ReshaAzza ModulAnthropologi2
ReshaAzza ModulAnthropologi2
ANTROPOLOGI KESEHATAN
Disusun Oleh :
2120006
D3 KEPERAWATAN TK 1
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan modul ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan modul ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan modul Antropologi Kesehatan sebagai tugas dari mata kuliah Antropologi
Kesehatan. Penulis tentu menyadarai bahwa modul ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapakan kritik serta saran dari pembaca untuk modul ini, supaya modul ini nantinya
dapat menjadi modul yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
ii
MATERI 7 NILAI-NILAI BUDAYA DAN NORMA SOSIAL
A. Pengertian Nilai Budaya Dan Norma Sosial............................................14
B. Fungsi Nilai Budaya................................................................................14
C. Nilai-nilai Budaya Masyarakat Manusia.................................................14
D. Tahapan Norma-norma Sosial.................................................................15
E. Pranata Sosial...........................................................................................15
MATERI 8 KEPERCAYAAN DAN AGAMA SEBAGAI KEKUATAN DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT
A. Kepercayaan Sebagai Sumber Kekuatan Dalam Kehidupan
Masyarakat...............................................................................................17
B. Agama Sebagai Kekuatan........................................................................17
C. Hubungan Kepercayaan & Agama Sebagai Kekuatan Dalam
Kehidupan Masyarakat............................................................................17
MATERI 9 KONSEP PRILAKU
A. Prilaku Sehat............................................................................................18
B. Tingkah Laku Sakit..................................................................................18
C. Presepsi Tentang Sakit.............................................................................18
iii
MATERI 14 MASALAH-MASALAH SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN MASYARAKAT, UTAMANYA DIBIDANG
KEPERAWATAN
A. Pengertian Masalah Sosial.......................................................................31
B. Aspek Sosial Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan.........................31
C. Masalah Sosial Dalam Keperawatan.......................................................31
Daftar Pustaka.....................................................................................................................35
iv
MATKUL KE 1
ANTROPOLOGI KESEHATAN (KONSEP MANUSIA DAN MASYARAKAT)
DOSEN : Ayu Citra Mayasari, SPd., M.Kes.
2. Ruang Lingkup
a) Antropologi menekankan kajiannya pada masalah persamaan dan perbedaan
diantara sesama manusia.
b) Antropologi tidak membatasi perhatiannya pada bangsa-bangsa Barat, tetapi
meliputi bangsa-bangsa “primitif”, modern, masyarakat perkotaan, masyarakat
pedesaan, dan masyarakat di semua bangsa.
c) Antropologi Mempelajari asal usul dan perkembangan manusia serta adat
istiadatnya.
d) Antropologi mengkaji ciri-ciri manusia yang karakteristik, baik ciri-ciri biologis,
budaya maupun social.
e) Antropologi berusaha menemukan generalisasi tentang manusia dan
perilakunya.
3. Sejarah
1
Tahun 1849
Rudolf Virchow ahli patologi Jerman terkemuka, pada tahun 1849.
Kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang sakit.
Tahun 1953
Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat
pada tulisan yang ditulis Caudill berjudul “Applied Anthropology in
Medicine”.
Tahun 1963
Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan”
dan Paul membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel
mengenai kedokteran dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli
antropologi Amerika benar-benar menghargai implikasi dari penelitian-
penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu antropologi. Pengesahan
lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah dengan
munculnya tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical
Behaviour Science yang berorientasi antropologi.
2
Teknik pengumpulan data : observasi partisipan & Indepth interview
Teknik analisa : induktif
Hasil : monografi
3
MATKUL KE 2
PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL
DOSEN : Muh Zul Azhri Rustam, S.KM., M.Kes.
4
artinya bersama-sama menyentuh. Adapun sebagian gejala sosial hubungan dapat
tercipta tanpa menyentuh akan tetapi dengan cara berbicara.
Komunikasi, menurut wiryawan dan noorhadi (2014):
1. Komunikasi dapat dipandang sebagai proses penyampiakan informasi
2. Proses penyampiakan gagasan dari seorang kepada orang lain.
3. Proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan
5
MATKUL KE 3
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
DOSEN : Ayu Citra Mayasari, SPd., M.Kes.
B. Pengertian Kebudayaan
Menurut Drs. Sidi Gazalba kebudayaan adalah cara berfikir dan merasa yang
menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang
membentuk kesatuan sosial dengan suatu ruang dan suatu waktu.
Menurut Selo Soemarjon dan Soelaeman Soemardi kebudayaan adalah semua hasil
karya, rasa dan cipta masyarakat.
