Anda di halaman 1dari 35

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Subbab Buku Teks Legenda Kelas VII SMP ini dapat diselesaikan.
Pembelajaran Teks Legenda dalam buku ini mencakup materi pengertian teks legenda, struktur
teks legenda, dan kaidah kebahasaan teks legenda secara terpadu dan utuh. Pembahasan dalam buku
ini disusun dengan gaya bahasa yang sederhana, komunikatif, dan mudah dipahami, sehingga dapat
membantu peserta didik untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan mengenai berbagai hal yang
ingin diketahui, terutama yang berkaitan dengan teks legenda. Pembelajaran teks legenda yang ada
dalam buku in digali dari kearifan lokal dan merupakan warisa budaya Cirebon sehingga diharapkan
dapat menambah pengetahuannya.
Buku ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada
Kurikulum 2013 pada pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Untuk mengetahui tingkat
pemahaman peserta didik terhadap materi yang disajikan, buku ini disertai dengan soal-soal latihan
yang bervariasi. Berbagai kelengkapan buku untuk menunjang hasil belajar agar lebih optimal juga
terdapat dalam buku ini, diantaranya Peta Konsep, Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti, Deskripsi
Materi, Aktivitas Siswa, Pojok Bahasa dan Sastra, Rangkuman, Refleksi, Uji Kompetensi, Glosarium,
dan Daftar Pustaka.
Akhir kata, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu
penerbitan buku ini. Penulis mengharapkan saran dari pembaca untuk perbaikan buku ini di masa yang
akan datang.

Penulis
Daftar Isi

Sampul

Halaman Judul

Kata Pengantar .......................................................................................................................................................i

Daftar Isi ................................................................................................................................................................ii

Sistematika Penyajian Buku ...............................................................................................................................iii

Peta Konsep ..........................................................................................................................................................1

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar .........................................................................................................2

PEMBELAJARAN 1 MENELAAH STRUKTUR DAN KEBAHASAAN TEKS LEGENDA ......3

A. Deskripsi Materi: Menelaah Struktur dan Kaidah Kebahasaan

1. Struktur Teks Legenda ........................................................................................................................4

2. Langkah-Langkah Menelaah ..............................................................................................................4

3. Aktivitas Siswa 1: Menelaah Struktur Teks Legenda......................................................................7

4. Kaidah Kebahasaan Teks Legenda ...................................................................................................9

5. Aktivitas Siswa 2: Menelaah Kebahasaan Teks Legenda............................................................ 12

PEMBELAJARAN 2 MEMERANKAN ISI TEKS LEGENDA ......................................................... 13

B. Deskripsi Materi: Memerankan Isi Legenda

1. Pengertian Bermain Peran ............................................................................................................... 14

2. Langkah-Langkah Memerankan Teks Legenda ........................................................................... 14

3. Aktivitas Siswa 3: Mengubah Isi Legenda Menjadi Dialog ........................................................ 15

4. Aktivitas Siswa 4: Tugas Projek ...................................................................................................... 19

5. Aktivitas Siswa 5: Tugas Portofolio ............................................................................................... 19

Rangkuman ......................................................................................................................................................... 20

Refleksi ................................................................................................................................................................ 21

Uji Kompetensi .................................................................................................................................................. 22

Glosarium ........................................................................................................................................................... 27

Daftar Pustaka .................................................................................................................................................... 28

Profil Penulis ...................................................................................................................................................... 29


Sistematika Penyajian Buku

Sebuah petunjuk akan sangat membantu untuk menemukan sesuatu. Begitu pula dengan petunjuk
isi buku. Hal ini akan memudahkanmu dalam mempelajari buku. Dengan demikian, marilah pelajari
isi buku ini dengan seksama.

1. Peta Konsep
Kolom ini disiapkan untuk memudahkan
dalam memetakan alur materi yang akan
dipelajari dalam subbabnya.

2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar


Pada kolom kompetensi inti dan
kompetensi dasar berfungsi untuk mengetahui
capaian apa saja yang harus ditempuh pada
proses pembelajaran.

3. Judul Subbab
Judul subbab memuat konsep materi yang
akan dipelajari dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia.

4. Materi Pembelajaran
Pada subbab disajikan materi Bahasa
Indonesia Tek Legenda yang mencakup analisis
struktur dan kaidah kebahasaan serta langkah-
langkah memerankan teks legenda.
5. Aktivitas Peserta Didik
Untuk mengetahui sejauh mana
pemahanmu dalam mempelajari materi yang
disajikan, kamu akan diuji melalui kolom ini.
Aktivitas peserta didik menyajikan berbagai
kegiatan individu maupun kelompok.

6. Pojok Bahasa dan Sastra


Kolom ini menyajikan beragam informasi
yang menunjang pembelajaran yang disajikan,
baik aspek kebahasaan maupun aspek
kesastraan.

7. Tugas Projek
Kolom ini berisi tugas untuk menilai
keterampilanmu dalam memecahkan masalah
yang berkaitan dengan materi dan memiliki
relevansi dengan kehidupan sehari-hari.

8. Tugas Portofolio
Kolom ini disajikan sebagai buku fisik atau
dokumen yang menggambarkan pengalaman
kegiatan, karya, dan prestasi yang dicapai selama
belajar.
9. Rangkuman
Untuk mengingatkanmu kembali mengenai
materi yang dipelajari pada setiap babnya, kamu
akan menemukan kolom rangkuman. Meskipun
disajikan secara ringkas, kolom ini akan
membantumu mengingat intisari materi yang
sdisajikan.
10. Refleksi
Sebagai bahan perenungan terhadap
kemampuanmu dengan memahami materi,
kamu akan menemukan kolom ini. Baca dan
renungkanlah hal yang tercantum dalam kolom
refleksi.

11. Uji Kompetensi


Pada Subbab yang disajikan dalam buku ini
dilengkapi dengan lembar evaluasi berupa uji
kompetensi. Uji kompetensi merupakan kolom
khusus untuk mengevaluasi kemampuanmu
dalam mempelajari materi Bahasa Indonesia
yakni Teks Legenda.

12. Glosarium
Bagian ini menampilkan daftar kata-kata
beserta artinya.

13. Daftar Pustaka


Bagian ini memuat daftar buku referensi
yang dapat dijadikan acuan dalam mempelajari
lebih lanjut materi yang disajikan.
Peta Konsep

Menelaah Struktur dan Kaidah Kebahasaan

Struktur:
1. Orientasi
2. Komplikasi
3. Resolusi Kaidah Kebahasaan:
4. Koda 1. Kata kerja, kata
Teks Legenda

keterangan, kata sifat


2. Sudut pandang
3. Antonim dan Sinonim
4. Kalimat langsung dan
tidak langsung
5. Kata Sandang

Memerankan Isi Legenda

1. Mengubah teks legenda ke dalam bentuk


dialog singkat, seperti naskah drama.
2. Berbagi peran sesuai dengan jumlah tokoh
yang terdapat dalam legenda.
3. Menyesuaikan penampilan berdasarkan peran
yang didapatkan.
4. Berlatih memainkan tokoh yang diperankan.
5. Memerankan tokoh dengan dialog yang wajar
dan alamiah.
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia Kelas VII SMP

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap
sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan atau ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual adalah “Menghargai dan menghayati ajaran agama yanag
dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial adalah “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan social dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya”. Kedua
kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakter mata pelajaran serta kebutuhan dan
kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran
berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta
didik lebih lanjut.
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut, yaitu
peserta didik mampu:

KOMPETENSI INTI

Kompetensi Inti 3 Kompetensi Inti 4


(Pengetahuan) (Keterampilan)
3. Memahami pengetahuan (faktual, 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam
konseptual, dan prosedural) berdasarkan konkret (menggunakan, mengurai,
rasa ingin tahunya tentang pengetahuan, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan
teknologi, seni, budaya terkait fenomena ranah abstrak (menulis, membaca,
dan kejadian tampak mata. menghitung, menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang/
teori.

