Resha Azza - ResumeKesMatra2
Resha Azza - ResumeKesMatra2
KESEHATAN MATRA
Disusun Oleh :
Resha Azza Shoftarahmansyah
2120006
D3 KEPERAWATAN TK 1
PJMK Dosen :
STIKES HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan modul ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan modul ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti nantikan
syafa`atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan modul Farmakologi sebagai tugas dari mata kuliah Farmakologi. Penulis tentu
menyadarai bahwa modul ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapakan kritik serta saran
dari pembaca untuk modul ini, supaya modul ini nantinya dapat menjadi modul yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada modul ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
Matkul 1 KONSEP KEPERAWATAN DAN RUANG LINGKUP MATRA DARAT
A. Ruang Lingkup Kesehatan Matra............................................................1
B. Lingkup Penyelenggaraan Kesehatan Matra...........................................2
Matkul 2 Kegiatan Kesehatan Dalam Tugas Operasi dan Latihan Militer
A. Kesehatan Lapangan................................................................................3
B. Organisasi Satuan Militer........................................................................3
C. Organisasi Peleton Kesehatan..................................................................5
D. Tugas-tugas pokok Peleton Kesehatan Batalyon.....................................5
E. Tugas Pokok RUKESKI..........................................................................6
F. Urutan-urutan Pendaratan Unsur Kesehatan............................................6
G. Tugas Pokok POS LONG YON..............................................................6
H. Tugas Pokok Regu Evakuasi...................................................................6
I. Seksi Kesehatan Brigade..........................................................................7
J. Seksi Kesehatan Devisi Pendaratan.........................................................7
K. Batalyon Kesehatan.................................................................................7
L. Kompi Markas.........................................................................................8
M. Kompi pengumpulan dan Penyaringan ...................................................8
N. Kompi Rumah Sakit.................................................................................8
Matkul 3 Kesehatan Situasi Gangguan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
A. Mobilitas Bantuan Kesehatan..................................................................10
B. Penemuan dan Pertolongan Korban dan Musibah Massal.......................10
C. Pelayanan korban dipos depan pelayanan kesehatan dan pelayanan
rujukan.....................................................................................................12
D. Pelayanan medis korban di unit pelayanan kesehatan terdekat...............12
E. Pengamanan terhadap pos kesehatan lapanagn dan unit pelayanan
kesehatan rujukan ....................................................................................12
Matkul 4 Penanggulangan Perencanaan Bencana
A. Jenis-jenis Perencanaan dalam Perencanaan Bencana.............................13
B. Perencanaan Kontinjensi..........................................................................14
Matkul 5 Kesehatan Perpindahan Penduduk
A. Definisi.....................................................................................................15
B. Pendataan Demografi...............................................................................15
C. Penyuluhan Kesehatan.............................................................................16
D. Pelayanan Kesehatan Primer....................................................................17
ii
E. Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan................................17
Matkul 6 Kesehatan Wilayah Pesisir
A. Status Kesehatan Wilayah Pesisir............................................................19
B. Gangguan Kesehatan Wilayah Pesisir.....................................................19
C. Peran Tenaga Kesehatan dalam Menanggulangi Masalah
Kesehatan Pesisir.....................................................................................20
D. Pendidikan Kesehatan Wilayah pesisir....................................................20
Matkul 7 Kesehatan Dalam Penugasan Khusus Kepolisian
A. Promotif dan Preventif.............................................................................21
B. Kuratif dan Rehabilitatif..........................................................................21
C. Pembekalan Kesehatan............................................................................21
..................................................................................................................
D. Administrasi Kesehatan...........................................................................21
Matkul 8 Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan Kesehatan Dalam Penugasan Khusu
Kepolisian
A. Pengertian................................................................................................22
B. Waktu Penyelenggaraan...........................................................................22
C. Kegiatan Kesehatan Dalam Tugas Kepolisian.........................................22
Matkul 9 Konsep Dasar Kesehatan Matra laut dan Bawah Air
A. Kesehatan Penyelaman............................................................................23
B. Kesehatan Pelayaran dan Lepas Pantai ...................................................23
C. Kesehatan Dalam Tugas Operasi dan Latihan Militer di Laut................24
Matkul 10 Bencana Alam Dilaut dan Cara Penggulangan dan Keselamatan Dilaut dan
Fasilitas dan Peralatan Kelautan dan system Kesehatan Dikapal
A. Kapal Sebagai Alat Transportasi di Laut & Sanitasi Kesehatan
Kapal TNI AL......................................................................................... 25
B. Alat – Alat Keselamatan di Laut/ APD (alat pelindung diri)...................25
C. Alat – Alat Navigasi dan Komunikasi di Laut.........................................26
D. Alat Pengirim dan Penerima Berita Marabahaya.....................................26
E. Penanggulan Gangguan Kesehatan Di Atas Kapal..................................27
Matkul 11 Konsep Kesehatan Kelautan dan Bawah Air/ Penyelaman Kesiapan Bagi
Peselam
A. Kesehatan Fisik dan Mental ....................................................................28
B. Pemahaman Situasi dan Kondisi Lingkungan penyelaman.....................29
C. keterampilan dan Kemampuan Antisipasi Perubahan Situasi
di Lingkungan Penyelaman......................................................................29
D. Perbekalan dan Peralatan Keselamatan Penyelaman...............................29
E. Pemahaman Dampak Penyelaman Bagi Kesehatan.................................29
iii
Matkul 12 Evakuasi Medis Atas Air- Bawah Air Serta Simulasi Kedaruratan Kesehatan
Kelautan dan Di Bawah Air
A. Pertolongan Korban Kecelakaan Atas dan Bawah Air............................30
B. Pertolongan Korban Tenggelam dan System Rujukan Pelayanan
Kesehatan dan Hiperbarik .......................................................................30
C. Alat Bantu Evakuasi Medis.....................................................................31
iv
MATKUL 1
KONSEP KEPERAWATAN DAN RUANG LINGKUP MATRA DARAT
DOSEN : Mayor Laut (K) Budi Kartono , S.Kep., Ns
1
Sebuah terapi oksigen yang dilakukan dalam sebuah chamber atau
ruangan bertekanan udara tinggi yaitu lebih dari 1 atmosfer. Pasien berada di
dalam chamber selama beberapa jam untuk menghirup oksigen murni. Pasien
diberikan 3x30 menit untuk menghirup oksigen.
c. Perubahan fisiologis organ pada penyelam
a) Paru-paru akan terjadi hipoventilasi dan penurunan respons terhadap
peningkatan CO2.
b) Jantung akan terjadi bradikardi dan aritmia, turunnya cardiacoutput, tekanan
arteri menurun, sistemik vaskular resistance, menurunnya kapasitas kerja jantung.
c) Otak: terjadi penurunan intelektual, psikomotor dan psiko sensorial secara
bertahap. Perubahan elektro fisiologik dan perubahan neurotransmission. — Mata
: akibat dari pancaran sinar akan terjadi indeks refraksi 1,3 kali dari pada di udara
sehingga benda terlihat 25% lebih besar dan lebih dekat (Hiperopia ± 40 dioptri).
d) Telinga : nilai ambang pendengaran naik 40 sd 75 db. Konduksi tulang
merupakan hantaran utama pada pendengaran.
d. Kesehatan Kedirgantaraan
Kesehatan matra yang berhubungan dengan penerbangan dan kesehatan ruang
angkasa dengan keadaan lingkungan yang bertekanan rendah (hipobarik). Terdiri
atas:
- Kesehatan penerbangan dan ruang angkasa
- Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di udara
2
MATKUL KE 2
Kegiatan Kesehatan Dalam Tugas Operasi dan Latihan Militer
DOSEN : Mayor Laut (K) Budi Kartono , S.Kep., Ns
A. Kesehatan Lapangan
Pengertian
Adalah Kesehatan Matra yang berhubungan dengan pekerjaan di darat yang temporer dan
serba berubah.
