Anda di halaman 1dari 14

Nama : Andika Hemat Sanjaya

Kelas : VIII-2

TUGAS
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

a) MASIH MARAKNYA TINGKAT KEKERASAN DI KALANGAN PEMUDA.


Kasus Kekerasan oleh Remaja, KPAI Sebut Faktor Pola Asuh-Kurangnya Panutan

Jakarta - Belum lama ini, viral dua kasus kekerasan yang dilakukan oleh remaja. Pertama
kasus pelajar menendang nenek di Tapanuli Selatan dan yang kedua, siswa tendang siswi di
Nganjuk, Jawa Timur (Jatim). Menyoroti tindakan remaja tersebut, Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) menilai kekerasan oleh remaja adalah permasalahan yang kompleks.

Wakil Ketua KPAI, Rita Pranawati menyampaikan, kasus kekerasan yang dilakukan remaja
tersebut memang permasalahan yang kompleks. Sebab, terdapat beragam faktor yang
mempengaruhi seperti pola asuh hingga situasi di lingkungan sekitar.

"Jadi itu lumayan kompleks, mulai dari situasi pengasuhan anak itu sendiri, kemudian contoh
yang ada di sekelilingnya, kemudian bagaimana orang dewasa di sekitarnya membantu untuk
anak menemukan identitas diri dan apa proses-proses yang bisa dilalui oleh anak," ungkapnya
dalam detikNews , Selasa (22/11/2022).

Faktor Lingkungan hingga Kurangnya Panutan

Rita menilai kasus kekerasan yang dilakukan oleh anak bisa terjadi karena contoh yang
didapatkan dari lingkungan sekitar. Pihaknya meyakini, para remaja sering kali salah
mengekspresikan diri karena kurangnya panutan ataupun referensi.

"Selain itu juga ada perilaku-perilaku yang tidak mudah, misalnya mengekspresikan rasa,
misalnya sebal, marah atau tidak suka itu referensinya terbatas, banyak cara yang kurang
tepat, misalnya nggak suka terus ditendang. Referensi-referensi karakter itu dilihat sesuai
dengan contoh yang ada di sekelilingnya," jelasnya.

Masa Pencarian Jati Diri

Rita juga menjelaskan bahwa masa remaja juga termasuk dalam masa pencarian jati diri.
Menurut Rita, ada pendekatan tersendiri dalam memperlakukan remaja. Dia menilai remaja
yang melakukan kekerasan seperti dalam kasus di Tapsel dan Nganjuk harus ditanggapi
dengan cara berbeda.

Misalnya dengan melakukan treatment kepada remaja dengan mendengarkan, menjadi teman,
dan tidak interogatif. Masa-masa itu sering tidak didapatkan dalam rumah dan itu didapatkan
lebih sering didapatkan di luar rumah dari teman sebaya. Untuk menunjukkan identitas itu
sering kali dengan cara yang salah. Itu menjadi problem," jelasnya.
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2

Rita menegaskan bahwa remaja harus diberikan perhatian yang ketat. Hal itu, menurutnya,
agar para remaja menemukan identitas yang tepat. "Sehingga kemudian masa remajanya itu
bisa menemukan identitas diri, dengan tetap menguatkan karakter humanisme," imbuhnya.

Pentingnya Pendidikan Logika dan Rasa

Merujuk pada dua kasus tersebut, Rita menyebut harus dilakukan pendidikan logika dan rasa
kepada remaja. Dia meminta agar latar belakang remaja melakukan aksi kekerasan itu diusut
secara mendalam.

"Kalau kita melihat kasus-kasus seperti ini, antara logika, antara rasa tentu harus terdidik.
Kita prihatin dengan adanya perilaku-perilaku anak muda yang kondisinya seperti ini. Jadi
misalnya melakukan begal, menendang teman, itu harus dikulik, apakah itu menjadi tradisi,
ataukah dia menjadi percobaan semata atau dia menjadi hal yang spontan," sebut Rita.

"Kalau dia menjadi tradisi tentu harus ekstra memberikan contoh yang baik, menyalurkan
energinya, membangun logikanya bahwa itu tidak boleh. Sekaligus juga memberikan
perhatian, kasih sayang, tidak judgement kepada anak itu. Kalau itu spontanitas itu harus
diajarkan bagaimana mengendalikan diri agar tidak melakukan kekerasan kepada orang lain,"
imbuhnya.

Kasus Pelajar Tendang Nenek

Sebagai informasi, sebelumnya telah terjadi kasus pelajar di Tapsel menendang nenek hingga
tersungkur viral di media sosial. Dalam video tersebut, tampak tiga sepeda motor yang
berhenti dengan masing-masing ditumpangi dua orang.