C. Wujud Kebudayaan
1. Wujud Gagasan
Bersifat abstrak dan tempatnya ada dalam alam pikiran tiap warga pendukung
budaya yang bersangkutan sehingga tidak dapat diraba atau difoto
2. Wujud perilaku
Budaya dalam wujud perilaku berpola menurut ide atau gagasan yang ada. Bersifat
konkrit dapat dilihat dan didokumentasikan
3. Wujud benda hasil budaya
Semua benda hasil karya manusia tersebut bersifat konkrit, dapat diraba dan difoto.
kebudayaan dalam wujud konkrit itu disebut kebudayaan fisik
D. Unsur-unsur Kebudayaan
1. Sistem Religi yang meliputi sistem kepercayaan, sistem nilai dan pandangan hidup,
komunikasi, keagamaan, upacara keagamaan
2. Sistem Kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi kekerabatan, asosiasi
dan perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, perkumpulan
3. Sistem pengetahuan meliputi pengetahuan tentang flora dan fauna, waktu, ruang dan
bilangan, tubuh manusia dan perlaku antar sesame manusia
4. Bahasa yaitu alat untu berkomunikasi berbentuk lisan dan tulisan
5. Kesenian yang meliputi seni patung atau pahat, relief, lukis dan gambar, rias,vokal,
musik, bangunan, kesusastraan dan drama
6. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi berburu dan
mengumpulkan makanan, bercocok tanam
7. Sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi produksi, distribusi,
transportasi, peralatan komunikasi, peralatan komunikasi dalam bentuk wadah,
pakaian dan perhiasan
E. Sifat dan Hakikat Kebudayaan
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perikelakuan manusia
6
2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan
tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan
3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya
4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-
tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tidakan yang dilarang dan tindakan-
tindakan yang diizinkan
F. Ciri-ciri Kebudayaan
Bersama-sama dimiliki oleh sebagian besar warga satuan sosial
Sebagai acuan dalam memilih alternatif tindakan
Pemilikannya melalui proses belajar (enkulturasi) bukan merupakan warisan
biologis
Sangat bervariasi
Selalu mengalami perubahan
Contoh : budaya tujuh bulanan atau “mitoni” Empat bulanan “mapati”
7
MATKUL KE 4
STRATIFIKASI SOSIAL
DOSEN : Muh Zul Azhri Rustam, S.KM., M.Kes.
8
Misalnya seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, seorang yang
tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada niat dan usaha.
D. Unsur-unsur Stratifikasi Sosial
Selo Soemardjan (1964), seorang tokoh sosiologi Indonesia, menyatakan bahwa hal yang
mewujudkan unsur-unsur dalam teori sosiologi tentang sistem berlapis lapis dalam
masyarakat, kedudukan (status) & peranan (role).
1. Kedudukan
Diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial,
sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam kelompok tersebut atau tempat suatu
kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lainnya di dalam kelompok yang
lebih besar lagi Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum
dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya
Ada 3 macam Kedudukan (status)
Ascribe Status: Seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan
perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan; kedudukan tersebut
diperoleh karena kelahiran. Contoh: sang ayah atau suami adalah kepala
keluarga batihnya (tidak di lihat dari keluarga bangsawan, atau kasta ) /akan
tetapi sebagai kepala keluarga.
Achieved Status: kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha yang
disengaja; kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi
bersifat terbuka bagi siapa saja hal mana tergantung dari kemampuannya
masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuantujuannya. Contoh :
seseroang yang ingin menjadi dokter, tentunya harus belajar kedokteran, dll
Assigned Status : Satu bentuk kedudukan yang mempunyai hubungan erat
dengan achieved status,yaitu kedudukan yang diberikan karena alasan-alasan
tertentu; dalam arti bahwa suatu kelompok, golongan, atau masyarakat
memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang dianggap
berjasa, yang telah memperjuangkan sesuatuuntuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan masyarakat. Contoh: Kepala Desa yang berjasa atas kemajuan di
desanya. (Lurah Hormat), Datuk (Sumatera Barat), Andi (Makassar), Sir
(Inggris)
2. Peranan (Role)
Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan, dimana apabila seseorang
melaksanakan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya
maka orang itu telah menjalankan suatu peran. Peranan dan kedudukan itu saling
melengkapi, kedua-duanya tidak dapat dipisahkan, oleh karena yang satu tergantung
pada yang lain dan sebaliknya.
Peranan itu mencakup tiga hal :
Peranan adalah meliputi norma-norma yang dihubungakan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan;
Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi;
9
Peranan juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan individu yang penting
bagi struktur social.
E. Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial adalah bentuk perpindahan status dan peranan seseorang atau
sekelompok orang dari kelas sosial yang lebih rendah ke kelas sosial yang lebih tinggi,
atau dari kelas sosial yang tinggi kelas sosial yang lebih rendah (vertikal) atau
perpindahan kelas sosial dengan derajat yang searah (horizontal).