Dukungan Kesehatan
Adalah segala usaha kesehatan yg ditujukan terhadap satuan dalam rangka penggunaan
kekatan TNI AL yg dilaksanakan oleh unsur TNI AL.
Kegiatan kesehatan lapangan
o Pemberian pertolongan secara tepat dan cepat
o Pengobatan darurat secara cepat dan tepat
o Memberikan perawatan sementara
o Melaksanakan pengungsian korban
o Pencegahan penyakit menular
o Imunisasi
Prinsip-prinsip
o Tanggung jawab pada komnadan
o RENKES bagian dari rencana operasi
o Bersifat fleksibel, mobil, dan berkelanjutan
o Korban segera diungsikan
Regu
a. Satuan militer terkecil dalam bataliyon (infanteri) yang terdiri minimal 20
personel.
b. Komandannya berpangkat Sersan Satu atau Kopral Kepala senior
c. Bagian dari peleton
Peleton
a. Kesatuan militer di bawah Kompi yang terdiri dari beberapa regu (biasanya
tiga regu)
b. 30 sampai 50 orang dan biasanya dipimpin seorang Letnan Dua.
c. Komandan Peleton biasanya merupakan penugasan PERTAMA, bagi perwira
yang baru lulus
Kompi
3
a. Kesatuan militer di bawah Batalyon terdiri dari beberapa peleton (biasanya
tiga peleton).
b. 180 hingga 250 orang, dipimpin seorang Kapten
c. Tiga macam kompi ( Kompi Senapan /Kipan, Kompi Markas/Kima, Kompi
Bantuan//Kiban)
d. Persenjatan Ki Ban lebih berat dari persenjataan Kipan, persenjataan Kipan
terdiri dari Senjata Mesin Sedang (SMS), mitraliur, dan mortir
Batalyon
a. Di Bawah satuan Brigade atau Resimen terdiri dari Kompi Markas dan
beberapa Kompi (biasanya tiga Kompi) atau Baterai ( Kompi khusus satuan
Altileri).
b. Yonif "BS" (Berdiri Sendiri), adalah Yonif yang tidak bergabung dalam
Brigif, namun komandonya langsung dari Pangdam
c. Personil Yonif kurang lebih 700 hingga 1000 orang, dipimpin Mayor (senior)
atau Letnan Kolonel
d. Bataliyon artileri ; Bataliyon Artileri Medan (sasaran darat) dan Bataliyon
Artileri Pertahanan Udara (sasaran udara)
e. Yonkav unsur persenjataan yang utama ada dua, yaitu tank dan panser
Brigade
a. Satuan di bawah Divisi (biasanya tiga Batalyon), unsur-unsur bantuan tempur
dan unsur-unsur bantuan administrasi).
b. Brigade dapat berdiri sendiri atau merupakan bagian dari komando yang lebih
besar (Divisi).
c. Personelnya kurang lebih 3000 hingga 5000 personel
Resimen
a. Satuan di bawah Divisi terdiri dari beberapa Batalyon (biasanya 3 Batalyon).
b. Resimen merupakan satuan dengan kesenjataan yang sejenis
c. Dipimpin seorang Kolonel
d. satuan di bawah Resimen, hampir sama dengan Brigade
Divisi
a. Satuan tempur terbesar, dengan kekuatan penuh.
b. Memilki kesatuan tempur, berikut unsur pendukungnya, yaitu bantuan tempur
dan bantuan administrasi
c. Angkatan Darat memiliki dua satuan Divisi di bawah Kostrad, yaitu Divisi
Infanteri 1 (markas di Cilodong, Bogor), dan Divisi Infanteri 2 (markas
diSingosari, Malang)
d. Divisi, memiliki unsur tempur sendiri (infanteri, kavaleri dan artileri), juga
memiliki unsur bantuan tempur (yon Zeni, yon Perhubungan, dan yon
4
Peralatan), dan unsur bantuan administrasi (perbekalan, angkutan, kesehatan,
polisi militer, dll).
Detasemen
a. Kesatuan terdiri dari pasukan atau kapal-kapal yang diambil dari kesatuan
yang lebih besar dikirim untuk suatu tugas khusus
b. Kesatuan tetap yang berkekuatan kurang lebih sebesar Peleton hingga Kompi
yang dibentuk untuk tugas-tugas tertentu
c. Contoh: Detasemen Intel (Denintel) Kostrad, Denintel Kodam, Denma Brigif,
Detasemen Polisi Militer, dan Detasemen 81/Anti Teror Kopassus (sebelum
dilikuidasi). komandannya, perwira berpangkat Mayor atau Letkol
d. Nama kesatuan untuk organisasi kemarkasan tingkat Komando Utama ke atas,
komandannya berpangkat Kolonel (untuk Mabes), atau Letkol (untuk
Makodam).
C. Organisasi Peleton Kesehatan
o Organisasi
5
o Menyiapkan laporan kesehatan untuk operasi, PA staf dan YON
ORGANISASI
TUGAS
7
- PENGUMPUL, PENYARING, MENGOBATI DAN PENGUNGSIAN para
korban di daerah pertempuran maupun kebelakang / kekapal / faskes yang lebih tinggi
- Pemeliharaan perlengkapan organik di bawah wewenangnya
L. Kompi Markas
- Menyiakan administrasi, supply organic kesehatan
- Inti rumkilap dari devisi pendaratan
- Kesehatan peventif di daerah devisi pendaratan
- Melengkapi kebutuhan medis dan non medis serta perlengkapannya
TON PENYARING
TON PENGUMPUL
8
merupakan Kesehatan Matra yang dilakukan terhadap masyarakat yang melakukan
perpindahan ke tempat baru yang bersifat menetap
B. Diselenggarakan pada saat:
1. Sebelum perpindahan dilakukan
pendataan demografi
Surveilans Kesehatan
penyuluhan kesehatan
pemberian informasi lokasi tujuan
pemeriksaan kesehatan
pelayanan kesehatan primer.
2. Selama proses perpindahan mulai dari tempat keberangkatan sampai di pelabuhan
dan/atau bandar udara pemberangkatan
penyuluhan kesehatan terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
pelayanan kesehatan primer
Surveilans Kesehatan
penyediaan dukungan logistik.
3. Setelah menempati tempat baru sampai dengan adanya pelayanan kesehatan permanen.
penyuluhan kesehatan terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
pelayanan kesehatan primer
Surveilans Kesehatan
penyediaan dukungan logistic
9
MATKUL KE 3
KESEHATAN SITUASI GANGGUAN KEAAMANAN Dan KETERTIBAN
MASYARAKAT
DOSEN : Yunus Mustofa S.Kep., Ns
10
d. Penderita atau korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna merah,
kuning, hijau, hitam
e. Penderita atau korban kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan
diruang tindakan IGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita
atau korban dapat dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain
f. Penderita atau korban dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan
medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran
setelah pasien dengan kategori triase merah selesai ditangani
g. Penderita atau korban dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan
atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka penderita atau korban dapat
diperbolehkan untuk pulang
h. Penderita atau korban kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar
jenzah
2. Pemberian Terapi Bagi Korban Bencana
Terapi adalah tindakan medis yang dilakukan oleh petugas medis kepada korban atau
penderita sesuai dengan kondisi atau keadaan penderita tersebut. Dengan bertujuan
meminimalisir luka dan kecacatan serta menyembukan penyakit penderita atau korban
bencana. Kemudian kebijakannya pemberian terapi bagi korban tanpa membeda-bedakan
status sosial, suku atau ras, agama dan golongan.
