Anda di halaman 1dari 11

HIERARKI DALAM GEREJA

Gereja sebagai persekutuan umat mempunyai struktur kepemimpinan atau sering disebut dengan
Hierarki, untuk mengembangkan dan menggembalakan Umat Allah dalam Yesus Kristus dan
GerejaNya dengan mengadakan aneka pelayanan yang tujuannya demi kesejahteraan Umat Allah.
Para pelayan yang mempunyai kekuasaan kudus, melayani saudara-saudara mereka supaya semua
yang termasuk Umat Allah dengan bebas dan teratur bekerjasama untuk mencapai tujuan tadi.
Gembalakanlah domba-dombaKu Yoh 21:15-19
21:15. Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau
mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu,
bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau
mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi
Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi
Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi
Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku
mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.
21:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat
pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah
menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan
membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.”
21:19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan
Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.”
Dalam bacaan diatas dapat dilukiskan bahwa, Yesus memilih Petrus menjadi gembala dan pimpinan
kawanan dombaNya, walaupun Petrus sering ceroboh dan tidak stabil, bahkan pernah
menyangkalnya sampai 3 kali. Pemilihan Tuhan sungguh berdasarkan kasih dan karuniaNya semata,
manusia tidak memiliki andil apa-apa untuk itu. Yang dituntut oleh Tuhan dari Petrus dan juga para
pneggantinya hanyalah kasih. Kasih dapat menghapus banyak dosa. Yang terpenting adalah cintanya
kepada Tuhan tidak diragukan lagi.
Dasar Kepemimpinan (Hierarki) dalam Gereja
Kepemimpinan dalam gereja pada dasarnya diserahkan pada hierarki. Menurut ajaran resmi Gereja,
hierarki dan struktur hierarkis berasal dari Kristus. Maka, konsili mengajarkan bahwa “atas
penetapan illahi, para uskup menggantikan para rasul sebagai gembala” (LG. art 20). Konsili ini
mengajarkan dan mengatakan bahwa Yesus Kristus, Gembala yang kekal, telah mendirikan gereja
kudus yang mengutus para rasul seperti Ia diutus Bapa (Yoh 20:21). Para pengganti mereka, yakni
para uskup, dikehendakiNya menjadi gembala dalam GerejaNya hingga akhir zaman (lih LG art 18).
Struktur Kepeminpinan Hierarki Dalam Gereja
1. Dewan para uskup dan paus sebagai kepalanya.
Ketika Yesus mengangkat ke12 para rasul, Ia membentuk mereka menjadi semacam dewan atau
badan yang tetap. Sebagai ketua dewan Yesus mengangkat Petrus yang dipilihNya dari antara
para rasul itu.
2. Paus.
Dalam LG art 22 dikatakan: Adapun dewan atau badan para uskup hanyalah berwibawa, bila
bersatu dengan imam agung di Roma, pengganti Petrus, sebagai kepalanNya dan selama
kekuasaan primatnya terhadap semua, baik para gembala maupun kaum beriman, tetap
berlaku seutuhnya.
3. Uskup.
Tugas para uskup adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas pemersatu lainnya
dibagi menjadi tiga tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan gereja, yaitu tugas pewartaan,
perayaan dan pelayanan, dimana dimungkinkan komunikasi iman dalam gereja. Tuga utama
seorang uskup adalah mewartakan injil.
4. Pembantu uskup, mereka adalah imam dan diakon.
Kardinal, bukanlah jabatan hierarkis dan tidak termasuk dalam struktur hierarki. cardinal adalah
pembantu Paus dan penasehat Paus terutama dalam reksa harian seluruh gereja.

