dari umpan balik itu pula dapat tercipta suasana komunikasi
yang tidak menimbulkan ketegangan, tidak menonjolkan
otoritas, memberi kesempatan untuk mendorong guru
memperbaiki penampilan dan kinerjanya. Pada kegiatan ini
kepala sekolah dapat melakukan lima langkah pembinaan
kemampuan guru yaitu:
a. Menciptakan hubungan-hubungan yang harmonis,
b. Analisis kebutuhan,
c. Mengembangkan strategi dan media,
d. Menilai, dan
e. Revisi
2) Pembinaan Tidak Langsung
Pembinaan ini dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya
umum yangperlu perbaikan dan perhatian setelah memperoleh
hasil analisis supervisi. Sahertian (2000) menyatakan bahwa:
perilaku supervisor dalam pendekatan tidak langsung adalah
mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan,
dan memecahkan masalah. Beberapa jenis komponen yang dapat
dipilihkepala sekolah dalam membinaguru untuk meningkatkan
proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan buku pedoman/petunjuk bagi guru dan
bahanpembantu guru lainnya secara efektif.
b. Menggunakan buku teks secara efektif.
c. Menggunakan praktek pembelajaran yang efektif yang
dapatmereka pelajari selama bimbingan teknis
profesional/inservicetraining.
d. Mengembangkan teknik pembelajaran yang telah mereka
miliki
e. Menggunakan metodologi yang luwes (fleksibel).
f. Merespon kebutuhan dan kemampuan individual peserta
didik.
g. Menggunakan lingkungan sekitar sebagai alat bantu
pembelajaran.
h. Mengelompokkan peserta didik secara lebih efektif.
i. Mengevaluasi peserta didik dengan lebih
akurat/teliti/seksama.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007


mengatur tentang pengawasan proses pembelajaran yang meliputi
pemantauan dan supervisi. Berdasarkan peraturan tersebut kegiatan
tindak lanjut supervisi akademik dapat dilakukan kepala sekolah dengan
pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi. Kepala sekolah
dapat memilih alternatif kegiatan tindak lanjut tersebut di atas sesuai
dengan analisis hasilsupervisi akademik terhadap komponen-komponen
tersebut di atas. Kepala sekolah menentukan kelompok guru dengan
permasalahan yang seperti apa, pada komponen yang mana, dapat
diberikan tindak lanjut denganpemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan
konsultasi. Pada setiap kegiatan tindak lanjut yang dipilih kepala
sekolah harus merumuskan latar belakangdan tujuan pemilihan
kegiatan, serta target yang harus dicapai. Hal-hal tersebut di atas harus
dicantumkan pada program tindak lanjut.
Agar pelaksanaan tindak lanjut supervisi akademik dapat
berlangsung secara.efektif perlu membuat program rencana tindak
lanjut. Modul ini diharapkan membekali peserta menyusun program
tindak lanjut hasil supervisi akademik. Penyusunan program tindak
lanjut diawali dengan melakukan analisis kebutuhan peserta
berdasarkan analisis hasil supervise akademik. Analisis kebutuhan
merupakan upaya menentukan perbedaan antara
pengetahuan,ketrampilan dan sikap yang dipersyaratkan dan yang
secara nyata dimiliki. Menurut Afriansyah, (2019) Analisis kebutuhan
ini dapat dilakukan dalam tahapan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan terkait masalah-masalah
pembelajaran dan perbedaan (gap) apa saja yang ada antara
pengetahuan,ketrampilan dan sikap yang nyata dimiliki guru dan
yang seharusnya dimiliki guru?Perbedaan tersebut kemudian
dikelompokkan, disintesiskan dan diklasifikasikan untuk
menentukan jenis kegiatan tindak lanjut.
2) Mencatat prosedur-prosedur untuk mengumpulkan informasi
tambahan tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dimiliki
guru.
3) Mengidentifikasi dan mencatat kebutuhankebutuhan khusus
pembinaan ketrampilan pembelajaran guru.
4) Menetapkan jenis pembinaan ketrampilan pembelajaran guru.
5) Menetapkan tujuan pemilihan jenis pembinaan.
6) Mengidentifikasi dukungan lingkungan dan hambatan-
hambatannya.
7) Mengidentifikasi tugas-tugas manajemen yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan tindak lanjutseperti keuangan,sumber-sumber belajar,
sarana prasarana.

C. Pelaksanaan Supervisi Oleh Kepala Sekolah dan Supervisor


Pendidikan
1. Pelaksanaan Supervisi Oleh Kepala Sekolah
Menurut Kristiawan (2019) kinerja sekolah tergantung dengan
profesionalisme Kepala Sekolah, karena Kepala Sekolah adalah pemegang
otoritas tertinggi di sekolah, sehingga kebijakan dan perilakunya akan
menentukan ketercapaian tujuan akhir sekolah. Kepala Sekolah adalah guru
yang diberi tugas tambahan untuk mengelola dan memimpin keseluruhan
proses dan substansi manajemen pendidikan di sekolah, dengan ditopang
sejumlah kompetensi yang seharusnya dimiliki seorang Kepala Sekolah
sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Kepala Sekolah mencakup 1) kompetensi kepribadian; 2)
kompetensi manajerial; 3) kompetensi kewirausahaan; 4) kompetensi
supervisi; dan 5) kompetensi sosial.
Sebagai leader dan manager pendidikan di sekolah, Kepala Sekolah
bertanggung jawab secara keseluruhan atas maju-mundurnya proses
pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Seorang Kepala Sekolah harus
mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai educator, manager,
administrator, dan supervisor (EMAS). Seiring dengan laju perkembangan
zaman, Kepala Sekolah sedikitnya harus mampu berperan sebagai educator,
manager, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator
(EMASLIM), secara detail penjelasannya sebagai berikut :
a. Peran Kepala Sekolah Sebagai Educator
Dalam menjalankan perannya, Kepala Sekolah perlu memiliki
strategi dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan
di sekolahnya. Strategi tersebut antara lain menciptakan iklim
sekolah yang kondusif, memberi masukan kepada warga sekolah,
memberikan dorongan positif kepada tenaga kependidikan, dan
mengadakan program akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di
atas normal.
b. Peran Kepala Sekolah Sebagai Manager
Dalam rangka melakukan perannya sebagai manajer, Kepala
Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan
tenaga kependidikan melalui kerja sama, memberi kesempatan
kepada tenaga kependidikan dalam peningkatan profesi, dan
mendorong partisipasi seluruh tenaga kependidikan dalam program
sekolah.
c. Peran Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Peran dan tanggung jawab Kepala Sekolah sebagai administrator
secara spesifik adalah dalam hal pengelolaan kurikulum,
administrasi peserta didik, administrasi sarana dan prasarana,
administrasi kearsipan, dan administrasi keuangan.
d. Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan
pembelajaran, secara berkala Kepala Sekolah perlu melaksanakan
kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan
kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara
langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media
yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Dari hasil supervisi ini dapat diketahui kelemahan sekaligus
keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat
penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya
diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga
guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus
mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan
pembelajaran. Usaha yang harus dilakukan oleh Kepala Sekolah
sebagai supervisor adalah sebagai berikut.
1) Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai
sekolah di dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan
sebaikbaiknya;
2) Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan
sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan bagi
kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar;
3) Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan
menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai
dengan tuntunan kurikulum yang sedang berlaku;
4) Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara guru-
guru dan pegawai sekolah lainnya;
5) Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan
pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-
diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau
mengirim mereka mengikuti penataran-penataran, seminar
sesuai bidangnya masing-masing;
6) Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan
instansiinstansi dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para
siswa.
e. Peran Kepala Sekolah Sebagai Leader
Peran Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu
memberikan petunjuk dan pengawasan guna meningkatkan
kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah,
dan mendelegasikan wewenang.
f. Peran Kepala Sekolah Sebagai Innovator
Inovasi penting dalam setiap kegiatan. Kepala Sekolah harus
memiliki inovasi-inovasi yang dapat meningkatkan mutu
pendidikan di sekolahnya.
g. Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator
Peran Kepala Sekolah sebagai motivator dapat ditumbuhkan
melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja,
disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan
sarana pembelajaran yang memadai.