Prosedur dalam Penanganan Medis Pemberian Terapi Bagi Korban Bencana :
a. Penanganan korban di RS meliputi tindakan resusitasi sampai dengan tindakan
definitif.
b. Sistim pelimpahan wewenang berlaku dengan pengawasan dan tanggung jawab Tim
Penanggulangan Bencana
c. Perkiraan jumlah korban yang akan dirawat adalah berdasar pada jumlah korban yang
pernah dirawat pada bencana terdahulu atau berdasar pada scenario terburuk dan
dengan mempertimbangkan jumlah korban dilakukan sesuai dengan Standar
Pelayanan Medis yang dibuat oleh Staf Medik Fungsional (SMF)
3. Evakuasi Korban Bencana
Memindahkan korban atau penderita bencana dari lokasi bencana ke tempat yang lebih
aman dan mengusahakan penderita atau korban yang masih bernyawa untuk dapat
diselamatkan. Bertujuan menyelematkan nyawa penderita atau korban yang masih hidup
dan memindahkan penderita atau korban yang sudah tidak bernyawa.
Prosedur Evakuasi Korban Bencana :
a. Petugas evakuasi harus membekali diri dengan segala keperluan pribadi serta
membekali diri dengan membawa alat dan obat untuk pertolongan pertama
b. Menentukan skalasi bencana; luas wilayah, jumlah korban, jenis penyakit, saranan
dan prasarana yang tersisa, sisa SDM dan akses jalan menuju lokasi bencana
c. Menyampaikan hasil survey awal ke rumah sakit, sehingga rumah sakit dapat
mempersiapkan diri
11
d. Petugas lapangan menilai tingkat kegawatan korban untuk korban luka ringan dan
sedang diberi pertolongan pertama di tempat kehadian atau pos kesehatan
lapangan
e. Korban luka ringan dan sedang diperlakukan sama seperti masyarakat umum
f. Korban luka berat segera dievakuasi ke RS rujukan wilayah/RS Polri/RS TNI
terdekat
g. Korban yang memerlukan perawatan lebih lanjut dapat dievakuasi ke pusat
rujukan melalui jalan darat/sungai/laut/udara sesuai sarana yang dimiliki
E. Pengamanan terhadap pos kesehatan lapanagn dan unit pelayanan kesehatan rujukan
Memberikan peran dan tugas yang jelas bagi perwakilan masyarakat dalam lembaga-
lembaga yang mengelola risiko bencana, turut serta dalam proses pengelolaan serta
pengambilan keputusan melalui kerangka kerja yang sesuai. Melakukan konsultasi publik
yang komprehensif dalam proses pengembangan hukum dan peraturan untuk mendukung
pelaksanaannya
Memantapkan dan memperkuat forum koordinasi pemerintah - yang terdiri dari
pemangkukepentingan di tingkat nasional dan daerah (lokal) yang terkait dalam kegiatan
pengurangan risiko bencana, - maupun dengan fokal point nasional yang ditunjuk untuk
melaksanakan framework the post-2015. Hal ini diperlukan agar mekanisme yang dibentuk
memiliki dasar yang kuat dalam kerangka kerja kelembagaan nasional dengan tanggung
jawab dan kewenangan yang jelas, yaitu antara lain, untuk mengidentifikasi risiko bencana
sektoral dan multisektoral, membangun kesadaran dan pengetahuan tentang risiko bencana
melalui
12
MATKUL 4
PENANGGULANGAN PERENCANA BENCANA
DOSEN : Yunus Mustofa S.Kep., Ns
13
Perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-langkah nyata yang terencana baik,
konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali secara permanen semua
prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun
masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian,
sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan
partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah
pasca bencana.
B. Perencanaan Kontinjensi
1. Pengertian Perencanaan Kontinjensi
Kontinjensi adalah suatu kondisi yang bisa terjadi, tetapi belum tentu benar benar
terjadi. Perencanaan kontijensi didefinisikan sebagai proses perencanaan ke depan, dalam
keadaan tidak menentu, di mana skenario dan tujuan disetujui, tindakan manajerial dan
teknis ditentukan, dan sistem untuk menanggapi kejadian disusun agar dapat mencegah
atau mengatasi secara lebih baik keadaan atau situasi darurat yang dihadapi
2. Kedudukan Rencana Kontinjensi dalam Penaganan Darurat
Rencana kontijensi disusun secara bersama-sama oleh berbagai
pihak/unsur/komponen masyarakat. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya kesiapsiagaan
oleh semua pihak karena penanggulangan bencana merupakan urusan bersama.
3. Waktu Penyusunan Rencana Kontinjensi
Rencana kontinjensi dibuat sesegera mungkin setelah ada tanda-tanda awal akan
terjadi bencana atau adanya peringatan dini (early warning). Beberapa jenis bencana
sering terjadi secara tiba-tiba, tanpa ada tanda-tanda terlebih dahulu (misalnya gempa
bumi). Keadaan ini sulit dibuat rencana kontinjensinya, namun demikian tetap dapat
dibuat misalnya dengan menggunakan data kejadian bencana di masa lalu. Sedangkan
jenis-jenis bencana tertentu dapat diketahui tanda-tanda awal akan terjadi. Terhadap hal
ini dapat dilakukan pembuatan rencana kontinjensinya dengan mudah. Pada umumnya
penyusunan rencana kontinjensi dilakukan pada saat segera akan terjadi bencana (jenis
ancamannya sudah diketahui). Pada situasi inirencana kontinjensi langsung segera
disusun tanpa melalui penilaian/analisis ancaman/bahaya. Akan tetapi kenyataan di
lapangan hal tersebut sulit dilakukan karena keadaan sudah chaos atau panik. Akan lebih
baik apabila rencana kontinjensi dibuat pada saat sudah diketahui adanya potensi
bencana.
4. Prinsip dan Proses Penyusunan Rencana Kontinjensi
Penyusunan rencana kontinjensi dilakukan melalui tahapan/proses persiapan dan
pelaksanaan. Pada tahap persiapan kegiatannya meliputi penyediaan peta wilayah
kabupaten/kota/provinsi, data ”Kabupaten/Kota Dalam Angka”, data tentang ketersediaan
sumberdaya dari masing-masing sektor/pihak/instansi/organisasi dan informasi dari
berbagai sumber/unsur teknis yang dapat dipertanggung-jawabkan. Pada tahap
pelaksanaan, kegiatannya berupa penyusunan rencana kontinjensi yang dimulai dari
penilaian risiko, didahului dengan penilaian bahaya dan penentuan tingkat bahaya untuk
14
menentukan 1 (satu) jenis ancaman atau bencana yang diperkirakan akan terjadi (yang
menjadi prioritas).
