Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH USULAN PENELITIAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Nama : Alif Abdullah Zakaria


NIM : 2018610063
Judul : Pemanfaatan Limbah Ampas Kopi terhadap
Pertumbuhan Setek Tanaman Cincau Hijau (Premna
oblongifolia Merr.)
Dosen Pembimbing : Dirgahani Putri, S.P., M.Si.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman cincau hijau (Premna oblongifolia Merr) merupakan jenis
tanaman perdu asli Indonesia dari keluarga Verbenaceae, dan kelas Liliopsida.
Bagian tanaman cincau hijau yang sering dimanfaatkan adalah bagian daun. Daun
cincau hijau mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid, polifenol, saponin
dan klorofil (Widaronia et al., 2017). Daun cincau dapat mengobati berbagai
penyakit, antara lain penyakit sariawan dan panas, menurunkan tekanan darah
tinggi (Sundari et al., 2014), mengatasi radang lambung dan sistem pencernaan
(Muhlisah, 2012), serta sebagai anti oksidan dan obat penyakit yang disebabkan
karsinogen (Nurdin et al., 2017), khususnya tumor otak (Santoso, 2018).
Pembibitan diperlukan untuk menghasilkan bibit yang baik sebagai suatu
cara untuk menyediakan bahan tanam dalam jumlah banyak (Hari, 2021).
Tanaman cincau hijau dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif.
Perbanyakan vegetatif merupakan salah satu cara penyediaan bibit tanaman cincau
yang efektif dan efisien, karena dapat mempersingkat waktu pengadaan bibit.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif, terutama dengan setek batang memiliki
beberapa keuntungan antara lain yaitu teknik pelaksanaan mudah, diperoleh
banyak bahan setek dari satu tanaman induk, dan dipastikan akan memiliki sifat
gen yang sama dengan induknya (Gunawan, 2014).
Keberhasilan perbanyakan tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti jenis setek serta faktor lingkungan seperti temperatur, kelembaban,
intensitas cahaya dan nutrisi dari media tanam. Kualitas media tanam dapat
ditingkatkan dengan penambahan pupuk (Wibowo dan I, 2020). Penambahan
pupuk dapat berupa bahan organik maupun anorganik (mineral). Menurut
Sulaeman et. al., (2016) Penggunaan pupuk anorganik secara intensif dapat
memberikan dampak negatif yaitu menurunkan kandungan organik tanah serta
dapat mencemari lingkungan sehingga dapat merugikan manusia dan makhluk
hidup disekitarnya. Alternatif dari penggunaan pupuk anorganik adalah
penggunaan pupuk organik. Salah satunya dengan menggunakan limbah ampas
kopi.
Pemanfaatan limbah kopi hingga saat ini belum maksimal. Pengembangan
perkebunan, khususnya kopi yang dilakukan saat ini secara tidak langsung juga
akan menambah jumlah limbah kopi yang dihasilkan (Juwita et al. 2017).
Menurut Santosa dan Yuwono (2018), setiap cangkir kopi menghasilkan limbah
ampas kopi rata-rata 20 gram. Rata-rata orang Indonesia mengkonsumsi 2
cangkir/hari dikalikan dengan 5% dari total penduduk Indonesia, maka akan
menghasilkan 13.693.987,5 g atau 13.694 kg/hari.
Limbah ampas kopi merupakan pupuk organik yang ekonomis dan ramah
lingkungan. Ampas kopi mengandung 2,28% nitrogen, 0,06% fosfor dan 0,6%
kalium. Ampas kopi juga mengandung magnesium, sulfur, dan kalsium yang
berguna bagi pertumbuhan tanaman (Losito, 2011). Hasil penelitian Akbar (2021)
menyatakan bahwa pemberian ampas kopi 30 g/plot meningkatkan pertumbuhan
dan produksi selederi. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu memanfaatkan
limbah ampas kopi tersebut menjadi pupuk guna meningkatkan kesuburan
tanaman setek cincau hijau.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai dosis limbah
