Tugass Makalah Kelompok 4 Ibuk Muzi
Tugass Makalah Kelompok 4 Ibuk Muzi
TUGAS KELOMPOK IV
1. DESWINA
2. DENA KHAIRA
3. FIZA MARISA
4. HANIF
5. KIKI RISDAYANTI
6. KHODIJAH
7. LINDAYU
8. RENTA MANURUNG
9. SUCI INDAH PATHANA
10. REVINA
11. MARDIANA
12. VINCEN
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang maha esa yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta kekuatan kepada kita semua untuk senantiasa bersyukur kepada-
Nya, atas berkat dan rahmat-Nya,akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul " Peran Baru Orang Tua Dalamsegi Psikologis". Penghargaan dan terima
kasih terbesar penulis berikan kepada keluarga tercinta yang telah memberikan
dukungan terbesar secara moril ataupun materil. Serta kepada Ibu : Muzilatulnisma,
S.ST,M.Kes.CBMT.CH.CHT.CSI selaku dosen pengampu yang telah memberikan
pengarahan, masukan, dukungan, serta nasehat-nasehat dengan hasil yang maksimal.
Penulis menyadari bahwa masih banyak menemukan hambatan dan kesulitan, namun
atas segala ridho Allah SWT dan bantuan dari ibu dosen serta arahan yang diberikan
berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dan berperan banyak dalam penyusunan Makalah ini.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menjadi orang tua merupakan masa yang alamiah yang terjadi dalam kehidupan
seseorang. Menjadi orang tua mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan anaknya
seperti, pengasuhan, kebutuhan makan dan minum, psikologi, agama dan sebagainya
(Puspitawati, 2013).
Maryatun (2010) menyatakan bahwa pernikahan usia muda dan melahirkan pada
usia remaja berisiko untuk melahirkan prematur dan berat badan lahir rendah.
Pernikahan usia remaja juga berdampak pada kualitas keluarga, baik dari segi
ketidaksiapan secara psikis dalam menghadapi persoalan sosial maupun ekonomi rumah
tangga, risiko dari ketidaksiapan mental untuk membina pernikahan, menjadi orang tua
yang bertanggung jawab, dan kegagalan dalam membina keluarga.
Usia ibu yang terlalu muda saat hamil dapat menimbulkan fisiologis dan
psikologis yang belum matang untuk menjalankan tanggung jawab sebagai orang tua
sepenuhnya (Tsai & Wong, 2003 dalam Sarantaki & Koutelekos, 2005). Usia dibawah
20 tahun dikategorikan sebagai usia remaja. Pada usia remaja ini terjadi berbagai
perubahan salah satunya perubahan perilaku yang cenderung lebih meningkatnya emosi
karena berbagai tekanan tanpa adanya dukungan disekitar terutama dalam hal menyusui
(Watts, 2015).
3
menghisap. Disamping itu cara menyusui yang baik dan benar juga dapat menimbulkan
gangguan dalam menyusui (Marmi, 2012).
Pencapaian ASI ekslusif pada ibu usia di bawah 20 tahun kurang terdokumentasi
dengan baik di Indonesia. Kondisi mereka yang spesial, dikerenakan cenderung
kurangnya kematangan fisik maupun psikologis pada remaja, dan kesehatan reproduksi
remaja juga membutuhkan perhatian khusus dan spesifik, termasuk masa kehamilan
hingga kelahiran bayi. Rendahnya cukupan pemberian ASI juga dipengaruhi oleh
berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pengetahuan, pendidikan,
pekerjaan dan fisik ibu, sedangkan faktor eksternal meliputi pengaruh sosial, budaya
dan keterbatasan petugas kesehatan (Savitri, 2018).
B. TUJUAN
C. MANFAAT
1. Bagi mahasiswa
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Nifas
a. Pengertian
5
d. Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas
Fase taking in yaitu masa ketergantungan ibu yang berlangsung 1-2 hari
pasca melahirkan. Ibu berfokus kepada dirinya sebagai akibat
ketidaknyamananya, seperti rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang
tidur, dankelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah
istirahat yang cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi. Bentuk
perubahan psikologis yang dialami ibu nifas pada fase taking in adalah :
kekecewaan pada bayinya, ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan-
perubahan fisik yang dialami, rasa bersalah dikarenakan belum bisa
menyusui bayinya atau dampak kritikan suami atau keluarga tentang
perawatan bayinya.
6
2. Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari pasca melahirkan, yang ditandai
dengan sikap ibu yang selalu merasa khawatir atas ketidak mampuannya
merawat anak, perasaan sensitive, gampang tersinggung, dan tergantung kepada
orang lain, terutama pada dukungan keluarga dan bidan (petugas kesehatan).
