Anda di halaman 1dari 5

Referat

Literature Review

PENGASUHAN TEORI ADLER DALAM


PENDAMPINGAN PASIEN SKIZOFRENIA
Disusun Oleh:

Reina Ulfa, S.Ked


NIM.

Pembimbing:
Hafid Algristian, dr., Sp. KJ., MH

Penguji:

Nur Azizah A.S., dr. Sp. KJ

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022
A. Introduction
Skizofrenia adalah salah satu penyakit gangguan jiwa berat yang bersifat menahun
(kronis) dan memerlukan pengobatan yang berkesinambungan (Christiawati, 2012).
Gangguan skizofrenia terbagi atas 3 tipe, yakni skizofrenia disorganisasi, katatonik dan
paranoid (Sari, 2019). Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
suatu gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,
pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok
masyarakat dan di berbagai daerah. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa
dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Pada laki-laki
biasanya mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun sedangkan pada perempuan yaitu
sekitar 25-35 tahun (Saputra, 2014). Saat ini kesehatan mental telah menjadi salah satu isu
yang wajib ditangani, hanya saja masyarakat Indonesia masih sering mengesampingkan
pentingnya kesehatan mental. Salah satu gangguan mental yang sering dijumpai adalah
gangguan skizofrenia (Sari, 2019).
Skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses
pikir serta disharmonisasi antara proses pikir, afek atau emosi, kemauan dan psikomotor
disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi, assosiasi terbagi-bagi
sehingga muncul inkoherensi, afek dan emosi inadekuat, serta psikomotor yang
menunjukkan penarikan diri, ambivalensi dan perilaku bizar (Hendarsyah, 2016).
Teori Adler dalam Olson & Hergenhahn (2013) menyatakan bahwa semua manusia
memulai hidupnya dengan perasaan-perasaan inferioritas. Hal ini dikarenakan saat manusia
lahir ia akan sepenuhnya bergantung pada orang dewasa untuk bertahan hidup. Seiring
berkembangnya waktu, anak-anak akan merasa tidak berdaya jika membandingkan dirinya
dengan orang dewasa. Perasaan lemah, impoten dan inferior ini menstimulasi untuk
mencari kekuatan. Ketika individu tidak memiliki kekuatan untuk mengatasi perasaan
inferior, maka ia akan menggunakan agresi sebagai kompensasi (Sari, 2019).

