Laporan Prak. Antum Dwi Susanti
Laporan Prak. Antum Dwi Susanti
“ANATOMI TUMBUHAN”
ASISTEN PRAKTIKUM :
1. Cindy Anggraini
2. Destiana
3. Fuja Tri Wulandari
4. Mega Silvia
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga buku
panduan praktikum Anatomi Tumbuhan ini dapat disusun tepat waktu. Buku ini berisi
tentang teori dan konsep dasar Anatomi Tumbuhan secara umum yang berfungsi
melaksanakan praktikum Anatomi Tumbuhan di laboratorium.
Penulisan buku panduan praktikum ini dimaksudkan untuk memberikan arahan bagi
mahasiswa dan juga para pembimbing dalam membuat proposal dan laporan tugas dengan
benar dan seragam. Buku panduan praktikum Anatomi Tumbuhan ini secara berkala akan
direvisi sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan kondisi perkembangan. Penyusunan buku
panduan ini membutuhkan waktu dan pemikiran yang mendalam, oleh karena itu kritik dan
saran dari berbagai pihak akan sangat bermanfaat guna penyempurnaan dimasa mendatang.
Apresiasi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang
telah turut berpartisipasi dalam penyusunan dan penyempurnaan buku ini.
Semoga buku ini dapat memberikan manfaat.
Penyusun
PETUNJUK KEGIATAN
Agar Anda memperoleh hasil yang maksimal dalam mempelajari pedoman praktikum
ini, ikuti tipe tunjuk pembelajaran dibawah ini!
1. Pelajari terlebih dahulu dengan cermat landasan teori dari hal-hal yang akan
dipraktikkan;
2. Sebelum melakukan percobaan, bacalah berkali-kali langkah kerja dari setiap kegiatan
percobaan sampai Anda memahami bentuk langkah- langkah apa saja yang harus Anda
lakukan;
3. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan sebelum Anda melakukan kegiatan
praktikum;
4. Catat dan gambar hasil kegiatan praktikum pada lembar kerja yang telah tersedia;
5. Lakukan semua kegiatan dengan saksama, teliti, dan hati-hati; dan
6. Buatlah laporan kegiatan praktikum dengan baik, benar, dan ditulis.
PRAKTIKUM I
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Umbi wortel
(Daucus carota)
2. Bayam hijau
(Amaranthus
gangeticus)
4. Bawang Merah
(Allium cepa)
5. Nanas Kerang
(Rhoeo discolor)
6. Gabus
7. Aquadest
8. Methilen Blue
E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan saat
melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit dalam
mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari pembesaran
lemah hingga tinggi hingga komponen selnya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan tersebut
dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil pengamatan :
Gambar Pengamatan Foto Pengamatan
(Hasil Praktikum ) (Referensi )
Xilem floem
Dinding sel
Epidermis
Wortel melintang
(4x10)
Sumber : (Wahyuni : 2019)
Dinding sel
Dinding sel
Poligon
Nanas Kerang Membujur
perbesaran (4x10)
Sumber: ( Delia, 2019)
G. Pembahasan
Setiap makhluk hidup pasti tersusun dari sel, yang jumlahnya ribuan bahkan
jutaan sel. Sel pertama kali dikenalkan oleh Robert Hooke pada tahun 1665 yang
makhluk hidup. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel, karena
itulah sel dapat berfungsi secara autimon asalkan seluruh kebutuhan hidupnya
ukurannya sangat kecil maka sel tidak bisa dilihat langsung dengan mata telanjang
akan tetapi bisa dilihat dengan bantuan alat optic berupa mikroskop. Sel bekerja pada
bidangnya masing-masing sesuai dengan bentuk dan fungsinya. Sel tumbuhan dan
mengetahui bentuk dari sel tersebut maka harus dilakukan pengamatan mengenai sel
(Yatim, 1987).
Pada praktikum Anatomi Tumbuhan, yakni pada praktikum pertama
membahas tentang “Sel Tumbuhan”. Berbagai macam bentuk sel yang kami
jumpai. Pada praktikum kali ini kelompok kami mengamati tumbuhan umbi wortel
(Daucus carota), bayam hijau (Amarhantus gangeticus), batang mawar (Rosa L),
bawang merah (Allium cepa), dan nanas kerang (Rhoeo discolor).Dari pengamatan
beberapa bahan yang telah dilakukan pada wortel, bayam, mawar, bawang merah,
nanas kerang yang disayat dengan melintang dan membujur dengan setipis mungkin
untuk dapat terbentuk dan terlihat bagian sel pengangkut dan sel nya dengan jelas
(Kurniasari, 2011).
Seperti pada wortel terlihat berkas pengangkutnya epitel pipih berlapis banyak
bentuknya persegi panjang, rapat satu kotaknya dia berlapis banyak, betakarotinnya
disimpan oleh vakuola, dan mengandung fikoerektrin yaitu pigmen merah keunguan,
wortel termasuk kedalam dikotil daunnya majemuk menyirip. Bayam hijau yang
diamati adalah inti sel yang di mana pada pengamatan itu terlihat juga parenkim
papan (tangensial) papan yang berderet, bayam melintang persegi panjang (epidermis)
sedangkan membujur polygon (segi enam) tunika pada pinggirannya dan torpus segala
arah bayam termasuk dikotil meristem dekat dengan berkas pengangkut dan terdapat
parenkim (Pramesti, 2010).
Pada batang mawar sel yang berbentuk persegi panjang warnanya masih
terdapat warna hijau mengandung klorofil dan dimana terlihat pitakaspari pada
sayatan dan merupakan parenkim penimbun. Bawang merah memiliki fikoerektin
yang mana menghasilkan warna merah jika diamati dibawah mikroskop dan
bentuknya seperti polygon. Nanas kerang dalam sayatannya terdapat bentuk polygon
dan mengandung warna merah yang disebut fikoerektin (Schultze, 1874).
Pada pengamatan sayatan melintang Allium cepa telihat jelas sel-sel nya. Sel
pada Allium cepa berbentuk segi lima dan sangat rapat, tidak ada ruang antar sel.
Sedangkan pada pengamatan sayatan membujur Allium cepa terlihat ada bintik-bintik
hitam pada bagian tengah sel yaitu inti sel. Bentuk sel nya persegi panjang. Bagian
yang ada di dalam sel merupakan sitoplasma. Sedangkan pembatas sel itu dinamakan
dinding selnya. Pada sel bawang merah terdapat sel tunggal yang berfungsi
untukmengendalikan kegiatan sel itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh adanya nukleus
yang merupakan organel sel terpenting bagi metabolisme dan kehidupan sel (Hart,
1972).
Pada pengamatan melintang dan membujur Daucus carota, terlihatadanya
sel dan bagiannya, yaitu hanya dinding sel dan sitoplasma, sedangkan inti selnya
tidak terlihat. Hal ini dapat dikatakan bahwa sel yang ada di dalam umbi Daucus
carota ini adalah sel mati karena tidak mengandung inti. Bentuk sel nya ada yang
bulat dan memanjang serta tidak beraturan (Gilland, 1985).
Pada pengamatan Rhoeo discolor bentuk selnya ada yang segilima dan segi
enam. Selnya tersusun sangat rapat. Bagian yang terlihat pada pengamatan dari
Rhoeodiscolor yaitu adanya dinding sel dan sitoplasma. Sedangkan inti selnya
tidak telihat atau bahkan tidak ada. Pada gambar referensi terlihat ada stomata
didalam Rhoeodiscolor. Stomata ini berfungsi sebagai tempat respirasi sel.
Stomata bisa membuka dan menutup (Kurniasari, 2011).
Pada pengamatan melintang daun bayam (Amaranthus sp) terlihat adanya sel
yang berbentuk bulat dan tersusun secara tidak merata. Sedangkan pada pengamatan
membujur terlihat adanya sel berbentuk bulat memanjang dan tersusun sedikit
merata. Sel pada daun bayam ini tidak memiliki inti sel, tetapi memiliki dinding sel
dan sitoplasma. Pada gambar referensi sangat jelas sel-sel pada daun bayam ini
berbentuk bulat dan tersusun secara rapat tetapi tidak beraturan. Berdasarkan gambar
referensi dari preparat batang bayam disana terlihat adanya epidermis, korteks,
kambium, floem dan xylem. Jaringan epidermis merupakan jaringan tubuh tumbuhan
yang terletak paling luar. Jaringan epidermis menutupi seluruh tubuh tumbuhan
mulai dari akar, batang, hingga daun. Biasanya epidermis hanya terdiri dari selapis
sel yang berbentuk pipih dan rapat . Korteks adalah bagian terluar dari batang atau
akar tumbuhan yang dibatasi bagian luar epidermis dan dibagian dalam oleh
endodermis. Kambium yang biasanya ditemukan pada batang dan akar yang
bertanggung jawab atas pertumbuhan sekunder tumbuhan (Al Mubin, 2012).
H. Kesimpulan
C. Dasar teori
Suatu sel pada tumbuhan memiliki karakteristik yang membedakannya dengan
sel pada hewan. Salah satu karakteristik pembeda sel tumbuhan adalah adanya
dinding sel pada struktur penyusun selnya. Dinding sel itu sendiri merupakan suatu
lapisan yang tersusun atas senyawa selulosa, zat pektin, hemiselulosa, dan
glikoprotein. Dinding sel pada sel tumbuhan memiliki peran sebagai pelindung
organel-organel sel yang ada didalamnya dan untuk mempertahankan bentuk sel pada
sel tumbuhan.
Menurut Hidayat (1995), adanya dinding membedakan sel tumbuhan dari sel
hewan. Dinding sel telah banyak diteliti karena kepentingannya dari segi biologi
maupun komersial. Informasi itu ditunjang oleh penelitian dari segikimia, biokimia,
fisika, dan morfologi. Suatu dinding sel dihasilkan dari protoplas kearah luar.
Senyawa yang terutama terdapat didalam dinding sel adalah selulosa. Dan senyawa
lainnya meliputi hemiselulosa, pektin, protein, serta zat seperti lignin (zat kayu), dan
suberin (zatgabus). Lapisan-lapisan tersebut meliputi dinding primer, dinding
sekunder, dan dinding tersier.
Namun ada pula bagian pada dinding sel yang tidak mengalami penebalan,
yakni noktah. Noktah itu sendiri dapat diartikan sebagai tempat berhubungannya
sitoplasma suatu sel dengan sitoplasma sel yang ada di samping sel tersebut. Suatu
noktah pada sel, senantiasa berpasangan karena melibatkan bagian dinding antara dua
sel yang berdampingan. Kedua noktah yang berpasangan itu dapat disebut sebagai
pasangan noktah. Dan setiap bagian dari pasangan itu memiliki ruang noktah, dan
selaput yang memisahkannya yang disebut sebagai selaput noktah (Hidayat, 1995).
