942 4004 1 PB
942 4004 1 PB
2: page 184-190
ISSN 2301-5454, e-ISSN 2654-7643
Available online at https://jurnal.unbrah.ac.id/index.php/bdent/index
splint ekstrakoronal, Pendahuluan: Penggunaan splint adalah salah satu tahap perawatan
kegoyangan gigi, pada periodontitis yang disertai kegoyangan gigi. Berdasarkan lokasi
periodontitis kronis, splint, terdapat dua macam splinting yaitu splinting ekstrakoronal dan
terapi fase awal intra koronal. Perawatan dengan menggunakan splint berdasarkan
kondisi jaringan periodontal, oklusi dan artikulasi serta keparahan
periodontitis. Artikel ini membahas dua laporan kasus mengenai
penatalaksanaan periodontitis kronis disertai kegoyangan gigi. Laporan
kasus dan Penatalaksanaan: Kasus pertama adalah pasien wanita
berusia 45 tahun dengan diagnosis periodontitis kronis lokalis pada gigi
32, 31, dan 41 dengan kegoyangan gigi. Terapi awal yang dilakukan
adalah scaling-root planning (SRP), kontrol plak, penyesuaian oklusi,
perawatan endodontik, dan splinting ekstrakoronal menggunakan fiber-
reinforced dan resin komposit. Kasus kedua adalah wanita berusia 47
tahun dengan diabetes terkontrol, diagnosis periodontitis kronis lokalis
pada gigi 12, 11, 21, 33, 32, 31, 41, dan 42. Perawatan awal yang
dilakukan adalah SRP, kontrol plak, penyesuaian oklusi, splinting
ekstrakoronal menggunakan kawat diameter 0,03 dan resin komposit.
Pasien menyatakan puas terhadap hasil perawatan awal yang dilakukan
karena gigi yang mengalami kegoyangan dipertahankan dan tetap
berada dalam rongga mulut. Terapi selanjutnya berupa bedah flap
periodontal disertai penambahan graft tulang. Simpulan: Penggunaan
splint ekstrakoronal pada fase terapi awal kasus periodontitis kronis
bertujuan menstabilkan gigi yang goyang. Perawatan splinting
ekstrakoronal dilakukan untuk menunjang keberhasilan perawatan
periodontitis.
extra-coronal splint, Introduction: The use of splints is one of the stages of treatment in
tooth mobility, chronic periodontitis accompanied by tooth mobility. Based on the location of
periodontitis, initial the splint, there are two types of splinting, namely extra-coronal and
phase treatment intra-coronal splinting. Treatment using splints is based on the
condition of the periodontal tissue, occlusion, articulation, and the
severity of periodontitis. This article discusses two case reports
regarding the management of chronic periodontitis with tooth mobility.
Case report and Management: The first case was a 45-year-old female
patient with a diagnosis of localized chronic periodontitis in teeth 32,
31, and 41 with tooth mobility. Initial treatments were scaling-root
planning (SRP), plaque control, occlusion adjustment, endodontic
treatment, and extra-coronal splinting using fiber-reinforced and
composite resins. The second case was a 47-year-old woman with
184
Hardhani : Penggunaan splint ekstrakoronal pada…
Periodontitis kronis adalah kerusakan mengontrol oklusi jika terdapat gigi anterior
yang lambat disertai inflamasi jaringan fungsional, dan menstabilkan gigi yang
spesifik ditandai dengan kerusakan ligamen antara lain resin komposit, kawat orthodontik,
terjadi pada usia dewasa, akumulasi plak dan Beberapa penelitian menunjukkan adanya
kalkulus, serta dapat dipengaruhi oleh pengaruh stabilitas dan kegoyangan gigi
