Kelas : VIII-2
TUGAS
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jakarta - Belum lama ini, viral dua kasus kekerasan yang dilakukan oleh remaja. Pertama
kasus pelajar menendang nenek di Tapanuli Selatan dan yang kedua, siswa tendang siswi di
Nganjuk, Jawa Timur (Jatim). Menyoroti tindakan remaja tersebut, Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) menilai kekerasan oleh remaja adalah permasalahan yang kompleks.
Wakil Ketua KPAI, Rita Pranawati menyampaikan, kasus kekerasan yang dilakukan remaja
tersebut memang permasalahan yang kompleks. Sebab, terdapat beragam faktor yang
mempengaruhi seperti pola asuh hingga situasi di lingkungan sekitar.
"Jadi itu lumayan kompleks, mulai dari situasi pengasuhan anak itu sendiri, kemudian contoh
yang ada di sekelilingnya, kemudian bagaimana orang dewasa di sekitarnya membantu untuk
anak menemukan identitas diri dan apa proses-proses yang bisa dilalui oleh anak," ungkapnya
dalam detikNews , Selasa (22/11/2022).
Rita menilai kasus kekerasan yang dilakukan oleh anak bisa terjadi karena contoh yang
didapatkan dari lingkungan sekitar. Pihaknya meyakini, para remaja sering kali salah
mengekspresikan diri karena kurangnya panutan ataupun referensi.
"Selain itu juga ada perilaku-perilaku yang tidak mudah, misalnya mengekspresikan rasa,
misalnya sebal, marah atau tidak suka itu referensinya terbatas, banyak cara yang kurang
tepat, misalnya nggak suka terus ditendang. Referensi-referensi karakter itu dilihat sesuai
dengan contoh yang ada di sekelilingnya," jelasnya.
Rita juga menjelaskan bahwa masa remaja juga termasuk dalam masa pencarian jati diri.
Menurut Rita, ada pendekatan tersendiri dalam memperlakukan remaja. Dia menilai remaja
yang melakukan kekerasan seperti dalam kasus di Tapsel dan Nganjuk harus ditanggapi
dengan cara berbeda.
Misalnya dengan melakukan treatment kepada remaja dengan mendengarkan, menjadi teman,
dan tidak interogatif. Masa-masa itu sering tidak didapatkan dalam rumah dan itu didapatkan
lebih sering didapatkan di luar rumah dari teman sebaya. Untuk menunjukkan identitas itu
sering kali dengan cara yang salah. Itu menjadi problem," jelasnya.
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2
Rita menegaskan bahwa remaja harus diberikan perhatian yang ketat. Hal itu, menurutnya,
agar para remaja menemukan identitas yang tepat. "Sehingga kemudian masa remajanya itu
bisa menemukan identitas diri, dengan tetap menguatkan karakter humanisme," imbuhnya.
Merujuk pada dua kasus tersebut, Rita menyebut harus dilakukan pendidikan logika dan rasa
kepada remaja. Dia meminta agar latar belakang remaja melakukan aksi kekerasan itu diusut
secara mendalam.
"Kalau kita melihat kasus-kasus seperti ini, antara logika, antara rasa tentu harus terdidik.
Kita prihatin dengan adanya perilaku-perilaku anak muda yang kondisinya seperti ini. Jadi
misalnya melakukan begal, menendang teman, itu harus dikulik, apakah itu menjadi tradisi,
ataukah dia menjadi percobaan semata atau dia menjadi hal yang spontan," sebut Rita.
"Kalau dia menjadi tradisi tentu harus ekstra memberikan contoh yang baik, menyalurkan
energinya, membangun logikanya bahwa itu tidak boleh. Sekaligus juga memberikan
perhatian, kasih sayang, tidak judgement kepada anak itu. Kalau itu spontanitas itu harus
diajarkan bagaimana mengendalikan diri agar tidak melakukan kekerasan kepada orang lain,"
imbuhnya.