2. Pelaksanaan Supervisi Oleh Supervisor Pendidikan


Pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah dijelaskan oleh
Shokhikhah (2015), pengawasan pendidikan adalah kedudukan yang
strategis dan penting dalam peningkatan mutu proses belajar mengajar.
Dengan demikian para supervisor pendidikan (dalam hal ini Kepala
Sekolah dan pengawas) harus memiliki kemampuan profesional yang
handal dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran (instructional
supervision), kemampuan profesional pengawas diperlukan untuk
meningkatkan kualitas pembinaan guru di sekolah. Masalah peningkatan
kualitas pembinaan guru di sekolah pada hakikatnya berkaitan dengan
peranan supervisor dalam memberikan bantuan dan pelayanan
profesional bagi guru-guru agar mereka lebih mampu melaksanakan
tugas pokoknya. Kualitas kinerja supervisor sekolah perlu dilandasi
dengan peningkatan kemampuan supervisi para pengawas dalam
melaksanakan kewajibannya secara bertanggungjawab.
Pengawas sekolah adalah guru yang diangkat dalam jabatan
pengawas yang bertugas melakukan penilaian dan pembinaan, baik
dalam bentuk supervisi akademik maupun supervisi manajerial, serta
melakukan pembimbingan dan pelatihan profesional kepada guru,
dengan ditopang oleh sejumlah kompetensi yang harus dikuasainya
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Pengawas Sekolah,
mencakup 1) kompetensi kepribadian; 2) kompetensi supervisi
manajerial; 3) kompetensi supervisi akademik; 4) kompetensi evaluasi
pendidikan; 5) kompetensi penelitian pengembangan; dan 6) kompetensi
sosial.
Pengawas sekolah bertanggungjawab untuk melaksanakan
penjaminan mutu dan memberdayakan Kepala Sekolah dan guru yang
menjadi binaannya. Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas
Sekolah (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009) dinyatakan bahwa
supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek
pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi
dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi,
pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia
(SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan
fungsi supervisi manajerial, pengawas sekolah/ madrasah berperan
sebagai 1) kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan,
koordinasi, dan pengembangan manajemen sekolah; 2) asesor dalam
mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah; 3) pusat
informasi pengembangan mutu sekolah; dan 4) evaluator terhadap
pemaknaan hasil pengawasan.
Pengawas dapat menerapkan teknik supervisi individual dan
kelompok dalam supervisi manajerial. Teknik supervisi individual di sini
adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada Kepala Sekolah atau
personil lainnya yang mempunyai masalah khusus dan bersifat
perorangan. Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan
program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih Kepala-
kepala sekolah yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki
masalah atau kebutuhan atau kelemahan kelemahan yang sama
dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama.
Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan
permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi.
Supervisi pembelajaran itu sama sekali bukan menilai kinerja
guru dalam mengelola pembelajaran, melainkan membantu guru
mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Jadi, fungsi
pengawasan atau supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar
kontrol atau melihat apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan rencana atau program yang telah digariskan, tetapi lebih dari itu
supervisi dalam pendidikan mengandung pengertian yang luas. Kegiatan
supervisi mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syaratsyarat
personal maupun material yang diperlukan untuk terciptanya situasi
belajar-mengajar yang efektif.
Supervisi yang dilakukan Kepala Sekolah dan pengawas dalam
pembelajaran dikenal dengan nama supervisi pembelajaran. Secara
konseptual, supervisi pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan
membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola
pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.

D. Mutu Pembelajaran
Menurut Garvin dan Davis yang dikutip oleh Abdul Hadis dan
Nurhayati, berpendapat bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamik yang
berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi kebutuhan pelanggan. Dalam
konteks pendidikan pengertian mutu, mengacu pada proses pendidikan dan
hasil pendidikan. Dalam “proses pendidikian” yang bermutu melibatkan
berbagai input, seperti bahan ajar, metodelogi (bervariasi sesuai
kemampuan guru), sarana, sekolah, dukungan administrasi dan sarana
prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.
Dalam artian ini mutu berarti suatu proses yang terus meningkatkan suatu
kualitas agar tercapai keunggulan-keunggulan dalam proses pendidikan.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh guru
dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar sehingga ada perubahan
perilaku individu peserta didik itu sendiri. Perubahan sebagai hasil proses
belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti kecakapan,
kebiasaan, sikap, penerimaan atau pengahargaan.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk melakukan
perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti
menjadi mengerti yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik dengan
tujuan membantu pesrta didik agar dapat tumbuh berkembang kearah yang
lebih baik. Banyak hal yang harus dilakukan oleh guru untuk melakukan
perubahan tersebut. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi
pembelajaran serta melakukan evaluasi. Namun, pembelajaran juga
memilki sebuah tujuan yang harus dicapai sehingga proses pembelajaran
mengacu pada perencanaa dan tujuan yang ingin dicapai.
Proses pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi
pembelajaran dan prosedur kegiatan pembelajaran yang disampaikan oleh
guru kepada peserta didik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk
mencapai tujuan tersebut semua komponen dalam pembelajaran harus
saling bekerjasama. Guru juga tidak boleh hanya memperbaiki komponen-
komponen tertentu misalnya strategi, metode dan evaluasi saja, tetapi guru
juga harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan. Adapun
komponenkomponen dalam pembelajaran yaitu tujuan, meteri
pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran. Uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa meningkatkan mutu
pembelajaran merupakan serangkaian proses kegiatan pembelajaran yang
dikerjakan oleh guru dengan peserta didik melalui sebuah pembelajaran
dengan tujuan untuk memperbaiki mutu atau kualitas pembelajaran hingga
berjalan dengan efektif dan efisien.
Dalam Pengelolaan pembelajaran seorang guru dituntut memahami
kondisi peserta didik, perancangan dan juga pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi pembelajaran, dan juga Dalam ranah penyampaian materi
pembelajaran guru harus menguasai materi pembelajaran dengan baik dan
pengetahuan yang luas. Disisi lain yang tidak kalah pentingnya adalah
bahwa seorang guru harus bersifat luwes. Guru harus bisa membangun
komunikasi baik dengan peserta didik, antar pendidik, tenaga kependidikan,
wali murid, maupun masyarakat sekitar. Selain itu, bahan ajar juga
merupakan syarat untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Bahan ajar
harus mampu memberi semangat peserta didik dalam belajar. Media belajar
dan fasilitas belajar yang bermutu juga dapat berpengaruh dalam mutu
pembelajaran. media dan fasilitas belajar akan berpengaruh secara positif
jika suasana belajar berjalan dengan efektif dan menyenangkan.
Aspek yang lain yaitu materi pembelajaran. Materi pembelajaran
yang bermutu dapat dilihat dari kesesuaian dengan tujuan dan kompetensi
yang dikuasai peserta didik. Kunci utama dalam meningkatkan mutu
pembelajaran yaitu memilki komitmen pada perubahan. Jika semua guru
dan staf sekolah telah memilki komitmen pada perubahan, pimpinan dapat
dengan mudah mendorong mereka menemukan cara baru untuk
memperbaiki efisiensi, produktivitas, dan kualitas layanan pendidikan.
Guru akan menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang baru
dalam mengajar dan membantu dalam perkembangan peserta didik.
BAB III
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan
Berdasarkan hasil wawanara yang telah kami lakukan, kepala
sekolah SD Ibnu Sina Padasuka Bandung berpendapat bahwa supervisi itu
sangat penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Hal ini karena
selain untuk mengobservasi guru dalam kolaborasi pembelajaran di kelas,
juga dapat melihat apakah guru di kelas dan guru pembantu di kelas tersbut
sudah sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing. Di SD Ibnu Sina
ini dalam satu kelas memiliki 2 guru, yakni guru kelas dan guru pembantu.
Guru di SD Ibnu Sina Padasuka Bandung selain memiliki tugas
mengajar, juga ada tugas kepanitiaan atau keorganisasian sehingga ada 4
penilaian dalam supervisi. Penilaian tersebut meliputi keguruan, kreatifitas,
kinerja dan perilaku. Sehingga selain peserta didik, guru pun memiliki
raport kinerja setiap semesternya. Hal tersebut memiliki dampak langsung
pada meningkatnya mutu pembelajaran di SD Ibnu Sina.
Hal lainnya yang dibahas mengenai kedisiplinan guru. Guru yang
terlambat lebih dari 4 hari maka akan mendapat surat teguran. Itu meliputi
kehadiran, ketaatan jam kerja dan kerjasama atau hubungan kerja dengan
teman kerja atau guru lain. Ada juga dimensi komunikasi dan kesadaran
dalam perbedaan. Kemudian juga dilihat dari kualitas kerja. Teguran
tersebut karena sekolah ini memiliki SOP yang harus di jalankan. Pernah
ada beberapa tahun lalu ada guru yang tidak membuat RPP, walaupun guru
senior diturunkan menjadi koordinator sarana prasarana sehingga tidak
langsung dikeluarkan. Selain itu penilaian lain terhadap guru yaitu tentang
penguasaan teknologi.