ampas kopi terhadap pertumbuhan setek tanaman cincau hijau (Premna
oblongifolia Merr.).
C. Hipotesis
Berbagai dosis limbah ampas kopi memberikan pengaruh yang sama
terhadap pertumbuhan setek tanaman cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.)
II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Penelitian akan dilaksanakan bulan Desember sampai Maret 2023 di lahan
percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta. Lokasi
penelitian berada pada ketinggian ± 25 meter diatas permukaan laut (mdpl)
dengan jenis tanah latosol.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah kamera, cangkul, gembor, timbangan, tali
rafia, bambu, ember, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah setek tanaman
cincau hijau, limbah ampas kopi, sekam, ZPT RootMost ®, pupuk kandang ayam
petelur, dan polybag 25 x 25 cm.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT), dengan enam taraf perlakuan dosis limbah ampas kopi sebagai berikut:
P0 = Pupuk urea 1,5 g/polybag (kontrol) (Hari, 2021)
P1 = Limbah ampas kopi 10 g/polybag
P2 = Limbah ampas kopi 20 g/polybag
P3 = Limbah ampas kopi 30 g/polybag (Akbar, 2021)
P4 = Limbah ampas kopi 40 g/polybag
P5 = Limbah ampas kopi 50 g/polybag
Adapun model matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Yij = μ + αi + βj + εij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan respon pada perlakuan dosis ampas kopi ke-i pada
kelompok ke-j
μ = Nilai rataan umum
αi = Pengaruh perlakuan dosis ampas kopi ke-i
βj = Pengaruh kelompok ke-i
ɛij = Pengaruh galat pada perlakuan ke-i terhadap kelompok ke-j
Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali sehingga terdapat 24 satuan
percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari lima tanaman sehingga terdapat
120 tanaman dengan satu tanaman/polybag.
Data yang diperoleh akan dianalisis ragam menggunakan Uji F, dan akan
dilanjutkan dengan uji beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5% untuk mengetahui
perbedaan pengaruh tiap perlakuan terhadap parameter pengamatan.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Limbah Ampas Kopi
Limbah ampas kopi yang akan digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari kedai kopi yang berada di Bandung. Menurut BBPPK (2021), limbah ampas
kopi sebelum diaplikasikan terlebih dahulu dijemur hingga kering, setelah kering
ampas kopi dapat digunakan.
2. Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan terdiri dari campuran tanah, sekam bakar,
dan kotoran ayam dengan perbandingan 1:1:1 (Sofyan dan Mulyawan, 2022).
Media tanam tesebut dicampur hingga merata kemudian dimasukan kedalam
polybag berukuran 25 x 25 cm dengan kapasitas 3 kg.
3. Persiapan Setek
Menurut Rizky et al., (2017) kriteria pemilihan batang yang akan
digunakan untuk stek adalah batang yang tidak terlalu tua ditandai dengan warna
yang belum terlalu kecoklatan dan memiliki diameter 0,8-1,2 cm. Batang cincau
yang sudah masuk kriteria kemudian dipotong dengan panjang 20 cm dengan
mata tunas berjumlah 4. Bagian pangkal setek dipotong 45 derajat.
4. Pemberian ZPT
Batang cincau sebelum ditanam direndam dengan zat pengatur tumbuh
RootMost® selama 30 menit. Pemberian ZPT berfungsi memberikan rangsangan
pertumbuhan akar (Sulistiyanto dan Zubaidah, 2021).
5. Penanaman
Penanaman setek cincau hijau dilakukan pada pagi hari. Penanaman
dilakukan dengan cara membenamkan batang stek cincau hijau sedalam 5 cm.
6. Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada awal penanaman setek tanaman cincau hijau.
Pemupukan diberikan dengan cara mencampurkan limbah ampas kopi ke media