Tugas Khusus Hierarki


Seluruh umat Allah mengambil bagian dalam tugas Kristus sebagai imam, nabi dan raja. Akan tetapi
semua anggota gereja memiliki fungsi khusus. Fungsi hierarki adalah: Pertama, menjalankan tugas
gerejani, yakni tugas-tugas secara langsung dan eksplisit menyangkut kehidupan beriman dalam
gereja seperti melayani sakramen, mengajar agama dsb. Kedua, menjalankan tugas kepemimpina
dalam komunikasi iman. Hierarki mempersatukan umat dalam iman dengan petunjuk, nasehat dan
teladan.
Corak Kepemimpinan Dalam Gereja.
Kepemimpina gereja merupakan panggilan khusus, dimana campur tangan Tuhan merupakan unsur
yang dominant. oleh karena itu kepemimpinan gereja tidak diangkat oleh manusia berdasarkan
suatu bakat, kecakapan atau apresiasi tertentu. Kepemimpinan gereja bersifat melayani dan
mengabdi dan melayani arti semurni-murninya, walaupun sungguh mempunyai wewenang yang
berasal dari Kristus sendiri. Kepemimpinan hierarki berasal dari Yesus sendiri, maka tidak dapat
dihapus oleh manusia

TUGAS-TUGAS GEREJA
GEREJA YANG MENGUDUSKAN (LITURGIA)
Gereja memiliki imamat umum dan imamat jabatan dengan cara khasnya masing-masing mengambil
bagian dalam satu imamat Kristus.

Imamat Umum: melaksanakan tugas pengudusan antara lain dengan berdoa, menyambut sakramen,
memberi kesaksian hidup, melaksanakan cinta kasih secara aktif dan kreatif. Ini dilakukan oleh
semua umat.

Imamat Jabatan: membentuk, memimpin umat, memberikan pelayanan sakramen. Ini dilakukan
oleh para Imam.

Allah adalah kudus dan senantiasa memanggil semua orang menuju kekudusan. Selain bimbingan
Allah, untuk mencapai kekudusan, semua umat perlu mengusahakannya. Ada beberapa bentuk
kegiatan untuk mewujudkan usaha tersebut, yaitu:
 Doa Dan Doa Resmi Gereja (Liturgi)
 Perayaan Sakramen-Sakramen
 Perayaan Sakramentali Dan
 Devosi
Penjelasan:
A. DOA DAN DOA RESMI GEREJA
1) Arti Doa
Doa berarti berbicara atau berkomunikasi dengan Tuhan (curhat dengan Tuhan). Dalam doa,
kita dituntut untuk lebih mendengarkan daripada berbicara sebab Firman Tuhan selalu menjadi
pedoman yang menyelamatkan.
2) Fungsi Doa

a) Mengkomunikasikan diri kita kepada Tuhan

b) Mempersatukan diri kita dengan Tuhan

c) Mengungkapkan cinta, kepercayaan, harapan kita kepada Tuhan

d) Menemukan makna yang baru dalam hidup, dan lain-lain

3) Syarat dan cara berdoa yang baik

a) Syarat doa yang baik

 Didoakan dengan hati

 Bertolak dari pengalaman hidup yang nyata

 Diungkapkan dengan rendah hati

b) Cara-cara berdoa yang baik

 Berdoa secara batiniah (Matius 6: 5-6, Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam
kamar, kuncilah pintu, dan berdoalah).

 Berdoa dengan cara yang sederhana dan jujur. (Matius 6: 7, Lagi pula dalam doamu,
janganlah kamu bertele-tele…)

4) Doa Resmi Gereja

Doa resmi gereja disebut ibadat atau liturgi. Yang pokok bukan sifat resmi melainkan kesatuan
gereja dengan Kristus dalam doa, Liturgi adalah karya Kristus, Imam Agung serta TubuhNya
yaitu Gereja. Liturgi juga merupakan perayaan iman di mana orang yang ikut dalam perayaan
imam mengambil bagian dalam misteri Kristus yang dirayakan. Doa resmi bukan sekedar
mendaraskan rumus-rumus hafalan melainkan mengarahkan hati kepada Tuhan. Yang berdoa
bukan badan melainkan hati.

Ibadat ini terdiri atas: ibadat pagi, ibadat siang, ibadat sore, ibadat malam dan ibadat bacaan.