1. Proses Perencanaan Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan


Mutu Pembelajaran di SD Islam Ibnu Sina Padasuka Bandung
Dalam perencanaan di SD Ibnu Sina, biasanya langsung pada
teknis jadwal yang di umumkan kepada guru. Untuk semester satu dan
dua dilakukan di 3 kali setiap semesternya dengan rincian pada
semester satu yakni dilakukan pada bulan Juli sampai September
sedangkan untuk semester dua dilakukan pada bulan Februari sampai
April.
Setiap guru akan di supervisi 3 kali yakni yang pertama dari
kepala sekolah atau wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan
kesiswaan. Kemudian yang kedua dari teman sejawat untuk saling
belajar, kemudian yang ke tiga dari koordinator. Bahkan sekali-kali
yayasan bagian akademik yang langsung melakukan supervisi.

2. Proses Pelaksanaan Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan


Mutu Pembelajaran di SD Islam Ibnu Sina Padasuka Bandung
Proses pelaksanaan supervisi dilakukan langsung di kelas oleh
kepala sekolah, wakil kepala sekolah atau koordinator pembelajaran.
Kami juga menyampaikan kepada peserta didik bahwa kami di sini
ingin sama-sama belajar berasama peserta didik. Pada proses
pelaksanaan ini di lihat Brain Stroming, kegiatan pembelajaran,
kesiapan guru dan murid, serta kolaborasi keduanya serta keterlibatan
asisten.
Pada apersepsi atau Brain Stroming, dilihat pembukaanya
bagaimana dan sikap siswa bagaimana. Untuk kegiatan inti atau
pembelajaran dilihat dari keaktifan siswa, sedangkan dari gurunya
dilihat apakah ada pertanyaan pematik atau stimulus yang memotivasi
peserta siswa. Bahkan penilaian pun sampai suara guru, ekspresif atau
tidak, cara menyampaikan, penyampaikan dari mudah ke susah atau
bahkan berbelit-belit sehingga siswa tidak mengerti. Kemudian di akhir
pembelajaran dilihat apakah guru tersebut memberikan kesimpulan
bersama-sama atau guru yang memberikan kesimpulan sepenuhnya.
3. Proses Evaluasi Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di SD Islam Ibnu Sina Padasuka Bandung
Proses evaluasi supervisi di SD Ibnu Sina ini biasanya setelah
melakukan kegiatan ini, akan mengadakan rapat level. Namun
sebelumnya, guru akan melakukan refleksi dulu seperti apakah kegiatan
pembelajaran tadi tercapai, berapa persen dan kalau ada yang tidak
tercapai kenapa sehingga bila guru tersebut sudah sadar dan tahu letak
kekurangannya akan menjadi masukan pada kegiatan selanjutnya.
Setelah itu supervisor akan memberikan masukan terkait hal-hal yang
perlu diperbaiki.

4. Proses Tindak Lanjut Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan


Mutu Pembelajaran di SD Islam Ibnu Sina Padasuka Bandung
Pada langkah terakhir yakni tindak lanjut, supervisor akan
kembali melihat ke kelas tanpa ada jadwal. Hal tersebut dilakukan
untuk melihat apakah rekomendasi atau perbaikan dilaksanakan atau
tidak. Ini menjadi tolak ukur pada supervisi selanjutnya apakah ada
perubahan atau tidak ada. Namun bila tidak ada perubahan karena guru
tersebut belum mampu, maka akan dilakukan pelatihan yang
bekerjasama dengan LSM, atau para supervisor akan menjadi tutor
langsung.

B. Pembahasan

Proses supervisi Pendidikan sebagaimana menurut Tim Dosen


Administrasi Pendidikan UPI Bandung (2009:23) menjelaskan sebagai berikut:

Suatu pengajaran sangat bergantung pada kemampuan mengajar guru,


maka kehgiatan supervisi menaruh perhatian utama pada peningkatan
kemampuan professional guru, yang pada gilirannya akan
meningkatkan mutu proses belajar mengajar.

Perencanaan supervisi Pendidikan ini merupakan langkah awal


menentukan komponen apa saja yang dalam proses supervisi yang akan
dilakukan supervisor terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
guru. Selain itu, jadwal supervisi dan yang menjadi supervisor ditentukan
dalam mempersiapkan pelaksanaannya.

Pelaksanaan supervisi yang dilakukan setelah ditentukan supervisor


oleh sekolah, dilanjutkan dengan proses pelaksanaannya yaitu dengan melihat
langsung kegiatan belajar mengajar guru dikelas. Penilaian oleh supervisor
antara lain : metode pembelajaran yang diterapkan guru, penguasaan guru
terhadap materi pelajaran, cara guru mengefektifkan pembelajaran, dan media
pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Evaluasi supervisi Pendidikan berkaitan dengan hasil dari


dilaksanakannya supervisi oleh supervisor terhadap guru. Evaluasi ini sebagai
tolak ukur dalam meningkatkan pembelajaran yang lebih baik. Selain itu juga
dari evaluasi ini dapat menjadi pedoman dalam menyusun program
perencanaan selanjutnya.

Langkah terakhir dari tahapan proses supervisi ini ialah tindak lanjut.
Tindak lanjut yang dilakukan yaitu pembinaan langsung melalui komunikasi
supervisor terhadap guru. Hal ini dilakukan agar tercapainya supervisi yang
menjadi sarana dalam meningkatkan motivasi guru, memperbaiki juga solusi
untuk guru agar kinerjanya dapat berkembang. Kemudian pembinaan tidak
langsung berupa mengikutsertakan guru dalam kegiatan yang berkaitan dengan
meningkatkan proses pembelajaran, dan melalui buku teks menjadi salah satu
cara sekolah dalam kebutuhan pengembangan kinerja guru.
BAB IV
SIMPULAN
A. Simpulan Umum
Simpulan umum dari penelitian di SD Islam Ibnu Sina Padasuka
Bandung ini adalah supervisi telah dilaksanakan dengan baik yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Hal ini dengan dilakukan
supervisi dapat meningkatkan mutu pembelajaran.
B. Simpulan Khusus
Proses Perencanaan Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di SD Islam Ibnu Sina Padasuka Bandung ini dilakukan dengan
membuat jadwal supervisi yang rutin 3 kali setiap semester, yakni untuk
semester I pada bulan Juli sampai Sepetember, sedangkan untuk semester II
dilakukan pada bulan Januari sampai Mei.
Proses Pelaksanaan Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di SD Islam Ibnu Sina Padasuka Bandung dilakukan dengan
supervisor datang langsung ke kelas. Hal ini dilakukan untuk meninjau seberapa
baiknya kinerja keguruan, kreatifitas, kinerja dan perilaku selama pembelajaran
di kelas.
Setelah dilakukan proses pelaksanaan supervisi, selanjutnya adalah
Proses Evaluasi. Proses evaluasi ini dilakukan langsung setelah kegiatan
pelaksanaan supervisi dilakukan. Evaluasi ini dilakukan dengan refleksi guru
oleh diri sendiri kemudian akan di diskusikan pada rapat level yang rutin
dilakukan.
Proses Tindak Lanjut Supervisi Pendidikan yang dilakukan di
sekolah ini adalah supervisor akan kembali mengecek ke kelas tanpa ada
jadwal. Hal tersebut dilakukan untuk melihat apakah rekomendasi atau
perbaikan dilaksanakan atau tidak. Ini menjadi tolak ukur pada supervisi
selanjutnya apakah ada perubahan atau tidak ada. Namun bila tidak ada
perubahan karena guru tersebut belum mampu, maka akan dilakukan pelatihan
yang bekerjasama dengan LSM, atau para supervisor akan menjadi tutor
langsung.
Mekanisme Supervisi pendidikan dalam
meningkatkan mutu pendidikan di MI AL-
Musyarrofah