MATKUL 5
KESEHATAN PERPINDAHAN PENDUDUK
DOSEN : Nur Chabiba h, M.Si
A. Definisi
Merupakan Kesehatan Matra yang dilakukan terhadap masyarakat yang melakukan
perpindahan ke tempat baru yang bersifat menetap
B. Pendataan Demografi
1. Pengertian
Demos : Penduduk
Grafein : Catatan
2. Sifat Ilmu
a. Multidisiplin
Untuk mempelajari Demografi dan Kependudukan, kita harus mempelajari
ilmu-ilmu yang lain (sosial, ekonomi, politik, komunikasi, gizi dan pangan,
kedokteran, energi, hukum, dll)
b. Interdisiplin
Dalam ilmu yang lain juga dibahas masalah Demografi dan
Kependudukan
3. Sensus
a. Karakteristik :
Cakupan semua orang/penduduk (yang hidup) dalam wilayah yang dicacah
Waktu dilakukan pada saat tertentu, periodik dan serentak
Ruang lingkup ruang lingkup meliputi batas wilayah tertentu
Topik tetap demografi, sosial & ekonomi
Penduduk bersifat pasif
b. Unit cacah perorangan dan bukan keluarga
c. Waktu panjang/ lama dan Mahal
4. Survei
a. Karakteristik
Cakupan sebagian penduduk/sampel
Waktu fleksible
Topik dapat berganti-ganti sesuai kebutuhan
Penduduk bersifat pasif
b. Sensus dan Survei : informasi saling mengisi
Contoh : survei antar sensus
c. Survai : mungkin terjadi kesalahan karena pengambilan sampel
15
5. Registrasi
a. Registrasi: kumpulan keterangan mengenai terjadinya peristiwa lahir, mati serta
segala kejadian penting yang merubah status sipil seseorang sejak dia lahir hingga
mati.
b. Kejadian tsb: perkawinan, perceraian migrasi
c. Mencatat peristiwa-peristiwa penting statistik vital (vital statistics)
C. Penyuluhan Kesehatan
1. Tujuan Penyuluhan
a. Tujuan Umum
Perubahan perilaku pada sasaran penyuluhan baik perorangan maupun
masyarakat agar sesuai dgn norma
b. Tujuan Khusus
Penyuluhan Kesehatan yaitu : Memberikan penjelasan yg lebih rinci tentang
hal-hal yg dikemukan dalam tujuan umum
Tujuan Khusus harus menjawab pertanyaan :
“ Siapa diharapkan mencapai seberapa banyak, kondisi apa, kapan dan dimana
2. Sasaran
a. Sasaran Primer
Terkena masalah
Berperilaku sesuai dgn harapan
Punya manfaat besar dr hasil perubahan perilaku
Dasar segmentasi : Umur, Status Sosial Ekonomi, Tahap Perkembangan
Reproduksi, Pendidikan, Geografi dll.
b. Sasaran Sekunder
individu/kelompok yg punya pengaruh/disegani o/ sasaran primer
Diharapkan mampu mendukung pesan-pesan yg disampaikan pd sasaran
primer
c. Ssaran Tersier
Tingkatan
Bidang Pengaruh
3. Metode Penyuluhan
a. Penyuluhan Perorangan
sprt Kunjungan rmh,pendataan kasus, survey
b. Penyuluhan Kelompok
seperti pd saat pertemuan kelurahan, pengajian, pertemuan pkk, dll
c. Penyuluhan Massa
Pd saat digelarnya pesta rakyat, kesenian tradisional, ceramah umum, dpt
dilakukan pemasangan media massa, sprt poster dan spanduk di tempat2
umum sesuai dgn kelompok sasaran
16
d. Ceramah
Metode ini kurang melibatkan peserta, peserta hanya sebagai pendengar.
e. Diskusi Kelompok
Mendorong peserta berpartisifasi lebih aktif, krn peserta merupakan
kelompok”kecil utk melakukan pembahasan secara bersama-sama
f. Simulasi
Melibatkan semua peserta dlm sebuah permainan yg menggambarkan proses
sesungguhnya terjadi dimasyrakat
g. Sandiwara
Memerlukan beberapa peserta sebagai pemain, kemudian melaksanakan
sepenggal adegan/peristiwa. Peserta lain yg tdk main sebagai penonton,
setelah sandiwara dilanjutkan dgn diskusi ttg adegan tsb.
h. Pergaan/ Demonstrasi
Biasanya digunakan utk memberikan contoh dlm melakukan sesuatu yg
bersifat teknis.
i. Praktek
Demonstrasi dianggap cukup untuk memperkenalkan sesuatu yg bersifat
teknis(Keterampilan) Kemudian dilakukan praktik
j. Kunjungan Lapangan
Metode ini digunakan untuk melihat langsung suatu keadaan dan kemudian
membahas keadaan itu bersama-sama, langsung dilokasi kejadian
D. Pelayanan Kesehatan Primer
1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
(Permenkes RI No 71 Th. 2013, ps 1)
2. Fasilitas Kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a. Puskesmas atau yang setara;
B. Praktik dokter;
C. Praktik dokter gigi;
D. Klinik pratama atau yang setara; dan
E. Rumah sakit kelas D pratama atau yang setara
3. Faskes Tingkat Pertama
Puskesmas Beserta jejaringnya
Praktik Dokter Beserta jejaringnya
Praktek Dokter gigi
Klinik Pratama
Dasilitas kesehatan milik TNI/ POLRI
Rumah sakit kelas D Pratam
17
E. Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan
1. Kesehatan Lingkungan
a. Peran Kesehatan Lingkungan dalam kesehatan Masyarakat
Dalam diagram yang diusun oleh H.L Bloom Peran Kesehatan Lingkungan
murapakan faktor yang terbesar dalam mempengaruhi Kesehatan Masyarakat.
b. Peran dari Kesehatan Lingkungan adalah Mencegah
Water borne disease
adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum, di mana air
yang diminum mengandung kuman pathogen sehingga menyebabkan yang
bersangkutan menjadi sakit. Penyakit-penyakit yang tergolong water borne
diseases adalah: kolera, typhus, desentri , dll.
Air borne disease
Merupakan penyakit yang berkaitan dengan kondisi udara yang
mengandung agent penyakit. Penyakit yang tergolong di sini adalah: TBC,
Flu, ISPA, SARS, dll.
Field borne disease
merupakan penyakit yang disebabkan oleh agent penyakit yang siklus
kehidupannya berhubungan dengan tanah. Penyakit yang tergolong di sini
adalah diare,
Vector born disease
Adalah penyakit yang ditularkan oleh vektor penyakit yang sebagian atau
seluruhnya perindukannya berada di air. Penyakit yang tergolong di sini
adalah malaria, demam berdarah dengue, filariasis dsb.
2. Sarana Peningkatan/ Perbaikan Lingkungan
Upaya pengadaan air bersih, a.l. dengan :
Penjernihan air, secara fisik (dengan berbagai macam saringan, sistem aerasi,
sedimentasi), kimiawi (klorinasi) dan pemanasan (sterilisasi dengan Ultra High
Temperature / UHT, Ozon, radio-aktif).
Desalinasi – membuat air laut menjadi tawar.
Program pembuatan Hidran Umum (HU) dan Sambungan Rumah (SR) oleh
PAM.
Penampungan Air Hujan (PAH).
Pembuatan sumur untuk masyarakat
18
MATKUL KE 6
KESEHATAN WILAYAH PESISIR
DOSEN ; Nur Chabiba h, M.S
19
lingkungan yang tidak memadai. Dari kebiasan masyarakat pesisir membuang feses
kelaut dapat menyebabkan penyakit yaitu apabila Kotoran yang dibuang sembarangan
bisa dikerubungi oleh lalat.Jika lalat itu terus menerus ada di sekitar kita, bakteri yang
ada di lalat bisa menyebar ke makanan dan minuman kita. Jika sudah begitu, kita bisa
terkena penyakit diare dan kolera.
C. Peran Tenaga Kesehatan dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan Pesisir
Pelayanan Kesehatan bagiMasyarakat Pesisir adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang
atausekelompok orang dalam melayani atau melakukan usaha kegiatan pelayanankesehatan
bagi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah pesisir yang bergantung secara langsung
pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir.
tenaga kesehatan yang bertugas harusmendatangi rumah warga yang akan mendapatkan
pelayanan kesehatan. Hal inimerupakan salah satu bukti adanya sikap acuh masyarakat
terhadap pelayanankesehatan yang diberikan.