Sebagai informasi, sebelumnya telah terjadi kasus pelajar di Tapsel menendang nenek hingga
tersungkur viral di media sosial. Dalam video tersebut, tampak tiga sepeda motor yang
berhenti dengan masing-masing ditumpangi dua orang.
Kasus ini dibawa ke kepolisian. Polisi kemudian mengamankan enam pelajar dan memanggil
para orang tua dari para pelajar tersebut, pihak sekolah, hingga kepala desa setempat. Polisi
juga mencari nenek yang menjadi korban. Orang tua pelajar telah meminta maaf atas aksi
anak-anaknya. Mereka menyampaikan permintaan maaf kepada korban, keluarga korban, dan
masyarakat umum.
Kemudian ada juga kasus kekerasan oleh pelajar di Nganjuk dimulai saat seorang siswa dan
siswi adu mulut di lapangan. Di tengah guyuran hujan, siswa yang memakai jas hujan tiba-
tiba melayangkan pukulan kepada siswi berseragam Pramuka. Dia lalu menendang siswi
tersebut hingga tersungkur. Peristiwa yang terjadi di pinggir lapangan itu viral di media
sosial. Kini kasus sedang diusut oleh pihak kepolisian. Dilansir dari detikJatim, motif
kekerasan oleh remaja ini adalah cemburu.
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2
Alasan Ketidakjujuran
Ketidakjujuran dapat terjadi disebabkan oleh beberapa hal, seperti kebiasaan, kerakusan,
permusuhan serta kecemburuan, sebagaimana disebutkan dalam buku bertajuk Mengobati
Penyakit Hati, Meningkatkan Kualitas Diri karya Sayyid Mahdi as-Sadr
Seseorang dapat memiliki kebiasaan berbohong karena beberapa hal, seperti pengaruh
lingkungan, kebodohan, dan lemahnya diri dalam pengendalian agama. Di samping itu,
kerakusan juga dapat memfaktori terjadi ketidakjujuran. Orang yang rakus akan suatu hal,
mudah terdorong untuk melakukan ketidakjujuran demi mendapatkan apa yang
diinginkannya.
Sedangkan permusuhan atau rasa cemburu dapat terjadi di antara pihak-pihak yang berselisih
sehingga memicu hadirnya tuduhan palsu atau fitnah dalam pertikaian.
sikap sopan santun seorang anak. Bagaimana anak menghormati orang yang lebih tua terjadi
dalam keluarga, maupun orang yang tak dikenalnya. Ketika keluarga tidak dapat menjalankan
karakter luhur dengan baik dalam keluarganya akhirnya anak-anak zaman now akan
kehilangan orientasi berbuat luhur.
Timbul pertanyaan bersama mengapa anak-anak berbuat seperti ini? Ada beberapa penyebab
untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertama, kurangnya pengetahuan agama Islam dari
orang tua. Akibatnya anak-anak hampir tidak bisa membedakan yang boleh dikerjakan dan
yang mana yang tidak boleh dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, tiada contoh
teladan. Banyak peserta didik berbuat seperti itu karena tidak ada yang dapat dijadikan
contoh yang baik dalam pergaulan sehari-hari, sehingga cenderung bersikap sesuka hati
kepada siapa saja termasuk kurang menghormati guru dan orang tua mereka sendiri.
Ketiga, cenderung meniru sosok yang tidak pantas.
Siswa cenderung meniru habis-habisan sosok yang diidolakan seperti bintang film barat, artis
top dunia yang suka gonta ganti pasangan yang budayanya sangat bertentangan dengan
budaya Aceh. Keempat, suka main game online.
Fenomena selama ini di mana-mana siswa lebih banyak memegang HP di tangan daripada
buku. Padalah mereka tidak menyadari terlalu sering main game HP online bisa berakibat
sangat berbahaya bagi perkembangan pola pikir mereka. Mereka lebih terpana, terpesona,
tersedot perhatiannya pada game-game baru seperti Mobile Legend, Free Fire, Minecraft,
Game Player Unknown's Battlegrounds (PUBG) dan mobile yang lebih menarik dan
menantang daripada membahas pelajaran.