B. SAKRAMEN
1) Sakramen adalah lambang atau simbol
Dalam hidup sehari-hari kita menemukan banyak tanda. Bila kita hendak mengungkapkan cinta,
kita akan memberikan sekuntum mawar. Mawar merupakan sebuah tanda untuk
mengungkapkan sesuatu yang tidak kelihatan yaitu cinta. Begitupun sakramen. Sakramen
merupakan tanda yang kelihatan untuk menjelaskan sesuatu yang tidak kelihatan yaitu cinta
dan karya Allah.
2) Sakramen mengungkapkan karya Tuhan yang menyelamatkan
Allah yang begitu mencintai manusia merupakan Allah yang tidak kelihatan. Ia yang tidak
kelihatan itu kemudian menampakkan diri dalam diri PuteraNya Yesus. Yesus hadir dan
menyapa kita dan kelihatan secara nyata. Melihat Kristus berarti melihat Allah yang tidak
kelihatan itu. Namun setelah kebangkitanNya, Ia tidak kelihatan secara fisik. Yesus lalu hadir
dalam Gereja. Dengan demikian, gereja menampakkan Kristus. Sakramen-sakramen yang kita
terima adalah tangan Kristus yang menjamah, merangkul dan menyembuhkan kita.
3) Sakramen meningkatkan dan menjamin mutu hidup kita sebagai orang Kristiani
Lewat sakramen, kualitas hidup seseorang semakin meningkat. Orang semakin dekat dengan
Tuhan. Perayaan sakramen merupakan PERTEMUAN antara Kristus dan kita. Yang dituntut dari
kita adalah sikap batin yakni kehendak baik untuk melaksanakan apa yang Tuhan kehendaki.
4) Ketujuh Sakramen:

 Sakramen Baptis

 Sakramen Ekaristi/Komuni

 Sakramen Krisma

 Sakramen Tobat

 Sakramen Perkawinan

 Sakramen Imamat

 Sakramen Pengurapan Orang Sakit

Sakramen Baptis, Ekaristi dan Krisma merupakan sakramen Inisiasi yaitu sakramen yang harus
diterima seseorang ketika masuk menjadi seorang Katolik. Sakramen Perkawinan dan Imamat
merupakan sakramen Panggilan di mana seseorang memilih pilihan hidupnya. Sakramen Tobat
dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit merupakan sakramen Penyembuhan.

a) Mengapa ada 7 sakramen:

 Angka 7 melambangkan kesempurnaan

 Melambangkan seluruh hidup manusia dari lahir hingga meninggal

b) Makna dari masing-masing sakramen


1. Sakramen Baptis
Materi: Air
Forma/Ucapannya: Aku membaptis kamu, dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus
Maknanya:
Membersihkan seseorang dari dosa asal
Menerima seseorang sebagai anggota gereja
2. Sakramen Ekaristi/Komuni
Materi: Hosti dan Anggur lambang Tubuh dan Darah Kristus
Forma/Ucapannya:
Terimalah dan makanlah, Inilah TubuhKu yang dikorbankan bagimu. Perbuatlah ini sebagai
kenangan akan Daku.
Terimalah dan minumlah, Inilah DarahKu yang dikorbankan bagimu. Perbuatlah ini sebagai
kenangan akan Daku.
Maknanya:
Menyatukan diri kita dengan Kristus
3. Sakramen Krisma
Materi: Minyak Krisma (dari minyak zaitun dicampur sejenis balsem)
Forma/Ucapannya: “Semoga dimeterai oleh karunia Allah, Roh Kudus”.
Maknanya:
Menandakan seseorang telah dewasa imannya
Ia siap menjadi saksi Kristus lewat teladan hidupnya.
4. Sakramen Tobat
Lewat perbuatan dosa, manusia memilih untuk memisahkan diri dari Allah dan hidup
menurut kehendaknya sendiri tanpa rahmat Allah.
Akibat dosa, manusia kehilangan rahmat Allah yang pernah ia terima dalam sakramen baptis.
Ia tidak layak lagi disebut sebagai anak Allah. Selain itu, dosa ikut mengotori kesucian Gereja
Kristus. Relasi dengan sesama pun ikut rusak.
Jika seseorang bertobat maka, ia pun berdamai kembali dengan Allah, Gereja, dan sesama.

