Anda di halaman 1dari 27

PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN ANAK USIA DINI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

PENGEMBANGAN MORAL ANAK USIA DINI

Dosen Pengampu: Yani Suarsih, M.Pd

Disusun Oleh:

Ruhaeni (19.03.00.005)

Tutiek Ari Santi (22.03.00.003)

Yaumil Fajriah (19.03.00.005)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ALHIKMAH

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-MAHBUBIYAH

JAKARTA

2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan


nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
“Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan Anak Usia Dini”. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberikan dukungan kepada kami dalam menulis makalah ini. Terutama
kepada dosen pengampu mata kuliah, Ibu Yani Suarsh, M.Pd, serta keluarga
yang kami sayangi dan juga teman-teman seperjuangan yang sangat kami
cintai.

Penulis menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.


Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya nantinya penulis dapat menyusun makalah dengan lebih
baik lagi. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
pembacanya.

Jakarta, 15 Desember 2022

ii
Penulis

iii
DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR …………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI ………………………………………………........................ iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………... 1


B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2
C. Tujuan Pembahasan …………………………………….. 2
BAB II. PEMBAHASAN

A. Definisi Pengembangan Nilai Agama Anak Usia Dini..... 3


B. Cara Menanamkan Nilai Agama Anak Usia Dini ...…... 4
C. Cara Mengembangkan Nilai Agama Anak Usia Dini....... 6
BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………. 12
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 13

iv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan amanat Allah pada orang tua yang pada
akhirnya nanti akan dimintai pertanggung jawaban.Anak merupakan
bagian dari keluarga,maka secara kodrati orang tuanyalah yang
bertanggung jawab menyerap apa saja yang dilihat,diberikan maupun
didengarnya,karena ia belum mempunyai konsep untuk menolaknya.
Maka sudah menjadi kewajiban orang tua atau orang disekelilingnya
untuk memberikan perhatian masalah agama yang meliputi
keimanan,ibadah dan akhlak.Sebab pada dasarnya pendidikan Islam
bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat
melalui latihan kejiwaan,kecerdasan otak,penalaran,perasaan dan
indera.1
Anak yang telah mempunyai potensi sejak lahir sangat
memungkinkan untuk ditumbuh kembangkan dan dipupuk dengan nilai
– nilai keagamaan sejak dini.Rasa ketuhanan itu akan mendapat
dorongan untuk berkembang secara optimal dengan penanaman nilai
keagamaan sejak dini.Apabila tidak dibina secara baik masa
perkembangan terbesar psikis dan indra ini akan yang sesuai dengan
sasaran atau anak didik untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.
Hakekat dari pendidikan agama adalah penanaman moral
beragama pada anak,sedangkan pengajaran adalah memberikan
pengetahuan

1
M.Arifin,Ilmu Pendidikan Islam suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner.(Jakarta:Bumi Aksara.1996),hlm.40.

1 1
2

agama pada anak didik2 Pendidikan nilai-nilai keagamaan


merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya dan
jika hal itu telah tertanam serta terpatri dalam setiap insan sejak dini,
hal ini merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk
menjalani jenjang pendidikan selanjutnya. 
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama pada diri anak, diperlukan
berbagai macam metode dan pendekatan. Pendekatan yang dimaksud
adalah cara yang teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
kegiatan agar tercapai hasil yang baik seperti dikehendaki. Pendekatan
juga berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Guru di Taman
Kanak-kanak yang dalam kegiatannya memerlukan berbagai metode dan
pendekatan untuk mengembagkan berbagai kemampuan dan potensi
yang ada pada diri anak didik. Untuk itu, guru Taman Kanak-kanak
dituntut memiliki kemampuan profesional dan komprehensif terutama
dalam memilih dan menentukan metode dan pendekatan yang efektif.
Dimana nantinya dalam proses belajar mengajar akan berlangsung
dengan baik tanpa mengorbankan anak, tanpa merebut hak anak untuk
bermain dalam suasana terbuka dan menyenangkan. 