Maka langkah pertama yang perlu kita lakukan untuk melawan sikap intoleransi atau
kekerasan terhadap pemeluk agama yang berbeda adalah mengkampanyekan perlawanan
terhadap rasa curiga sesama anak bangsa. Mengkampanyekan bahwa rasa curiga hanya
membebani kita dan membuat kita tak bebas berekspresi dan berkreasi. Mengkampanyekan
bahwa sikap saling curiga di antara sesama anak bangsa adalah strategi penjajah untuk
memecah belah kita. Mengkampanyekan bahwa mengetahui ajaran agama lain akan
memperkaya diri kita sendiri.
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2
Setelah 'membunuh' rasa curiga di antara kita, selanjutnya yang kita lakukan adalah mengikis
kebencian. Cara paling mudah yang bisa kita lakukan untuk mengikis kebencian adalah
membiarkan yang seiman berdebat dan berdiskusi tentang ajaran agama mereka. Yang
berbeda keyakinan tak perlu ikut membela salah satu pihak, atau malah mengolok yang lain.
Misalnya, yang Muslim berdebat dengan Muslim lainnya, yang Kristiani tak perlu ikut
'membela' pihak yang sepemikiran dengannya.
Cara lain untuk mengikis kebencian, kita perlu mengapresiasi pilihan keyakinan seseorang.
Kita tentu sudah sering mendengar bahwa setiap agama mengajarkan hal yang baik, maka
kita perlu mengapresiasi yang baik dalam setiap ajaran agama lain. Mulailah menuliskan
kebaikan atau kekaguman kita itu di media sosial. Misalnya, seorang Kristiani yang kagum
pada ketaatan dan kesanggupan seorang Muslim melaksanakan ibadah puasa. Atau seorang
Muslim yang mengagumi kesetiaan pemeluk agama lokal di tengah gempuran arus
modernisasi.
maka Bahasa Indonesia pastinya akan tetap bertahan secara turun temurun hingga nanti
generasi anak cucu kita.
Sekarang kita lihat fakta yang terjadi, apakah kita bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar? Di kehidupan sehari-hari saja seringkali saya lihat bahwa banyak sekali kesalahan
dalam berbahasa yang bisa kita lihat terjadi.
Sebagai contoh (saya yakin ini sering terjadi pada kalian) apakah di antara kalian banyak
yang sadar seringkali menggunakan kalimat “agar” lalu dilanjut dengan kata “supaya” atau
contoh lain seperti kalimat “kalau” dan “misalnya” yang pada hakikatnya memiliki makna
yang sama dan menjadikan suatu kalimat menjadi tidak efektif.
Masih butuh contoh? Ini pun sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Lebih terbiasa
manakah kalian terhadap kedua kata ini? Apakah “unduh” ataukah “download”?
Atau contoh lainnya, lebih terbiasa mana kalian dengan kalimat “pencetak” atau “printer”?
Tentunya kita pasti lebih terbiasa menggunakan kata “download” dan “printer” dibanding
dengan kata “unduh” dan “pencetak”. Padahal “unduh” dan ”pencetak” itu merupakan
Bahasa Indonesia sedangkan “download” dan “printer” merupakan Bahasa Inggris. Tidak
percaya?
Coba kamu cari arti kata dari ”download” dan “printer” tersebut dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pastinya kamu tidak akan menemukan padanan kata tersebut. Kita seringkali
merasa lebih bangga jika kita bisa menggunakan bahasa asing dibanding dengan Bahasa
Indonesia. Kita berpikir bahwa Bahasa Indonesia itu merupakan bahasa yang lebih mudah
dipelajari dibanding bahasa asing.
Kenyatannya? Coba kalian lihat pada nilai rapor kalian, lebih besar mana antara nilai Bahasa
Indonesia atau bahasa asingmu?
