Diskusi 8
Diskusi 8
SOAL 2
Mengapa dalam melakukan analisis prediksi kebangkrutan kita perlu memperhatikan data-
data perusahaan lain pada sektor atau industri yang serupa? Bagaimana Saudara
menggunakan rasio-rasio seperti debt to equity ratio, Altman Z Score, dan Score Early
Warning System (EWS) Menilai kinerja keuangan suatu perusahaan? Apakah mungkin
ketiga alat pengukuran tersebut memiliki kesimpulan analisis yang saling bertolak belakang
atau kontradiktif?
JAWAB
Bangkrut merupakan suatu keadaan atau situasi saat perusahaan mengalami kekurangan dan
ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya. Analisis prediksi
kebangkrutan dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan.
Akibat yang lebih serius dari kebangkrutan adalah penutupan usaha dan pada akhirnya
dilakukan pembubaran atau likuidasi. Prediksi kebangkrutan bisa dilakukan dengan rasio-
rasio keuangan yakni univariate dan multivariate. Dengan univariate, rasio-rasio keuangan
digunakan untuk memprediksi kebangkrutan secara teprisah. Dimana pendekatan ini
mempunyai kelemahan, antara lain karena kesimpulan dari suatu rasio bisa bertentangan
dengan kesimpulan dari rasio yang lain.
Metode multivariate bisa digunakan untuk mengurangi kelemahan tadi yang mana metode ini
memprediksi kebangkrutan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan secara simultan.
Dengan membandingkan data yang dimiliki perusahaan dengan data perusahaan pada sektor
atau industri yang serupa, perusahaan akan lebih mudah untuk menemukan tanda-tanda
kebangkrutan dengan lebih cepat. Dengan menganalisis data perusahaan serupa, perusahaan
akan mampu melihat bagaimana kondisi pasar saat ini serta mempelajari tanda-tanda awal
perusahaan yang sudah mengalami kebangkrutan sebelumnya. Semakin awal tanda-tanda
tersebut ditemukan, semakin baik bagi pihak manajemen karena bisa melakukan memutuskan
dan mengeksekusi Langkah-langkah antisipasi kebangkrutan. Indikator kebangkrutan bisa
dilihat dari analisis aliran kas, analisis strategi perusahaan, sampai laporan keuangan
perusahaan.
Altman Z Score (bankruptcy model) digunakan sebagai alat kontrol terukur terhadap status
keuangan suatu perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan (financial distress)
dan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Namun, Altman Z Score
tidak digunakan untuk perusahaan jasa keuangan atau lembaga keuangan karena adanya
kecenderungan perbedaan yang cukup besar antara neraca suatu institusi keuangan dengan
institusi keuangan lainnya.
Altman Z Score dinyatakan dalam bentuk persamaan linear yang terdiri dari 4 hingga 5
koefisien yang mewakili rasio-rasio keuangan tertentu. Rumusnya adalah sebagai berikut.
Early Warning System (EWS) merupakan tolok ukur perhitungan dari The National
Association of Insurance Commissioners (NAIC) atau lembaga pengawas badan usaha
asuransi Amerika Serikat dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan
perusahaan asuransi, yang di mana dalam pengukurannya dilihat dari aspek-aspek rasio
keuangan yaitu rasio likuiditas (liquidity ratios), rasio solvabilitas (solvency margin), rasio
profitabilitas (profitability ratios), rasio stabilitas premi (stability premi ratios) dan rasio
cadangan teknis (technical ratios). EWS menggunakan satu seri rasio penguji (test ratio)
yang diterapkan pada laporan keuangan perusahaan asuransi untuk mengukur kemampuan
dan kinerja keuangan perusahaan tersebut. Seri itu mempunyai empat belas (14) rasio yang
dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
Rasio Solvabilitas dan Umum (Solvency and Overall Ratios) terdiri dari Solvency
Margin Ratio dan Rasio Tingkat Kecukupan Dana.
Rasio Keuntungan (Profitability Ratios) terdiri dari Rasio Perubahan Surplus,
Underwriting Ratio, Rasio beban klaim, Rasio Komisi, Rasio Biaya Manajemen, dan
Rasio Pengembalian Investasi.
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios) terdiri dari Rasio Likuiditas, Agent’s Balance to
Surplus Ratio, dan Rasio Piutang Premi.
Rasio Penerimaan Premi (Premium Stability Ratios) terdiri dari Rasio Pertumbuhan
Premi dan Rasio Retensi Sendiri.
Rasio Cadangan Teknis (Technical Ratios).
Berdasarkan penjelasan masing-masing alat pengukuran diatas, maka ketiga alat pengukuran
tersebut tidak saling bertolak belakang. Ketiganya saling melengkapi dan memiliki kelebihan
masing-masing yang dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk memperoleh dan
mendapatkan pertimbangan yang lebih akurat dalam menentukan keputusan yang tepat untuk
operasional perusahaan.