1. Tipe- Tipe Mobilitas Sosial
Gerak sosial horizontal, yaitu peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya,
dari kelompok sosial satu ke kelompok sosial lainnya dalam posisi yang
sederajat.
Gerak sosial vertikal, ialah perpindahan individu atau objek sosial dari
kedudukan sosial yang satu ke kedudukan sosial lainnya dalam posisi yang tidak
sederajat. Sesuai dengan arahnya, dalam gerak sosial vertikal ini dibedakan
menjadi 2 macam yaitu, gerak sosial naik (social climbing), dan gerak sosial
turun (social singking)
Jenis Mobilitas Vertikal
Gerak sosial meningkat (social climbing), yakni gerak perpindahan anggota
masyarakat dari kelas sosial rendah ke kelas sosial yang lebih tinggi.
Misalnya seorang staf yang dipromosikan naik pangkat menjadi kepala
bagian di sebuah perusahaan swasta.
Gerak sosial yang menurun (sosial singking), yakni gerak pepindahan
anggota masyarakat dari kelas sosial tertentu ke kelas sosial yang lebih
rendah posisinya. Misalnya, seorang petani yang jatuh miskin karena gagal
panen
10
Organisasi ekonomi. Oragnisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang
perusahaan maupun jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya
bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal, karena dalam organisasi
ini sifatnya relative terbuka.
b) Saluran Mobilitas Sosial Horizontal
Mobilitas sosial petani di sentra industry
MATKUL KE 5
LEMBAGA KEMASYARAKATAN
DOSEN : Ayu Citra Mayasari, SPd., M.Kes.
11
MATKUL KE 6
DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
DOSEN : Muh Zul Azhri Rustam, S.KM., M.Kes.
A. Definisi Masyarakat
Menurut Selo Soemardjan; mengartikan masyarakat sebagai orang-orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan
Menurut Max Weber; mengartikan masyarakat sebagai struktur atau aksi yang pada
pokoknya ditentukan oleh harapan dan nila-inilai yang dominan pada warganya
B. Dinamika Masyarakat
Manusia selalu memiliki rasa untuk hidup berkelompok akinat dari keaadan
lingkungan yang selalu berubah atau dinamis
Perubahan-perubahan tersebut memaksa manusia memakai akal, kreativitas, perasaan
serta daya tahanya untuk menghadapinya
Menurut More (Narwoko, 2007: 362) perubahan sosial diartikan sebagai suatu
perubahan penting dalam struktur sosial, pola-pola perilaku dan sistem interaksi
sosial, termasuk di dalamnya perubahan nilai, norma, dan fenomena kultural
C. Faktor Dalam Perubahan Masyarakat
1. Penyebaran informasi meliputi pengaruh dan mekanisme media dalam
menyampaikan pesan-pesan ataupun gagasan.
2. Modal, antara lain sumber daya mausia ataupun modal financial.
3. Teknologi. Suatu unsur dan sekaligus factor yang cepat berubah sesuai dengan
perkembangan ilu pengetahuan
4. Ideology atau Agama, keyakinan agama atau ideology tertentu berpengaruh terhadap
proses perubahan social
5. Birokrasi, terutama berkaitan dengan berbagai kebijakan pemerintahan tertentu
dalam membangun kekuasaanya.
6. Agen atau Aktor, hal ini secara umum termasuk dalam modal sumber daya manusia,
tetapi secara spesifik yang dimaksudkan adalah inisiatif individual dalam mencari
kehidupan yang lebih baik.
D. Faktor Penghambat Masyarakat
1. Kurangnya hubungan antara masyarakt lain
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
3. Sikap masyrakat yang sangat tradisional
4. Adanya kepentingan –kepentingan yang telah tertahan dengan kuat
5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada ada kebudayaanya
6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing sikap yang tertutup
7. Hanbatan-hambatan yang bersifat ideologis
8. Adat atau kebiasan
9. Nilan bahwa hidup ini pada hakikatnya yang buruk dan tidak mungkin diperbaiki
E. Proses Awal Perubahan Sosial dan Kebudayaan
1. Komunikasi
Dimana melalui kontak komunikasi unsur-unsur baru dapat menyebar baik berupa
ide, gagasan, keyakinan maupun kebendaan.
Ada tiga macam proses simbiotik
Mutualistik, proses simbiotik yang saling menguntungkan
12
Komensalistik; proses simbiotik dimana satu pihak untung, sedangkan pihak
lainnya tidak untung dan tidak rugi
Parasilistik; yaitu proses simbiotik dimana yang satu untung dan yang lain
dirugikan.
2. Akulturasi
proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing
sehingga unsure-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
itu.