KOMPETENSI DASAR

3.12 Menelaah struktur dan kebahasaan 4.12 Memerankan isi legenda daerah setempat
legenda daerah setempat yang dibaca dan yang dibaca dan didengar.
didengar.
PEMBELAJARAN 1

Menelaah Struktur dan Kaidah Kebahasaan


Teks Legenda

Legenda merupakan cerita tradisional karena cerita tersebut sudah dimiliki masyarakat sejak
dahulu. Ceritanya biasa dihubungkan dengan peristiwa dan benda yang berasal dari masa lalu, seperti
peristiwa penyebaran agama dan benda-benda peninggalan seperti masjid, kuburan, dan lain-lain.
Selain itu para pelaku dalam legenda dibayangkan sebagai pelaku yang betul-betul pernah hidup pada
masyarakat lalu. Mereka itu merupakan orang yang terkemuka, dianggap sebagai pelaku sejarah, juga
dianggap pernah melakukan perbuatan yang berguna bagi masyarakat. Dan hubungan tiap peristiwa
dalam legenda menunjukan hubungan yang logis.
A Menelaah Struktur dan Kaidah Kebahasaan
Teks Legenda
Pojok Bahasa
Seperti yang kamu ketahui, struktur dan asoek kebahasaan
Langkah-Langkah Menelaah:
suatu teks berfungsi sebagai karakter dan pembeda suatu genre 1. Membaca teks yang akan
dianalisis;
teks, pada pembelajaran ini, kami akan memahami dengan
2. Mengidentifikasi unsur-unsur
struktur dan kebahasaan legenda. yang akan dianalisis di dalam teks
tersebut;
3. Membaca ulang teks tersebut
untuk meneliti unsur yang akan
1. Menelaah Struktur Teks Legenda dianalisis;
4. Menganalisis unsur-unsur yang
Untuk meningkatkan pemahamanmu terhadap struktur legenda, dimaksud;
5. Menetapkan hasil.
cermatilah teks legenda berjudul “Klayan” di bawah ini. Dapatkah
kamu menentukan bagian orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda teks
legenda tersebut?

Klayan
Tersebutlah Patih Danalaya dari kerajaan Pajajaran yang diutus oleh raja
Pajajaran, Prabu Siliwangi untuk menemui Syeh Datul Kahfi, seorang ulama di

Orientasi
Cirebon. Tujuannya adalah untuk memperingati ulama itu supaya berhenti
menyebarkan agama Islam di wilayah kekuasaan kerajaan Pajajaran.
Sesampainya di tempat kediaman Syeh Datul
Kahfi, Patih Danalaya pun mengutarakan
maksudnya kenapa datang menemuinya. “Saya
datang kesini karena diutus oleh Prabu
Siliwangi supaya kisanak berhenti menyebarkan
agama Islam di wilayah kekuasaan Pajajaran.”
Komplikasi

Bukannya mengiyakan, dengan sopan Syeh Datul Kahfi malah mengajak patih
Danalaya untuk ikut memeluk agama Islam sambal menerangkan tentang kemulian
agama Islam.
Tentu saja Patih Danalaya menjadi kebingungan dan serba salah. Kalau ia tak
berhasil mencegah ulama itu untuk berhenti menyebarkan agama Islam maka ia
pasti akan dihukum oleh Prabu Siliwangi, tapi di lain sisi ia pun tak tega untuk
memaksakan kehendaknya dengan menggunakan kekerasan karena ulama itu
begitu sopan kepadanya.
Ditengah-tengah kebimbangan hatinya, Patih Danalaya pun memutuskan
untuk menolak dengan halus tawaran ulama tersebut untuk memeluk agama Islam

Komplikasi
dan berniat untuk bersemedi saja di tengah hutan. Setelahnya mengutarakan
maksudnya itu Patih Danalaya pun pamit untuk melaksanankan niatnya bertapa di
tengah hutan.
Beberapa bulan kemudian, Mbah Kuwu Cerbon mendengar bahwa di tengah
hutan ada seorang pandit sakti yang sedang bertapa. Kuwu Cerbon yang
sebelumnya telah menyamar dengan mengganti nama menjadi Ki Gemu pun
mendatangi Sang Pandit Sakti itu dengan maksud untuk mengislamkan pandita
hindu tersebut. “Ada apa dan siapakah geranagan kisanak ini hingga berani
mengganggu semediku?” Tanya Ki Patih Danalaya. “Namaku Ki Gemu. Maksud

Resolusi
dan tujuanku ke sini adalah untuk mengajak kisanak memeluk agama Islam.” Kata
Kuwu Cerbon. “Kalau seandainya aku menolak, apa yang akan Kisanak lakukan?”
“Kalau menolak silakan kisanak untuk meninggalkan tempat ini karena ini adalah
daerah Islam.” Tandas ki Gemu. Karen merasa tersinggung, akhirnya patih
Danalaya pun menyerang Ki Gema dan pertarungan pun tak terelakan lagi. Kedua
kesatria yang sama-sama berilmu tinggi itu saling menyerang dan berusaha
mengalahkan lawannya. Malaikat untuk mengawasi cermas, mamastikan pada siapa
maut akan berpihak.
Setelah beberapa lama akhirnya Patih Danalaya harus mengaku kehebatan Ki
Gemu dan bersedia untuk meninggalkan tempat itu karena beliau tetap tak mau
masuk agama Islam. Patih Danalaya yang tak berani untuk kembali ke Pajajaran
karena takut dihukum oleh Prabu Siliwangi atas kegagalannya mengemban tugas
Koda

akhirnya memilih untuk pergi berkelana tak jelas arah dan tujuan yang oleh
masyarakat Cirebon disebut sebagai Lunga kelaya-laya. Dari kata Kelaya-laya inilah
kemudian tempat semedi patih Danalaya pun dibuka menjadi sebuah pedukuhan
(Desa) dengan nama Klayan.

