Anda di halaman 1dari 7

Nur Indah Aulia

(XII MIPA 6/25)

Tugas Menganalisis Novel

A. Identitas Buku
Judul Buku : Anak Sejuta Bintang perjalanan panjang penuh cahaya
Pengarang : Akmal Nasery Basral
Penerbit/Tahun terbit : Exposé/2012
Jumlah halaman : 406 halaman
B. Analisis
1. Sinopsis
Novel Anak Sejuta Bintang merupakan novel tentang masa kecil Aburizal
Bakrie. Ical (sapaan kecil Aburizal Bakrie) merupakan anak sulung dari
Ahmad Bakrie dan Roosniah. Saat Ical masih kecil, ia dan keluarnya tinggal di
Emma Laan, Jakarta Timur. Ical memiliki tiga adik kandung yakni Odi,
Nirwan, dan Indra. Ical juga tinggal bersama kerabatnya Hajja Rafiah dan
Tati.
Keluarga Bakrie merupakan keluarga yang terbuka, hangat, dan
demokratis. Segala hal dalam keluarga tersebut dibicarakan dengan baik,
membuat keluarga tersebut terlihat begitu bahagia. Bakrie merupakan seorang
pengusaha yang memiliki prinsip bahwa pengusaha tidak boleh mendekat
pada penguasa. Ia juga sangat menghargai hubungan persahabatan, karena
menurutnya selain keluarga, sahabat juga mempunyai peran jika mendapat
masalah. Keluarga Bakrie juga pernah mengalami kebangkrutan di perusahaan
Bakrie & Brothers, namun mereka berhasil melewatinya dengan membangun
kembali dari nol.   
Ical tumbuh dalam lingkungan keluarga yang berkecukupan. Namun,
hal itu tidak membuatnya menjadi anak yang manja. Justru ia sering
mengalami kekalahan dan pernah pula mengalami penolakan. Kehadiran
keluarganya yang selalu mendengarkan cerita dan keluhannya serta memberi
semangat menghadapi hidup ini membuatnya menjadi pribadi yang kuat dan
pantang menyerah.
Ical sangat menyukai Barongsai, kesenangannya pun bertambah ketika
diajak oleh ayahnya ke acara malam Cap Lak Meh di usianya sekitar tiga
tahun lebih.
Disaat Bakrie dan Roosniah merancang untuk membeli vila dan rumah
musibah menimpa keluarga tersebut. Kebahagiaan meluap-luap yang dialami
pasangan muda itu tak berlangsung lama. Derita yang tak pernah mereka
bayangkan sebelumnya, seketika datang menghampiri. Malaikat maut
menjemput anak ketiga mereka yang diberi nama August Alamsjah beberapa
saat setelah anak tersebut lahir. Peristiwa itu menyebabkan Bakrie dan
Roosniah yang berumur 34 dan 24 tahun sangat terpukul. Semangat Bakrie
untuk bekerja di perusahaan berkurang.
Belum hilang luka karena kepergian anak ketiganya, Ical dan Odi
terserang penyakit Asma. Mereka mengobati anak-anaknya dengan menyewa
vila di Cipanas agar Ical dan Odi dapat menghirup udara segar dan bebas dari
polusi.
Pada awal November 1951, Roosniah kembali melahirkan seorang
anak yang diberi nama Nirwan Dermawan Bakrie. Di tahun yang sama Ical
memasuki Taman Kanak-Kanak Perwari. Ical tidak terlalu suka dengan
pelajaran bernyanyi, ia lebih senang dengan pelajaran berhitung.
Ical mendapat banyak teman yang umumnya berasal dari keluarga
yang memiliki hubungan politik kuat dengan PSI (Partai Sosialis Indonesia)
atau Masjumi (Majelis Sjuro Muslimin Indonesia). Beberapa teman Ical antara
lain Lingga Kusuma Karim (putra Direktur BNI, Mr. Abdul Karim); Maher
Algadrie (putra Hamid Algadrie, tokoh PSI, pendiri Partai Arab-Indonesia);
Adian Harahap (putra tunggal Borail Harahap, salah seorang pelaku
pemberontakan awak kapal Indonesia); Lukmanul Hakim (putra Hasan Sutan
Mudo, pernah menjadi Wakil Kepala Penjara Cipinang); Meutia, Gemala,
Halida (putri Wakil Presiden RI, Bung Hatta); Aisyah, Salvyah, dan Chalid
Prawiranegara (anak dari Mr. Sjafruddin Prawiranegara, pernah menjabat
sebagai Presiden De Javasche Bank, saat ini Bank Indonesia); Imral ‘Al’ Chair
(putra Dokter Ramli, saudara Mr. Abdul Karim).
Teman Ical yang lain adalah Damiyanti Roosseno, Dewi Arkowati, Hendarmo