B. Method
Desain penelitian yang digunakan adalah literature review atau tinjauan pustaka.
Studi literature review adalah metode yang sistematis, eksplisit dan reprodusibel untuk
melakukan identifikasi, evaluasi dan sintesis terhadap karya hasil penelitian dan pemikiran
yang sudah dihasilkan oleh para peneliti. Cara ini dipakai untuk megumpulkan data atau
sumber yang berhubungan pada sebuah topik tertentu (Notoatmpdjo, 2012).
Pada penelitian ini penulis mencari literatur dengan kata kunci “Teori Adler”,
“Pendampingan”, dan “Skizofrenia” untuk mendapatkan sumber literatur yang diinginkan,
serta didukung dari berbagai sumber dan pustaka lain. Jurnal yang digunakan adalah jurnal
10 tahun terakhir dan membahas mengenai pengasuhan teori Adler dalam pendampingan
pasien skizofrenia yang selanjutnya ditelaah sehingga sesuai dengan topik yang peneliti
harapkan. Adapun rujukan sumber jurnal yang penulis gunakan yaitu google scholar.
Kemudian literatur tersebut dikumpulkan dan diringkas dalam satu tabel dan perangkat
manajemen referensi, yakni Mendeley.
C. Result
Ada tujuh prinsip dalam teori kepribadian Alfred Adler. Ketujuh Prinsip Teori
Kepribadian Alfred Adler tersebut yang menjelaskan bagaimana pandangan Adler terhadap
kondisi psikis individu (Adler, 1930).
Prinsip teori kepribadian rasa rendah diri
Adler meyakini bahwa manusia dilahirkan dengan perasaan rendah diri. Perasaan
rendah diri ini bermula dari anak anak yang tidak bisa melakukan tindakan orang dewasa.
Pada prinsipnya, individu ingin menyaingi kekuatan dan kemampuan orang lain. Apabila
di tahapan ini, individu merasa lemah dan kurang dalam meraih kemampuan di atasnya,
maka akan muncul rasa rendah diri di tahapan perkembangan berikutnya. Setiap individu
berusaha untuk melakukan kompensasi terhadap kelemahannya dalam segala hal.
Kompensasi ditentukan oleh gaya hidup dan usaha mencapai kesempurnaan (superior).
Prinsip teori kepribadian superior
Superior diartikan sebagai usaha untuk mencapai kekuatan diri. Adler beranggapan
bahwa manusia adalah mahluk yang agresif dan harus selalu agresif bila ingin mencapai
kesuksesan. Manusia menginginkan kekuatan dan mengharapkan kesempurnaan.
Dorongan untuk menjadi superior ini bersifat universal dan tidak mengenal batas waktu.
Meskipun demikian, menjadi superior tidak harus selalu berkompetisi dengan orang lain
namun usaha untuk meningggalkan rasa rendah diri.
Prinsip teori kepribadian gaya hidup
Usaha individu untuk mencapai superioritas memerlukan cara cara tertentu yang
disebut sebagai gaya hidup. Gaya hidup terdiri dari dorongan dari dalam diri yang mengatur
arah perilaku dan dorongan dari lingkungan. Dorongan dari lingkungan mungkin dapat
menambah atau menghambat arah dorongan dari dalam diri. Manusia memiliki kekuatan
yang cukup walaupun tidak sepenuhnya bebas untuk mengatur kehidupannya sendiri secara
wajar. Gaya hidup manusia tidak ada yang identik sama dan seringkali menentukan kualitas
interpretasi dari terhadap semua pengalaman yang dijumpai.
Prinsip teori kepribadian diri kreatif
Diri yang kreatif adalah penggerak utama tingkah laku. Yakni membuat sesuatu
yang baru yang berbeda dari sebelumnya. Diri kreatif adalah sarana yang mengolah fakta
fakta dunia dan mentransformasikann fakta tersebut menjadi kepribadian yang bersifat
subjektif, dinamis, menyatu, personal, dan unik karena individu mencipta dirinya sendiri.
Prinsip teori kepribadian diri yang sadar
Kesadaran adalah inti kepribadian individu. Manusia menyadari segala hal yang
dilakukannya. Ia dapat merencanakan dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan yang
dipilihnya secara sadar. Pikiran sadar adalah apa saja yang dipahami dan diterima individu
dalam membantu perjuangan menjadi sukses dan superior.
Prinsip teori kepribadian tujuan semu
Masa lalu penting namun yang lebih penting adalah masa depan, yaitu rencana yang
akan dilakukan individu. Tujuan akhir manusia tidak menunjukkan hasil yang nyata akan
terwujud, melainkan hanya perangkat semu. Tujuan tersebut adalah semu karena dibuat
amat ideal untuk diperjuangkan sehingga mungkin saja tidak dapat direaliisasikan. Tujuan
semua ini dipisahkan dari gaya hidup. Tujuan semu berisi harapan yang menggerakkan
kekuaran kekuatan tingkah laku manusia.
Prinsip teori kepribadian minat sosial
Manusia dilahirkan dengan karunia minat sosial yang bersifat universal. Kebutuhan
ini terwujud dalam komunikasi dengan orang lain. Proses ini membutuhkan waktu banyak
dan usaha yang berkelanjutan. Individu diarahkan untuk memelihara dan memperkuat