Kasus ini dibawa ke kepolisian. Polisi kemudian mengamankan enam pelajar dan memanggil
para orang tua dari para pelajar tersebut, pihak sekolah, hingga kepala desa setempat. Polisi
juga mencari nenek yang menjadi korban. Orang tua pelajar telah meminta maaf atas aksi
anak-anaknya. Mereka menyampaikan permintaan maaf kepada korban, keluarga korban, dan
masyarakat umum.

Siswa Tendang Siswi hingga Tersungkur

Kemudian ada juga kasus kekerasan oleh pelajar di Nganjuk dimulai saat seorang siswa dan
siswi adu mulut di lapangan. Di tengah guyuran hujan, siswa yang memakai jas hujan tiba-
tiba melayangkan pukulan kepada siswi berseragam Pramuka. Dia lalu menendang siswi
tersebut hingga tersungkur. Peristiwa yang terjadi di pinggir lapangan itu viral di media
sosial. Kini kasus sedang diusut oleh pihak kepolisian. Dilansir dari detikJatim, motif
kekerasan oleh remaja ini adalah cemburu.
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2

b) ADANYA KECENDRUNGAN SIKAP KETIDAKJUJURAN YANG MAKIN


MEMBUDAYA.
Akibat dari Ketidakjujuran dan Cara Mengatasinya
Jakarta - Jujur adalah sikap yang termasuk dalam perilaku terpuji, sedangkan tidak jujur
merupakan sikap yang termasuk dalam perilaku tercela. Ketidakjujuran disebut juga dengan
kebohongan. Ketidakjujuran dapat didefinisikan sebagai ketidaksesuaian antara suatu
keadaan, baik perkataan atau perbuatan, dengan kenyataan. Ketidakjujuran dapat menjadi
sumber dari berbagai kejahatan.

Alasan Ketidakjujuran
Ketidakjujuran dapat terjadi disebabkan oleh beberapa hal, seperti kebiasaan, kerakusan,
permusuhan serta kecemburuan, sebagaimana disebutkan dalam buku bertajuk Mengobati
Penyakit Hati, Meningkatkan Kualitas Diri karya Sayyid Mahdi as-Sadr
Seseorang dapat memiliki kebiasaan berbohong karena beberapa hal, seperti pengaruh
lingkungan, kebodohan, dan lemahnya diri dalam pengendalian agama. Di samping itu,
kerakusan juga dapat memfaktori terjadi ketidakjujuran. Orang yang rakus akan suatu hal,
mudah terdorong untuk melakukan ketidakjujuran demi mendapatkan apa yang
diinginkannya.
Sedangkan permusuhan atau rasa cemburu dapat terjadi di antara pihak-pihak yang berselisih
sehingga memicu hadirnya tuduhan palsu atau fitnah dalam pertikaian.

Akibat dari Ketidakjujuran


Perlu diingat bahwa ketidakjujuran adalah sikap yang merugikan diri sendiri. Ketika
seseorang memiliki kebiasaan tidak jujur, maka ia tidak akan dipercaya sekalipun dirinya
berkata benar.

Berikut beberapa akibat dari ketidakjujuran:


1. Waktu dan usaha yang terbuang sia-sia
2. Menutupi satu kebohongan dengan kebohongan lainnya
3. Menjadi kebiasaan buruk
4. Dinilai buruk oleh orang lain
5. Akan dijauhi dan ditakuti orang-orang
6. Mudah dicurigai orang lain
7. Tidak disukai orang-orang karena tidak dapat dipercaya
8. Memberikan efek spiritual yang merugikan
Melansir buku berjudul Life's Greatest Lessons: 20 Pelajaran Hidup yang Berharga oleh Hal
Urban, jika tindakan berbohong sudah melekat dalam diri, ketidakjujuran dapat menjadi cara
hidup sesat bagi seorang pembohong.
Cara Mengatasi Ketidakjujuran
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidakjujuran, di antaranya:
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2

1. Memikirkan dan mempertimbangkan berbagai kerugian yang diakibatkan dari perilaku


berbohong
2. Mengetahui dan mengingat manfaat atau buah dari kejujuran
3. Melatih mental untuk selalu berkata jujur dan menghindari sikap ketidakjujuran.
Jika cara-cara di atas diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka sikap ketidakjujuran
dapat teratasi dan dapat terhapus. Tidak hanya sikap tidak jujur, sikap jujur juga dapat
permanen dan melekat dalam diri.