“Bibot” Hendarmin,  Nuty Yulinda, Rohana Situmeang, Rudolf “Edo”
Sigarlaki, Yunanda “Upik” dan Zulkarnain “Ucok” Hazairin.
Tahun 1952, Ical masuk Sekolah Rakyat Perwari. Di sekolah itu, hampir tiap
tahun ajaran baru ada murid baru. Selain mendapat teman baru Ical juga
kehilangan dua temannya selama bersekolah di SR Perwari. Lembu yang
meninggal karena terlindas oleh kereta api saat akan membuat pisau dari paku
untuk melawan para preman yang sering mengganggunya. Dan Susanto yang
meninggal tenggelam di kolam renang.
Semasa sekolah di SR Perwari banyak kenangan yang memberikan
pelajararan bagi Ical. Ketika ia belajar bermain bola  kasti, ia tahu bagaimana
kekurangannya dalam permainan tersebut. Ia juga pernah bermain sepak bola
melawan anak-anak Gang Ampiun dengan skor telak 1-7, namun berkat
gurunya yang selalu memberi semangat mereka tetap memiliki semangat,
dengan berpegang pada prinsip bahwa hasil yang luar biasa hanya bisa dicapai
dengan persiapan yang luar biasa. Ical juga belajar Judo sesuai dengan sarang
ayahnya, agar nantinya Ical mampu menyelamatkan dirinya jika mendapat
perlakuan tidak baik dari preman yang mulai banyak bermunculan di Jakarta.
Pada 17 Agustus 1956 Ical dan kawan-kawan menjadi tim aubade pada
upacara kemerdekaan. Mereka akan menyanyikan lagu-lagu perjuangan di
hadapan Presiden Soekarno. Sepulang dari upacara tersebut, Ical ingin
memiliki seragam layaknya Presiden Soekarno. Dan diam-diam merencanakan
upacara di ciparay dekat vila keluarganya. Ical bekerja sama dengan sopir
ayahnya dan penjaga vilanya. Mereka mengumpulkan anak-anak yang ada di
Ciparay untuk mengikuti upacara tersebut. Upacara tersebut berlangsung
dengan hikmat, disaksikan oleh masyarakat sekitar, serta Bakrie dan Roosniah
yang secara diam-diam menyaksikan upacara tersebut.
Bakrie dan Roosniah juga mendidik Ical dalam hal agama, mereka
mengambil guru mengaji untuk mengajar Ical dan Odi. Pada bulan Ramadhan,
Bakrie mengajak keluarga untuk tadarrus Al-Quran setelah shalat magrib.
Mereka mengajarkan kepada Ical untuk berbagi, seperti ketika Bakrie
memberikan Jas kepada seseorang, dan mengajarkan Ical bahwa memberi
sesuatu yang kita senangi kepada orang lain itu selalu membuat kita bahagia.
Dengan demikian, Ical selalu senang memberi dan membantu temannya. 
Dari kelas satu hingga kelas lima Ical selalu mendapat peringkat
pertama. Namun di perjuangan akhirnya Ical tidak mampu mempertahankan
peringkatnya, ia menduduki peringkat kedua setelah sahabatnya Ingga,
mengambil posisinya menjadi lulusan terbaik. Ical sangat sedih mengetahui
hal itu. Namun kesedihan Ical  bukan karena sahabatnya Ingga yang menjadi
peringkat pertama, tetapi karena Ical tidak mampu meraih posisi itu, terlebih
lagi perbedaan angka Ical dan Ingga hanya satu angka.
Untuk mengatasi kesedihan anaknya Bakrie mengajak keluarganya
untuk berlibur ke vila mereka di Cipanas. Di halaman vila pada malam hari,
Bakrie memberikan semangat pada anaknya untuk tidak terpuruk dalam
kesedihan. Sesuai dengan nama Aburizal yang berarti laki-laki yang
melindungi, begitu pulalah harapan Bakrie dan Roosniah agar Ical menjadi
pemimpin yang pemberani. Bakrie merupakan sosok ayah yang selalu hadir
untuk mendampingi anak dalam menghadapi kehidupan ini.
Setelah diyakinkan oleh ayahnya dengan menyebutkan beberapa orang yang
menjadi bintang dalam hidupnya, Ical mengucapkan kalimat yang membuat
mata Bakrie tiba-tiba berair.
“Tapi, dari sejuta bintang yang Papa sebutkan tadi, ada bintangf yang lupa
Papa sebutkan.”
“Bintang paling terang dalam hidup Ical adalah Papa dan Mama. Karena
cahaya cinta Papa dan Mama sehingga Ical bisa menemukan cahaya bintang-
bintang lainnya.”

