Makalah Gadar 16 New
Makalah Gadar 16 New
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok 16
6A Keperawatan
Tugas makalah Case Analysis Keperawatan Gawat Darurat Penyakit Paru Obstruktif
Kronik disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Gawat Darurat.
Lamongan, 24 Juni 2023
Menyetujui,
Anggota Kelompok :
1. Kumil Lailah (2002013004) (...........................)
2. Silvia Nur Kholifah (2002013003) (...........................)
3. Yuhana Nur Sila (2002013001) (...........................)
Mengetahui,
Dosen Pengampu,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Case Analysis Keperawatan
Gawat Darurat Penyakit Paru Obstruktif Kronik” sesuai waktu yang ditentukan.
Makalah ini di susun sebagai salah satu persyaratan mengikuti proses belajar
mengajar Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat, Prodi S1 Ilmu Keperawatan, Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
Selama penyusunan, penulis mendapat banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat
Bapak/Ibu :
1. Prof Dr. Abdul Azis Alimul Hidayat, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Lamongan
2. Dr. Virgianti Nur Faridah, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dekan Universitas Muhammadiyah
Lamongan
3. Suratmi, S. Kep., Ns, M. Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan
4. Aprelia A. Hanafi, S. Kep, Ns., MNS selaku Dosen Pembimbing mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat
5. Teman-teman yang telah bekerjasama dalam penyelesaian makalah Case Analysis
Keperawatan Gawat Darurat Penyakit Paru Obstruksi Kronik
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat diterima, serta bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.
Tim penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB 1......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan...............................................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................................... 3
KASUS DAN PERTANYAAN................................................................................................. 3
2.1 Kasus Penyakit Paru Obstruktif Kronik............................................................................3
2.2 Pertanyaan......................................................................................................................... 4
BAB 3......................................................................................................................................... 5
PENYELESAIAN...................................................................................................................... 5
3.1 Diagnosa Keperawatan......................................................................................................5
3.2 Intervensi Keperawatan.....................................................................................................6
3.3 Pencegahan Penyakit Paru Obstruktif Kronik...................................................................8
3.4 Rekomendasi Tindakan.....................................................................................................9
BAB 4....................................................................................................................................... 11
PENUTUP................................................................................................................................ 11
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................11
4.2 Saran................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik dengan
karakteristik adanya hambatan aliran udara disaluran napas yang bersifat progresif
nonreversibel atau reversibel parsial, serta adanya respon inflamasi paru terhadap
partikel atau gas yang berbahaya (GOLD, 2018).
Hal ini dijelaskan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2015) mengungkapkan
bahwa Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok
penyakit yang tidak menular akan tetapi menjadi masalah kesehatan masyarakat indonesia.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia angka harapan hidup dan semakin tingginya
pajanan faktor resiko, seperti jumlah perokok yang semakin meningkat, dan juga
pencemaran udara didalam ruangan maupun diluar. Penyebab salah satu dari PPOK
adalah asap tembakau (perokok aktif), perubahan gaya hidup karena pembangunan
ekonomi dapat mempengaruhi peningkatan penggunaan tembakau di negara-negara
berpenghasilan tinggi.
Karakteristik PPOK adalah kecenderungan untuk eksaserbasi. Eksaserbasi PPOK
didefinisikan sebagai peristiwa akut yang ditandai dengan semakin memburuknya kondisi
penyakit pasien dari kondisi sebelumnya dan menyebabkan perubahan dalam
pengobatannya. PPOK dengan eksaserbasi akut ditandai dengan batuk atau sesak
bertambah, sputum bertambah dan berubah warna. PPOK biasannya dialami oleh usia
dewasa menengah dan lansia, dan sangat terkait dengan kebiasaan merokok karena rokok
mengandung bahan kimia yang mengiritasi jalan nafas, merangsang inflamasi dan
kerusakan jaringan. Merokok menyebabkan aktivitas dari silia mengalami penurunan dan
perkembangan sel goblet menjadi tidak normal, mengakibatkan peningkatan produksi
mukus yang berlebih dan mempersempit jalan nafas, apabila produksi mukus berlebihan
karena kondisi abnormal (karena infeksi, gangguan fisik, dan kimiawi) di membran
1
mukosa akan menyebabkan terjadinya penumpukan mukus (Global Intiative for Chronic
Obstructive Lung Disease, 2017).
