Metode Penelitian Sosial - Pertemuan 03 Dan 04
Metode Penelitian Sosial - Pertemuan 03 Dan 04
1. Tim Penyusun, 2019, Pedoman Penulisan Laporan Akhir dan Skripsi. IPDN Jatinangor.
2. Yanuar Ikbar, 2014, Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Refika Aditama.
3. Robert K. Yin, 2002, Studi Kaus: Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
4. Vicki L., and Nataliya V., 2015, Mixed Methods Research: A Guide to the Field. Sage Publications.
5. Sarah J. Tracy, 2012, Qualitative Research Methods: Collecting Evidence, Crafting Analysis, Communicating
Impact. John Wiley & Sons.
6. Markti Balnaves, Peter Caputi, 2001, Introduction to Quantitative Research Methods: An Investigative
Approach. SAGE.
7. Uma Sekaran, Research Methods for Businerss ( third editian ) USA : John & Sons
8. Sugiyono, 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta
9. Suoeratno dan Arsyad Lincoln, 1999, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta : UPPAMP YKP
10. Moh. Nazir, 1999, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Paradigma adalah sebuah model atau kerangka untuk mengobservasi dan memahami sudut
pandang penelitian dan bagaimana memahami penelitian tersebut.
Teori Makro merupakan sebuah paradigma teori yang ditujukan untuk memahami "gambaran
besar" dari suatu institusi, seluruh masyarakat, dan interaksi antar masyarakat
Contoh: Kajian Interaksi antar Masyarakat Negara Sosialis
Teori Mikro merupakan sebuah paradigma teori yang bertujuan untuk memahami sosial
kehidupan pada tingkat individu dan interaksinya.
Contoh: Kajian perbandingan perilaku bermain anak perempuan berbeda dari anak laki-laki
adalah contoh mikroteori.
Paradigma ini mempelajari bagaimana dinamika sosial dalam masyarakat dapat dipelajari
secara ilmiah.
Masyarakat dapat dipelajari dan dipahami secara logis dan rasional
“The state of social affairs was often seen as a reflection of God’s will.
Alternatively, people were challenged to create a “City of God” on earth
to replace sin and godlessness.”
Jenis ini memercayai bahwa realitas dan kebenaran dari suatu fenomena bersifat tunggal.
Realitas tersebut dapat diukur menggunakan instrumen yang valid dan reliabel.
Dalam paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat
digeneralisasikan pada semua orang, seperti yang biasa dilakukan oleh kaum positivis.
4. Paradigma Pragmatisme
paradigma yang menilai bahwa suatu fakta atau suatu realitas dari fenomena tidak
selalu tetap. Artinya, fakta atau realitas bisa berubah setiap saat.
Perubahan tersebut dapat terjadi dan berubah karena realitas masih dan akan terus
dapat dinegosiasi atau ditawar, karena pada dasarnya paradigma penelitian
pragmatisme ini merupakan gabungan dari paradigma positivisme dan juga
paradigma konstruktivisme.
Analisis Kualitatif
• Metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap
suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi.
• Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara
mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan
kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.
Analisis Kuantitatif
• Metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap
fenomena sosial. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial di
jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variabel penelitian dan indikator
variabel penelitian.
• Setiap variabel yang di tentukan di ukur dengan memberikan simbol – simbol angka
yang berbeda – beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variabel
tersebut.
Analisis Kuantitatif
• Ciri khusus dari desain eksplanatori adalah proses pengumpulan data kuantitatif
selalu dilakukan terlebih dahulu, dan selanjutnya diikuti dengan pengumpulan
data kualitatif.
• Tujuan utama dari penerapan desain eksplanatori adalah data hasil metode
kualitatif membantu menjelaskan atau membangun hasil dari penerapan metode
kuantitatif (Creswell dan Clark, 2007).
• Desain metode campuran ini juga bersifat sekuensial, dimana proses penelitian
dilakukan dalam dua fase dalam waktu berbeda.
• Ciri dari desain eksploratori adalah fase pertama yang dilakukan adalah proses
pengumpulan dan analisis data kualitatif, selanjutnya hasil dari analisis data
kualitatif digunakan sebagai dasar dalam pengumpulan data kuantitatif.
• Ciri dari desain triangulasi adalah fase pengumpulan data kuantitatif dan data
kualitatif dilakukan dalam waktu yang sama dan dengan bobot yang sama. Dalam
arti lain, dalam desain triangulasi tidak ada salah satu metode yang menjadi
metode utama dan metode lainnya menjadi metode pendukung.
✓ Berkembang, tampil dalam proses penelitian ✓ Menjadi pegangan langkah demi langkah