Makalah Sempro Alif Final
Makalah Sempro Alif Final
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman cincau hijau (Premna oblongifolia Merr) merupakan jenis
tanaman perdu asli Indonesia dari keluarga Verbenaceae, dan kelas Liliopsida.
Bagian tanaman cincau hijau yang sering dimanfaatkan adalah bagian daun. Daun
cincau hijau mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid, polifenol, saponin
dan klorofil (Widaronia et al., 2017). Daun cincau dapat mengobati berbagai
penyakit, antara lain penyakit sariawan dan panas, menurunkan tekanan darah
tinggi (Sundari et al., 2014), mengatasi radang lambung dan sistem pencernaan
(Muhlisah, 2012), serta sebagai anti oksidan dan obat penyakit yang disebabkan
karsinogen (Nurdin et al., 2017), khususnya tumor otak (Santoso, 2018).
Pembibitan diperlukan untuk menghasilkan bibit yang baik sebagai suatu
cara untuk menyediakan bahan tanam dalam jumlah banyak (Hari, 2021).
Tanaman cincau hijau dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif.
Perbanyakan vegetatif merupakan salah satu cara penyediaan bibit tanaman cincau
yang efektif dan efisien, karena dapat mempersingkat waktu pengadaan bibit.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif, terutama dengan setek batang memiliki
beberapa keuntungan antara lain yaitu teknik pelaksanaan mudah, diperoleh
banyak bahan setek dari satu tanaman induk, dan dipastikan akan memiliki sifat
gen yang sama dengan induknya (Gunawan, 2014).
Keberhasilan perbanyakan tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti jenis setek serta faktor lingkungan seperti temperatur, kelembaban,
intensitas cahaya dan nutrisi dari media tanam. Kualitas media tanam dapat
ditingkatkan dengan penambahan pupuk (Wibowo dan I, 2020). Penambahan
pupuk dapat berupa bahan organik maupun anorganik (mineral). Menurut
Sulaeman et. al., (2016) Penggunaan pupuk anorganik secara intensif dapat
memberikan dampak negatif yaitu menurunkan kandungan organik tanah serta
dapat mencemari lingkungan sehingga dapat merugikan manusia dan makhluk
hidup disekitarnya. Alternatif dari penggunaan pupuk anorganik adalah
penggunaan pupuk organik. Salah satunya dengan menggunakan limbah ampas
kopi.
Pemanfaatan limbah kopi hingga saat ini belum maksimal. Pengembangan
perkebunan, khususnya kopi yang dilakukan saat ini secara tidak langsung juga
akan menambah jumlah limbah kopi yang dihasilkan (Juwita et al. 2017).
Menurut Santosa dan Yuwono (2018), setiap cangkir kopi menghasilkan limbah
ampas kopi rata-rata 20 gram. Rata-rata orang Indonesia mengkonsumsi 2
cangkir/hari dikalikan dengan 5% dari total penduduk Indonesia, maka akan
menghasilkan 13.693.987,5 g atau 13.694 kg/hari.
Limbah ampas kopi merupakan pupuk organik yang ekonomis dan ramah
lingkungan. Ampas kopi mengandung 2,28% nitrogen, 0,06% fosfor dan 0,6%
kalium. Ampas kopi juga mengandung magnesium, sulfur, dan kalsium yang
berguna bagi pertumbuhan tanaman (Losito, 2011). Hasil penelitian Akbar (2021)
menyatakan bahwa pemberian ampas kopi 30 g/plot meningkatkan pertumbuhan
dan produksi selederi. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu memanfaatkan
limbah ampas kopi tersebut menjadi pupuk guna meningkatkan kesuburan
tanaman setek cincau hijau.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai dosis limbah
ampas kopi terhadap pertumbuhan setek tanaman cincau hijau (Premna
oblongifolia Merr.).
C. Hipotesis
Berbagai dosis limbah ampas kopi memberikan pengaruh yang sama
terhadap pertumbuhan setek tanaman cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.)
II. METODOLOGI PENELITIAN
Bulan
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
limbah ampas X
kopi
Persiapan media
X
tanam
Persiapan setek X
Pemberian ZPT X
Penanaman X
Pemupukan X
Pemeliharaan X X X X X X X X X X X X
Parameter
X X X X X X X X X X X X
pengamatan
Pemanenan X
Lampiran 2. Denah Penelitian
I II III IV
P0 P1 P2 P3
P1 P2 P3 P4
P2 P3 P4 P5
P3 P4 P5 P0
P4 P5 P0 P1
P5 P0 P1 P2
Keterangan :