Perempuan Bukan Alat Pemuas Nafsu Oknum Tidak Waras
Perempuan Bukan Alat Pemuas Nafsu Oknum Tidak Waras
Menanggapi kasus kekerasan seksual, orang awam biasanya sering menyudutkan para
korban, mereka beranggapan bahwa ini murni kesalahan dari korban sendiri karena memakai
pakaian yang minim, berjalan di tempat sunyi pada malam hari, dan tanpa adanya
pendamping. Memang benar jumah kasus kekerasan seksual banyak terjadi pada malam,
namun kekerasan seksual ini tidak hanya terjadi saat ada kegelapan saja, bahkan di siang hari
serta di kerumunan orang, aksi bejat ini sering dilakukan. Korbannya tidak hanya mereka
yang mengenakan pakaian minim saja, perempuan yang memakai pakaian muslim yang
sangat tertutup dan jauh dari kata menampilkan bentuk tubuhnya juga menjadi korban atas
tindakan oknum yang tidak waras. Masyarakat sepertinya sudah terdoktrin dengan stigma
bahwa perempuanlah yang seharusnya menjaga kehormatan dan melindungi dirinya sendiri,
sehingga masyarakat memandang hina korban kekerasan seksual dan justru malah
menyalahkan korban karena tidak bisa menjaga diri.
Direktorat Jendral Kemendikbud Ristek tahun 2020 menyebutkan bahwa 77% dosen
mengatakan kekerasan seksual banyak terjadi di kampus dan 63% dari mereka tidak
melaporkan kasusnya. Di lingkup pendidikan sekalipun, perempuan tidak mendapatkan
keamanan, perempuan seolah dibatasi geraknya, perempuan seakan terkekang dan tidak ada
ruang aman bagi dirinya. Dari persentase tersebut tidak diragukan lagi mereka yang
mengalami kekerasan ini takut mengungkapkan aksi dari oknum yang tidak tahu malu itu,
banyak perempuan yang menjadi korban, takut jika tak ada yang membela mereka, tak ada
tempat untuk mereka bercerita secara leluasa, tak ada wadah yang membuat mereka tidak
tersudutkan dan tidak mengalami tekanan. Korban kekerasan seksual seringkali tidak tahu
dimana mereka bisa melaporkan kasus mereka. Tidak adanya support dari orang-orang
terdekat makin membuat mereka merasa tidak mendapatkan keadilan, hal inilah yang
menyebabkan banyak perempuan korban kekerasan seksual yang malah mengakhiri hidup
sebagai jalan akhir untuk menuntaskan permasalahannya.
Tidak cukup hanya ada satuan tugas pencegahan dan penanganan kasus kekerasan
seksual saja, demi mencegah aksi ini semua golongan masyarakat harus tahu betul akan salah
dan rusaknya aksi kekerasan seksual ini. Pada dasarnya yang dipahami orang-orang akan
kekerasan seksual hanyalah kejahatan yang berhubungan dengan fisik. Sebenarnya kekerasan
seksual itu tidak hanya fisik saja, kekerasan seksual juga dapat berupa perkataan yang
cenderung mengarah ke seksualitas yang nantinya dapat merusak mental korban, lewat
ketikan komentar yang dilontarkan melalui media sosial juga dikatakan sebagai kekerasan
seksual. Pemahaman umum mengenai kekerasan seksual harus diketahui oleh semua orang,
jika orang paham akan kekerasan seksual ini maka nantinya dapat terbentuk ikatan yang
saling melindungi, mengamankan, dan saling menguatkan. Jika ada korban kekerasan seksual
mereka harus mendapatkan dukungan, bukan hinaan bahkan cacian. Adanya ikatan dari
semua pihak harapannya kasus kekerasan seksual ini tidak akan pernah terjadi lagi,
khususnya di dunia pendidikan.