c) BERKEMBANGNYA RASA TIDAK HORMAT KEPADA ORANG TUA, GURU,


DAN PEMIMPIN.
Hilangnya Rasa Hormat Siswa Kepada Guru
Fenomena siswa yang kurang menghormati gurunya sejak beberapa tahun terakhir membuat
resah para guru, masyarakat di lingkungan sekolah dan juga para orang tua. Bagaimana tidak,
guru yang seharusnya menjadi contoh dan sebagai orang tua kedua di sekolah justru menjadi
bahan olok-olok bahkan dimaki-maki oleh siswa.
Belum lagi kita menyaksikan di media tv, youtube, media cetak, terjadinya kasus
penganiayaan terhadap guru di sejumlah daerah mengundang keprihatinan banyak pihak.
Beraneka ragam macam perlakuan buruk yang diterima guru itu mencoreng dunia pendidikan
Indonesia.
Ada juga kelakuan siswa yang membuat penulis merasa terkejut secara tidak sengaja melihat
ada beberapa siswa duduk santai sambil merokok di kios saat jam belajar. Mungkin mereka
tidak masuk sekolah karena telat sehingga memilih tempat yang aman hingga proses belajar
mengajar di sekolah selesai baru mereka pulang.
Ada juga yang marah dengan guru ketika pulang sekolah gas sepeda motor diperbesar agar
terdengar suara meraung-raung sebagai bentuk protes terhadap guru yang telah menegurnya
karena siswa yang bersangkutan sering telat datang ke sekolah. Tidak jarang juga pada saat
siswa berpapasan dengan guru lewat saja tanpa menyapa atau tidak senyum. Begitu juga
sebagian siswa keluar dari ruang kelas tanpa meminta izin gurunya.
Bahkan ada siswa telat datang dan masuk ke kelas tanpa mengucapkan assalamu'alaikum.
Ketika ditanya, kenapa tidak mengucapkan? "Ada saya mengucapkan salam tapi ibu tidak
mendengar,"jawabnya. Sang guru pun diam seribu bahasa. Padahal guru itu melihat dengan
mata kepala sendiri siswa tersebut masuk tanpa mengucapkan salam.
Fenomena lainnya ada siswa yang berpacaran baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Berboncengan berdua. Pada saat ditegur dan dinasihati, kedua siswa yang berlainan jenis
malah saling bantu-membantu menutupi kesalahan mereka. Bahkan ada yang marah kepada
guru dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas bahkan cenderung tidak beretika
sama sekali.
Peristiwa seorang siswa yang berani mengucapkan kata-kata tidak pantas kepada gurunya
merupakan fenomena gunung es. Bisa jadi masih banyak kasus yang tidak tersorot oleh
media. Dalam hal ini, keluarga menjadi elemen yang bertanggung jawab atas penanaman
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2

sikap sopan santun seorang anak. Bagaimana anak menghormati orang yang lebih tua terjadi
dalam keluarga, maupun orang yang tak dikenalnya. Ketika keluarga tidak dapat menjalankan
karakter luhur dengan baik dalam keluarganya akhirnya anak-anak zaman now akan
kehilangan orientasi berbuat luhur.
Timbul pertanyaan bersama mengapa anak-anak berbuat seperti ini? Ada beberapa penyebab
untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertama, kurangnya pengetahuan agama Islam dari
orang tua. Akibatnya anak-anak hampir tidak bisa membedakan yang boleh dikerjakan dan
yang mana yang tidak boleh dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, tiada contoh
teladan. Banyak peserta didik berbuat seperti itu karena tidak ada yang dapat dijadikan
contoh yang baik dalam pergaulan sehari-hari, sehingga cenderung bersikap sesuka hati
kepada siapa saja termasuk kurang menghormati guru dan orang tua mereka sendiri.
Ketiga, cenderung meniru sosok yang tidak pantas.
Siswa cenderung meniru habis-habisan sosok yang diidolakan seperti bintang film barat, artis
top dunia yang suka gonta ganti pasangan yang budayanya sangat bertentangan dengan
budaya Aceh. Keempat, suka main game online.
Fenomena selama ini di mana-mana siswa lebih banyak memegang HP di tangan daripada
buku. Padalah mereka tidak menyadari terlalu sering main game HP online bisa berakibat
sangat berbahaya bagi perkembangan pola pikir mereka. Mereka lebih terpana, terpesona,
tersedot perhatiannya pada game-game baru seperti Mobile Legend, Free Fire, Minecraft,
Game Player Unknown's Battlegrounds (PUBG) dan mobile yang lebih menarik dan
menantang daripada membahas pelajaran.

d) SIKAP RASA CURIGA DAN KEBENCIAN SATU SAMA LAIN.


