Anda di halaman 1dari 87

BAB VI

ANALISIS PERATURAN ZONASI

Kementerian Agraria & Tata Ruang Direktorat Jenderal Tata Ruang


/Badan Pertanahan Nasioinal Direktorat Perencanaan Tata Ruang

6.1. Analisis Karakteristik Peruntukan Zona/Sub Zona Berdasarkan


Kondisi yang Diharapkan

Klasifikasi zona adalah jenis dan hirarki zona yang disusun berdasarkan
kajian teoritis, kajian perbandingan, maupun kajian empirik untuk digunakan
pada kawasan perkotaan yang disusun Peraturan Zonasinya.
Perkembangan wilayah BWP Paciran, dengan segala aktivitasnya
menimbulkan segmentasi ruang untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Tiap
ruang memiliki fungsi dan karakteristik yang berbeda-beda. Antara ruang
yang satu dengan ruang yang lain memerlukan penempatan dan penataan
supaya tidak menimbulkan gangguan satu sama lain. Secara umum tujuan
dari penyusunan klasifikasi zonasi adalah untuk :
• Menetapkan zonasi yang akan dikembangkan pada suatu wilayah
perkotaan;
• Menyusun hirarki zonasi berdasarkan tingkat gangguannya;
Penentuan klasifikasi zona di BWP Paciran dilakukan dengan melalui
beberapa pertimbangan berdasarkan aspek spasial dan non-spasial. Dasar
pertimbangan yang digunakan dalam penentuan klasifikasi zona untuk BWP
Paciran adalah:
• Kemampuan fisik lahan untuk menampung dan mendukung
perkembangan aktivitas yang ada ;
• Karakteristik fisik dari tiap-tiap kegiatan;
• Kedekatan fungsional dari aktivitas yang ada dan yang akan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

dikembangkan;
• Kegiatan yang telah berkembang;
• Kemudahan pengaturan pengendalian namun masih memberikan ruang
fleksibilitas bagi penduduk, pelaku ekonomi dan dunia usaha.

Buku
Fakta & Analisa VI-1
Tabel 6.1. Karakteristik Peruntukan Zona dan Sub Zona Lindung BWP Paciran
Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan Zona/Sub
Zona
1. Zona Keunikan LGE- Peruntukan ruang • meningkatkan • meningkatnya • Mempunyai daya tarik alam berupa Keunikan Bentang Alam
Lindung Bentang 2 yang merupakan fungsi lindung fungsi lindung tumbuhan, satwa atau berupa formasi yang terdapat di BWP
Geologi Alam bagian dari kawasan terhadap tanah, terhadap tanah, air, ekosistem tertentu serta formasi Paciran saat ini
lindung yang memiliki air, iklim, iklim, tumbuhan geologinya yang indah dan unik; termasuk kedalam
ciri khas tertentu baik tumbuhan dan dan satwa • Mempunyai luasan yang cukup untuk “Zona Pemanfaatan”,
di darat maupun di satwa • terjaganya menjamin kelestarian potensi dan daya yaitu bagian cagar alam
perairan yang • mempertahankan keanekaragaman tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata yang letak, kondisi dan
mempunyai fungsi keanekaragaman hayati, satwa, tipe dan rekreasi alam; potensi alamnya yang
pokok sebagai hayati, satwa, tipe ekosistem dan • Kondisi lingkungan yang mendukung terutama dimanfaatkan
kawasan pengawetan ekosistem dan keunikan alam pemanfaatan jasa lingkungan, untuk kepentingan
keragaman jenis keunikan alam pengembangan pariwisata alam, pariwisata alam dan
tumbuhan, satwa dan penelitian dan pendidikan; kondisi/jasa lingkungan
ekosistemnya • Merupakan wilayah yang memungkinkan lainnya.
dibangunnya sarana prasarana bagi
kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, Peruntukkan Zona
pariwisata alam, rekreasi, penelitian dan pemanfaatan : untuk
pendidikan; pengembangan
• Tidak berbatasan langsung dengan zona pariwisata alam dan
inti. rekreasi, jasa
lingkungan, pendidikan,
penelitian dan
pengembangan yang
menunjang
pemanfaatan, kegiatan
penunjang budidaya.
2. Zona Ekosistem EM suatu lingkungan • Mencegah • meningkatnya • Pasang surut air laut yang secara Zona Ekosistem
ANALISIS PERATURAN ZONASI

Ekosistem Mangrove yang mempunyai terjadinya Intrusi fungsi lindung langsung mengontrol ketinggian muka air Mangrove di BWP
Mangrove cirikhusus karena Air laut ke daratan. terhadap tanah, air, dan salinitas air serta tanah Paciran terletak di Sub
lantai hutannya • Mencegah iklim, tumbuhan • Tipe tanah yang berkorelasi langsung BWP A, Sub BWP C,
secara teratur pengikisan dan satwa dengan aerase, draenase dan tinggi dan Sub BWP D.
digenangi oleh air permukaan tanah • terjaganya muka air Kawasan sekitar Zona
yang dipengaruhioleh oleh aliran air keanekaragaman • Kadar garam air dan tanah Ekosistem Mangrove
salinitas serta hayati, satwa, tipe saat ini dimanfaatkan

Buku
Fakta & Analisa VI-2
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan Zona/Sub
Zona
fluktuasi ketinggian • Mencegah ekosistem dan • Cahaya yang berkorelasi langsung untuk kegiatan
permukaan air pengikisan keunikan alam dengan daya tumbuh semaian perikanan seperti
karena adanya permukaan tanah • Pasokan dan aliran air tawar tambak udang dan
pasang surut air laut akibat hempasan garam.
ombak laut
3. Zona Sempadan SP Peruntukan ruang • Melindungi fungsi • Terlindungi dan • Daratan sepajang tepian pantai yang Sempadan pantai di
Perlindungan Pantai yang merupakan sekitar pantai agar terjaganya lebarnya proporsiaonal dengan bentuk BWP paciran saat ini
Setempat bagian dari kawasan tidak terganggu kelestarian fungsi dan kondisi fisik pantai, minimal 100 banyak dimanfaatkan
lindung yang oleh aktivitas yang dan segenap meter dari titik pasang tertinggi ke arah untuk kegiatan
mempunyai fungsi berkembang di sumberdaya di darat perdagangan dan jasa
pokok sebagai sekitarnya wilayah pesisir dan • Penghitungan batas sempadan pantai oleh masyarakat.
perlindungan, • Melindungi pulau-pulau kecil harus disesuaikan dengan karakteristik
penggunaan, dan kegiatan • Terlindungi dan topografi, iosfik, hidro-oseanografi,
pengendalian atas pemanfaatan dan terjaganya pesisir, kebutuhan ekonomi dan budaya,
sumber daya yang upaya peningkatan kehidupan serta ketentuan lain yang terkait
ada pada pantai nilai manfaat masyarakat di
dapat dilaksanakan sumber daya yang wilayah pesisir dan
sesuai dengan ada di sekitar pulau-pulau kecil
tujuannya pantai agar dapat dari ancaman
memberikan hasil bencana alam
secara optimal • Terlindungi dan
sekaligus menjaga terjaganya alokasi
kelestarian fungsi ruang untuk akses
sungai publik melewati
• Membatasi daya pantai
rusak sekitar • Terlindungi dan
pantai terhadap terjaganya alokasi
lingkungannya ruang untuk
ANALISIS PERATURAN ZONASI

saluran air dan


limbah
4. Zona Sempadan SS Peruntukan ruang Penetapan garis • Terjaganya • Untuk sungai tidak bertanggul, sempadan Sempadan sungai di
Perlindungan Sungai yang merupakan sempadan sungai kelestarian fungsi sungai ditentukan : BWP paciran saat ini
Setempat bagian dari kawasan sebagai upaya agar sungai 1. paling sedikit berjarak 10 meter dari banyak dimanfaatkan
lindung yang kegiatan tepi kiri dan kanan palung sungai untuk kegiatan

Buku
Fakta & Analisa VI-3
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan Zona/Sub
Zona
mempunyai fungsi perlindungan, • Terjaganya sepanjang alur sungai, dalam hal perdagangan dan jasa
pokok sebagai penggunaan dan kawasan dari kedalaman sungai kurang dari atau oleh masyarakat.
perlindungan, pengendalian atas aktivitas manusia sama dengan 3 meter
penggunaan dan sumber daya yang • Zona perlindungan 2. paling sedikit berjarak 15 meter dari
pengendalian atas ada pada Sungai sempadan sungai tepi kiri dan kanan palung sungai
sumber daya yang dapat dilaksanakan yang terjaga dan sepanjang alur sungai, dalam hal
ada pada sungai sesuai tujuan yaitu: terlindungi kedalaman sungai lebih dari 3 meter
dapat dilaksankan • fungsi sungai sehingga tidak sampai dengan 20 meter
sesuai dnegan tidak terganggu menganggu fungsi
tujuannya. oleh aktivitas kualitas sungai
yang berkembag dan memenuhi
Garis sempadan disekitarnya; aspek kesehatan
sungai adalah garis • Kegiatan dan keselamatan.
maya di kiri dan pemanfaatan • Tidak
kanan palung sungai dan upaya diperkenankan
yang ditetapkan peningkatan nilai adanya kegiatan/
sebagai batas manfaat sumber bangunan/bangun-
perlindungan Sungai daya yang ada di bangunan di dalam
sungai dapat batas sempadan
memberikan yang mengganggu
hasil secara fungsi sungai.
optimal sekaligus • Pada zona ini
menjaga diperkenankan
kelestarian adanya prasarana
fungsi sungai; dan/atau sarana
dan vital dengan KDB
• Daya rusak air maksimum 2%.
sungai terhadap • Dapat
ANALISIS PERATURAN ZONASI

lingkungan dapat dimanfaatkan


dibatasi. untuk rekreasi.
• Penyesuaian
penggunaan lahan
yang telah
dimanfaatkan

Buku
Fakta & Analisa VI-4
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan Zona/Sub
Zona
dilakukan dengan
pengendalian ketat
dan relokasi pada
kawasan yang
berpotensi besar
menimbulkan
bencana.
5. Ruang RTH Rimba RTH Rimba kota adalah • Memperbaiki dan Luas area yang Rimba kota dapat berbentuk: Saat ini belum terdapat
Terbuka kota 1 suatu hamparan menjaga iklim ditanami tanaman • Bergerombol atau menumpuk: rimba kota rimba kota di BWP
Hijau (RTH) lahan yang mikro dan nilai seluas 90% sampai dengan komunitas vegetasi Paciran
bertumbuhan pohon- estetika; 100% dari areal terkonsentrasi pada satu areal, dengan
pohon yang kompak • Meresapkan air; hutan; jumlah vegetasi minimal 100 pohon
dan rapat di dalam • Menciptkaan dengan jarak tanam rapat tidak beraturan;
wilayah perkotaan keseimbangan • Menyebar: rimba kota tidak mempunyai
baik pada tanah dan keserasian pola bentuk tertentu, dengan luas minimal
negara maupun lingkungan fisik 2.500 m2. Komunitas vegetasi tumbuh
tanah hak, yang kota; dan menyebar terpencar dalam bentuk
ditetapkan sebagai • Mendukung rumpun atau gerombol kecil;
rimba kota oleh pelestarian dan • Berbentuk jalur : rimba kota pada lahan-
pejabat yang perlindungan lahan berbentuk ja;lur mengikuti bentukan
berwenang. keanekaragaman sungai, jalan, pantai, saluran dan lain
hayati. sebgaainya. Lebar minimal rimba kota
berbentuk jalur adalah 30 m.
6. Ruang Taman Kota RTH Lahan terbuka yang • Menciptakan • tersedianya ruang • minimal terdapat 1 taman untuk 30.000 Saat ini belum terdapat
Terbuka 2 yang berfungsi sosial kawasan untuk kawasan jiwa penduduk kota taman kota di BWP
Hijau (RTH) dan estetik sebagai pengendalian air pengendalian air • Luas taman minimal 0,3 m2/jiwa, Paciran
sarana kegiatan larian dengan larian dengan dengan luas minimal 144.000 m2;
rekreatif, edukasi menyediakan menyediakan • Dapat dilengkapi dengan fasilitas
ANALISIS PERATURAN ZONASI

atau kegiatan lain kolam retensi; kolam retensi rekreasi dan olahraga dan komplek
yang ditujukan untuk • Menyediakan • tersedianya area olahraga dengan minimal RTH/Luas
melayani penduduk area penciptaan penciptaan iklim tanaman 80-90% dengan fasilitas yang
satu kota atau bagian iklim mikro dan mikro dan terbuka untuk umum;
wilayah kota pereduksi pereduksi polutan • Dialokasikan pada pada pusat
polutan di pelayanan

Buku
Fakta & Analisa VI-5
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan Zona/Sub
Zona
kawasan di kawasan • Memiliki jalan akses minimum berupa
perkotaan; perkotaan jalan lingkungan (untuk taman
• Menyediakan • tersedianya lingkungan, jalan kolektor untuk taman
tempat rekreasi tempat rekreasi kecamatan dan taman kota)
dan olahraga dan olahraga • Memperhatikan ketentuan ketentuan
masyarakat masyarakat skala yang terkait dengan perencanaan RTH
skala kota kota perkotaan.
• Menyediakan • tersedianya area
area terbuka terbuka sebagai RTH Taman lingkungan:
sebagai ruang ruang alternative • Standar 1 taman per 250 jiwa
alternative mitigasi/evakuasi • Standar kebutuhan minimal 0,3
mitigasi/evakuasi bencana m2/jiwa
bencana • tersedianya ruang • Luas tanaman 80-90%
• Menciptakan alternatif sebagai
ruang alternatif landmark kota
sebagai • tersedianya ruang
landmark kota untuk
• Mendukung melestarikan dan
pelestarian dan melindungi
perlindungan keanekaragaman
keanekaragaman hayati
hayati
7. Ruang Taman RTH Taman yang • Menciptakan • tersedianya ruang • Lokasi taman berada pada wilayah Taman Kecamatan di
Terbuka Kecamatan 3 ditujukan untuk kawasan untuk kawasan kecamatan yang bersangkutan; BWP Paciran saat ini
Hijau (RTH) melayani penduduk pengendalian air pengendalian air • Luas taman minimal 0,2 m2 per masih berupa ruang
satu kecamatan larian dengan larian dengan penduduk RW, dengan luas minimal terbuka hijau yang
menyediakan menyediakan 24.000 m2; dimanfaatkan sebagai
kolam retensi; kolam retensi • Luas area yang ditanami tanaman lapangan olahraga
ANALISIS PERATURAN ZONASI

• Menyediakan area • tersedianya area (ruang hijau) minimal seluas 80%-90%


penciptaan iklim penciptaan iklim dari luas taman, sisanya dapat berupa
mikro dan mikro dan pelataran yang diperkeras sebagai
pereduksi polutan pereduksi polutan tempat melakukan berbagai aktivitas.
di kawasan di kawasan • Pada taman ini selain ditanami dengan
perkotaan; perkotaan berbagai tanaman, juga terdapat

Buku
Fakta & Analisa VI-6
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan Zona/Sub
Zona
• Menyediakan • tersedianya minimal 50 (lima puluh) pohon
tempat rekreasi tempat rekreasi pelindung dari jenis pohon kecil atau
dan olahraga dan olahraga sedang untuk jenis
masyarakat skala masyarakat skala
Kecamatan kota
• Menyediakan area • tersedianya area
terbuka sebagai terbuka sebagai
ruang alternative ruang alternative
mitigasi/evakuasi mitigasi/evakuasi
bencana bencana
• Mendukung • tersedianya ruang
pelestarian dan untuk
perlindungan melestarikan dan
keanekaragaman melindungi
hayati keanekaragaman
hayati
8. Ruang Taman RTH • Menciptakan • tersedianya ruang • Lokasi taman berada pada wilayah Saat ini belum terdapat
Terbuka Kelurahan 4 kawasan untuk kawasan kelurahan yang bersangkutan taman kelurahan di
Hijau (RTH) pengendalian air pengendalian air • Luas taman minimal 0,3 m2 per BWP Paciran
larian dengan larian dengan penduduk RW, dengan luas minimal
menyediakan menyediakan 9.000 m2
kolam retensi; kolam retensi • Luas area yang ditanami tanaman
• Menyediakan area • tersedianya area (ruang hijau) minimal seluas 80%-90%
penciptaan iklim penciptaan iklim dari luas taman, sisanya dapat berupa
mikro dan mikro dan pelataran yang diperkeras sebagai
pereduksi polutan pereduksi polutan tempat melakukan berbagai aktivitas.
di kawasan di kawasan • Pada taman ini selain ditanami dengan
perkotaan; perkotaan berbagai tanaman, juga terdapat
ANALISIS PERATURAN ZONASI

• Menyediakan • tersedianya minimal 25 (dua puluh lima) pohon


tempat rekreasi tempat rekreasi pelindung dari jenis pohon kecil atau
dan olahraga dan olahraga sedang untuk jenis taman aktif dan
masyarakat skala masyarakat skala minimal 50 (lima puluh) pohon
Kelurahan kota pelindung dari jenis pohon kecil atau
sedang untuk jenis taman pasif.

Buku
Fakta & Analisa VI-7
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan Zona/Sub
Zona
• Menyediakan area • tersedianya area
terbuka sebagai terbuka sebagai
ruang alternative ruang alternative
mitigasi/evakuasi mitigasi/evakuasi
bencana bencana
• Mendukung • tersedianya ruang
pelestarian dan untuk
perlindungan melestarikan dan
keanekaragaman melindungi
hayati keanekaragaman
hayati
9. Ruang Taman RW RTH Taman yang • Menciptakan • Tersedianya • Lokasi taman berada pada radius Saat ini belum terdapat
Terbuka 5 ditujukan untuk kawasan ruang untuk kurang dari 1000 m dari rumah-rumah taman RW di BWP
Hijau (RTH) melayani penduduk pengendalian air kawasan penduduk yang dilayani; Paciran
satu lingkungan, larian dengan pengendalian air • Luas taman minimal 0,5 m2 per
khususnya kegiatan menyediakan larian dengan penduduk RW, dengan luas minimal
remaja, kegiatan kolam retensi; menyediakan 1.250 m2;
olahraga masyarakat, • Menyediakan area kolam retensi • Luas area yang ditanami tanaman
serta kegiatan penciptaan iklim • Tersedianya area (ruang hijau) minimal seluas 70%-80%
masyarakat lainnya mikro dan penciptaan iklim dari luas taman, sisanya dapat berupa
di lingkungan pereduksi polutan mikro dan pelataran yang diperkeras sebagai
tersebut di kawasan pereduksi polutan tempat melakukan berbagai aktivitas.
perkotaan; di kawasan • Pada taman ini selain ditanami dengan
• Menyediakan perkotaan berbagai tanaman, juga terdapat
tempat rekreasi • Tersedianya minimal 10 (sepuluh) pohon pelindung
dan olahraga tempat rekreasi dari jenis pohon kecil atau sedang.
masyarakat skala dan olahraga
RW masyarakat skala
ANALISIS PERATURAN ZONASI

• Menyediakan area kota


terbuka sebagai • Tersedianya area
ruang alternative terbuka sebagai
mitigasi/evakuasi ruang alternative
bencana mitigasi/evakuasi
bencana

Buku
Fakta & Analisa VI-8
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan Zona/Sub
Zona
• Mendukung • Tersedianya
pelestarian dan ruang untuk
perlindungan melestarikan dan
keanekaragaman melindungi
hayati keanekaragaman
hayati
10. Ruang Pemakaman RTH • Merupakan zona • Menyediakan • Tersedianya ruang • Ukuran makam 1 m x 2 m; Pemakaman di BWP
Terbuka 7 ruang terbuka hijau ruang untuk untuk tempat • Jarak antar makam satu dengan lainnya Paciran secara umum
Hijau (RTH) yang tempat pemakman pemakaman minimal 0,5 m; merupakan
diperuntukkan umum; umum; • Tiap makam tidak diperkenankan pemakaman terbuka
sebagai sebagai • Menciptkaan • Tersedianya ruang dilakukan penembokan/perkerasan; dan tidak terdapat
tempat pelayanan kawasan untuk kawasan • Pemakaman dibagi dalam beberapa perkerasan didalam
publik untuk pengendalian air pengendalian air blok, luas dan jumlah masing-masing area pemakaman BWP
penguburan larian larian blok disesuaikan dengan kondisi Paciran.
jenazah; • Menyediakan area • Tersedianya area pemakaman setempat;
• Dapat berfungsi penciptaan iklim penciptaan iklim • Batas antar blok pemakaman berupa
sebagai berfugnis mikro dan mikro dan pedestrian lebar 150-200 cm dengan
sebagai daerah pereduksi polutan pereduksi polutan deretan pohon pelindung disalah satu
resapan air, tempat di kawasan di kawasan sisinya;
pertumbuhan perkotaan perkotaan • Batas terluar pemakaman berupa pagar
berbagai jenis • Mendukung • Tersedianya ruang tanaman atau kombinasi antara pagar
vegetasi, pencipta pelestarian dan untuk melestarikan buatan dengan pagar tanaman, atau
iklim mikro serta perlindungan dan melindungi dengan pohon pelindung;
tempat hidup keanekaragaman keanekaragaman • Ruang hijau pemakaman termasuk
burung serta fungsi hayati hayati. pemakaman tanpa perkerasan minimal
social masyarakat 70% dari total area pemakaman dengan
disekitar seperti tingkat liputan vegetasi 80% dari luas
beristirahat dan ruang hijaunya.
ANALISIS PERATURAN ZONASI

sebagai sumber
pendapatan
Sumber: Hasil Analisis, 2019

Buku
Fakta & Analisa VI-9
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Tabel 6.2. Karakteristik Peruntukan Zona dan Sub Zona Budidaya BWP Paciran
Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
1. Perumahan (R) Perumahan R2 peruntukan ruang yang Menyediakan zona Tersedianya unit Zona pembangunan unit Perumahan
Kepadatan merupakan bagian dari untuk pembangunan hunian dengan hunian dengan tingkat kepadatan tinggi
Tinggi kawasan budi daya unit hunian dengan tingkat kepadatan kepadatan hunian tinggi di BWP Paciran
difungsikan untuk tingkat kepadatan tinggi dengan kepadatan merupakan
tempat tinggal atau tinggi bangunan 100-1000 permukiman
hunian dengan rumah/Ha nelayan di
perbandingan yang kawasan pesisir
besar antara jumlah BWP Paciran dan
bangunan rumah permukiman yang
dengan luas lahan. berkembang
menjadi kegiatan
perdagangan dan
jasa.