Pendidikan agama pada dasarnya adalah membina (melestarikan)


fitrah agama pada anak yang dibawa sejak lahir,agar tidak luntur
menjadi atheis atau bahkan menganut agama selain agama Islam.Oleh
karena itu yang harus diperhatikan adalah membiasakan anak untuk
melaksanakan syari’at agama dan menjauhkan larangan-Nya.Proses
pendidikan tidak selamanya bisa dipegang orang tua,untuk itu diperlukan
bantuan orang lain atau suatu lembaga untukmenangani masalah
pendidikan.

2
Asmuni Syukir,Dasar – Dasar Strategi Dakwah Islam,(Surabaya : Al-
Ikhlas,t,t),hlm.157

2
3

B. Rumusan Masalah
1. Definisi pengembangan nilai-nilai agama Anak Usia Dini
2. Cara menumbuhkan nilai agama pada Anak Usia dini
3. Cara mengembangkan nilai agaman Anak Usia Dini
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis berharap dapat
memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang :
1. Apa definisi pengembangan nilai-nilai agama Anak Usia Dini?
2. Bagaimana cara menumbuhkan nilai agama pada Anak Usia dini?
3. Bagaimana cara mengembangkan nilai agaman Anak Usia Dini?

3
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pengembangan Nilai-nilai Agama Anak Usia Dini


1. Pengertian Nilai-nilai Agama
Nilai adalah sesuatu yang abstrak yang tidak bisa dilihat, diraba,
maupun dirasakan dan tak terbatas ruang lingkupnya. Menurut Mulyana
secara hakiki sebenarnya nilai agama merupakan nilai yang memiliki
dasar kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai
sebelumnya. Nilai ini bersumber dari kebenaran tertinggi yang
datangnya dari Tuhan. Nilai tertinggi yang harus dicapai adalah kesatuan
(unity). Kesatuan berarti adanya keselarasan semua unsur kehidupan,
antara kehendak manusia dengan perintah Tuhan, antara ucapan dan
tindakan.
Nilai- nilai dalam Islam mengandung dua kategori arti dilihat dari
segi normatif yaitu pertimbangan tentang baik dan buruk, benar dan
salah, haq dan batil, diridhoi dan dikutuk oleh Allah SWT. 3.Internalisasi
merupkan sentral perubahan kepribadian yang merupakan dimensi kritis
terhadap perubahan diri manusia yang di dalamnya memiliki makna
kepribadian terhadap respon yang terjadi dalam proses pembentukan
watak manusia. Nilai sangat erat kaitannya dengan pengertian-pengertian
dan aktifitas manusia yang kompleks, sehingga sulit ditentukan
batasannya, karena keabstrakannya itu maka timbul bermacam-macam
pengertian, di antaranya sebagai berikut:
1. Rahmat Mulyana Mengartikan Pendidikan Nilai sebagai berikut :
a. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang
diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang

3
Rahmat Mulyana, Mengartikulasi Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), h.
36

4
4
5

khusus pada pola pemikiran, perasaan, keterkaitan maupun


perilaku.4
b. Nilai adalah suatu pola normatif, yang menentukan tingkah
laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada kaitannya
dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi-fungsi
bagian-bagiannya.5
c. Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.6
d. Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan,
tetapi hanya dapat dialami dan dipahami secara langsung.7
e. Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, bukan benda
kongkrit, bukan fakta, bukan hanya persoalan benar salah yang
menurut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang
dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.8
Beberapa pengertian tentang nilai di atas dapat dipahami bahwa nilai
itu adalah sesuatu yang abstrak, ideal, dan menyangkut persoalan
keyakinan terhadap yang dikehendaki, dan memberikan corak pada pola
pikiran, perasaan, dan perilaku. Dengan demikian untuk melacak sebuah
nilai harus melalui pemaknaan terhadap kenyataan lain berupa tindakan,
tingkah laku, pola pikir dan sikap seseorang atau sekelompok orang.
Nilai merupakan gagasan umum orang-orang, yang berbicara seputar apa
yang baik atau buruk, yang diharapkan atau yang tidak diharapkan, nilai
mewarnai pemikiran seseorang yang telah menjadi satu dan tidak dapat
di lepaskan dalam kehidupannya sehari-hari.

4
Zakiyah Darajat, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992) h.260
5
H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), h.141
6
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta,
2004), h.11
7
Thoba Chatib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
1996), h. 61
8
6 Ibid.