3. Asimilasi
suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar
belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga
sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan golongan itu masing-masing berubah
menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
4. Penemuan
Penemuan merupakan persepsi manusia yang dianut secara bersama mengenai suatu
aspek kenyataan yang semula sudah ada. Penemuan baru menjadi satu faktor dalam
perubahan sosial jika hasil penemuan didayagunakan
5. Invensi
Invensi seringkali disebut sebagai suatu kombinasi baru atau cara penggunaan
baru dari pengetahuan yang sudah ada. Meskipun unsur-unsur yang sudah ada
memang berperan dalam suatu invensi baru, tetapi ide pengkombinasian alat-alat
demi satu kegunaan itulah yang menyebabkan timbulnya sesuatu yang belum pernah
ada sebelumnya.
Invensi dibagi menjadi 2 klasifikasi
Invensi material misalnya busur, dan anak panah, telepon dan pesawat
terbang.
Invensi sosial misalnya abjad pemerintahan konstitusional dan
perusahaan.
6. Difusi
proses penyebaran unsur kebudayaan. Bersama dengan penyebaran dan
migrasi kelompok-kelompok manusia, turut tersebar pula berbagai unsur
kebudayaan. Penyebaran unsur-unsur kebudayan juga dapat terjadi tanpa ada
perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa, tetapi karena unsur
kebudayaan itu memang sengaja dibawa oleh individu tertentu
Contoh seperti pedagan atau pelaut.
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan berdasarkan pertemuan-pertemuan antara
individu-individu dari berbagai kelompok yang berbeda yang berlangsung dengan
cara damai tanpa melibatkan unsur paksaan ini biasaya di sebut: Penetration
Pacifique.
13
MATKUL KE 7
NILAI-NILAI BUDAYA DAN NORMA-NORMA SOSIAL
DOSEN : Ayu Citra Mayasari, SPd., M.Kes.
14
Pesan - pesan leluhur bagi masyarakat mengandung nilai intelektual untuk
tetap mempertahankan adat istiadat masyarakat, di samping mengingatkan manusia
untuk rajin mengerjakan amal kebajikan dan meninggalkan perbuatan tercela.
5. Nilai social
Budaya lokal mengandung nilai sosial, ini dipahami dari realitas masyarakat
dalam suatu wilayah, memiliki lingkungan sosial dan dengan masyarakatnya
membentuk pergaulan hidup bersama, mereka saling membantu dalam kebaikan dan
mengingatkan bahwa kebahagiaan manusia terkait pula pada hubungannya dengan
sesamanya. Nilai sosial dalam masyarakat ditemukan pula dari segi perbedaan status
dengan berbagai simbol kemanusiaan, keagamaan, dan perilaku tata kemasyarakatan
D. Tahapan Norma-norma Sosial
1. Norma Cara
bagaimana cara berperilaku yang baik dan sopan, bagaimana cara berpakaian
yang rapi. Bagaimana sikap kita terhadap orang yang melanggar suatu ketentuan
hukum dan melakukan penyimpangan, apa sanksi yang harus kita terapkan. Norma
cara ini menuntut seseorang untuk melakukan sesuatu dengan caranya.
2. Norma Kebiasaan
Sebutan lain untuk norma kebiasaan ini ialah folkways. Yang dimaksud
dengan folkways ini ialah suatu norma yang dilakukan sehari - hari atau norma
kebiasaan yang tumbuh didalam suatu masyarakat tertentu. Norma ini tumbuh dan
berkembang menjadi mindset seseorang. Misalnya yaitu jangan makan pakai tangan
kiri karena nanti tidak sopan dan akan ditegur orang. Harus hormat pada orang tua
dan lain - lain.
3. Norma Tata Kelakuan
Norma ini merupakan sesuatu yang terbentuk dimasyarakat yang merupakan
hasil tumbuh kembang dari norma kebiasaan. Norma kebiasaan yang telah mengakar
didalam diri seseorang akan menjadi norma tata kelakuan ini. Norma tata kelakuan ini
menuntut kita untuk bagaimana menjadi orang yang berperilaku dan bertutur kata
yang baik
4. Norma Adat Istiadat
Adat istiadat berisi tentang kumpulan tata kelakuan yang kedudukannya paling
tinggi dan paling dihormati oleh masyarakat. Sifat adat istiadat ini bersifat kekal dan
terintegrasi dengan sekelompok masyarakat tertentu. Adat istiadat dapat pula disebut
sebagai sistem nilai atau kebudayaan abstrak. Norma sosial yang mengacu pada
aturan adat istiadat akan mendapatkan sanksi keras, baik dilakukan secara langsung
ataupun tidak langsung.