Meskipun demikian, berkat dukungan keluarga dan bidan kini ibu mulai belajar
mandiri dan berinisiatif merawat bayinya sendiri, belajar mengontrol fungsional
tubuhnya, mengeliminasi dan memperhatikan aktivitas. Kegagalan dalam fase
taking hold membuat para ibu mengalami depresi post partum.
3. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah bisa
menyesuaikan diri dari ketergantungannya. Kini keinginan merawat diri sendiri
dan bayi sudah semakin meningkat, merasa lebih nyaman, secara bertahap ibu
mulai menjalankan tugas dan tanggung jawab perawatan bayi dan memahami
kebutuhan bayinya.
Adaptasi lain yang secara psikologis dialami oleh ibu post partum
7
1. Abandonment
a. Perasaan tidak berarti dan dikesampingkan. Sesaat setelah persalinan, sebagai
pusat perhatian semua orang menanyakan keadaan dan kesehatannya.
b. Beberapa jam setelah itu, perhatian orang-orang di sekitar mulai ke bayi dan ibu
merasa “cemburu” kepada bayi.
c. Saat pulang ke rumah, ayah akan merasakan hal yang sama dengan ibu, karena
istri akan lebih fokus pada bayi.
d. Perawat harus membicarakan hal ini pada ayah dan ibu secara bersamaan,
bagaimanapun juga peran orang tua adalah sama dalam perawatan bayi.
Melakukan perawatan bayi secara bersamaan akan membantu orang tua
memiliki peran yang sama dalam perawatan bayi.
2. Disappointment
a. Perasaan kecewa terhadap kondisi bayi karena tidak sesuai yang diharapkan saat
hamil. Orang tua yang menginginkan bayi yang putih, berambut keriting, dan
selalu tersenyum akan merasa kecewa ketika mendapati bayinya berkulit gelap,
berambut tipis dan menangis terus.
b. Bidan harus membantu orang tua untuk dapat menerima bayinya, dengan
menunjukkan kelebihan-kelebihan bayi, seperti, sehat, mata yang bersinar dan
kondisi yang lengkap tanpa cacat.
3. Post partum Blues (Baby Blues)
a. 80% wanita post partum mengalami perasaan sedih yang tidak mengetahui
alasan mengapa sedih. Ibu sering menangis dan lebih sensitif. Post partum blues
juga dikenal sebagai baby blues. Kejadian ini dapat disebabkan karena
penurunan kadar estrogen dan progesteron.
b. Gejala PPD ringan termasuk kesedihan, kecemasan, selalu menangis bercucuran
air mata, dan kesulitan tidur.
c. Postpartum blues pada umumnya terjadi sekitar hari ke 3 hingga ke 5 post
partum dan hilang 10-12 hari setelah melahirkan.
d. Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah kepastian dan
bantuan pekerjaan rumah tangga serta mengurus bayi. Sekitar 20% dari wanita
yang memiliki baby blues akan mengalami depresi yang lebih lama.
e. Penting diketahui dokter jika mengalami sindrom “blues”yang berlangsung
lebih dari dua minggu.
f. Apa sajakah gejala depresi postpartum (baby blue syndrome)?
Gejala depresi postpartum (PDD) dapat dibagi menjadi tiga kategori:
8
1 Blues Postpartum(“baby blues”): Sangat pendek durasinya, mungkin tidak
memerlukan pengobatan formal tetapi perawatan suportif saja.
2 Depresi Postpartum: Berlangsung lebih lama, lebih melemahkan, dan
membutuhkan perawatan medis.
3 Psikosis Postpartum: bentuk paling parah, memerlukan perawatan kejiwaan
agresif karena sudah timbul halusinasi dan gejala psikosis lainnya
Penyebab Blues Postpartum (“baby blues”) yang menonjol adalah :
1. Kekecewaan emosional yaitu ketakutan yang dialami kebanyakan wanita
selama kehamilan dan persalinan.
2. Rasa sakit pada masa nifas.
3. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan.
4. Kecemasan ketidakmampuan merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit.
5. Rasa takut tidak menarik lagi bagi suami.
Ada banyak kemungkinan gejala depresi postpartum, termasuk berikut:
Sulit tidur atau malah tidur lebih banyak dari biasanya
Perubahan nafsu makan
Kekhawatiran ekstrim dan khawatir tentang bayi atau kurangnya minat atau
perasaan untuk bayi
Merasa tidak mampu mencintai bayi atau keluarga
Kemarahan terhadap bayi, pasangan, atau anggota keluarga lainnya
Kecemasan atau serangan panic
Takut takut ditinggal sendirian di rumah dengan bayi.
