Anda di halaman 1dari 10

BUDAYA,MANAJEMEN KESELAMATAN

INTERNASIONAL

PENDAHULUAN
International System Management Code (ISM Code) merupakan hasil International
Maritime Organization (IMO) RegulationA-741 {18) dan pelaksanaannya terdapat pada
Safety Of Life At Sea (SOLAS) Chapter XI-I. Penetapan ISM Code, sebagaimana peraturan
keamanan kapal lainnya, dilandasi oleh terjadinya musibah kecelakaan, dengan banyak
korban yang meninggal seperti tenggelamnya kapal TITANIC pada tanggal 14 April
1912. Kapal tersebut tenggelam dalam waktu kurang dari tiga jam dengan korban
sebanyak 1.503 orang, karena kurangnya sekoci pengaman dan alat keselamatan lainnya.
Kejadian ini disinyalir akibat kesalahan nakhoda kapal, yaitu Kapten Edward John Smith,
yang membawa TITANIC dengan kecepatan penuh, meskipun di sekitarnya banyak
terdapat gunung es.
Dengan dasar inilah, pada tahun 1914, diselenggarakan International Convention for
the Safety Of Life At Sea (SOLAS Convention), kemudian disusul dengan perbaikan
SOLAS 1929, 1948, 1960, 1974, dan sampai dengan tahun 1990 kesalahan setiap
musibah kapal, hampir semuanya ditimpakan kesalahannya pada nakhoda, perwira, dan
awak kapalnya. Pada tanggal 6 Maret 1987, kapal Herald of Free Enterprice tenggelam,
yang pada pemeriksaannya, ditemukan adanya dislokasi antara manajemen kapal dan
manajemen darat (kantor). Dalam berbagai kecelakaan kapal, ternyata human factor
berperan sangat besar, bukan kesalahan pihak kapal saja. Oleh sebab itu, IMO meng
anjurkan agar manajemen diperbaiki dalam mengelola kapal atau armada kapalnya.

AMENDMENT STCW 1995


1. Pada tahun 1966, dicanangkan sebagai tahun "Bahari".
1
a. lndonesia dengan 17.556 pulau dihadapkan pada tuntutan kualirns pdaut, yaini
_,..... dengan pemberlakukanST 'W 1978Amandemen 1995 ( rCW78Amandemen
95).
b. Dimulainya era globalisasi diwarnai persaingan bebas yang semakin ketat di
segala bidang, termasuk persaingan sumber daya manusia.

95
96 Manolemen Kuelamatan, Keamanan, clan nanMaritim

c. Munculnya asas persaingan, yang meliputi efisiensi, efektivitas, di samping


faktor keselamatan dan faktor lingkungan.
d. Ruang lingkup kegiatan pendidikan kepelautan, yang menyangkut aspek yang
sangat luas, pelik, dan beragam.
2. Pendidikan kepelautan hams mendapat akreditasi:
a. Nasional: Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional.
b. Internasional: Standar internasional hams dipenuhi, yaitu STCW 1995.
Pengawasan melalui port state control untuk meyakinkan apakah para pelaut
memiliki sertifikat dan kompetensi sesuai dengan STCW 1995 tersebut.