tanam sesuai perlakuan yaitu 1,5 g/polybag NPK (kontrol), 10 g/polybag, 20
g/polybag, 30 g/polybag, 40 g/polybag, 50 g/polybag.
7. Pemeliharaan
a. Penyiangan
Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur 1 minggu setelah
tanam (MST). Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma
hingga akarnya menggunakan tangan, guna menghindari pertumbuhan lagi
(Butar-butar, 2020).
b. Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Pada musim
kemarau penyiraman dilakukan 2 kali sehari disesuaikan dengan kondisi
cuaca (Butar-butar, 2020).
c. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama penyakit dilakukan setelah tanaman berumur 1
MST. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara manual yaitu
membunuh hama secara langsung dan mencabut tanaman yang terserang
penyakit (Butar-butar, 2020).
8. Pemanenan
Tanaman cincau hijau (Premna oblongifolia Merr.) dipanen ketika berusia
12 MST. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman beserta
akarnya secara hati-hati, kemudian tanah yang masih menempel diakar
dibersihkan (Hari, 2021). Kriteria daun cincau hijau yang siap panen adalah daun
yang berwarna hijau tua (Butar-butar, 2020).
E. Parameter
1. Persentase setek hidup (%)
Persentase setek hidup dilihat dari tanaman yang masih hidup. Pengamatan
dilakuan saat tanaman berumur 2-12 MST.
2. Jumlah tunas (buah)
Pengamatan jumlah tunas dihitung apabila tinggi tunas sudah mencapai
minimal 0,5 cm (Putri, 2020). Pengamatan dilakukan pada saat 2-12 MST dengan
interval pengamatan 2 minggu sekali.
3. Tinggi tunas (cm)
Tinggi tunas diukur menggunakan meteran dengan cara mengukur dari
pangkal tunas sampai titik tumbuh tunas. Pengamatan tinggi tunas dilakukan saat
tanaman berumur 2-12 MST dengan interval pengamatan 2 minggu sekali.
4. Jumlah daun (helai)
Pengukuran jumlah daun yang dihitung adalah daun yang sudah membuka
sempurna, dengan cara manual dengan menghitung satu persatu pada tanaman.
Pengamatan jumlah daun dilakukan saat tanaman berumur 2-12 MST dengan
interval pengamatan 2 minggu sekali.
5. Panjang daun (cm)
Pengukuran panjang daun dilakukan pada daun terpanjang dengan
menggunakan penggaris yaitu mulai dari pangkal daun sampai ujung daun.
Pengamatan panjang daun dilakukan saat tanaman berumur 2-12 MST dengan
interval pengamatan 2 minggu sekali.
6. Lebar daun (cm)
Pengamatan lebar daun dilakukan saat tanaman berumur 2-12 MST
dengan interval pengamatan 2 minggu sekali. Pengukuran daun terlebar dilakukan
dengan cara mengukur daun tanaman cincau terlebar yaitu mulai dari pinggiran
daun sampai pinggiran daun.
7. Panjang akar (cm)
Pengukuran panjang akar terpanjang dilakukan pada umur 12 MST,
pengukuran dilakukan setelah akar tanaman dibersihkan. Pengamatan dilakukan
mulai pangkal batang sampai ujung akar terpanjang.
8. Bobot akar (g)
Penghitungan bobot akar dilakukan pada saat tanaman berumur 12 MST.
Bobot akar diperoleh dengan cara menimbang akar tanaman yang sudah
dibersihkan dan dipisahkan dari batang.
9. Bobot kotor (g)
Penghitungan bobot kotor dilakukan pada saat tanaman berumur 12 MST.
Bobot kotor diperoleh dengan cara menimbang seluruh bagian tanaman setelah
dicabut dan dibersihkan dari tanah dan ditimbang secara keseluruhan bagian
tanaman.
10. Bobot konsumsi (g)
Penghitungan bobot konsumsi dilakukan pada saat tanaman berumur 12
MST. Bobot konsumsi diperoleh dengan cara menimbang daun sesuai dengan
kriteria panen daun cincau hijau yaitu daun yang berwarna hijau tua.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar A. 2020. Pengaruh Ampas Kopi dan Trico-G terhadap Pertumbuhan