Sumber: Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga


Kabupaten Cirebon
Berdasarkan contoh di atas, jika diuraikan, struktur penulisan legenda adalah sebagi berikut.
a. Orientasi
Orientasi merupakan bagian awal cerita yang berisi pengenalan tokoh, suasana, waktu, dan tempat
berlangsungnya peristiwa. Bagian orientasi pada teks legenda di atas berisi pengenalan tokoh. Adapun
tokoh dalam cerita tersebut, yaitu Ki Patih Danalaya dan Syeh Datul Kahfi. Selain itu pada bagian
awal ini menyajikan watak Patih Danalaya yang patuh kepada pimpinan atau rajanya dan menjalankan
amanah yang diberikan kepadanya.
b. Komplikasi
Komplikasi adalah tahap munculnya permasalahan antartokoh dalam cerita. Permasalahan yang
muncul akan mengantarkan isi cerita pada puncak permasalahan (klimaks) yang akan menimbulkan
ketegangan.
Permasalahan mulai muncul ketika Patih Danalaya mengutarakan maksudnya datang kepada Syeh
Datul Kahfi, namun beliau menolak secara sopan permintaan Patih Danalaya yang meminta Syeh
Datul Kahfi berhenti menyebarkan agama Islam. Tetapi beliau justru mengajak Patih Danalaya untuk
memeluk agama Islam.
Puncak masalahnya, karena Patih Danalaya merasa bingung dan serba salah, juga ia tidak tega
untuk memaksa kehendaknya dengan menggunakkan kekerasan. Oleh karena itu Patih Danalaya
bermaksud untuk bertapa di hutan.
c. Resolusi
Resolusi berisi penyelesaian atas permasalahan yang sudah terjadi. Penyelesaian ini muncul dengan
ditandai meredamnya konflik yang sudah terjadi atau munculnya akibat atas permasalahan yang
dialami.
Penyelesaian masalah pada cerita ini ditandai dengan munculnya Mbah Kuwu Cerbon yang
medengar bahwa ada pendeta sakti yang sedang bertapa di wilayahnya, serta bermaksud untuk
mengislamkan pendeta Hindu yang bernama Patih Danalaya. Namun karena Patih Danalaya
tersinggung, ia pun menyerang Mbah Kuwu Cerbon yang menyamar sebagai Kigema dan pertarungan
pun tak terelakan lagi.
d. Koda
Koda adalah bagian akhir cerita yang memuat kesimpulan dari isi cerita dan biasanya berupa
amanat yang disampaikan atas permasalahan yang telah terjadi. Pada bagian akhir ini berisi perubahan
yang terjadi pada tokoh dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita tersebut.
Bagian akhir pada cerita ini Patih Danalaya mengaku kehebatan Kigemu dan bersedia
meninggalkan tempat ini. Namun tetap ia tak mau masuk agama Islam. Karena takut dihukum Prabu
Siliwangi atas kegagalannya, Patih Danalaya memilih berkelana tak jelas arah. Namun tempat semedi
Patih Danalaya dijadikan sebuah desa yang dikenal saat ini dengan sebutan desa Klayan.
Aktivitas Siswa 1

1) Perhatikanlah legenda di bawah ini dengan seksama.

Kalijaga
Alkisah, Lokacaya putra Ki Wilatikta Tumenggung Tuban bermaksud berguru kepada Syarif
Hidayatullah. Ketika sampai di Keraton Pakungwati Cirebon, ternyata Jeng Sinuhun sedang tidak
di tempat. Maka Lokacaya pun menunggunya.
Terlintas dalam pikiran Lokacaya, apakah Syarif Hidayatullah tidak mengetahui
kedatangannya? Apakah Syarif Hidayatullah tidak mengetahui dia telah lama menunggu? Tidak
lama kemudian ada sepasang cangkir biru merah penuh berisi. Ia mengambil cangkir itu hendak
meminum isinya. Cangkir berkata, “Belum ada yang mengizinkan kok berani minum?”
Lokacaya terkejut, ada cangkir bisa bicara. Dia merasa
malu, lalu cangkir pun diletakkan kembali. Sungguh
keramat Sinuhun Cirebon, karenanya Lokacaya lebih
mantap kemauannya setia tuhu kepada guru.
Tidak lama kemudian, Jeng Sunan datang di hadapan
Lokacaya. Ia segera sungkem mengaturkan bakti. Batin Sunan Jati melihat, bahwa Lokacaya
adalah sungguh walitullah, segera dibimbingnya untuk duduk sejajar. Berkata Jeng Sunan,
“Selamat datang adik Lokacaya dan bagaimana kabar di Ampel dan Para Saudara di Bonang dan
Undang?” Lokacaya menjawab, “Berkah Dalem, semua saudara sekarang ada sehat-sehat saja,
namun hamba mohon kemurahan Dalem semoga diberi wejangan sejatinya syahadat dan
sempurnanya tauhid”. Sunan Jati melihat dalam Laukhil Mahfud seharusnya Nabi Khaidir yang
memberinya wejangan ini. Lalu Sunan berkata, “Kalau Sang Adik sungguh-sungguh
menginginkannya, mari ke tempat yang sunyi”.
Lokacaya bersama Jeng Sunan Jati segera ke hutan.
Mereka sampai ke pinggir sungai di bawah pohon
andul. Jeng Sunan berkata, “Ini buah kemiri seratus
banyaknya untuk bilangan, seyogyanya jangan pergi dari
pinggir sungai ini dan Sang Adik aku bernama
Kalijaga.” Sunan Jati lalu pulang.
Lokacaya pun mematuhi perintah gurunya. Pada malam hari dia naik ke poho andul,
sementara siang hari membuka perkebunan. Kawasan ini kemudian masyhur disebut Kebun
Kalijaga. Dan sejak itu sampai sekarang orang-orang menamai daerah tersebut Kalijaga. Dalam
administrasi pemerintahan, Kalijaga adalah nama kelurahan dalam wilayah Kecamatan
Harjamukti, Kota Cirebon.

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon

2) Tentukanlah struktur legenda di atas, sertakan pula penjelasan kalian mengenai penentuan
struktur tersebut.
Tabel 1.1
Hasil Telaah Struktur Legenda

Aspek Penjelasan

[1] Orientasi

[2] Komplikasi

[3] Resolusi

[4] Koda

3) Jawablah pertanyaan di bawah ini.


a. Apakah legenda di atas memuat struktur yang lengkap?
b. Apakah legenda tersebut menggunakan struktur yang berurutan?
c. Jika suatu legenda tidak memuat struktur yang lengkap dan berurutan, apakah isi legenda
tersebut dapat kalian pahami dengan baik?
4) Buatlah simpulan berdasarkan hasil penelaahanmu mengenai struktur legenda tersebut!
5) Presentasikan hasil pekerjaan kalian di depan kelas.
2. Menelaah Kebahasaan dalam Legenda
Legenda merupakakn cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu kejadian
yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Selain itu legenda juga bukan semata-mata cerita hiburan, namun lebih
dari itu dituturkan untuk mendidik manusia. Cerita legenda, baik lisan maupun tulisan, membutuhkan bahasa
dalam penyampaiannya. Bahasa yang digunakan dalam legenda memiliki karakter tersediri sehingga menjadi
kaidah kebahasaan legenda.
Perhatikan kata-kata bercetak tebal pada legenda berjudul Nyi Mas Gandasari.