Perumahan
Kepadatan Tinggi
di BWP Paciran
diklasifikasikan
permukiman yang
berpotensi
menjadi kawasan
kumuh.
2. Perumahan (R) Perumahan R3 Peruntukan ruang yang Menyediakan zona Tersedianya unit Zona pembangunan unit Perumahan
Kepadatan merupakan bagian dari untuk pembangunan hunian dengan hunian dengan tingkat Kepadatan
Sedang kawasan budidaya unit hunian dengan tingkat kepadatan kepadatan hunian Sedang di BWP
difungsikan untuk tingkat kepadatan sedang Menengah kepadatan Paciran
tempat tinggal atau sedang bangunan 40-100 merupakan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

hunian dengan rumah/Ha permukiman


perbandingan yang perdesaan yang
hampir seimbang berkembang di
antara jumlah bagian selatan
bangunan rumah BWP Paciran
dengan luas lahan.

Buku
Fakta & Analisa VI-10
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
3. Perumahan (R) Perumahan R4 peruntukan ruang yang Bertujuan Tersedianya unit Zona pembangunan unit Perumahan
Kepadatan merupakan bagian dari menyediakan zona hunian dengan hunian dengan kepadatan Kepadatan
Rendah kawasan budi daya untuk pembangunan tingkat kepadatan bangunan 10 - 40 Rendah di BWP
difungsikan untuk unit hunian dengan rendah rumah/Ha dapat berupa Paciran
tempat tinggal atau tingkat kepadatan rumah tunggal maupun merupakan
hunian dengan rendah rumah kampung komplek –
perbandingan yang komplek/cluster
kecil antara jumlah perumahan
bangunan rumah
dengan luas lahan.

4. Perdagangan dan Perdagangan K1 peruntukan ruang yang menyediakan ruang tersedianya ruang • Lingkungan dengan Saat ini belum
Jasa dan Jasa di merupakan bagian dari untuk: untuk: tingkat kepadatan terdapat Zona
Skala BWP kawasan budi daya • Menampung • menampung rendah sampai Perdagangan dan
difungsikan untuk tenaga kerja, tenaga kerja, sedang Jasa Skala Kota
pengembangan pertokoan, jasa, pertokoan, jasa, • Skala pelayanan di BWP Pacian.
kelompok kegiatan rekreasi, dan rekreasi, dan perdagangan dan Namun untuk
perdagangan pelayanan pelayanan jasa yang merangsang
dan/atau jasa, tempat Masyarakat masyarakat direncanakan adalah perkembangan
bekerja , tempat • Menyediakan • menyediakan tingkat regional, kota, BWP Paciran,
berusaha, tempat fasilitas fasilitas dan lokal Zona
hiburan dan rekreasi pelayanan pelayanan • Jalan akses minimum Perdagangan dan
dengan skala perdagangan perdagangan adalah jalan kolektor Jasa Skala Kota
pelayanan dan jasa yang dan jasa yang • Sebagai bagian dari dapat
Kota dibutuhkan dibutuhkan fasilitas perumahan direncanakan
masyarakat masyarakat dan dapat secara linear di
dalam skala dalam skala berbatasan langsung sepanjang jalan
pelayanan pelayanan dengan perumahan lingkar selatan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

regional dan kota regional dan penduduk BWP Paciran


• Membentuk kota
karakter ruang • membentuk
kota melalui karakter ruang
pengembangan kota melalui
bangunan pengembangan

Buku
Fakta & Analisa VI-11
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
perdagangdan bangunan
dan jasa dalam perdagangan
bentuk tunggal dan jasa dalam
bentuk tunggal

5. Perdagangan dan Perdagangan K2 peruntukan ruang yang menyediakan ruang tersedianya ruang • Lingkungan dengan Perdagangan dan
Jasa dan Jasa di merupakan bagian dari untuk: untuk: tingkat kepadatan Jasa Skala BWP
Skala BWP kawasan budi daya • Menampung • menampung rendah sampai di BWP Paciran
difungsikan untuk tenaga kerja, tenaga kerja, sedang yang berkembang
pengembangan pertokoan, jasa, pertokoan, jasa, • Skala pelayanan saat ini antara
kelompok kegiatan rekreasi, dan rekreasi, dan perdagangan dan lain, Hotel, ruko,
perdagangan pelayanan pelayanan jasa yang retail, pasar,
dan/atau jasa, tempat Masyarakat masyarakat direncanakan adalah SPBU, Bank,
bekerja , tempat • Menyediakan • menyediakan tingkat regional, kota, Restoran dan
berusaha, tempat fasilitas fasilitas dan lokal lain-lain.
hiburan dan rekreasi pelayanan pelayanan • Jalan akses minimum
dengan skala perdagangan perdagangan adalah jalan kolektor Perkembangan
pelayanan dan jasa yang dan jasa yang • Sebagai bagian dari Perdagangan dan
BWP dibutuhkan dibutuhkan fasilitas perumahan Jasa Skala BWP
masyarakat masyarakat dan dapat secara linear di
dalam skala dalam skala berbatasan langsung sepanjang jalan
pelayanan pelayanan dengan perumahan kolektor.
regional dan kota regional dan penduduk
• Membentuk kota Selain itu di BWP
karakter ruang • membentuk Paciran terdapat
kota melalui karakter ruang pasar yang
pengembangan kota melalui menjadi pusat
bangunan pengembangan kegiatan BWP
ANALISIS PERATURAN ZONASI

perdagangdan bangunan Paciran.


dan jasa dalam perdagangan
bentuk tunggal dan jasa dalam
bentuk tunggal

Buku
Fakta & Analisa VI-12
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
6. Perdagangan dan Perdagangan K3 peruntukan ruang yang menyediakan ruang tersedianya ruang • lingkungan dengan Perdagangan dan
Jasa dan Jasa di merupakan bagian dari untuk: untuk: tingkat kepadatan Jasa Skala Sub
Skala Sub kawasan budi daya • Menampung • menampung sedang sampai tinggi. BWP di BWP
BWP difungsikan untuk tenaga kerja, tenaga kerja, • skala pelayanan Paciran yang
pengembangan pertokoan, jasa, pertokoan, jasa, perdagangan dan jasa berkembang saat
kelompok kegiatan rekreasi, dan rekreasi, dan yang direncanakan ini antara lain
perdagangan pelayanan pelayanan adalah tingkat regional, Minimarket,
dan/atau jasa, tempat Masyarakat masyarakat kota, dan lokal warung, toko,
bekerja, tempat • Menyediakan • menyediakan • jalan akses minimum rumah makan,
berusaha, tempat fasilitas fasilitas adalah jalan kolektor Bank cabang,
hiburan dan rekreasi pelayanan pelayanan • sebagai bagian dari koperasi
dengan skala perdagangan perdagangan fasilitas perumahan
pelayanan sub BWP dan jasa yang dan jasa yang dan dapat berbatasan Perkembangan
dibutuhkan dibutuhkan langsung dengan Perdagangan dan
masyarakat masyarakat perumahan penduduk Jasa Skala BWP
dalam skala dalam skala secara linear di
pelayanan pelayanan sepanjang jalan
regional dan kota regional dan lokal.
• Membentuk kota
karakter ruang • membentuk
kota melalui karakter ruang
pengembangan kota melalui
bangunan pengembangan
perdagangdan bangunan
dan jasa dalam perdagangan
bentuk tunggal dan jasa dalam
bentuk tunggal
ANALISIS PERATURAN ZONASI

7. Perkantoran Perkantoran KT Peruntukan ruang yang • Menyediakan • tersedianya • kantor pemerintahan Perkantoran yang
merupakan bagian dari lahan untuk lahan untuk baik tingkat pusat berkembang di
kawasan budi daya menampung menampung maupun daerah BWP Paciran
difungsikan untuk tenaga kerja tenaga kerja (provinsi,kota/kabupate saat ini
pengembangan dalam wadah dalam wadah n, kecamatan, merupakan
kegiatan pelayanan berupa berupa kelurahan)

Buku
Fakta & Analisa VI-13
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
pemerintahan dan perkantoran, perkantoran, • kantor atau instalasi perkantoran
tempat bekerja/ pemerintah pemerintah hankam termasuk pemerintah
berusaha, tempat dan/atau swasta; dan/atau tempat latihan baik
berusaha, dilengkapi • Menyediakan swasta; pada tingkatan
dengan fasilitas ruang yang cukup • tersedianya nasional, Kodam,
umum/social bagi ruang yang Korem, Koramil, Polda,
pendukungnya. penempatankelen cukup bagi Polwil Polsek, dan
gkapan dasar fisik penempatan sebagainya
berupa sarana- kelengkapan • untuk pemerintah
sarana penunjang dasar fisik tingkat pusat, provinsi
yang berfungsi berupa dan kota aksesibilitas
untuk saranasarana minimum adalah jalan
penyelenggaraan penunjang yang kolektor
dan berfungsi untuk • untuk pemerintah
pengembangan penyelenggaraa tingkat kecamatan dan
kegiatan n dan dibawahnya
perkantoran yang pengembangan aksesibilitas minimum
produktif kegiatanperkant adalah jalan lingkungan
sehingga dapat oran yang utama
berfungsi produktif • lingkungan dengan
sebagaimana sehingga dapat tingkat kepadatan
mestinya; dan berfungsi tinggi, sedang, dan
menyediakan sebagaimana rendah dan akan diatur
ruang yang cukup mestinya; dan lebih lanjut didalam
bagi sarana- tersedianya peraturan zonasi -
sarana umum, ruang yang ingkungan yang
terutama untuk cukup bagi diarahkan untuk
melayani sarana-sarana membentuk karakter
ANALISIS PERATURAN ZONASI

kegiatan-kegiatan umum, terutama tuang kota melalui


perkantoran, yang untuk melayani pengembangan
diharapkan dapat kegiatan- bangunan bangunan
meningkatkan kegiatan tunggal
pertumbuhanekon perkantoran, • skala pelayanan yang
omi daerah yang diharapkan direncanakan adalah
dapat

Buku
Fakta & Analisa VI-14
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
meningkatkan tingkat nasional dan
pertumbuhanek regional dan kota
onomi daerah. • jalan akses minimum
adalah jalan kolektor
• tidak berbatasan
langsung dengan
perumahan penduduk
8. Industri Kawasan KPI Merupakan zona • Mempercepat • Adanya • dikembangkan dengan Pada saat ini
Peruntukan pemusatan kegiatan penyebaran dan percepatan luas lahan paling Kawasan
Industri industri yang dilengkapi pemerataan penyebaran dan sedikit 50Ha dalam Peruntukan
dengan sarana dan pembangunan pemerataan satu hamparan Industri masih
prasarana penunjang industri - pembangunan • dikembnagkan pada belum
meningkatkan industry lingkungan dengan berkembang,
upaya • Meningkatnya tingkat kepadatan namun sesuai
pembangunan upaya rendah amanat RTRW
industri yang pembangunan • tidak berada maupun Kabupaten
berwawasan industri yang berbatasan langsung Lamongan, BWP
lingkungan berwawasan dengan zona Paciran
• Meningkatkan lingkungan perumahan diarahkan untuk
daya saing • Meningkatknya • penentuan lokasi pengembangan
investasi dan daya daya saing industri dilakukan Kawasan
saing industri investasi dan dengan memperhatikan Peruntukan
• Memberikan daya saing rencana transportasi Industri
kepastian lokasi industry yang berhubungan
• Menyediakan • Tersedianya dengan simpul bahan
fasilitas bersama lokasi untuk baku industri dan
kegiatan simpul-simpul
industry pemasaran hasil
ANALISIS PERATURAN ZONASI

• Tersedianya produksi yang


fasilitas merupakan bagian dari
bersama rencana umum jaringan
transportasi yang
tertuang di dalam
rencana tata ruang

Buku
Fakta & Analisa VI-15
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
maupun rencana induk
transportasi
• memperhatikan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
terkait dengan
pengembangan lahan
industri
9. Industri Sentra Industri SIKM zona industri dengan Menyediakan ruang • tersedianya • dikembangkan pada Zona Sentra
Kecil dan modal kecil dan tenaga untuk industry- ruang untuk lingkungan dengan Industri Kecil
Menengah kerja yang sedikit industri kecil dan untuk tingkat kepadatan Menengah
dengan peralatan menegah yang industriindustri rendah sampai sedang (SIKM) di BWP
sederhana. biasanya mengakomodasi kecil dan • penentuan lokasi Paciran saat ini
merupakan industri kegiatan industry menengah yang industri dilakukan merupakan
yang dikerjakan per skala kecil dan mengakomodasi dengan memperhatikan industri kerjainan
orang atau rumah menengah yang kegiatan industri keserasian dengan batik dan emas di
tangga, seperti industri ditata dalam skala kecil dan lingkungan sekitar serta dalam zona
roti, kompor minyak, perpetakan kecil menengah kebutuhannya perumahan
makanan ringan, dengan lantai dua • terfasilitasinya • memperhatikan
minyak goreng curah sampai empat lapis, masyarakat luas kepadatan lalu lintas
dan lain-lain sehingga untuk berusaha dan kapasitas jalan di
memungkinakan pada bangunan sekitar industri
masyarakatan luas industri yang • dapat dikembangkan di
berusaha pada berdekatan zona perumahan
bangunan industry dengan rumah selama tidak
yang berdekatan tinggalnya mengganggu aspek
dengan rumah lingkungan
tinggalnya • memperhatikan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

penanganan limbha
industry
• berada di dalam
bangunan deret atau
perpetakan
• disediakan lahan untuk
bongkar muat barang

Buku
Fakta & Analisa VI-16
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
hasil industry sehingga
tidak mengganggu arus
lalulintas sekitar
permukiman
• memperhatikan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
terkait dengan
pengembangan lahan
industri

10. Sarana Pelayanan SPU Skala SPU 1 peruntukan ruang yang Menyediakan sarana tersedianya sarana - Lokasi SPU dapat Sarana
Umum Kota merupakan bagian dari pelayanan pelayanan disebar pada titik-titik Pelayanan Umum
kawasan budidaya pendidikan, pendidikan, strategis atau sekitar Skala Kota yang
yang kesehatan, olahraga, kesehatan, pusat kota. berada di BWP
dikembangkan untuk peribadatan, olahraga, - Terdiri atas kantor Paciran saat ini
melayani peduduk transportasi, peribadatan, pemerintahan; gedung antara lain adalah
skala kota dan sosial budaya transportasi, dan social budaya pelabuhan.
untuk kebutuhan sosial budaya untuk (serbaguna, alun-alun),
penduduk skala kota kebutuhan sarana peribadatan
penduduk (masjid agung, gereja),
skala kota sarana kesehatan
(rumah sakit), sarana
olahraga (lapangan
besar)

Jenis Sarana:
- RS A
ANALISIS PERATURAN ZONASI

- Universitas/ setara
- Gelanggang olahraga
- Lapangan golf
- Sirkuit
- Masjid agung
- Terminal A, B

Buku
Fakta & Analisa VI-17
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
- Pelabuhan
- Bandara
- Stasiun besar
- Gedung serbaguna
- Musium

11. Sarana Pelayanan SPU Skala SPU 2 peruntukan ruang yang Menyediakan sarana tersedianya sarana - Lokasi SPU dapat Sarana
Umum Kecamatan merupakan bagian dari pelayanan pelayanan disebar pada titik-titik Pelayanan Umum
kawasan budi pendidikan, pendidikan, strategis atau sekitar Skala Kecamatan
dayayang kesehatan, olahraga, kesehatan, pusat kecamatan. yang berada di
dikembangkan untuk peribadatan, olahraga, - Terdiri atas kantor BWP Paciran
melayani peduduk transportasi, peribadatan, kecamatan; kantor saat ini antara
skala kecamatan dan sosial budaya transportasi, dan polisi; pos pemadam lain adalah
untuk sosial budaya untuk kebakaran; kantor pos Rumah Sakit,
kebutuhan penduduk kebutuhan pembantu; balai Puskesmas,
skala kecamatan penduduk nikah/KUA/BP4; parkir SMA, SMP,
skala kecamatan umum; gedung Terminal Tipe C,
pertemuan/serba guna, dan Dermaga
puskesmas, sekolah,

Jenis Sarana:
- RS B
- Puskesmas
- Rumah sakit bersalin
- SMA
- SMP
- Gedung olahraga
- Lapangan olahraga
ANALISIS PERATURAN ZONASI

- Masjid
- Gereja
- Terminal C
- Dermaga
- Stasiun kecil
- Balai pertemuan

Buku
Fakta & Analisa VI-18
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
12. Sarana Pelayanan SPU Skala SPU 3 peruntukan ruang yang Menyediakan sarana tersedianya sarana - Lokasi SPU dapat Sarana
Umum Kelurahan merupakan bagian dari pelayanan pelayanan disebar pada titik-titik Pelayanan Umum
kawasan budidaya pendidikan, pendidikan, strategis atau sekitar Skala Kelurahan
yang dikembangkan kesehatan, olahraga, kesehatan, pusat kelurahan. yang berada di
untuk peribadatan, olahraga, - Terdiri atas kantor BWP Paciran
melayani peduduk transportasi, dan peribadatan, kelurahan; pos kamtib; saat ini antara
skala kelurahan sosial budaya untuk transportasi, dan pos pemadam lain adalah Pustu,
kebutuhan penduduk sosial budaya untuk kebakaran; agen Klinik, Apotek,
skala kelurahan kebutuhan pelayanan pos; loket SD, TK, Mushola
penduduk pembayaran air bersih;
skala kelurahan loket pembayaran listrik;
puskesmas, sekolah,
bak sampah besar; dan
parkir umum dengan
standar satuan parkir 25
m2;
- Lokasi SPU dapat
dijangkau dengan
kendaraan umum.

Jenis Sarana:
- Pustu
- Klinik
- Posyandu
- Bidan
- Dokter
- Apotek
- SD
ANALISIS PERATURAN ZONASI

- TK/Paud
- Kursus
- Lapangan olahraga
- Mushola
- Balai warga

Buku
Fakta & Analisa VI-19
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
13. Pertanian Tanaman P-1 Sub Zona yang peruntukan lahan tersedianya lahan peruntukan pertanian Pertanian
Pangan diperuntukan untuk untuk: untuk: berupa: Tanaman Pangan
kegiatan pertanian • Menghasilkan • menghasilkan - ruang yang secara di BWP Paciran
tanaman pangan bahan pangan, bahan pangan, teknis dapat digunakan merupakan
palawija; palawija; untuk lahan pertanian pertanian LP2B
• Sebagai daerah • sebagai daerah basah (irigasi maupun
resapan air hujan resapan air hujan non irigasi) ataupun
untuk kawasan untuk kawasan lahan kering tanaman
sekitarnya; sekitarnya; pangan maupun
• Membantu • membantu palawija
penyediaan penyediaan
lapangan kerja lapangan kerja - ruang yang apabila
bagi masyarakat bagi masyarakat digunakan untuk
setempat. setempat. kegiatan pertanian
lahan basah ataupun
lahan kering dapat
memberikan manfaat
baik ekonomi, ekologi
maupun social

- kawasan pertanian
tanaman lahan basah
dengan irigasi teknis
tidak boleh
dialihfungsikan
memperhatikan
ketentuan pokok
tentang perencanaan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

dan penyelenggaraan
budi daya tanaman
serta tata ruang dan
tata guna tanah budi
daya tanaman lahan
basah;

Buku
Fakta & Analisa VI-20
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
- tidak mengganggu
permukiman penduduk
terkait dengan limbah
yang dihasilkan pada
lingkungan dengan
kepadatan rendah

14. Pertanian Pertanian P-2 Sub Zona yang • Menghasilkan tersedianya lahan • teknis dapat digunakan -
Hotikultura diperuntukan untuk buah, sayur; untuk: untuk lahan pertanian
kegiatan pertanian • Sebagai daerah • menghasilkan basah (irigasi maupun
tanaman buah, sayur resapan air hujan buah dan sayur; non irigasi) ataupun
dan tanaman hias untuk kawasan • sebagai daerah lahan kering tanaman
sekitarnya; resapan air hujan pangan maupun
• Membantu untuk kawasan palawija
penyediaan sekitarnya; • ruang yang apabila
lapangan kerja • membantu digunakan untuk
bagi masyarakat penyediaan kegiatan pertanian
setempat. lapangan kerja lahan basah ataupun
bagi masyarakat lahan kering dapat
setempat. memberikan manfaat
baik ekonomi, ekologi
maupun social
• kawasan pertanian
tanaman lahan basah
dengan irigasi teknis
tidak boleh
dialihfungsikan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

memperhatikan
ketentuan pokok
tentang perencanaan
dan penyelenggaraan
budi daya tanaman
serta tata ruang dan
tata guna tanah budi

Buku
Fakta & Analisa VI-21
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
daya tanaman lahan
basah;
• tidak mengganggu
permukiman penduduk
terkait dengan limbah
yang dihasilkan pada
lingkungan dengan
kepadatan rendah

15. Pertanian Peternakan P-4 kegiatan • Menghasilkan Mampu mendukung • Dekat dengan sarana Peternakan di
mengembangbiakkan bahan pangan penyediaan produksi dan pihak BWP Paciran
dan pemeliharaan daging, telur, dll; lapangan kerja bagi pemasaran saat ini
hewan ternak untuk • Membantu masyarakat • Areal sesuai dengan merupakan
mendapatkan manfaat penyediaan setempat peruntukannya peternakan
dan hasil dari kegiatan lapangan kerja Mampu • Dekat dengan sumber dengan
tersebut bagi masyarakat memberikan air komoditas
setempat kontribusi terhadap kambing dan
pendapatan daerah ayam yang
berkembang
dalam kawasan
permukiman
perdesaan
16. Perikanan Perikanan IK-2 wilayah yang • Meingkatkan • Adanya • memiliki hamparan Kegiatan
Budidaya ditetapkan dengan pendapatan spesialisasi lahan dengan luasan perikanan
fungsi utama daerah dari sektor kegiatan-kegiatan tertentu; dan budidaya yang
untuk budidaya ikan perikanan; peningkatan nilai • menghasilkan komoditi berkembang saat
atas dasar potensi • Membantu tambah dalam perikanan budidaya ini adalah
sumber daya alam, penyediaan industri perikanan yang dapat memenuhi budidaya tambak
ANALISIS PERATURAN ZONASI

sumber daya manusia, lapangan kerja budidaya lebih kebutuhan Ikan udang. Tambak
dan kondisi lingkungan bagi masyarakat efisien dan sebagian besar udang di BWP
serta kondisi prasarana setempat mampu masyarakat lokal, Paciran
dan sarana umum yang menghasilkan nasional, atau untuk berkembang di
ada output dengan keperluan ekspor kawasan pesisir
kualitas yang dan
baik. memanfaatkan