5
6

Dengan demikian nilai dapat dirumuskan sebagai sifat yang terdapat


pada sesuatu yang menempatkan pada posisi yang berharga dan
terhormat yakni bahwa sifat ini manjadikan sesuatu itu dicari dan
dicintai, baik dicintai oleh satu orang maupun sekelompok orang, contoh
hal itu adalah nasab bagi orang-orang terhormat mempunyai nilai yang
tinggi, ilmu bagi ulama’ mempunyai nilai yang tinggi dan keberanian
bagi pemerintah mempunyai nilai yang dicintai dan sebagainya.
Pengertian agama menurut Tholhah Hasan adalah mendasari orientasi
pada dosa dan pahala, halal dan haramnya. 9Sedangkan pengertian agama
Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya bersumber kepada wahyu dari
Allah yang disampaikan kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad
Saw. Untuk kesejakteraan umat manusia di dunia maupun di akhirat.10
Jadi pengertian nilai Agama Islam dalam pembahasan diskripsi ini
adalah suatu upaya mengembangkan pengetahuan dan potensi yang ada
mengenai masalah dasar yaitu berupa ajaran yang bersumber kepada
wahyu Allah yang meliputi keyakinan, pikiran, akhlak dan amal dengan
orientasi pahala dan dosa, sehingga ajaran-ajaran Islam tersebut dapat
merasuk kedalam diri manusia sebagai pedoman dalam hidupnya. 11
Macam-macam nilai-nilai agama menurut Nurcholis Madjid, ada
beberapa nilai-nilai agama yang harus ditanamkan pada anak dan
kegiatan pendidikan yang mana ini merupakan inti dari pendidikan
agama. Diantara nilai-nilai dasar yaitu: Iman, Islam, Ihsan, Taqwa,
Ikhlas, Tawakkal, Syukur, Sabar.12

9
M. Thohah Hasan, Produk Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman, (Jakarta :
Bangun Prakarya, 1986), h.57
10
Abdurrahman Shaleh, Pendidikan Agama Islamdi SD (Jakarta: Bulan Bintang,
1976), h. 115
11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h.414
12
Nurcholis Madjid, Masyarakat Religious Membumikan Nilai-Nilai Islam dalam
Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 98-100

6
7

Berdasarkan berbagai keterangan di atas dapat di simpulkan bahwa


pengembangan nilai agama Anak Usia Dini adalah kemampuan anak
untuk bersikap dan bertingah laku. Islam telah mengajarkan nilai-
nilai positif yang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Pengertian Anak Usia Dini


Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun
(Undangundang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar
pendidikan anak. Menurut Mansur anak usia dini adalah kelompok anak
yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat
unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang
khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Pada
masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan
pada masa mendatang.
Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa
50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama.
Setelah anak berusia 8 tahun perkembangan otaknya mencapai 80% dan
pada usia 18 tahun mencapai 100%. Sesuai dengan Undang-undang
Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan yang ditujukan
bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan anak usia
dini (PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui
pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini
jalur formal berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal
(RA) dan bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini jalur nonformal berbentuk kelompok
bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), sedangkan PAUD pada jalur
pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan

7
yang diselenggarakan lingkungan seperti bina keluarga balita dan
posyandu
8

yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan satuan PAUD
sejenis (SPS). Maleong menyebutkan bahwa ragam pendidikan untuk
anak usia dini jalur non formal terbagi atas tiga kelompok yaitu
kelompok taman penitipan anak (TPA) usia 0-6 tahun); kelompok
bermain (KB) usia 2-6 tahun; kelompok satuan PADU sejenis (SPS) usia
0-6 tahun.
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa anak usia dini
adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga
diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang
dengan maksimal. Pemberian stimulasi tersebut harus diberikan melalui
lingungan keluarga, PAUD jalur non formal seperti tempat penitipan
anak (TPA) atau kelompok bermain (KB) dan PAUD jalur formal seperti
TK dan RA
B. Cara Menanamkan Nilai-nilai Agama Anak Usia Dini
Anak kecil akan selalu mengikuti bagaimana orang tuanya bersikap,
karena itu memberikan contoh yang baik kepada mereka merupakan hal
yang wajib untuk dilakukan. Ada banyak perilaku baik yang bisa
diajarkan kepada anak, dari perilaku baik sesuai agama atau moral yang
dipakai di masyarakat.
Karena masih anak-anak, tentu perlu cara tersendiri agar mereka
mau mendengarkan dan melakukan nasehat yang orang tua berikan. Ada
beberapa cara mudah, dimana anak dan orang tua bisa saling belajar
sambil bermain. Dengan memanfaatkan momen tersebut, bukan hal yang
sulit untuk memberikan contoh dan nasehat kepada anak.
Berikut merupakan cara menanamkan nilai agama dan moral untuk
anak usia dini, selain mudah dilakukan, cara berikut juga bisa dipakai
dalam jangka waktu yang lama untuk menasehati anak.