KONVENSI SCTW 1978 AMANDEMEN 1995


Materi Amandemen
1. Resolusi
Final act tanggal 7 Juli 1995 di London menetapkan:
a. Resolusi 1: Adoption ofamandements of the annex to international on STCW 1978
b. Resolusi 2: Adoption of the seafarers training, certification and watchkeeping code.
c. Resolusi 3: Transitional provisions.
d. Resolusi 4: Training of radio operators for the global maritime distress and safety
system (GMDSS).
e. Rcsolusi 5: Training and crisis management and human behaviour for personal
serving on board ro-ro passenggers ships.
£ Resolusi 6: Training of personal on passenggers ships.
g. Resolusi 7: Monitoring the implication of alternative certification.
h. Resolusi 8: Promotion of technical knowlodge, skills and professionalism of seafarers.
i. Resolusi 9: Development of international standars of medical fitness for seafarers.
j. Resolusi 10: Training of maritime pilots, vessel traffics service personal and maritime
personal employed on mobile offihore units.
k. Resolusi 11: Promotion of technical cooperation.
L Resolusi 12: Contribution of the world maritime university (WMO) in the
achievement of enhanced standards of maritime training.
m. Resolusi 13: Revision of model courses published by the international maritime
organization.
n. Resolusi 14: Promotion of the participation of women in the maritime industry.
2. Perubahan yang dilakukan terhadap SCTW 1978
a. Alasan perlu diadakannya perubahan:
1) Konvensi yang ada belum secara tepat menjabarkan standar kompetensi
sehingga dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda.
2) Pelaksanaan ketentuan yang ditetapkan tidak berjalan dengan sepenuhnya,
walaupun telah diratifikasi oleh negara-negara anggota
3) Konvensi yang ada kurang mampu menampung perkembangan sistem
manajemen kapal abad 21.
:L _! !r.!.!• Ma naft,men KeMlamatan lntemculonal 97
4) Amandemen 1995 ditandai dengan munculnya 3 ha! baru:
• Tanggung jawab tambahan bagi perusahaan pelayaran
• Keseragaman penjabaran standar kompecensi
• Langkah-langkah baru untuk menjamin pelaksanaan oleh setiap
negara.
3. Pemberlakuan, batasan, dan struktur amandemen
a. Pemberlakuan:
1) 1 Februari 1997, mulai berlaku
2) 1 Agustus 1998, setiap lembaga diklac telah mengimplementasikan SC1W
1995
3) 1 Agustus 1998 sampai dengan 1 Februari 2002 adalah masa cransisi
4) 1 Pebruari 2002, masa transisi berakhir.
b. Ukuran kapal:
1) Untuk bagian dek:
• Ukuran 200 GRT diganci 500 GT
• Ukuran 1600 GRT diganti 3000 GT.
2) Untuk bagian mesin, tetap dipakai ukuran 750 kw dan 3000 kw.
c. Scruktur amandemen:
1) Convention on Standard of Training and Watchkeeping for Seafarers (STCW
Convention) terdiri atas:
• 17 Article
• Annex mencakup 8 chapter acau bab
2) Seafarci:s J.1airtin&_ Certification and WaLchkeepiug Code (STCW Code),
terdiri atas:
• Part A: Mandatory requirements
Standar konvensi yang diminta:
Navigation
Cargo handling and stowage
Controling the operation of the ship and care for persons on board
Marine engineering
Electrical electronic and control engineering
Maintenance and repair
Radio communication.
Tingkatan tanggung jawab:
Management level
Operational level
Supporting level.
• Part B: Recommended guidance
Merupakan petunjuk yang tidak wajib diikuti, tetapi jangan melanggarnya.
4. Dampak terhadap sistem diklat, ujian, dan sertifikasi:
a. Terhadap diklat
I) Kurikulum dan silabus perlu penyesuaian (IMO model course), ditambah
muatan lokal sesuai sistem pendidikan nasional.
2) Standardisasi penerimaan taruna dan siswa peserca program diklat.
98 Manalemen ludaya.KeNlamatan, .Keamanan, dan Pelayanan Marftim j

3) Fasilitas dan peralatan sesuai standar yang ditetapkan khususnya ARPA,


GMDSS, peralatan praktik bengkel, dan lain-lain.
4) Melengkapi, menambah buku dan diktat sesuai IMO model course.
5) Peningkatan tenaga pengajar dan penguji _
6) Standardisasi kegiatan praktik di kapal (sea traininglproyek laut) dengan
buku panduan sesuai ketentuan IMO.

INTERNATIONAL SAFETY MANAGEMENT CODE (ISM


CODE)
ISM Code merupakan kode manajemen internasional untuk keselamatan kapal-kapal dan
pencegahan pencemaran yang telah disahkan oleh majelis IMO. Sebagai contoh, teng
gelamnya kapal penumpang ro-ro Ferry "Her/and of Fire Enterprise" di pelabuhan Zebruge
Belgia. Beberapa menit setelah lepas dermaga pada bulan Maret 1987, kapal penumpang
tersebut tenggelam dan merenggut nyawa 188 jiwa. Menurut pakar kemaritiman, hal ini
disebabkan oleh adanya lack of management control, sehingga IMO dalam sidang Assembly
pada Oktober 1989 menghasilkan Resolusi No. A 647 (16) dengan judul "IMO Gudelines
on Management for the Safe Operation Ship and Port Pollution" yang kemudian disempurna
kan dengan Resolusi No A-680 (17) dalam sidang IMO 1991.
Ketentuan ISM Code direvisi pada tanggal 1 Januari 2002 dan mulai berlaku 1 Juli
2002, sebagai berikut.