E. Pranata Sosial
Pranata sosial adalah institusi atau lembaga sosial hasil kesepakatan anggota
masyarakat yang dibuat untuk menjalankan sistem sosial. Ketika hidup di masyarakat,
kita selalu dihadapkan dengan sistem nilai dan norma yang sudah mapan. Bahkan nilai
dan norma masyarakat sudah eksis terlebih dahulu sebelum kita dilahirkan. Sebagai
contoh, kita lahir dalam masyarakat Indonesia yang meyakini bahwa menggunakan
tangan kanan lebih baik dari tangan kiri ketika meminta. Pada prinsipnya, fungsi pranata
sosial adalah untuk menyadarkan seluruh anggota masyarakat agar berperilaku sesuai
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Berbagai macam karakteristik dari pranata social :
15
1. Memiliki symbol
2. Memiliki aturan
3. Memiliki daya tahan
4. Memiliki ideology
5. Memiliki kelanggengan
6. Memiliki instrument
16
MATKUL KE 8
KEPERCAYAAN DAN AGAMA SEBAGAI KEKUATAN DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT
DOSEN : Muh Zul Azhri Rustam, S.KM., M.Kes.
A. Kepercayaan Sebagai Sumber Kekuatan Dalam Kehidupan Masyarakat
Hubungan antara kesehatan dengan kepercayaan yang berlaku di masyarakat
berhubungan dengan kepercayaan yang mengandung unsur-unsur kekuatan supranatural
maupun supernatural atau penyihir yang sulit untuk dirasionalkan. Jadi di masyarakat
berlaku sebuah alasan mengapa orang tersebut sakit yang dikaitkan dengan kekuatan
supranatural maupun supernatural atau penyihir.
Banyak kepercayaan yang saat ini masih digunakan oleh masyarakat. Mengapa hal itu
terjadi? Salah satu faktor utamanya adalah masih mempercayai kata– kata sesepuh atau
orang terdahulu. Contohnya seperti beberapa kasus seperti berikut :
a. Minum Air Es Bisa Bikin Gemuk
b. Mandi Malam Dapat Menyebabkan Rematik
c. Ketika Menstruasi Dilarang Tidur Siang
17
MATKUL 9
Konsep Perilaku
Dosen : Ayu Citra Mayasari, SPd., M.Kes.
A. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu repson seseorang (organisme) terhadap stimulus atau
obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan
dan minuman serta lingkungan. Dalam konteks pelayanan kesehatan, perilaku kesehatan
dibagi menjadi dua: 1) Perilaku masyarakat yang dilayani atau menerima pelayanan
(consumer), Perilaku pemberi pelayanan atau petugas kesehatan yang melayani
(provider).
Dimensi Prilaku Kesehatan dibagi Menjadi dua :
1. Healthy Behavior yaitu perilaku orang sehat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan. Disebut juga perilaku preventif (Tindakan atau upaya untuk
mencegah dari sakit dan masalah kesehatan yang lain: kecelakaan) dan promotif
(Tindakan atau kegiatan untuk memelihara dan meningkatkannya kesehatannya).
Contoh : 1) Makan dengan gizi seimbang, 2) Olah raga/kegiatan fisik secara teratur,
3) Tidak mengkonsumsi makanan/minuman yang mengandung zat aditif , 4) Istirahat
cukup, 5) Rekreasi /mengendalikan stress.
2. Health Seeking Behavior yaitu perilaku orang sakit untuk memperoleh
kesembuhan dan pemulihan kesehatannya. Disebut juga perilaku kuratif dan
rehabilitative yang mencakup kegiatan: 1) Mengenali gejala penyakit , 2) Upaya
memperoleh kesembuhan dan pemulihan yaitu dengan mengobati sendiri atau
mencari pelayanan (tradisional, profesional), 3) Patuh terhadap proses penyembuhan
dan pemulihan (complientce) atau kepatuhan.
18
(unfeeling well) lemah (weakness), pusing(dizziness), merasa kaku dan mati rasa
(numbness).
Mungkin saja dengan pemeriksaan medis seseorang terserang suatu penyakit dan salah
satu
organ tubuhnya terganggu fungsinya, namun dia tidak merasa sakit dan tetap menjalankan
aktivitas sehari-harinya. Senada dengan penjelasan tersebut, Sarwono ( dikutip oleh
Yunindyawati, 2004:15) mendefenisikan bahwa sakit merupakan kondisi yang tidak
menyenangkanmengganggu aktifitas jasmani dan rohani sehingga seseorang tidak bisa
menjalankan fungsi dan perannya sebagaimana mestinya dalam masyarakat. Sickness
menunjuk kepada suatu dimensi sosial yakni kemampuan untuk menunaikan kewajiban
terhadap kehidupan kelompok. Selama seseorang masih bisa menjalankan kewajiban-
kewajiban sosialnya, bekerja sebagaimana mestinya maka masyarakat tidak
menganggapnya sakit.