D. Prosedur Percobaan
1. Alat :
No. Alat Gambar
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Daun Begonia (Begonia
sp.)
5. Gabus
6. Aquadest
7. Methilen Blue
E. Langkah Kerja :
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan saat
melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit dalam
mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari pembesaran
lemah hingga tinggi hingga komponen selnya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan tersebut
dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Foto Pengamatan Foto Referensi
Dindin
g sel
Sel
Epidermi sel
s bawah
Epidermi
s atas
Daun Begonia (membujur)
Perbesaran (4x10)
Sumber : (Susanti,2019)
Klasifikas : Begonia
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Violales
Family : Begoniaceae
Genus : Begonia
Spesies : Begonia sp
Sel
Epidermis
Pigmen
klorofil
Dinding sel
sel
Beringin Putih (Melintang)
Perbesaran (4x10)
Sumber : (rahayu, 2019)
Sel
G. Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu tentang dinding sel pada tumbuhan. Dinding sel
sendiri merupakan bentuk matriks ekstraseluler yang mengalami perluasan. Dinding
sel hanya terdapat pada tumbuhan, yang fungsinya itu seperti memberi bentuk pada
tumbuhan. Dinding del sendiri bersifat keras dan kaku, sehingga ia dapat melindungi
isi sel (organel) yang ada didalamnya. Dinding sel mempunyai beberapa lapisan yaitu
dinding primer, lamela, dinding sekunder (Campbell,2002).
Pada praktikum kali ini bahan pertama yaitu daun begonia. Sayatan diamati
dengan menggunakan perbesaran 4x10. Begonia mempunyai dinding sel yang tipis
dan lentur. Pada begonia ini mempunyai derivat epidermis berupa trikoma yang
runcing atau disebut juga dengan trikoma non grandular. Trikoma non grandular ini
yang biasanya hanya berupa tonjolan seperti duri-duri pada batang, daun atau buah
yang tidak menghasilkan sekret. Muculnya derivat pada dinding sel begonia berfungsi
untuk menghadapi cuaca yang ekstrim dan melindungi dirinya dari gangguan luar.
selain itu, trikoma ini berfungsi untuk mengurangi penguapan. pada begonia ini
memiliki zat berupa antosianin yaitu daunnya berwarna kemerahan.
Pada daun suji, sayatan daun suji diamati dengan perbesaran 4x10. Daun suji
memiliki warna hijau yang artinya daun suji ini mengandung klorofil untuk
fotosintesis. Sama halnya dengan tumbuhan lain daun suji memiliki dinding sel yang
berfungsi untuk memberi bentuk. Daun suji memiliki sel parenkim terutama pada
epidermis. Sel parenkim pada epidermis berfungsi untuk menetrasi cahaya dan
mengatur keluar masuknya zat (Dedy,2018).
Pada bahan selanjutnya yaitu lidah buaya, lidah buaya memiliki daging pada
daunnya. Dilihat dari segi morfologi lidah buaya memiliki derivat berupa duri
dipinggiran dari daunnya. Jika dilihat dari segi anatomi lidah buaya memiliki stomata
(Fahn,1991). Letak stomatanya ini tidak sejajar dengan permukaan epidermis
sehingga stomatanya tenggelam. Biasanya stomata yang tenggelam ini terdapat pada
tumbuhan yang berdaun tebal. Stomata daun lidah buaya dapat tertutup rapat pada
musim kemarau karena untuk menghindari hilangnya air daun. Pada dinding sel lidah
buaya terdapat zat berupa pektin. Pektin merupakan polimer dari heterosakarida yang
diperoleh dari dinding sel tumbuhan. Pektin dapat membentuk gel dengan bantusan
asam dan gula (rahmawati, 2007).
Selanjutnya pada beringin putih, organ yang diamati yaitu daun. Pengamatan
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4x10. Dinding sel pada beringin putih
mengalami penebalan yang tidak merata, dinding sel yang menghadap keluar umunya
lebih tebal. Terdiri dari lignin tetapi umumnya dari kutin. Penebalan kutin ini
membentuk suatu lapisan kutikula yang ketebalannya tergantung pada habitat. Selain
itu pada daun beringin putih terdapat stomata. Stomata adalah celah diantara
epidermis yang diapit oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel penutup. Di
dekat sel penutup terdapat sel-sel yang mengelilinginya yang disebut juga sel
tetangga. Sel penutup dapat membuka dan menutup sesuai dengan kebutuhan tanaman
akan transpirasinya, sedangkan sel-sel tetangga turut serta dalam perubahan osmotik
yang berhubungan dengan pergerakan sel-sel penutup. Stomata terdapat pada semua
bagian tumbuhan yang terdedah ke udara, tetapi lebih banyak terdapat pada daun.
Pada epidermis Ficus benjamina memiliki bentuk yang tidak beraturan, sedikit
berlekuk dan epidermisnya memiliki ukuran yang paling besar dibandingkan kedua
jenis lainnya. Pada epidermis Ficus microcarpa memiliki susunan yang tidak
beraturan, mempunyai lekukan dan ukuran epidermisnya relatif lebih kecil
(Purnomo,2009).
Jadi, dinding sel merupakan perluasaan matriks ekstraseluler. Fungsi dari
dinding sel yaitu sebagai pengatur keluar masuknya zat. Memberi bentuk pada
tumbuhan. Pelindung sel tumbuhan dan sebagai pertahanan. Dinding sel tumbuhan
terletak paling luar yang mengeliling setiap sel tumbuhan.
H. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dinding sel merupakan
perluasaan matriks ekstraseluler yang bersifat kaku dan tebal. Pada begonia dinding
selnya tipis dan lentur. Pada epidermisnya terdapat trikoma non grandular. Pada daun
suji, dinding selnya berwarna hijau yang menandakan daun suji mengandung klorofil.
Pada beringin putih dinding selnya mengalami penebalan yang tidak merata dan
terdapat stomata. Pada lidah buaya, dinding selnya tebal dan terdapat stomata.
I. Daftar Pustaka
Campbell. 2002. Biologi Jilid I. Jakarta : Erlangga
Dedy Hendra Gunawan. 2018. Penurunan senyawa saponin pada gel lidah buaya
dengan perebusan dan pengukusan. Jurnal Teknologi Pangan Vol 9 (1): 41-44
Th.2018. ISSN : 2597-436X.
Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi ke 3. Yogyakarta : UGM press
Purnomo dkk. 2009. Biologi untuk kelas XI untuk SMA dan MA. Jakarta : Pusat
Pembukuan Departemen Pendidikan Republik Indonesia.
Rahmawati, dkk. 2007. Biologi umum. Surabaya: Unesa University press
PRAKTIKUM III
A. Judul Praktikum : Jaringan Meristem
B. Tujuan Praktikum :
1. Dapat melakukan percobaan mengenai jaringan meristem.
2. Mengamati dan Mendekskripsikan zat yang terdapat di jaringan meristem yang
diamati.
3. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
4. Membuat laporan praktikum dengan jelas.
C. Dasar teori
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup yang tubuhnya tersusun atas
banyak sel. Sel-sel pada tubuh tumbuhan tersebut akan membentuk pengelompokan
di tempat tertentu dan terbentuklah adanya jaringan. Jaringan itu sendiri dapat
diartikan sebagai sekelompok sel yang memiliki struktur dan fungsi yang sama dan
terikat oleh bahan antar sel yang membentuk suatu satu kesatuan. Suatu jaringan
penyusun tubuh tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi dua macam bila
pembagiannya didasarkan pada tahap perkembangannya, yakni jaringan meristem
dan jaringan dewasa.
Pada awal perkembangan tumbuhan, semua sel-sel melakukan pembelahan
diri. Namun, dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut,
pembelahan sel menjadi terbatas dibagian khusus dari tumbuhan. Jaringan ini tetap
jadi bersifat embrionik dan selalu membelah diri. Jaringan embrionik ini disebut
meristem. Pada dasarnya pembelahan sel dapat pula berlangsung pada jaringan selain
meristem, seperti pada jaringan korteks batang, tetapi jumlah pembelahannya sangat
terbatas (Nugroho, 2006).
Jaringan meristem adalah suatu jaringan yang sel penyusunnya bersifat
embrional, artinya mampu terus-menerus melakukan pembelahan diri untuk
menambah jumlah sel tubuhnya. Sel-sel pada jaringan meristem biasanya merupakan
sel-sel muda dan belum mengalami diferensiasi dan spesialisasi. Berdasarkan
letaknya pada tubuh tumbuhan, jaringan meristem diklasifikasikan menjadi tiga
macam, yakni meristem apikal yang terdapat diujungbatang dan ujung akar, meristem
interkalar yang terdapat diantara jaringan dewasa (misalnya dipangkal ruas batang
rumput), dan meristem lateral yang terdapat pada kambium pembuluh dan kambium
gabus.
Pola pertumbuhan tumbuhan bergantung pada letak meristem. Meristem
apikal, berada pada ujung akar dan pucuk tunas, menghasilkan sel-sel bagi tumbuhan
untuk tumbuh memanjang. Pemanjangan ini,yang disebut sebagai pertumbuhan
primer. Selain itu ada pula pertumbuhan sekunder, yaitu adanya aktivitas penebalan
secara progresif pada akar dan tunas yang terbentuk sebelumnya oleh pertumbuhan
primer (Campbell, 2003).
D. Prosedur Percobaan
1. Alat :
No. Alat Gambar
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Rumput Gajah (Pennisetum
purpureum)
2. Sri Rejeki
3. BawangMerah (Allium cepa)
4. KecambahKacangHijau
(Vigna radiata)
6. Gabus
7. Aquades
8. Methilen Blue
E. Langkah Kerja :
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan saat
melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit dalam
mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat di bawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari pembesaran
lemah hingga tinggi hingga komponen selnya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.Gambar
dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil pengamatan :
Foto Pengamatan Foto Referensi
1 2
1 Epidermis
2 Korteks
Rumput Gajah (melintang)
Perbesaran (4x10)
Sumber : (Chairunnisa, 2019)
1 2 3
1. Epidermis
2. Berkas pengangkut
3. korteks
Jaringan
epidermis
Rumput Gajah (Membujur)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Chairunnisa, 2019)
Klasifikasi : Rumput Gajah
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum purpureum
Foto Pengamatan Foto Referensi
1 2 3
1. Korteks
2. Trikoma nongranuler Sri rejeki (Membujur)
3. Epidermis Sumber: http//academia.edu.blogs.
1 2
1. Berkas pengangkut
2. Korteks
Jaringan meristem
Sri Rejeki (Membujur)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Chairunnisa,2019)
Klasifikasi : Sri Rejeki
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Alismatales
Family : Araceae
Genus : Aglaonema
Spesies : Aglaonema sp.