Contoh lain, kita sekarang tentunya sangat akrab dengan penggunaan teknologi. Teknologi
ini pun berkembang sangat pesat dan sayangnya beberapa kesalahan berbahasa pun seringkali
muncul dengan sebagai konsekuensi dari perkembangan tersebut.
Contoh, ingatkah kamu ketika kita masih menggunakan fitur SMS dan membuat kata-kata
yang digabungkan dengan angka seperti kata “4l4y”. Ataupun kita mempersingkat sebuah
kata, seperti contoh pada kalimat “aq” dan “km” yang maksudnya “aku” dan “kamu” karena
kita tidak ingin mengetik panjang-panjang di SMS.
Okay itu masih bisa diterima alasannya, namun sekarang saat kita sudah mengenal ponsel
Qwerty atau yang paling baru kita mengenal ponsel layar sentuh, apa yang terjadi? Nyatanya
malah semakin memburuk.
Hal ini diperparah dengan adanya sosial media yang membuat kesalahan ini semakin
membudaya dan juga viral. Kita pasti sangat mengenal 2 kata yang akhir-akhir ini seringkali
muncul di dunia maya dari para warganet (saya yakin).
Kedua kata itu adalah “kids jaman now” dan juga kata “T E R C Y D U K” yang tidak tahu
maksudnya apa menjadi sangat viral di Internet padahal memiliki banyak kesalahan teknis.
“Kids jaman now” merupakan gabungan antara kalimat Bahasa Indonesia dan bahasa asing
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2
yang kurang lebih artinya “anak jaman sekarang” dan untuk kasur “ T E R C Y D U K” itu
merupakan padanan kata dari “terciduk” yang artinya “sudah diambil untuk ditahan”
Masih sangat banyak contoh lain untuk menggambarkan sedikit banyak betapa kacaunya
penggunaan Bahasa Indonesia ini. Pertanyaannya adalah apakah kita sebagai pemuda akan
terus membiarkan ini berlanjut hingga nanti ke anak cucu kita hingga nanti mereka tidak
mengenal bagaimana Bahasa Indonesia yang sesungguhnya? Tentunya tidak kan?
Lantas bagaimana cara kita mempelajari Bahasa Indonesia dengan benar? Jawabannya adalah
pelajarilah Bahasa Indonesia dengan banyak membaca sumber sumber (baik media cetak
ataupun media elektronik) yang membahas hal tersebut atau belajarlah dari orang yang
memang kredibel dalam bidang tersebut. Selain itu banggalah kita menggunakan Bahasa
Indonesia karena seperti yang tadi dikatakan bahwa bahasa itu adalah salah satu kekayaan
negara yang tidak ternilai harganya.
melakukan pesta miras disaat sahur, pelaku pesta miras terdiri 11 remaja bahkan 3
diantaranya berjenis kelamin perempuan (liputan6.com, 21 Mei 2020). Pada tanggal 10 April
2020, 14 remaja di Makasar melakukan pesta seks dan mengkonsumsi narkoba secara
bersama-sama (Terkini.id, 21 Mei 2020). Terdapat berbagai bentuk-bentuk perilaku
menyimpang lainnya yang dilakukan para remaja ditengah pandemi.
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja ditengah pandemi virus corona
menandakan bahwa remaja mengalami disfungsi sosial. Menurut Talcot Parson dalam buku
system social (1951) peran social yang tidak berfungsi dengan baik dimasyarakat sehingga
menandakan masyarakat mengalami keadaan sakit atau dalam keadaan menyimpang. Di
masa corona ini bukan hanya menimbulkan masyarakat menjadi sakit secara fisik, tetapi juga
memunculkan berbagai penyakit sosial salah satunya perilaku menyimpang yang marak
dilakukan remaja dimasa pandemi. Disfungsi social terjadi ketika seseorang tidak bisa
menjalani fungsi yang diemban kepadanya dengan baik, sehingga dalam kasus penyimpangan
social di masa pandemi merupakan bentuk disfungsinya peran remaja yang berstatus sebagai
pelajar yang seharusnya dapat mematuhi aturan untuk belajar dirumah, namun yang terjadi
justru sebaliknya. Ketidakmampuan remaja untuk menahan diri berada dirumah membuat
mereka cenderung mengalami depresi dan ingin menyalurkan hasrat yang dimiliki kearah
hal-hal yang negatif. Kontrol orangtua yang memberikan kelonggaran terhadap anaknya
dapat mendatangkan keadaan disfungsi dimana peran orangtua dimasa pandemi ini tidak
berjalan sebagaimana mestinya.