Buku
Fakta & Analisa VI-22
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
• Tumbuhnya kawasan sekitar
usaha-usaha ekosistem
baru seperti di mangrove
bidang finansial,
transportasi dan
usaha lainnya
yang mampu
membantu untuk
memperoleh
modal dan
memperlancar
operasional
sektor tersebut
sehingga
mendorong
pengembangan
perekonomian
wilayah
17. Pertahanan dan Pertahanan HK peruntukan tanah menyediakan ruang tersedianya ruang - memperhatikan Zona Pertahanan
Keamanan dan yang merupakan untuk: untuk: kebijakan sistem dan Keamanan di
Keamanan bagian dari kawasan • tempat kegiatan • tempat kegiatan pertahanan dan BWP Paciran
budi dayayang dan dan keamanan nasional merupakan
dikembangkan untuk pengembangan pengembangan - memperhatikan Koramil
menjamin kegiatan bidang pertahanan bidang kebijakan pemerintah
dan pengembangan dan keamanan pertahanan dan yang menunjang pusat
bidang pertahanan negara agar dapat keamanan pertahanan dan
dan keamanan menjamin negara agar keamanan nasional
seperti kantor, kondisinegara dapat menjamin - memperhatikan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

instalasi hankam, yang kondusif kondisi negara ketersediaan lahan


termasuk tempat • tempat pelatihan yang kondusif sesuai dengan
latihan baik pada para prajurit dan tempat pelatihan kebutuhan bidang
tingkat nasional, pasukan para prajurit dan pertahanan dan
Kodam, Korem, pertahanan dan pasukan hankam keamanan beserta
Koramil, kantor polisi keamanan sebagai sebagai garda prasarana dan sarana
garda depan depan negara penunjangnya

Buku
Fakta & Analisa VI-23
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
negara yang yang khusus - aksesibilitas yang
khusus dibina dibina untuk menghubungkan zona
untuk menjamin menjamin pertahanan dan
keberlangsungan keberlangsungan keamanan adalah jalan
keamanan dan keamanan dan kolektor; tidak
pertahanan pertahanan berbatasan langsung
Negara Negara dengan zona
perumahan dan
komersial
18. Peruntukan Lainnya Pembangkit PTL Peruntukan ruang menyediakan ruang tersedianya ruang • memperhatikan sistem Zona Peruntukan
Listrik yang merupakan untuk: untuk: jaringan infrastruktur Lainnya di BWP
bagian dari kawasan • mendukung • mendukung ketenagalistrikan yang Paciran adalah
budidaya yang ketersediaan ketersediaan berlaku di suatu wilayah Gardu Induk yang
dikembangkan untuk pasokan tenaga pasokan tenaga • memperhatikan terletak di Desa
menjamin listrik untuk listrik untuk standar-standar teknis Tlogosadang
ketersediaan tenaga kepentingan umum kepentingan sarana dan prasarana
listrik di kawasan umum di yang harus dipenuhi
perkotaan. kawasan dalam pembangunan
• mendukung perkotaan. pembangkit listrik
pemanfaatan • Mendukung • tidak berbatasan
teknologi baru pemanfaatan langsung dengan zona
untuk teknologi baru perumahan
menghasilkan untuk • pemilihan lokasi
sumber energi menghasilkan pembangkit dilakukan
yang mampu sumber energi dengan
mengurangi yang mampu mempertimbangkan:
ketergantungan mengurangi 1. ketersediaan
terhadap energi ketergantungan sumber energi
ANALISIS PERATURAN ZONASI

tak terbarukan terhadap energi primer setempat


tak terbarukan atau kemudahan
pasokan energi
primer
2. kedekatan dengan
pusat beban

Buku
Fakta & Analisa VI-24
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
3. prinsip regional
balance
4. topologi jaringan
transmisi yang
dikehendaki
5. kendala pada sistem
transmisi
(pembebanan lebih,
tegangan rendah,
arus hubung singkat
terlalu tinggi,
stabilitas tidak baik)
kendala-kendala
teknis, lingkungan
dan sosial (antara
lain kondisi tanah,
bathymetry, hutan
lindung,
permukiman).
19. Wisata Wisata Alam W1 Peruntukan ruang yang • Pengembangan • Pengembangan Kawasan wisata yang BWP Paciran
merupakan bagian dari akomodasi akomodasi dikembangkan di tempat memiliki wisata
kawasan budi daya pariwisata dengan pariwisata berlangsungnya wisata alam berupa
yang dikembangkan kepadatan yang dengan buatan yang ditujukan waisata pantai
untuk mengembangkan bervariasi di kepadatan yang tuntuk mengakomodasi dan adanya
kegiatan pariwisata seluruh kawasan bervariasi di wisata dengan minat potensi
alam • Mengakomodasi seluruh kawasan khusus pengembangan
bermacam tipe • Mengakomodasi (tengeran/landmark) yang wisata
akomodasi bermacam tipe memiliki kecenderungan pemandian air
ANALISIS PERATURAN ZONASI

pariwisata seperti akomodasi mendaptkan sesuatu dan panas


hotel, villa, resort, pariwisata seperti pengalaman baru yang
homestay, dll hotel, villa, resort, bermanfaat dari obyek
yang mendorong homestay, dll wisata alam yang
penyediaan yang mendorong dikunjungi
akomodasi bagi penyediaan
wisatawan

Buku
Fakta & Analisa VI-25
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
akomodasi bagi
wisatwan
16. Wisata Wisata Buatan W2 Peruntukan ruang yang • Pengembangan • Pengembangan Kawasan wisata yang Wisata buatan
merupakan bagian dari akomodasi akomodasi dikembangkan di tempat yang berada di
kawasan budi daya pariwisata dengan pariwisata berlangsungnya wisata BWP Paciran
yang dikembangkan kepadatan yang dengan buatan yang ditujukan adalah Wisata
untuk mengembangkan bervariasi di kepadatan yang tuntuk mengakomodasi Bahari Lamongan
kegiatan pariwisata seluruh kawasan bervariasi di wisata dengan minat (WBL) dan
buatan • Mengakomodasi seluruh kawasan khusus Maharani Zoo,
bermacam tipe • Mengakomodasi (tengeran/landmark) yang didalam Maharani
akomodasi bermacam tipe memiliki kecenderungan Zoo tersebut
pariwisata seperti akomodasi mendaptkan sesuatu dan terdapat cagar
hotel, villa, resort, pariwisata seperti pengalaman baru yang alam geologi
homestay, dll hotel, villa, resort, bermanfaat dari obyek yang
yang mendorong homestay, dll wisata buatan yang dimanfaatkan
penyediaan yang mendorong dikunjungi untuk pariwisata.
akomodasi bagi penyediaan Selain itu wisata
wisatawan akomodasi bagi buatan di BWP
wisatwan Paciran dujadikan
landmark BWP
Paciran
17. Wisata Wisata W3 Peruntukan ruang yang Pengembangan Pengembangan Kawasan wisata yang Wisata Cagar
Budaya/ Cagar merupakan bagian dari sarana dan sarana dan dikembangkan di tempat Budaya yang
Budaya kawasan budi daya prasarana pariwisata prasrana pariwisata berlangsungnya atraksi terdapat di BWP
yang dikembangkan dengan kepadatan dengan kepadatan budaya, prosesi upacara Paciran adalah
untuk mengembangkan yang bervariasi di yang bervariasi di adat, dan sekitarnya yang Wisata Makam
kegiatan pariwisata seluruh kawasan seluruh kawasan ditujukan untuk Sunan Drajad
budaya wisata mengakomodasi wisata dan Makam
ANALISIS PERATURAN ZONASI

dengan minat khusus Sunan


(tengeran/landmark) yang Sendangduwur.
memiliki kecenderungan Saat ini Makam
mendaptkan sesuatu dan Sunan Drajad
pengalaman baru yang ditetapkan
bermanfaat dari obyek sebagai Benda

Buku
Fakta & Analisa VI-26
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Karakteristik
No Zona Sub Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan Peruntukan
Zona/Sub Zona
wisata budaya yang Cagar Budaya
dikunjungi oleh Pemerintah
Daerah
18 Campuran Perumahan C1 Peruntukan lahan budi • menyediakan tersedianya ruang • lingkungan dengan BWP Paciran
dan daya yang terdir iatas ruang untuk untuk: tingkat kepadatan belum terdapat
Perdagangan/ daratan dengan batas pengembangan • kegiatan sedang sampai tinggi. Zona Campuran,
Jasa tertentu yang berfungsi fungsi campuran perumahan • skala pelayanan namun dilihat dari
campuran antara perumahan dan kepadatan tinggi perdagangan dan jasa trend
perumahan dan perdagangan/jasa dengan konsep yang direncanakan perkembanganny
perdagangan/jasa • meningkatkan hunian vertikal adalah tingkat kota, a, zona campuran
aksesibilitas • kegiatan dan lokal sangat potensial
masyarakat pada komersial yang • jalan akses minimum untuk
subzona tersebut melayani adalah jalan kolektor dikembangkan
terhadap fasilitas masyarakat pada • sebagai bagian dari
komersial subzona tersebut fasilitas perumahan
• mengoptimalkan • sirkulasi dan dapat berbatasan
pemanfaatan masyarakat baik langsung dengan
ruang perkotaan sirkulasi vertikal perumahan penduduk
maupun
horizontal,
termasuk luas
lobby lift, lobby
utama, jalur
masuk dan
keluar, jalur
pejalankaki
antarbangunan,
dan jalur
ANALISIS PERATURAN ZONASI

pejalankaki
menuju
pemberhentian
kendaraan umum

Buku
Fakta & Analisa VI-27
6.2. Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan yang Saat Ini
Berkembang dan Mungkin Akan Berkembang di Masa Mendatang

Daftar kegiatan adalah suatu daftar yang berisi rincian kegiatan yang ada,
mungkin ada, atau prospektif dikembangkan pada suatu zona yang
ditetapkan. Secara rinci kegiatan-kegiatan pada setiap zona dan sub zona
di BWP Paciran dapat dilihat uraian berikut :

No Kegiatan No Kegiatan
1 Ruang Terbuka Hijau
1.1 Taman Lingkungan 1.6 Sempadan
1.2 Taman Kelurahan 1.7 Pekarangan
1.3 Taman Kecamatan
1.4 Jalur Hijau
1.5 Pemakaman
2 Ruang Terbuka Non Hijau
2.1 Lapangan
2.2 Tempat Parkir
2.3 Taman Bermain dan Rekreasi
2.4 Trotoar
3 Perumahan
3.1 Rumah Tinggal Tunggal
3.2 Rumah Nelayan
3.3 Kompleks Perumahan
4 Perdagangan dan Jasa
4.1 Ruko 4.24 Jasa Percetakan
4.2 Warung 4.25 Jasa Komunikasi
4.3 Kantin 4.26 Jasa Pemakaman
4.4 Restoran atau Rumah Makan 4.27 Jasa Bengkel
4.5 Pasar 4.28 Jasa Pengecatan
4.6 Tempat Pelelangan Ikan 4.29 Jasa Las, Kenteng
Jasa Penyewaan Lapangan
4.7 Pasar Hewan 4.30
Olahraga
Jasa Kebugaran (Fitness) dan
4.8 Penyaluran Grosir 4.31
Sanggar Senam
Jasa Pendidikan, Bimbel, dan
4.9 Supermarket 4.32
Kursus
4.10 Minimarket 4.33 Jasa Transportasi
Jasa Travel dan Pengiriman
1.11 Pusat Perbelanjaan 4.34
Barang
Jasa Penyediaan Makanan dan
4.12 Toko Kelontong 4.35
Minuman (Catering)
Toko Bahan Bangunan, Jasa Perkantoran atau Bisnis
4.13 4.36
Perkakas, dan Pertukangan Lainnya
ANALISIS PERATURAN ZONASI

4.14 Toko Makanan dan Minuman 4.37 Jasa Cuci Pakaian (Laundry)
4.15 Toko Peralatan Rumah Tangga 4.38 Jasa Telekomunikasi
Toko Perlengkapan Kendaraan Jasa Kesehatan dan
4.16 4.39
Bermotor Kecantikan
4.17 Toko Obat atau Apotek 4.40 SPBU
4.18 Toko Pakaian dan Aksesories 4.41 Jasa Hiburan
Toko Peralatan dan Pasokan
4.19 4.42 Jasa Penginapan
Pertanian

Buku
Fakta & Analisa VI-28
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

No Kegiatan No Kegiatan
4.20 Toko Musik 4.43 Jasa Perhotelan
4.21 Toko Peralatan Olahraga
4.22 Jasa Lembaga Keuangan
4.23 Balai Pertemuan dan Pameran
5 Perkantoran
5.1 Kantor Pelayanan Publik
5.2 Kantor Pemerintah
5.3 Kantor Swasta Tunggal
6 Industri
6.1 Industri Makanan 6.4 Industri Lainnya
6.2 Industri Batik
Industri Barang Galian Bukan
6.3
Logam
7 Sarana Pelayanan Umum
7.1 TK/PAUD 7.16 Balai Pengobatan
7.2 SD 7.17 Dokter Umum
7.3 SMP 7.18 Dokter Spesialis
7.4 SMA / SMK 7.19 Bidan
7.5 Perguruan Tinggi atau Akademi 7.20 Klinik
Pendidikan Informal atau
7.6 7.21 Apotek
Kursus
7.7 Pendidikan Khusus 7.22 Lapangan Olahraga
7.8 Pondok Pesantren 7.23 Masjid
7.9 Rumah Sakit 7.24 Mushala
7.10 Puskesmas 7.25 Balai Pertemuan dan Pameran
7.11 Puskesmas Pembantu 7.26 Terminal Tipe A
7.12 Posyandu 7.27 Pelabuhan Penyebrangan
7.13 Balai Pengobatan
7.14 Puskesmas Pembantu
7.15 Posyandu
8 Hutan Produksi
8.1 Hutan Tanaman Produksi
9 Perikanan
9.1 Perikanan Budidaya
9.2 Tambak Garam
10 Peruntukan Lainnya
10.1 Pertanian Tanaman Pangan 10.6 Pembangkit istrik
10.2 Pertanian LP2B 10.7 Pertambangan Dolomit
10.3 Perkebunan 10.8 Wisata Buatan
Tempat Pengolahan Sampah
10.4 10.9 Wisata Budaya
3R
10.5 Tower Jaringan Telekomunikasi
Sumber : Hasil Olahan dari Permen ATR/BPN No 16 Tahun 2018
ANALISIS PERATURAN ZONASI

Buku
Fakta & Analisa VI-29
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

6.2.1. Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Perumahan dan Kawasan


Permukiman
Jenis dan karakteristik kegiatan Perumahan dan Kawasan Permukiman di
Paciran adalah sebagai berikut.

Tabel 6.3. Jenis dan Karakteristik Kegiatan Perumahan dan Kawasan


Permukiman di BWP Paciran
Kegiatan Berkembang Karakteristik
No. Uraian dan mungkin
berkembang
Bangunan dengan struktur
tunggal, mempunyai
Kegiatan halaman depan, samping
1. Permukiman Rumah Tunggal kanan dan kiri serta
Eksisting belakang
Dekat dengan fasilitas
umum dan fasilitas sosial
Kegiatan pada kawasan
permukiman tinggi, sedang
Kawasan permukiman
dan rendah adalah Rumah
perkotaan dengan
kampung dengan karakter
karakter Perumahan
Arahan Kegiatan Perumahan rakyat dengan
2. Kepadatan tinggi,
RTRW Kabupaten bentuk bangunan, lebar
Perumahan Kepadatan
kapling yang beragam dan
Sedang dan Perumahan
berkepadatan tinggi, KDB
Kepadatan Rencah
tinggi dengan prasarana
jalan berupa gang
Karakter permukiman
perdesaan identik dengan
kawasan permukiman
agraris, dimana rumah
Kawasan permukiman utama dilengkapi dengan
perdesaan. halaman yang dapat
dimanfaatkan sebagai lahan
bercocok tanam dan
gudang penyimpanan hasil
pertanian/ perikanan.
Undang-undang • Rumah Komersial adalah
Nomor 1 Tahun Rumah yang
2011 tentang diselenggarakan dengan
3.
Perumahan dan tujuan mendapatkan
Kawasan keuntungan;
Permukiman • Rumah Swadaya adalah
Rumah menurut Jenis:
Rumah yang dibangun
- Rumah Komersial;
atas prakarsa dan upaya
- Rumah Swadaya;
masyarakat;
- Rumah Umum;
ANALISIS PERATURAN ZONASI

- Rumah Negara. • Rumah Umum adalah


Rumah yang
diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan
rumah bagi masyarakat
berpenghasilan rendah;
dan

Buku
Fakta & Analisa VI-30
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Kegiatan Berkembang Karakteristik


No. Uraian dan mungkin
berkembang
• Rumah Negara adalah
Rumah yang dimiliki
negara dan berfungsi
sebagai tempat tinggal
atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga serta
penunjang pelaksanaan
tugas pejabat dan/atau
pegawai negeri
• Rumah tunggal adalah
rumah yang mempunyai
kaveling sendiri dan salah
satu dinding bangunan
tidak dibangun tepat pada
batas kaveling.
Rumah menurut • Rumah deret adalah
Bentuknya: beberapa rumah yang
4.
- Rumah tunggal; satu atau lebih dari sisi
- Rumah deret; bangunan menyatu
dengan sisi satu atau
lebih bangunan lain atau
rumah lain, tetapi masing-
masing mempunyai
kaveling sendiri.

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2019

6.2.2. Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Perdagangan dan Jasa


Jenis dan karakteristik kegiatan Perdagangan dan Jasa di BWP Paciran
adalah sebagai berikut.

Tabel 6.4. Jenis dan Karakteristik Kegiatan Perdagangan dan Jasa di BWP
Paciran
Kegiatan Berkembang
No. Uraian dan mungkin Karakteristik
berkembang
Perdagangan dan jasa a. Mempunyai akses yang
berupa: baik ke daerah perumahan
a. Pasar untuk perdaganganeceran
b. Warung/kios dan transportasi regional
c. minimarket (jalan arteri, terminal,
stasion) untuk
Kegiatan perdagangan grosir
ANALISIS PERATURAN ZONASI

1. Perdagangan b. Mudah dicapai oleh


Eksisting produsen barang
dagangan
c. Membutuhkan
kenyamanan (untuk
berbelanja)
d. Berdekatan dengan pusat
kegiatan lain seperti pusat

Buku
Fakta & Analisa VI-31
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Kegiatan Berkembang
No. Uraian dan mungkin Karakteristik
berkembang
kegiatan masyarakat
rekreasi, kesenian, dan
hiburan lainnya
e. Ketersediaan tempat parkir
f. Menimbulkan keramaian
g. Mengakibatkan kemacetan
h. Mengakibatkan polusi
suara
Pasar yang dibangun dan
dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Swasta,
Permendag No
Badan Usaha Milik Negara
53/M-
dan Badan Usaha Milik
DAG/PER/12/2008
Pasar Tradisional Daerah termasuk kerjasama
2. tentang Pedoman
dengan swasta dengan
Penataan dan
tempat usaha berupa toko,
Pembinaan Pasar
kios, los dan tenda yang
Tradisional, Pusat
dimiliki/dikelola oleh
pedagang kecil, menengah,
swadaya
Perbelanjaan dan masyarakat atau koperasi
Toko Modern dengan usaha skala kecil,
modal kecil dan dengan
Pasar Tradisional
proses jual beli barang
dagangan melalui tawar
menawar.
Pusat Perbelanjaan adalah
suatu area tertentu yang
terdiri dari satu atau beberapa
bangunan yang didirikan
secara vertikal maupun
Pusat Perbelanjaan
horisontal, yang dijual atau
disewakan kepada pelaku
usaha atau dikelola sendiri
untuk melakukan kegiatan
perdagangan barang.
Toko Modern adalah toko
dengan sistem pelayanan
mandiri, menjual berbagai
jenis barang secara eceran
Toko Modern yang berbentuk Minimarket,
Supermarket, Department
Store, Hypermarket ataupun
grosir yang berbentuk
Perkulakan.
Toko adalah bangunan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

gedung dengan fungsi usaha


Toko yang digunakan untuk
menjual barang dan terdiri
dari hanya satu penjual.
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2019

Buku
Fakta & Analisa VI-32
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

6.2.3. Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Perkantoran


Jenis dan karakteristik kegiatan Perkantoran di BWP Paciran adalah
sebagai berikut.

Tabel 6.5. Jenis dan Karakteristik Kegiatan Perkantoran di BWP Paciran


Kegiatan Berkembang
No. Uraian dan mungkin Karakteristik
berkembang
Kegiatan Kantor Kecamatan, dan • Perkantoran kecamatan,
1. Perkantoran Kelurahan dan Kelurahan
Eksisting
• Mudah dijangkau oleh
pegawai dan pengguna;
Bangunan gedung • Dekat dengan
2.
perkantoran perumahan (untuk tenaga
kerja);
• Menimbulkan keramaian
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2019

6.2.4. Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Perindustrian


Jenis dan karakteristik kegiatan Perindustrian di BWP Paciran adalah
sebagai berikut.

Tabel 6.6. Jenis dan Karakteristik Kegiatan Perindustrian di BWP Paciran


Kegiatan Berkembang
No. Uraian dan mungkin Karakteristik
berkembang
• Industri rumah tangga • Indutri Kecil;
Kegiatan Industri (Batik); • Industri mikro dan
1.
Eksisting • Industri makanan Menengah
• Industri Lainnya
Industri kecil, Industri
menengah, dan Industri
besar ditetapkan
berdasarkan jumlah tenaga
kerja dan/atau nilai
investasi.
PP Nomor 107 Tahun Kegiatan Usaha Industri:
Kegiatan Usaha Industri
2015 tentang Izin - Industri Kecil
2. wajib memilki IUI (Izin
Usaha Industri - Industry Menengah
Usah Industri). IUI dapat
- Industri Besar
diberikan kepada
perusahaan yang akan
menjalankan kegiatan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

usaha industri dan


berlokasi di luar kawasan
industri.
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2019

Buku
Fakta & Analisa VI-33
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

6.2.5. Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Sarana Pelayanan Umum


Jenis dan karakteristik kegiatan Sarana Pelayanan Umum di BWP
Paciran adalah sebagai berikut.

Tabel 6.7. Jenis dan Karakteristik Kegiatan Sarana Pelayanan Umum di BWP
Paciran
Kegiatan Berkembang
No. Uraian dan mungkin Karakteristik
berkembang
• Membutuhkan ketenangan
(untuk proses belajar
mengajar)
• Dekat dengan konsumen
(perumahan)
• TK
• Untuk pendidikan dasar
• Sekolah Dasar
sebaiknya dekat dengan
Kegiatan • Sekolah Menengah
perumahan
1. Pendidikan Pertama
• Untuk pendidikan
Eksisting • Sekolah Menengah
menengah dan tinggi bisa
Atas
lebih jauh
• Mempunyai akses lokal
yang baik
• Menimbulkan keramaian
dan kemacetan (pada saat
selesai belajar).
• Mudah dicapai oleh
penduduk
• Memiliki simpul-simpul
strategis yang dapat
• Pelabuhan mendukung pergerakan
Kegiatan
Penyebrangan antar wilayah maupun
2. transportasi
• Terminal tipe A kawasan.
Eksisting
(ASDP) • Menunjang aksesibilitas ke
kegiatan sektor potential
yang ada
• dapat menimbulkan
bangkitan lalu lintas.
• Membutuhkan ketenangan
(untuk istirahat dan
penyembuhan)
• Dekat dengan konsumen
• Puskesmas Pembantu (perumahan)
Kegiatan
• Poskesdes • Mempunyai akses lokal
3. Kesehatan
• Posyandu yang baik
Eksisting
• Rumah Sakit • Menimbulkan keramaian
(pada saat kunjungan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

pasien di rumah sakit)


• Menimbulkan polusi (limbah
rumah sakit)
Kegiatan Olahraga • Lapangan futsal • Dekat dengan perumahan;
Eksisting • Mempunyai akses lokal
4.
yang baik;
• Menimbulkan keramaian;

Buku
Fakta & Analisa VI-34
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Kegiatan Berkembang
No. Uraian dan mungkin Karakteristik
berkembang
- Membutuhkan ketenangan
(pada saat ibadah
berlangsung
- Dekat dengan perumahan,
atau fasilitas umum dan
Kegiatan
• Masjid, mushalla, social untuk skala yang
6. Peribadatan
langgar, surau; lebih besar
Eksisting
- Mempunyai akses lokal
yang baik
- Menimbulkan keramaian
dan kemacetan (pada saat
ibadah selesai)
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2019

6.2.6. Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Peruntukan Lainnya


Jenis dan karakteristik kegiatan Peruntukan Lainnya di BWP Paciran
adalah sebagai berikut.