Foto Pengamatan Foto Referensi
1 2 3
1. Berkas pengangkut
2. Korteks
3. Sel bawang
BawangMerah (Membujur)
Perbesaran 4x10 Jaringan meristem
Sumber : (Choirunnisa, 2019)
Klasifikasi : Bawang merah
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Asparagales
Family : Amaryllidaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa
Foto Pengamatan Foto Referensi
1 2
1. Epidermis
2. Korteks
KecambahKacangHijau
(Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (, 2019)
1 2
1. Epidermis
2. Berkas pengangkut Gambar: kecambah
Sumber : http//eviprancintia.blogspot.
Kecambahkacanghijau
(Membujur)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Fratiwi, 2019)
Klasifikasi : KecambahKacangHijau
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna radiata
Foto Pengamatan Foto Referensi
1 2 3 4 5
1. Epidermis
2. Ruang antar sel
3. Parenkim air
4. Berkas pengangkut
5. Korteks
Tunas Pisang(Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Chairunnisa,2019)
1 2 3
1. Epidermis
2. Parenkim air
3. Ruang antar sel Jaringan
meristem
Tunas Pisang(Membujur)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)
Tunas Pisang (Membujur)
Sumber : www.academia.edu
H. Kesimpulan
jaringan meristem adalah jaringan muda sekelompok sel-sel yang aktif
membelah. Sel-sel meristem akan menghasilkan sel baru yang sebagian dari hasil
pembelahan akan tetap berada didalam meristem, hal ini disebut sebagai sel
permulaan atau inisial. Sedangkan sel-sel baru digantikan kedudukannya oleh sel
meristem yang disebut dengan derivat atau turunan. Sedangkan jaringan meristem
dewasa adalah jaringan yang mengalami deferensiasi. Jaringan ini sudah tidak
mengalami pembelahan lagi atau tidak aktif. Dalam pengamatan kali ini ada beberapa
bahan yang pengamatannya berhasil yaitu pada rumput gajah saja yang ditemukan
pada sayatan membujur, sedangkan pada bahan-bahan yang lain itu ditemukan
bagian-bagian anatomi tumbuhan lainnya seperti epidermis, korteks, ruang antar sel,
trikoma non granuler, dan parenkim air.
I. Daftar pustaka
Barlian. 2005. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Estiti, Chidayah. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.
Johnson, D.M., W.K.Smith, M.R. Silman. 2002. Climate-independen paleoaltimetri
using stomatal density in fosil leaves as a proxy for CO2 partial pressure.
Dapartement of Biology. USA.
Kartasapoetro, A.G. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuhan-tumbuhan (Tentang sel dan
jaringan). Jakarta: PT Rineka cipta.
Pracintia, Evi. 2013. Struktur Sel Bawang Merah. Bandung: Rajawalipress.
PRAKTIKUM IV
C. Dasar teori
Suatu jaringan penyusun tubuh tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi
dua macam bila pembagiannya didasarkan pada tahap perkembangannya, yakni
jaringan meristem dan jaringan dewasa. Jaringan meristerm adalah jaringan yang
bersifat embrional, artinya mampu terus-menerus membelah diri untuk menambah
jumlah sel tubuh. Sedangkan jaringan dewasa adalah jaringan yang terbentuk dari
diferensiasi dan spesialisasi sel-sel hasil pembelahan jaringan meristem. Jaringan
dewasa ini umunya tidak lagi mengalami pertumbuhan. Jaringan dewasa meliputi
jaringan epidermis, jaringan parenkim, jaringan penyokong (kolenkim dan
sklerenkim), serta jaringan pengangkut (xilemdan floem).
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan pengamatan yang terfokus
mengenai jaringan dewasa, khususnya jaringan parenkim pada tumbuhan. Jaringan
parenkim itu sendiri merupakan suatu jaringan yang umumnya disebut sebagai
jaringan dasar karena menjadi tempat bagi jaringan-jaringan yang lain. Selain sebagai
jaringan dasar, parenkim juga berfungsi sebagai jaringan penghasil dan penyimpan
cadangan makanan.
Jaringan ini tersusun atas sel-sel hidup dengan bentuk dan fisiologi yang sama.
Sel-sel penyusun jaringan parenkim ini umumnya tersusun tidak rapat, sehingga
terdapat ruang diantara sel yang satu dengan sel lainnya. Parenkim merupakan
jaringan dengan sel-sel yang membentuk jaringan sinambung dalam korteks akar,
batang, dan mesofil daun. Selain itu, parenkim juga terdapat sebagai jari-jari empulur.
Sel parenkim adalah sel hidup yang mampu tumbuh dan membelah. Fungsinya antara
lain dalam fotosintesis, penyimpanan bahan, dan penyembuhan luka (Hidayat, 1995).
D. Alat dan bahan :
1. Alat :
No. Alat Gambar
1. Mikroskop
2. PipetTetes
3. Pinset
4. Cawan Petri
5. Objek Glass
No. Alat Gambar
6. Cover Glass
7. Pisau/Silet
8. Kertas Label
2. Bahan
No. Bahan Gambar
1. Lidah buaya (Aloe vera)
6. Gabus
7. Aquadest
8. Methilen Blue
No. Bahan Gambar
E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan saat
melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit dalam
mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari pembesaran
lemah hingga tinggi hingga komponen selnya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan tersebut
dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil pengamatan :
FotoPengamatan Foto Referensi
Epidermis Epidermis
Parenkim Parenkim
Udara Udara
Melintang 4x10 Melintang 4x10
(Sari, 2019) (Rusdiana, 2018)
Parenkim
Udara Parenkim
Udara
Klasifikasi : EcengGondok
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Commenlinales
Family : Pontederiaceae
Genus : Eichhornia
Spesies : Eichhornia crassipes
Parenkim Parenkim
Udara Udara
Parenkim
Parenkim
Palisade
Palisade
ParenkimBung
aKarang
Klasifikasi : Teratai
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Nymphaeales
Family : Nymphaeaceae
Genus : Nymphaeae
Spesies : Nymphaeae pubescens
G. Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa, Jaringan parenkim
nama lainnya adalah jaringan dasar. Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit
akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Jaringan ini bersifat merismatis
sehingga mampu membentuk jaringan-jaringan lain. Bentuk sel parenkim bermacam-
macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim, yang mengandung
rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan cadangan makanan dan air oleh
tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim. Berdasarkan fungsinya jaringan
parenkim dibedakan menjadi beberapa macam antara lain, Parenkim asimilasi
(klorenkim), Parenkim penimbun, Parenkim air, Parenkim penyimpan udara (aerenkim).
Sedangkan berdasarkan bentuknya, jaringan parenkim dibedakan menjadi jaringan
palisade, jaringan bungakarang, jaringan parenkim bintang, jaringan parenkim
pengangkut, dan jaringan parenkim lipatan. (Mader, 2004).
Parenkim asimilasi (Klorenkim) adalah sel parenkim yang mengandung klorofil
dan berfungsi untuk fotosintesis. Parenkim penimbun adalah sel parenkim ini dapat
menyimpan cadangan makanan yang berbeda sebagai larutan di dalam vakuola, bentuk
partikel padat, atau cairan di dalam sitoplasma.Parenkim air adalah sel parenkim yang
mampu menyimpan air. Umumnya terdapat pada tumbuhan yang hidup didaerah kering
(Xerofit), tumbuhan epifit, dan tumbuhan sukulen. Parenkim udara (Aerenkim) adalah
jaringan parenkim yang mampu menyimpan udara karena mempunyai ruang antar sel yang
besar. Aerenkim banyak terdapat pada batang dan daun tumbuhan hidrofit
(Saktiyono. 1999).
Pada praktikum kali ini dengan judul jaringan pengangkut, digunakanlah sayatan
melintang dan membujur Lidah Buaya (Aloe vera), sayatan melintang dan membujur daun
jagung (Zea mays), dan sayatan melintang dan membujur eceng gondok
(Eichhorniacrassipes), sayatan melintang dan membujur Teratai (Nymphaeaepubescens),
sayatan melintang dan membujur kangkung (Ipomoea aquatica) dengan perbesaran 4x10
dan 10x10. Pada tumbuhan lidah buaya (Aloe vera) dengan sel sel parenkim yang
medominasi adalah parenkim air dimana parenkim ini sebagain besar tubuhnya didominasi
untuk menyimpan cadangan air sehigga dapat terlihat bahwa pada tanaman ini dinding-
dinding selnya sangat terlihat lebar dikarenakan hampir seluruh bagian tubuhnya dialih
fungsikan untuk menyimpan cadangan air dengan begitu parenkim, parenkim air
merupakanparenkim yang berfungsi untuk menyimpan air. Selain menemukan jaringan
parenkim air pada lidah buaya juga ditemukannya jaringan-jaringan yang lainnya seperti
jaringan epidermis, yang berada di sebelah luar dari jaringan parenkim dan hampir
menutupi keseluruhan jaringan parenkim pada tumbuhan, dengan adanya jaringan
parenkim air maka tumbuhan akan menyimpan banyak cadangan air ketika terjadinya
kekeringan.
Pada tumbuhan jagung (Zea mays), terdapat epidermis yang terdiri atas selapis sel
dan terdapat pada bagian terluar. Dinding sel terluar sangat tebal dan berkutin. Bagian
terdalam adalah endodermis atau sarung amilum, diantara epidermis dan endodermis
terbagi menjadi dua bagian yaitu kolenkim terdapat di sebelah epidermis. Sel-sel ini
adalah parenkim yang mengalami modifikasi dengan adanya penebalan yang ada disudut-
sudut yang mengandung selulosa dan pectin. Epidermis dibentuk oleh sel epidermis yang
letaknya agak berjauhan dari meristem akar. Lapisan terluar akar tersusun dari epidermis
yang tersusun atas sel-sel yang rapat satu sama lain tanpa ruang antar sel, berdinding
tipis, memanjang sejajar sumbu akar, pada penampang melintang membentuk membulat.
Pada dinding selnya tidak mengandung kutikula. Penebalan dinding sel terjadi pada
bagian akar yang terbuka terhadap udara. Permukaan sel epidermis sebelah luar
membentuk tonjolan yaitu rambut akar. Sel-sel yang membentuk rambut akar letaknya
dibelakang daerah pembentangan. Bulu akar biasanya tumbuh memanjang tegak lurus
pada sumbu akar, sehingga makin memperluas daerah penyerapan, rambut akar ini
umumnya pendek. Rambut akar tidak ada dekat meristem apical dan biasanya mati dan
mengering di bagian-bagian akar yang lebih dewasa. Endodermis terdapat disebelah luar
korteks bersambungan membentuk silinder. Sel-sel endodermis membentuk pita / jalur
caspari yaitu penebalan dari saluran suberin dan lignin pada sisi radial dan anti klinal.