D. Pendidikan Kesehatan Wilayah pesisir
1. meningkatkan pengetahuan atau pemahaman masyarakat pesisir. Pengetahuanmerupakan
faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang(over behavior).
2. Akses dapat mempengaruhi frekuensi kunjunganditempat pelayanan kesehatan, makin
dekat jarak tempat tinggal dengan pusat pelayanan kesehatan makin besar jumlah
kunjungan di pusat pelayanan tersebut, begitu pula sebaliknya, makin jauh jarak tempat
tinggal dengan pusat pelayanan kesehatan makin kecil pula jumlah kunjungan di pusat
pelayanan kesehatan tersebut
3. memperbaiki kepercayaan. Kepercayaanmasyarakat Pesisir terhadap mantra yang dibuat
oleh dukun mempunyaikekuatan tersendiri dalam penyembuhan penyakit.
20
MATKUL KE 7
Kesehatan Dalam Penugasan Khusus Kepolisian
DOSEN : dr. Endro, M.Kes
21
MATKUL 8
TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN KESEHATAN DALAM PENUGASAN
KHUSUS KEPOLISIAN
DOSEN: dr. Endro., M.Kes
A. Pengertian
Kesehatan dalam penugasan khusus kepolisian merupakan Kesehatan Matra yang dilakukan
untuk tujuan/misi tertentu dan dalam waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan di luar
tugas rutin kedokteran dan kesehatan kepolisian. Kondisi Matra dalam penugasan khusus
kepolisian meliputi periode darurat keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah konflik
di dalam negeri.
B. Waktu Penyelenggaraan
Menurut Pasal 16 ayat (3) Kesehatan dalam penugasan khusus kepolisian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan pada saat:
a. Sebelum pelaksanaan penugasan khusus;
b. Selama pelaksanaan penugasan khusus; dan
c. Setelah pelaksanaan penugasan khusus.
22
MATKUL 9
KONSEP DASAR KESEHATAN MATRA LAUT DAN BAWAH AIR
DOSEN: dr. I Ketut Tirka Nandaka., SPKJ
A. Kesehatan Penyelaman
Menyelam / penyelaman adalah kegiatan yang dilakukan dibawah permukaan air , dengan
atau tanpa menggunakan peralatan , untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Lingkungan
penyelaman memiliki berbagai potensial bahaya baik fisik maupun biologi. Secara anatomi
tubuh manusia terdiri dari 3 unsur yaitu padat , cair dan berongga. Jaringan tubuh yang padat
seperti tulang , otot , jantung , hati relative tidak meneruskan tekanan , sedangkan yang
berupa cairan dapat meneruskan tekanan , dan yang berongga seperti telingan , sinus ,
lambung , usus , paru juga saluran nafas sangat di pengaruhi perubahan tekanan. ( ricardlarn
dan whislerRex,1993).
Hiperbarik Adalah sebuah terapi oksigen yang dilakukan dalam sebuah chamber atau rungan
bertekanan udara tinggi yaitu lebih dari 1 atsmotfer. Pasien berada di dalam chamber selama
beberapa jam untuk menghirup oksigen murni . Pasien diberikan 3x30 menit untuk
menghirup oksigen.
Perubahan fisiologis organ pada peselam
a. Paru – paru: akan terjadi hipoventilasi dan penurunan respons terhadap peningkatan CO2.
b. Jantung: akan terjadi bradikardi dan aritmia , turunnya cardiacoutput , tekanan arteri
menurun , sistematik vascular resistance , menurunnya kapasitas kerja jantung.
c. Otak: terjadi penurunan intelektual , psikomotor dan psiko sensorial secara bertahap.
perubahan elektro fisiologik dan perubahan neurotransmission.
d. Mata: akibat dari pancaran sinar akan terjadi indeks refraksi 1,3 kali dari pada di udara
sehingganya benda terlihat 25% lebih besar dan lebih dekat ( Hiperopia -+ 40 dioptri).
e. Telinga : nilai ambang pendengaran naik 40 sampai dengan 80 db. Konduksi tulang
merupakan hantaran utama pada pendengaran.
Potensial bahaya biologi. Lingkungan bawah laut memiliki potensial hazard biologi antara
lain binatang laut yang berbahaya karena sengatan atau gigitannya . Untuk mengantisipasi
keparahan penyakit akibat sengatan atau gigitan maka dokter perlu mengetahui
penatalaksanaan penyakitnya.
B. Kesehatan Pelayaran dan Lepas Pantai
Manifestasi pengaruh lingkungan pelayaran
1. Semakin dalam laut , suhu udara , dalam laut makin rendah dan kelembaban yang tinggi
sehingga tekanan udara semakin besar , sehingga goncangan kapal makin kuat dan
penumpang lebih banyak mengalami mabuk yang disebabkan antara lain oleh
peningkatan produksi urin , pembesaran prostat , perut kembung.
2. Dehidrasi karena pengeluaran urin yang berlebihan , apabila jika tidak diimbangi dengan
minum secukupnya maka akan terjadi dehidrasi dimana keadaan tubuh manusia
kehilangan dan kekurangan cairan yang diikuti pula dengan kehilangan dan berkurangnya
garam dalam tubuh.
23
3. Jam biologis kecepatan kapal berlayar dapat mengubah dan mengganggu jam biologis
seseorang sehingga perlu diperhatikan berbagai akibat yang ditimbulkannya. Terutama
yang berkaitan dengan berkurangnya efisiensi kerja dan penurunan daya tahan tubuh
karena kelelahan atau kurang tidur.
4. Terjadinya penularan penyakit , perjalanan yang cukup jauh , area yang terbatas , sanitasi
lingkungan yang buruk / kotor mendukung terjadinya penularan penyakit dari orang
keorang / hewan ke orang. Seperti penyakit influenza , kolera.
24
MATKUL 10
BENCANA ALAM DI LAUT DAN CARA PENANGGULANGANNYA DAN
KESELAMATAN DI LAUT & FASILITAS DAN PERALATAN KELAUTAN DAN
SISTEM KESEHATAN DI KAPAL
DOSEN: dr. I Ketut Tirka Nandaka., SPKJ
A. Kapal Sebagai Alat Transportasi di Laut & Sanitasi Kesehatan Kapal TNI AL
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, definisi transportasi laut
(kapal) adalah suatu kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu yang digerakkan dengan
tenaga angin, mekanik, atau energi lainnya yang ditarik atau ditunda berdaya dukung dinamis
maupun bangunan terapung yang tidak berpindah- pindah. Secara umum, definisi transportasi
laut adalah suatu kendaraan air yang digerakkan dengan angin maupun mesin dengan fungsi
memindahkan barang ataupun manusia dari satu tempat ke tempat lain dengan jangkauan
pulau bahkan benua.
Sanitasi kesehatan kapal merupakan suatu tindakan pengawasan terhadap berbagai faktor
lingkungan fisik manusia yang mempunyai atau mungkin mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan fisik manusia, kesehatan maupun kelangsungan hidupnya yang berpengaruh
terhadap derajat kesehatan manusia dengan melakukan usaha pencegahan munculnya
penyakit, sehingga kelangsungan hidup dapat terjamin. Sanitasi kapal merupakan salah satu
usaha yang ditujukan terhadap faktor risiko lingkungan dikapal untuk memutuskan mata
rantai penularan penyakit guna memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan.
Tujuan dari pemeriksaan sanitasi kapal adalah untuk menilai kondisi sanitasi kapal terkait
ada atau tidak adanya faktor risiko kesehatan masyarakat. Faktor risiko tersebut dapat berupa
bukti infeksi atau kontaminasi termasuk setiap stadium pertumbuhan vektor, binatang
pembawa penyakit yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia, mikrobiologi, kimia,
risiko lainnya pada kesehatan manusia, tanda dari tindakkan sanitasi yang tidak mencukupi
dan atau informasi mengenai setiap kasus pada manusia sebagaimana dimaksudkan dalam
Maritim Declaration of Health (MDH).