Adapun upaya yang perlu diperhatikan dalam upaya pencegahan perilaku menyimpang
dikalangan remaja ditengah pandemic covid 19 ini, bukan hanya melindungi remaja dari
kesehatan raganya agar terhindar dari virus corona tetapi juga yang perlu diperhatikan
kesehatan mental remaja agar dapat beradaptasi ditengah perubahan. Masa remaja merupakan
masa pencarian jati diri namun bukan berarti mereka bebas melakukan perbuatan yang
melanggar nilai dan norma di masyarakat. Peran penting lembaga sosial utama yaitu keluarga
sangat penting untuk mencegah perilaku menyimpang dikalangan remaja, keberadaan Covid-
19 ini memberikan pelajaran berharga untuk orangtua lebih memperhatikan anak-anaknya
dengan berinteraksi secara intensif di dalam rumah seperti beribadah bersama, membimbing
anak dalam belajar dirumah, olahraga bersama, serta melakukan berbagai aktivitas bersama
dengan anggota keluarga lainnya. Keharmonisan keluarga menjadi kunci agar para remaja
agar terhindar dari perilaku menyimpang.
Di samping itu, kerjasama dari tokoh masyarakat sangat dibutuhkan dalam menangani
permasalahan yang ditimbulkan oleh remaja milenial di masa corona ini, misalnya peran
tokoh masyarakat dalam melakukan pembinaan kepada masyarakat khususnya remaja sekitar
untuk melakukan pencegahan virus corona di daerahnya, merangkul para remaja untuk
dilibatkan secara langsung dalam menyemprotkan disinfektan dilingkungan warga,
membersihkan lingkungan sekitar, mengajak remaja membuat hand sanitizer, ikut
memberikan bantuan kepada masyarakat, dan berbagai aktivitas positif dengan
memperhatikan protokol kesehatan yang ada di wilayahnya. Peran tokoh masyarakat juga
sangat penting untuk melakukan kontrol sosial, jika ada indikasi remaja yang berkumpul
didaerahnya dengan membuat kegaduhan atau hal-hal yang mencurigakan, maka masyarakat
dapat memberikan teguran.
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2
Remaja sebagai agent of change bagi kemajuan bangsa, sehingga peran remaja sangat penting
dalam menghadapi berbagai tantangan maupun acaman yang dihadapi bangsa ini, seperti
keberadaan virus corona di Indonesia harus dihadapi oleh remaja yang tidak hanya sehat
fisiknya tetapi juga sehat rohaninya. Remaja juga memiliki karakteristik solidaritas tinggi,
maka semangat tersebut dapat ditularkan agar bangsa Indonesia dapat bersama-sama
melewati musibah ini, dengan rasa kepedulian yang tinggi membantu sesama yang
membutuhkan, dan bersama-sama kita yakin bahwa bangsa Indonesia akan kembali bangkit
dari musibah ini.