8
1. Berikan Contoh kepada Anak
9

Langkah pertama adalah memberikan contoh terlebih dahulu


kepada anak, sebab keluarga merupakan tempat pertama anak belajar.
Kita bisa memberi contoh untuk berbicara secara perlahan, menggunakan
bahasa yang halus dan sopan, serta tidak mengucapkan kata-kata yang
kotor.
Anak akan lebih mudah menuruti nasehat yang diberikan oleh
orang tua, jika orang tua memberikan contoh terlebih dahulu. Ini bisa
menjadi tempat yang tepat untuk membangun kebiasaan yang baik untuk
anak. Secara perlahan, anak akan mengadopsi nasehat dan kebiasaan
yang dilakukan oleh orang tua.
2. Mulai dari Kebiasaan yang Sederhana
Jika kita memberikan teladan secara sekaligus, anak biasanya akan
sulit mengubah kebiasaan yang sudah mengakar. Karena itu, mulai dari
kebiasaan yang mudah terlebih dahulu, misalnya mencuci piring sendiri
setelah makan.
Kita juga bisa memberikan contoh membaca doa sebelum dan
sesudah makan, yang merupakan kebiasaan sederhana. Cara
menanamkan nilai agama dan moral ini direkomendasikan oleh banyak
pakar anak, sebab kebiasaan yang sederhana jika dilakukan secara
beruntun bisa menarik kebisaan baik lainnya.
3. Menyampaikan Nasehat dengan Cara yang Menyenangkan
Hati anak tidak bisa stabil sebagaimana orang dewasa, karena itu
memberikan saran dan nasehat untuk anak sebaiknya dilakukan dengan
cara yang menyenangkan. Misalnya dengan membacakan cerita sebelum
tidur, menceritakan kisah yang memiliki amanat baik, serta menghibur
anak jika mereka sedang sedih dengan nasehat.
Kita juga bisa menyelipkan nasehat ketika anak beraktifitas,
misalnya dengan memberikan mainan, buku, maupun lagu yang

9
mencerminkan kebiasaan baik. Selain bisa menghibur anak ketika
hatinya
10

sedang sedih atau kesal, ia juga bisa tertanam menjadi kebiasaan


yang baik.
4. Ajak Anak untuk Bersosialisasi dengan Lingkungan yang Baik
Selain keluarga, lingkungan juga menjadi tempat belajar anak,
karena itu perlu untuk membuat lingkungan pertemanan yang
mendukung. Sebaiknya hindarkan anak dengan teman yang memiliki
tabiat kurang baik, dan ajak anak ke tempat yang memiliki kebiasaan
baik.
Cara menanamkan nilai agama dan moral untuk anak misalnya
dengan mengajak anak bermain bersama dengan teman sepermainan
yang sepantaran. Akan lebih baik jika memberikan ruang untuk belajar
bersama secara bergantian di rumah teman, dengan begitu orang tua bisa
memantau perkembangan dan sosialisasi yang dilakukan oleh anak.
5. Jangan Paksa Anak untuk Melakukan Sesuatu
Ketika anak tidak melakukan nasehat yang kita berikan, biasanya
kita akan kesal. Jika anak agak sulit menerima kebiasaan dan nasehat
yang kita berikan, atau masih enggan melakukan kebiasaan yang kita
praktekkan, jangan menyerah dan kesal.
Bisa jadi anak sedang mengalami hari atau mood yang buruk,
sehingga ia tidak bersikap seperti biasanya. Pahami kondisi tersebut dan
cobalah untuk menasehatinya secara perlahan, misalnya jika anak tidak
mau membereskan kamar tidurnya, berikan nasehat secara lembut dan
bantu anak untuk membereskan tempat tidurnya.
Menjadi panduan untuk anak tentu bukan hal yang mudah, karena
itu selalu praktekkan sikap dan kebiasaan baik. Tidak hanya ketika kita
berada di depan anak, namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Itulah
beberapa cara menanamkan nilai agama dan moral yang tepat, khususnya