Selain faktor sosial budaya, persepsi sehat dan sakit juga dipengaruhi oleh
pengalaman
masa masa lalu seseorang, seperi yang diungkapkan oleh Yunindyawati (2004:15)
Persepsi
tentang sehat-sakit juga dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur
social budaya. Pengalaman masa lalu menjadi acuan (referensi) persepsi individu tentang
kondisi sehat dan sakit.
19
MATKUL KE 10
Konsep Sistem Medis
Dosen : M. Zul Azhri, SKM., M.Kes.
20
Sedangkan disease adalah penyakit yang dianggap sebagai suatu konsep
patologi atau dapat dikategorikan konsep penyebab sakit naturalistik yaitu seseorang
menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan
hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin
seperti masuk angin dan penyakit bawaan.
21
MATKUL 11
Diskusi Kelompok Mengenai Masalah
Dosen : Ayu Citra Mayasari, SPd., M.Kes.
23
D. Pengaruh Lingkungan Terhadap Penyakit Menurut Belum Ada Empat Peranan
Lingkungan Dalam Menyebabkan Gangguan Kesehatan
1. reservior Peran lingkungan sebagai reservoir dapat dijelaskan dengan adanya
manusia, hewan dan benda sebagai tempat berkembang biaknya bibit penyakit.
Contoh : air kotor, sampah dan sebagainya.
2. sebagai agent ( penyebab penyakit)
Contoh peran lingkungan sebagai penyebab penyakit : adanya beberapa mikroba
penyebab penyakit baik dari golongan bakteri, jamur, virus maupun protozoa, adanya
zat-zat kimia di lingkungan, adanya radiasi, tekanan udara, aliran listrik dan
sebagainya.
3. medium transmisi Peran lingkungan sebagai medium transmisi dikarenakan
lingkungan dapat berperan sebagai benda perantara agent.
Contoh: udara, air, makanan dan sebagainya.
4. Vektor Peran lingkungan sebagai penular atau penyebar penyakit dikarenakan di
lingkungan terdapat beberapa hewan yang berperan sebagai vektor penular atau
pemindah bibit penyakit sehingga terjadi penularan.
Contoh: lalat, kecoa, nyamuk dan sebagainya. Dalam teori HL blum tentang status
kesehatan, maka dijelaskan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi status
kesehatan,
Selanjutnya Blum juga menjelaskan, bahwa lingkungan sosial budaya tersebut
tidak saja mempengaruhi status kesehatan, tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa
yang mempunyai latar budaya yang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat
mepegaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga dengan
beranekaragam budaya, menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal,
termasuk dalam perilaku kesehatan.
24
MATKUL 12
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KESEHATAN
Dosen : M. Zul Azhri, SKM., M.Kes.
25
B. Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Status Gizi
Aspek sosial budaya adalah segala sesuatu yang di ciptakan oleh manusia dengan
pemikiran dan akal budinya serta hati nuraninya dalan kehidupan bermasyarakat serta
aspek tersebut telah melekat dalam diri manusia.
Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang
di makan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan
ditemukan factor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi.
Aspek sosial berpengaruh terhadap status kesehatan dan perilaku kesehatan Diantaranya
umur, jenis kelamin, dan sosial ekonomi. Selain aspek sosial, aspek budaya juga
berpengaruh terhadap status kesehatan dan perilaku kesehatan. Aspek budaya tersebut
adalah pengaruh tradisi, sikap fatalistis, sikap ethnosentris, pengaruh perasaan bangga
pada statusnya, pengaruh norma, dan pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap
perilaku. Budaya dan kesehatan sangat erat hubungannya adapun masalah kesehatan yang
sering terjadi sekarang ini salah satunya karena budaya masyarakat itu sendiri
kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respon terhadap kesehatan dan
penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
26
MATKUL 13
ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI STATUS KESEHATAN DAN
PROGRAM KB
Dosen : Ayu Citra Mayasari, SPd., M.Kes.
A. Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Status Kesehatan
1. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan
Sistem pelayanan kesehatan adalah bagian penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan dapat tercapai dengan cara
efektif, efisein, dan tepat sasaran. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan
tergantung berbagai komponen yang masuk dalam pelayanannya. Ada beberapa
aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah :
a. Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan
golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi,
sedangkan golongan usila lebih banyak menderita penyakit kronis seperti
hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan lain-lain.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula.