25
7. Roket pelempar tali (line throwing appliances), sebagai alat penghubung pertama antara
kapal yang ditolong dengan yang menolong yang selanjutnya dipakai untuk keperluan
lainnya.
26
dengan International Telecommunication Union (ITU) dan organisasi internasional lainnya,
terutama Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), Organisasi Hidrografi Internasional (IHO)
dan mitra COSPAS-Sarsat.
E. Penanggulan Gangguan Kesehatan Di Atas Kapal
Untuk mengendalikan keselamatan pelayaran secara internasional diatur dengan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
1. International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS), 1974, sebagaimana telah
disempurnakan: Aturan internasional ini menyangkut ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
a. Konstruksi (struktur, stabilitas, permesinan dan instalasi listrik, perlindungan
api, detoktor api dan pemadam kebakaran);
b. Komunikasi radio, keselamatan navigasi
c. Perangkat penolong, seperti pelampung, keselamatan navigasi.
d. Penerapan ketentuan-ketentuan untuk meningkatkan keselamatan dan
keamanan pelayaran termasuk di dalamnya penerapan of the International
Safety Management (ISM) Code dan International Ship and Port Facility
Security (ISPS) Code).
2. International Convention on Standards of Training, Certification dan Watchkeeping for
Seafarers, tahun 1978 dan terakhir diubah pada tahun 1995.
3. International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979.
4. International Aeronautical and Maritime Search and Rescue Manual (IAMSAR) dalam 3
jilid
27
MATKUL 11
KONSEP KESEHATAN KELAUTAN DAN BAWAH AIR/PENYELAMAN KESIAPAN
BAGI PESELAM
DOSEN: Lettu laut (K) Guritno
A. Kesehatan Fisik dan Mental
Kesehatan Kelautan dan Bawah Air adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan
pekerjaan atau kegiatan di laut dan berhubungan dengan keadaan lingkungan yang
bertekanan tinggi (hiperbarik).
Kesehatan Penyelaman
1. Penyakit Barotrauma
Gangguan Kesehatan yang terjadi karena tekanan udara dalam tubuh tidak sama dengan
tekanan diluar tubuh (dalam air). Penyakit Barotrauma dibagi menjadi 2 yaitu :
Barotrauma Waktu turun & Barotrauma Waktu naik.
a. Barotrauma waktu turun disebut SQUEEZE
Barotrauma Sinus
Barotrauma Telinga.
Barotrauma Wajah/Mata
Barotrauma Paru – paru
Barotrauma Tubuh
Barotrauma Kulit
Barotrauma Gigi
b. Barotrauma Waktu naik dikelompokkan menjadi:
Barotrauma Paru – paru
Barotrauma Gigi
Barotrauma Sinus
Barotrauma Telinga
2. Penyakit Dekompresi
Suatu penyakit penyelaman yang disebabkan adanya pelepasan dan mengembangnya
gelembung – gelembung gas Nitrogen dari fase larut dalam darah atau jaringan – jaringan
tubuh akibat dari penurunan tekanan disekitarnya. Gejala penyakit dekompresi: Sakit dan
kesemutan pada persendian; Mual, muntah dan pusing; Kelumpuhan.
Pencegahan:
a. Kasus yang ringan dapat di obati dg m’hirup 100% oksigen
b. Menghitung jarak transportasi (pesawat udara)
c. Gunakan RUBT dengan tabel pengobatan yang ditentukan
d. Fasilitas RS kesh Laut dg dokter Hyperbarick sangat dibutuhkan
e. Pengobatan Rekompresi (diselamkan ulang)
f. Menghirup oksigen 100% / murni selama pengobatan
3. Pencegahan penyakit penyelaman
a. Sebelum turun menyelam
- Pengecekan kesehatan personil sebelum menyelam
28
- Pengecekan perlengkapan dan kesiapan personil.
- Buat Dive Planning.
- Penyelaman dilaks lebih dari 2 orang (Never Dive Alone)
- Yakinkan diatas, kapal/perahu ada pengawas pelaksanaan penyelaman.
- Memberikan tanda penyelaman dengan bendera
- Perhatikan pasang surut dan arus.
- Jangan lupa laks equalisasi/penyesuaian telinga dg tekanan dikedalaman.
- Saat turun (descent) untuk pemula secara vertikal dan secara perlahan.
b. Sesudah menyelam
- Penegecekan kesehatan kembali selesai menyelam;
- Pengecekan kelengkapan personil;
- Membaca ulang dive plan;
- Istirahat ± 15 menit tidak malakukan aktifitas apapun;
- Selesai istirhat medical ceck up bagi personil; dan
- Penegecekan kesehatan semua dilakukan MDO (Medical Diver Officer/dokter
hyerbarick).
29
MATKUL 12
EVAKUASI MEDIS ATASAIR-BAWAH AIR SERTA SIMULASI KEDARURATAN
KESEHATAN KELAUTAN DAN DI BAWAH AIR
DOSEN: Lettu laut (K) Guritno
30
Ada beberapa metode memberikan pertolongan pada kecelakaan di air. Untuk
memudahkan ingatan kita maka metode ini ditata secara sistematis dari tindakan yang
paling kecil resikonya hingga langkah pertolongan yang penuh resiko, yaitu R (Reach), T
(Throw), R (Row), G (Go), T (Tow / Carry).
2. Kedaruratan di Air
Setiap orang yang mengetahui atau mendengar adanya keadaan darurat di air dan ada
korban, maka segera lakukan: Bawa korban ke tempat yang aman “jika mampu”;,
Pertahankan jalan napas korban; Lapor kepada aparat terkait; Beri pertolongan pertama
yang diperlukan.
3. Pertolongan Korban Kecelakaan Atas Air
a. Lakukan DRABC ( Danger, Response, Airway, Breathing and Circulation )
b. Berikan pernafasan buatan segera bila tak bernafas
c. Lakukan CPR bila jantung berhenti
4. Teknik Pertahanan Diri di Air
Pada saat memberikan pertolongan pada korban tenggelam dengan menggunakan teknik
“go”, jangan langsung kontak fisik dengan korban. Korban yang panik membahayakan
jiwa penolong. Penolong harus memantau kondisi korban dan berusaha menenangkan
kepanikan korban. Jaga jarak aman dengan korban ± 2-3 meter.
Defend merupakan teknik mempertahankan diri dari dekapan korban ketika melakukan
pertolongan di air. Korban yang panik akan berusaha meraih benda apapun yang ada di
sekitarnya, termasuk penolong.
Teknik defend :
- Duck away
- Leg block
- Arm block
31
MATKUL 13
KONSEP MATRA UDARA & KESEHATAN KEDIRGANTARAAN (ATMOSFER)
DOSEN : Lettu laut (K) Muji Hendro R
32
2. Tropopause
Merupakan lapisan setelah troposfer, dengan ketinggian hingga 35.000 kaki (6,6 mil/10,7
km).
3. Stratosfer
Lapisan stratosfer terbentang di atas lapisan tropopause sampai ketinggian 158.000 kaki.
Sifat-sifat stratosfer adalah:
Suhu relatif stabil, yaitu -560C
Pada ketinggian 90.000 kaki suhu meningkat secara bertahap sampai -30C karena
pada lapisan ini terjadi absorbsi radiasi ultraviolet.