10
untuk anak usia dini. Jika anak diarahkan sejak dini untuk berperilaku
baik, tentu hal tersebut akan menjadi kebiasaan ketika ia dewasa.
11

C. Cara Mengembangkan Nilai-nilai Agama Anak Usia Dini


Pengembangan nilai nilai moral dan agama anak dapat
dikembangkan melalui metode sebagai berikut :
1. Metode bercerita
Metode Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dalam cerita atau
dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai
agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Ketika bercerita
seorang guru juga dapat menggunakan alat peraga untuk mengatasi
keterbatasan anak yang belum mampu berpikir secara abstrak
2. Metode bernyanyi
Metode bernyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran secara
nyata yang mampu membuat anak senang dan bergembira. Anak
diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa
yang bahagia, senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa
melalui ungkapan kata dan nada. Pesan-pesan pendidikan berupa
nilai dan moral yang dikenal- kan kepada anak tentunya tidak
mudah untuk diterima dan dipahami secara baik. Anak tidak dapat
disamakan dengan orang dewasa.
3. Metode bersyair
Pendekatan pembelajaran melalui kegiatan membaca sajak
merupakan salah satu kegiatan yang akan menimbulkan rasa
senang, gembira, dan bahagia pada diri anak. Secara psikologis
anak Taman Kanak-kanak sangat haus dengan dorongan rasa ingin
tahu, ingin mencoba segala sesuatu, dan ingin melaku- kan sesuatu
yang belum pernah dialami atau dilakukannya. Melalui metode
sajak guru bisa menanamkan nilainilai moral kepada anak. Sajak
merupakan

11
12

metode yang juga dapat membuat anak merasa senang, gembira


dan bahagia.
4. Metode karyawisata
Metode ini bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan
anak Taman Kanak-kanak yang sesuai dengan kebutuhannya.
Tujuan berkarya wisata ini perlu dihubungkan dengan tema-tema
yang sesuai dengan pengembangan aspek perkembangan anak
Taman Kanak- kanak. Tema yang sesuai seperti: binatang,
pekerjaan, kehidupan kota atau desa, pesisir, dan pegunungan.
5. Metode pembiasaan
Metode Pembiasaan terkait dengan penanaman moral, lebih
banyak dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan tingkah laku
dalam proses pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa
sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum,
mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan
setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya.
6. Metode bermain
Metode Bermain ternyata banyak sekali terkandung nilai moral,
diantaranya mau mengalah, kerjasama, tolong menolong, budaya
antri dan menghormati teman. Nilai moral mau mengalah terjadi
manakala siswa mau mengalah terhadap teman lainnya yang lebih
membutuhkan untuk satu jenis mainan. Pengertian dan pemahaman
terhadap nilai moral mau menerima kekalahan atau mengalah
adalah salah satu hal yang harus ditanamkan sejak dini
7. Metode outbond
Metode Outbond merupakan suatu kegiatan yang me-mungkinkan
anak untuk bersatu dengan alam. Melalui kegiatan outbond siswa
akan dengan leluasa menikmati segala bentuk tanaman, hewan, dan