C. Bedah Struktur Intrinsik dan Ekstrinsik


a) Tema :Kasih Sayang Orang Tua
b) Alur/plot : Maju
- “ Cik Sul, saya juga lahir pada tanggal yang sama, 15 November 1946.”
(halaman 117)
- Beberapa hari setelah menempati kelas baru di garasi Mr. Lukman
Wiriadinata. (halaman 136)
- 1956. Wktu terus berputar. Sekarang Ical sudah duduk di kelas 4.
(halaman 310)
c) Tokoh/Perwatakan
- Ical : anak yang ceria, dermawan, suka menolong, pintar, baik, penurut.
Hari pertamana masuk sekolah Ical bangun lebih awal dari biasanya
(halaman 97)
“ Sewaktu mama ke kamar mengambil uang receh, Ical malah mengambil
buah apel dan anggur di lemari es dan membagikan buah-buahan mahal
itu kepada anak-anak yang di kampung.” (halaman 272)
Ical kembali menjadi juara kelas. Setelah tiga tahun berturut-turut
menjadi terbaik di kelas. (halaman 310)
- Bakrie(ayah Ical) : sosok yang demokratis, bijaksana, suka mengajarkan
nilai-nilai kehidupan.
“Segala yang datang dari Allah niscaya kembali ke dekapan cinta-Nya.”
tutur Bakrie (halaman 60)
Bakrie sangat menjunjung tinggi bentuk keluarga besar, sama sekali tidak
keberatan ketika beberapa kerabatnya menunjukkan isyarat butuh
tumpangan hidup di Jakarta. (halaman 62)
Memberi sesuatu yang kita senangi kepada orang lain selalu membuar
hati kita bahagia. Rezeki kita pasti akan bertambah jika kita lebih ikhlas.
(halaman 132)
- Roosinah : didiplin, tegas, penyayang.
“ Niatmu baik ingin melindungi adik. Tapi lain kali hati-hati.”
(halaman88)
“ Selisih nilai mu dan Ingga tipis sekali sekali, Cal hanya beda satu
angka,” Ujar Roosimah bermaksud menunjukkan bahwa iadengan
ketatnya persaiangan itu. “Mama tidak kecewa” (halaman 388-389)
Karena pasti hal itu membuat Mama bahagia, Bahwa seluruh disiplin dan
ketegasan yang Mama ajarkan selama ini sudah mulai menunjukkan
hasil.” (halaman 399)
- Cik Nani : tegas dan disiplin.
Hri ini guru mereka dangat tegas, disiplin dan tidsk main-main. Setiap
kesalahan akan mendapatkan hukuman. (halaman 169)
“ Ada yang berani ke depan ?”
“Sebelum pulsng Cik Nani akan meminta kalian melihat baik-baik dua
buah foto itu.” (halaman 173.
- Maih banyak tokoh lain yang menunjang cerita ini seperti Odi, Iwan, Cik
Sul, Ustad Rozak, dll.
d) Latar
- Latar tempat
Kamar : Jawab Tri sambil keluar kamar. Ketika tiba di pintu kamar, Tri
menoleh kea rah Ical yang masih berdiri malas-malasan. (halaman 22)
Jalan raya : Emma Laan, jalan raya di depan rumah Ical semakin sesak.
Tua-muda, lelaki-perempuan, berduyun-duyun memenuhi sisi jalan,
menunggu rombongan barongsai lewat di hadapan mereka. (halaman 23)
- Latar waktu
Malam hari : Berkali-kali bocah lelaki itu mengadah, menatap hamparan
bintang di langit, sebelum matanya kembali lekat pada buku yang sedang
digenggamnya. (halaman 15)
- Latar suasana
Mencekam : Bocah lelaki itu tetap bertahan, merapatkan jaketnya, dan
merasakan keheningan malam kian mencekam. (halaman 18)
e) Sudut pandang
- Orang ketiga : Ia mendapati sang pengarang melanjutkan kisah dengan
lebih mendebarkan. (halaman 16)
f) Gaya bahasa
- Majas personifikasi : Hari beranjak senja. (halaman 21)
- Majas hiperbola : Gadis-gadis berlalu-lalang seolah melayang dengan
gemulai dengan balutan gaun sutra dan sepatu bersol tinggi. (halaman 36)
g) Amanat
- Kesuksesan seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan status.
- Disiplin, kerja keras, ketekunan, ketelitian , dan pola piker sangat
memperngaruhi kesuksesan seseorang.
- Berbakti kepada kedua orang tua dan persahabatan dalah dua hal yang
turut menunjang keberhasilan seseorang.

