Makalah KTR
Makalah KTR
DI SUSUN OLEH :
NAMA : DECY KRISNA GULTOM
NIM : 220203068
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Rokok merupakan salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap,
dan dihirup yang mengandung nikotin. Asap yang ditimbukan oleh pembakaran rokok dapat
membahayakan masyarakat dan lingkungan. Asap yang ditimbulkan oleh rokok tidak hanya d
ihirup oleh orang yang merokok atau disebut dengan perokok aktif, tetapi juga dihirup oleh or
ang lain yang berada disekitar si perokok atau biasa disebut perokok pasif. Kerugian yang dia
kibatkan oleh rokok tidak hanya diterima oleh orang yang merokok tetapi juga orang yang be
rada disekitar si perokok. Tidak hanya itu asap yang ditimbulkan oleh rokok bisa menjadi alat
pencemar lingkungan karena asap yang dihasilkan oleh rokok yang menjadi pemicu polusi ud
ara. Oleh karena itulah rokok sangat berbahaya bagi masyarakat dan lingkungan.
Hak untuk menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok telah menjadi perhatian dun
ia. WHO memprediksi penyakit yang berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehat
an di dunia. Dari tiap 10 orang dewasa yang meninggal, 1 orang diantaranya meninggal karen
a disebabkan asap rokok. Dari data terakhir WHO di tahun 2004 ditemui sudah mencapai 5 ju
ta kasus kematian setiap tahunnya serta 70% terjadi di negara berkembang, termasuk didalam
nya di Asia dan Indonesia. Di tahun 2025 nanti, saat jumlah perokok dunia sekitar 650 juta o
rang maka akan ada 10 juta kematian per tahun.
Pada tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setel
ah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang. Pada tahun yang sama, Riset Kesehatan Dasar
menyebutkan bahwa penduduk berumur di atas 10 tahun yang merokok sebesar 29,2% dan an
gka tersebut meningkat sebesar 34,7% pada tahun 2010 untuk kelompok umur di atas 15 tah
un.
Peningkatan prevalensi perokok terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun, dari 17,3%
(2007) menjadi 18,6% atau naik hampir 10% dalam kurun waktu 3 tahun. Peningkatan juga te
rjadi pada kelompok umur produktif, yaitu 25-34 tahun dari 29,0% (2007) menjadi 31,1% (20
10). Untuk mengendalikan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan peraturan yang tertuang d
alam Peraturan Pemerintah (PP) No.19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehat
an. Pada pasal 22 PP ini disebutkan bahwa tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, tem
pat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum dinyata
kan sebagai kawasan tanpa rokok (KTR). PP tersebut telah diperbaharui dengan PP No.109 T
ahun 2012 yang pada pasal 49 dengan tegas menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah
Daerah wajib mewujudkan KTR.
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok pun menjadi alasan sulitny
a penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), yang ditunjukkan dengan mulai merokok pada ke
lompok usia 5-9 tahun. Konsumsi rokok paling rendah terjadi pada kelompok umur 15-24 tah
un dan kelompok umur 75 tahun ke atas. Hal ini berarti kebanyakan perokok adalah generasi
muda atau usia produktif. Selanjutnya, pada daerah pedesaan, jumlah batang rokok yang diko
nsumsi lebih banyak dibanding daerah perkotaan.Pengendalian para perokok yang menghasil
kan asap rokok yang sangat berbahaya bagi kesehatan perokok aktif maupun perokok pasif m
erupakan salah satu solusi menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok atau biasa diseb
ut penetapan Kawasan Tanpa Rokok.