2
BAB 2
KASUS DAN PERTANYAAN
Pasien Tn.G datang ke IGD dengan keluhan sesak napas (+) yang semakin meningkat
sejak 1 hari yang lalu, sesak dirasakan terus menerus, sesak semakin meningkat saat
beraktivitas, berkurang dengan posisi duduk, sesak tidak dipengaruhi oleh, cuaca, maupun
makanan. Riwayat sesak napas sejak ± 5 tahun yang lalu, sesak berkurang setelah minum
obat. Namun 1 hari yang lalu sesak tidak berkurang dengan minum obat. Keluhan
penyerta berupa batuk berdahak dengan dahak berwarna putih kental sejak ± 3 hari yang
lalu. Tidak terdapat riwayat batuk darah dan nyeri dada. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan pada Tn. G didapatkan, keadaan umum tampak sakit, kesadaran compos mentis
E4V5M6, pasien juga mengeluh lemas tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 120sx/menit
reguler, respiratory rate 24x/menit reguler, suhu 36,5oC, SpO2 98%.bibir sianosis (+),
Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks pupil +/+ (3mm/3mm),
Leher :Leher simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-/-), peningkatan jugular vein
pressure(-). Pemeriksaan thoraks pulmo : Inspeksi : Bentuk dada normal (+) normal,
retraksi (-) normal, fremitus (+/+) normal, Perkusi : hipersonor diseluruh lapang paru
kanan dan kiri; auskultasi : wheezing (+) dan ekspirasi memanjang pada lapang paru
kanan dan kiri. Pemeriksaan thorax jantung, inspeksi : ictus cordis tidak tampak (+)
normal, palpasi : ictus cordis teraba (+) normal, kuat angkat (+) normal, perkusi : redup
pada jantung (+) normal, auskultasi : Suara Jantung I-II reguler (+), murmur (-), bising
jantung (-). Pemeriksaan abdomen, inspeksi : Jejas (-), distensi (-), massa (-), auskultasi :
Peristaltik usus (+) normal, perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen (+) normal, hepar
pekak (+) normal, undulasi (-), pekak beralih (-), palpasi : supel (+), nyeri tekan (-),
defans muskuler (-).akral dingin (+/+) normal, edema (-/-) normal. Pemeriksaan darah
lengkap didapatkan, hemoglobin 11,4 g/dL, leukosit x103 /µ,66L, hematokrit 48,4%,
trombosit 309x103 /µL, eritrosit 5,52x106 /µL, MCV 87,7 fl, MCH 29,7 pg, MCHC 33,9
g/dL. Pemeriksaan kimia klinik didapatkan, gula darah sewaktu (GDS) 100 mg/dl.
3
Keluhan Sesak nafas+sesak meningkat saat
beraktivitas , keluhan penyerta berupa batuk
berdahak dengan dahak berwarna putih
kental sejak kurang lebih 3hari yang lalu
K/U tampak sakit pasien juga mengeluh
lemas
Riwayat penyakit Sesak nafas sejak kurang lebih 5 tahun yang
lalu
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan thorak pulmo : hipersonor di
seluruh lapang paru kanan dan kiri
auskultasi : wheezing
2.3 Pertanyaan
4
BAB 3
PENYELESAIAN
Tanda Minor
DS :-
DO:
1. Terdapat
5
suara
hipersono
r
diseluruh
lapang
paru
kanan dan
kiri
2. Tanda Mayor Bersiha Bersihan jalan napas meningkat (L.01001)
DS :- n jalan 1. Wheezing menurun (5)
DO: napas 2. Dispnea menurun (5)
1. Terdapat tidak 3. Sianosis menurun (5)
suara efektif
wheezing (D.000
(dahak 1)
berwarna
putih)
Tanda Minor
DS :
1. Pasien
mengatakan
sesak
DO:
1. Pasien tampak
sianosis
3. Tanda Mayor Intoler Toleransi aktivitas meningkat (L.05047)
DS :- ansi 1. Frekuensi nadi meningkat (5)
DO:- aktivita 2. Keluhan lelah menurun (5)
Tanda Minor s 3. Frekuensi nafas membaik (5)
DS : (D.005
1. Sesak 6)
semakin
meningkat
6
saat
beraktivitas
DO:
1. Pasien
tampak
Sianosis
7
Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering)
2. Monitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik
1. Posisikan semi fowler atau fowler
2. Berikan minum hangat
3. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
4. Berikan oksigen
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
jika tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
expektoran mukolitik, jika perlu
8
3. Intoleransi aktivitas (D.0056) Manajemen Energi (I.05178)
Observasi
1. Monitor pola dan jam tidur
2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang nyaman
dan rendah stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
2. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
9
Penderita harus berhenti merokok. Ddisamping itu zat-zat inhalasi yang
bersifat iritasi harus dihindari, karena zat itu menimbulkan ekserbasi).