Tabel 6.8. Jenis dan Karakteristik Kegiatan Peruntukan Lainnya di BWP


Paciran
Kegiatan Berkembang
No. Uraian dan mungkin Karakteristik
berkembang
Kegiatan Pertanian:
• Berada pada lahan dengan
permukaan yang relative
Hasil komoditi: datar;
• Tanaman pangan • Dekat dengan sumber air
• Tanaman holtikultura sebagai sumber pengairan;
• Berlokasi dekat dengan
perumahan.
• Menghasilkan bahan
pangan
• Memperhatikan ketentuan
Kegiatan pokok tentang pemakaian
1.
Eksisting tanah dan air untuk usaha
• Peternakan sapi,
peternakan
kuda, kambing,
• Kegiatan yang dilakukan
domba, ayam dan Itik
untuk memberikan makan
ternak dan ternak sehari-
hari jika tidak menggarap
sawah
• Tambak ikan dan garam
ANALISIS PERATURAN ZONASI

• Perikanan tangkap
• Perikanan • Merupakan sumber mata
pencaharian utama bagi
penduduk (nelayan)

Buku
Fakta & Analisa VI-35
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Kegiatan Berkembang
No. Uraian dan mungkin Karakteristik
berkembang
• Berada pada lahan dengan
permukaan yang relative
datar;
• Perkebunan
• Dekat dengan sumber air
sebagai sumber pengairan;
• Menghasilkan bahan
pangan
• tidak mengganggu
• Industri Kecil permukiman penduduk
Menengah terkait dengan limbah yang
dihasilkan
• Terdapat wisata buatan,
yiatu Wisata Bahari
Lamonga dan Maharani
Zoo yang merupakan
blok/kawasan yang dikelola
• Wisata oleh swasta
• Terdapat wisata budaya
berupa makam Sunan
Drajat yang merupakan
benda cagar budaya
Kabupaten Lamongan
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2019

6.3. Analisis Kesesuaian Kegiatan Terhadap


Peruntukan/Zona/Sub Zona

Analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona


bertujuan untuk mengetahui kecocokan kegiatan dengan dengan
peruntukan/zona/sub zona, berdasarkan karakteristik dari setiap kegiatan
atau karakteristik dari setiap peruntukan / zona / sub zona. Dimana
karakteristik yang sama akan berstatus sesuai tanpa harus ada rekayasa
teknis atau pembatasan. Sedangkan karakteristik yang kurang sesuai akan
bersetatus bersarat yaitu penggunaan teknologi atau rekayasa agar sesuai,
dan terbatas yaitu membatasi kegiatan agar tidak merubah fungsi
peruntukan/zona/subzone-nya. Hasil analisis ini menjadi dasar perumusan
ketentuan pemanfaatan ruang (I,T,B,X). Kesesuaian kegiatan terhadap
ANALISIS PERATURAN ZONASI

peruntukan/zona/sub zona di BWP Paciran dapat dilihat pada Tabel berikut.

Buku
Fakta & Analisa VI-36
Tabel 6.9. Kesesuaian Kegiatan Terhadap Peruntukan/Zona/Sub Zona Lindung di BWP Paciran
Zona Lindung
No Kegiatan Lindung Geologi Ekosistem Mangrove Perlindungan Ruang Terbuka Hijau
(LGE) (EM) Setempat (SS, SP) (RTH)
SESUAI SESUAI SESUAI
1 Ruang Terbuka Hijau (Kecuali untuk (Kecuali untuk (Kecuali untuk SESUAI
pemakaman) pemakaman) pemakaman)
2 Perumahan TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI
TIDAK SESUAI
(kecuali kegiatan
3 Perdagangan dan Jasa TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI
warung untuk
menunjang aktivitas)
4 Perkantoran TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI
5 Sarana Pelayanan Umum TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI
6 Industri TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI
BERSYARAT BERSYARAT TERBATAS
7 Pariwisata (Tidak mengganggu (Tidak mengganggu TIDAK SESUAI (Hanya kawasan
fungsi lindung) fungsi lindung)) tertentu)
BERSYARAT
8 Pertanian TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI (Tidak mengganggu
dungsi lindung)
BERSYARAT BERSYARAT
9 Perikanan TIDAK SESUAI (Tidak mengganggu (Tidak mengganggu TIDAK SESUAI
fungsi lindung) fungsi lindung)
10 Pertahanan dan Keamanan TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI
11 Peruntukan Lainnya TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI
ANALISIS PERATURAN ZONASI

12 Peruntukan Campuran TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI
Sumber: Hasil Analisis, 2019

Buku
Fakta & Analisa VI-37
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Tabel 6.10. Kesesuaian Kegiatan Terhadap Peruntukan/Zona/Sub Zona Budidaya di BWP Paciran
Zona Budidaya
Sarana
Pelayanan Pertahanan
Perdagangan Pariwisata Pertanian Peruntukan
No Kegiatan Hutan Produksi Perumahan Perkantoran Umum Industri Perikanan dan Campuran
dan Jasa (W-1, W-2, (P-1, P-2, P- Lainnya
(HP-2) (R-2, R-3, R-4) (KT) (SPU-1, SPU- (KPI, SIKM) (IK-2) Keamanan (C-1)
(K-1, K-2, K-3) W-3) 4) (PTL)
2, SPU-3, (HK)
SPU-4)
Ruang
1 SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI
Terbuka Hijau
SESUAI SESUAI TERBATAS
(Hanya untuk
TERBATAS
TERBATAS TERBATAS rumah TERBATAS
(Hanya untuk
(Hanya untuk (Hanya untuk tunggal/kopel (Hanya untuk TIDAK TIDAK
2 Perumahan TIDAK SESUAI SESUAI pendukung SESUAI
rumah rumah dan tidak rumah SESUAI SESUAI
kegiatan
tunggal/kopel) tunggal/kopel) pada tunggal/kopel)
pariwisata)
Kawasan
LP2B)
TIDAK
TERBATAS TERBATAS SESUAI TERBATAS TERBATAS
(Hanya untuk (Hanya untuk (kecuali (Hanya untuk (Hanya untuk
Perdagangan TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
3 TIDAK SESUAI mendukung SESUAI mendukung kegiatan mendukung mendukung SESUAI
dan Jasa SESUAI SESUAI SESUAI SESUA
kegiatan kegiatan warung untuk kegiatan kegiatan
perumahan) perkantoran) menunjang industri) pariwisata)
aktivitas)
TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
4 Perkantoran TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI SESUAI
SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI
TERBATAS TERBATAS
TERBATAS
Sarana (Hanya untuk (Hanya untuk
(hanya untuk TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
5 Pelayanan TIDAK SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI mendukung mendukung
skala SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI
Umum kegiatan kegiatan
lingkungan/RW)
industri) pariwisata)
TERBATAS
(Hanya untuk
kegiatan SIKM)
ANALISIS PERATURAN ZONASI

TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
6 Industri TIDAK SESUAI
BERSYARAT SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI
(Tidak
menghasilkan
limbah B3)
TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
7 Pariwisata TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI SESUAI
SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI

Buku
Fakta & Analisa VI-38
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Zona Budidaya
Sarana
Pelayanan Pertahanan
Perdagangan Pariwisata Pertanian Peruntukan
No Kegiatan Hutan Produksi Perumahan Perkantoran Umum Industri Perikanan dan Campuran
dan Jasa (W-1, W-2, (P-1, P-2, P- Lainnya
(HP-2) (R-2, R-3, R-4) (KT) (SPU-1, SPU- (KPI, SIKM) (IK-2) Keamanan (C-1)
(K-1, K-2, K-3) W-3) 4) (PTL)
2, SPU-3, (HK)
SPU-4)
TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
8 Pertanian TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI SESUAI
SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI
TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
9 Perikanan TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI SESUAI
SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI
Pertahanan
TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
10 dan TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI SESUAI
SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI
Keamanan
Peruntukan TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
11 TIDAK SESUAI TIDAK SESUAI SESUAI
Lainnya SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI
BERSYARAT
(memiliki lahan
Peruntukan parkir dan tidak TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
12 TIDAK SESUAI SESUAI
Campuran mengganggu SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI SESUAI
kegiatan
perumahan)
Sumber: Hasil Analisis, 2019
ANALISIS PERATURAN ZONASI

Buku
Fakta & Analisa VI-39
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

6.4. Analisis Dampak Kegiatan Terhadap Jenis Peruntukan/Zona/Sub


Zona

Analisis dampak kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona


bertujuan untuk mengetahui dampak yang terjadi bagi suatu kegiatan baik
dampak negative maunpun dampak positif. Dampak negative dapat di
artikan bahwa suatu kegiatan tidak sesuai atau tidak cocok dengan
peruntukan/zona/sub zona, sedangkan dampak positif di artikan bahwa
kegiatan sesuai dengan peruntukan / zona / sub zona. Analisis dampak
kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut.
ANALISIS PERATURAN ZONASI

Buku
Fakta & Analisa VI-40
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Tabel 6.11. Dampak Kegiatan Terhadap Peruntukan/Zona/Sub Zona Lindung di BWP Paciran
Zona Lindung
No Kegiatan Lindung Geologi Ekosistem Mangrove Perlindungan Ruang Terbuka Hijau
(LGE) (EM) Setempat (SS, SP) (RTH)
1 Ruang Terbuka Hijau - - - -
2 Perumahan
3 Perdagangan dan Jasa
4 Perkantoran • Rusaknya ekosistem
5 Sarana Pelayanan Umum • Rusaknya ekosistem • Mengakibatkan banjir
6 Industri • Rusaknya kawasan • Mengakibatkan • Alih fungsi lahan • Alih fungsi lahan
7 Pariwisata konservasi erosi, abrasi dan • Rusaknya fungsi • Meningkatnya
8 Pertanian • Alih fungsi lahan intrusi air laut ekologis kawasan kumuh
9 Perikanan • Alih fungsi lahan • Meningkatnya
10 Pertahanan dan Keamanan kawasan kumuh
11 Peruntukan Lainnya
12 Peruntukan Campuran
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2019
ANALISIS PERATURAN ZONASI

Buku
Fakta & Analisa VI-41
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Tabel 6.12. Dampak Kegiatan Terhadap Peruntukan/Zona/Sub Zona Budidaya di BWP Paciran
Zona Budidaya
Sarana
Pelayanan Pertahanan
Hutan Perdagangan Industri Pariwisata Peruntukan
No Kegiatan Perumahan Perkantoran Umum Pertanian Perikanan dan Campuran
Produksi dan Jasa (KPI, (W-1, W-2, W- Lainnya
(R-2, R-3, R-4) (KT) (SPU-1, SPU- (P-1, P-2, P-4) (IK-2) Keamanan (C-1)
(HP-2) (K-1, K-2, K-3) SIKM) 3) (PTL)
2, SPU-3, (HK)
SPU-4)
Tidak
Ruang Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi
Tidak memberi memberi
1 Terbuka dampak dampak dampak dampak dampak dampak dampak dampak dampak dampak
dampak negatif dampak
Hijau negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif
negatif
• Alih fungsi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi
dampak dampak dampak memberi dampak • Alih fungsi • Alih fungsi dampak dampak dampak
lahan
lahan lahan
2 Perumahan • Kerugian - negatif negatif negatif dampak negatif negatif negatif negatif
negatif • Kerugian • Kerugian
ekonomi
ekonomi ekonomi
• Deforestasi
• Alih fungsi
Tidak
lahan Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi
Perdagangan Tidak memberi • Memicu memberi • Alih fungsi
3 • Kerugian - dampak dampak dampak dampak dampak dampak
dan Jasa dampak negatif kemacetan dampak lahan
ekonomi negatif negatif negatif negatif negatif negatif
negatif
• Deforestasi
• Alih fungsi
Tidak • Alih fungsi • Alih fungsi
lahan Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi
• Memicu • Memicu memberi lahan lahan • Memicu
4 Perkantoran • Kerugian - dampak dampak dampak dampak
kemacetan kemacetan dampak • Kerugian • Kerugian kemaceta
ekonomi negatif negatif negatif negatif
negatif ekonomi ekonomi
• Deforestasi
• Alih fungsi
Tidak • Alih fungsi • Alih fungsi
Sarana lahan Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi
Tidak memberi memberi lahan lahan
5 Pelayanan • Kerugian dampak dampak - dampak dampak dampak dampak
dampak negatif dampak • Kerugian • Kerugian
Umum ekonomi negatif negatif negatif negatif negatif negatif
negatif ekonomi ekonomi
• Deforestasi
• Alih fungsi
lahan • Pencemaran • Pencemaran • Pencemaran • Pencemaran
ANALISIS PERATURAN ZONASI

• Pencemaran • Pencemaran • Pencemaran • Pencemaran • Pencemaran • Pencemaran


6 Industri • Pencemaran lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan -
lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan
lingkungan
• Deforestasi
Tidak
Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi
• Alih fungsi • Memicu • Memicu • Memicu • Memicu memberi
7 Pariwisata - dampak dampak dampak dampak dampak
lahan kemacetan kemacetan kemacetan kemacetan dampak
negatif negatif negatif negatif negatif
negatif

Buku
Fakta & Analisa VI-42
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Zona Budidaya
Sarana
Pelayanan Pertahanan
Hutan Perdagangan Industri Pariwisata Peruntukan
No Kegiatan Perumahan Perkantoran Umum Pertanian Perikanan dan Campuran
Produksi dan Jasa (KPI, (W-1, W-2, W- Lainnya
(R-2, R-3, R-4) (KT) (SPU-1, SPU- (P-1, P-2, P-4) (IK-2) Keamanan (C-1)
(HP-2) (K-1, K-2, K-3) SIKM) 3) (PTL)
2, SPU-3, (HK)
SPU-4)
Tidak
Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi
• Alih fungsi Tidak memberi memberi
8 Pertanian dampak dampak dampak dampak - dampak dampak dampak dampak
lahan dampak negatif dampak
negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif
negatif
Tidak
Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi
• Alih fungsi Tidak memberi memberi
9 Perikanan dampak dampak dampak dampak dampak - dampak dampak dampak
lahan dampak negatif dampak
negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif
negatif
• Alih fungsi Tidak
Pertahanan Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi
lahan Tidak memberi memberi • Alih fungsi
10 dan dampak dampak dampak dampak dampak - dampak dampak
• Kerugian dampak negatif dampak lahan
Keamanan negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif
ekonomi negatif
Tidak
Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi
Peruntukan Tidak memberi memberi
11 dampak dampak dampak dampak dampak dampak dampak dampak - dampak
Lainnya dampak negatif dampak
negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif
negatif
• Memicu
• Alih fungsi Tidak
kemacetan Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi Tidak memberi
Peruntukan lahan • Memicu memberi • Memicu • Alih fungsi
12 • Meningkatnya dampak dampak dampak dampak dampak -
Campuran • Kerugian kemacetan dampak kemacetan lahan
kawasan negatif negatif negatif negatif negatif
ekonomi negatif
kumuh
Sumber : Hasil Analisis, 2019
ANALISIS PERATURAN ZONASI

Buku
Fakta & Analisa VI-43
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

6.5. Analisis Pertumbuhan dan Pertambahan Penduduk pada Suatu


Zona

Berdasarkan pada isu-isu strategis, BWP Paciran memiliki kegiatan skala


besar sebagai daya tarik yang memicu pertumbuhan dan pertambahan
penduduk yang cukup besar dimana urbanisasi dari berbagai daerah di
sekitar BWP Paciran tersebut akan berdampak pada penyediaan ruang
untuk hunian, sarana dan prasarana mum (SPU) dan infrastruktur
penunjangnya. Terdapat 3 kegiatan/zona yang dapat memicu lonjakan
pertambahan dan pertumbuhan penduduk yaitu sebagai berikut :
1. Zona Perdagangan dan Jasa Skala Kota (K-1)
Dengan berkembangnya Kawasan Perdagangan dan Jasa di sekitar
Pasar Blimbing dan Jalan Deandels maka diasumsikan akan “menarik “
penduduk di luar BWP Paciran untuk berusaha atau berinvestasi.

Selain itu dengan adanya rencana jalan lingkar selatan BWP Paciran
untuk mengembangkan kegiatan bagian selatan BWP Paciran, akan
direncanakan perdagangan dan jasa skala kota untuk mengalihkan
perkembangan ke arah selatan. Rencana perdagangan dan jasa skala
kota berada linear di jalan lingkar selatan BWP Paciran.

2. Zona Industri (KPI)


Dengan adanya rencana Kawasan Peruntukan Industri diperkirakan
akan ada lonjakan penduduk di tahun 2040 sebanyak 364.482 jiwa
dengan asumsi adanya tenaga kerja dari luar BWP Paciran sebanyak
87.888 jiwa. Hal tersebut berpengaruh pada meningkatnya kebutuhan
sarana hunian, prasarana dan sarana pelayanan umum di BWP
Paciran.

3. Zona Pariwisata
Kegiatan pariwisata juga menjadi daya tarik yang memicu pertumbuhan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

dan pertambahan penduduk di BWP Paciran, banyak objek wisata yang


potensial dikembangkan seperti pemandian air panas, wisata pantai,
wisata cagar budaya dan lainnya. Hal tersebut menjadi daya tarik
investor ataupun wisatawan.

Buku
Fakta & Analisa VI-44
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

6.6. Analisis Gap Kualitas Peruntukan Zona/Sub Zona Yang


Diharapkan Dengan Kondisi Eksisting

Analisis ini, dimaksudkan untuk menilai gap yang terjadi antara kualitas
peruntukan zona / sub zona yang di harapkan dengan kondisi eksiting.
Dengan memberi interpretasi terhadap hasil analisis yang telah dilakukan
dan disandingkan dengan kondisi eksisting di BWP Paciran.

Dari analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat diketahui
gap kualitas peruntukan zona/sub zona dan kondisi eksisting BWP Paciran
terdapat 2 zona yang memiliki gap dan cukup penting untuk ditindaklanjuti,
yaitu:
1. Zona Perumahan
Dari hasil analisis proyeksi kebutuhan sarana hunian didapat kebutuhan
sarana perumahan di BWP paciran untuk rumah kecil sebanyak 21.869
unit dengan kebutuhan luas 164,02 Ha, rumah sedang sebanyak 14.579
unit dengan kebutuhan luas 131,21 Ha, dan rumah besar sebanyak
7.290 unit dengan kebutuhan luas 72,90 Ha. Sedangkan sarana
perumahan yang ada saat ini sebanyak 12.045 unit, sehingga
kebutuhan sarana perumahan di BWP Paciran adalah sebanyak 31.693
unit dengan kebutuhan luas 368,13 Ha.

Dengan adanya gap yang cukup besar tersebut jika dilihat dari kondisi
perumahan di BWP Paciran masih dapat terpenuhi, namun akan
berdampak pada peningkatan kawasan kumuh. Maka dari itu untuk
mengantisipasi hal tersebut perlu adanya rencana pembangunan rumah
susun di BWP Paciran agar kebutuhan sarana hunian dapat terpenuhi
dengan kondisi lingkungan perumahan yang baik/layak huni.

2. Zona Ruang Terbuka Hijau


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008
ANALISIS PERATURAN ZONASI

tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau


(RTH) di Perkotaan disebutkan bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH)
terdiri dari RTH Publik dan RTH Privat dengan proporsi 20% RTH
Prublik dan 10% RTH Privat.

Buku
Fakta & Analisa VI-45
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Jika diperhatikan dari proporsi zona lindung, khususnya untuk zona Ruang
Terbuka Hijau (RTH) publik, baru mencapai luasan, 516,69 hektar atau
sekitar 9,09%. Sehingga, untuk pemenuhan kebutuhan luasan RTH publik
sebesar 20% masih terdapat kekurangan sebesar 10,91% atau seluas
619,57 hektar. Oleh karena itu, dalam upaya perwujudan RTH publik
tersebut, dalam 20 tahun mendatang, diperlukan upaya-upaya sebagai
berikut:
1. Menetapkan kawasan yang tidak boleh dibangun.
2. Membangun lahan hijau baru, perluasan RTH melalui pembelian lahan
dan
3. Mengembangkan koridor ruang hijau kota.
4. Mengakuisisi RTH privat, menjadikan bagian RTH publik.
5. Peningkatan kualitas RTH kota melalui re-fungsi RTH eksisting.
6. Menghijaukan bangunan (green roof / green wall).
7. Menyusun kebijakan hijau.
8. Memberdayakan komunitas hijau.

6.7. Analisis karakteristik spesifik lokasi (obyek strategis


nasional/provinsi, ruang dalam bumi)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui karakter dari kegiatan kegiatan yang
harus ditangani secara khusus dan mendapatkan perlakuan khusus dalam
pengaturan PZ.