Nyi Mas Gandasari


Pada abad ke-16 Masehi, di Desa Selapandan berdiri sebuah pesantren putri dengan Ki
Ageng Selapandan sebagai sesepuhnya sekaligus guru bagi para santri-santri di sana. Dia dibantu
oleh kemenakannya, yakni Syarif Hidayatullah, salah seorang Wali Sanga di tanah Jawa. Diantara
para santri itu, ada salah seorang santri yang cantik rupawan berilmu tinggi. Dia anak seorang
bangsawan dari Kosultanan Basem Paseh. Namun karena sejak kecil dititipkan dan dipelihara
oleh Ki Ageng Selapandan, sehingga sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.
Karena kecantikan putri itu, pesantren
Selapandan terkenal dimana-mana. Banyak para
pemuda, para bangsawan dari segala penjuru
negeri ingin meminangnya untuk dijadikan istri.
Putri cantik itu tak lain adalah Nyi Mas
Gandasari. Dia adalah putri Sultan Hud dari
Kesultanan Basem Paseh. Ia berguru dan diangkat
anak oleh Ki Ageng Selapandan yang merupakan
nama lain dari Pangeran Cakrabuana.
Karena banyak Kesatria dan bangsawan yang ingin melamarnya, akhirnya Nyi Mas
Gandasari menyatakan, “Aku tidak mau diperistri oleh sembarang lelaki, apalagi
seseorang yang tidak memiliki ilmu bela diri, tanggungjawab dan sanggup melindungi
negeri ini dari gangguan musuh.” Ki Ageng Selapandan tercenung sejenak atas pernyataan
putri angkatnya, ia mencoba memaknai apa yang tersirat dari ucapan murid kesayangannya itu.
Kemudian telapak tangannya menengadah ke atas, memohon Sang Pencipta memberikan
keputusan yang bijak atas permintaan putrinya tersebut.
Dari banyak para pelamar, satu persatu harus
tanding dulu dan sanggup mengalahkan dirinya, maka
dialah yang akan berhak menjadi suaminya. Namun
hamper tak ada yang sangggup menandingi kesaktian
Nyi Mas Gandasari. Akan tetapi, dari sekian banyak
pria yang datang ke sayembara ternyata ada seorang
pemuda asing yang hendak turut menantang Nyi Mas Gandasari. Pemuda asing tersebut adalah
Pangeran Soka yang datang dari Yaman.
Pangeran Soka mempunyai keahlian bela diri yang cukup tinggi, serta mempunyai kesaktian
yang terletak pada rambutnya. Oleh karena rambut saktinya, beliau dikenal dengan juga dengan
nama Syekh Magelung Sakti. Beliau datang dari Yaman untuk menemui seseorang yang dapat
memotong rambutnya. Dan kemudian diketahui, bahwa orang yang dapat memotong rambutnya itu
adalah itu adalah Syarif Hidayatullah. Dalam pencarian itu tanpa disengaja dia masuk dalam
gelanggang sayembara. Karena berilmu sangat tinggi, maka dia pun mampu menandingi kesaktian
Nyi Mas Gandasari.

Pertemuan antara Nyi Mas Gandasari dan


pangeran Soka berlangsung seru dan begitu hebatnya.
Bahkan Nyi Mas Gandasari hampir dapat dikalahkan.
Akan tetapi, Nyi Mas Gandasari kemudian lari dan
bersembunyi di belakang Syarif Hidayatullah.

Pertemuan pun berakhir tanpa kemenangan.


Syarif Hidayatullah melerai mereka. Syarif
Hidayatullah lalu berujar, “Kita harus ingat,
kalau jodoh, kematian dan rejeki itu adalah
kehendak Yang Maha Kuas.”

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon


Cerita legenda di atas menggunakan kata-kata yang variatif. Untuk melihat penggunaan kaidah
kebahasaan dalam cerita legenda, perhatikan penjelasan berikut ini.
a. Menggunakan Kata Kerja, Kata Keterangan, dan Kata Sifat
Pada teks legenda berjudul Nyi Mas Gandasari sudah memuat penggunaan kata kerja, kata
keterangan, dan kata sifat, ketiga jenis kata tersebut digunakan sebagaimana fungsinya dalam teks
legenda yaitu kata berfungsi untuk menunjukkan kegiatan yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita,
kata keterangan berfungsi untuk menunjukkan situasi atau tempat berlangsungnya cerita, dan kata
sifat berfungsi untuk menggambarkan watak tokoh cerita.
b. Memuat Sudut Pandang Pengarang
Sudut pandang merupakan arah pandang seorang penulis dalam menyampaikan sebuah cerita
sehingga cerita tersebut lebih hidup dan tersampaikan dengan baik pada pembaca atau pendengarnya.
Dengan kata lain, sudut pandang atau point of view adalah sebuah teknik bercerita yang akan membuat
‘rasa’ yang berbeda pada alur dan cara penyampaian cerita. Dengan sudut pandang, penulis seolah-
olah dapat menjadi pelaku utama atau menjadi orang lain dalam cerita tersebut.
Pada teks legenda berjudul Nyi Mas Gandasari memuat sudut pandang orang ketiga. Sudut
pandang orang ketiga ditandai dengan menggunakan kata ganti orang ketiga atau langsung
menyebutkan nama tokoh dalam cerita.
c. Memuat Penggunaan Antonim Sinonim
Antonim adalah perlawanan kata atau pertentangan kata yang berarti suatu kata yang memiliki
makna berlawanan antara satu kata dengan kata yang lainnya. Antonim pada umumnya digunakan
untuk membedakan antara satu hal dengan hal yang lain. Sedangkan sinonim adalah persamaan kata
atau padanan kata yang berarti merupakan suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda, namun
terdapat arti yang sama atau serupa. Analisis penggunaan antonim dan sinonim yang lakukan oleh
peniliti pada teks legenda tersebut adalah untuk membandingkan watak tokoh yang terdapat cerita.
Pada teks legenda berjudul Nyi Mas Gandasari tidak ditemukan penggunaan antonim dan sinonim
dalam membandingkan watak tokoh yang terdapat pada teks.
d. Pengggunaan Kalimat Langsung dan Kalimat Tidak Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang menirukan ucapan atau ujaran orang lain. Kalimat hasil
kutipan pembicaraan seseorang persis seperti apa yang dikatakan. Sedangkan kalimat tidak langsung
adalah kalimat yang menyatakan perkataan orang lain.
Pada teks legenda berjudul Nyi Mas Gandasri sudah terdapat kalimat langsung dan kalimat tidak
langsung. Berikut kutipan kalimat tersebut. Seperti kutipan di bawah ini:
Kutipan 1:
Karena banyak Kesatria dan bangsawan yang ingin melamarnya, akhirnya Nyi Mas Gandasari
menyatakan, “Aku tidak mau diperistri oleh sembarang lelaki, apalagi seseorang yang tidak memiliki
ilmu bela diri, tanggungjawab dan sanggup melindungi negeri ini dari gangguan musuh.” (Kalimat
Langsung)
Kutipan 2:
Beliau datang dari Yaman untuk menemui seseorang yang dapat memotong rambutnya. Dan
kemudian diketahui, bahwa orang yang dapat memotong rambutnya itu adalah itu adalah Syarif
Hidayatullah. (Kalimat tidak langsung)
e. Penggunaan Kata Sandang
Kata sandang merupakan kata penentu yang letaknya di depan kata benda atau kata sifat. Kata
sandang yang biasa digunakan yaitu Si, Sang, Jeng, dan Para.
Pada teks legenda yang berjudul Nyi Mas Gandasari ditemukan kalimat yang menggunakan kata
sandang. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan kata sandang.
“Pada abad ke-16 Masehi, di Desa Selapandan berdiri sebuah pesantren putri dengan Ki Ageng
Selapandan sebagai sesepuhnya sekaligus guru bagi Para Santri-Santri di sana. “

Aktivitas Siswa 2

1. Bacalah kembali legenda berjudul “Kalijaga” yang terdapat pada Aktivitas Siswa 1.
2. Daftarkanlah aspek kaidah kebahasaan yang terdapat pada teks tersebut. Seperti
penggunaan kata kerja, kata keterangan, kata sifat, memuat sudut pandang pengarang,
penggunaan antonim dan sinonim, penggunaan kalimat langsung dan tidak langsung, serta
penggunaan kata sandang.
3. Berikan penjelasan dari masing-masing aspek yang telah kamu daftarkan.
4. Tulisakn hasil pekerjaanmu pada tabel di bawah ini.