Tidak ada uap air dan turbulensi
4. Mesosfer
Mesosfer berarti “daerah pertengahan”. Ciri khas terjadi penurunan suhu yang cepat dari
-30C pada lapisan stratopause menjadi sekitar -1100C pada ketinggian 290.000 kaki (55
mil/85 km). Lapisan paling dingin
5. Termosfer
Merupakan bagian paling atas dari atmosfer yang ditandai dengan peningkatan suhu
hingga mencapai 17000C pada siang hari dan turun hingga 2270C pada malam hari.
Lapisan ini mencapai ketinggian 372 mil (600 km)
6. Ionosfer
Terbentang dari atas stratosfer sampai ketinggian antara 600 – 1000 Km. Pada lapisan ini
udara sangat renggang dan terjadi reaksi fotokimia dan foto elektris, sehingga atom-atom
dan molekul-molekul gas ada yang menerima muatan listrik, menjadi ion-ion. Oleh
karena terjadi pembentukan ion pada lapisan ini, maka sebagai akibatnya adalah
terbentuk panas yang tinggi dan suhunya sampai 20000C.
7. Exosphere
33
Atmosfer di atas 50000 kaki dinamakan space equivalent zone. Untuk dapat bertahan
hidup di daerah ini individu harus dilengkapi dengan positive pressure breathing.
D. Komposisi Atmosfir
Gas di dalam atmosfer terdiri atas beberapa komposisi yakni:
1. Oksigen (O2) – Kadar oksigen dalam atmosfer 20,95%. Seperti yang sudah diketahui
bahwa oksigen berfungsi untuk mengubah bahan/zat makanan yang diolah/masuk ke
dalam tubuh menjadi energi. Oksigen berasal dari pepohonan. Oleh karena itu kehadiran
pepohonan sangat membantu memlihara lapisan ozon. sangat penting bagi kehidupan,
yaitu untuk mengubah zat makanan menjadi energi hidup.
2. Karbondioksida (CO2) – kadar karbondioksida di dalam bumi adalah 0,034%. Ini adalah
angka yang sedikit, namun karbondioksida dapat dihasilkan dari pembakaran lahan,
pernapasan manusia dan hewan dan energi yang dibutuhkan tanaman.Salah satu dampak
dari has karbondioksida adalah dapat menimbulkan efek rumah kaca terhadap radaisi
gelombnag elektromagnetik. Dengan begitu jangan heran jika kenaikan atau semakin
banyaknya karbondioksida akan menyebabkan kenaikan suhu pada permukaan bumi.
3. Nitrogen (N2) – merupakan unsur yang paling banyak terdapat di dalam atmosfer bumi.
Ada sekitar 78,08%. Kehadiran nitrogen sangat dibutuhkan oleh senyawa organik jadi
meskipun begitu nirogen tidak langsung membentuk senyawa baru dengan unsur lain.
4. Neon (Ne), argon (Ar), xenon (Xe), dan kripton (Kr) – merupakan unsur gas mulia
karena keempat unsur ini tidak mudah bergabung dengan unsur lain sehingga akan sulit
membentuk senyawa yang lain.
5. Helium (He) dan hidrogen (H2) – sangat jarang di udara kecuali pada paras yang tinggi.
Gas ini adalah yang paling ringan dan sering dipakai untuk mengisi balon meteorologi.
6. Ozon (O3) – adalah bentuk lain dari oksigen sehingga sangat efektif menyerap radiasi
ultra violet dimana radiasi ini mempunyai energi yang sangat besar dan berbahaya bagi
tubuh manusia. Ozon hanya dapat dijangkau pada ketinggian antara 20 km – 30 km.
7. Uap air (H2O) – yang terdapat di atmosfer sebagai hasil penguapan dari laut, danau,
kolam, sungai, dan transpirasi tanaman. Uap air sangat penting dalam proses cuaca atau
iklim, karena dapar berubah fase.
34
tertentu yang tidak mengalami ikatan kimia dengan gas itu akan berbanding lurus dengan
tekanan parsiil gas itu yang berada di atas cairan. Oleh karena itu bila telah terjadi
keseimbangan, tekanan gas yang larut akan sama dengan tekanan parsiil gas tersebut di
atmosfer dimana larutan tersebut berada A1 X P2 = A2 X P2 Hukum ini penting untuk
menjelaskan penyakit dekompresi seperti bends, chokes dll yang dasarnya adalah
penguapan gas.
4. Hukum Charles
Tekanan gas berbanding lurus dengan suhu absolutnya. Hukum ini penting untuk
menjelaskan tentang turunnya tekanan oksigen atau berkurangnya persediaan oksigen
bila isi tetap. P1 : P2 = T1 : T2
5. Hukum Difusi Gas
Gas akan berdifusi melewati membran yang semi permeabel (alveolar, kapiler) dari
daerah yang konsentrasinya tinggi (atau tekanan parsiilnya tinggi) ke daerah yang lebih
rendah konsentrasi atau tekanan parsiilnya. Hukum ini menjelaskan proses pertukaran gas
yang terjadi antara alveoli-kapiler paru dan kapiler-jaringan.
35
H. Kontrol Tekanan Dalam Kabin
I. Pengaruh Tekanan Kabin
Kabin bertekanan adalah hal penting pada ketinggian di atas 10.000 kaki (3.000 m) di atas
permukaan laut. Hal tersebut bertujuan untuk melindungi kru pesawat dan penumpang dari
risiko beberapa masalah psikologis yang diakibatkan oleh tekanan udara rendah pada
ketinggian. Selain itu, hal tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan
penumpang.
Masalah psikologis utama yang dihadapi dalam tekanan udara rendah pada ketinggian adalah
sebagai berikut:
a. Hypoksia
Kondisi berkurangnya oksigen pada jaringan tubuh yang mengakibatkan gangguan
fisiologi.
b. Mabuk ketinggian & Mabuk pengurangan tekanan
Rendahnya tekanan dan suhu udara serta naiknya kelembapan udara dapat menyebabkan
sebagian orang mengalami sakit kepala, terutama mereka yang sudah mengalami migrain
kronis. Hal ini dikatakan bisa terjadi karena ada perbedaan tekanan barometrik pada sinus
dan di luar tubuh. Sakit kepala atau migrain akibat perubahan tekanan atmosfer juga
mungkin disertai mual dan sensasi mati rasa pada wajah.
c. Barotrauma
Pada telinga, terdapat sebuah saluran bernama eustachius. Saluran ini dapat terbuka untuk
menyeimbangkan tekanan udara luar dengan tekanan udara di dalam tubuh seseorang.
Perubahan tekanan udara yang terjadi secara mendadak akan membuat saluran eustachius
tidak sempat menyeimbangkan tekanan, sehingga telinga akan terasa nyeri. Tak hanya
nyeri, telinga juga bisa mengalami sensasi seperti penuh atau penurunan kemampuan
dengar. Meski demikian seiring berjalannya waktu, tekanan udara normal akan kembali.
Inilah mengapa nyeri biasanya hanya terjadi sementara.
Udara bertekanan juga dibutuhkan di dalam ruang kargo untuk mencegah kerusakan pada
barang yang sensitif terhadap tekanan. Perbedaan tekanan udara dapat mengakibatkan barang
tersebut bocor, melar, meledak, atau hancur.
36
MATKUL 14
EVAKUASI MEDIS MATRA UDARA KESEHATAN DALAM TUGAS OPERASI DAN
LATIHAN MILITER DI UDARA & SIMULASI EVAKUASI MEDIS MATRA UDARA
(HIPOKSIA)
DOSEN : Lettu laut (K) Muji Hendro R
A. Hipoksia
1. Pengertian
Hipoksia adalah berkurangnya oksigen pada jaringan tubuh yang mengakibatkan
gangguan fisiologi.