5. Sakramen Perkawinan
Sakramen Perkawinan melambangkan persatuan Kristus dan gereja. Dengan demikian, sifat
perkawinan katolik adalah monogami (seorang perempuan dan seorang laki-laki) dan tak
terceraikan (tidak mengenal perceraian)
Materi: Kitab Suci dan Cincin
6. Sakramen Imamat
Menjadi seorang imam merupakan panggilan khusus. Mereka dengan kemauan pribadi
memutuskan untuk hidup selibat atau tidak menikah demi kerajaan Allah. Mereka juga
menghayati 3 kaul yaitu:
Kaul Kemurniaan: tidak menikah seumur hidup
Kaul Ketaatan: taat terhadap Allah, taat terhadap aturan, taat terhadap pemimpin dan taat
terhadap komitmen/keputusan untuk tidak menikah.
Kaul Kemiskinan: dengan kesadaran berkomitmen untuk hidup sederhana
7. Sakramen Pengurapan Orang Sakit
Materi: Minyak Pengurapan Orang Sakit (dari minyak zaitun ditambah balsem)
Forma/Ucapannya: Peletakan tangan Romo di atas kepala orang sakit.
Maknanya:
Menyatukan penderitaan dengan penderitaan Kristus
Sebagai bekal rohani (viaticum)
Menguatkan orang sakit
C. SAKRAMENTALI
1) Pengertian:
Tanda-tanda suci (berupa ibadat/upacara/pemberkatan) yang mirip dengan sakramen-
sakramen.
2) Macam-macam Sakramentali:
Pemberkatan: pemberkatan orang, benda/barang rohani, tempat, makanan.
Contoh: pemberkatan ibu hamil/anak, alat pertanian, alat transportasi, rumah, patung, rosario
Ini merupakan pujian kepada Allah dan doa untuk memohon anugerahNya.
Pemberkatan dalam arti tahbisan rendah: pentahbisan orang dan benda.
Contoh: pentahbisan lektor, katekis, diakon, misdinar, pemberkatan gereja/kapel, altar, minyak
suci, lonceng.

D. DEVOSI
1) Pengertian:
Devosi berasal dari kata bahasa Latin, Devotio yang berarti penghormatan. Devosi adalah
bentuk-bentuk penghormatan/kebaktian khusus orang atau umat beriman kepada rahasia
kehidupan Yesus tertentu, misalnya hati Yesus yang Mahakudus, Sakramen Mahakudus. Atau
devosi juga bisa ditujukan kepada orang-orang kudus seperti devosi Santa Maria, devosi kepada
santo-santa pelindung.
2) Tujuan Devosi
Devosi tidak bersifat paksaan melainkan sukarela. Devosi hendaknya bertujuan untuk
menguatkan iman kita kepada Allah dalam diri Yesus Kristus.

GEREJA YANG MEWARTAKAN (KERYGMA)