MINI RISET
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penilaian
Mata Kuliah Teori dan Praktik Supervisi Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan

Disusun oleh: Kelompok 7

Adenih NIM: 4103810322100


N Ella Nurlaela NIM: 41038103221005
Shofaryanty Nurhayati S NIM: 41038103221004
Anwar NIM: 410381032210

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.


Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia
menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius
menangani bidang pendidikan. Sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan
muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Kahar, 2021). Kemajuan pendidikan
dapat dilihat dari kemampuan dan kemauan dari masyarakat untuk menangkap proses
informatisasi dan kemajuan teknologi. Proses informatisasi yang cepat karena kemajuan
teknologi membuat horizon kehidupan di dunia semakin meluas dan sekaligus semakin
mengerut. Hal ini berarti berbagai masalah kehidupan manusia menjadi masalah global
atau setidak-tidaknya tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kejadian dibelahan bumi yang
lain, baik masalah politik, ekonomi , maupun sosial (Jaya & Mukhlasin, 2021).

Kualitas pendidikan dewasa saat ini mempengaruhi para pelaksana pendidikan


dimana pengawas dan supervisor dalam pelaksanaan atau implementasi yang disesuaikan
dengan kultur bangsa dan dunia global, terkhusus pada pendidikan moral dan akhlak
pengguna. Di era globalisasi seperti sekarang ini pelaksanaan pendidikan diarahkan untuk
mengimbagi perubahan, perkembangan, dan kebutuhan zaman. Diantaranya harus
terdapat pendidik yang profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang ilmu,
bahan ajar, metode pembelajaran, memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan tinggi
dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, tetapi juga harus memiliki
pemahaman yang mendalam tentang hakikat manusia dan masyarakat. Hakikathakikat ini
akan melandasi pola pikir dan budaya kerja pendidik, serta loyalitas terhadap prosesi
pendidikan. Demikian halnya dalam pembelajaran, pendidik harus mampu
mengembangkan budaya dan iklim organisasi pembelajaran yang bermakna, kreatif,
bergairah dan dialogis, sehingga dapat menyenangkan peserta didik maupun bagi

1
pendidik. Untuk mewujudkan seorang pendidik yang profesional, khususnya guru
Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan tugasnya.

Supervisi bisa dikatakan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk


membantu para guru dalam melakukan pekerjaan secara aktif. Supervisi bukanlah
kegiatan sesaat seperti inspeksi, tetapi merupakan kegiatan yang continue dan
berkesinambungan sehingga guru selalu berkembang dalam mengerjakan tugas dan
mampu memecahkan berbagai masalah pendidikan dan pengajaran secara afektif dan
efisien, (Annisa, 2017). Supervisi sebagai suatu kegiatan kepengawasan yang memiliki
tujuan untuk membantu memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan pendidikan di
sekolah. Sasaran utama dalam kepemimpinan (kepegawaian) pendidikan adalah
mengenai bagaimana seorang pendidik dalam kepemimpinannya dapat megajar peserta
didiknya dengan baik, dalam usahanya untuk meningkatkan mutu pengajaran yaitu
melaksanakan supervisi pendidikan. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada
umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya, maka suupervisi penting untuk
dilaksanakan. Akan tetapi mengingat pendidik mempunyai kepribadian yang berbeda-
beda, maka supervisor dalam melaksanakan tugas supervisinya hendaklah
memperhatikan perbedaan-perbedaan yang ada pada masing-masing pendidik, baik
dalam latar belakang pendidikan, keterampilan maupun pengalaman dalam mengajar dari
masing-masing pendidik

Menurut Purwanto (1993) supervisi adalah segala bantuan dari para pimpinan
sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personal sekolah
lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Supervisi ini berupa dorongan, bimbingan,
dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian kecakapan guru-guru, seperti bimbingan
dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, memilih
alat-alat pelajaran dan metode mengajar yang lebih baik, cara penilaian yang sistematis
terhadap tahapan seluruh proses pengajaran, dan sebagainya. Jadi, supervisi ialah suatu
aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Kemudian, menurut Pidarta
(2015) bahwa supervisi adalah kegiatan membantu guru-guru, membuat guru-guru yang
sudah baik agar bertahan tetap baik, dan berusaha mengembangkan profesi guru-guru

2
yang belum baik agar menjadi baik. Serta membina agar semua guru berpribadi baik
sebab mereka menjadi teladan bagi siswa. Jadi, supervisi adalah kegiatan yang dilakukan
oleh supervisor untuk meperlancar jalannya pendidikan, baik membantu guru-guru,
membina, serta memotivasi guru-guru agar menjadi yang lebih baik lagi.

Supervisi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam proses


belajar melalui upaya menganalisis berbagai bentuk tingkah laku pada saat melaksanakan
program belajar mengajar. Supervisi dapat membantu meningkatkan kemampuan
profesional para pendidik, agar pendidik mampu melaksanakan proses belajar mengajar
di kelas dengan baik dan mampu berperan sebagai pendidik profesional yang berkenaan
dengan tugas dan tanggung jawabnya. Kepala sekolah berkaitan erat dengan keberhasilan
suatu sekolah, yaitu pembinaan program pengajaran, sumber daya manusia, sumber daya
material dan pembinaan hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat.10
Makna lain yang terkandung dalam definisi tersebut bahwasanya supervisi dimaksudkan
untuk membantu seorang pendidik dalam memberi pengertian terhadap masyarakat
mengenai program yang sudah ada dan direncakan oleh pihak sekolah agar masyarakat
dapat mengerti dan membantu usaha sekolah. Dan dengan adanya supervisi yang
dilakukan kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam akan berkerja lebih profesional,
serta mampu mendesain dengan baik dan menerapkan model pembelajaran yang
memperlihatkan kondisi dan keberagaman peserta didik (Wahjosumidjo, 2007).

Keberhasilan suatu pendidikan didasari oleh banyaknya faktor yang mendukung.


Secara global, faktor-faktor yang memperngaruhi belajar peserta didik terdiri atas: 1)
faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), yakni keadaan dan kondisi jasmani dan
rohani peserta didik, 2) faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi
lingkungan disekitar peserta didik, 3) faktor pendekatan belajar (approach to learning),
yakni jenis belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Untuk
tercapainya pendidikan yang berkualitas diperlukan guru yang professional, berkualitas
dan memenuhi syarat kompetensi. Menurut Janawi (2012) dalam jurnal (Fitriani, AR, &
Usman, 2017), kriteria yang perlu diperhatikan guru yaitu: 1. Memahami tujuan
pelajaran; 2. Mengenali karakteristik peserta didik 3. Membuat tujuan pengajaran 4.

3
Mengenali subyek dan isi setiap materi 5. Mengembangkan alat ukur awal 6. Menyaring
kegiatan-kegiatan belajar beserta sumbersumbernya. 7. Mengerahkan layanan-layanan
yang mampu mendukung (dana, alat, jadwal); dan mengembangkan alat evaluasi belajar.