Fenomena lunturnya dan bergesernya nilai-nilai Pancasila merupakan suatu ancaman bagi
bangsa Indonesia. Fenomena lunturnya nilai-nilai Pancasila sudah terlihat dengan banyaknya
kejadian dan gaya hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Seperti maraknya
kejadian pembunuhan, pemerkosaan, bahkan korupsi yang dilakukan oleh pejabat dan
petinggi negara. Hal-hal lain juga banyak terjadi yang melibatkan generasi muda seperti
maraknya tawuran antarpelajar, cara berpakaian yang sangat terbuka, dan cara bersikap dan
berbicara pun seperti jauh sekali dari adat dalam budaya di Indonesia. Hal ini sesuai dengan
data yang dikemukakan oleh Kemenpora, bahwa ada 10 permasalahan karakter bangsa pada
generasi muda yaitu maraknya tingkat kekerasan dikalangan pemuda, adanya kecenderungan
sikap ketidakjujuran, berkurangnya rasa tidak hormat terhadap orang tua, guru, pemimpin,
sikap rasa curiga, dan dan kebencian satu sama lain, penggunaan bahasa Indonesia yang
semakin memburuk, berkembangannya perilaku menyimpang (narkoba, pornografi,
pornoaksi), kecenderungan mengadopsi nilai budaya asing, melemahnya idealisme,
patriotisme, serta meningkatkan sikap pragmatisme dan hedonisme, dan masih banyak
pengaruh negatif lainya yang diakibatkan pengaruh negatif dari globalisasi di kalangan
generasi muda.
Fenomena lunturnya nilai-nilai Pancasila tidak hanya dialami oleh generasi muda yang ada di
kota besar atau generasi muda yang kurang pengetahuan dan pendidikan. Pada generasi muda
di desa pun sudah mulai mengalami kemerosotan. Seperti mulai sulitnya penerapan nilai sila
ke-3 pancasila yaitu nilai persatuan. Saat ini generasi muda lebih banyak menghabiskan
waktu untuk menikmati perkembangan teknologi daripada hidup dan bermain dengan sesama
generasi muda lainnya. Selain itu, lunturnya nilai-nilai Pancasila juga terjadi pada beberapa
lapisan mahasiswa, dimana seharusnya pada saat di bangku perkuliahan nilai-nilai Pancasila
sudah menjadi tingkatan tinggi dalam pemberian pendidikan Pancasila itu sendiri. Seperti
contohnya, pada saat pertengahan 2019, terjadi ricuh mahasiswa Papua di Malang yang
menuntut kemerdekaan bagi Papua. Yang mana seharusnya hal tersebut bisa dilakukan
baikbaik mendatangi pemerintahan tidak dengan melakukan aksi ricuh di daerah bukan
tempatnya.
Materialisme adalah pandangan hidup yang semata mata hanya mencari, kesenangan, dan
kekayaan/kebendaan merupakan satu-satunya tujuan atau nilai tertinggi. Materialisme juga
mengesampingkan nilai nilai rohani, bahkan materialisme tidak mengakui adanya budaya
immaterial atau adanya “Tuhan”. Contoh: seseorang dengan pekerjaan, jabatan yang bagus ia
percaya hanya dengan itulah yang bisa menghidupinya. Dalam contoh ini orang tersebut
hanya semata mata mencari dan mementingkan materi tanpa mengingat Tuhan, dia lupa
bahwa pekerjaan, jabatan, rezeki Tuhanlah yang mengatur.
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan
materi adalah tujuan utama hidup. Pengertian hedonisme hampir serupa dengan materialisme
tetapi hedonisme lebih menuju kepada penghamburan materi, berpesta pora, menjalani hidup
sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Contoh seorang remaja
mempunyai orang tua yang kaya dan selalu menghambur hamburkan uangnya demi
mendapatkan kepuasan duniawi, dan senang-senang. Dari contoh ini kita bisa melihat bahwa
remaja tersebut dengan instannya mendapatkan apa yang ia inginkan, akan tetapi ia tidak
akan tahu kepuasan yang diperjuangkan dari nol, dari yang tidak mempunyai apa-apa
menjadi ada dan besar.
j) MAKIN KABUR PEDOMAN YANG BERLAKU DAN SIKAP ACUH TAK ACUH
TERHADAP PEDOMAN AJARAN AGAMA
Dahulu bangsa Indonesia dikenal karena moral rakyatnya yang berbudi pekerti luhur, santun
dan beragama. Sayang citra baik ini tidak di jaga. Perlu diingat modal kemajuan suatu bangsa
sangat didukung generasi yang cerdas, bijak dan bermoral. Namun akhir-akhir ini, gejala
kemerosotan moral benar-benar mengkhawatirkan. Masalah ini bukan hanya menimpa
kalangan orang dewasa dalam berbagai jabatan dan profesinya, melainkan juga telah
menimpa kalangan pelajar yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangan bangsa.