Clause 1-16
PART A Implementasi ISM Code
1. Umum.
2. Kebijakan-kebijakan tentang keselamatan dan perlindungan lingkungan.
3. Tanggung jawab dan wewenang nakhoda.
4. Personil yang ditunjuk (DPS).
5. Tanggung jawab dan wewenang nakhoda.
6. Sumber daya dan personil.
7. Pengembangan rencana operasi kapal.
8. Kesiapan keadaan darurat.
9. Laporan dan analisis ketidaksesuaian, kecelakaan, dan kejadian berbahaya.
10. Pemeliharaan kapal dan perlengkapannya.
11. Dokumentasi.
12. Verifikasi tinjauan ulang dan evaluasi perusahaan.

PARTB Sertifikasi dan Verifikasi


1. Sertifikasi dan verifikasi
2. Sertifikasi sementara
3. Bentuk Sertifikasi
jemen Knelomatan International
--------- , -- 99

Kapal yang gaga! memenuhi pemeriksaan dalam Port State Control (PSC) dapat
berarti bahwa kapal clan perusahaan pelayaran tersebut kurang dapat melaksanakan ISM
Code yang digariskan dalam Safety Management System (SMS) untuk dapat dilaksanakan
di atas kapal dengan bai . Apabila kapal sudah melaksanakan ISM Code dengan baik,
perusahaan pelayaran clan kapal sebenarnya st.mah mulai membuat dokumentasi clan
prosedur laporan yang mengarah pada keamanan kapal serta perlindungan lingkungan.
Pengumpulan bukti-bukti sudah harus tercantum dalam SMS yang dibuat oleh
perusahaan perkapalan bagi kapalnya, clan SMS yang telah dibuat, diperiksa oleh Badan
Klasifikasi yang ditunjuk oleh pemerintah.

TIGABELAS ( 13) PERATURAN ISM CODE


Keputusan
DIREKTURJENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
Nomor
PY 67/1/6.96
Tentang
Pemberlakuan Manajemen Keselamatan Kapa!
(International Safety Management Code)
bagi Kapal Berbendera Indonesia.
Ditetapkan
Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan di Jakarta, 12 Juli 1996.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut
(SOENTORO)
Tembusan
1. Menteri Perhubungan
2. Para KAKANWIL DEPHUB
3. ParaADPEL Utama
4. DPP INSAJakarta
5. Direksi PT. BKI Jakarta

Aturan Manajemen Keselamatan lnternasional:


Code 1 Umum (Generab
1.1 Definisi (Definitions)
1.2 Tujuan (Objective)
1.3 Aplikasi (Application)
1.4 Persyaratan Fungsional untuk Sistem Manajemen Keselamatan
(Functional requirement for a Safety Management System).
Code 2 Kebijakan Keselamatan clan Perlindungan Lingkungan
(Safety and Enviromental Protection Policy).
Code 3 Tanggung Jawab clan Otorita Perusahaan
(Company Responsibility and Authority).
Code 4 Personil yang ditunjuk
(Desiplated Person).
Code 5 Tanggung Jawab dan Otorita Nakhoda
(Master's Responsibility and Autority).
Code 6 Sumber Daya Personel
(Resources and Personeb.
100 Manajemen 8 Keselamatan, Keamanan, dan Pe.!!l_anon Maritlm

Code 7 Pengembangan Rancangan untuk Pengoperasian di Kapal


(Development of Plam for Shipboard Operatiom).
Code 8 Kesiapan Darurat
(Emergency Preparedness).
Code 9 Laporan dan Analisis Penyimpangan, Kecelakaan dan Kejadian Rawan.
(Reports and Analysis of Non-Conformities, Accidents and Hazardous
Occurences).
Code 10 Perawatan Kapa! dan Peralatannya
(Maintenance of the Ship and Equipment). ...
Code 11 Dokumentasi
(Documentation).
Code 12 Verifikasi, Tinjau Ulang, dan Evaluasi Perusahaan
(Company Verification, Review and Evaluation)
Code 13 Sertifikasi, Verifikasi, dan Pengendalian

(Certification, Verification and Contro


.....
TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN ISM CODE
International Safety Management (ISM) Code, Phase 2 di Indonesia diberlakukan secara
menyeluruh bagi kapal-kapal niaga, terhitung mulai tanggal 1 Juli 2002. Artinya, pada
tanggal tersebut, semua pengusaha kapal harus sudah melaksanakan ISM Code Phase 2
untuk mendapatkan Document Of Compliment (DOC) bagi perusahaannya dan Safety
Management Certificate (SMC) bagi setiap kapalnya. Untuk memiliki sertifikat-sertifikat
tersebut, perusahaan pelayaran harus sudah memiliki Safety Management System (SMS)
yang sudah berjalan dengan baik selama beberapa bulan dengan bukti tertulis tentang
telah dilakukannya Internal Audit serta Management Review.