Misalnya di kalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara,
sedangkan laki-laki banyak menderita kanker prostat.
c. Pekerjaan
Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya sebaliknya
buruh yang bekerja di industri, misalnya di pabrik tekstil banyak yang menderita
penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan debu.
d. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya
penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang
berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan di
kalangan masyarakat yang status ekonominya rendah.
Menurut H.Ray Elling (1970) ada 2 faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku
kesehatan :
a. Self concept
Self concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang kita
rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan
diri kita kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita positif dan menerima
apa yang kita lakukan, kita akan meneruskan perilaku kita, begitu pula
sebaliknya.
b. Image kelompok
Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai
contoh, anak seorang dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-
orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar
dengan lingkungan medis dan besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk
menjadi dokter.
27
2. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan
Menurut G. M foster (1973) aspek budaya yang dapat mempengaruhi Kesehatan
seseorang antara lain adalah :
a. Tradisi
Tradisi adalah suatu wujud budaya yang abstrak dinyatakan dalam bentuk
kebiasaan, tata kelakuan dan istiadat. Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat
yang dapat berpengaruh negatif juga positif.
Contoh negatif : Masyarakat Desa Tanjung Limau masih mempercayai adat
istiadat memantang makanan sepcrti ikan asin,cumi-cumi,sejumlah buah-
buahan seperti nanas dan cempedak. Perempuan hamil tidak boleh keluar
rumah pada sore hari menjelang magrib disebabkan keyakinan mahluk halus
yang mengganggu. Tujuan dari pantangan tersebut menghindari kesulitan
saat persalinan dan juga demi keselamatan bayi yang akan dilahirkan.
Masyarakat di Desa ini juga lebih meyakini melakukan proses persalinan
bersama dukun dibandingkan dengan bidan.
Contoh positif: tradisi nyirih yang dapat menyehatkan dan menguatkan gigi
b. Sifat fatalism
Sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh : beberapa
anggota masyarakat di kalangan kelompok tertentu (fanatik) dan meyakini
kepercayaan tersebut sehingga menolak diberikan pertolongan kesehatan.
c. Nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.
Contoh masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daripada beras
merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi pada beras
merah daripada beras putih.
d. Sikap ethnosentris
Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan
dengan kebudayaan pihak lain. Misal sikap seorang yang menggunakan vitsin
pada makanannya yang menganggap itu lebih benar daripada orang yang tidak
menggunakan vitsin padahal vitsin tidak bagi kesehatan.
e. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
Contoh : beberapa daerah di perkotaan menghindari makanan berbahan ketela
karena menganggap ketela tidak layak untuk orang metropolitan.
f. Pengaruh norma
Contoh : di beberapa desa tertentu yang primitive menolak kedatangan orang lain
termasuk tenaga kesehatan. Mereka menganggap adanya orang dari luar alias
orang asing termasuk melanggar norma adat istiadat setempat.
g. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku
kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang
akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang
terlibat/berpengaruh pada perubahan dan berusaha untuk memprediksi tentang
apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut.
28
B. Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Program KB
1. Pengertian KB
Menurut BKKBN keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga
yang berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan
hak-hak reproduksi serta penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan dukungan
yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur
jumlah, jarak, dan usi ideal melahirkan anak, mengatur kehamilan dan membina
ketahanan serta kesejahteraan anak.
2. Tujuan KB
a. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan
laju penduduk yang akan diikuti dengan menurunya angka kelahiran.
Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan
kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta banyaknya kerusakan
yang ditimbulkan dan kesenjangan pangan dibandingkan jumlah penduduk
(BKKBN, 2015).
b. Tujuan akhir KB adalah tercapainya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) dan membentuk keluarga berkualitas. Keluarga berkualitas
artinya suatu keluarga yang humoris, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan,
pendidikan dan produktif dari segi ekonomi (Setiyaningrum, 2015).
c. Tujuan umum KB adalah meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka
mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi
dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
3. Faktor Sosial Budaya yang Mempengaruhi Program KB
a. Lokasi Klinik
Lokasi klinik atau tempat pelayanan dapat mempengaruhi program KB. Lokasi
klinik diarapkan untuk memudahkan pelayanan, sehingga diperlukan
pertimbangan lokasi yang statergis, kelancaran alat transportasi dan dekat
keramaian.
b. Petugas KB
Faktor jenis kelamin, umur dan status perkawinan petugas KB mempengaruhi
keberhasilan program KB. Petugas kesehatan adalah role model di masyarakat,
sehingga masyarakat akan cenderung meniru perilaku petugas kesehatan.
c. Waktu Pelayanan
Masyarakat sudah menyadari pentingnya KB dan mau mengikuti program KB,
namun tidak mempunyai waktu untuk mendatangi klinik KB, dapat
menyebabkan mereka lebih memilih tidak menggunakan KB (unmet need).