12
13

mahluk ciptaan Allah yang lain. Cara ini dilakukan agar anak tidak
hanya memahami apa yang diceritakan atau dituturkan oleh guru
atau pendidik di dalam kelas. Melainkan mereka diajak langsung
melihat atau memperhatikan sesuatu yang sebelumnya pernah
diceritakan di dalam kelas, sehingga apa yang terjadi di kelas akan
ada sinkronisasi dengan apa yang tampak di lapangan atau alam
terbuka.
8. Metode bermain Peran
Metode ini merupakan salah satu metode yang digunakan dlam
menanamkan nilai nilai moral ke pada anak usia dini. Dengan
bermain peran anak akan mempunyai ksadaran merasakana jika ia
menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain
peran
9. Metode diskusi
Metode ini adalah metode utuk mendiskusikan tentang suatu
peristiwa. Biasanya dilakukan dengan cara siswa diminta untuk
memperhatikan sebuah tayangan dari CD, kemudian setelah selesai
siswa diajak berdidskusi tentang tayangan tersebut. Isi diskusinya
antara lsin mengapa hal tersebut dilakukan, mengapa anak itu
dikatakan baik, mengapa harus menyanyangi dan sebagainya.
10. Metode keteladanan
Menurut Cheppy Cahyono, guru moral ideal adalah yang dapat
menempatkan dirinya sebagai fasilitator, pemimpin, orangtua dan
bahkan tempat menyandarkan kepercayaan, serta membantu orag
lain dalam melakukan refleksi.

13
13

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Pengertian nilai Agama Islam dalam adalah suatu upaya
mengembangkan pengetahuan dan potensi yang ada mengenai masalah
dasar yaitu berupa ajaran yang bersumber kepada wahyu Allah yang
meliputi keyakinan, pikiran, akhlak dan amal dengan orientasi pahala
dan dosa, sehingga ajaran-ajaran Islam tersebut dapat merasuk kedalam
diri manusia sebagai pedoman dalam hidupnya
Nilai-nilai agama yang harus ditanamkan pada anak dan kegiatan
pendidikan yang mana ini merupakan inti dari pendidikan agama.
Diantara nilai-nilai dasar yaitu: Iman, Islam, Ihsan, Taqwa, Ikhlas,
Tawakkal, Syukur, Sabar.
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6
tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat, sehingga diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh
dan berkembang dengan maksimal. Pemberian stimulasi tersebut harus
diberikan melalui lingungan keluarga, PAUD jalur non formal seperti
tempat penitipan anak (TPA) atau kelompok bermain (KB) dan PAUD
jalur formal seperti TK dan RA
Cara menanamkan nilai agama  untuk anak usia dini ada 6 yaitu:
1. Berikan Contoh kepada Anak,
2. Mulai dari Kebiasaan yang Sederhana,
3. Menyampaikan Nasehat dengan Cara yang Menyenangkan,
4. Ajak Anak untuk Bersosialisasi dengan Lingkungan yang Baik 15
5. Jangan Paksa Anak untuk Melakukan Sesuatu.

Cara mengembangkan nilai agama pada anak usia dini bisa dilakukan dengan
10 metode yaitu : 14

13
1. Metode bercerita
2. Metode bernyanyi
3. Metode bersyair
4. Metode karya wisata
5. Metode pembiasaan
6. Metode bermain
7. Metode outbond
8. Metode bermain peran
9. Metode diskusi
10. Metode keteladanan

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini .
oleh sebab itu dibutuhkan kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini
menjadi lebih baik.
16

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H.M., Filsafat Pendidikan Islam. 1987. Jakarta: Bina Aksara

Arifin,M. 1996.Ilmu Pendidikan Islam suatu Tinjauan


Teoritis dan Praktis berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner.Jakarta:Bumi Aksara

Syukir, Asmuni. Dasar – Dasar Strategi Dakwah Islam.


Surabaya : Al-Ikhlas,t,t

Rahmat Mulyana. 2004.Mengartikulasi Pendidikan Nilai.


Bandung: Alfabeta

Darajat , Zakiyah. 1992 Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta:


Bulan Bintang

Mulyana, Rohmat. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan


Nilai. Bandung: Alfabeta

Chatib, Thoba, 1996.Kapita Selekta Pendidikan Islam.


Yogyakarta: Pustaka Belajar

Hasan, M. Thohah. 1986. Produk Islam dalam Menghadapi


Tantangan Zaman. Jakarta : Bangun Prakarya

Shaleh, Abdurrahman. 1976 Pendidikan Agama Islamdi SD.


Jakarta: Bulan Bintang

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990 Kamus Besar


Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Madjid, Nurcholis. 2000. Masyarakat Religious Membumikan Nilai-Nilai


Islam dalam Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Paramadina

16

Anda mungkin juga menyukai