Mutu pendidikan merupakan tolak ukur keberhasilan sebuah proses pendidikan


yang bisa dirasakan oleh masyarakat mulai dari input (masukan), proses pendidikan yang
terjadi, hingga output (produk keluaran) dari sebuah proses pendidikan (Zaini, Hidayat, et
al., 2020). Menurut Bafadal (2013) pada bidang pendidikan meliputi 4 mutu input,
proses, output, dan outcome yaitu, a) input pendidikan dinyatakan bermutu apabila telah
berproses; b) proses pendidikan bermutu jika mampu menciptakan suasana yang aktif,
kreatif dan juga menyenangkan; c) output dinyatakan bermutu jika hasil belajar dalam
bidang akademik dan nonakademik siswa tinggi; d) outcome dinyatakan bermutu apabila
lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji yang wajar, dan semua pihak mengakui
kehebatannya lulusannya dan merasa puas. Mutu dalam konteks manajemen mutu
terpadu atau Total Quality Management (TQM) juga berguna membantu lembaga dalam
mengelola perubahan secara sistematik dan totalitas, melalui suatu perubahan visi, misi,
nilai, serta tujuan. Di dalam dunia pendidikan untuk menilai mutu lulusan suatu sekolah
dilihat dari keseuaian dalam kemampuan yang dimilikinya dengan tujuan yang telah
ditetapkan di dalam kurikulum (Hermanto, 2018).

Sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikannya dengan mengetahui


perkembangan sekolah melalui supervisi, selain itu supervisi dibutuhkan oleh seorang
pendidik yang mengalami berbagai hambatan yang telah dipaparkan diatas dengan
memberikan bimbingan, pengarahan dan bantuan dalam mengembangkan potensi dirinya
untuk menjadi seorang pendidik yang profesional. Oleh karena itu, supervisi sangat
penting dan sangat dibutuhkan untuk sekolah. Berdasarkan latar belakang yang telah di
paparkan di atas maka di lakukan penelitian mengenai mekanisme supervisi pendidikan
dalam meningkatkan mutu pendidikan di MI Al-Musyarrofah.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajah teknik supervisi pendidikan ?
2. Bagaimana teknik-teknik supervisi pendidikan ?
3. Bagaimana mekanisme supervisi pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa saja teknik supervisi pendidikan
2. Untuk mengetahui teknik-teknik supervisi pendidikan
3. Untuk mengetahui mekanisme supervisi pendidikan dalam meningkatkan mutu
pendidikan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis ini adalah untuk mengembangkan khasanah ilmu dan akan
dijadikan peneliti untuk melakukan pendalaman konsep implementasi
kepemimpinan Ki Hajar Dewantara dalam meningkatkan kedisiplinan guru.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah:
a. Untuk Sekolah
Hasil penelitian ini dapat diterapkan sebagai kebijakan kepala sekolah dalam
meningkatkan kedisiplinan guru demi tercapainya tujuan pendidikan
b. Untuk Guru
Hasil penelitian dapat dijadikan motivasi untuk guru dalam meningkkatkan
kedisiplinannya dalam mengemban tugasnya sebagai pendidik yang professional.
c. Untuk Siswa
Hasil penelitian diharapkan agar siswa dapat menerima Hak nya sebagai peserta
didik yang sedang melakukan proses pembelajaran.
d. Untuk Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dpat menjadi informasi awal untuk penelitian lebih
lanjut agar dapat meneliti lebih baik dari peneliti sebelumnya.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Teknik-teknik Supervisi Pendidikan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Teknik” secara etimologi
adalah Cara (kepandaian dsb) membuat atau melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan seni, metode atau system mengerjakan sesuatu. Dalam
usaha meningkatkan program sekolah, kepala sekolah sebagai supervisor dapat
menggunakan berbagai teknik atau metode supervisi pendidikan. Supervisi
dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan agar apa yang diharapkan
bersama dapat tercapai.
Pertama-tama perlu adanya kesepakatan tentang makna “teknik”
yang digunakan sehubungan dengan kegiatan supervisi. Seperti halnya
kegiatan lain, teknik memiliki makna “cara, strategi atau
pendekatan”. Jadi yang dimaksud dengan teknik supervisi adalah cara-
cara yang digunakan dalam kegiatan supervisi. (Arikunto, Suharsini,
2004;54)
Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai
tujuan tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah guru-
guru dalam mengajar, masalah kepala sekolah dalam mengembangkan
kelembagaan serta masalah-masalah lain yang berhubungan serta berorientasi
pada peningkatan mutu pendidikan.
Supervisi pendidikan yang telah dibahas sebelumnya merupakan konsep
dan barulah dapat dikonkritkan apabila dilaksanakan lewat teknik-teknik
supervisi berikut ini. Dalam situasi sekarang ini mungkin tidak semua teknik
supervisi yang dibeberkan di bawah ini dapat dilaksanakan oleh supervisor,
akan tetapi sebagai bahan bacaan perlu disodorkan sebagai rasep dapat dipilih
oleh masing-masing supervisor untuk dapat digunakan sesuai dengan situasi
dan kondisi yang ada. Model pendekatan dalam supervisi pendidikan seperti
6
telah dijelaskan sebelumnya yakni pendekatan berdasarkan atas banyaknya
guru yang dibimbing dapat di bedakan atas (a) teknik supervisi yang bersifat
individual, dan (b) teknik supervisi yang bersifat kelompok.
(Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, 1982 45 dst.) menjelaskan
teknik-teknik supervisi pendidikan tersebut sbb :
a. Teknik Supervisi yang bersifat individual (Individual Technique) Teknik
supervisi yang, bersifat individual dipergunakan apabila orang yang
disupervisi dihadapi secara perorangan biasanya dilakukan terhadap
individu-individu yang yang mempunyai masalah khusus dan bersifat
pribadi. Teknik supervisi yang bersifat individu ini dapat dijelaskan atas
beberapa macam, yakni sebagai berikut:
1. Kunjungan kelas (Glassroom Visitation)
Untuk mengetahui lebih dekat/nyata tentang belajar mengajar guru di
kelas, seorang kepala sekolah, penilik pengawas biasanya mengadakan
kunjungan pada setiap kelas dimana guru-guru sedang mengajar.
Tujuannya untuk menolong guruguru memecahkan kesulitan-kesulitan
yang mereka hadapi dan mempelajari sifat dan kualitas cara belajar anak
dan bagaimana guru membimbing murid-muridnya. Tujuan lain adalah
untuk memperoleh data/informasi tentang situasi belajar mengajar yang
berfungsi membantu pertumbuhan profesional guru.
2. Observasi Kelas (Class-room Observation)
Observasi kelas biasanya dilakukan melalui dua cara yaitu dengan cara
observasi langsung (directed observation) yakni supervisor
mengobservasi langsung guru yang mengajar di kelas. Ini berarti
supervisor harus berada sama-sama dengan guru dalam kelas: Observasi
dapat pula dilakukan dengan cara tak langsung (indirect observation)
yakni supervisor dibatasi oleh ruang kaca dimana guru dan murid-
muridnya tidak mengetahuinya, atau dengan alat seperti kamera yang

7
dapat dipantau dari dari jarak jauh. Tujuan observasi ini adalah untuk
mendapatkan data semaksimal mungkin sehingga dengan data tersebut
dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan-kesulitan yang terjadi
dalam proses belajar mengajarnya sehingga dapat dicarikan solusi yang
paling tepat. Bagi guru-guru, hasil analisis ini akan dapat membantu
untuk merubah cara-cara mengajarnya ke arah yang lebih baik,
sedangkan bagi murid-murid sudah tentu dapat menjamin timbulnya
pengaruh positif terhadap kemajuan belajarnya.
3. Percakapan pribadi (Individual Conference)
Dijelaskan oleh Adam dan Dickey bahwa salah satu alat yang penting
dalam supervisi adalah individual conference, yaitu supervisor dan guru
dapat bekerja secara individual memecahkan problem-problem pribadi
yang berhubungan dengan jabatan mengajar (personal and professional
problems), misalnya: Pemilihan dan perbaikan alat-alat pelajaran,
penentuan dan penggunaan metode mengajar, dan sebagainya.
4. Saling mengunjungi (Intervisitation)
Yang dimaksud dengan intervisitation ialah saling mengunjungi antara
rekan guru yang satu dengan rekan guru yang lain yang sedang mengajar
untuk saling memberi dan menimba pengalaman di antara sesama rekan
guru di sekolah (sekolah yang sama maupun pada sekolah yang berbeda.
5. Menilai diri sendiri (Self Evaluation Check-list)
Self evaluati on adalah suatu teknik supervisi individual yang paling,
obyektif tetapi yang paling sukar untuk dilakukan, apalagi jika dilakukan
dengan kesadaran yang penuh untuk melihat kemampuan diri sendiri
dalam menyajikan bahan pelajaran. Menilai orang lain rasanya mudah
dilakukan, tetapi untuk menilai diri sendiri kadang-kadang tak mampu
melaksanakannya, padahal yang paling, tahu tentang segala sesuatu pada
diri kita adalah kita sendiri bukan orang lain.