Tabel 6.13. Objek Strategis Nasional/Provinsi Yang Berada Di BWP Paciran

No Instalasi/objek startegis Karakteristik

• Kegiatan utama : perhubungan


• Kegiatan ; toko klontong, terminal
1 Terminal & Pelabuhan ASDP
penumpang, pelabuhan penyeberangan
• Jam operasional pagi sampai sore
• Kegiatan utama : benda cagar budaya
2 Makam Sunan Drajad • Kegiatan eksisting : wisata budaya,
warung/toko.
• Kegiatan Utama : Industri Maritim
ANALISIS PERATURAN ZONASI

3 Lamongan Integrated Shortbase (LIS) • Kegiatan : terminal barang, pergudangan,


perkantoran
• Kegiatan Utama : Wisata Buatan
Wisata Bahari Lamongan & Maharani • Kegiatan : pariwisata
4
Zoo • Terdapat cagar alam geologi didalam
kawasan Maharani Zoo
Sumber: Hasil Analisis, 2019

Buku
Fakta & Analisa VI-46
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

6.8. Analisis Ketentuan, Standar Setiap Sektor Terkait

6.8.1. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang


Intensitas bangunan merupakan aspek yang penting dalam upaya penataan
ruang di Kecamatan Paciran. Arahan intensitas bangunan bertujuan untuk
mengetahui dan memberikan arahan kepadatan, ketinggian, perpetakan
dan sempadan bangunan untuk menciptakan lingkungan kota yang serasi
dan nyaman untuk dihuni. Pengaturan intensitas bangunan di Kecamatan
Paciran disesuaikan dengan fungsi kawasan yang telah ditetapkan.
Intensitas bangunan yang diatur meliputi:

1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)


Koefisien dasar bangunan (KDB) adalah angka persentase perbandingan
antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang
dan rencana tata bangunan dan lingkungan. Nilai KDB ini menentukan
berapa persen luas bangunan di suatu kawasan yang boleh dibangun.
Penentuan KDB ditinjau dari aspek lingkungan dengan tujuan untuk
mengendalikan luas bangunan di suatu lahan pada batas-batas tertentu
sehingga tidak mengganggu penyerapan air hujan ke tanah. Secara teoritik
angka ini dapat berkisar antara tiada bangunan (0%) sampai tiada
pekarangan hingga bangunan (100%). KDB maksimum ditetapkan dengan
mempertimbangkan tingkat pengisian atau peresapan air, kapasitas
drainase, dan jenis penggunaan lahan. Penetapan KDB untuk suatu
kawasan yang terdiri atas beberapa kaveling/persil dapat dilakukan
berdasarkan pada perbandingan total luas bangunan gedung terhadap total
luas kawasan dengan tetap mempertimbangkan peruntukan atau fungsi
kawasan dan daya dukung lingkungan.
Besarnya kepadatan bangunan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
tingkat kepadatan penduduk, ketersediaan lahan, peruntukan lahan, jenis
penggunaan bangunan, dan beberapa faktor lainnya. Maksud penentuan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

angka KDB ini adalah untuk tetap menyediakan perbandingan yang


seimbang antara lahan terbangun dan tidak terbangun di suatu kawasan
sehingga peresapan air tanah tidak terganggu, kebutuhan udara secara

Buku
Fakta & Analisa VI-47
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

alamiah dapat dipenuhi, citra arsitektur lingkungan dapat dipelihara dan nilai
estetika lingkungan dapat terjaga.
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang dikembangkan di BWP Paciran
mengacu kepada fungsi kawasannya, dimana di BWP Paciran tediri dari
beberapa peruntukan lahan dengan fungsi lindung dan budidaya, sehingga
pengaturan KDB-nya harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang
ada. Pertimbangan penentuan KDB harus diarahkan dengan dasar
mengacu pada rencana yang lebih tinggi dalam hal ini adalah RTRW BWP
Paciran. Selain itu yang menjadi pertimbangan lain adalah harus terciptanya
kawasan yang seimbang dan tidak terkesan padat, sehingga penetapan
KDB tergantung dari fungsi peruntukannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan KDB di BWP
Paciran adalah sebagai berikut :
1. Pada kawasan yang berfungsi lindung, penggunaan lahan untuk
bangunan harus seminimal mungkin, bahkan ditegaskan tidak ada
bangunan (KDB=0)
2. Pada kawasan pertanian/perkebunan (lahan kering dan basah) dan
penyangga masih diperkenankan terdapat bangunan tetapi dalam
jumlah yang relatif sedikit. Pada kawasan ini ditetapkan KDB < 5%.
3. Pada kawasan-kawasan potensial yang terdiri dari:
a) Untuk lahan dengan kepadatan tinggi, yang merupakan kawasan
pusat kecamatan dan pusat kota memiliki intensitas kegiatan tinggi
sehingga kebutuhan ruangnya besar, sementara lahan yang
tersedia terbatas, interval KDB yang diijinkan adalah 60% - 80%.
b) Untuk lahan berpotensi sedang, yang umumnya berupa kawasan
permukiman dengan aksesibilitas terhadap pusat-pusat pelayanan
dan jalan raya cukup baik dan memiliki tingkat kepadatan, interval
angka KDB yang diijinkan adalah 40 - 60%, hal ini mengindikasikan
bahwa :
• Sebagian dari luas lantai dasar pada beberapa bangunan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

digunakan sebagai ruang bersama publik, seperti parkir,


pedestrian dan ruang terbuka hijau;
• Prosentase KDB ini sangat baik untuk menjaga daya dukung
lingkungan terutama daya serap air hujan bagi kawasan secara

Buku
Fakta & Analisa VI-48
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

keseluruhan dan sebagai antisipasi terhadap kemungkinan


pengembangan kawasan kedepannya.
c) Untuk lahan berpotensi rendah, yang umumnya berupa lahan
permukiman dengan aksesibilitas terhadap pusat-pusat pelayanan
kurang baik, interval angka KDB yang diijinkan adalah <5%.

2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)


Koefisien Lantai Bangunan (KLB) atau disebut juga Building Coverage Ratio
(BCR) adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai
bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan
lingkungan. Secara teoritik angka rasio desimal ini bisa tiada lantai
bangunan sedikitpun/tiada bangunan (0,00) sampai lebih dari jumlah
tingkat/lantai bangunan (1,00). Pada keadaan bangunan tidak
bertingkat/bersusun, maka angka KDB akan pararel dengan angka KLB.
𝑳𝒖𝒂𝒔 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒊 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒖𝒏𝒂𝒏
𝐾𝑳𝑩 𝑩𝒍𝒐𝒌 = × 𝟏𝟎𝟎 %
𝑳𝒖𝒂𝒔 𝒃𝒍𝒐𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌𝒂𝒏

Pertimbangan dalam menentukan angka-angka KLB adalah dilihat dari jenis


penggunaan lahan, angka KDB, ukuran jalan, jarak bangunan dan
ketinggian bangunan maksimum yang diijinkan. Maksud dari penetapan
angka KLB ini adalah untuk mengatur kepadatan suatu kawasan, dengan
mengaitkan antara luas lantai bangunan maksimum dengan luas lahan
tanah/kavling tempat bangunan berdiri. Adapun tujuan dari pengaturan
kepadatan tersebut adalah untuk :
• Menciptakan ruang luar nyaman, yang masih memungkinkan
masuknya pencahayaan dan pengudaraan alami pada daerah terbuka,
serta cukup tersedia jalur pejalan kaki untuk menampung arus manusia
yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan di kawasan tersebut
• Memperoleh keseimbangan antara arus atau kapasitas kendaraan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan dalam suatu bangunan dengan


kapasitas jalan yang ada
• Memberikan karakter pada suatu kawasan yang dipertahankan dan
diremajakan.

Buku
Fakta & Analisa VI-49
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Pada daerah padat penduduk, sebagian besar mempunyai angka KDB yang
sangat tinggi. Untuk mengurangi angka tersebut dapat dilakukan dengan
meningkatkan ketinggian rata-rata bangunan (memperbesar angka KLB).
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) untuk BWP Paciran adalah sebagai
berikut:

3. Koefisien Dasar Hijau


Koefisien Dasar Hijau (KDH) adalah rangka persentase perbandingan
antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang
diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang
dan rencana tata bangunan dan lingkungan. KDH minimal digunakan untuk
mewujudkan RTH dan diberlakukan secara umum pada suatu zona. KDH
minimal ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat pengisian atau
peresapan air dan kapasitas drainase. KDH minimal 10% pada daerah
sangat padat/padat. KDH ditetapkan meningkat setara dengan naiknya
ketinggian bangunan dan berkurangnya kepadatan wilayah. Secara umum
perhitungan KDH menggunakan rumus :
𝑲𝑫𝑯 = 𝟏𝟎𝟎% − (𝑲𝑫𝑩 + 𝟐𝟎 % 𝑲𝑫𝑩)

Ruang Terbuka Hijau yang termasuk dalam KDH sebanyak mungkin


diperuntukkan bagi penghijauan/penanaman di atas tanah. Dengan
demikian area parkir dengan lantai perkerasan masih tergolong RTH sejauh
ditanami pohon peneduh yang ditanam di atas tanah, tidak di dalam
wadah/container kedap air; KDH tersendiri dapat ditetapkan untuk tiap-tiap
kelas bangunan dalam kawasan-kawasan bangunan, dimana terdapat
beberapa kelas bangunan dan kawasan campuran. Penggunaan KDH
dalam kawasan umumnya adalah :
a. Untuk menyediakan ruang terbuka hijau sebagai kawasan konservasi,
untuk mengurangi erosi dan run off air hujan yang tinggi, serta menjaga
ANALISIS PERATURAN ZONASI

keseimbangan air tanah.


b. Ruang terbuka hijau/ruang bebas juga dipertimbangkan untuk
penempatan jaringan utilitas umum.
• Rencana blok peruntukan agar mempertimbangkan ruang bebas
yang dapat ditempatkan di sepanjang garis belakang, depan, atau

Buku
Fakta & Analisa VI-50
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

samping petak, untuk keperluan penempatan jaringan utilitas umum,


seperti jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan air kotor/limbah,
jaringan drainase, dan jaringan air bersih;
• Ruang bebas yang diperlukan untuk keperluan penempatan jaringan
utilitas umum tersebut adalah minimum 2 meter;
• Ruang bebas tersebut merupakan ruang yang dimiliki oleh masing-
masing pemilik blok peruntukan, namun penggunaannya hanya
untuk penempatan pelayanan jaringan utilitas umum.
c. Ruang terbuka diantara garis sempadan jalan (GSJ) dan garis
sempadan bangunan (GSB) harus dipergunakan sebagai unsur
penghijauan dan/atau daerah peresapan air hujan serta kepentingan
umum lainnya.
Berdasarkan kemiringan serta pemanfaatan lahan BWP Paciran, maka
Koefisien Daerah Hijau (KDH) di BWP Paciran akan ditentukan berdasarkan
lahan efektif. Lahan efektif dihitung dari lahan dengan kemiringan efektif
pengembangan kawasan perkotaan (khususnya) dan pemanfaatan lahan
yang sudah ada.

4. Ketinggian Bangunan
Ketinggian bangunan maksimum diettapkan dengan memperhatikan daya
dukung tanah, daya dukung lingkungan (kepadatan bangunan, utilitas air
bersih dan lain sebagainya), dan faktor-faktor khusus, misalnya batasan
ketinggian di kawasan perencanaan yang ditetapkan sebagai kawasan
konservasi. Hasil dari analisis kesesuaian lahan, bahwa arahan ketinggian
bangunan BWP Paciran adalah Non Bangunan dan Bangunan dengan
Ketinggian <4 Lantai.

5. Analisis Tampilan Bangunan


Pengembangan massa bangunan di BWP Paciran harus diarahkan dengan
menciptakan bentuk dasar, dan massa bangunan yang dapat
ANALISIS PERATURAN ZONASI

mendefinisikan ruang luar sebagai kawasan pusat kota yang akomodatif


terhadap bentuk kegiatan dalam kawasan perencanaan. Selain itu,
pengembangan massa bangunan di BWP Paciran ini perlu didasarkan pada
fungsi bangunan, setelah sebelumnya mempertimbangkan KDB dan KLB
serta faktor visual dan keserasian bangunan terhadap lingkungan

Buku
Fakta & Analisa VI-51
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

sekitarnya. Disamping itu, pengembangan massa bangunan juga harus


mempertimbangkan beberapa aspek dasar, seperti aspek kenyamanan,
aspek keamanan, aspek kesehatan serta aspek efisiensi bangunan.
Pengembangan massa bangunan di lingkungan wilayah perencanaan harus
ditujukan untuk menggali nilai-nilai arsitektur tradisional atau
mempertimbangkan suatu kearifan arsitektur lokal.
Pengembangan massa bangunan di BWP Paciran ini harus mampu
mengintegrasikan arsitektur budaya yang terdapat di BWP Paciran. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara memodifikasi atau pengembangan
lebih lanjut mengenai adanya nilai arsitektur tradisional atau kearifan
arsitektur lokal yang dapat dimunculkan dengan tujuan untuk memperkaya
khasanah pengembangan massa bangunan serta arsitektur kota.
Penunjukan arsitektur khas atau kearifan arsitektur lokal dapat dimunculkan
dan diutamakan pada bangunan-bangunan pemerintahan, sehingga
dengan demikian dapat menjadi suatu landmark lokal/regional di BWP
Paciran.
Secara umum, konsep tata bangunan diarahkan untuk mengenali batasan
dari intensitas pemanfaatan lahan dan daya tampung kawasan, berupa
simulasi building evelope kawasan perencanaan dibentuk dari simulasi
ketinggian maksimum dan batasan luas bangunan. Konsep tata bangunan
ini mencakup bentuk dan pengelompokan massa bangunan agar tercipta
suatu lingkungan perkotaan yang terpadu.
Bagian-bagian bangunan-bangunan yang menjadi fokus utama dari
rencana penataan aspek arsitektural perkotaan di BWP Paciran meliputi:
1. Gaya Bangunan yang bervariasi dalam skala perkotaan akan
memberikan suasana semarak dalam atmosfer ruang perkotaan
sehingga tidak menimbulkan suasana monoton.
2. Posisi Bangunan sebaiknya diletakkan secara baik dan benar, seperti
garis sempadan bangunan (GSB), koefisien dasar bangunan (KDB),
maupun koefisien lantai bangunan (KLB);
ANALISIS PERATURAN ZONASI

3. Tampak muka (Fasade) Bangunan penataannya ditekankan pada


masalah ruang koridor yang berhubungan erat dengan pola sirkulasi
sebagai salah satu elemen pembentuk citra kota (Image of The City).
4. Pedestrian dan kelengkapan jalan (street furniture) dikembangkan
melalui :

Buku
Fakta & Analisa VI-52
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

• pembangunan pedestrian terutama ditempatkan pada jalur-jalur


jalan di kawasan perdagangan dan jasa serta industri;
• elemen kelengkapan jalan bisa diletakkan diantara pedestrian dan
jalan raya bila masih terdapat ruang sisa diantara keduanya, tanpa
mengganggu fungsi utama pedestrian;
• pemakaian bentuk / pola ciri khas wilayah sendiri (ciri khas budaya
sosial yang menonjol pada suatu daerah).
5. Peletakkan dan pemasangan Papan Reklame (Billboard) diatur
meliputi batasan ukuran/dimensi dan posisi terhadap bangunan dan
ruang yang ada disekitarnya;
6. Pagar Pembatas; dimensi, posisi dan warna dapat diarahkan sebagai
unsur estetika lingkungan kota, terutama untuk pagar-pagar yang
berhubungan langsung dengan jalur utama kota maupun pagar yang
berbatasan dengan jalur promenade.

Arahan intensitas bangunan berdasarkan ketentuan fungsi fasilitas dan


kecenderungan perkembangan kawasan. Pada kawasan yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi dan letak strategis diarahkan mempunyai kepadatan yang lebih
tinggi. Sedangkan untuk fungsi hunian dan pelayanan sosial diarahkan dengan
kepadatan sedang sampai rendah. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka
rencana intensitas bangunan di Kecamatan Paciran adalah sebagai berikut:
ANALISIS PERATURAN ZONASI

Buku
Fakta & Analisa VI-53
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Tabel 6.14. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang BWP Paciran

KODE SUB KDB KDH


NO ZONA SUB ZONA KLB
ZONA (%) (%)

1 Kawasan Lindung

Zona Ekosistem Mangrove EM Ekosistem Mangrove 0 100 0


Zona Sekitar Mata Air MA Sekitar Mata Air 0 100 0
Zona Lindung Geologi LGE-2 Keunikan Bentang Alam 0 100 0
Zona RTH Kota RTH-1 Rimba kota 0-20 40-50 0-0,4
RTH-2 Taman Kota 0-20 40-50 0-0,4
RTH-3 Taman Kecamatan 0-20 40-50 0-0,4
RTH-4 Taman Kelurahan 0-20 40-50 0-0,4
RTH-5 Taman RW 0-20 40-50 0-0,4
RTH-7 Pemakaman 0-20 40-50 0-0,4
Zona Sempadan Pantai SP Sempadan Pantai 0 100 0
Zona Sempadan Sungai SS Sempadan Sungai 0 100 0

2 Kawasan Budidaya

Zona Hutan Produksi HP-2 Hutan Produksi Tetap 0 100 0


Zona Campuran C-1 Perumahan dan Perdagangan/Jasa 40-60 20-30 0,4-1,2
Zona Industri KI Kawasan Industri 40-60 20-30 0,4-1,2
SIKM Sentra Industri Skala Menengah 40-60 20-30 0,4-1,2
Zona Pembangkitan Listrik PTL Pembangkit Listrik 0 100 0
Zona Pariwisata W-1 Wisata Alam 0-30 35-50 0-0,6
W-2 Wisata Buatan 50-70 15-25 0,5-2,8
W-3 Wisata Budaya 0-30 35-50 0-0,6
Zona Perdagangan dan Jasa K-1 Perdagangan dan Jasa Skala Kota 40-60 20-30 0,4-2,4
K-2 Perdagangan dan Jasa Skala BWP 40-60 20-30 0,4-1,2
Perdagangan dan Jasa Skala Sub
K-3 40-60 20-30 0,4-1,2
BWP
Zona Perikanan IK-2 Perikanan Budidaya 0-20 40-50 0-0,4
Zona Perkantoran KT Perkantoran 50-70 15-25 0,5-1,4
Zona Transportasi TR Transportasi 40-60 20-30 0,4-1,2
Zona Pertahanan dan
HK Pertahanan dan Keamanan 50-70 15-25 0,5-1,4
Keamanan
Zona Pertanian P-2 Pertanian Tanaman Pangan 0 100 0
P-3 Pertanian Hortikultura 0 100 0
P-4 Peternakan 0-20 40-50 0-0,4
20-
ANALISIS PERATURAN ZONASI

Zona Perumahan R-2 Rumah Kepadatan Tinggi 60-80 0,6-1,6


Oct
R-3 Rumah Kepadatan Sedang 50-70 15-25 0,5-1,4
R-4 Rumah Kepadatan Rendah 40-60 20-30 0,4-2,4
Zona Sarana Pelayanan Umum SPU-1.3 SPU Kesehatan Skala Kota 40-60 20-30 0,4-2,4
SPU-2.3 SPU Kesehatan Skala Kecamatan 40-60 20-30 0,4-2,4
SPU-3.3 SPU Kesehatan Skala Kelurahan 50-70 15-25 0,5-1,4

Buku
Fakta & Analisa VI-54
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

KODE SUB KDB KDH


NO ZONA SUB ZONA KLB
ZONA (%) (%)

SPU-1.1 SPU Pendidikan Skala Kota 40-60 20-30 0,4-2,4


SPU-2.1 SPU Pendidikan Skala Kecamatan 40-60 20-30 0,4-2,4
SPU-3.1 SPU Pendidikan Skala Kelurahan 50-70 15-25 0,5-1,4
SPU-4.1 SPU Pendidikan Skala RW 50-70 15-25 0,5-1,4
SPU-2.5 SPU Peribadatan Skala Kecamatan 40-60 20-30 0,4-2,4
SPU-3.5 SPU Peribadatan Skala Kelurahan 50-70 15-25 0,5-1,4
SPU-4.5 SPU Peribadatan Skala RW 50-70 15-25 0,5-1,4
SPU-1.2 SPU Transportasi Skala Kota 40-60 20-30 0,4-2,4
SPU-3.2 SPU Transportasi Skala Kelurahan 50-70 15-25 0,5-1,4
SPU-3.6 SPU Sosial budaya Skala Kelurahan 50-70 15-25 0,5-1,4
SPU-1.4 SPU Olahraga Skala Kota 40-60 20-30 0,4-2,4
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2019

6.8.2. Ketentuan Tata Bangunan


Ketentuan tata bangunan adalah ketentuan yang mengatur bentuk,
besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona. Salah satu
komponen dalam tata bangunan adalah penetapan GSB (Garis Sempadan
Bangunan).
1. Garis Sempadan Bangunan
Garis sempadan bangunan merupakan street line set back yang berarti
jarak bangunan terhadap as jalan, dimana garis ini sangat penting dalam
mengatur tingkat keteraturan kedudukan massa bangunan pada jalan-jalan
di kawasan perkotaan, di samping itu kedudukan ini juga melindungi
kepentingan pemakai jalan agar mempunyai pandangan yang luas sewaktu
mengendarai kendaraan bermotor.
Garis sempadan bangunan direncanakan untuk menunjang terciptanya
konsep tata letak bangunan dan ruang terbuka yang telah direncanakan,
agar tercapai tatanan bangunan yang teratur, serasi dan membentuk
estetika ruang terbuka lebih bernilai indah.
Garis sempadan bangunan adalah lebar ruang bebas bangunan yang
ANALISIS PERATURAN ZONASI

dihitung dari batas dinding bangunan terluar hingga batas pinggir daerah
milik jalan, dari jalan yang ada di depan, di belakang dan di samping
bangunan. Maksud perencanaan sempadan bangunan ini adalah untuk
pengaturan ruang terbuka antara jalan dengan bangunan, bangunan
dengan bangunan, untuk sirkulasi penghuni, ventilasi cahaya matahari atau

Buku
Fakta & Analisa VI-55
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

kemungkinan gangguan/bahaya kebakaran. Garis Sempadan Bangunan


terdiri dari :
a. Sempadan Muka Bangunan yang berbatasan dengan jalan.
b. Sempadan belakang, berbatasan dengan jalan atau bangunan di
belakangnya.
c. Sempadan samping, berbatasan dengan jalan atau bangunan di
sampingnya.
d. Sempadan pagar, garis dimana harus dipasang bagian luar dari pagar-
pagar persil atau pagar-pagar pekarangan.
Penentuan garis sempadan bangunan dilakukan berdasarkan jalan (lebar
jalan) dan ketinggian bangunan yang dipersyaratkan dimana penempatan
Garis Sempadan Bangunan (GSB) berkaitan dengan lebar jalan (daerah
milik jalan/damija atau Right of Ways/RoW). Berdasarkan Peraturan
Bangunan Nasional (DPMB) yang dikeluarkan Dirjen Cipta Karya
Departemen PU secara umum perhitungan penentuan Garis Sempadan
Bangunan adalah :
𝟏
𝑮𝑺𝑩 = ×𝑳+𝟏
𝟐
Keterangan : L = Lebar Jalan (Meter)
GSB = Garis Sempadan Bangunan (Meter)
A. Sempadan Muka Bangunan yang berbatasan dengan jalan
Penentuan garis sempadan bangunan untuk mewujudkan keteraturan
bangunan, memperkecil resiko penjalaran kebakaran, memperlancar aliran
udara segar dan pengaturan cahaya matahari. Garis Sempadan Bangunan
disesuaikan dengan peruntukan lahannya. Garis Sempadan Bangunan
ditentukan berdasarkan kebijaksanaan sebagai berikut:
1. Jarak garis sempadan bangunan dikaitkan dengan garis sempadan
jalan (daerah milik jalan) yang direncanakan.
2. Garis sempadan bangunan dipertimbangkan terhadap bidang terluar
bangunan yang saat ini ada di tiap unit lingkungan/blok peruntukan.
3. Penentuan garis sempadan bangunan dikaitkan dengan ketinggian
ANALISIS PERATURAN ZONASI

bangunan yang dapat dibangun di atas suatu persil.