Kesedihan atau menangis berlebihan
Kesulitan berkonsentrasi atau mengingat
Perasaan ragu, rasa bersalah, tak berdaya, putus asa, atau gelisah
Letargi atau kelelahan ekstrim
Kehilangan minat pada hobi atau kegiatan biasa lainnya
Perubahan suasana hati yang berlebihan dan terendah
Merasa mati secara emosional
Mati rasa atau kesemutan di lengan atau kaki
Sesak napas
9
Terlalu sering ke dokter anak dengan ketidakmampuan untuk diyakinkan
Pikiran berulang tentang kematian, yang dapat mencakup berpikir tentang
atau bahkan berencana bunuh diri
pikiran obsesif-kompulsif dan perilaku yang mengganggu
◦ halusinasi dan delusi tentang diri Anda atau bayi Anda; jangan menunggu,
ini darurat.
◦ Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi; ini juga hal yang darurat dan
membutuhkan bantuan segera.
PERINGATAN:
Pikiran atau upaya untuk bunuh diri (niat atau usaha untuk membunuh diri
sendiri) dan pikiran atau upaya membunuh (niat atau mencoba untuk membunuh
orang lain) merupakan risiko yang sangat serius dan nyata dari depresi
postpartum.
Gejala-gejala ini bukan mitos atau khayalan semata, dan beberapa kasus telah
dipublikasikan dengan baik secara medis. Cari perawatan medis segera jika ibu
memiliki pikiran untuk bunuh diri atau membunuh.
Cara Mencegah Depresi Postpartum
Karena depresi postpartum (PPD) mungkin terkait dengan fluktuasi hormon
setelah melahirkan, pencegahan tidak mungkin dilakukan.
Namun, beberapa pendekatan dapat membantu menjaga terhadap kondisi
tersebut. Salah satu hal terbaik untuk dilakukan adalah belajar sebanyak
mungkin tentang apa yang diharapkan secara fisik dan psikologis selama
kehamilan, persalinan, dana pengasuhan anak.
Ini dapat membantu Anda mengembangkan harapan yang realistis untuk diri
sendiri dan bayi Anda.
Wanita yang memiliki riwayat depresi mungkin berisiko lebih tinggi untuk
mengalami PPD, dan wanita yang mengalami depresi sebelum atau selama
kehamilan mungkin mengalami gejala yang sama setelah melahirkan.
Setelah ibu melahirkan, dapatkan bantuan dari teman dan keluarga, tapi batasi
juga bantuan itu agar ibu memiliki waktu untuk mengasuh anak sendiri juga.
10
Jangan terlalu khawatir dengan tugas-tugas yang tidak benar-benar harus
dilakukan.
Seringlah tidur siang untuk tetap beristirahat,
Makan makanan sehat
Mendapatkan berolahraga yang cukup.
1. Terapi bicara : sesi bicara dengan terapis, psikolog atau pekerja sosial untuk
mengubah apa yg difikir, rasa dan lakukan oleh penderita akibat menderita
depresi.
11
E. Bounding Attachment
Ialah ikatan kasih sayang yang mulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. Istilah
bounding berkaitan dengan relasia antara ibu dan anak. Sedangkan attachment
adalah keterikatan anak dan ibu. Jadi bounding attachment akan terus meningkat
seiring dengan sikap penerimaan ibu terhadap bayinya.
12
3. Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adaptasi psikologis merupakan suatu proses penyesuaian, baik secara fisik
maupun psikologis dari orang tua baru terhadap peran yang berkaitan dengan
kehadiran bayi baru lahir (Bobak, Lowdermik dan Jansen, 1995).
Proses adaptasi ibu postpartum, dimana pada saat ini ibu akan lebih sensitive
dalam segala hal, terutama yang berkaitan dengan dirinya serta bayinya.
Imunisasi lanjutan
Reva Rubin (1977) Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan
mengalami 3 fase sebagai berikut: taking in ,taking hold ,letting go
Bounding Attachment Ialah ikatan kasih sayang yang mulai sejak dini begitu
bayi dilahirkan. Istilah bounding berkaitan dengan relasia antara ibu dan
anak. Sedangkan attachment adalah keterikatan anak dan ibu. Jadi bounding
attachment akan terus meningkat seiring dengan sikap penerimaan ibu
terhadap bayinya.
B. SARAN
Diharapkan seluruh mahasiswi mengetahui peran orang tua dari segi
psiologis pasien postpartum.
14
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, N. W. A., & Kusthina, N. P. M. (2015). Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Adaptasi
Amelia, M., Nurchayati, S., & Veni Elita. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang
Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
15