imun. Faktor lokal yang memengaruhi antara setelah pembedahan flap.5 Penelitian klinis
lain anatomi gigi, restorasi, trauma oklusi menunjukkan bahwa penyembuhan setelah
Kegoyangan gigi dapat disebabkan oleh pembentukan dan maturasi jaringan lebih baik
inflamasi jaringan periodontal, hilangnya pada gigi yang tidak mengalami kegoyangan
alveolar.3,4 Gigi yang mengalami kegoyangan Pasien wanita berusia 45 tahun dengan
menimbulkan ketidaknyamanan dan sakit saat diagnosis periodontitis kronis lokalis disertai
berfungsi serta dapat terjadi kerusakan yang kegoyangan gigi derajat I pada gigi 41 dengan
Splinting periodontal bertujuan untuk 32 dan 31 kegoyangan derajat III, vitalitas (-)
185
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah, Vol 9, No. 2: page 184-190
periodontal 4 - 5mm, resesi gingiva pada 32 Perawatan awal yang dilakukan pada kasus ini
dan 31 sebesar 4mm. Indeks plak O’Leary adalah SRP, kontrol plak, penyesuaian oklusi,
96% dengan OHI-S 4,16. Saat pemeriksaan splinting ekstrakoronal menggunakan kawat
artikulasi dan oklusi didapatkan traumatik diameter 0,03 dan resin komposit (Gambar 4)
oklusi pada gigi 32, 31, 21, 22, dan 23. Pada
pemeriksaan radiografis terdapat kerusakan
tulang alveolar pada gigi 31 dan 32 yang
mencapai sepertiga apikal dan tampak
radiolusensi pada bagian apical gigi. Pada gigi
41 kerusakan tulang alveolar mencapai
Gambar 1. Pemeriksaan radiografis orthopantomogram
sepertiga apikal (Gambar 1). kasus pertama
186
Hardhani : Penggunaan splint ekstrakoronal pada…
187
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah, Vol 9, No. 2: page 184-190
saat kunjungan tersebut pasien tidak faktor risiko 2,81 kali terjadi clinical
berkenan gigi aslinya dipreparasi untuk attachment loss dan 3,43 kali terjadi
pembuatan splint intrakoronal. Setelah resorbsi tulang alveolar. Peningkatan
dilakukan perawatan endodontik pada 31 risiko ini juga meningkatkan jumlah gigi
dan 32, dilakukan splinting ekstrakoronal yang terkena, kedalaman probing lebih
pada bagian lingual. dari 5mm, perdarahan serta kasus
Perawatan endodontik dilakukan karena kehilangan gigi yang lebih meningkat.11
gigi 31 dan 32 mengalami avulsi, yaitu Perawatan awal yang dilakukan SRP,
terlepasnya gigi secara keseluruhan dari koronoplasti, kontrol plak. Selanjutnya
soket yang disebabkan kerusakan tulang dilakukan profilaksis dengan brush
alveolar serta adanya infeksi pulpa yang sebelum pemasangan splinting pada 14,
ditandai dengan gigi 32 dan 31 non vital 13, 12, 11, 21, 23, 24, splinting
pada pemeriksaan vitalitas gigi. Sudah ekstrakoronal wire ligature dengan resin
terdapatnya lesi endo-perio ditandai komposit. Pemasangan splinting pada gigi
keterlibatan pulpa dan jaringan 14, 13 dan 12 dilakukan terpisah karena
periodontal. Infeksi pada pulpa bisa terdapat diastema pada 12 dan 11. Pada
menyebabkan infeksi di jaringan gigi 11, 21, 22, 23, 24 dilakukan
periodontal demikian pula sebaliknya, pemasangan splinting ekstrakoronal wire
infeksi jaringan periodontal bisa ligature dengan resin komposit. Hal yang
menyebabkan infeksi dan inflamasi pada sama dilakukan pada rahang bawah,
pulpa.10 disebabkan adanya diastema pada 42 dan
Pada kasus kedua, ketika pasien datang, 41, pemasangan splinting dilakukan pada
pasien mengeluhkan gigi atas yang gigi 42, 43 dan 44 serta pada 41, 31, 32,
mengalami kegoyangan dan ingin 33, dan 34.