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang unt
uk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan dan/atau mempro
mosikan produk tembakau. KTR bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada para pero
kok pasif dari bahaya asap rokok dan memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan seh
at bagi masyarakat serta melindungi kesehatan masyarakat umum dari dampak buruk meroko
k baik langsung maupun tidak langsung. Bertolak dari hal tersebut, guna memberikan ruang y
ang bersih dari asap rokok bagi masyarakat.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok sebenarnya selama ini telah banyak diupayakan ole
h berbagai pihak baik lembaga/institusi pemerintah maupun swasta dan masyarakat. Namun p
ada kenyataannya upaya yang telah dilakukan tersebut jauh tertinggal dibandingkan dengan p
enjualan, periklanan/promosi dan atau penggunaan rok
2. Tujuan
a. Untuk merumuskan permasalahan tentang tuntutan pentingnya menetapkan kawa
san tanpa rokok di masyarakat.
b. Untuk merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi terkait dengan Kawasan
Tanpa Rokok diperlukan sebagai dasar hukum dalam upaya perlindungan untuk
masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan terc
emar asap rokok.
3. Manfaat
Diharapkan makalah ini digunakan oleh masyarakat sebagai ilmu pengetahuan yang baru
dan sebagai acuan penggerak masyarakat memenuhi pengetahuan tentang kawasan tanpa rok
ok
BAB II
ISI
A. Landasan Teoritis
1. Rokok adalah sebuah produk hasil olahan tembakau berbentuk silinder dari kertas beru
kuran panjang antara 70 sampai 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-da
un yang telah dicacah yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica dan
spesies lain atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tamb
ahan. Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang dapat membahayakan kesehatan individu
maupun masyarakat, mengandung berbagai bahan kimia diantaranya yang terpenting adalah t
ar yang bersifat karsinogenik, nikotin yang bersifat adiktif, benzopyrin, metal-kloride, aseton,
ammonia, dan karbon monoksida.
2. Nikotin adalah senyawa pirrolidin, suatu zat kimia organik kelompok alkaloid yang di
hasilkan secara alami oleh tumbuhan terutama suku terung-terungan (Solanaceae), termasuk
diantaranya pada tomat, terung ungu, kentang dan lada hijau namun dengan kadar rendah. Da
lam darah, nikotin beredar ke seluruh tubuh dalam waktu 15 – 20 menit dari isapan terakhir,
merangsang pelepasan katekolamin yang dapat meningkatkan denyut jantung. Nikotin memili
ki daya karsinogenk terbatas yang menjadi penghambat kemampuan tubuh untuk melawan se
l-sel kanker, namun tidak menyebabkan perkembangan sel-sel sehat menjadi sel-sel kanker, d
iduga memiliki efek stimulan seperti kafein, dan efek adiksinya akibat pengaruh perangsanga
n pada sistem saraf pusat.
3. Asap rokok yang dihirup oleh perokok dinamakan „first-hand smoke‟, dan yang dihiru
p oleh orang di sekitar perokok disebut „second-hand smoke‟. Kedua jenis asap tersebut pada
dasarnya memiliki komposisi yang sama, kecuali bahwa beberapa komponen pada „second-h
and smoke‟ memiliki kandungan yang lebih pekat, yaitu nikotin, tar, nitrit oksida, dan karbon
monoksida yang memiliki konsentrasi 2 – 3 kali lebih besar daripada yang terkandung pada „
first-hand smoke‟, bahkan beberapa karsinogen seperti o-toluidine, 2-naphtylamine, dan 4-a
minobiphenyl hanya terbentuk pada „second-hand smoke‟ saja.
4. Komponen partikel dari asap rokok yang mengandung tar, nikotin, benzene dan benzo
piren memiliki diameter massa aerodinamik di bawah 2,5 mm, sehingga dapat dihirup oleh pe
rnapasan, tidak mudah disaring dan dikeluarkan oleh mekanisme pertahanan hidung dan teng
gorokan, dapat mencapai paru-paru dan menimbulkan efek lokal hanya karena ukurannya saj
a, maupun karena penyebaran bahan kimia toksik yang dibawa oleh partikel tersebut. Kompo
nen uap yang diantaranya mengandung karbon monoksida, ammonia, dimetilnitrosamin, form
aldehid, hydrogen sianida dan akrolein diserap dan tersimpan pada dinding, perabotan, pakaia
n, mainan, dan berbagai benda lainnya dalam sepuluh menit setelah pembakaran rokok, dan d
apat kembali tersebar ke udara setelah berhari-hari bahkan berbulan-bulan kemudian.