Pita ini akan melebar dengan pengendapan baru sehingga membentuk dinding tebal.
Akibat adanya penebalan ini larutan tidak dapat menembusnya. Jaringan pengangkut
dipisahkan dari korteks oleh endodermis. Bagian terluar yang berbatasan dengan
endodermis adalah perisikel yang tersusun atas sel-sel parenkim berdinding tipis.
Perisikel hanya terdiri dari satu lapis sel saja. Berhubungan langsung dengan proto floem
dan protoxilem dan sudah dapat dibedakan sebelum pembentukan lignin pada unsure
protoxilem. Felogen berkembang di bagian luar korteksnya (Dasuki, 1994).
Dari pengamatan yang telah dilakukan pada sayatan Eceng Gondok didapatkan hasil
bahwa pada sel aerenkim eceng gondok memiliki ruang antar sel yang dimiliki terlihat
sangat jelas dan ukurannya terlihat lebih besar dibandingkan dengan bagian sel parenkim
eceng gondok. Susunan sel aerenkim pada enceng gondok tersusun sejajar membentuk
barisan lingkaran besar sehingga dapat terlihat ruang antar sel yang besar dan jelas.
Ruang antar sel yang besar yang terdapat pada eceng gondok berfungsi untuk menyimpan
udara sebagai tempat cadangan oksigen karena eceng gondok merupakan tumbuhan air
dan membutuhkan oksigen yang cukup karena air memiliki kadar oksigen yang cukup
rendah (Kertassapoetra, 1991).
Pada pengamatan sayatan batang kangkung, tersusun atas sel aerenkim atau
parenkim udara. Jaringan parenkim udara tersusun rapat, berbentuk tidak beraturan dan
mengandung kloroplas yang jumlahnya lebih dari satu. Batang tumbuhan air berisi suatu
system ruang antar sel yang meluas sehingga melalui ruang tersebut terjadi difusi gas
secara VC bebas, batang kangkung berwarna hijau sehingga mengandung kloroplas. Hal
ini membuktikan batang kangkung juga melakukan fotosintesis. Pada batang kangkung
empulurnya mengalami perombakan (tidak terdapat empulur), sehingga bagian tengahnya
berlubang dan dibatasi oleh ruas (buku), hal ini mendukung fungsinya sebagai tumbuhan
air yang memiliki kemampuan untuk mengapung (Pratiwi, 2007).
Menurut Kimball (1983), pada bunga teratai sangat terlihat jelas jaringan
parenkimnya. Dimana jaringan parenkim yang terdapat pada daunya itu jaringan
parenkim palisade dan jaringan parenkim bunga karang. Jaringan palisade berfungsi
untuk proses fotosintesis, karena di dalamnya mengandung klorofil. Sedangkan pada
jaringan bunga karang terlihat bahwa banyaknya sel-sel yang berkumpul membentuk
lingkaran yang longgar dan juga dinding selnya biasanya berupa dinding primer yang
tipis dengan ketebalan rata disekeliling dinding tetapi ada pula yang berdinding tebal.
Pada bagian jaringan palisade, terdapat sklereid yang bercabang dan berujung runcing,
dan percabangannya masuk keruang antar sel. Sklereid bertipe trikoskelereid. Sklereid ini
berfungsi sebagai penyokong dan terkait dengan system pengapungan teratai.
H. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan tentang Jaringan Dasar (Parenkim), dapat
ditarik kesimpulan bahwa Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit akar,
daging, daun, daging buah dan endosperm. Jaringan ini bersifat merismatis sehingga
mampu membentuk jaringan-jaringan lain. Berdasarkan fungsinya jaringan parenkim
dibedakan menjadi beberapa macam antara lain, Parenkim asimilasi (klorenkim),
Parenkim penimbun, Parenkim air, Parenkim penyimpan udara (aerenkim). Sedangkan
berdasarkan bentuknya, jaringan parenkim dibedakan menjadi jaringan palisade, jaringan
bunga karang, jaringan parenkim bintang, jaringan parenkim pengangkut, dan jaringan
parenkim lipatan. Pada lidah buaya (Aloe vera) terdapat jaringan parenkim air. Pada
tumbuhan jagung (Zea mays), terdapat epidermis yang terdiri atas selapis sel dan terdapat
pada bagian terluar. Dinding sel terluar sangat tebal dan berkutin. Sel-sel ini adalah
parenkim yang mengalami modifikasi dengan adanya penebalan yang ada di sudut-sudut
yang mengandung selulosa dan pektin. Pada tumbuhan eceng gondok dan kangkung
terdapat parenkim udara. Sedangkan pada teratai terdapat parenkim palisade dan
parenkim bunga karang.
I. DaftarPustaka
Dasuki, U. (1994). Sistematika Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB.
Harianto. 2009. Anatomi Dari Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Hidayat, Estiti B. (1995). Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB
Kertassapoetra, A.G. (1991). Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Jakarta:
RinekaCipta.
Kimball, J.W. (1983). Biologi. Jakarta: Erlangga.
Saktiyono, (1999). Seribu Pena :Biologi. Jakarta: Erlangga.
PRAKTIKUM V
A. Judul praktikum : Jaringan Penguat
B. Tujuan praktikum :
1. Dapat melakukan percobaan mengenai jaringan penguat;
2. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
3. Membuat laporan praktikum dengan jelas.
C. Dasar teori :
Untuk memperkokoh tubuhnya, tumbuhan memerlukan adanya suatu jaringan
yang berfungsi sebagai penguat atau penunjang yang disebut sebagai jaringan
mekanik. Jaringan mekanik yang menyusun suatu tubuh tumbuhan meliputi jaringan
kolenkim dan jaringan sklerenkim. Jaringan mekanik merupakan suatu jaringan yang
berfungsi untuk memberi kekuatan agar tumbuhan dapat melakukan perimbangan-
perimbangan bagi pertumbuhannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa jaringan
mekanik, maka kekuatan perlindungan pada tumbuh-tumbuhan tidak akan ada. Pada
tumbuhan tingkat tinggi, jaringan mekanik dapat mengatasi adanya pengaruh
kekurangan air pada sel-selnya dengan memberikan kekuatan yang besar, sehingga
tumbuhan tetap dapat berdiri tegak tanpa mengalami kelayuan. Suatu jaringan mekanik
pada tubuh tumbuhan umumnya memiliki sel-sel yang berdinding tebal, mengandung
lignin dan zat-zat yang dapat memberikan sifat keras pada dinding selnya. Berdasarkan
bentuk dan sifatnya, jaringan mekanik dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni jaringan
kolenkim (collenchym) dan jaringan sklerenkim (sclerenchym) (Sutrian, 2011).
Kedua jenis jaringan mekanik memiliki perbedaan dalam hal struktur
jaringannya, dimana pada jaringan kolenkim terdapat adanya protoplasma namun tidak
terjadi penebalan (lignifikasi) pada dindingnya. Selain itu, sel-selpada jaringan kolenkim
merupakan sel hidup dan memiliki sifat yang mirip dengan jaringan parenkim.
Sedangkan pada jaringan sklerenkim tidak terdapat adanya protoplasma dan dindingnya
mengalami penebalan dari zat lignin (lignifikasi) serta tersusun atas sel-sel mati.
Jaringan kolenkim yang merupakan jaringan hidup yang terspesialisasi sebagai
penyokong dalam organ yang muda. Sel kolenkim ini tersusun sebagai berkas atau
silinder dekat permukaan korteks pada batang dan tangkai daun sepanjang tulang daun
besar pada helaian daun. Sedangkan jaringan sklerenkim yang selnya membentuk
kumpulan sel yang berkesinambungan atau berupa berkas yang ramping yang berfungsi
sebagai penyokong bagian tumbuhan yang telah dewasa (Hidayat, 1995).
D. Prosedur Percobaan
1. Alat
No. Alat Gambar
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan
No. Bahan Gambar
1. Buah jarak (Jatropha curcas)
5. Gabus
6. Aquadest
7. Methilen blue
E. Langkah Kerja :
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada bahan
praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan saat melakukan
penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit dalam mempermudah
membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan menggunakan
pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari pembesaran lemah
hingga tinggi hingga komponen selnya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan tersebut dan
gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan
F. Hasil pengamatan :
Foto Pengamatan Gambar Referensi
Jaringan penguat
Serabut kelapa
Perbesaran (10x10)
Sumber : (Chairunnisa, 2019)
Jaringan penguat
Serabut kelapa
Perbesaran (4x10)
Sumber : (Chairunnisa, 2019)
Klasifikasi : Serabut kelapa
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Ordo : Arecales
Family : Arecaceae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera
Jaringan penguat
Jaringan penguat
G. Pembahasan
Jaringan penguat berfungsi untuk mendukung kokohnya struktur berbagai
bagian Tumbuhan. Jaringan ini merupakan jaringan sederhana, karena sel-sel
penyusunnya hanya terdiri atas satu tipe sel dan merupakan jaringan yang berperan
untuk menunjang bentuk tumbuhan agar dapat berdiri dengan kokoh. Jaringan
penguat memiliki dinding sel yang tebal dan kuat serta sel-selnya yang telah
mengalami spesialisasi. Jaringan penyokong terdiri dari jaringan kolenkim dan
jaringan sklerenkim.
Kolenkim tersusun atas sel-sel hidup yang bentuknya memanjang dengan
penebalan dinding sel yang tidak merata dan bersifat plastis, artinya mampu
membentang, tetapi tidak dapat kembali seperti semula bila organnya tumbuh.
Kolenkim terdapat pada batang, daun, bagian-bagian bunga, buah, dan akar. Sel
kolenkim dapat mengandung kloroplas yang menyerupai sel-sel parenkim.
Sklerenkim merupakan jaringan penyokong tumbuhan, yang sel-selnya mengalami
penebalan sekunder dengan lignin dan menunjukkan sifat elastis. Sklerenkim tersusun
atas dua kelompok sel, yaitu sklereid dan serabut. Sklereid disebut juga sel batu yang
terdiri atas sel-sel pendek, sedangkan serabut sel-selnya panjang sklereidnya berasal
dari sel-sel parenkim, sedangkan serabut berasal dari sel-sel meristem. Sklereid
terdapat di berbagai bagian tubuh. Sel-selnya membentuk jaringan yang keras,
misalnya pada tempurung kelapa, kulit biji dan mesofil daun. Serabut berbentuk pita
dengan anyaman menurut pola yang khas. Serabut sklerenkim banyak menyusun
jaringan pengangkut.
Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu dengan menggunakan bahan
Jatropha curcas, Hibiscus rosasinensis, dan Cocos nucifera. Pada pengamatan sabut
kelapa dengan sayatan membujur dengan perbesaran 4x10. Pada saat pengamatan,
komponen-komponen dan struktur sel yang kami amati diperoleh hasil yaitu dinding
sel tebal, dinding sel mengalami penebalan sekunder, pada tempurung kelapa
mengandung lignin/zat kayu sehingga menjadi kuat dan keras, diduga kuat karena sel
tersebut sel penyusun jaringan penyokong yang berfungsi memberi kekuatan dan
melindungi jaringan-jaringan disekitarnya.
Pada pengamatan Ricinus communis (jarak) dengan perbesaran 4x10 terlihat
epidermis dan xylem sekunder. Xylem sekunder ini berasal dari kambium merupakan
pertumbuhan selanjutnya dari xylem primer. Berdasarkan proses terbentuknya xilem
primer dapat dibedakan menjadi protoxylem dan metaxylem. Protoxilem adalah
xylem primer yang pertama kali terbentuk sedangkan metaxilem yang terbentuk
kemudian. Protoxilem berdiferensiasi dalam bagian tubuh primer yang belum selesai
pertumbuhan dan diferensiasinya. Protoxilem dapat mencapai taraf dewasa diantara
jaringan- jaringan yang aktif memanjang dan akan mendapat beban tekanan, sehingga
selini dapat rusak.. Metaxilem biasanya dibentuk dalam tubuh primer yang sedang
tumbuh namun sebagian besar selnya menjadi dewasa setelah pemanjangan selesai.
Berdasarkan hal itu, jaringan ini kurang dipengaruhi oleh peluasan yang dialami oleh
sel-sel sekelilingnya dibandingkan dengan protoxilem. Pada dasarnya xilem
merupakan jaringan kompleks karena terdiri dari beberapa tipe sel yang berbeda, baik
yang hidup maupun tidak hidup. Xilem juga dapat mempunyai serabut sklerenkim
sebagai jaringan penguat, serta sel-sel parenkim yang hidupdan berfungsi dalam
berbagai kegiatan metabolisme.
Hasil pengamatan yang kami peroleh pada kulit biji/ endokarpium kelapa
ditemukan adanya sel sklerenkim yaitu berupa sklereid. Sel sklerenkim dindingnya
sangat tebal, biasanya sangat kuat dan mengandung lignin. Dinding selnya
mempunyai penebalan yang bersifat sekunder, dan pada waktu dewasa sel pada
umumnya bersifat mati. Sel sklereid yang ditemukan pada tempurung kelapa ini
tergolong dalam tipe brakhisklereid atau disebut juga sel batu. Sel sklereid ini
bentuknya membulat, dan mengalami penebalan sekunder (sentripetal). Sel-sel
sklereid pada kulit biji/endokarpium kelapa berasal dari sel yang pendek tetapi dalam
perkembangannya kemudian sel ini berbentuk membulat. Sel-sel sklereid ini dapat
mengumpul menjadi jaringan yang keras di antara jaringan lain yang lunak.
Pada pengamatan terhadap penampang melintang pucuk kembang sepatu terlihat banyak
jaringan penyusun batang, seperti lenti sel, felem, felogen, daerah dilatasi, ruang
lendir, parenkim korteks yang merupakan jaringan dasar. Ruang antar selnya nyata
tetapi kadang-kadang hanya parenkim yang terletak ditengah korteks. Selain itu, juga
terdapat sklerenkim, floem, xilem, kambium, empulur dan jari-jari empulur. Dengan
adanya xilem dan floem yang diantaranya terdapat cambium sehingga terjadi
penebalan sekunder yang disebut kolateral terbuka,mempunyai tipe stele yaitu eustele
dimana sistem vascular terdiri atas suatu lingkaran berkas-berkas pengangkut
kolateral atau bikolateral,terletak disebelah perifer empulur. Namun, sangat sukar
dibedakan antaradaerah interfaskuler dengan jendela daun. Tipe berkas pengangkut
pada pucuk bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) merupakan tipe kolateral terbuka
karena adanya xilem dan floem yang di antaranya terdapat pada kambium sehingga
terjadi penebalan sekunder.
H. Kesimpulan
Jaringan penguat berfungsi untuk mendukung kokohnya struktur berbagai
bagian Tumbuhan. Jaringan ini merupakan jaringan sederhana, karena sel-sel
penyusunnya hanya terdiri atas satu tipe sel dan merupakan jaringan yang berperan
untuk menunjang bentuk tumbuhan agar dapat berdiri dengan kokoh. Jaringan
penguat memiliki dinding sel yang tebal dan kuat serta sel-selnya yang telah
mengalami spesialisasi. Jaringan penyokong terdiri dari jaringan kolenkim dan
jaringan sklerenkim. Kolenkim tersusun atas sel-sel hidup yang bentuknya
memanjang dengan penebalan dinding sel yang tidak merata dan bersifat plastis,
artinya mampu membentang, tetapi tidak dapat kembali seperti semula bila organnya
tumbuh.
I. Daftar Pustaka
C. Dasar Teori
Ditinjau dari asal katanya, yaitu dari bahasa Yunani, epi berarti atas, derma
berarti kulit. Maka epidermis adalah lapisan-lapisan sel yang berada paling luar pada
alat-alat tumbuhan primer, seperti : akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Dan
dapat dikemukakan bahwa sel-sel epidermis yang berasal dari meristem primer, dan
pembentukan jaringannya itu tentunya akan merupakan jaringan primer. Menurut para
ahli, epidermis ini biasanya tersusun dari satu lapisan sel saja dan pada irisan
permukaan sel-selnya tampak berbentuk macam-macam, seperti misalnya
isodeamitris yang memanjang, berlekuk-lekuk atau menampakkan bentuk lainnya.
Letak dari sel-sel epidermis kenyataannya begitu rapat sehingga karenanya diantara
sel-sel tidak terdapat ruang-ruang antar sel. Kenyataan bahwa adanya protoplasma
yang walaupun hanya sedikit yang melekat pada dinding selnya, menandakan bahwa
sel-sel epidermis itu masih hidup (Sutrian, 2004).
Epidermis merupakan lapisan sel terluar pada daun, bunga, buah, dan biji,
serta pada batang dan akar sebelum tumbuhan mengalami penebalan sekunder.
Meskipun dari segi ontogeni seragam, dari segi morfologi maupun fungsi sel
epidermis tidak seragam. Selain sel epidermis biasa, terdapat sel epidermis yang telah
berkembang menjadi sel rambut, sel penutup pada stomata, serta sel lain. Epidermis
biasanya terdiri dari satu lapisan sel. Pada beberapa tumbuhan, sel protoderm pada
daun membelah dengan bidang pembelahan sejajar dengan permukaan, dan
turunannya dapat membelah lagi sehingga terjadi epidermis berlapis banyak (Hidayat,
1995). Tahap awal perkembangan epidermis secara ontogenetik tidak sama antara
yang terdapat pada akar dengan yang ada pada pucuk. Epidermis biasanya terdapat
pada seluruh kehidupan organ-organ tumbuhan yang tidak mengalami penebalan
sekunder (Iserep, 1993)
Jaringan epidermis itu sendiri merupakan suatu jaringan atau lapisan sel
terluar pada daun, bunga, buah, dan biji, serta pada batang dan akar sebelum
tumbuhan mengalami penebalan sekunder. Selain sel epidermis biasa, terdapat sel
epidermis yang telah berkembang menjadi sel rambut, sel penutup pada stomata, serta
sel lain. Adanya kutin, bahan lemak di dalam dinding luar, yang membatasi
trasnpirasi. Karena susunan sel merapat serta berkutikula yang kaku dan kuat,
maka epidermis berperan sebagai penyokong mekanik. Pada akar, adanya kutikula
tipis serta rambut akar menunjukkan bahwa epidermis akar mudah terspesialisasi
untuk penyerapan (Nugroho, Purnomo, & Sumardi, 2006).
D. Prosedur Percobaan :
1. Alat
No. Alat Gambar
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan
No. Bahan Gambar
1. Bayam hijau (Amaranthus
gangeticus)
5. Gabus
6. Aquadest
7. Methilen blue
E. Langkah Kerja :
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan saat
melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit dalam
mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari pembesaran
lemah hingga tinggi hingga komponen selnya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan
F. Hasil pengamatan :
Foto Pengamatan Foto Referensi
Jaringan pelindung
Klasifikasi : Bayam hijau
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Caryophillales
Family : Amarantaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus gangeticus
Foto Pengamatan Foto referensi
Jaringan pelindung
Jaringan pelindung
Buah melinjo (melintang)
Perbesaran (4x10)
Sumber : (Chairunnisa, 2019)
Klasifikasi : Buah melinjo
Kingdom : Plantae
Divisi : Gnetophyta
Ordo : Gnetales
Family : Gnetaceae
Genus : Gnetum
Spesies : Gnetum gnemon
Foto Pengamatan Foto referensi
Klasifikasi : Terong
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Ordo : Solanales
Family : Solanaaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena
Jaringan pelindung
Jaringan pelindung
Jaringan pelindung
Jaringan pelindung
Klasifikasi : Tomat hijau
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Ordo : Solanales
Family : Solanaaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum lycopersium
G. Pembahasan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan yang berjudul jaringan pelindung,
dapat kita ketahui bahwa Jaringan pelindung atau jaringan epidermis merupakan
jaringan tubuh tumbuhan yang terletak paling luar. Jaringan epidermis menutupi
seluruh tubuh tumbuhan mulai dari akar, batang, hingga daun. Biasanya epidermis
hanya terdiri dari selapis sel yang berbentuk pipih dan rapat. Jaringan epidermis
adalah jaringan yang menutupi seluruh permukaan tubuh tumbuhan (akar, daun dan
batang). Pada epidermis daun, dibeberapa tempat mengalami perubahan bentuk
menjadi stomata, membentuk lapisan lilin dan lapisan kutikula di atas permukaan
selnya. Pada Epidermis daun dan batang, juga mengalami perubahan bentuk menjadi
rambut-rambut halus (trikoma). Epidermis pada ujung akar membentuk rambut-
rambut akar (Hidayat, 2006).