Tanaman Seledri (Apium graveolens L.). Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Islam Riau.
BBPPK. 2021. Cara Membuat Pupuk Kompos dari Ampas Kopi.
(https://bbppkupang.bppsdmp.pertanian.go.id/blog/post/cara-membuat-
pupuk-kompos-dari-ampas-kopi#:~:text=Sementara%20ampas%20kopi%
20dapat%20dijemur,cukup%20ditaburkan%20pada%20media%20tanam.,
diakses tanggal 09 Desember 2022)
Butar-butar, R. A. 2020. Pengaruh Pemberian Ampas Teh dan Pupuk Majemuk
NPK (15-15-15) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Stek Cincau Hijau
(Premna oblongifolia Merr). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Musamus.
Gunawan, E. 2014. Perbanyakan Tanaman, Cangkok, Setek, Okulasi, Sambung
dan Biji. Penerbit PT Agromedia Pustaka, Jakarta.
Hari Z. M. 2021. Pengaruh Berbagai Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan Tanaman
Cincau Hijau (Cyclea barbata Miers). Skripsi. Fakultas Sains dan
Teknologi. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
Juwita Al, Mustafa A, Tamrin R. 2017. Studi Pemanfaatan Kulit Kopi Arabika
(Coffee arabica L.) sebagai Mikro Organisme Lokal (Mol). Agrointek,
Vol 11 (1): 1-8.
Losito, Riseann. 2011. “Coffee Grounds as Garden Fertilizers” (online).
(http://www.ehow.com/about_6472165_coffee-grounds gardenfertilizer.
html/, diakses tanggal 07 Desember 2022).
Muhlisah, F. 2012. Tanaman Obat Keluarga. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Nurdin, S.U., R.K. Le Leu., G.P. Young. 2017. Analysis of the Anti-Cancer
Effects of Cincau Extract (Premna oblongifolia Merr) and Other Types of
Non-Digestible Fibre Using Faecal Fermentation Supernatants and Caco-2
Cells as a Model of the Human Colon. Journal Nutrients, Vol 9 (4) : 1-14.
Putri D., 2020. Aplikasi Sitokinin dan Mikoriza untuk Meningkatkan Produksi
dan Mutu Bibit Asal Setek Basal Daun Mahkota Nanas. Thesis. Institut
Pertanian Bogor.
Rizky, M. S., Susanti, R., & Nazip, K. 2017. Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati
terhadap Pertumbuhan Setek Cincau Hijau (Premna oblongifolia Merr.)
dan Sumbangannya pada Pembelajaran Biologi SMA. Jurnal
Pembelajaran Biologi, Vol 5 (2): 171-185.
Santosa SJ, dan Yuwono T. 2018. Pemanfaatan Limbah Ampas Kopi untuk
Tanaman Hias dalam Pot di Desa Sumber Kecamatan Banjarsari
Kotamadya Surakarta. Adi Widya : Jurnal Pengabdian Masyarakat, Vol 2
(2): 167–173.
Sofyan, A., dan Mulyawan, R. 2022. Pengaruh Perendaman PGPR terhadap
Pertumbuhan Stek Batang Cincau Hijau (Premna serratifolia L.). Agro
Bali : Agricultural Journal, Vol. 5 (2): 256-262.
Sulaeman Y., Maswar dan Erfandi D. 2016. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik dan
Anorganik Terhadap Sifat Kimia Tanah, dan Hasil Tanaman Jagung Di
Lahan Kering Masam. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian, Vol. 20 (1): 1-12.
Sulistiyanto, Y., dan Zubaidah, S. 2021. Pertumbuhan Stek Batang Cincau Hijau
(Premna Oblongifolia Merr) Akibat Pemberian Pupuk Organic Cair dan
Pupuk Npk pada Tanah Gambut. AgriPeat, Vol 22 (01): 40–51.
Sundari, F. dan K.R. Ekawidyani. 2014. Minuman Cincau Hijau (Premna
oblongifolia Merr) dapat Menurunkan Tekanan Darah pada Wanita
Dewasa Penderita Hipertensi Ringan dan Sedang. J.Gizi dan Pangan, Vol
9 (3) : 203 – 210.
Susanto, S. S. 2017. Peran Flavonoid Cincau Hijau (Premna oblongifolia)
terhadap Tumor Otak. Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian.
Jakarta, 8 November 2017. Hal : 53 – 61.
Wibawa, I Putu A., H. dan I Nyoman L. 2020. Pengaruh Jenis Pupuk Cair dan
Cara Perlakuan terhadap Pertumbuhan Stek Daun Begonia Glabra Aubl.
Agro Bali: Agricultural Journal, Vol 3 (2): 194-201.
Widaronia, Z., Cucuk S., Arya U., dan Enggar A. 2017. Pengaruh Penambahan
Ekstrak Cincau Hijau (Cyclea barbata Miers) terhadap Overrun Daya
Terima Es Krim. Jurnal Rekapangan, Vol 11 (1): 27-35.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Rencana Kegiatan

Bulan

Kegiatan Desember Januari Februari Maret

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan
limbah ampas X
kopi
Persiapan media
X
tanam

Persiapan setek X

Pemberian ZPT X

Penanaman X

Pemupukan X

Pemeliharaan X X X X X X X X X X X X

Parameter
X X X X X X X X X X X X
pengamatan

Pemanenan X
Lampiran 2. Denah Penelitian

I II III IV

P0 P1 P2 P3

P1 P2 P3 P4

P2 P3 P4 P5

P3 P4 P5 P0

P4 P5 P0 P1

P5 P0 P1 P2

Keterangan :

P0 = Pupuk urea 1,5 g/polybag (kontrol) (Hari, 2021)


P1 = Limbah ampas kopi 10 g/polybag
P2 = Limbah ampas kopi 20 g/polybag
P3 = Limbah ampas kopi 30 g/polybag (Akbar, 2021)
P4 = Limbah ampas kopi 40 g/polybag
P5 = Limbah ampas kopi 50 g/polybag
I-IV : Ulangan

Anda mungkin juga menyukai