2. Pembagian Hipoksia
a. Hipoksia Hipemik
Terjadi sebagai akibat darah tidak mampu mengambil dan mengirim O2 dalam
jumlah yang cukup/memadai ke sel2 tubuh atau kapasitas angkut O2 dari darah
menurun. Dapat disebabkan oleh beberapa faktor: Hipovolemia akibat perdarahan,
Penyakit-penyakit darah tertentu (anemia), Penyebab paling umum yang biasa
ditemukan adalah ketidakmampuan Hb mengikat O2 seperti keracunan CO (karbon
monoksida).
b. Hipoksia Ischemik/Stagnant
Keadaan sirkulasi darah yang abnormal, misalnya pada keadaan cardiac output yang
menurun dan venous pooling akibat gaya G. Hipoksia stagnant merupakan hipoksia
akibat aliran darah yang terhambat. Dapat juga terjadi sebagai akibat dari shock,
dimana jantung tidak dapat memompa darah secara efektif.
c. Hipoksia Histotoksik
Terjadi bila pernafasan sel mengalami gangguan sehingga jaringan tidak dapat
menggunakan O2 yang ada. Hipoksia sebagai akibat tidak sel tidak mampu untuk
menggunakan oksigen secara efektif. Pada hipoksia jenis ini, oksigen didistribusi ke
sel-sel tubuh dalam jumlah yang adekuat, namun sel-sel tubuh tidak dapat
menggunakannya karena terjadi gangguan respirasi sel. Contoh kasusnya adalah pada
konsumsi alkohol, narkotika, karbon monoksida dan sianida.
d. Hipoksia Hipoksik/Hipobarik
Merupakan hipoksia akibat berkurangnya tekanan O2 arteri. Penyebabnya adalah:
Rendahnya tekanan oksigen udara inspirasi karena berada pada ketinggian tertentu
dari permukaan bumi. Disebut juga hipoksia karena ketinggian (hipoksia hipobarik),
Hipoventilasi misalnya karena paralisis otot pernafasan, depresi pusat pernapasan,
obssruksi jalan napas dan atelektasis paru, Gangguan pertukaran gas melalui
alveolus-membran kapiler misalnya pada edema paru, fibrosis paru, gangguan
sirkulasi karena right-to-left shunt. Ventilation mismatch : bronkitis kronis, emfisema
paru.
37
b. Kegagalan sistem oksigen pesawat terbang
c. Terjadi dekompresi mendadak
4. Patofisiolgi Hipoksia
Pada lingkungan penerbangan yang hipobarik (tekanan udara relatif lebih rendah dari
tekanan udara di permukaan laut), maka jumlah O2 yang dihirup akan berkurang,
sehingga tekanan O2 alveoli (PAO2) akan berkurang juga.
Akibatnya proses difusi O2 dari alveoli ke arteri akan menurun juga, sehingga
tekanan O2 arteri (PaO2) dan Saturasi O2 (SaO2) dalam arteri akan menurun juga.
Turunnya PaO2 dan SaO2 ini akan merangsang kemoreseptor perifer di badan karotis
dan aorta sehingga akan terjadi rangsangan pada jantung yaitu meningkatnya denyut
jantung.
Berkurangnya kandungan O2 dalam darah ini akan merangsang ventilasi paru
sehingga terjadi peningkatan frekuensi napas.
Meningkatnya denyut jantung dan frekuensi napas adalah cara adaptasi tubuh untuk
memenuhi kebutuhan O2.
Apabila tidak terjadi adaptasi atau kompensasi berkurangnya kandungan O2 dalam
darah akan mengakibatkan oksigenasi jaringan dan sel tubuh berkurang.
Jaringan otak yang oksigenasinya berkurang akan menurunkan produksi energi dalam
jaringan otak, sehingga fungsi otak akan menurun. Akibatnya akan terjadi gangguan
mental, psikomotor, dan kognitif.
5. Gejala Hipoksia
Gejala-gejala hipoksia sangat bersifat individual dan insidious (tidak disadari) dan
meningkat secara lambat, sehingga sulit untuk seseorang menyadari sering tidak
menyadari bahwa dirinya mengalami hipoksia.
Gejala-gejala Hipoksia :
Perasaan aneh atau pusing
Euforia, sikap dan psikis yang tidak menentu
Gangguan penglihatan (hilangnya penglihatan perifer/tepi, suram, kabur, dan
berkurangnya penglihatan malam).
Respon berkurang pada komunikasi verbal
Pelupa dan bertindak masa bodoh
Kesulitan mengendalikan pesawat terbang
Sakit kepala dan mual
Hilang kesadaran
38
Disturbance: Respon fisiologis atau kompensasi fisiologis seperti peningkatan
respirasi dan heart rate tidak dapat memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh.
Critical
C. HIPERVENTILASI
Hiperventilasi adalah suatu keadaan dimana ventilasi paru lebih besar dari kebutuhan dalam
usaha untuk mengeluarkan CO2 yang dihasilkan jaringan. Akibat dari pembuangan CO2
yang berlebihan dari alveolus ini, maka PCO2 dalam darah arteri dan jaringan berkurang.
CO2 ditransportasi dalam darah dalam bentuk gas yang larut, yaitu asam karbonat dan asam
bikarbonat. Pengeluaran CO2 yang berlebihan ini akan mengurangi komponen asam dalam
darah, sehingga akan terjadi alkalosis dan pergeseran kurva disosiasi O2 ke kiri.
Selain itu juga akan terjadi vasokonstriksi serebral, sehingga menimbulkan penurunan aliran
darah ke otak (dapat sampai 75%). Akibatnya terjadi hipoksia serebral pada tingkat sel dan
timbullah gejala mental yang tidak dapat dibedakan dengan gejala mental akibat hipoksia.
Biasanya terjadi sebagai akibat dari kecemasan selama terbang, misalnya; terbang instrumen,
mendarat dalam visibility yang rendah dan terbang formasi. Hal ini banyak terjadi pada
latihan terbang. Pernapasan bertekanan obstruksi pernapasan pada masker O2 merupakan
faktor predisposisi untuk terjadinya hiperventilasi. Berkurangnya tekanan CO2 akan memicu
pergeseran keseimbangan tersebut ke arah kiri, sehingga terjadi penurunan konsentrasi ion
hidrogen dan mengakibatkan kenaikan pH. Dengan demikian hiperventilasi akan
mengakibatkan peningkatan pH darah dan jaringan sehingga pernafasan menjadi alkalosis.
39
Pengobatan hipoksia adalah dengan memberikan O2 100% pada udara pernapasan. Bila
terjadi henti napas, perlu diberikan napas buatan bersamaan dengan pemberian O2 100%.
Bila ada kegagalan sirkulasi maka harus dicari penyebabnya terlebih dahulu, baru
pengobatan diberikan sesuai dengan penyebabnya.
Pencegahan hipoksia pada ketinggian di atas 40000 kaki dapat dilakukan dengan
meningkatkan tekanan parsiil O2 alveoli. Salah satu caranya adalah dengan memberikan O2
100% dengan tekanan yang lebih tinggi dari sekitarnya. Kabin bertekanan, pesawat terbang
yang tidak mempunyai sistem kabin bertekanan harus mempunyai perangkat sistem oksigen
hypoxia training untuk melatih setiap awak pesawat agar mengenali gejala dan tanda
hipoksia, serta melakukan tindakan yang tepat dalam mencegah hipoksia yang
berkelanjutan.
Pengobatan hiperventilasi dilakukan dengan cara mengurangi kecepatan bernapas.
Pencegahan hiperventilasi pada awak pesawat sebenarnya hanya terletak pada tindakan
indoktrinasi.
40