GSB terhadap ruas jalan di BWP Paciran adalah garis Sempadan muka
bangunan dan sempadan samping yang menghadap jalan ditetapkan ½ dari
daerah milik jalan (Damija) ditambah 1 (satu) meter.
B. Sempadan Samping

Buku
Fakta & Analisa VI-56
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Garis Sempadan samping bangunan berjarak minimum 1 meter dari dinding


bangunan.
C. Sempadan Belakang Bangunan
Merupakan Jarak antara bangunan gedung yang, apabila tidak ditentukan
memiliki jarak minimal setengah dari tinggi bangunan gedung. Ketentuan
besarnya jarak bebas bangunan gedung dapat diperbaharui dengan
pertimbangan keselamatan, kesehatan, perkembangan daerah,
kepentingan umum, keserasian dengan lingkungan. Garis sempadan
belakang bangunan berjarak minimum 1,5 meter dari dinding bangunan.
D. Sempadan Pagar
Garis sempadan pagar bagi semua peruntukan lahan minimal adalah 3
meter.

Penentuan garis sempadan bangunan dengan disesuaikan pada PP No.38


Tahun 2004, maka dapat ditetapkan GSB pada masing-masing hierarki
jalan adalah sebagai berikut:
• Jalan Arteri Primer
Nilai Garis Sepadan Jalan (GSJ) pada fungsi jalan arteri Primer adalah 20.5
m dihitung dari as jalan dan nilai Garis Sepadan Bangunan (GSB) sebesar
8 m dari pagar ke teritis bangunan atau 8.5 m dari pagar ke tembok
bangunan.
• Jalan Kolektor Primer
Nilai Garis Sepadan Jalan (GSJ) pada fungsi jalan arteri primer adalah 19.5
m dihitung dari as jalan dan nilai Garis Sepadan Bangunan (GSB) sebesar
7 m dari pagar ke teritis bangunan atau 7.5 m dari pagar ke tembok
bangunan.
• Jalan Lokal Primer
Nilai Garis Sepadan Jalan (GSJ) pada fungsi jalan lokal Primer adalah 11.5
m dihitung dari as jalan dan nilai Garis Sepadan Bangunan (GSB) sebesar
4 m dari pagar ke teritis bangunan atau 4.5 m dari pagar ke tembok
ANALISIS PERATURAN ZONASI

bangunan.
• Jalan Lingkungan
Nilai Garis Sepadan Jalan (GSJ) pada fungsi jalan lingkungan adalah 7.75
m dihitung dari as jalan dan nilai Garis Sepadan Bangunan (GSB) sebesar

Buku
Fakta & Analisa VI-57
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

2.25 m dari pagar ke teritis bangunan atau 3 m dari pagar ke tembok


bangunan.

Tabel 6.15. Matrik Ruang Jalan Dan Garis Sempadan (Sesuai dengan UU No. 38
Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang
Jalan)
Garis Sempadan Jalan (m)
Bagunan Diukur Dari AS Jalan
No Fungsi Jalan Pagar
(dari pagar
(dari as Jalan/m) Ruwasja
ke teritis)
1 Arteri Primer
Permukiman 12.5 8 20.5
Pendidikan 12.5 8 20.5
Perdagangan 12.5 8 20.5
Industri 14 8 22
2 Kolektor Primer
Permukiman 12.5 7 19.5
Pendidikan 12.5 7 19.5
Perdagangan 12.5 7 19.5
Industri 14 8 22
3 Lokal Primer
Permukiman 7.5 4 11.5
Pendidikan 7.5 4 11.5
Perdagangan 7.5 4 11.5
Industri 7.5 5 12.5
4 Lingkungan
Permukiman 5,5 2,25 7,75
Perdagangan 5,5 2,25 7,75
Pendidikan 5,5 2,25 7,75
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2019

Arahan garis sempadan samping bangunan, sebagai berikut :


→ Persil yang lebarnya 10 meter ke bawah, tidak dikenakan garis sempadan
samping bangunan, tetapi harus mengikuti ketentuan KDB.
→ Persil yang lebarnya 11 – 20 meter, dikenakan garis sempadan samping
bangunan pada salah satu sisinya. Ketentuannya adalah sebagai berikut :
a. Untuk bangunan toko dan perkantoran, sekurang-kurangnya 3 meter untuk
bangunan tanpa loteng dan 4 meter untuk bangunan dengan loteng.
Penjabarannya adalah :
 Pada bangunan dengan ketinggian 1-2 lantai, sekurang-kurangnya 3
ANALISIS PERATURAN ZONASI

meter.
 Pada bangunan 3 lantai, sekurang-kurangnya 4 meter.
b. Untuk bangunan jasa komersial/hiburan, sekurang-kurangnya 5 meter
untuk bangunan tanpa loteng dan 6 meter untuk bangunan dengan loteng.
Penjabarannya adalah :

Buku
Fakta & Analisa VI-58
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

 Pada bangunan 1-2 lantai, sekurang-kurangnya 5 meter.


 Pada bangunan 3-4 lantai, sekurang-kurangnya 6 meter.
c. Untuk bangunan umum dan bangunan sosial, sekurang-kurangnya 5 meter
untuk bangunan tanpa loteng dan 6 meter untuk bangunan dengan loteng.
Penjabarannya adalah :
 Pada bangunan 1-2 lantai, sekurang-kurangnya 5 meter.
 Pada bangunan 3-4 lantai, sekurang-kurangnya 6 meter.
→ Persil yang lebarnya >20 meter, dikenakan garis sempadan samping
bangunan pada kedua sisinya. Ketentuannya adalah sebagai berikut:
a. Untuk bangunan toko dan perkantoran, sekurang-kurangnya 3 meter untuk
bangunan tanpa loteng dan 4 meter untuk bangunan dengan loteng.
Penjabarannya adalah :
 Pada bangunan dengan ketinggian 1-2 lantai, sekurang-kurangnya 3
meter.
 Pada bangunan 3 lantai, sekurang-kurangnya 4 meter.
b. Untuk bangunan jasa komersial/hiburan, sekurang-kurangnya 5 meter
untuk bangunan tanpa loteng dan 6 meter untuk bangunan dengan loteng.
Penjabarannya adalah :
 Pada bangunan 1-2 lantai, sekurang-kurangnya 5 meter.
 Pada bangunan 3-4 lantai, sekurang-kurangnya 6 meter.
c. Untuk bangunan umum dan bangunan sosial, sekurang-kurangnya 5 meter
untuk bangunan tanpa loteng dan 6 meter untuk bangunan dengan loteng.
Penjabarannya adalah :
 Pada bangunan 1-2 lantai, sekurang-kurangnya 5 meter.
 Pada bangunan 3-4 lantai, sekurang-kurangnya 6 meter.
→ Persil perumahan, dikenakan garis sempadan samping bangunan
sebagaimana ketentuan sesuai RDTRK, yaitu sekurang-kurangnya 1,5 meter
untuk bangunan tanpa loteng dan 2 meter untuk bangunan dengan loteng.
Sedangkan pada persil yang penguasaan tanahnya telah menembus
sampai ke jalan lingkungan di belakangnya, tidak dikenakan garis sempadan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

belakang bangunan, melainkan dikenakan garis sempadan bangunan untuk jalan


lingkungan di belakangnya. Garis sempadan belakang bangunan dikenakan pada
persil yang panjangnya lebih dari 20 meter, yang bagian belakangnya berbatasan
dengan persil lain. Ketentuannya adalah sebagai berikut :

Buku
Fakta & Analisa VI-59
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

❖ Untuk bangunan toko dan perkantoran, sekurang-kurangnya 3 meter untuk


bangunan tanpa loteng dan 4 meter untuk bangunan dengan loteng.
Penjabarannya adalah :
- Pada bangunan dengan ketinggian 1-2 lantai, sekurang-kurangnya 3
meter.
- Pada bangunan 3 lantai, sekurang-kurangnya 4 meter.
❖ Untuk bangunan jasa komersial/hiburan, sekurang-kurangnya 5 meter untuk
bangunan tanpa loteng dan 6 meter untuk bangunan dengan loteng.
Penjabarannya adalah :
- Pada bangunan 1-2 lantai, sekurang-kurangnya 5 meter.
- Pada bangunan 3-4 lantai, sekurang-kurangnya 6 meter.
❖ Untuk bangunan umum dan bangunan sosial, sekurang-kurangnya 5 meter
untuk bangunan tanpa loteng dan 6 meter untuk bangunan dengan loteng.
Penjabarannya adalah :
- Pada bangunan 1-2 lantai, sekurang-kurangnya 5 meter.
- Pada bangunan 3-4 lantai, sekurang-kurangnya 6 meter.
❖ Untuk perumahan kampung, sekurang-kurangnya 1,5 meter untuk bangunan
tanpa loteng dan 2 meter untuk bangunan dengan loteng

Tabel 6.16. Ketentuan Penataan Bangunan


KODE SUB TB Garis Sempadan (m)
NO ZONA SUB ZONA
ZONA (lantai) Depan Samping Belakang

1 Kawasan Lindung

Zona Ekosistem Mangrove EM Ekosistem Mangrove 0 - - -


Zona Sekitar Mata Air MA Sekitar Mata Air 0 - - -
Zona Lindung Geologi LGE-2 Keunikan Bentang Alam 0 - - -
Zona RTH Kota RTH-1 Rimba kota <4 • Arteri Primer 3 1
: 20,5
RTH-2 Taman Kota <4 • Arteri 3 1
Sekunder :
RTH-3 Taman Kecamatan <4 3 1
20,5
RTH-4 Taman Kelurahan <4 • Kolektor 3 1
Primer : 19,5
RTH-5 Taman RW <4 • Lokal Primer 3 1
: 10,75
• Lingkungan
RTH-7 Pemakaman <4 3 1
Primer : 7,75
ANALISIS PERATURAN ZONASI

• Lainnya : 3
Zona Sempadan Pantai SP Sempadan Pantai 0 - - -
Zona Sempadan Sungai SS Sempadan Sungai 0 - - -
2 Kawasan Budidaya
Zona Hutan Produksi HP-2 Hutan Produksi Tetap 0 - - -

Zona Campuran C-1 Perumahan dan Perdagangan/Jasa <4 3 1

Buku
Fakta & Analisa VI-60
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

KODE SUB TB Garis Sempadan (m)


NO ZONA SUB ZONA
ZONA (lantai) Depan Samping Belakang
Zona Industri KI Kawasan Industri <4 • Arteri Primer 5 5
: 20,5
• Arteri
Sekunder :
20,5
• Kolektor
SIKM Sentra Industri Skala Menengah <4 Primer : 19,5 3 1
• Lokal Primer
: 10,75
• Lingkungan
Primer : 7,75
Lainnya : 3
Zona Pembangkitan Listrik PTL Pembangkit Listrik 0 - - -
Zona Pariwisata W-1 Wisata Alam <4 5 3
W-2 Wisata Buatan <4 5 3
• Arteri Primer
W-3 Wisata Budaya <4 : 20,5 5 3
• Arteri
Zona Perdagangan dan Jasa K-1 Perdagangan dan Jasa Skala Kota <4 Sekunder : 5 3
K-2 Perdagangan dan Jasa Skala BWP <4 20,5 5 3
• Kolektor
Perdagangan dan Jasa Skala Sub Primer : 19,5
K-3 <4 3 1
BWP
• Lokal Primer
Zona Perikanan IK-2 Perikanan Budidaya <4 : 10,75 3 1
• Lingkungan
Zona Perkantoran KT Perkantoran <4 3 1
Primer : 7,75
Zona Transportasi TR Transportasi <4 Lainnya : 3 5 3
Zona Pertahanan dan
HK Pertahanan dan Keamanan <4 3 1
Keamanan
Zona Pertanian P-2 Pertanian Tanaman Pangan 0 - - -
P-3 Pertanian Hortikultura 0 - - -
P-4 Peternakan <4 3 1
Zona Perumahan R-2 Rumah Kepadatan Tinggi <4 3 1
R-3 Rumah Kepadatan Sedang <4 3 1
R-4 Rumah Kepadatan Rendah <4 3 1
Zona Sarana Pelayanan
SPU-1.3 SPU Kesehatan Skala Kota <4 5 3
Umum
SPU-2.3 SPU Kesehatan Skala Kecamatan <4 • Arteri Primer 5 3
: 20,5
SPU-3.3 SPU Kesehatan Skala Kelurahan <4 • Arteri 3 1
SPU-1.1 SPU Pendidikan Skala Kota <4 Sekunder : 5 3
20,5
SPU-2.1 SPU Pendidikan Skala Kecamatan <4 • Kolektor 3 1
Primer : 19,5
SPU-3.1 SPU Pendidikan Skala Kelurahan <4 • Lokal Primer 3 1
SPU-4.1 SPU Pendidikan Skala RW <4 : 10,75 5 3
• Lingkungan
SPU-2.5 SPU Peribadatan Skala Kecamatan <4 Primer : 7,75 3 1
SPU-3.5 SPU Peribadatan Skala Kelurahan <4 Lainnya : 3 3 1
SPU-4.5 SPU Peribadatan Skala RW <4 3 1
ANALISIS PERATURAN ZONASI

SPU-1.2 SPU Transportasi Skala Kota <4 5 3


SPU-3.2 SPU Transportasi Skala Kelurahan <4 3 1
SPU-3.6 SPU Sosial budaya Skala Kelurahan <4 3 1
SPU-1.4 SPU Olahraga Skala Kota <4 5 3
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2019

Buku
Fakta & Analisa VI-61
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

2. Jarak Bebas Bangunan


Perkembangan Jarak bebas bangunan ialah jarak minimum yang
diperkenankan dari bidang terluar suatu massa bangunan ke :
• Garis sempadan jalan
• Antar massa-massa bangunan
• Pagar/batas lahan yang dikuasai dan atau
• Rencana saluran, jaringan tegangan listrik , telepon dan sebagainya.
Adapun jarak bebas adalah sebagai berikut :
𝑛
(𝑌)𝑛 = (3,50 + ) 𝑚
2
Keterangan : n = jumlah lapis (tinggi bangunan)
Y = jarak bebas

Jarak bebas adalah jarak minimum ini berlaku pada bangunan beratap. Yang
dimaksud dinding terluar adalah dinding kayu, tembok maupun kaca, bidang-
bidang penangkal sinar matahari, permukaan kolom/balok-balok dan tepi balkon.
Tinjauan terhadap jarak bebas bangunan meliputi (1) jarak muka bangunan, (2)
jarak samping bangunan, dan (3) jarak belakang bangunan. Pertimbangan dasar
pengaturan jarak bebas bangunan adalah segi keamanan, pengaturan ruang
penginapan dan pengaturan skala tata masa bangunan yaitu menjaga field of
vision.
Bila pada kawasan ini terjadi revitalisasi atau adanya pembangunan baru, maka
dalam perencanaan tata bangunan selanjutnya perlu memperhatikan ketentuan
jarak bebas bangunan, antara lain :
• Jarak Yang Diperkenankan Antara Dinding Terbuka Bangunan Yang
Berhadapan Harus Lebih Dari Pada Jarak Antara Dinding Setengah
Terbuka Atau Tertutup.
• Karena Ketinggian Bangunan Yang Berbeda-Beda, Maka Jarak Muka
Bangunan Harus Sama Dengan Jarak Antara Gsb (Garis Sempadan
Bangunan) Dan Gsp (Garis Sempadan Pagar).

ANALISIS PERATURAN ZONASI

Biasanya Garis Sempadan Tidak Berlaku Bagi Bangunan Yang Lebih Dari
3 Lantai Karena Untuk Mempertahankan Skala Ruang Bangunan Harus
Lebih Mundur Dari Pada Rata-Rata Batas Sempadan Jalan. Oleh Karena
Itu, Garis Muka Bangunan Adalah Jarak Antara Sudut Yang Dibentuk Oleh

Buku
Fakta & Analisa VI-62
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Orang Yang Berdiri Pada As Jalan (Garis Tengah Jalan) Dengan Lantai
Dan Dinding Atas Bangunan Sebesar 60.
Jarak bebas bangunan dalam suatu perpetakan :
a. Untuk bangunan dimana keduanya mempunyai jendela/bidang terbuka,
maka jarak minimum bidang-bidang terluar tersebut adalah 2 x jarak bebas
yang ditentukan.
b. Untuk bangunan dimana salah satu merupakan dinding tertutup dan
lainnya mempunyai jendela/bidang terbuka, maka jarak minimum bidang-
bidang terluar tersebut adalah 1 x jarak bebas yang ditentukan.
c. Untuk bangunan dimana kedua-duanya merupakan dinding tertutup, maka
jarak minimum bidang-bidang terluar tersebut adalah 0,5 x jarak bebas
yang ditentukan.
d. Jika ketinggian bangunan tidak sama, maka perhitungan jarak minimum
bidang terluar dilakukan dengan cara sebagai berikut :
• Untuk bangunan dimana keduanya mempunyai jendela (bidang
terbuka), maka jarak minimum bidang-bidang terluar tersebut adalah
(4,00 + 5,00) meter.
• Untuk bangunan dimana salah satu merupakan dinding tertutup dan
lainnya mempunyai jendela/bidang terbuka, maka jarak minimum
bidang-bidang terbuka luar tersebut adalah 0,5 x (4,00 + 5,00) meter.
• Untuk bangunan dimana kedua-duanya merupakan dinding tertutup,
maka jarak minimum bidang terluar adalah 4,00 meter.
A. Jarak Bebas antar Massa Bangunan dalam Tapak
1. Apabila kedua massa bangunan mempunyai dinding berjendela/
transparan, maka jara bebas minimum = YA + YB
2. Apabila salah satu massa bangunan berdinding masif / tanpa jendela
dan massa bangunan lainnya berdinding transparan, maka jarak
bebas minimum = 0,5 YA + YB
3. Apabila kedua massa berdinding masif, maka jarak bebas = 0,5 YA +
0,5 YB
ANALISIS PERATURAN ZONASI

4. Apabila nilai jarak GSB-GSJ kurang dari Y, maka untuk :


• Ketinggian bangunan 4 (empat) lapis : jarak bebas minimum
bidang terluar massa bangunan dengan GSJ = Yn.
• Ketinggian bangunan 4 (empat) lapis : jarak bebas minimum
bidang massa terluar bangunan dengan GSJ = nilai GSB.

Buku
Fakta & Analisa VI-63
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

5. Apabila dari denah lantai dasar suatu massa bangunan sampai


dengan denah lantai tertinggi membentuk bidang vertikal (yang lurus),
maka jarak bebas minimum diberi reduksi sebesar 10% dari
ketentuannya.
6. Apabila suatu massa bangunan denahnya membentuk hurup U dan
atau huruf H (dengan lekukan), bila kedalaman lekukan melebihi Y,
maka massa bangunan tersebut dianggap dua massa bangunan dan
antara kedua massa tersebut lebar minimum lekukan = Y.
7. Jarak bebas antara massa bangunan dengan pagar, diatur sebagai
berikut :
• Jarak bebas = Y / 2 ; bila dindingnya masif dan peruntukkan lahan
di sebelahnya bukan perumahan.
• Jarak bebas = Y ; bila persyaratan di atas tidak dapat dipenuhi.
• Jarak bebas = Y / 2 ; bila sudut bangunan membentuk sudut
minimum 30º dengan bidang pagar dan peruntukkan di
sebelahnya bukan perumahan, dinding bangunan diperkenankan
tidak masif.
8. Jarak bebas antara massa bangunan dengan jaringan tegangan tinggi
listrik, jarak bebas minimum dibahas pada sub bab selanjutnya.
B. Jarak Bebas pada Intensitas Bangunan Rendah/Renggang
Pada intensitas bangunan rendah/renggang, maka jarak bebas samping
dan belakang bangunan harus memenuhi persyaratan :
1. Jarak bebas samping dan jarak bebas belakang minimum 4 m pada
lantai dasar, dan pada setiap penambahan lantai/tingkat bangunan,
jarak bebas di atasnya ditambah 0,50 m dari jarak bebas lantai di
bawahnya sampai mencapai jarak bebas terjauh 12,5 m kecuali untuk
bangunan rumah tinggal, sedangkan untuk bangunan gudang serta
industri dapat diatur tersendiri.
2. Sisi bangunan yang didirikan harus mempunyai jarak bebas yang tidak
dibangun pada kedua sisi samping kiri dan kanan serta bagian
ANALISIS PERATURAN ZONASI

belakang yang berbatasan dengan pekarangan.


C. Jarak Lantai ke Lantai Bangunan
1. Jarak vertikal dari permukaan lantai dasar (atau disebut lantai ke-1) ke
permukaan lantai 2 maksimum 10 meter.
2. Jarak vertikal lantai-lantai selanjutnya maksimum 5 lantai.