Ada 3 bentuk Sabda Allah dalam gereja yaitu:
 Sabda/pewartaan para rasul sebagai daya yang membangun gereja
 Sabda Allah dalam Kitab Suci sebagai kesaksian
 Sabda Allah dalam pewartaan aktual gereja sepanjang zaman
Tiga bentuk sabda Allah di atas saling berhubungan satu sama lain. Sabda Allah berawal dari
pengalaman para rasul ketika hidup bersama Yesus. Sesudah kenaikan Yesus, para rasul mulai
mewartakan kepada umat. Dari pewartaan para rasul itulah kemudian mulai ditulis. Sabda Allah
inilah yang kemudian dilanjutkan oleh Gereja dalam pewartaan aktual gereja. Tugas kita adalah
mewartakan sabda Allah sebagaimana yang dilakukan para rasul dulu. Ada dua pola pewartaan
dalam mewartakan Sabda Allah yaitu:
 Pewartaan verbal/kata-kata (kerygma)
 Pewartaan dalam tindakan (martyria)
Penjelasan:
1. Pewartaan Verbal/kata-kata (kerygma)
Pewartaan verbal sebenarnya merupakan tanggung jawab para imam tetapi kita sebagai kaum
awam dituntut untuk turut serta dalam kegiatan pewartaan antara lain melalui:
Kotbah atau homili: pewartaan yang berdasarkan perikope kitab suci. Kotbah diwartakan dari
mimbar. Meskipun terkesan satu arah (melulu dari yang berkotbah) namun kotbah yang baik adalah
komunikasi dua arah di mana pendengar juga diaktifkan. Orang yang membawakan kotbah disebut
pengkotbah.
Pelajaran agama: proses pendampingan para guru agama kepada para siswa untuk menemukan
makna hidupnya dalam terang Kitab Suci.
Katekese umat: kegiatan suatu kelompok umat di mana mereka aktif berkomunikasi untuk
menafsirkan hidup nyata dalam terang injil yang diharapkan berkelanjutan dengan aksi nyata
sehingga dapat membawa perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih baik. Orang yang
membawakan katekese disebut Katekis
Pendalaman kitab suci: membaca dan merenungkan kitab suci. Bisa dilakukan dalam keluarga,
kelompok dan pada kesempatan khusus misalnya masa APP (prapaskah) atau masa adven (sebelum
Natal) dan bulan Kitab Suci (BKSN)
2. Pewartaan dalam tindakan (Martyria)
Penjelasannya lihat tema tentang Gereja Yang Menjadi Saksi Kristus (Martyria)
Dalam mengaktualisasikan sabda Tuhan, ada dua tuntutan yang harus dipenuhi atau diketahui oleh
seorang pewarta sabda Allah yaitu:
a. Mendalami dan menghayati Sabda Tuhan
Orang tidak dapat mewartakan sabda Allah dengan baik kalau dia sendiri belum mengenal,
memahami dan melaksanakannya. Untuk itu, seorang pewarta harus membekali diri dengan
pengetahuan tentang kitab suci dengan mengikuti penataran atau seminar.
b. Mengenal umat atau masyarakat konteksnya
Selain pengenalan tentang kitab suci, seorang pewarta juga dituntut mengenal konteks atau
masyarakat yang ada sehingga pewartaan kita sungguh menyentuh masyarakat yang ada.

MAGISTERIUM DAN PARA PEWARTA SABDA


Magisterium gereja adalah kuasa mengajar dalam gereja. Magisterium gereja bertugas untuk
menafsir dan mengajarkan kitab suci kepada umat dan menjaga kesatuan iman dan ajaran Kristus.
Umat hanyalah menjalankan apa yang diwartakan oleh magisterium gereja. Salah satu sifat dasar
magisterium gereja adalah “TIDAK DAPAT SESAT”. Artinya ajaran mereka senatiasa bersumber pada
kuasa Roh Kudus. Magisterium gereja terdiri atas imam agung (Paus) di Roma, kepala dewan para
uskup selaku gembala umat.

GEREJA YANG MELAYANI (DIAKONIA)


Gereja tidak pernah ada untuk dirinya sendiri, tetapi sebaliknya menjadi tanda dan saran bagi dunia
dan masyarakat. Gereja dipanggil untuk melayani sebagaimana Yesus sendiri datang untuk melayani.
Pada malam perjamuan terakhir, Yesus menunjukkan diriNya sebagai seorang pelayan atau hamba
dengan membasuh kaki para rasul. Sabda Yesus sendiri dalam Markus bab 10: 45, “Anak manusia
datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani” mendapat perwujudan yang nyata. Santo
Paulus melukiskan pengalaman Yesus ini dengan mengatakan bahwa “Kristus telah mengambil rupa
seorang Hamba” (Filipi, 2: 7). Dengan demikian menjadi murid Yesus berarti harus meneladani Yesus
dengan cara MELAYANI.