Aspek Kata Penjelasan


Kata kerja, kata keterangan dan
kata sifat
Sudut pandang

Antonim dan sinonim

Kalimat langsung dan kalimat


tidak langsung
Kata sandang
PEMBELAJARAN 2

Memerankan Isi Teks Legenda

Bermain peran adalah cara yang digunakan untuk membantu peserta didik menemukan
makna pribadi dalam dunia sosial dengan bantuan kelompok. Dengan begitu sebuah
pembelajaran dapat lebih bermakna jika di dalam pelaksanaannya peserta didik dilibatkan untuk
berperan secara langsung. Hal ini bertujuan membantu peserta didik dalam menemukan makna
pribadi dan mampu menyelesaikan masalah pribadi dengan kerja sama kelompok. Selain itu
bermain peran pun dapat memudahkan peserta didik untuk bekerja sama dalam menganalisis
kondisi sosial, khusunya masalah kemanusiaan.
B Memerankan Isi Legenda
Pojok Sastra

Bagimana kemampuanmu dalam menelaah struktur dan


Bermain peran merupakan
kaidah kebahasaan legenda? Tentunya kemampuanmu mengenail salah satu cara yang digunakan
dalam pembelajaran dengan
hal tersebut sudah mumpuni, bukan? Pada kegiatan-kegiatan melibatkan peserta didik untuk
menciptakan pembelajaran yang
sebelumnya, kami telah memahami struktur dan isi legenda. Legenda aktif, inovatif, dan
menyenangkan. Peserta didik
yang telah dipahami isinya dapat digunakan untuk bermain peran.
dapat mengekspresikan perasaan
Bermain peran merupakan kegiatan yang menyenangkan karena dan kemampuannya dengan cara
bermain peran. Melalui bermain
dapat berperan seperti tokoh-tokoh yang terdapat pada legenda. peran, peserta didik belajar
memahami perilaku orang lain
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memerankan isi legenda hingga dapat memerankan
karakter orang lain dengan baik.
adalah sebagai berikut.

a. Penampilan dan penggunaan bahasa harus sesuai dengan tokoh yang diperankan. Bahasa yang
diucapkan hendaknya disesuaikan dengan karakter tokoh yang diperankan. Dmeikian halnya
dengan penampilan.
b. Tunjukkanlah perasaan dan ekspresi dengan tepat.
c. Hidupkanlah suasan dan jadikan dialog lebih wajar dan alamiah. Para pemain dapat membangun
kemampuannya di luar naskah atau melakukan improvisasi.

Sementara itu, langkah-langkah yang dapat kalian lakukan untuk memerankan isi legenda adalah
sebagai berikut.

a. Mengubah teks legenda ke dalam bentuk dialog singkat, seperti naskah drama.
b. Berbagi peran sesuai dengan jumlah tokoh yang terdapat dalam legenda.
c. Menyesuaikan penampilan berdasarkan peran yang didapatkan. Misalnya, jika kita berperan
sebagai tokoh Nyi Mas Gandasri, kita dapat menggunakan properti yang menunjukkan diri
sebagai sang ratu. Karena tokoh yang terdapat pada legenda adalah orang-orang pada zaman
dahulu, kreativitas sangat dibutuhkan untuk menunjukkan karakter masing-masing.
d. Berlatih memainkan tokoh yang diperankan.
e. Memerankan tokoh dengan dialog yang wajar dan alamiah.
Aktivitas Siswa 3

1. Bacalah teks legenda di bawah ini dengan seksama.

Ciawigajah
Alkisah di sebuah daerah dataran tinggi, berdirilah sebuah kerajaan bernama Kerajaan
“Timbang Luhur”, yang dipimpin oleh seorang “Adipati Kerajaan Timbang Luhur” sang raja
memiliki 2 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan, yang laki-laki bernama Sanghiang
Puget dan Sanghiyang Pengging, dua putra mahkota yang gagah perkasa, dan yang perempuan
dikenal dengan Putri Timbang Luhur seorang putri yang cantik jelita. Keistimewaan Sang Raja
juga mempunyai seekor gajar peliharaan yang senantiasa menyertainya dalam setiap perjalanan,
juga setia dan patuh pada setiap perintah sang raja.
Suatu saat terjadilah kemarau
panjang, kekeringan terjadi di seluruh
wilayah penjuru kerajaan, rakyat harus
bersusah payah untuk mendapatkan air,
kesengsaraan rakyat nampak pada wajah-
wajah mereka, karena hasil tanaman bahan
makanan pokok tak dapat dipanen. Maka
dibuatlah sayembara oleh Sang Raja, kata
Sang Raja: “Barangsiapa yang bisa
mendatangkan air untuk memenuhi kebutuhan
rakyat maka akan dinikahkan dengan Putri
Timbang Luhur.”
Setelah dibuka sayembara, maka munculah Para Jawara untuk ikut berpartisipasi dalam
sayembara memperebutkan putri kerajaan. Diantara para jawara yang muncul sebagai peserta
sayembara adalah Sang Raksasa yang bernama “Badungjaya” dan ternyata Sang Raksasa berhasil
mendatangkan air ke daerah Kerajaan Timbang luhur dengan membuat sungai yang dapat
mengalirkan air untuk kepentingan rakyat.
Akhirnya Sang Raja menerapkan sebagai pemenang sayembara adalah Sang Raksasa bernama
“Badungjaya” yang berhak menikah dengan Putri Timbang Luhur. Sesuai dengan janjinya Sang
Raja akan menikahkan putrinya dengan pemenang sayembara, akan tetapi ketika
mendengar bahwa calon suaminya adalah
seoarang raksasa, Sang Putri menolaknya dan
akhirnya melarikan diri menyusuri sungai yang
dibuat oleh Badungjaya, sampailah pelarian Sang
Putri pada suatu gua yang terletak di pinggir sungai
yang terjal berupa tebih dan Sang Putri singgah
untuk bersembunyi di gua tersebut yang hingga kini dikenal dengan Gua Putri (Liang Putri) di
wilayah timur desa Ciawigajah.
Karena Sang Putri melarikan diri maka Sang Raksasa “Badungjaya” menyusul dan
menelusuri keberadaan Sang Putri calon istrinya, dalam perjalanannya Sang Raksasa terjatuh
menimpa batu sehingga ada bekas telak kaki, hingga sekarang dikenal dengan batu Badungjaya
yang terletak disebelah selatan Desa Ciawigajah, akhirnya Sang Raksasa meninggal dunia.
Mendengar tewasnya sang raksasa dalam perjalanan pencarian Sang Putri, Raja Timbang
Luhur mengutus dua orang putranya (Sanghiang Puget dan Sanghiang Pengging) untuk
melanjutkan pencarian Sang Putri dengan mengendarai seekor gajah milik Sang Raja yang sangat
setia.
Dalam perjalanannya sampailah dua putra mahkota raja Timbang Luhur di depan gua putri
(Liang Putri) sebagai tempat persembunyian sang putri, yang didepannya tumbuh bambu-bambu
kecil dan beristirahatlah dua orang putra mahkota raja beserta seekor gajahnya di bawah pohon
bambu tersebut. Dalam peristirahatnnya dua putra
mahkota raja melihat pancaran air yang keluar dari
bawah pohon bambu depan gua persis di bawah
kaki gajah peliharaan raja Adipati Timbang Luhur.
Dan akhirnya dua putra mahkota kerajaan tersebut
menyebut wilayah tersebut dengan sebutan
“Ciawigajah”, Ci yang artinya air (cai), Awi yang
berarti Bambu yang berada di dekat gajah.
Pencarian belum selesai, perjalanan terus berlanjut hingga naik dan sampai kedataran yang
lebih tinggi, beristirahat dua orang mahkota raja dan seekor gajahnya, dikenalah wilayah tersebut
dengan sebutan “Munjul Gajah”, munjul yang berarti istilah daerah dataran yang agak tinggi dan
terjal.
Perjalanan dilanjutkan ke wilayah barat,
dalam pencariannya sang gajah mengendus-
endus bau bangkai, mereka mengira bahwa itu
adalah bangkai Sang Putri hingga sekarang
wilayah tersebut dikenal dengan sebuta “Gajang
Ngambung” yang letaknya di Desa Cibuntu
Kecamatan Cigandamekar Kabupaten
Kuningan.
Singkat cerita, bahwa dua makota raja
tersebut tidak berhasil dalam melakukan misi
pencarian sang putri, mereka memutuskan
untuk tidak kembali ke kerajaan dan menetap
di wilayah Ciawigajah, yang konon katanya
Sanghiyang Puget menganut agama Islam dan
dimakamkan dipemakaman umum desa
Ciawigajah dikenal dengan makam “Buyut
Lurah” dan Sanghiang Pengging yang konon
beragama Hindu akhir hayatnya tidak diketahui karena menghilang di wilayah sarongge dan
dikenal dengan ”Buyut Sarongge”, yang lagi-lagi konon katanya sampai sekarang suka menampakan
diri menjelma menjadi seekor harimau pertanda bahwa akan terjadi malapetaka di Desa
Ciawigajah dan bersiap untuk menjaga Desa Ciawigajah dari malapetaka tersebut.

