Sistem Transportasi Pertemuan Ke-8 k3
Sistem Transportasi Pertemuan Ke-8 k3
6.1 Pendahuluan
Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam
mendukung, mendorong dan menunjang segala aspek kehidupan manusia.
Salah satunya adalah transportasi udara yang menjadi semakin penting
akibat luasnya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
dipisahkan oleh perairan yang luas. Transportasi udara merupakan sarana
transportasi yang dapat menghubungkan wilayah-wilayah tersebut dengan
waktu tempuh yang lebih cepat dibandingkan moda transportasi lainnya.
Penataan sistem transportasi udara nasional yang handal, terpadu dan
terarah, memerlukan perencanaan dan pengembangan. Sejalan dengan hal
tersebut, maka harus didukung dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia, statistik transportasi udara yang tepat waktu, dapat dipercaya dan
memiliki tingkat akurasi yang tinggi (Badan Pusat Statistik, 2020).
Menurut data Badan Pusat Statistik, Indonesia sebagai negara kepulauan
dengan jumlah pulau mencapai 16.056 pulau dan jumlah penduduk
mencapai 270,20 juta jiwa, dihadapkan pada tantangan yang cukup berat
khususnya di sektor transportasi. Permintaan akan jasa transportasi udara
terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Angkutan udara
mempunyai peranan yang sangat
80 Sistem
Transportasi
Selain itu, perlu dicatat bahwa jumlah global agregat 4,1 miliar
penumpang telah berlipat ganda sejak tahun 2005, dan pada tahun 2036,
IATA memperkirakan bahwa maskapai penerbangan akan mengangkut
hampir 8 miliar penumpang secara global. Dalam hal angkutan kargo,
pasar kargo global tumbuh sebesar 9% dalam pengiriman dan pengiriman
ton-kilometer (tkm).
Menurut IATA, ekspansi ini melampaui peningkatan kapasitas sebesar 5,3%
dengan peringkat pengangkut kargo tahun 2017 sebagai berikut:
1. Federal Express (16,9 miliar tkm).
2. Emirates (12,7 miliar tkm).
3. United Parcel Service (11,9 miliar tkm).
4. Qatar Airways (11 miliar tkm).
5. Cathay Pacific Airways (10,8 miliar tkm).
Karena tiket pesawat terkait dengan biaya bahan bakar operator, terdapat
insentif bagi industri untuk mengurangi konsumsi bahan bakar sebanyak
mungkin, baik di pesawat maupun di infrastruktur maskapai. Menurut
laporan Bank Dunia 2012, terdapat efisiensi energi di sektor transportasi
udara yang berasal dari peningkatan teknologi dalam desain badan
pesawat dan mesin, kontrol lalu lintas udara, dan operasi bandara.
Hal ini mengakibatkan stok pesawat udara saat ini menjadi 80% lebih
hemat bahan bakar daripada rekan-rekan mereka pada tahun 1960-an.
Menurut Panel antarpemerintah (the Intergovernmental) tentang
perubahan iklim, pengurangan bahan bakar sejak tahun 1970-an juga
sangat terbantu oleh pengembangan dan penerapan sistem manajemen
penerbangan otomatis.
Terbukti dengan perbaikan yang telah dicapai dalam transportasi udara
sehubungan dengan pengurangan konsumsi bahan bakar, perbaikan lebih
lanjut akan serupa dalam lingkup untuk meningkatkan efisiensi kendaraan,
dengan fokus pada teknologi (misalnya, desain pesawat, bahan ringan,
kemajuan mesin baru), operasi, dan infrastruktur (Martinez dkk., 2018).
Bab 6 Sistem Transportasi 83
Udara
desain dari main gear atau roda pendaratan utama berdasarkan pada
bobot yang lebih ringan, yaitu bobot pada waktu landing. Jika
pesawat harus mendarat tidak lama sesudah take-off, maka bahan
bakarnya harus dibuang agar maximum structural landing weight-nya
tidak terlampaui.
5. Maximum Structural Take-off Weight
Adalah berat maksimum yang diizinkan bagi pesawat terbang untuk
lepas landas atau take off. Maximum structural take-off weight
merupakan berat gabungan dari operating weight empty, payload dan
berat bahan bakar. Berat bahan bakar merupakan bahan bakar yang
cukup untuk perjalanan pada rute perjalanan ditambah dengan bahan
bakar cadangan untuk persediaan pada keadaan darurat.
6. Maximum Ramp Weight
Adalah berat maksimum pesawat yang diizinkan untuk melakukan
manuver darat (taxiing), dari apron menuju ujung landas pacu
(runway). Pesawat berjalan dengan kekuatannya sendiri, membakar
bahan bakar sehingga terjadi kehilangan berat. Berat pesawat pada
saat itu ditahan oleh roda utama (main gear) dan roda depan (nose
gear). Selisih dan perbedaan maximum ramp weight sangat sedikit
yaitu hanya beberapa ratus kilo saja.
Untuk penerbangan jarak jauh jika menggunakan jenis pesawat turbojet, maka
distribusi berat pesawatnya adalah operating weight empty sebesar 45%,
payload sebesar 14%, bahan bakar minyak (BBM) cadangan sebesar 6%
dan bahan bakar minyak (BBM) perjalanan sebesar 35%. Persentase take
off weight untuk penerbangan jarak pendek, jarak menengah dan jarak jauh
seperti ditunjukkan pada Tabel 6.1 berikut ini.
Tabel 6.1: Persentase Take-Off Weight Untuk Penerbangan Jarak Pendek,
Jarak Menengah, dan Jarak Jauh
Persentase take-off weight
Jarak penerbangan BBM
Jarak pendek Operating weight empty BBM
Payload
Jarak menengah Jarak jauh 66 perjalanan cadangan
24
59 6 4
16
44 21 4
10
42 5
Pesawat-pesawat dengan jarak tempuh tidak terlalu jauh seperti D-9, main
gear l direncanakan dengan kekuatan menahan hampir maximum structural
take-off weight, karena bahan bakar yang dibakar tidak terlalu banyak.
Bahan bakar pesawat yang diperlukan terdiri dari dua komponen yaitu
bahan bakar yang diperlukan untuk perjalanan dan bahan bakar yang
diperlukan untuk cadangan menerbangi lapangan terbang alternatif.
Bahan bakar jumlahnya ditentukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara atau Federation Aviation Regulation (FAR) tergantung jarak yang
akan ditempuh pesawat, ketinggian jelajah dan payload. Besarnya bahan
bakar cadangan tergantung jarak lapangan terbang alternatif, waktu tunggu
untuk mendarat, jarak penerbangan untuk kembali ke lapangan terbang
asal (untuk penerbangan internasional).