Pada praktikum ini adapun alat yang digunakan yaitu diantaranya mikroskop,
pipet tetes, pinset, cawan petri, objek glass, deck glass, silet, dan kertas label. Adapun
bahan yang digunakan yaitu bayam hijau (Amaranthus gangeticus), mawar merah
muda (Rosa Felicia), buah melinjo (Gnetum gnemon), buah tomat hijau (Solanum
lycopersium), batang pukul empat (Mirabilis Jalapa) dan terong (Solanum melongena
L). Langkah kerja dari praktikum anatomi tumbuhan ini yaitu yang pertama buatlah
sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada bahan praktikum
yang telah disiapkan. Selanjutnya letakkan sayatan tersebut di atas objek glass dengan
menggunakan pinset. Kemudian tetesi dengan aquades. Tutup dengan deck glass dan
amati dibawah mikroskop dengan perbesaran mulai dari yang lemah hingga tinggi,
hingga komponen sel-selnya terlihat jelas. Apabila setelah diamati sel-selnya tidak
terlihat jelas atau terang maka kita dapat menggunakan methilen blue untuk
membantu pewarnaan sel, setelah itu amati lagi dibawah mikroskop. Jika sel-selnya
terlihat jelas kemudian foto dan gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang
telah disediakan.
Dari praktikum ini diketahui pada sayatan batang bayam hijau membujur
dengan perbesaran 10x10, dapat terlihat bahwa terdapat jaringan epidermis yang sel-
selnya berbentuk pipih dan tersusun rapat. Pada batang bayam yang diamati tidak
terdapat pertumbuhan sekunder (tidak terdpat derivate seperti trikoma). Pada batang
bayam terdapat lentisel yang jika diamati berwarna titik-titik kecoklatan yang tersebar
di sepanjang batang. Sel pada batang bayam berwarna hijau karena mengandung
klorofil. Pada sayatan melintang dengan perbesaran 4x10 epidermis, korteks, empelur
dan berkas pengangkutnya tersusun teratur didalam lingkaran, karena bayam
merupakan tumbuhan dikotil. Batas antara korteks dan daerah pengangkut tidak jelas
karena sering tidak ditemukan endodermis apalagi pada batang yang masih muda.
Pada sayatan batang mawar membujur dengan perbesaran 10x10 dapat
diketahui sel-selnya berbentuk persegi panjang yang tersusun rapat. Pada batang
tersebut terdapat derivate yaitu berupa duri (spina). Sel pada batang mawar berwarna
hijau karena mengandung klorofil. Pada sayatan batang mawar melintang dengan
perbesaran 4x10, terlihat berkas pengangkutnya tersusun teratur karena termasuk
tumbuhan dikotil. Batas pada tiap lapisannya terlihat jelas. Tetapi pada kelompok
kami sayatannya terlalu tebal sehingga tidak terlihat jelas sel-selnya. Pada sayatan
buah melinjo membujur dengan perbesaran 10x10, terlihat sel-selnya berbentuk segi
enam (polygonal) kecil-kecil yang tersusun rapat. Pada buah melinjo tidak ditemukan
derivate. Sel-selnya berwarna hijau. Pada sayatan buah melinjo melintang dengan
perbesaran 4x10, terlihat berkas pengkutnya tersusun teratur.
Pada sayatan membujur batang bunga pukul empat dengan perbessaran 10x10,
dapat terlihat epidermisnya berwarna merah karena mengandung antosianin. Bentuk
selnya pipih memanjang dan tersusun rapat. Pada sayatan membujurnya ditemukan
derivate yaitu trikoma non glandular. Pada sayatan melintang dengan perbesaran
4x10, terlihat berkas pengangkutnya tersusun secara teratur dan batas-batas lapisannya
dapat dibedakan.
Pada sayatan membujur batang terong dengan perbesaran 4x10, terlihat bahwa
sel-selnya berbentuk pipih dan tersusun rapat. Selnya berwarna hijau karena
mengandung klorofil. Pada batang terong terdapat derivate yaitu trikoma non
glandular berupa rambut yang bentuknya seperti bintang yang terdapat diseluruh
bagian batang terong tersebut. Pada sayatan melintang dengan perbesaran 4x10
terlihat berkas pengangkutnya tersebar. Batas antara korteks dan berkas pengangkut
tidak jelas karena tidak ditemukan endodermis, hal ini terjadi karena batang yang
diamati itu masih muda.
H. Kesimpulan
Jaringan pelindung atau jaringan epidermis merupakan jaringan tubuh
tumbuhan yang terletak paling luar. Jaringan epidermis menutupi seluruh tubuh
tumbuhan mulai dari akar, batang, hingga daun. Biasanya epidermis hanya terdiri dari
selapis sel yang berbentuk pipih dan rapat. Jaringan epidermis adalah jaringan yang
menutupi seluruh permukaan tubuh tumbuhan (akar, daun dan batang). Pada
epidermis daun, dibeberapa tempat mengalami perubahan bentuk menjadi stomata,
membentuk lapisan lilin dan lapisan kutikula di atas permukaan selnya. Pada
Epidermis daun dan batang, juga mengalami perubahan bentuk menjadi rambut-
rambut halus (trikoma). Epidermis pada ujung akar membentuk rambut-rambut akar.
I. Daftar Pustaka
C. Dasar teori
Pada tumbuhan berpembuluh, pengangkutan air serta garam-garam mineral
maupun hasil fotosintesis dilakukan oleh jaringan pembuluh atau jaringan angkut yang
terdiri dari dua kelompok sel yang memiliki asal yang sama. Namun kedua pembuluh
angkut tersebut berbeda bentuk, struktur dinding dan isi selnya (Savitri, 2008). Jaringan
pengangkut merupakan jaringan yang khusus, yang kegunaanya bagi tumbuh-tumbuhan
sebagai jaringan untuk mengangkut zat-zat mineral (zat-zat hara dan air) yang diserap
oleh akar dari tanah atau zat-zat makanan yang telah dihasilkan pada daun untuk
disalurkan ke bagian-bagian lain untuk hidup dan berkembang (Hidayat, 1995).Jaringan
angkut tersebut dapat berupa xylem (pembuluh kayu) dan floem (pembuluh tapis).
Xylem mempunyai fungsi utama mengangkut air dan zat-zat hara yang terlarut
didalamnya. Sedangkan floem mempunyai fungsi utama mengangkut zat makanan hasil
fotosintesis keseluruh bagian tumbuhan yang membutuhkan (Savitri, 2008).
Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang jaringan pengangkut agar
kita dapat mengamati tentang komponen-komponen jaringan angkut xylem dan jaringan
angkut floem, susunan berkas pengangkut dalam organ tumbuhan dan macam-macam
tipe berkas pengangkut.
2. PipetTetes
3. Pinset
4. Cawan Petri
5. Objek Glass
6. Cover Glass
7. Pisau/Silet
8. Kertas Label
2. Bahan
No. Bahan Gambar
1. Batang Ubi Kayu
(Manihotultilisima)
3. Daun Alamanda
(Allamandacathartica)
4. Gabus
5. Aquadest
6. Methilen Blue
E. Langkah Kerja :
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada bahan
praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan saat melakukan
penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit dalam mempermudah
membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan menggunakan
pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari pembesaran lemah
hingga tinggi hingga komponen selnya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan tersebut dan
gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan
F. Hasil pengamatan :
FotoPengamatan FotoReferensi
Floem Floem
Xilem Xilem
Xilem Xilem
Floem Floem
Floem Floem
Xilem Xilem
Xilem
Xilem
Floem
Floem
Xilem Xilem
Floem Floem
Allamanda Membujur 4x10 Allamanda Membujur 4x10
(Susanti, 2019) Sumber :
http://labbiologiumum.blogspot.com/
Klasifikasi : DaunAlamanda
Kingdom : Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Ordo :Gentianales
Family :Apocynaceae
Genus :Allamanda
Spesies :Allamandacathartica
G. Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa, Jaringan
pengangkut merupakan jaringan yang khusus, yang kegunaanya bagi tumbuh-tumbuhan
sebagai jaringan untuk mengangkut zat-zat mineral (zat-zat hara dan air) yang diserap
oleh akar dari tanah atau zat-zat makanan yang telah dihasilkan pada daun untuk
disalurkan ke bagian-bagian lain untuk hidup dan berkembang. Jaringan pengangkut
pada tumbuhan terdiri dari xylem dan floem (Hidayat, 1995).
Dalam mengamati jaringan pengangkut pada tumbuhan digunakan bahan
tumbuhan diantaranya yaitu batang ubi kayu (Manihot utilisima), daun Rhoeo discolor
dan daun alamanda (Allamanda cathartica). Pada pengamatan pertama yang dilakukan
pada sayatan batang ubi (Manihot utillisima) yang telah diamati di bawah mikroskop
pada perbesaran 4x10 memiliki bentuk sel yang teratur, sel batang ubi ini membentuk
seperti segi enam atau heksagonal. Sel Batang ubi juga tersusun rapat dan teratur.
Bentuk Sel Batang Singkong ini juga dapat disebut dengan prismatic segienam. Salah
satunya adalah sel gabus yang dipotong melintang berbentuk heksagonal dan sel yang
satu dengan sel yang lainnya tersusun rapi dan rapat dan didalam dinding sel terlihat
kosong. Hal ini menyatakan bahwa sel gabus adalah sel mati yang berfungsi untuk
melindungi jaringan lain agar tidak kehilangan banyak air (Nugroho,dkk, 2006).
Sesuai dengan pendapat Sutrian (2004), yang menyatakan bahwa Jaringan-jaringan
yang terdapat pada tumbuhan dikotil dan monokotil berbeda. Perbedaan anatomi
tumbuhan dikotil dan monokotil, yaitu tumbuhan dikotil berkambium, kolateral
terbuka, pembuluh angkut teratur di dalam lingkaran, xilem pada akar dikotil
berbentuk bintang yang terletak di pusat, tersusun radial, danxilem dan floem letaknya
dipisahkan oleh kambium. Sedangkan tumbuhan monokotil tidak berkambium,
pembuluh angkut kolateral tertutup, pada akar pembuluh angkut tersebar. Selain
itu, xilem dan floem pada akar tumbuhan monokotil letaknya saling berdekatan
karena tumbuhan monokotil tidak memiliki kambium. Empulur terletak dibagian
tengah dan dikelilingi xylem dan floem yang berselang-seling. Sedangkan Epidermis,
korteks, perisikel akar monokotil memiliki struktur dan letaknya yang sama dengan
tumbuhan dikotil. Ubi kayu (Manihot utilisima) merupakan tumbuhan dikotil, maka
berkas pengangkutnya tersusun melingkar dan tipe kolateral terbuka. Seperti gambar
hasil pengamatan di atas, dapat dilihat bahwa pada sayatan melintang ubi kayu
(Manihot utilisima) terdiri dari beberapa bagian yaitu epidermis, kambium, floem, dan
xylem. Epidermis berfungsi untuk melindungi jaringan yang ada di bawahnya. Antara
xylem dan floem terdapat cambium intravaskuler. Xilem selalu berada lebih dalam
dari pada floem dan memiliki ukuran sel yang lebih lebar dibandingkan dengan floem.