Sumber: Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Pemuda


Olah Raga Kabupaten Cirebon
2. Buatlah dialog berdasarkan teks legenda berjudul “Ciawigajah” dengan bantuan media gambar di bawah
ini.

29
Aktivitas Siswa 4

TUGAS PROJEK
1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 6 orang anggota.
2. Carilah sebuah legenda yang menurut kalian menarik untuk diperankan.
3. Ubahlah legenda tersebut menjadi dialog-dialog.
4. Berlatihlah memerankan dialog-dialog tersebut.
5. Gunakanlah properti yang mendukung permainan peran kalian.
6. Tampilkan permainan peran kalian di depan kelas.
7. Berikanlah penilaian kepada kelompok lain yang sedang tampil dengan menggunakan
format di bawah ini.
Bobot
Aspek Penilaian Skor Keterangan
Maksimal
Kejelasan isi legenda yang diperankan 25
Kejelasan pelafalan dialog 15
Kelantangan penyampaian dialog 15
Kepercayaan diri saat bermain peran 20
Penggunaan properti yang mendukung dan 25
kreativitas

Aktivitas Siswa 5

TUGAS PORTOFOLIO
1. Kumpulkanlah 3 teks yang menurut kalian termasuk legenda.
2. Lakukanlah penelaahan berdasarkan struktur teks terhadap teks tersebut.
3. Lakukanlah penelaahan berdasarkan kaidah kebahasaan yang terdapat pada teks tersebut.
4. Tuliskan pesan moral dalam teks tersebut yang dapat kamu aplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Ketik hasil penelaahan yang telah kamu lakukan dan sertakan teks-teks tersebut sebagai
lampiran.
6. Kumpulkan tugas portofolio dalam waktu 2 minggu.
RANGKUMAN
1. Legenda merupakakn cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai
suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi.
2. Struktur Teks Legenda:
a. Orientasi merupakan bagian awal cerita yang berisi pengenalan tokoh, suasana,
waktu, dan tempat berlangsungnya peristiwa.
b. Komplikasi adalah tahap munculnya permasalahan antartokoh dalam cerita.
c. Resolusi berisi penyelesaian atas permasalahan yang sudah terjadi.
d. Koda adalah bagian akhir cerita yang memuat kesimpulan dari isi cerita dan biasanya
berupa amanat yang disampikan atas permasalahan yang telah terjadi.
3. Kaidah Kebahasaan Teks Legenda
a. Kata Kerja, Kata Keterangan, Kata Sifat
b. Sudut Pandang Pengarang
c. Antonim Sinonim
d. Kalimat Langsung dan Kalimat Tidak Langsung
e. Kata Sandang
4. Langkah-Langkah Menelaah
a. Membaca yang akan dianalisis;
b. Mengidentifikasi unsur-unsur yang akan dianalisis di dalam teks tersebut;
c. Membaca ulang teks tersebut untuk meneliti unsur yang akan dianalisis;
d. Menganalisis unsur-unsur yang dimaksud;
e. Menetapkan hasil;
5. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memerankan isi legenda adalah sebagai berikut.
a. Penampilan dan penggunaan bahasa harus sesuai dengan tokoh yang diperankan.
Bahasa yang diucapkan hendaknya disesuaikan dengan karakter tokoh yang
diperankan. Demikian halnya dengan penampilan.
b. Tunjukkanlah perasaan dan ekspresi dengan tepat.
c. Hidupkanlah suasan dan jadikan dialog lebih wajar dan alamiah. Para pemain dapat
membangun kemampuannya di luar naskah atau melakukan improvisasi
6. Sementara itu, langkah-langkah yang dapat kalian lakukan untuk memerankan isi legenda
adalah sebagai berikut.
a. Mengubah teks legenda ke dalam bentuk dialog singkat, seperti naskah drama.
b. Berbagi peran sesuai dengan jumlah tokoh yang terdapat dalam legenda.
c. Menyesuaikan penampilan berdasarkan peran yang didapatkan.
d. Berlatih memainkan tokoh yang diperankan. 32
e. Memerankan tokoh dengan dialog yang wajar dan alamiah.
Apakah kamu dapat memahami materi pada subbab ini? Lakukan sebuah perenungan terhadap
hasil belajarmu selama ini. Adakah kesulitan yang kamu alami selama proses pembelajaran? Lakukanlah
evaluasi terhadap kemampuan mu dengan mengisi format berikut dengan jujur dan percaya diri.
Berikan tanda centang (√) pada kolom nilai ukur sesuai kemampaunmu.

Nilai Ukur
No Pernyataan Kemampuan Alasan
Belum Bisa Sudah Bisa

1 Menelaah struktur legenda

2 Menelaah kebahasaan legenda

3 Memerankan legenda
UJI KOMPETENSI

Pilihlah satu satu jawaban yang tepat!


1. Cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-
sungguh pernah terjadi.
Kalimat di atas merupakan pengertian dari teks …
a. Mitos
b. Legenda
c. Dongeng
d. Fabel
Teks untuk soal no. 2 – 5
Panjunan
Pada tahun 1464 M mendaratlah Syarif Abdurrahman dengan sekitar 1200 orang
pengikut di Pelabuhan Cirebon, termasuk tiga adiknya, yaitu Syarif Abdurrahim, Syarif
Kafi dana Syarifah Baghdad. Keempatnya adalah putra Sultan Sulaeman dari Bagdad (Irak)
yang berniat berguru kepada Syekh Nurul Jati di Gunung Jati Cirebon.
Mereka kemudian memohon izin menerap di Cirebon kepada di Cirebon kepada Syekh
Nurul Jadi dan Mbah Kuwu Cirebon. Permohonan ini dikabulkan. Di tempat ini beliau
bersama pengikutnya membangun masjid yang dikemudian hari digunakan berdakwah
agama Islam. Di sampan itu beliau juga membangun sebuah taman lelangu (taman untuk
istirahat) untuk memandang panorama Gunung Ciremai. Tempat ini disebut Plagon yang
berada di luar Kota Cirebon, dan di sini pula beliau dikebumikan.
Syahdan pada suatu hari para murid berkumpul menghadap Ki Kuwu. Mereka adalah
Pangeran Panjunan, Pangeran Kejaksan, Syekh Datuk Kahfi, Syekh Majagung, Syekh
Maghribi dan para Cegedeng. Ki Kuwu berkata, “Sekarang Rama memasrahkan putri saya
Ratna Pakungwati dan keratonnya berikut seluruh wilayah Cirebon yang dapat bebayaksa Sri
Rama pribadi, terimalah semuanya, semoga Putra menjabat sebagai Nata Cirebon
memangku Keraton Pakungwati.”
Jeng Maulana menerima dan menuruti kehendak Rama Uwa. Berkata Pangeran Panjunan,
“Pula Si Raka (kakak) menyerahkan adik Siti Bagdad serombongannya berikut Dukuh Panjunan
serakyatnya, hanya semoga rakyat Panjunan diberi tanah untuk penghidupannya (tanah liat untuk
membuat gerabah) seturunannya, oleh karena si Raka akan pergi bertapa.”
Oleh masyarakat setempat tanah pemberian Pangeran Panjunan ini kemudian dibuat
gerabah. Dan karena kegiatan pembuatan gerabah tersebut, mulai saat itu kampung ini
dinamakan Panjunan yang berarti tempat pembuatan gerabah dari tanah liat. Dalam susunan
Pemerintahan Kota Cirebon, Panjunan merupakan kelurahan yang termasuk dalam
Kecamatan Lemahwungkuk.
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon
2. Berdasarkan struktur teks legenda, bagian komplikasi pada di atas terdapat pada paragraf ke-…
a. 2
b. 3
c. 4
d. 5

3. Berdasarkan struktur teks legenda, bagian resolusi pada teks di atas terdapat pada paragraf ke-…
a. 2
b. 3
c. 4
d. 5

4. Berdasarkan struktur teks legenda, paragraf ke-1 dan ke-2 merupakan bagian dari struktur …
a. Orientasi
b. Komplikasi
c. Resolusi
d. Orientasi dan Komplikasi

5. Berdasarkan struktur teks legenda, paragraf ke-4 dan ke-5 merupakan bagian dari struktur …
a. Resolusi
b. Komplikasi dan Resolusi
c. Koda
d. Resolusi dan Koda

6. Berdasarkan aspek kebahasaan teks legenda, kalimat yang bercetak miring pada di atas merupakan
aspek kebahasaan …
a. Kalimat tidak langsung
b. Kalimat langsung
c. Sudut pandang
d. Kata sandang

7. Berdasarkan aspek kebahasaan teks legenda, kata yang bercetak tebal pada teks di atas merupakan
aspek kebahasaan …
a. Kata Kerja
b. Kata Keterangan
c. Kata Sifat
d. Kata Sandang

8. “…Diantara Para Jawara yang muncul sebagai peserta sayembara adalah Sang Raksasa yang
bernama “Badungjaya” dan ternyata Sang Raksasa berhasil mendatangkan air ke daerah Kerajaan
Timbang luhur dengan membuat sungai yang dapat mengalirkan air untuk kepentingan rakyat….”
Kata bercetak miring pada kutipan di atas merupakan aspek kebahasaan …
a. Kata sifat
b. Kata kerja
c. Kata keterangan
d. Kata sandang
9. (1) Membaca yang akan dianalisis;
(2) Menganalisis unsur-unsur yang dimaksud;
(3) Membaca ulang teks tersebut untuk meneliti unsur yang akan dianalisis;
(4) Mengidentifikasi unsur-unsur yang akan dianalisis di dalam teks tersebut;
(5) Menetapkan hasil;

Urutkan langkah-langkah menganalisis teks legenda yang tepat adalah …


a. (1), (2), (3), (4), (5)
b. (1), (4), (3), (2), (5)
c. (2), (1), (4), (3), (5)
d. (1), (2), (4), (3), (5)

10. (1) Berbagi peran sesuai dengan jumlah tokoh yang terdapat dalam legenda.
(2) Mengubah teks legenda ke dalam bentuk dialog singkat, seperti naskah drama.
(3) Menyesuaikan penampilan berdasarkan peran yang didapatkan.
(4) Memerankan tokoh dengan dialog yang wajar dan alamiah
(5) Berlatih memainkan tokoh yang diperankan.

Urutkan langkah-langkah memerankan isi legenda …


a. (1), (2), (3), (4), (5)
b. (1), (2), (3), (5), (4)
c. (2), (1), (5), (3), (4)
d. (2), (1), (3), (5), (4)
Cermatilah teks legenda berikut.