Catatan:
ISM Code Phase I menjelaskan bahwa perusahaan pelayaran menyiapkan dokumen SMS dengan

Tahap-tahap pelaksanaan ISM Code meliputi:


1. Seseorang perlu menjelaskan/meftlrrangkan pentingnya perusahaan mengikuti ISM·
Code kepada Top Management serta mendapatkan komitmennya, sebab tanpa
komitmen dari Top Management, usaha ini kemungkinan tidak akan berhasil.
2. · Setelah mendapat lampu hijau dari Top Management, bentuk sebuah tim kerja
(teamwork) dengan personil sebagai berikut: 1 (satu) orang koordinator + anggota
(idealnya dari masing-masing bagian/dinas/departemen di dalam perusahaan,
seperti Nautika, Teknika, Personalia dan lain-lain), dan kalau mungkin, dilibatkan
Kapten kapal serta KKM yang ada di darat.
3. Baca/pelajari persyaratan-persyaratan dari seluruh ISM Code, mulai dari Code l
sampai dengan Code 13.
-----------
I, --a men KeHlomatan lnlamculonal 101
4. Undang ISM Auditor dari Biro Klasifikasi kapal yang Anda kenal dengan baik
untuk memberikan presentasi mengenai ISM Code secara ringkas dengan penekanan
pentingnya Code ini untuk dilaksanakan dan komitmen dari Top Management.
5. Baca/reliti kembali sistem (manual/ unjuk, instruksi, dan sebagainya) yang sudah
ada dalam perusahaan. Buat catatan-catatan kekurangan yang harus dipenuhi.
6. Buat rencana kerja bersama rim pada departemennya masing-masing (time schedule).
7. Rencanakan biaya pelaksanaan (budget) dan mintakan persetujuan dari Pemilik/
Direkrur/Manager tertinggi (Top Management).
8. Teliti kembali dan ubah seperlunya struktur organisasi perusahaan untuk dapat
memenuhi p ararrri. ISM Code. Tentukan persyaratan-persyaratan unruk seorang
Designated Personls Ashore (DPA). Pilih staf yang cocok/mampu untuk menduduki
jabaran DPA.
9. Buat organigram yang memperlihatkan secara jelas posisi DPA, serta garis-garis ko
munikasi antara kapal dan darat, antarbagian/deparremen/dinas dalam perusahaan.
10. Siapkan/buat kebijakan (policy) serta rujuan (objective) perusahaan mengenai
keselamatan dan perlindungan lingkungan, dan cara unruk mencapainya. Tujuan
harus serealistik mungkin dan kemajuannya dapat diukur (measurable).
11. Siapkan/buatkan prosedur kerja dan buku-buku petunjuk untuk organisasi di darat,
diserrai tanggung jawab.serta metode yang digunakan. Buku petunjuk (instruksi)
lebih spesifik dibandingkan dengan prosedur kerja dan tidak menyangkut tanggung
jawab (Shore-based manuals and procedures).
12. Siapkan/buatkan prosedur kerja dan buku petunjuk untuk kapal (Ship-based
manuals and procedures). Setiap pekerjaan yang mempunyai risiko kecelakaan/
kesalahan, sebelum melakukannya, sebaiknya dibuatkan prosedur kerjanya
secara tertulis. Ikut serrakan kepala kerja di kapal maupun di darat untuk membuat
atau menyiapkan prosedur-prosedur tersebut.
13. Pilih staf unruk jabatan '1nternal Auditor" dan berikan/ikutkan pelatihan untuk
jabaran iru (ISM Code Internal Auditor Training).
14. Kirimkan anggota rim ke kapal unruk memperkenalkan/memasyarakatkan sistem
dan buat catatan (generate records) serta siapkan program audit, minrakan saran/
komentar tertulis dari nakhoda dan ABK seperlunya.
15. Adakan perbaikan prosedur/petunjuk kerja sesuai dengan saran dan komentar
nakhoda dan ABK seperlunya.
16. Lakukan internal audit, untuk permulaan dan sebaiknya dilakukan internal audit
lebih sering. Cek keefektifan sistem yang sedang dilaksanakan.
17. Lakukan management review yang paling kurang harus dihadiri oleh DP dan kalau
mungkin Top Management. Lakukan kajian terhadap sistem dan lakukan perbaikan/
perubahan seperlunya atas dasar temuan-temuan di lapangan.
18. Kerjakan (follow-up) temuan dalam audit dan lakukan perbaikan-perbaikan seperlu
nya (corrective action).
102Manapmen luclaya "-••lamatan, Keamanan, dan Pelayanan Marttln't

19. • Undang Auditor Pihak Ketiga (External Auditor) untuk melakukan audit setelah
terbukti bahwa sistem berjalan dengan baik mini{IlUffi 3 (tiga) bulan.