h) Nilai- nilai yang terkandung


- Nilai sosial
- Nilai budaya
- Nilai agama
D. Penutup
1) Simpulan dan Saran
Dari cerita npvel “Anak Sejuta Bintang” ini dapat dijadikan motivasi
seseorang untuk bersungguh-sungguh dalam menjalani sesuatu, impian tanpa
doa, usaha, dan kerja keras itu bohong. Sepatutunya kita dapat meneladi tokoh
Ical dalam perjalan hidup yang membawanya ke gerbang kesusksesan.
2) Pendapat
Pendapat saya, novel ini sangat menarik untuk dibaca oleh kalangan muda
agar dapat dijadikan motivasi. Bagaimana seharusnya seorang anak bersikap,
untuk apa kedisiplinan ditegakkan, bagaimna wujud nyata orang tua memberi
contoh kepada naknya tentang menjalani suatu kehidupan, dan masih banyak
nilai positif lainnya.

E. Biografi Pengarang
Akmal Nasery Basral adalah seorang novelis, penulis, dan mantan wartawan asal
Indonesia berdarah Minangkabau yang sudah menulis 24 judul buku. Dia menerima
penghargaan National Writer's Award 2021 kategori fiksi dari Perkumpulan Penulis
Nasional SATUPENA

Sebagai seorang sastrawan, Akmal Nasery Basral telah berproduksi beberapa karya
sastra, di selangnya novel Imperia yang adalah karya pertamanya yang dibuat pada
tahun 2005. Pada tahun 2010 ia menyelesaikan Sang Pencerah, suatu novel yang
bercerita mengenai kehidupan dan perjuangan KH Ahmad Dahlan yang dikenal sbg
pendiri organisasi massa Islam Muhammadiyah. Novel tersebut telah difilmkan
dengan sutradara Hanung Bramantyo dan mendapatkan sambutan luas dari warga.[1]

Pada tahun 2012, Akmal meluncurkan Anak Sejuta Bintang, novel mengenai masa
kecil Aburizal Bakrie.[2] Karya Akmal lainnya, di selangnya cerpen Legenda Bandar
Angin pernah dinobatkan sbg cerpen terbaik harian Tipu daya Rakyat pada tahun
2006.

Sebelum dikenal sbg sastrawan, Akmal adalah wartawan media cetak. Di dunia
jurnalistik, ia memulai kariernya semenjak tahun 1994. Sudah beragam media cetak
yang dikutinya, di selangnya majalah mingguan Tempo, Gatra, Gamma, Travelounge,
Koran Tempo, dan lain-lain. Pada tahun 2002 ia sempat mendirikan dan menjadi
pemimpin redaksi majalah musik MTV Trax. Namun, pada tahun 2010, Akmal
meninggalkan dunia jurnalistik dan memfokuskan tipu dayanya pada dunia sastra,
bahkan semakin jauh ia juga berkiprah di dunia perfilman dan musik.

Dari pernikahannya dengan Sylvia, Akmal dikaruniai tiga orang putri: Jihan, Aurora,
dan Ayla.

Karya

 Imperia (2005)
 Berada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Diri sendiri (2006)
 Legenda Bandar Angin (2006)
 Nagabonar Sah 2 (2007)
 Parlemen Undercover: Kisah-kisah Sontoloyo Wakil Rakyat Negeri Indosiasat (2008)
 Sang Pencerah (2010)
 Presiden Prawiranegara (2011)
 Ketentuan yang tidak boleh dilampaui (2011)
 Anak Sejuta Bintang (2012)
 Tadarus Cinta Buya Pujangga (2013)

Anda mungkin juga menyukai