Kanoman
Diceritakan, pada suatu ketika di Kerjaan Mataram terjadi kekisruhan. Huru hara ini berawal dari
kebijakan Panembahan Amangkurat I, Raja Mataram pada waktu itu yang dalam menjalankan roda
pemerintahannya cenderung membantu penjajah kompeni. Dengan dipimpin Trunojoya, mereka
yang tidak menyetujui kebijakan Panembahan Amangkurat I akhirnya melakukan perlawanan.
Ditengah kecamuk pemberontakan, Panembahan
Adiningkusuma Cirebon yang bergelar Panembahan
Ratu II berkunjung ke Kerajaan Mataram untuk
memenuhi undangan Panembahan Amangkurat I.
Dalam kunjungan ini, Adiningkusuma membawa dua
putra dari tiga putra hasil perkawinannya dengan adik
kandung Raja Mataram itu. Kedua putranya itu adalah
Pangeran Syamsudin dan Pangeran Badridin. Sementara
itu, putera yang satunya lagi, yakni Pangeran
Wangsakerta ditinggalkan di Cirebon untuk menjalakan
roda pemerintahan.
Pada mula kunjungannya, Panembahan Adingkusuma diperlakukan dengan sangat baik. Hal ini
terlihat dari kedatangannya yang disambut dengan ucapan kebesaran karena diakui sebagai Penguasa
Cirebon. Dalam kunjungan itu Panembahan Amangkurat I menyatakan keinginannya agar
Panembahan Adiningkusuma dengan pasukan Kerajaan Cirebon menyerang Kesultanan Banten
yang terus berkembang sebagai bagian dari dukungan Kerajaan Cirebon pada Kerajaan Mataram.
Namun, Panembahan Adingkusuma tidak dapat mengabulkan keinginan itu. Penolakan ini membuat
Raja Mataram marah. Dia tidak memperkanankan Panembahan Adingkusuma kembali ke Cirebon
hingga beliau wafat di sana pada tahun ± 1662 M dan jasadnya dikebumikan di Girilaya. Karena
dimakamkan di tempat ini akhirnya ia juga dikenal dengan nama Panembahan Girilaya sesuai tempat
di mana ia dikebumikan.
Dalam pemberontakan yang kian membesar dan menimbulkan korban di pihak tamu yang
berasal dari Cirebon itu, Pangeran Syamsudin dan Pangeran Badridin diculik oleh Telik Sandi (mata-
mata) pasukan pemberontak Trunojoyo. Kedua putera Panembahan Adikusuma ini kemudian
“dibuang” secara terpisah. Pangeran Syamsudin dibuang ke Kediri, sedangkan Pangeran Badridin
dibuang ke Madura. Tersiarnya peristiwa ini menimbulkan kegemparan luar biasa dikalangan
penguasa dan rakyat Cirebon.
Berita yang sangat memukul masyarakat Cirebon ini kemudian terdengar pula oleh Sultan
Banten, Ki Ageng Tirtayasa. Setelah mendengar kasus penculikan itu, Sultan Banten segera menemui
Pangeran Wangsakerta untuk membahas upaya pengembalian kedua pangeran tersebut ke Cirebon.
Ternyata apa yang dilakukan Sultan Banten Angeng Tirtayasa dan Wangsakerta tidak sia-sia.
Mereka kemudian berhasul menemukan satu dari dua pangeran, yakni Pangeran Badridin. Dia
kemudian diboyong ke Banten dan oleh Sultan Banten dinobatkan sebagai Sultan Cirebon.
Selang dua tahun kemudian Pangeran Syamsudin, kakak Pangeran Badridin pun ditemukan.
Seperti yang dilakukan kepada adiknya, Sultan Ageng Tirtayasa pun menobatkan Pangeran
Syamsudin sebagai Sultan Cirebon.
Karena Pangeran Badridin sudah terlanjur dinobatkan menjadi Sultan Cirebon, maka untuk
memberikan kekuasaan kepada Pangeran Syamsudin yang memang lebih berhak karena lebih tua,
maka Cirebon dipecah menjadi dua, yaitu Kesultanan Kanoman dan Kesultanan Kesepuhan.
Pangeran Badridin menjadi Sultan di Kesultanan Kanoman dengan gelar Sultan Anom Badridin
Kartawijaya. Sedangkan Pangeran Syamsudin menjadi Sultan di Kesultanan Kesepuhan bergelar
Sultan Sepuh Syamsudin Martawijaya.
Adapun Pangeran Wangsakerta diangkat menjadi Panembahan Cirebon yang tidak memiliki
wilayah dan kekuasaan. Beliau membantu Sultan Sepuh Kesepuhan bergelar Panembahan Tohpati.
Karena terdapat keraton Kesultanan Kanoman, maka kampong di mana keraton ini berada dikenal
dengan Kanoman. Dalam stratfikasi administrasi pemerintahan Kota Cirebon, Kanoman adalah
kampong-kampung yang terdapat dalam Kelurahan Pekalipan. Kampung-kampung dimaksud adalah
Kanoman Utara, Kanoman Tengah dan Kanoman Selatan.

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon

1. Lakukanlah penelaahan berdasarkan struktur teks terhadap teks tersebut! Dengan menggunakan
format berikut ini.

Aspek Struktur Penjelasan Bukti Kalimat

Orientasi

Komplikasi

Reorientasi

Koda

Aspek Kebahasaan Penjelasan Bukti Kalimat

Kata kerja,
kata keterangan,
kata sifat

Sudut pandang

Antonim dan
sinonim

Kalimat langsung
dan kalimat tidak
langsung

2. Bualah beberapa dialog singkat yang menggambarkan isi teks legenda di atas!
Glosarium
Antonim : Perlawanan kata atau pertentangan kata yang berarti suatu kata yang
memiliki makna berlawanan antara satu kata dengan kata yang lainnya
Berlatih : Belajar dan membiasakan diri agar mampu (dapat) melakukan sesuatu.
Kalimat Langsung : Kalimat yang menirukan ucapan atau ujaran orang lain.
Kalimat Tidak Langsung : Kalimat yang menyatakan perkataan orang lain.
Kata Kerja : Kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan.
Kata Keterangan : Kata yang memberikan keterangan pada verba, adjektifa, nomina
predikatif, atau kalimat.
Kata Sandang : Kata penentu yang letaknya di depan kata benda atau kata sifat.
Katas Sifat : Kata yang menerangkan kata benda dan secara umum dapat bergabung
dengan kata lebih atau sangat.
Koda : Bagian akhir cerita yang memuat kesimpulan dari isi cerita dan biasanya
berupa amanat yang disampikan atas permasalahan yang telah terajdi.
Komplikasi : Tahap munculnya permasalahan antartokoh dalam cerita.
Legenda : Cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu
kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi.
Memerankan : Suatu kegiatan yang dilakukan oleh lakon sebuah cerita sesuai dengan
karakter tokoh yang diperankan.
Menelaah : Usaha mengurai suatu materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan
menentukan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan materi tersebut
secara keseluruhan.
Mengubah : Menjadikan sesuatu yang berbeda dari semula.
Menyesuaikan : Menyamakan dengan sesuai hal.
Orientasi : Bagian awal cerita yang berisi pengenalan tokoh, suasana, waktu, dan
tempat berlangsungnya peristiwa.
Penampilan : Perbuatan menampilkan sesuatu.
Resolusi : Berisi penyelesaian atas permasalahan yang sudah terjadi.
Sinonim : Persamaan kata atau padanan kata yang berarti merupakan suatu kata yang
memiliki bentuk yang berbeda, namun terdapat arti yang sama atau serupa.
Daftar Pustaka

Tim Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 2006. Legenda Cirebon: Cerita Asal Usul Tokoh Peristiwa. Cirebon:
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Tim Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga. 2015. Cerita Rakyat: Asal-Usul Desa di
Kabupaten Cirebon. Cirebon: Dinas Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga
Mulyadi Yadi, dkk. 2016. Buku Teks Pendamping: Bahasa Indonesia untuk Siswa SMP-MTs Kelas VIII.
Bandung: Yrama Widya
Profil Penulis

Nama Lengkap : Aulia Fauziah


Tempat dan Tanggal lahir : Kuningan, 12 Januari 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama Islam : Islam
Anak ke :2
Alamat : Jalan Anggaprana Rt. 17 Rw. 03 Desa Manislor, Kecamatan Jalaksana,
Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat 45554
Nama Ayah : Sadili
Nama Ibu : Dra. N. Jubaedah
Nomor Handphone : 0812-2285-3858

▪ Keahlian
1. Mengoperasikan Microsoft Word, Excel, Power Point, dan Publisher.
2. Mengoperasikan Adobe Photoshop CC 2014
3. Mengoperasikan Adobe Illustrasi
4. Mengoperasikan Corel Draw X7
5. Mengoperasikan Movie Maker dan Video Scribe Animasi.

▪ Riwayat Pendidikan
1. SMA Negeri 1 Jalaksana
2. Universitas Swadaya Gunung Jati

Anda mungkin juga menyukai