Buku
Fakta & Analisa VI-64
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

D. Pembangunan sampai Batas-Batas Persil


1. Dalam lingkungan-lingkungan bangunan kelas V (bangunan
pertokoan) dalam cara bangunan rapat pendirian bangunan sampai
kepada batas-batas persil samping harus dimulai dari garis sempadan
muka bangunan sampai sekurang-kurangnya sejauh 2 meter dari
bagian belakangnya, dan diperkenankan paling jauh sampai kepada
batas garis sempadan belakang bangunan.
2. Untuk bangunan-bangunan kelas I (rumah tinggal biasa) dan kelas II
(rumah tinggal luar biasa) diperbolehkan mendirikan bangunan sampai
kepada batas persil di belakang garis sempadan muka bangunan,
kedalamnya maksimum sama dengan separuhnya dari batas persil
yang ada di belakang garis sempadan muka bangunan, dengan
pengertian bangunan konstruksi type 5 (konstruksi kayu) pada batas
persil terdiri dari konstruksi dinding tahan api.
3. Induk rumah gandengan yang berpasang-pasangan diperkenankan
ada dalam lingkungan bangunan renggang dengan pengertian
bangunan konstruksi type 5 (konstruksi kayu) harus cukup tahan
kebakaran.
4. Pemberian pembebasan dari ukuran 2 meter yang tersebut dalam butir
(1) dimungkinkan, asal pekarangannya ditutup dengan cara yang
serasi dari jalan raya dan demikian juga dari ukuran separuhnya.
5. Begitu pula dalam hal-hal luar biasa untuk mendirikan pompa-pompa
bensin beserta kios-kios turutannya, dapat diberikan pembebasan dari
kewajiban untuk mendirikan bangunan sampai kepada batas-batas
persil samping.
E. Jarak dari Bangunan sampai Kepada Batas Persil dan Jarak antar
Bangunan
1. Apabila tidak didirikan bangunan sampai kepada batas persil, maka
jarak antara sesuatu bangunan dan batas persil itu dan jarak dari
bangunan-bangunan atau sesuatu induk rumah beserta turutannya
ANALISIS PERATURAN ZONASI

yang berada di atas suatu persil harus mempunyai jarak sekurang-


kurangnya 2 m.
2. Jarak antara bangunan-bangunan yang ada di atas sesuatu persil dan
jarak antara sesuatu induk bangunan dan batas persil samping itu,
satu sama lain sepanjang menurut Peraturan Kabupaten/Kota tidak

Buku
Fakta & Analisa VI-65
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

boleh didirikan bangunan sampai pada batas persil dalam cara


bangunan renggang tidak boleh kurang dari separuhnya tinggi
bangunan. Jarak-jarak yang dimestikan itu dikurangi dengan 1 m,
apabila persil itu berbatasan pada sesuatu jalur jaringan umum kota.
3. Pada pendirian bangunan kelas I (rumah tinggal biasa) menurut
konstruksi bukan tipe 5 (konstruksi kayu) bangunan-bangunan turutan
dan bagian-bagian dari induk bangunan yang menjalur ke belakang
dari induk bangunan itu dapat didirikan sampai dengan panjang
keseluruhan sesuai dengan separuhnya dari jarak antara tampak
muka bangunan dan tampak belakang bangunan dengan maksimum
6 m dengan tidak mengindahkan jalur tanah kosong yang tersebut
dalam butir (2) terhadap bagian dari bangunan itu.
4. Jarak-jarak dari dinding bilik atau bahan-bahan semacam itu yang
mudah terbakar harus sekurang-kurangnya :
• Sampai kepada dinding semacam itu dari sesuatu rumah
turutannya dan sampai kepada batas-batas persil – 2,5 m ;
• Sampai kepada dinding semacam itu dari bangunan lainnya – 5
m.
5. Apabila untuk dinding itu sebagian dipergunakan bilik dan bahan-
bahan semacam itu yang mudah terbakar dan untuk sebagian lagi
bahan-bahan ramuan tahan api, maka penetapan syarat-syarat lebih
lanjut mengenai jarak-jarak yang harus diadakan harus mengikuti
peraturan yang berlaku.
F. Sambungan Persil dengan Jalan
1. Pada pendirian bangunan di jalan-jalan yang garis sempadan
pagarnya berimpit dengan garis sempadan muka bangunannya, maka
persil itu harus disamping pada jalan kendaraan, oleh suatu trotoar
yang ukuran-ukuran, tinggi dan konstruksinya dinyatakan oleh
peraturan yang berlaku.
2. Setiap bangunan yang terpisah dari jalan oleh suatu halaman muka,
ANALISIS PERATURAN ZONASI

harus dapat dimasuki dari jalan itu dengan melalui suatu jalan untuk
orang atau jalan masuk kendaraan.
3. Begitu juga penetapan aturan-aturan yang lebih lanjut mengenai
macam, letak, jumlah, ukuran-ukuran dan konstruksi dari
perlengkapan masuk pekarangan dengan urung-urung yang harus

Buku
Fakta & Analisa VI-66
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

dibuat di bawahnya dan sebagainya itu, harus dilakukan sesuai


dengan peraturan yang berlaku.

3. Garis Sempadan Sungai


Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk
sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Perlindungan
terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi fungsi sungai dari
kegiatan budidaya yang dapat mengganggu dan merusak kondisi sungai
dan mengamankan aliran sungai.
Sebagai acuan dalam pengaturan sempadan sungai digunakan adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai, ditetapkan
garis sempadan sungai yang dibagi untuk daerah perkotaan dan luar
perkotaan sebagai berikut.

Tabel 6.17. Garis Sempadan Sungai


No Jenis Sungai Sempadan (m) Keterangan
A Sungai Bertanggul di luar Perkotaan
1 Sungai Besar 10 Dari sisi luar kaki tanggul
2 Sungai Kecil 3 Dari sisi luar kaki tanggul
B Sungai Bertanggul di dalam Perkotaan
1 Sungai Besar 5 Dari sisi luar kaki tanggul
2 Sungai Kecil 3 Dari sisi luar kaki tanggul
C Sungai Tidak Bertanggul di luar Perkotaan
Dilakukan ruas per ruas dengan
Sungai Besar dengan luas
mempertimbangkan luas daerah
1 DAS lebih besar dari 500 100
tangkapan yang bersangkutan serta
Km2
dihitung dari tepi sungai
Dilakukan ruas per ruas dengan
Sungai Kecil dengan luas
mempertimbangkan luas daerah
2 DAS kurang atau sama 50
tangkapan yang bersangkutan serta
dengan 500 Km2
dihitung dari tepi sungai
D Sungai Tidak Bertanggul di dalam Perkotaan
Sungai dengan kedalaman Dihitung pada tepi sugai pada waktu
1 10
<3m yang ditetapkan
Sungai dengan kedalaman Dihitung pada tepi sugai pada waktu
2 15
3 – 20 m yang ditetapkan
Sungai dengan kedalaman Dihitung pada tepi sugai pada waktu
3 30
> 20 m yang ditetapkan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

Sumber : Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai

Buku
Fakta & Analisa VI-67
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Gambar 6.1. Garis Sempadan Sungai Tidak Bertanggul Dengan Bantaran

Gambar 6.2. Garis Sempadan Sungai Tidak Bertanggul Tanpa Bantaran


ANALISIS PERATURAN ZONASI

Gambar 6.3. Garis Sempadan Sungai Bertanggul Dengan Bantaran

Buku
Fakta & Analisa VI-68
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Gambar 6.4. Garis Sempadan Sungai Bertanggul Tanpa Bantaran

Pengembangan jalur hijau di sepanjang daerah aliran sungai berfungsi


sebagai pengaman aliran sungai dari kemungkinan intervensi
perkembangan. Pengembangan ruang terbuka hijau daerah aliran sungai
berupa :
a. Penghijauan seluruh lebar jalur pengaman sungai sebagai daerah
hijau pada tepi sungai yang tidak bertanggul.
b. Penanaman jenis pohon pelindung ditujukan sebagai penahan erosi
baik berupa tanaman produktif maupun non produktif.
c. selebar tajuk pohon.

4. Garis Sempadan Pantai


Garis sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai yang
lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100
(seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Garis batas ini
adalah bagian dari usaha pengamanan pantai yang dimaksudkan untuk
melindungi masyarakat dari bahaya gelombang pasang tinggi (rob), abrasi,
menjamin adanya fasilitas social dan umum di sekitar pantai, menjaga
pantai dari pencemaran, serta pendangkalan muara sungai
ANALISIS PERATURAN ZONASI

Kawasan sempadan pantai merupakan daratan sepanjang tepian yang


lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai. Lebar
sempadan pantai dihitung dari titik pasang tertinggi, bervariasi sesuai
dengan fungsi/aktifitas yang berada di pinggirannya, yaitu :
1) Kawasan Permukiman, terdiri dari 2 (dua) tipe :

Buku
Fakta & Analisa VI-69
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

• Bentuk pantai landai dengan gelombang < 2 meter, lebar sempadan


30 – 75 meter.
• Bentuk pantai landai dengan gelombang > 2 meter, lebar sempadan
50 – 100 meter.
2) Kawasan Non Permukiman, terdiri dari 4 (empat) tipe :
• Bentuk pantai landai dengan gelombang < 2 meter, lebar sempadan
100 – 200 meter.
• Bentuk pantai landai dengan gelombang > 2 meter, lebar sempadan
150 – 250 meter.
• Bentuk pantai curam dengan gelombang < 2 meter, lebar sempadan
200 – 250 meter.
• Bentuk pantai curam dengan gelombang > 2 meter, lebar sempadan
250 – 300 meter.
Pengelolaan pada kawasan sempadan pantai antara lain dapat dilakukan
dengan beberapa hal, antara lain:
1) Sosialisasi rencana pengelolaan kawasan sempadan pantai kepada
seluruh masyarakat yang bermukim di sekitar pantai dan kepada
seluruh stakeholders pembangunan terkait;
2) Penanaman tanaman bakau di pantai yang landai dan berlumpur atau
tanaman keras pada pantai yang terjal/bertebing curam;
3) Mencegah munculnya kegiatan budidaya di sepanjang pantai yang
dapat mengganggu atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar
pantai.
Pada beberapa kawasan sempadan pantai terdapat kawasan budidaya
yang berkembang, namun dalam perkembangannya nantinya harus tetap
dibatasi. Pengembangan kegiatan budidaya di sempadan pantai yang
diperbolehkan antara lain :
1) Kegiatan budidaya yang dikembangkan harus disesuaikan dengan
karakteristik setempat dan tidak menimbulkan dampak negatif;
2) Pengembangan kegiatan budidaya di sempadan pantai harus disertai
ANALISIS PERATURAN ZONASI

dengan kegiatan pengawasan pemanfaatan ruang terhadap kegiatan


seperti eksploitasi sumberdaya tambang, pemasangan papan reklame,
papan penyuluhan dan peringatan;

Buku
Fakta & Analisa VI-70
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

3) Pengembangan kegiatan budidaya di sempadan pantai harus disertai


dengan kegiatan penertiban pemanfaatan ruang. Kegiatan budidaya
yang berdampak negatif terhadap fungsi pantai antara lain :
• Pembuangan limbah padat ke pantai;
• Pembuangan limbah cair tanpa pengolahan ke pantai;
• Budidaya pertanian tanpa pengolahan tanah secara intensif
• Pembangunan tempat hunian atau tempat usaha tanpa Ijin
Mendirikan Bangunan (IMB)

Tabel 6.18. Kriteria Penetapan Lebar Sempadan Pantai


Lebar
No Jenis Aktivitas Bentuk Pantai Kondisi Fisik Pantai Sempadan
(meter)
1 Kawasan landai dengan stabil dengan
Permukiman gelombang < 2 m pengendapan 30
stabil tanpa
pengendapan 50
labil dengan
pengendapan 50
labil tanpa pengendapan 75
landai dengan stabil dengan
gelombang > 2 m pengendapan 50
stabil tanpa
pengendapan 75
labil dengan
pengendapan 75
labil tanpa pengendapan 100
2 Kawasan Non landai dengan stabil dengan
Permukiman gelombang < 2 m pengendapan 100
stabil tanpa
pengendapan 150
labil dengan
pengendapan 150
labil tanpa pengendapan 200
landai dengan stabil dengan
gelombang > 2 m pengendapan 150
stabil tanpa
pengendapan 200
labil dengan
pengendapan 200
labil tanpa pengendapan 250
curam dengan stabil 200
ANALISIS PERATURAN ZONASI

gelombang < 2 m
labil 250
curam dengan stabil 250
gelombang > 2 m
labil 300
Keterangan :
Kawasan permukiman = kawasan perumahan
Kawasan non permukiman = kawasan industri, kawasan perdagangan & jasa, kawasan
pariwisata, kawasan pelabuhan.

Buku
Fakta & Analisa VI-71
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

6.9. Analisis Kewenangan Dalam Perencanaan, Pemanfaatan Ruang


Dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

6.9.1. Kewenangan Organisai Perangkat Daerah Bidang Perencanaan


Dalam proses penyusunan Rencana Detail Tata Ruang perlu dianalisis juga
kewenangan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang ditinjau dari tugas
pokok dan fungsi nya, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
pelaksana/penanggung jawab program yang dicanangkan dalam Rencana
Detail Tata Ruang. Berikut adalah kewenangan dalam perencanaan BWP
Paciran, Kabupaten Lamongan:

Tabel 6.19. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten
Lamongan
Organisasi
No Tugas Pokok Fungsi
Perangkat Daerah
• Penyelenggaraan penelitian dibidang
pemerintahan pembangunan dan
kemasyarakatan, dalam rangka
pengembangan pembangunan secara
umum.
• Penyusunan Pola Dasar Pembangunan
Daerah.
• Penyusunan REPELITA daerah
• Penyusunan Program Tahunan Daerah
Penyelenggaraan • Pelaksanaan kerjasama penelitian dan
Pemerintahan Daerah perencanaan pembangunan daerah
1 Bappeda dibidang penelitian dan dengan lembaga perguruan tinggi dan
perencanaan lembaga lain baik pemerintah maupun
pembangunan daerah swasta.
• Pengkoordinasian, perumusan dan
penyusunan anggaran pendapatan dan
belanja daerah.
• Pemantauan dan evaluasi, penelitian
dan perencanaan pembangunan
daerah.
• Penyelenggaraan tugas pembantuan.
• Pengelolaan kesekretariatan dan
urusan rumah tangga BAPPEDA
• penyusunan perencanaan Bidang
Perumahan Rakyat dan Permukiman;
• pelaksanaan pelayanan umum Bidang
Merumuskan teknis dan Perumahan Rakyat dan Permukiman;
strategis, melaksanakan • pelaksanaan Norma, Standar,
urusan pemerintahan dan Prosedur, dan Kriteria (NSPK) dan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

Dinas Perumahan
pelayanan umum, Standar Pelayanan Minimal (SPM)
2 Rakyat dan Kawasan
pembinaan dan urusan pemerintahan di bidang
Permukiman
pelaksanaan tugas di perumahan rakyat dan permukiman;
bidang perumahan rakyat • pelaksanaan kebijakan di bidang
dan permukiman perumahan rakyat dan permukiman;
• pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di
bidang perumahan rakyat dan
permukiman;

Buku
Fakta & Analisa VI-72
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Organisasi
No Tugas Pokok Fungsi
Perangkat Daerah
• pelaksanaan administrasi dinas di
bidang perumahan rakyat dan
permukiman; dan
• pelaksanaan fungsi lain yang diberikan
oleh Bupati terkait dengan tugas dan
fungsinya
• Perumusan kebijakan teknis bidang
Pekerjaan Umum Bina Marga;
• Penyusunan rencana teknis
pembangunan dan rehabilitasi,
pemeliharaan dan pemantauan;
• Penyelenggaraan pembangunan dan
pemeliharaan jalan dan jembatan;
• Pembinaan, pengawasan dan
pengendalian teknis pembangunan,
pemeliharaan dan pemanfaatan jalan
dan jembatan;
• Penyuluhan dan pemberian perijinan
Melaksanakan
sesuai dengan kebijakan yang
kewenangan Otonomi
ditetapkan kepala daerah;
Daerah Kabupaten dalam
Dinas Pekerjaan • Pelaksanaan analisis dan evaluasi
3 rangka pelaksanaan tugas
Umum Bina Marga tentang peranan dan status jalan dan
desentralisasi dibidang
jembatan;
Pekerjaan Umum Bina
Marga • Pelaksanaan pengawasan fungsional
bidang pekerjaan umum binamarga;
• Pembinaan, pengawasan,
pengendalian dan pemeliharaan
peralatan / perbekalan serta
pemberdayaannya;
• Pelaksanaan ketatausahaan dan rumah
tangga dinas;
• Pengendalian Pelaksanaan tugas Unit
Pelaksana Teknis ( UPT );
• Pelaksanaan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh kepala daerah sesuai
dengan tugas dan fungsinya
• penyusunan perencanaan bidang
sumber daya air;
• pelaksanaan pelayanan umum
bidang sumber daya air;
• perumusan kebijakan teknis di bidang
sumber daya air;
Merumuskan kebijakan
• pelaksanaan Norma, Standar,
teknis dan strategis,
Prosedur, dan Kriteria (NSPK) dan
melaksanakan urusan
Standar Pelayanan
Dinas Pekerjaan pemerintahan dan
Minimal(SPM)urusan pemerintahan di
4 Umum Sumber Daya pelayanan umum,
bidang sumber daya air;
Air pembinaan dan
• pelaksanaan kebijakan di bidang
pelaksanaan tugas di
sumber daya air;
bidang pekerjaan umum
sumber daya air • pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di
bidang sumber daya air;
• pelaksanaan administrasi dinas di
ANALISIS PERATURAN ZONASI

bidang sumber daya air;


• pelaksanaan fungsi lain yang
diberikan oleh Bupati terkait dengan
tugas dan fungsinya

Buku
Fakta & Analisa VI-73
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Organisasi
No Tugas Pokok Fungsi
Perangkat Daerah
• Perumusan kebijakan teknis dan
strategis dibidang perhubungan,
komunikasi dan informatika.
• Penyelenggaraan urusan pemerintahan
Melaksanakan urusan
dan pelayanan umum dibidang
pemerintahan daerah
perhubungan, komunikasi dan
berdasarkan asas otonomi
5 Dinas Perhubungan informatika.
dan tugas pembantuan
• Pembinaan dan pelaksanaan tugas
dibidang perhubungan,
komunikasi dan informatika dibidang perhubungan, komunikasi dan
informatika.
• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan
oleh Kepala Daerah sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
• Perumusan kebijakan dan Penyusunan
Perencanaan Pembangunan dan
Pembinaan dibidang Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi dan
Pengusaha Kecil dan Menengah serta
Permodalan dan Investasi.
• Pelaksanaan kegiatan fasilitasi
dibidang Pembinaan dan
Pengembangan Sarana Industri,
Komoditi Industri serta penyediaan
dukungan penciptaan lingkungan
Usaha Industri yang bebas dari
pencemaran.
• Penyusunan pedoman tentang
kelembagaan koperasi Pengusaha kecil
dan Menengah serta fasilitasi
Melaksanakan pembiayaan dan simpan pinjam.
kewenangan otonomi • Pelaksanaan kegiatan fasilitasi
Daerah Kabupaten dibidang pembinaan dan
Dinas Perindustrian Lamongan dalam rangka pengembangan Perdagangan dalam
6 Negeri dan Perdagangan luar Negeri.
dan Perdagangan pelaksanaan tugas
desentralisasi di bidang • Pelaksanaan kegiatan dibidang
Koperasi, Industri dan Metrologi;
Perdagangan • Pelaksanaan pengujian dan sertifikasi
mutu barang;
• Pemberian perijinan dibidang
Perindustrian dan Perdagangan;
• Pembinaan, Pengawasan,
Pengendalian, Pembangunan Koperasi
Pengusaha Kecil dan Menengah.
• Pelaksanaan tugas – tugas pendidikan
dan pelatihan koperasi, Pengusaha
kecil dan Menengah.
• Pelaksanaan Ketata Usahaan dan
Rumah Tangga Dinas;
• Pengendalian Pelaksanaan unit
Pelaksanaan Teknis ( UPT );
• Pelaksanaan tugas – tugas lain yang
diberikan oleh Kepala Daerah sesuai
ANALISIS PERATURAN ZONASI

denganb tugas dan fungsinya


• Perumusan kebijakan teknis dibidang
lingkungan hidup ;
Melaksanakan penyusunan
• Pemberian dukungan atas
dan pelaksanaan kebijakan
Dinas Lingkungan penyelenggaraan pemerintah daerah
7 daerah yang bersifat
Hidup dibidang lingkungan hidup ;
spesifik di bidang
lingkungan hidup • Pengkoordinasian pelaksanaan
kebijakan dalam dibidang lingkungan
hidup ;

Buku
Fakta & Analisa VI-74
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Organisasi
No Tugas Pokok Fungsi
Perangkat Daerah
• Pembinaan dan pelaksanaan tugas
dibidang lingkungan hidup ;
• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan
oleh Kepala Daerah sesuai dengan
tugas dan fungsinya

• Perumusan kebijakan teknis dan


strategis bidang Pariwisata dan
Melaksanakan urusan Kebudayaan;
Dinas Pariwisata dan pemerintahan daerah dan • Melaksanakan urusan pemerintahan
8
Kebudayaan tugas pembantuan bidang dan pelayanan umum di bidang
pariwisata dan kebudayaan Pariwisata dan Kebudayaan;
• Pembinaan dan pelaksanaan tugas di
bidang Pariwisata dan Kebudayaan
• Penyusunan dan pelaksanaan rencana
kerja
• Perumusan kebijakan teknis
• Perencanaan,monitoring dan evaluasi
Penanaman Modal;
• Mengevaluasi kebijakan penanaman
modal;
Menyelenggarakan
• Pembinaan dan pengembangan iklim
pembinaan,
Dinas Penanaman penanaman modal;
pengembangan dan
9 Modal dan Pelayanan
penggordinasian pelayanan • Pengordinasian fasilitasi dan
Terpadu Satu Pintu pelaksanaan kegiatan promosi;
penanaman modal, serta
kegiatan promosi • Pelayanan terpadu bidang penanaman
modal;
• Fasilitasi, pelayanan, pembinaan dan
pengendalian rekomendasi dan/atau
perizinan penanaman modal;
• Pembinaan, monitoring dan evaluasi
atas pelaksanaan kerjasama
penanaman modal
• perumusan kebijakan teknis di bidang
perikanan;
Melaksanakan • pemberian dukungan atas
kewenangan otonomi penyelenggaraan pemerintah daerah di
Daerah Kabupaten dalam bidangperikanan
10 Dinas Perikanan
rangka pelaksanaan tugas • pembinaan dan pelaksanaan tugas di
desentralisasi di bidang bidang ketahanan perikanan
Kelautan dan Perikanan. • pelaksanaan tugas lain yang diberikan
oleh Kepala Daerah sesuai dengan
tugas dan fungsinya
• Penyusunan dan perumusan program
serta rencana kegiatan kebijaksanaan
teknis dalam bidang ketahanan
pangan;
• Pengidentifikasian ketersediaan dan
Membantu Kepala Daerah
konsumsi pangan serta pemantauan
dalam melaksanakan
pengelolaan cadangan pangan;
Dinas Ketahanan kewenangan daerah dalam
ANALISIS PERATURAN ZONASI

11 • Pemantauan evaluasi dan pengolahan


Pangan rangka pelaksanaan tugas
distribusi pangan, terutama komoditas
desentralisasi dibidang
pangan strategis;
ketahanan pangan
• Pengendalian dan perumusan
kebijakan harga komoditas pangan
strategis;
• Pengembangan penganekaragaman
konsumsi pangan;

Buku
Fakta & Analisa VI-75
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Organisasi
No Tugas Pokok Fungsi
Perangkat Daerah
• Pelaksanaan penyuluhan gerakan
peningkatan mutu konsumsi pangan
dan penganekaragaman pangan;
• Pengawasan dan pengendalian sistem
kewaspadaan pangan, gizi serta norma
dan standar bahan pangan;
• Pelaksanaan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh Kepala Daerah sesuai
dengan tugas dan fungsinya
• perumusan dan penetapan kebijakan
operasional penanggulangan bencana
dan penanganan pengungsi;
• pengkoordinasian dan pengendalian
pelaksanaan kegiatan penanggulangan
bencana;
• penyusunan pedoman operasional
Melaksanakan penyusunan terhadap penanggulangan bencana;
Badan
dan pelaksanaan kebijakan • penyampaian informasi kegiatan
12 Penanggulangan
daerah dibidang penanggulangan bencana pada
Bencana Daerah
penanggulangan bencana masyarakat;
• penggunaan dan pertanggungjawaban
sumbangan/bantuan;
• pelaporan penyelenggaraan
penanggulangan bencana;
• pelaksanaan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh Kepala Daerah sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
• Perumusan kebijakan nasional di
bidang pertanahan.
• Perumusan kebijakan teknis di bidang
pertanahan.
• Koordinasi kebijakan, perencanaan dan
program di bidang pertanahan.
• Pembinaan dan pelayanan administrasi
umum di bidang pertanahan.
• Penyelenggaraan dan pelaksanaan
survei, pengukuran dan pemetaan di
bidang pertanahan.
• Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam
rangka menjamin kepastian hukum.
• Pengaturan dan penetapan hak-hak
atas tanah.
Melaksanakan tugas
• Pelaksanaan penatagunaan tanah,
pemerintahan di bidang
reformasi agraria dan penataan
10 Kantor Pertanahan pertanahan secara
wilayah-wilayah khusus.
nasional, regional dan
sektoral • Penyiapan administrasi atas tanah
yang dikuasai dan/atau milik
negara/daerah bekerja sama dengan
Departemen Keuangan.
• Pengawasan dan pengendalian
penguasaan pemilikan tanah.
• Kerja sama dengan lembaga-lembaga
ANALISIS PERATURAN ZONASI

lain.
• Penyelenggaraan dan pelaksanaan
kebijakan, perencanaan dan program di
bidang pertanahan.
• Pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanahan.
• Pengkajian dan penanganan masalah,
sengketa, perkara dan konflik di bidang
pertanahan.