Masalah-masalah moral pun telah menjadi persoalan yang banyak menyita perhatian dari
banyak kalangan, terutama dari pendidik, alim ulama, tokoh masyarakat, dan orang tua.
Meskipun telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah moral, namun
hasilnya masih belum menggembirakan. Kita patut prihatin atas kondisi moralitas bangsa ini.
Betapa tidak, moralitas, sebagai hasil dari pendidikan, ternyata tidak bisa disebut
membanggakan. Moralitas yang ada justru sangat jauh dari nilai-nilai normatif yang selama
ini dijunjung tinggi. Semua itu sungguh sangat disayangkan dan telah mencoreng kredibilitas
dunia pendidikan. Para pelajar yang seharusnya menunjukkan akhlak yang baik, justru malah
menunjukkan tingkah laku yang buruk. Untuk mengatasi berbagai kerusakan moral yang
terjadi di masyarakat maka solusi yang untuk menanggapi masalah tersebut adalah sebagai
berikut:
Untuk menghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman
dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan akhlak.
Karena kepribadian manusia akan terpengaruhi dari pergaulan itu sendiri. Apabila
seseorang bergaul di lingkungan yang baik,maka ia akan timbul kepribadian yang baik
juga. Dan apabila seseorang bergaul pada kondisi lingkungan yang kurang baik,maka
akan timbul kepribadian yang kurang baik juga.
Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam
mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting.
Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2
buruk pada sikap anak. Seperti halnya karena kurangnya perhatian orang tua,seseorang
akan cenderung melampiaskan amarahnya pada orang lain dengan tindakan yang tidak
wajar dilakukan oleh kaum muda.
Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh
buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Orang-orang menganggap bahwa
merokok meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi
kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif
maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri,
melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.
Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal shaleh.
Dengan kita mendektkan diri kepada Allah,rajin beribadah,beramal shaleh,tentu akan
membuat kita terhindarkan dari perbuatan yang tidak sesuai di jalan Allah. Seperti
halnya dalam surat Al-Qalam ayat 4 “ Sesungguhnya engkau ( Muhammad ) berada pada
landasan akhlak yang agung.” Sebaiknya,kita sebagai manusia yang telah diberi akal dan
fikiran oleh sang maha kuasa harus dimanfaatkan secara optimal. Kita harus berfikir
cerdas tentang bagaimana cara mengaplikasikan sesuatu hal agar dapat menimbulkan
efek yang baik bagi kita. Terutama dalam memilih hal yang kita sukai seperti halnya
trend masa kini,idola,dan lain sebagainya.
Mampu memanfaatkan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebaik-baiknya.
Prinsip-prinsip yang harus dikembangkan dalam pergaulan remaja adalah
1. Mampu mengontrol dan membawa diri dalam semua situasi
2. Mencari kawan yang baik dan dapat memotivasi untuk mengembangkan potensi diri.
3. Mengembangkan sikap tanggung jawab terhadap semua tugas yang diemban sehingga
dapat mempersiapkan masa depan yang gemilang.
4. Mengembangkan kemampuan diri untuk mencapai prestasi ataupun kematangan diri
sehingga memiliki kemampuan dan modal yang cukup untuk menyongsong masa depan.
5. Tidak mudah larut dalam kesenangan dan pergaulan yang bebas karena kebiasaan ini akan
menguras segala kemampuan dan dapat menghancurkan masa depan.