c. Menghindari infeksi (Infeksi saluran napas harus dihindari karena dapat
menimbulkan suatu ekserbasi akut penyakit).
d. Lingkungan yang sehat dan kebutuhan cairan yang cukup
e. Immunoterapi
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dini (pemeriksaan penyakit) dan pengobatan
yang tepat.
a. Pemeriksaan penyakit paru obstruktif (PPOK), meliputi Pemeriksaan Fisik,
Pemeriksaan Rutin (spirometri dan uji bronkolidator), Pemeriksaan Khusus
(pemeriksaan fungsi paru, uji latih pulmoner, uji coba kortokosteroid )
b. Pengobatan penyakit paru obstruktif kronik (bronkodilator, teofilin untuk
mencegah keletihan, kortikosteroid, antibiotik (golongan penisilin, eritomisin,
dan kotrimoksazol), terapi oksigen.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini berupa rehabilitasi, disebabkan pasien cenderung menemui kesulitan
bekerja, merasa sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar
terhindar dari depresi. Rehabilitasi untuk pasien PPOK adalah :
a. Fisioterapi dada
Untuk membantu mengeluarkan sputum dan meningkatkan efisiensi batuk.
b. Rehabilitasi psikis
Berguna untuk penderita yang cemas dan mempunyai rasa tertekan akibat
penyakitnya.
c. Rehabilitasi pekerjaan
Berguna untuk memotivasi penderita melakukan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan fisiknya. Misalnya bila istirahat lebih baik duduk daripada berdiri
atau dalam melakukan pekerjaan harus lambat tetapi teratur.
10
No. Pertanyaan Studi Desain LOE QOE (JHP) Rekomendasi Rencana
Klinis Studi (JHP) Strategi
1. Rekomendasi Fadhlurrah Jurnal 1 Kualitas - Penggunaan alat bantu Penggunaan
1 tindakan man, laporan baik pernapasan bertekanan ventilasi non
berdasarkan Wibowo kasus - Hasil positif atau negatif invasif pada
evidence Adityo medis konsisten yang menghasilkan pasien PPOK
based (2022). yang aliran udara terkontrol eksaserbasi
practicein Efektivitas masuk pada saluran napas dengan gagal
nursing Penggunaan akal pasien sehingga napas akut
terkait Ventilasi - Rekomen mampu berdampak
penanganan Mekanis dasi mempertahankan positif untuk
PPOK Non Invasif konsisten ventilasi dan mencegah
pemberian oksigen
pada pasien yang kondisi
dalam jangka waktu
Penyakit masuk perburukan
lama.
Paru akal dan
- Penggunaan teknik
Obstruktif - Termasuk mengurangi
ventilasi mekanis
Kronik bukti risiko
tanpa menggunakan
Eksaserbasi ilmiah mortalitas
pipa trakea
dengan pada pasien
(endotracheal tube)
Ancaman PPOK
pada saluran napas.
Gagal
Napas:
Evidence-
Based Case
Report.
Medula
Vol.12
No.0.3 Edisi
oktober
2022.
11
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas Penyakit Paru Obstruktif Kronik merupakan penyakit
paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran udara disaluran napas yang
bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya usia angka harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor resiko,
seperti jumlah perokok yang semakin meningkat, dan juga pencemaran udara didalam
ruangan maupun diluar. Penyebab salah satu dari PPOK adalah asap tembakau (perokok
aktif), perubahan gaya hidup karena pembangunan ekonomi dapat mempengaruhi
peningkatan penggunaan tembakau di negara-negara berpenghasilan tinggi. Diagnosa
Penyakit Paru Obstruktif Kronik dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
penunjang
4.2 Saran
Diharapkan bagi mahasiswa keperawatan dan tenaga kesehatan mampu mengetahui
ciri-ciri pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik serta mampu melakukan
penanganan gawat darurat terhadap pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik
sehingga nyawa pasien dapat terselamatkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), 2018. Pocket Guide to
COPD Diagnosis, Management, and Prevention. Dari http//www.goldcopd.org.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), 2017. Pocket Guide to
COPD Diagnosis, Management, and Prevention. Dari http//www.goldcopd.org.
Maisaroh. (2018). Asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit paru obstruktif kronis.
Jombang:IIS
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2015. PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik),
pedoman praktis diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
13