8
b. Teknik-teknik Supervisi yang bersifat kelompok (Group Techniques)
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi
yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan
analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan
yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian
kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau
kebutuhan yang mereka hadapi, (Hanief, 2016)
Dalam bentuk kelompok di teknik supervisi yang digunakan bersama-
sama antara supervisor dan guru-guru dalam jumlah yang banyak tetapi
mempunyai masalah supervisi ini terdiri dari beberapa jenis antara lain :
6. Pertemuan Orientasi bagi guru baru (Orientation Meeting for new
Teacher) adalah salah satu bentuk pertemuan yang bertujuan mengantar
guru-guru terutama guru-guru untuk memasuki suasana kerja yang baru.
Demikian pula terhadap guru-guru yang baru memangku jabatan baru
dalam struktur organisasi sekolah.
7. Rapat Guru adalah merupakan salah satu teknik supervisi untuk
memperbaiki situasi belajar mengajar di sekolah. Tujuan umum dari pada
rapat guru ini antara lain sebagai berikut : 1) Menyatukan pandangan-
pandangan guru tentang konsepkonsep umum, makna pendidikan dan
fungsi sekolah dalam usaha mencapai tujuan-tujuan tersebut. 2)
Mendorong guru-guru untuk menerima dan melaksanakan tugas-tugasnya
dengan baik, dan mendorong agar mereka tumbuh dan berkembang
dalam jabatannya. 3) Menyatukan pendapat-pendapat tentang metod-
metode kerja yang baik yang akan membawa mereka ke arah pencapaian
tujuan-tujuan pengajaran di sekolah semaksimal mungkin. 4)
Mengintegrasikan anggota-anggota staf sekolah dan mengkoordinir
pekerjaan mereka, mempersatukan pandangan mereka dalam usaha

9
kerjasama mencapai tujuan sekolah.
8. Diskusi sebagai proses kelompok adalah merupakan salah satu teknik
supervisi yang dilakukan melalui pertukaran pendapat tentang sesuatu
masalah untuk mengembangkan ketrampilan para guru dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi bersama. Melalui diskusi
kelompok, guru-guru merasa turut bertanggung jawab dan berpartisipasi
dalam kelompok, adanya interaksi antar guru, serta kontrol yang teliti dan
mantap dalam mengemukakan pendapat mereka masing-masing. Dengan
diskusi ini pula guru-guru dapat memperoleh informasi dan banyak
pengalaman dari peserta diskusi yang besar manfaatnya untuk
pengembangan profesinya.
9. Studi kelompok antar guru yang mengajarkan mata pelajaran yang sejenis
dapat mengadakan studi bersama untuk mempelajari dan membahas atau
mendalami bahan pelajaran yang mereka ajarkan. Perencanaan studi ini
harus dipersiapkan secara matang dan terperinci mengenai berbagai
masalah yang akan dibicarakan, garis-garis besar materi pembahasan
sehingga studi ini lebih lancar dan tepat pada sasaran yang mereka
inginkan bersama.
10. Tukar-menukar Pengalaman (Sharing of experience) Asumsi yang
melatar belakangi teknik ini ialah bahwa guru-guru, pada umumnya
adalah orang yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing,
sehingga memungkinkan diadakan tukar menukar pengalaman diantara
mereka, saling memberi dan menerima dan saling, belajar diantara
mereka untukmemperoleh pengalaman-pengalaman, baru yang
bermanfaat dalam tugas mereka.
11. Lokakarya (Workshop) ditafsirkan orang sebagai suatu tempat kerja
dimana orang menggunakan macam-macam cara alat untuk suatu; suatu
kegiatan belajar kelompok untuk memecahkan suatu problem tertentu;

10
suatu usaha mengembangkan kesanggupan berpikir dan bekerja bersama-
sama untuk menyelesaikan sesuatu masalah; suatu situasi yang
didalamnya orang bekerja dan belajar secara bersama atas tanggung
jawab bersama; suatu inservice training education untuk saling
mendengarkan pendapat, member dan menerima pendapat bekerjasama
mencari jalan untuk menyelesaikan suatu problem tertentu yang
berhubungan dengan tugas jabatannya.
12. Diskusi panel adalah suatu bentuk diskusi yang dipentaskan dihadapan
sejumlah partisipan untuk memecahkan suatu problem. Peserta diskusi ini
biasanya terdiri dari para panelis yang ahli dalam bidang yang
didiskusikan, moderator (pengarah), expert (tenaga ahli= manusia
sumber), penyangga/penanya, dan pendengar.
13. Seminar adalah suatu bentuk pertemuan kelompok dimana sejumlah kecil
(10 - 15) orang mengadakan pendalaman/penyelidikan, terhadap berbagai
masalah dengan bimbingan secara cermat oleh seorang/beberapa orang
pengajar (fasilitator) pada waktu tertentu. Tujuan daripada seminar ini
adalah intensifikasi, integrasi serta aplikasi pengetahuan dan ketrampilan
para anggota kelompok dalam suatu latihan yang intensif dengan
bimbingan yang cermat dan intensif pula.
14. Simposium (Yunani Purba) syn (dengan) dan posis (minum), yaitu
kebiasaan zaman itu setelah suatu pertemuan berakhir semua peserta
tidak segera pulang, akan tetapi dipersilahkan duduk santai sambil
minum, mendengarkan lagu-lagu dan bertukar pikiran sebagai hiburan
intelektual.
15. Demonstrasi mengajar yang berhasil jika hal itu direncanakan dengan
teliti, mempunyai tujuan yang nyata, diikuti oleh jumlah guru-guru yang
cukup banyak mendapat kesempatan untuk mengikuti demonstrasi
tersebut. Biasanya setiap demonstrasi diadakan kecuali ada hal-hal baru

11
yang perlu disampaikan kepada guru-guru, misalnya cara menggunakan
metode mengajar modern, cara membimbing cara, menyajikan bahan
untuk menjadikan siswa aktif dalam belajar dan sebagainya.
B. Mutu Pendidikan
a. Pengertian Mutu Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “mutu” berarti ukuran baik
buruknya sesuatu, kualitas, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan). Mutu
adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses dan
output pendidikan. Menurut Rusman, antara proses dan hasil pendidikan yang
bermutu saling berhubungan. Akan tetapi, agar proses yang baik itu tidak
salah arah, maka mutu dalam dalam artian hasil (out put) harus dirumuskan
lebih dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai setiap
tahun atau kurun waktu lainnya.
Mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukan kemampuanya dalam memuaskan
kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Menurut Deni Koswara dan
Cepi Triatna dalam buku Manajemen Pendidikan, pengertian mutu memiliki
fariasi sebagaimana di definisikan oleh masing- masing orang atau pihak.
Produsen (penyedia barang/jasa) atau konsumen (pengguna/pemakai
barang/jasa) akan memiliki definisi yang berbeda mengenai
mutu barang/jasa. Perbedaan ini mengacu pada orientasi masing-
masing pihak mengenai barang/jasa yang menjadi objeknya. Satu kata yang
menjadi benang merah dalam konsep mutu baik menurut konsumen atau
produsen adalah kepuasan. Barang atau jasa yang dikatakan bermutu adalah
yang dapat memberikan kepuasan baik bagi pelanggan maupun produsenya.
Dalam konteks pendidikan, menurut Kementrian Pendidikan Nasonal
yang dikutip oleh Mulyasa, pengertian mutu mencakup input, proses, dan
output pendidikan. Input pendidikan merupakan sesuatu yang harus
tersedia karena dibutuhkan demi berlangsungnya suatu peroses. Sementara