Waktu pelayanan KB sebaiknya disesuaikan dengan keinginan masyarakat dan
bukan berdasarkan keinginan petugas.
d. Efek Samping
Efek samping yang timbul dari pemakaian alat kontrasepsi, dapat mengurangi
keinginan masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi. Efek yang terjadi
dapat berupa perdarahan, pusing, kegemukan dan flek-flek hitam pada wajah.
29
Banyak kasus Pasangan Usia Subur (PUS) lebih memilih untuk tidak
menggunakan KB karena efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi.
e. Pengetahuan tentang Metode Kontrasepsi
Masyarakat mengenal cara-cara menjarangkan kehamilan secara tradisional.
Berbagai cara untuk menjarangkan kehamilan diberbagai daerah, seperti:
memperpanjang masa menyusui anak, minum jamu tertentu, melakukan coitus
interuptus, pemijatan oleh dukun terhadap ibu yang baru melahirkan.
f. Komunikasi Petugas dengan Masyarakat
Kurangnya komunikasi dan penyuluhan yang disampaikan petugas Kesehatan
kepada masyarakat menyebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
KB sehingga mereka lebih memilih untuk unmet need.
g. Biaya Pelayanan KB
Pada masyarakat yang taraf ekonomi rendah cenderung tidak mau mengikuti KB
karena tidak mempunyai biaya atau mahalnya biaya pelayanan.
h. Usia Perkawinan Rendah
Tingginya angka kelahiran dipengaruhi oleh usia wanita waktu menikah.
Semakin muda seseorang wanita memasuki jenjang perkawinan, maka semakin
panjang masa produktif, berarti semakin panjang kesempatan untuk melahirkan.
i. Adat Perkawinan Poligami
Perkawinan poligami tentunya akan menghambat program KB. Alasan yang
sering digunakan adalah karena tidak mempunyai anak dari jenis kelamin tertentu
(laki-laki atau perempuan), sehingga dengan alasan ini seseorang cenderung
menikah lagi.
j. Nilai Anak
Sebagian masyarakat dan keluarga sangan mengharapkan kehadiran anak yang
banyak. Nilai anak bagi mereka adalah anak dapat memberikan kebahagiaan
kepada orang tua, anak sebagai jaminan di hari tua dan membentu ekonomi
keluarga, anak memberikan keuntungan ekonomi dan rasa aman bagi
keluarganya serta adanya pandangkan bahwa banyak anak banjak rejeki
(Maswardi, 2013).
30
MATKUL 14
MASALAH-MASALAH SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN MASYARAKAT, UTAMANYA DIBIDANG KEPERAWATAN
Dosen : M. Zul Azhri, SKM., M.Kes.
31
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah
kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi
untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis
bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk
menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri.
Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah agama yang dianut, status
pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor social dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang dianggap baik atau buruk Norma-norma budaya adalah suatu kaidah
yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait Yang
perlu dikaji pada faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala
keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang
dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan
kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya
(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan
dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang
harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,
tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara
aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
32
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan
dalam asuhan keperawatan transcultural yaitu: gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi social berhubungan
disorientasi sosiokultural dan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini ketidak
patuhan dalam pengobatan.
3. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaandanpelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan Perencanaan adalah suatu proses memilih
strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai
denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman
yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu:
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien
bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
Identifikasi perbedaan konsep antar klien dan perawat
Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
Libatkan keluarga perencanaan perawatan dalam
Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c. Cultual care repartening/reconstruction
Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasin yang diberikan dan
melaksanakannya
Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari kelompok budaya
Gunakan pihak ketiga bila perlu
Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa Kesehatan yang
dapat dipahami oleh klien dan orang tua
Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan Kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing
melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila
perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidakpercaya
sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu
Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilanmenciptakan
hubungan perawat dan klien yang terapeutik.
4. Evaluasi
33
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradapt asi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya.
34
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/970/2/BAB%20II.pdf
https://123dok.com/document/z1ed35ey-aspek-sosial-budaya-dalam-perilaku-
keseh.html#:~:text=Aspek%20sosial%20berpengaruh%20terhadap%20status,status
%20kesehatan
n%20dan%20perilaku%20kesehatan.
https://pdfcoffee.com/makalah-implikasi-transkultural-dalam-praktik-keperawatan-
pdf-free.html
https://mediaperawat.id/identifikasi-aspek-sosio-budaya-yang-mempengaruhi-perilaku-
kesehatan/
http://stikesdhb.ac.id/metode-penelitian-perilaku-kesehatan/
https://www.kompasiana.com/desrina/550fd94e8133118b38bc5fc0/persepsi-sehat-dan-
sakit
https://slideplayer.info/slide/2589048/
35