Dasar Pelayanan dalam Gereja


Dasar pelayanan dalam gereja bertumpu pada semangat pelayanan Kristus sendiri. “Barangsiapa
menyatakan diri murid Kristus, ia wajib hidup sama seperti hidup Kristus.” (I Yohanes bab 2: 6)
Ciri-Ciri Pelayanan Gereja
 Bersikap sebagai Pelayan
Dalam Markus bab 9: 35 dikatakan bahwa, “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu,
hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.”
 Kesetiaan kepada Kristus sebagai Tuhan dan Guru
Gereja (kita) senantiasa menimbah kekuatan dari teladan Yesus sendiri sebagai nafas hidup
kita
 Option for the Poor.
Perhatian utama pelayanan gereja adalah orang-orang yang miskin namun tetap
memposisikan mereka sebagai subyek yang sederajat dan tetap menghormati harga dirinya
dan bukan mengobyekan mereka (memperlakukan seenaknya)
 Kerendahan Hati
Seperti Kristus, gereja pun hendaknya melihat diri sebagai hamba yang tak berguna (Lukas
17: 10)
Bentuk-Bentuk Pelayanan
Pelayanan gereja dapat bersifat KEDALAM dan KELUAR.
Kedalam meliputi : pembangunan dan pengembangan jemaat atau umat itu sendiri
Keluar meliputi : aspek-aspek kehidupan manusia baik di bidang pendidikan, kebudayaan,
kesejahteraan, politik maupun hukum

GEREJA YANG MENJADI SAKSI KRISTUS (MARTYRIA)


Kata SAKSI memiliki dua arti:
 Orang yang melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa atau kejadian
 Orang yang dimintai hadir pada suatu peristiwa untuk mengetahuinya agar suatu ketika
apabila diperlukan dapat memberi keterangan yang membenarkan bahwa peristiwa tersebut
sungguh-sungguh terjadi.
Dari kedua arti di atas, kita dapat disimpulkan bahwa saksi selalu menunjuk pada personal/pribadi
seseorang yang mengetahui atau mengalami dan mampu memberikan keterangan yang benar.
Dengan demikian, menjadi “Saksi Kristus” berarti:
Menyampaikan atau menunjukkan apa yang dialami dan diketahui tentang Kristus kepada orang lain
Penyampaian, penghayatan atau pengalamannya itu dapat dilaksanakan melalui kata-kata, sikap
atau tindakan nyata (teladan hidup)
Menjadi saksi Kristus selalu mengandung resiko sebagaimana Sabda Yesus sendiri, “Kamu akan
dikucilkan bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka
bahwa ia berbuat bakti bagi Allah” (Yohanes 16: 2). Meskipun demikian, banyak orang yang
terinspirasi dari pengorbanan Yesus sendiri dan mengorbankan nyawanya sebagai saksi Kristus atau
Martir (martir berarti orang yang berkorban atau rela mati demi menjadi saksi Kristus).
Martyria terbagi atas dua yaitu:
Martyria Merah/Darah: orang yang rela menumpahkan darahnya demi memberi kesaksian tentang
imannya akan Tuhan.
Contoh:
 Uskup Romero yang tewas ditembak karena membela orang miskin di kota San Salvator.
 Pater Maximilianus Kolbe yang rela mati dibunuh di kamp konsentrasi Nazi Jerman demi
menggantikan seorang bapak yang hendak dieksekusi.
 Santo Tarsisius yang rela mati demi menyelamatkan hosti tubuh Kristus
Martir Putih: orang yang rela berbuat apa saja termasuk menghadapi tantangan demi memberi
kesaksian tentang Tuhan. Orang seperti ini tidak perlu mati seperti martyria merah/darah tetapi rela
hidup seperti Kristus.
Contoh:
 Mother Teresa yang selama hidupnya melayani orang-orang miskin di Calcuta-India
 Pater Damian yang selama hidupnya melayani orang-orang kusta yang dibuang di pulai
Molokai.

Anda mungkin juga menyukai