Buku
Fakta & Analisa VI-76
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Organisasi
No Tugas Pokok Fungsi
Perangkat Daerah
• Pengkajian dan pengembangan hukum
pertanahan.
• Penelitian dan pengembangan di
bidang pertanahan.
• Pendidikan, latihan dan pengembangan
sumber daya manusia di bidang
pertanahan.
• Pengelolaan data dan informasi di
bidang pertanahan.
• Pembinaan fungsional lembaga-
lembaga yang berkaitan dengan bidang
pertanahan.
• Pembatalan dan penghentian
hubungan hukum antara orang,
dan/atau badan hukum dengan tanah
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
• Fungsi lain di bidang pertanahan sesuai
peraturan perundangundangan yang
berlaku
Sumber: Hasil Analisis, 2019

6.9.2. Ketentuan Umum Perizinan


Perizinan merupakan upaya untuk mengatur kegiatan kegiatan yang
memiliki peluang menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum.
Perizinan juga merupakan mekanisme terdepan dalam pengendalian
pemanfaatan ruang menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang dan juga sering digunakan sebagai perangkat menarik dan
penghambat investasi. Jadi ketentuan perizinan merupakan acuan bagi
pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang
berdasarkan rencana struktur dan pola ruang.
Pada dasarnya prinsip penerapan perizinan dalam pemanfaatan ruang
adalah sebagai berikut:
• Kegiatan berpeluang menimbulkan gangguan pada dasarnya dilarang
kecuali dengan izin;
• Setiap kegiatan dan pembangunan harus memohon izin dari pemerintah
setempat yang akan memeriksa kesesuainnya dengan rencana, serta
standart administrasi legal;
ANALISIS PERATURAN ZONASI

• Terdapat tiga kelompok perangkat/mekanisme insentif dan disinsentif,


yaitu;
1. Pengaturan/regulasi/kebijakan sebagai salah-satu upaya
menerapkan police power. Perangkat atau mekanisme ini antara
lain:

Buku
Fakta & Analisa VI-77
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

a. Perangkat yang berkaitan langsung dengan elemen guna


lahan, yaitu:
• Pengaturan hukum pemilikan lahan oleh swasta.
• Pengaturan sertifikat tanah.
• Analisis mengenai dampak lingkungan.
• Transfer of Development Right (TDR).
• Pengaturan perizinan, meliputi izin prinsip, izin usaha/tetap,
izin lokasi, planning permit, izin gangguan dan IMB, serta
izin penghunian bangunan (IPB).
b. Perangkat yang berkaitan dengan elemen pelayanan umum,
yaitu:
• Kekuatan hukum untuk mengembalikan kondisi semula dari
gangguan/pencemaran.
• Pengendalian hukum terhadap kendaraan dan transportasi.
• Pengaturan penyediaan pelayanan umum oleh swasta.
c. Perangkat yang berkaitan dengan penyediaan prasarana
seperti Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
2. Ekonomi/keuangan sebagai penerapan dari pengenaan pajak dan
retribusi.
a. Perangkat yang berkaitan dengan langsung dengan elemen
guna lahan yaitu :
• Pajak lahan/PBB;
• Pajak pengembangan lahan;
• Pajak balik nama/jual beli lahan;
• Retribusi perubahan lahan;
• Development Impact Fees.
b. Perangkat yang berkaitan dengan elemen pelayanan umum,
yaitu:
• Pajak kemacetan;
• Pajak pencemaran;
ANALISIS PERATURAN ZONASI

• Retribusi perizinan;
➢ Izin prinsip; izin usaha/tetap
➢ Izin lokasi.
➢ Planning permit.
➢ Izin gangguan.

Buku
Fakta & Analisa VI-78
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

➢ IMB
➢ Izin penghunian bangunan (IPB)
• User charge atas pelayanan umum.
• Subsidi untuk pengadaan pelayanan umum oleh
pemerintah atau swasta.
c. Perangkat yang berkaitan dengan penyediaan sarana dan
prasarana.
• User charge/tool for plan;
• Linkage;
• Development exaction;
• Initial cost for land consolidation.
3. Pemilikan/pengadaan langsung oleh pemerintah yang menerapkan
sebagian dari eminent domain.
a. Perangkat yang berkaitan langsung dengan elemen guna lahan
(penguasaan lahan oleh pemerintah).
b. Perangkat yang berkaitan dengan elemen pelayanan umum:
• Pengadaan pelayanan umum oleh pemerintah (air bersih,
pengumpulan/pengolahan sampah. air kotor. listrik, telepon,
angkutan umum)
c. Perangkat yang berkaitan dengan penyediaan prasarana:
• Pengadaan infrastruktur oleh pemerintah.
• Pembangunan perumahan oleh pemerintah.
• Pembangunan fasilitas umum oleh pemerintah.
Pelaksanaan perizinan tersebut di atas didasarkan atas pertimbangan
dan tujuan sebagai berikut:
1. Melindungi kepentingan umum (public interest).
2. Menghindari ekstemalitas negatif, dan;
3. Menjamin pembangunan sesuai dengan rencana serta standar dan
kualitas minimum yang ditetapkan.
Perizinan dapat diklasifikasi dalam dua jenis, yaitu:
ANALISIS PERATURAN ZONASI

1. Lisensi (licence): Lisensi merupakan izin bagi kegiatan tertentu


yang tidak harus berkaitan dengan ruang (SIUP, Izin Prinsip, IUT,
Izin Trayek, SIM, dan lain-lain)
2. Izin (permit): Izin yang berkaitan dengan lokasi, serta pemanfaatan
dan kualitas ruang (izin lokasi, IMB. dan lain-lain).

Buku
Fakta & Analisa VI-79
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Berdasarkan sifatnya, izin pembangunan kawasan dapat


dikelompokkan atas 4 bagian:
1. Izin Prinsip
Izin ini merupakan persetujuan pendahuluan yang dipakai sebagai
kelengkapan persyaratan teknis permohonan izin lokasi. Bagi
perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PDMN) dan
Penanaman Modal Asing (PMA), surat persetujuan penanaman
modal (SPPM) untuk PMDN dari Meninves/Ketua BKPM atau surat
pemberitahuan persetujuan Presiden untuk PMA, digunakan
sebagai izin prinsip. Lebih lanjut izin ini merupakan persetujuan
pengembangan aktivitas/sarana/ prasarana yang menyatakan
bahwa aktivitas budidaya yang akan mendominasi kawasan
memang sesuai atau masih dibutuhkan atau merupakan bidang
yang terbuka di wilayah tempat kawasan itu terietak. Izin ini
diterbitkan instansi pembina/pengelola sektor terkait dengan
kegiatan dominan tadi.
2. Izin Lokasi
Izin ini merupakan persetujuan lokasi bagi pengembangan
aktivitas/sarana/prasarana yang menyatakan kawasan yang
dimohon pihak pelaksana pembangunan atau pemohon sesuai
untuk dimanfaat-kan bagi aktivitas dominan yang telah memperoleh
izin prinsip. Izin lokasi akan dipakai sebagai dasar dalam
melaksanakan perolehan tanah melalui pengadaan tertentu dan
dasar bagi pengurusan hak atas tanah.
Acuan yang sering digunakan dalam penerbitan izin lokasi adalah:
• Kesesuaian lokasi bagi pembukaan/pengembangan
aktivitas dilihat dari Rencana tata ruang wilayah (terutama
ekstemal), keadaan pemanfaatan ruang eksisting (yang
teriihat saat ini); dikenal sebagai pertimbangan aspek tata
guna tanah, Status tanah dari lokasi tersebut,
ANALISIS PERATURAN ZONASI

• Bagi lokasi di kawasan tertentu. suatu kajian khusus


mengenai dampak lingkungan pengembangan aktivitas
budidaya dominan terhadap kualitas ruang yang ada
hendaknya menjadi pertimbangan dini. Dalam prosedur
standar yang umum berLaku Kajian khusus seperti ini

Buku
Fakta & Analisa VI-80
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

(Misalnya AMDAL) baru dibutuhkan saat pengurusan Izin


tetap atau untuk kawasan perumahan karena tidak berizin
tetap baru dibutuhkan saat pengurusan 1MB. Persyaratan
tambahan yang dibutuhkan adalah:
✓ Surat persetujuan prinsip tersedia.
✓ Surat pemyataan kesanggupan akan memberi ganti rugi
atau penyediaan tempat penampungan bagi pemilik
yang berhak atas tanah yang dimohon.
Surat Izin Lokasi diterbitkan oleh kepala kantor/badan/dinas
pertanahan kota (sejak adanya Pakto 1993 dan UU Otonomi
Daerah), setelah mengadakan rapat koordinasi dengan
instansi terkait seperti Asisten Tata Praja Setwilda Kota.
Bappeda. Dinas PU/Tata Kota, Instansi sektoral pengelola di
kota serta camat setempat.
Setelah izin lokasi diperoleh izin tetap yang merupakan
persetujuan akhir. Izin lokasi menjadi persyaratan mengingat
sebelum memberikan persetujuan final tentang pengembangan
kegiatan budidaya. Lokasi kawasan yang dimohon bagi
pengembangan aktivitas tersebut juga telah sesuai dan tingkat
perolehan tanahnya telah memperoleh kemajuan berarti.
Selain itu kelayakan pengembangan kegiatan dari segi
lingkungan hidup harus telah diketahui melalui hasil studi
AMDAL. Dengan diperoleh izin tetap bagi kawasan budidaya
selanjutnya tiap jenis usaha rinci yang akan mengisi kawasan
secara individual perlu memperoleh izin usaha sesuai
karakteristik tiap kegiatan usaha rinci. SIPD (Surat Izin
Penambangan Daerah) dan SIPA (Surat Izin Pengambilan Air)
dapat dikelompokkan dalam kategori Izin Usaha selain yang
sudah dikenal (SIUP, SIUPP, dll).
3. Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah
ANALISIS PERATURAN ZONASI

Izin ini merupakan izin pemanfaatan ruang yang sebenarnya karena


izin lokasi menyatakan kesesuaian lokasi bagi pengembangan
aktivitas budidaya dominan. Izin perencanaan menyatakan
persetujuan terhadap aktivitas budidaya rinci yang akan
dikembangkan dalam kawasan. Pengenalan aktivitas budidaya

Buku
Fakta & Analisa VI-81
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

rinci dilakukan melalui penelaahan Rencana Detail Tata Ruang.


Kelengkapan sarana dan prasarana yang akan mendukung
aktivitas budidaya rind dan ketepatan pola alokasi pemanfaatan
ruangnya dalam internal kawasan atau sub kawasan menjadi
perhatian utama. Izin Penggunaan Lahan diduga merupakan istilah
lain yang digunakan beberapa pemerintah daerah. Izin
perencanaan diterbitkan Dinas Tata Kota atau Dinas Pekerjaan
Umum.
4. Izin Mendirikan Bangunan
Setiap aktivitas budidaya rinci yang bersifat binaan (bangunan)
kemudian perlu memperoleh IMB jika akan dibangun. Perhatian
utama diarahkan pada kelayakan struktur bangunan melalui
penelaahan Rancangan Rekayasa Bangunan; Rencana Tapak di
tiap Blok Peruntukan (terutama bangunan berskala besar.
megastruktur); atau rancangan arsitektur di tiap persil). Selain
persyaratan teknis bangunan sebagaimana diatur Pedoman Teknis
Menteri PU. Surat Izin Mendirikan Bangunan juga akan memuat
ketentuan persyaratan teknis persil dan lingkungan sekitar,
misalnya garis sempadan (jalan dan bangunan). KDB. KLB, KDH.

6.9.3. Ketentuan Insentif dan Disinsentif


Dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 pasal 38 disebutkan bahwa :
1. Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah dapat diberikan insentif dan/atau
disinsentif oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.
2. Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, yang merupakan perangkat
atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang
sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
a. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa
ruan, urun saham;
ANALISIS PERATURAN ZONASI

b. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;


c. Kemudahan prosedur perizinan; serta
d. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau
pemerintah daerah.

Buku
Fakta & Analisa VI-82
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

3. Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, yang merupakan


perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi
kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
a. Pengenaan pajak yang tinggi, disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat
pemanfaatan ruang; serta
b. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan
penalti.
4. Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak masyarakat.
5. Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:
a. Pemerintah kepada pemerintah daerah;
b. Pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya; serta
c. Pemerintah kepada masyarakat.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif dan
disinsentif diatur dengan peraturan pemerintah.
Dalam penjelasan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 pasal 38 dijelaskan
bahwa penerapan insentif atau disinsentif secara terpisah dilakukan untuk
perizinan skala kecil/individual sesuai dengan peraturan zonasi, sedangkan
penerapan insentif dan disinsentif secara bersamaan diberikan untuk
perizinan skala besar/kawasan karena dalam skala besar/kawasan
dimungkinkan adanya pemanfaatan ruang yang dikendalikan dan didorong
pengembangannya secara bersamaan. Disinsentif berupa pengenaan pajak
yang tinggi dapat dikenakan untuk pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
rencana tata ruang melalui penetapan nilai jual objek pajak (NJOP) dan nilai
jual kena pajak (NJKP) sehingga pemanfaat ruang membayar pajak lebih
tinggi. Insentif dapat diberikan antarpemerintah daerah yang saling
berhubungan berupa subsidi silang dari daerah yang penyelenggaraan
pemanfaatan ruangnya memberikan dampak kepada daerah yang dirugikan,
atau antara pemerintah dan swasta dalam hal pemerintah memberikan
preferensi kepada swasta sebagai imbalan dalam mendukung perwujudan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

rencana tata ruang


Berdasarkan penjelasan diatas makan arahan Insentif dan Insentif untuk
Kecamatan Paciran, antara lain
1. Aturan Insentif dan Disinsentif

Buku
Fakta & Analisa VI-83
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Dasar Pertimbangan dalam menetapkan peraturan insenif dan disinsentif


adalah :
• Pergeseran tatanan ruang yang terjadi tidak menyebabkan dampak yang
merugikan bagi pembangunan kota;
• Pada hakekatnya tidak boleh mengurangi hak masyarakat sebagai warga
negara, dimana masyarakat mempunyai hak dan dan martabat yang sama
untuk memperoleh dan mempertahankan hidupnya;
• Tetap memperhatikan partisipasi masyarakat di dalam proses pemanfaatan
ruang untuk pembangunan oleh masyarakat.
2. Kriteria Pengenaan Insentif :
• Mendorong/merangsang pembangunan yang sejalan dengan rencana tata
ruang.
• Mendorong pembangunan yang memberikan manfaat yang besar kepada
masyarakat.
• Mendorong partisipasi masyarakat dan pengembang dalam pelaksanaan
pembangunan.
3. Kriteria Pengenaan Disinsentif :
• Menghambat/membatasi pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang;
• Menimbulkan dampak yang cukup besar bagi masyarakat di sekitarnya.
4. Pengenaan insentif dan disinsentif dapat dikelompokkan berdasarkan :
• Perangkat/mekanismenya, misalnya regulasi, keuangan dan kepemilikan;
• Obyek pengenaannya, misalnya guna lahan, pelayanan umum dan
prasarana.
5. Alternatif bentuk insentif yang dapat diberikan antara lain:
• Kemudahan izin
• Penghargaan
• Keringanan pajak
• Kompensasi
• Imbalan
ANALISIS PERATURAN ZONASI

• Pola Pengelolaan
• Subsidi prasarana
• Bonus/insentif
• TDR (Transfer of Development Right, Pengalihan hak Membangun)
6. Alternatif bentuk disinsentif yang dapat diberikan antara lain:

Buku
Fakta & Analisa VI-84
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

• Perpanjang Prosedur atau kewajiban membayar kompensasi maksimal 5%


dari harga tanah dan bangunan yang tidak sesuai dengan aturan zonasi.
• Perketat/Tambah Syarat Dalam Pengurusan Perijinan
• Pajak Tinggi
• Retribusi Tinggi
• Denda/Charge, membebankan pajak tambahan dengan nilai maksimal
100% dari pajak yang telah ditetapkan oleh instansi terkait
• Pembatasan penyediaan prasarana dan sarana infrastruktur.
Pada Wilayah perencanaan insentif dan disentif yang diterapkan antara lain :
• Bangunan gedung sesuai dengan peraturan zonasi ini akan diberikan
insentif berupa kemudahan perizinan pembangunan dan keringanan pajak,
sedangkan untuk yang mempertahankan sebagai wilayah pertanian bisa
diberikan insentif berupa bantuan pupukataupun alat pertanian untuk
mempermudah kegiatan pertanian.
• Bangunan gedung yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi ini namun
sudah memilik iijin yang diperoleh sebelum disahkan peraturan zonasi ini
dan belum dilaksanakan, maka pembagunannya dapat terus dilakukan,
namun akan dikenakan disintensif berupa peningkatan pajak dan tidak
diterbitkannya lagi perizinan operasi (bila ada), serta dicabutnya ijin setelah
5 tahun dengan memberikan ganti rugi kepada pihak yang bersangkutan.
• Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini
ditetapkan maka diperbolehkan selama memiliki ijin yang sah dan akan
dibatasi perkembangannya untuk kegiatan yang diijinkan terbatas
sedangkan untuk kegiatan yang diijinkan akan dikenakan disinsentif berupa
peningkatan pajak dan tidak diterbitkannya lagi perijinan operasi (bila ada)
serta dicabutnya ijin setelah 5 tahun dengan memberikan ganti rtugi kepada
pihak yang bersangkutan.
• Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini
ditetapkan dan tidak memiliki ijin yang sah harus segera disesuaikan dalam
waktu paling lama 6 bulan setelah berlakunya peraturan daeran mengenai
ANALISIS PERATURAN ZONASI

zonasi daerah ini.

6.9.4. Ketentuan Arahan Sanksi

Buku
Fakta & Analisa VI-85
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Arahan sanksi merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pengenaan


sanksi kepada pelanggar pemanfaatan ruang. Pengenaan sanksi ini
dilakukan terhadap:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan
pola ruang;
b. pelanggaran peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RDTR;
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RDTR;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RDTR;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang
oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
dan/atau
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang
tidak benar.

Bentuk-bentuk arahan sanksi yang berkenaan dengan penertiban adalah:


a) Sanksi administratif, dapat berupa tindakan peringatan tertulis,
penghentian sementara kegiatan, penghentian sementara pelayanan
umum, penutupan lokasi, pencabutan izin, pembatalan izin,
pembongkaran bangunan, pemulihan fungsi ruang dan denda
administratif.
b) Sanksi pidana, dapat berupa penjara, denda, Pemberhentian secara
tidak hormat dari jabatannya, Pencabutan izin usaha, dan
Pencabutan status badan hukum.
c) Sanksi perdata, dapat berupa tuntutan ganti kerugian secara perdata
bagi orang yang dirugikan akibat tindak pidana.
ANALISIS PERATURAN ZONASI

Tabel 6.20. Ketentuan Sanksi dalam Penataan Ruang


Pasal Unsur Tindak Pidana Sanksi Pidana
Pasal 69 • Tidak mentaati rencana tata ruang; Pidana penjara paling lama 3
ayat (1) • Mengakibatkan perubahan fungsi tahun dan denda paling banyak
ruang. Rp. 500 juta

Buku
Fakta & Analisa VI-86
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Pasal Unsur Tindak Pidana Sanksi Pidana


Pasal 69 • Tidak mentaati rencana tata ruang; Pidana penjara paling lama 8
ayat (2) • Mengakibatkan perubahan fungsi tahun dan denda paling banyak
ruang; Rp. 1, 5 miliar
• Mengakibatkan kerugian terhadap
harta benda atau rusaknya barang.
Pasal 69 • Tidak mentaati rencana tata ruang; Pidana penjara paling lama 15
ayat (3) • Mengakibatkan perubahan fungsi tahun dan denda paling banyak
ruang; Rp. 5 miliar
• Mengakibatkan Kematian orang
Pasal 70 Memanfaatkan ruang tidak sesuai Pidana penjara paling lama 3
ayat (1) dengan izin pemanfaatan ruang dari tahun dan denda paling banyak
pejabat yang berwenang. Rp. 500 juta
Pasal 70 • Memanfaatkan ruang tidak sesuai Pidana penjara paling lama 5
ayat (2) dengan izin pemanfaatan ruang tahun dan denda paling banyak
dari pejabat yang berwenang; Rp. 1 miliar
• Mengakibatkan perubahan fungsi
ruang
Pasal 70 • Memanfaatkan ruang tidak sesuai Pidana penjara paling lama 5
ayat (3) dengan izin pemanfaatan ruang tahun dan denda paling banyak
dari pejabat yang berwenang; Rp. 1.5 miliar
• Mengakibatkan kerugian terhadap
harta benda atau kerusakan
barang.
Pasal 70 • Memanfaatkan ruang tidak sesuai Pidana penjara paling lama 15
ayat (4) dengan izin pemanfaatan ruang tahun dan denda paling banyak
dari pejabat yang berwenang; Rp. 5 miliar
• Mengakibatkan kematian orang
Pasal 71 Tidak mematuhi ketentuan yang Pidana penjara paling lama 3
ditetapkan dalam persyaratan izin tahun dan denda paling banyak
pemanfaatan ruang. Rp. 500 juta
Pasal 72 Tidak memberikan akses terhadap Pidana penjara paling lama 1
kawasan yang oleh peraturan tahun dan denda paling banyak
perundang-undangan dinyatakan Rp. 100 juta
sebagai milik umum
Pasal 73 • Pejabat pemerintah penerbit izin; • Pidana penjara paling lama 5
• Menerbitkan izin tidak sesuai tahun dan denda paling
dengan rencana tata ruang. banyak Rp. 500 juta
• Dapat dikenai pidana
tambahan berupa
pemberhentian tidak hormat
dari jabatannya.
Sumber : Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
ANALISIS PERATURAN ZONASI

Buku
Fakta & Analisa VI-87

Anda mungkin juga menyukai