dipertahankan. Pasien menderita diabetes Setelah dilakukan pemasangan splinting
mellitus tipe 2 terkontrol dan periodontitis ekstrakoronal pada kedua kasus, keluhan
kronis lokalis pada 12, 11, 21, 33, 32, 31, pasien teratasi. Perawatan splinting pada
41 dan 42 disertai ekstrusi pada gigi 11 kasus ini bertujuan menstabilkan gigi
dan 21. Kedalaman poket 4-6mm dengan yang goyang, mendistribusikan tekanan
resesi gingiva 1-2mm. Pada penderita kunyah, mencegah migrasi gigi yang
diabetes mellitus tipe 2, secara klinis goyang, mengurangi rasa sakit dan
terjadi peningkatan risiko periodontitis, ketidaknyamanan pada pasien, serta
188
Hardhani : Penggunaan splint ekstrakoronal pada…
189
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah, Vol 9, No. 2: page 184-190
perawatan periodontitis dapat menunjang 8. Page RC, Offenbacher S, Schroeder HE, et al.
Advances in the Pathogenesis of
prognosis dan keberhasilan perawatan. Periodontitis: Summary of Development
Clinical Implication, & Future Directions.
Periodontol 2000. 1997; 14: 216-48
9. Lin Y-TJ, Kuo S-C, Auyeung L. The Use of
REFERENSI A Resinbonded Fixed Splint In Periodontally
1. Hinrichs E J, Kostaskis G A in Newman, Compromised Mandibular Anterior Teeth: A
Carranza. Classification of Diseases and Case Report. Int J Periodontics Restorative
Conditions Affecting the Periodontium, Dent. 2005; 25: 385-90.
Elsevier 2019:62-5. 10. Jivoinovici R, sucio I, Dimitriu B, Perlen P,
2. Papapanou et al. Periodontitis: Concensus BArtor R, MAcita M, et al. Endo. Periodontal
Report of Workgroup 2 Of The 2017 World Lesion-Endodontic Approach. J. MedLife
Workshop On The Classification Of 2014;7(4):542
Periodontal And Periimplant Diseases And 11. Lamster IB, Cheng B, Burkett S, et al.
Conditions. J Clinical Periodontology. 2018: Periodontal Findings in Individuals with
45 (Suppl 20): S162-S170. Newly Identified Pre-diabetes or Diabetes
3. Serio FG. Clinical Rationale for Tooth Mellitus. J Clin Periodontol. 2014; 41:1055-
Stabilization & Splinting. Dent Clin North 60
Am. 1999: 43: 1-6. 12. Borges, R N et al. Occlusal Adjustment in
4. Akcali A, Gumus P, Ozcan M. Clinical The Treatment of Primary Traumatic Injury.
Comparison Fiber Reinforced Composite and Stomatos. 2011:17:71-77
Stainless Steels Wire for Splinting 13. Paddmanabhan P P, Chandrasekaran S C,
Periodontally Treated Mobile Teeth. J Braz Ramya V, Manisudnar. Tooth Splinting
Dent sci. 2014: 17(3): 39-49. Usung Fiber Reinforced Composite & Metal
5. Schulz A, Hilgers RD, Niedermeier W. The _A Comparison. Indian journal of
Effect of Splinting of Teeth In Combination multidisciplinary dentistry, Vol 2, Issue 4.
With Reconstructive Periodontal Surgery In Agustus-October 2012: 592-7
Humans. Clin Oral Investig. 2000; 4: 98-105. 14. Mosedale RF. Current Indications and
6. Akaltan F, Kaynak D. An Evaluation of The Methods of Periodontal Splinting. Dent
Effects of Two Distal Extension Removable Update. 2007;34(3):168-78.
Partial Denture Designs on Tooth 15. Dentino A, Lee S, Mailhot J, Hefti AF.
Stabilization and Periodontal Health. J Oral Principles of Periodontology. Periodontol
Rehabil. 2005; 32: 823-9. 2000. 2013;(61):16-53
7. Papapanov PN, Sanz M, Buduneli N, et al. 16. Forabosco A, Grandi T, Cotti B. The
Periodontitis; Consensus Report of Importance of Splinting of Teeth In The
Workshop 2 of the 2017 World Workshop on Therapy Of Periodontitis. Minerva Stomatol.
The Classification of Periodontal & Peri- 2006;(55):87-97.
implant Diseases and Conditions.
J.Periodontol. 2018; 89 (Suppll):S:173-82.
190