12
proses pendidikan merupakan perubahan sesuatu menjadi sesuatu yang lain.
Selanjutnya, output pendidikan merupakan kinerja sekolah, yaitu prestasi sekolah
yang dihasilkan dari proses dan prilaku sekolah. Oleh sebab itu, mutu dalam dunia
pendidikan dapat dinyatakan lebih mengutamankan pada keberhasilan siswa. Dengan
kata lain, program perbaikan sekolah dilakukan lebih secara kreatif dan konstruktif.
Beberapa konsep mutu yang diutarakan oleh Abdul Hadis, dan
Nurhayati B, dalam bukunya Manajemen Mutu Pendidikan menurut para
ahli yaitu:

a. Menurut Juran (1993), mutu produk ialah kecocokan penggunaan produk


(fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Kecocokan pengguna produk tersebut didasarkan atas lima ciri utama yaitu
(1) teknologi; yaitu kekuatan; (2) psikologis, yaitu rasa atau status; (3)
waktu, yaitu kehandalan; (4) kontraktual, yaitu ada jaminan; (5) etika,
yaitu sopan santun (Juran, 1993).
b. Menurut Crosby (1979:58) mutu ialah conformance to requirement,
yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk
memiliki mutu apabila sesuai dengan standar atau kriteria mutu yang
telah ditentukan, standar mutu tersebut meliputi bahan baku, proses
produksi, dan produk jadi (Crosby, 1979:58).
c. Menurut Deming (1982:176) mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar
atau konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai
pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen,
sehingga menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa
puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk perusahaan
baik berupa barang maupun jasa.
d. Menurut Feigenbaum (1986:7) mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya
(full customer satisfication). Suatuproduk dianggap bermutu apabila dapat
memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan
harapan konsumen atas produk yang dihasilkan.
e. Garvi dan Davis (1994) menyatakan mutu ialah suatu kondisi yang
berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan

13
yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Berdasarkan banyak
paparan pendapat oleh pakar-pakar manajemen, yang mencoba
mendefinisikan kualitas mutu berdasarkan sudut pandangnya masing-
masing. Walaupun definisi tersebut tidak diterima secara universal, tetapi
terdapat beberapa kesamaan, yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut:
a) Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b) Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.
c) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.
d) Komponen Menejemen Peningkatan Mutu
Manajemen peningkatan mutu mempersyaratkan integrasi dari
berbagai faktor yang perlu diintegrasikan. Faktor itu adalah klien
(pelanggan), kepemimpinan, tim, proses dan struktur. Klien (pelanggan)
dalam TQM adalah orang yang menerima produk atau jasa layanan. Jadi
klien tidak berada secara eksternal terhadap organisasi tetapi berada pada
setiap tahapan yang mempersyaratkan penyempurnaan hasil sebuah
produk atau pemberian layanan.
Hal ini menggambarkan adanya mata rantai dari klien yang terkait
dengan proses. TQM mempersyaratkan organisasi melakukan
penggalian dengan bertanya atau mendengarkan, yang tentunya kepada
klien yang tepat. Dalam hal ini diperlukan umpan balik yang pasti untuk
menjamin bahwa layanan yang diberikan dan dikerjakan memang tepat. Hal-
hal yang terdapat di dalam TQM terhadap pelanggan atau klien adalah
nilai-nilai organisasi, visi dan misi yang perlu dikomunikasikan, yang
dikerjakan dengan memperhatikan etika dalam pengambilan keputusan dan
perencanaan. Dalam TQM, integritas moral merupakan hal yang
fundamental, maka kepemimpinan merupakan cara mengerjakan.
Kepemimpinan dalam konteks TQM adalah menetapkan dan mengendalikan
visi. TQM secara tajam menggambarkan perbedaan antara pemimpin, me-
manage, dan meng-administrasi-kan. Mutu kepemimpinan mencakup visi,
kreativitas, sensitivitas, pemberdayaan(empowerment), dan
manajemen perubahan. Pemimpin dalam TQM pada dasarnya peduli dengan

14
nilai-nilai orang, menetapkan arah dan mengijinkan orang untuk mencapai
target, yang berhubungan dengan hal-hal makro maupun mikro. Sedangkan
tim dalam TQM merupakan kualitas kelompok. Hampir semua kepustakaan
menekankan pentingnya kejelasan tujuan dan hubungan interpersonal yang
efektif sebagai dasar terjadinya kerja kelompok yang efektif. Kunci penting
dalam TQM adalah menetapkan komponen proses kerja. Pada dasarnya,
sekali klien menetapkan persyaratan yang telah disepakati, maka hal
yang penting untuk dilakukan adalah menetapkan proses dan prosedur yang
menjamin kesesuaiannya dengan persyaratan. Organisasi yang mencoba
memperkenalkan TQM tanpa meninjau strukturnya mungkin akan
menghadapi kegagalan. Beberapa organisasi memiliki struktur yang
berfokus pada klien cenderung mendasarkan diri pada hierarki formal
sekaligus membatasi kerja praktis yang birokratis.
b. Faktor-Faktor Utama Peningkatan Mutu Pendidikan
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, Sudarwan Danim meengatakan
bahwa jika sebuah institusi hendak meningkatkan mutu pendidikannya maka minimal
harus melibatkan lima faktor yang dominan, yaitu:
1. Kepemimpinan kepala sekolah
Yang mana kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja secara
jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi,
tekun dan tabah dalam bekerja, memberikan layanan yang optimal, dan disiplin
kerja yang kuat.
2. Guru
Perlibatan guru secara maksimal, dengan meningktakan kompetensi dan profesi
kerja guru dalam kegiatan seminar, lokakarya serta pelatihan sehingga hasil dari
kegiatan tersebut diterapkan di sekolah.
3. Siswa
Pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat” sehingga
kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah dapat
mengiventarisir kekuatan yang ada pada siswa.
4. Kurikulum

15
Adanya kurikulum yang konsisten, dinamis, dan terpadu dapat memungkinkan
dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals (tujuan) dapat
dicapai secara maksimal.
5. jaringan Kerjasama
Jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan
masyarakat semata (orang tua dan masyarakat) tetap dengan organisasi lain,
seperti perusahaan atau instansi pemerintah sehingga output dari sekolah dapat
terserap didalam dunia kerja.
c. Indicator Standar Mutu Pendidikan
Secara nasional standar mutu pendidikan merujuk kepada Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
meliputi:
a. Standar kompetensi lulusan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.
b. Standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
c. Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu
satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria mengenai
pendidikan penjabatan dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan dalam
jabatan.
e. Standar sarana dan prasarana adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustkaan, laboratorium, bengkel kerja,
tempat bermain, tempat berkreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi.
f. Standar pengelolaan adalah kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,

16
kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan.
g. Standar pembiayaan adalah kriteria mengenai komponen dan besarnya biaya
operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
h. Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur,
dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

17
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

A. Analisis
Berdasarkan dari data yang di peroleh dapat di ketahui bahwa kepala
sekolah memiliki peran besar dalam penyusunan program supervisi
pendidikan dan kepala sekolah melibatkan wakil kepala sekolah dan para
dewan guru. Kegiatan supervise pendidikan dilaksanakan setiap awal
semester. Proses supervisi adalah rangkaian aktivitas yang dilaksanakan pada
saat supervisi dilakukan. Proses ini dilakukan dengan berfokus pada prinsip
supervisi yang dipahami oleh kepala sekolah, sehingga pelaksanaannya tidak
menyimpang dari ketentuan yang sudah ada (Dalanggo, 2019). Langkah –
langkah dalam melakukan supervisi dibagi kedalam 3 langkah, yaitu:
1. Perencanaan
Proses perencanaan menjadi langkah awal bagi kepala sekolah
untuk melakukan tugas supervisinya. Perencanaan perlu dilakukan
dengan tujuan supaya penerapan supervisi akademik yang dilakukan
kepala sekolah dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Kegiatan
perencanaan mengacu pada aktivitas identifikasi kasus. Di dalam
perencanaan ini hal-hal yang harus dilakukan diantaranya:
a. Mengumpulkan informasi dengan kunjungan kelas atau
pertemuan individu dengan guru bersangkutan;
b. Mengoreksi data yang telah terkumpul;
c. Mengklasifikasi informasi yang sesuai dengan bidang
kasus/permasalahan;
d. Menarik kesimpulan yang bersumber pada data
permasalahan tersebut;
e. Menetapkan Teknik/metode yang tepat untuk digunakan
dalam memperbaiki kinerja pendidik.

