Anda di halaman 1dari 1

Dengan kata lain Baitul maal adalah wujud implementatif dari perintah Alquran tentang pengelolaan keuangan umat

namun pada perkembangannya Baitul maal kemudian mampu menjadi sebuah kekuatan ekonomi umat Islam yang luar biasa karena di dalamnya tidak saja mengelola
keuangan yang bersumber dari zakat mal dan zakat fitrah namun juga infaq , Shodaqoh, wakaf, Jizyah ( pembayaran dari non muslim dalam rangka menjamin
perlindungan keamanan), kharraj (Pajak atas tanah atau hasil tanah), dan lain sebagainya.

QS Aal-anfal: 41 yang menjadi dasar atas pendirian Baitul maal menurut Penulis tidak saja spesifik menyebutkan tentang siapa-siapa saja yang berhak menerima ghanimah
tapi juga tentang prinsip pemerataan dan keadilan.

Bahkan dalam perkembangannya, Baitul Mal tidak hanya menjadi penyalur keuangan umat yang bersifat karitatif tidak juga mengatur keuangan negara bersifat praktis dan
produktif. Hal ini mengingat posisi Baitul Mal yang menjadi Lembaga resmi pemerintah yang memiliki tanggung jawab untuk mengatur keuangan pemerintah hingga
masyarakat.

Baitul Mal di masa nabi dan khalifah Abu Bakar

Pada masa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam Baitul Mal lebih mempunyai pengertian sebagai pihak ( Al-Jihat)yang menangani setiap harta benda kaum muslimin baik
berupa pendapatan maupun pengeluaran titik bahkan pada masa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam Baitul Mal belum mempunyai Tempat khusus untuk menyimpan harta,
karena saat itu harta yang diperoleh belum begitu banyak.

Artinya, pengelolaan Baitul Mal pada masa Rasulullah SAW masih sederhana titik di samping karena alasan aset yang belum begitu banyak, perlu disadari bahwa Baitul Mal
pada masa nabi adalah sebuah embrio atas lembaga keuangan umat Islam, sehingga di masa-masa berikutnya dilakukan penyempurnaan penyempurnaan secara lebih
menyeluruh

Bahkan, pada masa Nabi SAW, kalaupun ada, harta yang diperoleh hampir selalu habis dibagi-bagikan kepada kaum muslimin secara serta dibelanjakan untuk
pemeliharaan urusan mereka. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam senantiasa membagikan ghanimah dan sseperlima ( 1/5) bagian darinya (al-akhmas) setelah usainya
peperangan tanpa pernah menunda-nunda. Inilah yang membuat pengelolaan Baitul Mal masih praktis dan tidak sekompleks pada zaman-zaman sepeninggal Nabi SAW.
positioning Baitul Mal secara lebih luas baik secara fungsi dan wewenangnya mulai berlaku ketika masa Abu Bakar As Siddiq Menjabat sebagai khalifah.

Hal ini dibuktikan ketika kepemimpinannya baru berjalan 6 bulan lamanya Abu Bakar pindah ke pusat kota Madinah dan bersamaan dengan itu ia membangun sebuah
Baitul Mal titik Dan sejak itu kebutuhan keluarga Khalifah Abu Bakar diurus oleh kekayaan dari Baitul Mal tersebut. saat itu, Abu Bakar diperbolehkan mengambil dua
setengah (2 ½) atau dua tiga perempat (23/4) Dirham setiap harinya dari Baitul Maal.

Oleh karena konsennya Khalifah Abu Bakar Terhadap keuangan umat, maka 2 tahun periode Abu Bakar memerintah diawali dengan menyelesaikan problem keuangan
publik. Bahkan ia terjun langsung memerangi orang-orang yang murtad, nabi palsu dan orang-orang yang enggan membayar zakat.

Anda mungkin juga menyukai