perasaan minat sosial dengan meningkatkan kepedulian pada orang lain melalui empati dan
komunikasi.
D. Discussion
Skizofrenia sendiri memiliki dua gejala yaitu gejala positif dan gejala negatif.
Gejala positif merupakan bentuk gejala yang ada pada individu yang abnormal yang
ditandai seperti adanya delusi, halusinasi, dan kehilangan kontak dengan realita.
Sedangkan gejala negatif adalah gejala yang ada pada individu yang normal yaitu berupa
afek yang datar, penarikan diri dari lingkungan sosial, dan juga bicara yang kurang. Gejala
negatif juga bisa berupa masalah dengan perhatiannya, pembelajaran dan memori,
pemikiran tidak logis, serta adanya kebingungan. Pada penderita skizofrenia sendiri belum
ditemukan obat untuk menghilangkan penyakit ini, namun cukup banyak temuan cara
untuk mengatasi skizofrenia ini yang sebagian besar telah kembali berfungsi ke kehidupan
sosialnya setelah adanya onset pertama (Triharsari, 2021).
Permasalahan utama yang dialami pasien pada gangguanya yaitu merasa inferior
dengan kondisi dirinya. Perasaan inferioritas dapat berdampak positif, yaitu menjadi
penggerak individu mencapai keinginan. Meskipun inferioritas dapat bertindak sebagai
stimulus bagi pertumbuhan positif, namun inferioritas juga dapat menciptakan neurosis.
Seseorang dapat tenggelam dengan perasaan-perasaan inferioritasnya dan mencegahnya
berusaha meraih kesuksesan. Di situasi seperti ini, inferioritas bertindak sebagai
penghalang untuk pencapain positif di dalam diri individu (Sari, 2019).
Hasil penelitian Kendler (1985) menunjukkan bahwa inferioritas menjadi salah satu
premorbid bagi gangguan skizofrenia. Individu yang memiliki inferioritas tinggi seringkali
tinggal dalam lingkungan yang penuh dengan tekanan, memiliki keterbatasan fisik dan
memiliki kemungkinan kesembuhan lebih rendah. Penelitian Moritz (2006) juga turut
menyatakan bahwa individu dengan riwayat skizofrenia rentan memiliki skor self esteem
yang rendah. Self esteem yang rendah ini menjadi salah satu faktor tingginya rasa
inferioritas di dalam diri (Sari, 2019).
E. Conclusion
Konseling dengan pendekatan teori Adler memberikan landasan teori yang kuat
untuk konseling, dengan tujuan mendukung, mendorong, dan memberdayakan individu
untuk perubahan positif. Konseling Adler dapat menurunkan inferioritas pada pasien
skizofrenia sehingga mampu meningkatkan minat sosial, memiliki sikap tanggung jawab,
dan membantu pasien dalam menemukan kreativitasnya. Konseling Adler merupakan
intervensi yang membantu memfasilitasi wawasan yang melibatkan pandangan yang salah
tentang diri sendiri, orang lain, dan dunia yang mengacu pada pengambilan keputusan
sadar untuk merasakan dan bertindak secara berbeda. Konseling ini juga memiliki fungsi
sebagai dasar yang aman bagi pasien untuk menguji cara berpikir dan berperilaku baru.
F. References
Adler, Alfred. 1930. Individual Psychology. Worcester Mass: Clark Univ Press
Christiawati, A. (2012) ‘Hubungan Cara Bayar, Jarak Tempat Tinggal dan Dukungan
Keluarga dengan Kepatuhan Berobat Rawat Jalan Pasien Skizofrenia di RSJD
Surakarta’. Available at:
http://eprints.ums.ac.id/22001/%0Ahttp://eprints.ums.ac.id/22001/12/NASKAH_
PUBLIKASI.pdf.
Hendarsyah, F. (2016) ‘Diagnosis dan Tatalaksana Skizofrenia Paranoid dengan Gejala-
Gejala Positif dan Negatif’, J Medula Unila, 4(3), p. 57;60. Available at:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/1587.
Notoatmpdjo, S. (2012) Metodologi Penelitian Kesehatan (2nd ed.). PT. Rineka Cipta.
Saputra, T. A. (2014) ‘Paranoid Types of Schizophrenia’, J Agromed Unilla, 1(1), pp. 42–
48. Available at:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/download/1334/pdf.
Sari, P. (2019) ‘Dinamika Psikologi Penderita Skizofrenia Paranoid Yang Sering
Mengalami Relapse’, Psikoislamedia : Jurnal Psikologi, 4(Vol 4, No 2 (2019):
PSIKOISLAMEDIA : JURNAL PSIKOLOGI), pp. 124–136. Available at:
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/Psikoislam/article/view/5751.
Triharsari, R. januar (2021) ‘Konseling untuk mengurangi inferioritas pada pasien
skizofrenia’, Procedia : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi, 9(2), pp. 67–75. doi:
10.22219/procedia.v9i2.16315.
Ulfah, N. and Deliana, S. M. (2012) ‘DINAMIKA KEPRIBADIAN ANAK JALANAN
PEREMPUAN YANG TERLIBAT PELACURAN DITINJAU DARI TEORI
ALFRED ADLER’, Jurnal Psikologi Ilmiah, 4(3), pp. 1–5.

(Hendars yah, 2016) (Notoatmpdj o, 2012)


(Tri hars ari, 2021 )(Ul fah and Deliana, 2012)

Anda mungkin juga menyukai