5. Selain sifat toksik, iritatif dan karsinogenik, sebetulnya yang paling membahayakan dar
i sebatang rokok adalah sifat adiksinya, yang merupakan tanggung jawab dari nikotin, suatu r
acun alkaloid yang mempengaruhi otak dan sistem saraf pusat. Rokok yang oleh perusahaan r
okok disebut sebagai “nicotine delivery device” dan berbagai produk tembakau lainnya denga
n cepat mencapai kadar ketergantungan nikotin di otak segera setelah dihisap, sama efektifny
a apabila nikotin dihantarkan melalui injeksi intravena dengan jarum suntik.
6. Indonesia menempati urutan ke-7 terbesar dalam jumlah kematian yang disebabkan ol
eh kanker yakni sebanyak 188.100 orang. Kematian yang disebabkan oleh penyakit sistem pe
mbuluh darah di Indonesia berjumlah 468.700 orang atau menempati urutan ke-6 terbesar dar
i seluruh negara-negara kelompok WHO. Kematian yang disebabkan oleh penyakit sistem per
nafasan adalah penyakit Chronic Obstructive Pulmonary Diseases (COPD) yakni sebesar 73.
100 orang (66,6%) sedangkan Asma sebesar 13.690 orang (13,7%). Kematian akibat penyakit
Tuberkulosis sebesar 127.00 orang yang merupakan terbesar ke-3 setelah negara India dan C
hina.
8. Akibat rokok di Indonesia menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit Paru Kronik d
an Emfisema pada tahun 2001. Rokok merupakan penyebab dari sekitar 5% kasus Stroke di I
ndonesia.
11. Ibu hamil yang merokok selama masa kehamilan atau terpapar asap rokok di rumahny
a atau di lingkungannya berisiko mengalami proses kelahiran yang bermasalah, termasuk ber
at bayi lahir rendah, lahir mati dan cacat lahir.
12. Lebih dari 40,3 juta anak Indonesia berusia 0–14 tahun tinggal dengan perokok dan t
erpapar asap rokok dilingkungannya. Anak yang terpapar asap rokok di lingkungannya meng
alami pertumbuhan paru yang lambat, dan lebih mudah terkena infeksi saluran pernapasan, in
feksi telinga dan Asma
D. Pembahasan
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok dilakukan berdasarkan pada azas: keseimbangan nilai-
nilai sosial, ekonomi, dan lingkungan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian,
kelestarian, keadilan, partisipatif, professional, kemandirian, transparansi dan akuntabilitas
publik. Azas pengelolaan Kawasan Tanpa Rokok dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Keseimbangan nilai-nilai sosial, ekonomi, dan lingkungan, mengandung
pengertian bahwa Kawasan Tanpa Rokok harus memperhatikan nilai-nilai sosial,
ekonomi dan lingkungan secara seimbang dan serasi.
b) Kemanfaatan umum, mengandung pengertian bahwa Kawasan Tanpa Rokok
mengutamakan kemanfaatan bagi kepentingan umum sebagai prioritas utama,
diletakan pada kepentingan umum sesuai dengan prioritasnya serta tidak memihak
pada satu pelayanan tertentu, memperhatikan keseimbangan dalam memberikan
perlindungan terhadap kepentingan social masyarakat, membantu mewujudkan upaya
perlindungan masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena
pencemaran asap rokok.
c) Keterpaduan dan keserasian, mengandung pengertian bahwa penatapan kawasan
tanpa rokok dilakukan dengan memperhatikan keterpaduan dan keserasian antara
berbagai kepentingan yang mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,
pengawasan, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan peraturan perundang-undangan.
d) Kelestarian, mengandung pengertian bahwa penentuan kawasan tanpa rokok
dilakukan secara berkelanjutan dengan tujuan melestarikan fungsi kawasan dan
bertujuan untuk memperoleh manfaat optimal bagi peningkatan kesehatan lingkungan
masyarakat, mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok.