ISTILAH-ISTILAH PENTING DALAM ISM CODE


1. Perusahaan (Company)
Perusahaan tidak harus seorang pemilik kapal (owners of the ship), tetapi bisa orga
nisasi atau perorangan, seperti Manajer atau Bare Boat Charter, yaitu mereka yang
dianggap (assumed} bertanggung jawab terhadap pengelolaan kapal (operation of
ships) dari pemilik kapal yang bersangkutan dan telah menyetujui untuk mengambil
alih semua kewajiban, serta tanggung jawab yang disyaratkan dalam peraturan ISM
Code. Persetujuan atau limpahan tanggung jawab ini harus berbentuk perjanjian
tertulis yang ditandatangani oleh kedua pihak.
2. Kebijakan Perusahaan (Company Policy)
Kebijakan perusahaan harus berupa pernyataan tertulis dan ditandatangani oleh
pimpinan perusahaan pengelola kapal yang bersangkutan, menyangkut komitmen
nya mengenai kebijakan keselamatan dan perliqdungan terhadap pencemaran laut
(safety and enviromental protection policy), yang disertai penjelasan mengenai tujuan
nya dan bagaimana cara untuk mencapainya. Kebijakan perusahaan ini harus di
sebarluaskan, dimasyarakatkan, dan dijaga pada semua tingkatan personil dalam
organisasi perusahaan di kapal maupun di kantor/di darat.
3. Designated Personls'Ashore (DPA)
Disgnated Person/s Ashore adalah sebuah jabatan yang harus ada di dalam Sistem
Manajemen Keselamatan sebuah perusahaan pengelola kapal yang bisa dijabat oleh
seseorang atau lebih yang mampu menghubungkan perusahaan dengan mereka
yang berada di kapal. Mereka yang dipilih/ditunjuk untuk jabatan ini harus
diberikan akses langsung dan mampu berkomunikasi dengan top management atau
pimpinan puncak (tertinggi) dalam perusahaan. Tugas DPA adalah menjamin
bahwa setiap kapal dalam perusahaan akan dapat beroperasi dengan aman.
Kewenangan serta tanggung jawabnya meliputi pemantauan semua aspek ke
selamatan pengoperasian serta pencegahan"'flCncemaran untuk setiap kapal clan
menjamin tersedianya resources (perlengkapan hardware maupun software untuk
kapal) yang cukup memadai serta dukungan dari kantor di darat yang diperlukan
oleh kapal.

LATIHAN-TUGAS
1. Kapan Dirjen Perhubungan Laut menerbitkan Keputusan tentang International
Safety Management (ISM) Code dan kapan ISM Code harus dilaksanakan secara

2.
menyeluruh pada kapal-kapal berbendera Indonesia? _
-
Sebutkan secara singkat 13 (tigabelas) Code dari International Safety Management
(ISM) Code, yang harus diimplementasikan pada manajemen di kapal?
3. Sebutkan secara singkat cahapan-tahapan pelaksanaan ISM Code di atas kapal dan
apakah keuncungannya, jika ISM Code dilaksanakan di acas kapal?
4. Jelaskan apakah artinya:
• Designated Personls Ashore (DPA)?
• Non Confirmative Notes (NCN)? Berikan contohnya!
• Major Non Confirmative Notes? Berikan contohnya!
5. Jelaskan apakah arcinya:
• Observasi cemuan Auditor? Berikan concohnya!
• Hubungan manajemen perawatan dengan tugas Auditor?
• Perbedaan antara audit dan survei?

RANGKUMAN
ISM Code secara umum dan berlaku umum pelaksanaannya adalah:
1. Apa yang telah direncanakan, harus ditulis (Planning)
2. Apa yang sudah diculis agar secepatnya dikerjakan (Action)
3. Apa yang sudah dikerjakan, dievaluasi, dan dilaporkan (Reporting)

"Rasa bahagia dan tidak bahagia bukan berasal dari apa yang Anda miliki, bukan
pula berasal dari siapa diri Anda, atau apa yang Anda kerjakan. Bahagia dan tidak
bahagia berasal dari pikiran Anda"

Dale Carnegie (1888-1955, Pakar & Penulis Buku Motivasi)

Anda mungkin juga menyukai