18
2. Pelaksanaan atau observasi kelas.
Aktivitas pelaksanaan atau observasi kelas merupakan aktivitas
yang dilakukan untuk melihat profesionalisme guru dalam mengajar
di kelas, kepala sekolah selaku supervisor akan mengobservasi guru
dalam mengajar di kelas dalam rangka meningkatkan dan
memperbaiki kemampuan mengajar pendidik di kelas untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang dicapai peserta didik. Kepala
sekolah MIS Al-Musyarrofah ini melaksanakan supervisi hanya
dengan menggunakan beberapa metode, yaitu kunjungan kelas,
pembicaraan secara individu, observasi kelas, serta rapat dewan guru.
3. Evaluasi
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan menelaah dari proses
kegiatan penerapan yang bertujuan untuk mengenali sejauh mana
pencapaian penerapan program sekolah dan sejauh mana
keberhasilan yang dicapai dalam periode waktu tertentu. Hasil dari
kegiatan evaluasi ini, guru dan kepala sekolah akan melakukan
diskusi mengenai hasil dari proses mengajar guru, tujuan
pembelajaran, dan aspek pembelajaran yang menjadi fokus utama
supervisi pendidikan. Sehingga, ini penting untuk dilakukan agar
mengetahui keberhasilan dari pelaksanaan supervisi yang telah
diberikan, dan hasil dari evaluasi tersebut akan digunakan sebagai
pedoman dalam menyusun program supervisi kedepannya.
Supervisi mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme
guru sehingga guru tersebut dapat berkembang dalam pekerjaannya.
Kegiatan supervise dilaksanakan melalui berbagai proses pemecahan
masalah pengajaran. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Supervisi
merupakan bantuan kepada guru dalam perbaikan situasi
belajarmengajar, supervisi pendidikan meliputi supervisi terhadap

19
pengajaran maupun komponen pendukungnya. Supervisi pengajaran
merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan pengajaran
tetapi tidak langsung dengan siswa. Kegiatan supervisi dilaksanakan
melalui berbagai proses pemecahan masalah pengajaran. Hasil dari
penelitian menunjukkan supervisi pendidikan memiliki fungsi
berupa:
1. Sebagai koordinator ia dapat mengkoordinasikan program belajar
mengajar, tugas tugas anggota staff berbagai kegiatan yang
berbeda diantara guru-guru;
2. Sebagai konsultan ia dapat memberi bantuan, bersama
mengkonsultasikan masalah yang dialami guru baik secara
individual maupun secara kelompok. Sesuai penggunaan teknik
supervisinya;
3. sebagai pemimpin kelompok ia dapat memimpin sebuah staf
guru dalam mengembangkan potensi kelompok, pada saat
mengembangkan kurikulum, materi pelajaran dan kebutuhan
keprofesionalan guru-guru secara bersama;

20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Langkah – langkah dalam melakukan supervisi dibagi kedalam 3 langkah, yaitu:
Pertama, perencanaan. Proses perencanaan menjadi langkah awal bagi kepala sekolah
untuk melakukan tugas supervisinya. Kedua, pelaksanaan atau observasi kelas.
Ketiga, Evaluasi. Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan menelaah dari proses
kegiatan penerapan yang bertujuan untuk mengenali sejauh mana pencapaian
penerapan program sekolah dan sejauh mana keberhasilan yang dicapai dalam periode
waktu tertentu.
2. Manajemen peningkatan mutu mempersyaratkan integrasi dari berbagai faktor
yang perlu diintegrasikan. Faktor itu adalah klien (pelanggan), kepemimpinan, tim,
proses dan struktur.
3. Supervisi pendidikan berperan untuk mengawasi kegiatan jalannya pendidikan, dan
memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam proses pendidikan untuk
meningkatkan mutu pendidikan

B. Rekomendasi
Supervisor harus lebih memperhatikan lagi penyelenggaraan fasilitas, media belajar
untuk guru yang akan melaksanakan supervisi dalam meningkatkan mutu pendidikan.
C. Implikasi

Adapun implikasi sebagai suatu konsekuensi atau akibat langsung dari hasil
penemuan studi deskripsi pada MI AL-Musyarrofah dalam Mekanisme Supervisi
pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan cara- cara yang ditempuh
dalam mencapai tujuan tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah
guru-guru dalam mengajar, masalah kepala sekolah dalam mengembangkan kelembagaan
serta masalah-masalah lain yang berhubungan serta berorientasi pada peningkatan
mutu pendidikan.

21
DAFTAR PUSTAKA

M. Hosnan “Manajemen Peningkatan Mutu” materi kuliah, 2014 M.


Hosnan dan Suherlan “Kamus Profesional Guru, Jakarta: 2011
Edward Sallis “Total Quality Management ini Education” terj.
Menejemen MutuPendidikan, Jogjakarta: IRCiSoD, 2007
Syaiful Sagala “Menejemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan”
Bandung:

Alfabeta, 2009 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas


Pendidikan Insonesia Manajemen Pendidikan. Bandung; Alfabeta, 2014.
Asila Putri dan Afriansyah Hade “Proses dan Teknik Supervisi, Padang 2020”
Universitas Negeri Padang Indonesia
Shulhan Muwahid“ SUPERVISI PENDIDIKA(Teori dan Terapan Dalam
Mengembangkan Sumber Daya Guru)” Bab III 57:2012
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/197205282
005011-NUR_AEDI/4-25/BAB_3_teknik_supervisi_%5BNur_Aedi%5D.pdf
http://huseinmuhibbi.blogspot.com/2016/03/teknik-tenik-supervisi-pendidikan.html
Hanief, M. (2016). Menggagas Teknik Supervisi Klinik Sebagai Upaya Peningkatan
Mutu Pembelajaran. Jurnal Kependidikan dan Keislaman FAI Unisma, VICRATINA,
Vol.10, No.2,November
Wahab, G., & Kahar, M. I. (2021). PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN ANAK
USIA DINI DI MASA COVID-19. Paedagogia: Jurnal Pendidikan, 10(1), 49-66.
https://doi.org/10.24239/pdg.Vol10.Iss1.141

Jaya, S., & Mukhlasin, A. (2021). Realization of Managerial Competence in


Effective Leadership. EDUTEC : Journal of Education And Technology, 4(4), 659-665.
Retrieved from https://ejournal.ijshs.org/index.php/edu/article/view/240

Mukhlasin, A. (2020). Manajemen Supervisi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan


Profesionalitas Guru di SD Swasta Al-Ittihadiah Laut Dendang Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang. Journal of Education and Teaching Learning (JETL), 2(3),

22
9–19. https://doi.org/10.51178/jetl.v2i3.12

Pidarta, M. (2015). Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Purwanto, N. (1993). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Zaini, M. F., Hidayat, R., Fadhli, M., & Pasaribu, M. H. (2020). Manajemen Mutu
Pendidikan: Perspektif Al-Qur’an dan Tafsir. Education Achievement: Journal of Science
and Research, 1(1), 1-15. http://www.jurnalonline.org/index.php/fadf

23

Anda mungkin juga menyukai