Fungsi xilem adalah menyalurkan air dan mineral yang terlarut dari akar ke bagian
tubuh yang melakukan fotosintesis. Sedangkan fungsi dari floem adalah untuk
menyalurkan makanan hasil fotosintesis dari bagian tanaman yang melakukan
fotosintesis ke bagian lain yang membutuhkan suplai makanan.
Rhoeo discolor merupakan tumbuhan monokotil, maka berkas pengangkutnya
tersebar dan memiliki tipe kolateral yang tertutup. Seperti gambar hasil pengamatan di
atas, dapat dilihat bahwa pada sayatan melintang daun Rhoeo discolor, epidermis
terdiri dari satu lapis sel, batas antara korteks dan stele umumnya tidak jelas. Pada
stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral
tertutup yang artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium. Tidak
adanya kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat
tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal
sekunder.
Pada pengamatan selanjutnya pada daun alamanda (Allamanda cathartica)
pengamatan struktur jaringan pada daun alamanda dengan perbesaran 4x10, terdapat
jaringan epidermis yaitu stomata dan terdapat jaringan pengangkut yang berupaxilem
dan floem pada tumbuhan tersebut (Kimball, 1991).
H. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan tentang Jaringan Pengangkut, dapat
ditarik kesimpulan bahwa jaringan pengangkut adalah jaringan yang khusus, yang
kegunaanya bagi tumbuh-tumbuhan sebagai jaringan untuk mengangkut zat-zat
mineral (zat-zat hara dan air) yang diserap oleh akar dari tanah atau zat-zat makanan
yang telah dihasilkan pada daun untuk disalurkan ke bagian-bagian lain untuk hidup
dan berkembang. Jaringan pengangkut terdiri atas xylem dan floem. Pada ubi kayu
(Manihot utilisima), letak xylem dan floemnya melingkar, di antara xylem dan floem
juga terdapat kambium. Ubi kayu (Manihot utilisima), memiliki tipe berkas
pengangkut berupa tipe kolateral terbuka. Sedangkan pada daun Rhoeo discolor, letak
xylem dan floemnya tersebar, dan tidak terdapat kambium. Daun Rhoeo discolor
memiliki tipe berkas pengangkut berupa tipe kolateral tertutup. Selanjutnya pada daun
Allamanda (Allamanda cathartica), jaringan epidermis yaitu stomata dan terdapat
jaringan pengangkut yang berupa xilem dan floem pada tumbuhan tersebut.
I. DaftarPustaka
Anonim, (2012).https://abisjatuhbangunlagi.wordpress.com/tag/rhoeo-discolor/.html.
Anonim, (2018). http://labbiologiumum.blogspot.com/
Hidayat, Estiti B. (1995). Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB
Kimball, J.W. (1991). Biologi. Jakarta: Erlangga
Nugroho, Hartanto L, dkk. (2006). Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Depok:
Penebar Swadaya.
Savitri, Sandi, Evika, MP. (2008). Petunjuk Praktikum Struktur Perkembangan
Tumbuhan (Anatomi Tumbuhan). Bandung: ITB
Sutrian, Y. (2004). Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Jakarta: RinekaCipta
PRAKTIKUM VIII
A. Judul praktikum : JaringanpadaAkar
B. Tujuan praktikum :
1. Dapat melakukan percobaan mengenai akar.
2. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh dan
3. Membuat laporan praktikum dengan jelas.
C. Dasar teori
Akar merupakan salah satu bagian tumbuhan yang harus ada. Tanpa akar
bagaimana mungkin tumbuhan bisa hidup. Seperti yang kita ketahui, tumbuhan jenis
apapun baik itu tumbuh sendiri secara liar maupun yang sengaja ditanam oleh
manusia pasti memiliki akar. Demikian juga tumbuhan yang menempel pada
tumbuhan lain pun sebenarnya juga memiliki akar. Dari sini sudah sangat jelas jika
akar merupakan bagian tumbuhan yang sangat pokok. Akar juga sebagai
pembeda tumbuhan dikotil dan monokotil.
Struktur Bagian Dalam Akar (Anatomi akar)
Untuk lebih jelasnya berikut ini struktur bagian dalam akar (anatomi akar) adalah
sebagai berikut: epidermis, korteks, endodermis, dan silinder pusat.
1. Epidermis
Epidermis merupakan bagian terluar dari akar. Susunan sel-sel epidermis
rapat dan setebal satu lapis sel, dinding selnya mudah dilewati air. Sebagian sel
epidermis membentuk rambut akar dengan pemanjangan ke arah lateral dari
dinding luarnya. Rambut akar merupakan modifikasi dari sel epidermis akar yang
bertugas menyerap air dan garam mineral. Pertumbuhan rambut akar memperluas
permukaan akar sehingga penyerapan lebih efisien.
2. Korteks
Korteks terletak di bawah epidermis. Sel-selnya tidak tersusun rapat
sehingga banyak memiliki ruang antarsel yang berperan dalam pertukaran gas.
Jaringan-jaringan pada korteks antara lain parenkim, kolenkim, dan sklerenkim.
jaringan parenkim berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan.
3. Endodermis
Endodermis merupakan jaringan antara korteks dengan silinder pusat atau
stela. Sebagian besar sel endodermis memiliki bagian seperti pita yang
mengandung gabus (zat suberin) atau zat lignin. Bagian ini disebut pita kaspari.
Pita kaspari ini tidak tembus air dan zat-zat terlarut lainnya. Air dan zat-zat
terlarut yang melewati endodermis harus melewati protoplasma yang melekat
pada pita kaspari. Jadi jaringan endodermis ini berfungsi sebagai pengatur
jalannya larutan yang diserap dari tanah masuk ke silinder pusat.
4. Silinder pusat/stele
Silinder pusat/ stele merupakan bagian terdalam dari struktur anatomi
akar. Susunan silinder pusat dari dalam keluar meliputi stele, xilem, kambium,
floem dan perisikel. Silinder pusat atau steleberfungsi sebagai alat angkut air dan
mineral dari akar yang kemudian dilanjutkan oleh berkas pengangkut xilem.
Didalam stele, terdapat berkas pengangkut, yaitu xilem dan floem. Xilem
berfungsi mengangkut air dan mineral dari akar ke daun. Sedangkan floem
berfungsi mengangkut/mengedarkan hasil fotosintesis keseluruh bagian tumbuhan.
Xilem dan floem letaknya berselang-seling dengan dibatasi oleh kambium. Pada
akar tumbuhan dikotil, kambium terdapat didalam berkas pengangkut diantara
xilem dan floem. Kambium kearah luar membentuk floem dan kambium kearah
dalam membentuk xilem. Adanya kambium menyebabkan pertumbuhan
membesar.pada akar dikotil yang masih muda. Sedangkan empulur letaknya
paling dalam atau di antara berkas pembuluh angkut yang terdiri atas jaringan
parenkim. Empulur hanya terdapat pada akar tumbuhan dikotil. Lapisan terluar
dari stele adalah perisikel. Fungsi perisikel adalah untuk membentuk cabang-
cabang akar.
D. Prosedur Percobaan
1. Alat :
No. Alat Gambar
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Batang Ubi Kayu(Manihot
utilisima)
3. Alamanda(Allamandacathartica)
4. Gabus
5. Aquadest
6. Methilen Blue
E. Langkah Kerja :
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan saat
melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit dalam
mempermudah membuat sayatan yang tipis)
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat di bawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari pembesaran
lemah hingga tinggi hingga komponen selnya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan tersebut
dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil pengamatan :
Foto Pengamatan Foto Referensi
1 2 3 4
1. Epidermis
2. Korteks
3. Endodermis
4. Berkas pengangkut
Klasifikasi : UbiKayu
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Malpighiales
Family : Euphorblaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta
Foto Pengamatan Foto Referensi
1 2 3 4 5 6
1. Episermis
2. Endodermis
3. Ruang antar sel
4. Berkas pengangkut
5. Empulur
6. Korteks
1 2 3 4 5
1. Epidermis
2. Berkas pengangkut
3. Empulur
4. Ruang antar sel
5. Korteks
Nanas Kerang (Membujur)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Ikhsan, 2019)
Klasifikasi : Nanas Kerang
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Commelinales
Family : Commelinaceae
Genus : Rhoeo
Spesies : Rhoeo discolor
Foto Pengamatan Foto Referensi
1 2 3
1. Epidermis
2. Berkas pengangkut
3. Empulur
Alamanda(Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Rosa, 2019)
Alamanda (Membujur) 1 2 3
Perbesaran 4x10
1. Epidermis
Sumber : (Rosa, 2019)
2. Endodermis
3. Empulur
Alamanda (Membujur)
Sumber:
http://www.google.blogspot.
Klasifikasi : Alamanda
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Gentianales
Family : Apocinaceae
Genus : Allamanda
Spesies : Allamanda cathartica
G. Pembahasan
Pada praktikum anatomi tumbuhan kali ini tentang Jaringan pada Akar, semua
tumbuhan berpembuluh (vaskular) mempunyai akar, karena akar merupakan bagian
bawah dari sumbu tanaman yang biasanya berkembang dibawah permukaan tanah,
tidak berklorofil dan mempunyai bulu akar yang uniseluler. Meskipun ada juga akar
yang berkembang diluar tanah tergantung dari fungsi akar tersebut (savitri,2008).
Akar pertama dari tumbuhan berbiji berkembang dari meristem apeks diujung akar
embrio dalam biji yang berkecambah. Pada gymnospermae dan dikotil, akar tersebut
berkembang dan membesar menjadi akar tunggang. Sedangkan pada monokotil, akar
primer tidak bertahan lama dalam kehidupan tanaman dan segera mengering.
Kemudian dari dekat pangkal akar primer tersebut akan tumbuh akar baru yang
disebut sebagai akar tambahan atau akar adventif. Keseluruhan akar adventif itu
disebut juga akar serabut (Tjitrosomo, 1983).
Dalam pengamatan ini kami menggunakan bahan berupa ubi kayu, nanas kerang
dan alamanda. Pada sayatan ubi kayu , terlihat bagian luarnya tebal yang merupakan
epidermisnya, jaringan pembuluh pengangkut tepat dibagian tengah sel dalam
sitoplasma. Pada sayatan ini terlihat dengan jelas epidermis, korteks, endosermis dan
berkas pengangkutnya. Korteks sendiri pada umumnya terdiri atas sel-sel
parenkimatis selama perkembangannya, ukuran sel-sel korteks yang mengalami
deferensiasi bertambah, sebelum terjadi vakuolisasi dalam sel tersebut. Pada akar ubi
kayu itu berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan, bentuk akar (umbi) pada ubi
kayu tidak mempunyai tunas sedangkan umbi pada batang itu mempunyai tunas
(Sumardi, 1993).