e) Keadilan, mengandung pengertian bahwa pengelolaan dan pengembangan kawasan
tanpa rokok dilakukan secara proporsional sesuai dengan kebutuhan/kepentingan
masyarakat serta diupayakan untuk dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat di
seluruh wilayah yang berhak mendapatkan kualitas udara yang bersih, lingkungan
yang sehat, perlindungan yang adil.
f) Partisipatif, mengandung pengertian bahwa dalam penyelenggaraan Kawasan tanpa
rokok dilakukan berbasis peran serta masyarakat dan para pihak sejak pemikiran awal
sampai dengan pengambilan keputusan, maupun pelaksanaan kegiatan yang
mencakup tahapan perencanaan, pembangunan, peningkatan, operasi, pemeliharaan,
dan rehabilitasi. Prinsip partisipatif tersebut mempersyaratkan adanya rasa saling
mempercayai, keterbukaan, rasa tanggungjawab, dan mempunyai rasa ketergantungan
(interdependency) di antara sesama para pihak (stakeholder). Masing-masing
stakeholder harus jelas kedudukan dan tanggung jawab yang harus diperankan.
Tujuan penetapan kawasan tanpa rokok adalah:
1) Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian dengan cara mengubah prilaku
mesyarakat untuk hidup sehat
2) Meningkatkan produktifitas kerja yang optimal
3) Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih
4) Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula
5) Mewujudkan generasi muda yang sehat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanaan penerapan Kawasan Tanpa Rokok bertujuan untuk mempersempit area bagi
perokok sehingga generasi sekarang maupun akan datang dapat terlindungi dari bahaya
rokok. Dan hal tersebut merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa, baik individu,
masyarakat maupun pemerintah. Komitmen bersama sangat dibutuhkan dalam keberhasilan
penerapan Kawasan Tanpa Rokok. Oleh sebab itu, pengembangan Kawasan Tanpa Rokok m
utlak segera diadakan guna tercapainya kepentingan yang lebih luas yaitu terwujudnya dan te
rjaminnya kehidupan masyarakat yang lebih baik.
B. Saran
1. Azwar A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: PT. Bina Rupa Aksara.
2. Haris A, Ikhsan M, dan Rogayah R. 2012. Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dal
am Ruangan. CDK-189/ Vol 39 no. 1 th. 2012.
3. IAKMI. 2013. Atlas Tembakau Indonesia.Jakarta:TCSC IAKMI.
4. Kusumawardani N,Soerachman R, Laksono AD, Indrawati L, Sari P dan Paramita A.
2015. Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit PT. Kanisius.
5. MPKU. 2010. Pedoman Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Di Lingkungan Muhamm
adiyah. Jakarta: MPKU Muhammadiyah.
6. Pabelan Pos. 2009. Menghentikan Perokok Aktif Dengan Terapi. Surakarta: Lembaga
Pers Mahasiswa Pabelan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
7. Patilima H. 2005. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: Alfabeta.
8. Patton MQ. 2009. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
9. TCSC-IAKMI 2008, Paket Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, Pedoman untuk
advocator, seri 5; Pedoman Penyusunan Undang-undang/Perda Kawasan Tanpa Rok
ok
10. https://news.detik.com/berita/d-6205312/siap-siap-merokok-sembarangan-di-jakarta-b
akal-didenda-rp-250-ribu
11. https://bkd.cilacapkab.go.id/p/285/fenomena-kawasan-tanpa-rokok-yang-menuai-pro-
kontra-
12. https://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/dki-jakarta/advokasi-kawasan-tanpa-roko
k-dan-ubm-bagi-kementerian-dan-lembaga
13. Dinkes.bantenprov.go.id, 2017, diakses 17 September 2020
14. databoks.katadata.co.id, 2019, diakses 17 September 2020
15. liputan6.com, 2020, diakses 18 September 2020