Selanjutnya pada sayatan nanas kerang, pada pengamatan kali ini dapat dilihat
bagian-bagian dari akar yang pertama yaitu epidermis, endodermis, korteks, empulur
dan ruang antar sel. Endodermis sendiri tersusun atas satu lapis sel yang berbeda
secara fisiologi, struktur, dan fungsi dengan lapisan sel disekitarnya. Berdasarkan
perkembangan dicincin selnya endodermis dapat dibedakan menjadi, endodermis
primer yang mengalami penebalan berupa titik-titik caspary dari suberin dan kutin.
Endodermis sekunder, apabila penebalan berupa pita caspary dari zat lignin.
Selanjutnya ialah endodermis tersier apabila penebalan membentuk huruf U yang
mengandung lapisab suberin dan selulosa pada dinding radial dan tangensial bagian
dalam (Nugroho,2006).
Yang terakhir pengamatan pada alamanda, dalam pengamatan ini kami tidak bisa
membedakan bagian-bagian dari jaringan yang ada pada akar alamanda karena terjadi
kesalahan prosedur kerja sayatan yang kami buat terlalu tebal sehingga tidak bisa
membedakan bagian-bagian dari akar tersebut. Tetapi disini kami menggunakan
gambar refrensi, dari gambar refrensi tersebut kami dapat membedakan bagian-bagian
dari akar yaitu epidermis, endodermis, dan empulur. Empulur terletak pada tumbuhan
yang berkayu yang terletak pada bagian sisi dalam. Sel-sel jaringan empulur yang
aktif biasanya terletak dibagian luar dari empulur. Kadang-kadang berwujud sangat
berbeda, dan disebut bagian perimedular.
H. Kesimpulan
Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tanaman yang biasanya
berkembang dibawah permukaan tanah, tidak berklorofil dan mempunyai bulu akar
yang uniseluler. Meskipun ada juga akar yang berkembang diluar tanah tergantung
dari fungsi akar tersebut. Bagian akar yang dapat dilihat dari pengamatan kali ini yaitu
epidermis, endodermis, korteks, empulur, dan ruang antar sel. Meskipun begitu pada
pengamatan alamanda tidak bisa di bedakan bagian-bagian dari sel karena sayatan
yang dibuat terlalu tebal jadi pada laporan ini digunakan gambar refrensi untuk
menjelaskan bagian-bagian akar.
I. Daftar Pustaka
Kartasapoetra, A.G. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan (tentang sel dan
jaringan). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nugroho, Hartanto L, dkk. 2006. Struktur Perkembangan Tumbuhan. Depok: Penebar
Swadaya.
Savitri, Evika Sandi. Sp. Mp. Struktur Perkembangan Anatomi Tumbuhan. Malang:
UIN press.
Sumardi, Issrep. 1993. Struktur Dan Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta: UGM
Press.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi, Prof. Dr. Ir. H. 1983. Botani Umum 1. Bandung: a
Angkasa.
PRAKTIKUM IX
2. Pipet tetes
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan
No. Bahan Gambar
1. Batang cabe (Capsicium
frustaceus)
2. Batang paku-pakuan
(Pteridophyta)
3. Batang begonia
J. Batang terong (Capsicum sp)
4. Gabus
5. Aquadest
6. Methilen Blue
E. Langkah kerja :
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan saat
melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit dalam
mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari pembesaran
lemah hingga tinggi hingga komponen selnya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan tersebut
dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Foto Pengamatan Foto Referensi
Melintang 4x10
Batang Cabe Sumber: (Winda, 2019)
Melintang 10x10 Sumber: (Winda, 2019)
BatangCabe
Epidemis Xylem
Floem
Membujur 4x10
Sumber: (Winda, 2019)
Membujur 10x10
Sumber: (Winda, 2019)
Floem Xylem
Epidemis
Xylem
Floem
Klasifikasi : Paku-pakuan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Polypodiales
Family : Dennstaedtiaceae
Genus : Pteridium
Spesies : Pteridium aquilinum
Foto Pengamatan Foto Referensi
Membujur 4x10
Sumber: (Tamim, 2019)
Klasifikasi : Paku-pakuan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Polypodiales
Family : Dennstaedtiaceae
Genus : Pteridium
Spesies : Pteridium aquilina
Membujur 4x10
Batang Begonia Sumber : (Sari, 2019)
Floem
Xylem
Membujur 10x10 Sumber : (Sari, 2019)
Batang Begonia
Klasifikasi : Begonia sp
Kingdom : Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Ordo :Violales
Family :Begoniaceae
Genus : Begonia
Spesies :Begonia sp
Empulur Floem
Klasifikasi : Begonia sp
Kingdom : Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Ordo :Violales
Family :Begoniaceae
Genus : Begonia
Spesies : Begonia sp
Parenkim
Bintang
Melintang 4x10
Sumber : (Tamim, 2019)
Batang Terong
Sumber : (Tamim, 2019)
Melintang 10x10
Batang Terong
ParenkimPapan
G. Pembahasan
Pada praktikum anatomi tumbuhan kali ini membahas tentang jaringan pada
batang. Batang merupakan salah satu organ pada tumbuhan yang sangat penting bagi
tumbuhan yang berfungsi sebagai penopang. Pada tumbuhan batang ada yang berkayu
dan ada yang tidak berkayu. Pada batang yang berkayu mempunyai zat lignin
sehingga tmbuhan tersebut berkayu. Tumbuhan yang memiliki batang berkayu seperti
pohon mangga, alpukat dan lain-lain. Tumbuhan yang tidak berkayu seperti bayam,
begonia dan lain-lain (Marianti dan sumardi, 2007).
Pada sayatan batang cabe diamati dengan mikroskop menggunakan perbesaran
4x10. Pada batang cabe terdapat epidermis, korteks, xylem, floem dan kambium dan
empulur.Pada epidermis dapat melakukan pembelahan mitosis untuk memperluas
permukaan. Korteks terletak diantara epidermis dan silinder pembuluh paling luar.
Korteks ini terdiri atas parenkim yang berisi kloroplas. Selain itu juga terdapat
kolenkim dan sklerenkim. Berkas pengangkut pada batang cabe ini bearada dalam
lingkaran yang teratur berupa xylem dan floem. Memiliki kambium vaskuler dan
intervaskuler (Kartasapotra, 1991).
Pada sayatan batang begonia menggunakan perbesaran 4x10. Pada batang
begonia nampak epidemis, endodermis, dan pada epidermis terdapat trikoma. Pada
epidermis berfungsi untuk melindungi batang dari gangguan luar. Pada epidermis ini
terdapat trikoma yang merupakan derivat dari epidermis. Jika diamati, trikoma pada
begonia ini termasuk non glandular yaitu tidak memiliki bulatan diujung trikoma.
Fungsi dari trikoma pada batang ini bermacam-macam seperti untuk melindungi
tumbuhan dari gangguan luar misalnya berupa sengatan. Selain itu untuk mengurangi
penguapan air yang berlebih. Selanjutnya endodermis merupakan lapisan yang
terletak nagian dalam dari epidermis.
Pada sayatan batang paku-pakuan diamati menggunakan perbesaran 4x10. Pada
batang paku-pakuan ini terdapat epidermis, xylem dan floem, korteks dan empulur.
Paku-pakuan termasuk kedalam tumbuhan tingkat rendah. Fungsi epidermis pada
paku-pakuan ini sama dengan tumbuhan lainnya yaitu untuk melindungi dari
gangguan luar. Berkas pembuluhnya berupa xylem dan floem. Berkas pengangkut
pada paku-pakuan sangat unik yaitu terdapat bagian yang konsentris. Maksud dari
konsentris ini yaitu salah satu dari berkas pengangkut terletak di tengah-tengah.
Khusus pada paku-pakuan berkas pembuluhnya bersifat amphikibral yaitu xylem
dikelilingi oleh floem (Efri, 2016).
Pada sayatan batang terong menggunakan perbesaran 4x10. Pada batang terong
terdapat epidermis, korteks, xylem dan floem, kambium, dan empulur. Pada epidermis
terdapat derivat berupa spina(duri) yang berfungsi untuk melindungi permukaan luar
dari batang. Terdapat korteks yang terletak setelah epidermis disebelah dalam. Tidak
ditemukan endodermis pada batang terong apalagi pada batang yang masih muda.
Terdapat kambium yang dapat melakukan pertumbuhan sekunder (Sumardi, 1993).
H. Kesimpulan
Batang merupakan salah satu organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai
penopang pada tumbuhan. Selain itu juga merupakan saluran untuk menghantarkan
unsur hara dan mineral yang diserap oleh akar ke seluruh bagian tumbuhan. Pada
batang terdapat epidermis yang berfungsi untuk melindungi permukaan luar dari
batang. Juga terdapat korteks, jaringan pengangkut (xylem dan floem), kambium dan
empulur.
I. Daftar Pustaka
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Daun jambu air
(Eugenia aquea)
2. Daun keladi
(Calladium sp)
3. Daun Pepaya
(Carica papaya)
4. Daun Petai cina
(Leucaena glauca)
5. Gabus
6. Aquadest
7. Methilen Blue
E. Langkah kerja :
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan saat
melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit dalam
mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari pembesaran
lemah hingga tinggi hingga komponen selnya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan tersebut
dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil pengamatan :
Foto Pengamatan Foto Referensi
Melintang 4x10
Sumber : (Saputri, 2019)
Daun Jambu Air
Kloroplas
Xilem
Melintang 4x10
Sumber : (Saputri, 2019)
Daun Keladi
Floem
Xilem
Xilem Floem
Membujur 4x10
Sumber : (Fratiwi, 2019)
Daun Pepaya
Kloroplas
Epidesmis
Melintang 4x10
Sumber : (At-Tamim, 2019)
Daun Petai Cina
Kloroplas Xilem
Floem
H. Kesimpulan
Jaringan selanjutnya yang terdapat pada daun ialah jaringan pengangkut,
Berkas pengangkut pada daun membentuk bangunan kompleks yang disebut
tulang daun. Tumbuhan dikotil memiliki satu ibu tulang daun dengan cabang-
cabang yang membentuk jala, sedangkan pada tumbuhan monokotil tulang daun
berderet sejajar sumbu daun dan dihubungkan oleh berkas-berkas kecil di
antaranya jaringan pengangkut terdiri dari xilem dan floem,xilem atau
pembuluh kayu berfungsi untuk untuk mengangkut air dan mineral yang diserap
akar dari tanah menuju daun dan Pembuluh Tapis(floem) yang berperan untuk
mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan
I. Daftar Pustaka