Intoleransi terjadi karena adanya kebencian. Dan kebencian ada karena kurang mengenal satu
sama lain. Bayangkan bila kita telah mengenal seseorang seutuhnya, apapun yang dia lakukan
kita akan memaklumi. Dan mencoba meminimalisir resiko terhadap apa yang dilakukannya
tanpa dimintanya. Hal seperti inilah yang perlu kita lakukan pada masyarakat negeri ini.
Tetapi saat ini di negeri kita, setiap penganut agama sudah terlanjur saling curiga. Keadaan
ini mempersulit keinginan untuk saling mengenal. Sebab yang muslim curiga akan adanya
Kristenisasi, demikian juga sebaliknya. Yang mayoritas curiga kaum minoritas menyusun
rencana untuk melawan, demikian juga sebaliknya yang minoritas sudah 'menderita' sindrom
minoritas, yakni selalu merasa ditekan dan dipersulit.

Maka langkah pertama yang perlu kita lakukan untuk melawan sikap intoleransi atau
kekerasan terhadap pemeluk agama yang berbeda adalah mengkampanyekan perlawanan
terhadap rasa curiga sesama anak bangsa. Mengkampanyekan bahwa rasa curiga hanya
membebani kita dan membuat kita tak bebas berekspresi dan berkreasi. Mengkampanyekan
bahwa sikap saling curiga di antara sesama anak bangsa adalah strategi penjajah untuk
memecah belah kita. Mengkampanyekan bahwa mengetahui ajaran agama lain akan
memperkaya diri kita sendiri.
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2

Setelah 'membunuh' rasa curiga di antara kita, selanjutnya yang kita lakukan adalah mengikis
kebencian. Cara paling mudah yang bisa kita lakukan untuk mengikis kebencian adalah
membiarkan yang seiman berdebat dan berdiskusi tentang ajaran agama mereka. Yang
berbeda keyakinan tak perlu ikut membela salah satu pihak, atau malah mengolok yang lain.
Misalnya, yang Muslim berdebat dengan Muslim lainnya, yang Kristiani tak perlu ikut
'membela' pihak yang sepemikiran dengannya.
Cara lain untuk mengikis kebencian, kita perlu mengapresiasi pilihan keyakinan seseorang.
Kita tentu sudah sering mendengar bahwa setiap agama mengajarkan hal yang baik, maka
kita perlu mengapresiasi yang baik dalam setiap ajaran agama lain. Mulailah menuliskan
kebaikan atau kekaguman kita itu di media sosial. Misalnya, seorang Kristiani yang kagum
pada ketaatan dan kesanggupan seorang Muslim melaksanakan ibadah puasa. Atau seorang
Muslim yang mengagumi kesetiaan pemeluk agama lokal di tengah gempuran arus
modernisasi.

e) PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA MAKIN MEMBURUK.


Pemuda, Kembalilah Kebahasamu
Jakarta, CNN Indonesia -- “Kami, Putra dan Putri Bangsa Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, Bahasa Indonesia,” itulah yang menjadi salah satu potongan dari apa yang
disumpahkan oleh para pemuda Indonesia 89 tahun lalu yang sekarang kita kenal sebagai
momen Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober tiap tahunnya.
Melansir dari data yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun
2008, bahasa di Indonesia itu merupakan salah satu kekayaan bangsa yang tidak ternilai
harganya. Kemendikbud sendiri telah mengidentifikasi 442 bahasa daerah di Indonesia. Ini
menandakan betapa kita sebagai bangsa ini terdiri dari suku, adat, dan budaya yang berbeda-
beda. bagaimana cara kita untuk tetap bersatu dengan situasi sedemikian rupa? Tentunya
dengan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan kita.
Pemuda sendiri dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan menjadi
pemimpin bangsa. Siapa lagi selain kita para pemuda yang sekarang sedang berkembang ini
akan menjadi garda depan kemajuan dari negara Indonesia? Selain itu, pemudalah yang akan
menjaga negara ini dari segala ancaman yang menghadang, mungkin dari negara lain atau
dari kekacauan di negara sendiri. Kitalah nanti yang akan menggantikan generasi yang
sebentar lagi akan turun dan tergantikan oleh waktu. Dari kitalah akan muncul pemikiran,
gagasan, ataupun inovasi baru yang akan memajukan dan menjaga negara ini. Bahkan
dikatakan oleh Dr Yusuf Al-Qardhawi, seorang ulama besar di Indonesia bahwa apabila ingin
melihat suatu negara di masa depan, maka lihatlah pemudanya hari ini.
Jika dikaitkan terhadap kedua hal tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa pemuda sebagai
penerus bangsa harus bisa menjaga dan melestarikan segala macam bentuk dari kekayaan
yang dimiliki negara, sebut saja dalam hal ini salah satunya adalah bahasa. Bagaimana
caranya kita untuk bisa menjaga bahasa kita dengan baik dan benar? Mudah.
Tentunya dengan cara kita sebagai pemuda menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan
benar pula serta sesuai dengan kaidahnya. Tentunya jika hal ini dilakukan terus menerus,
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2

maka Bahasa Indonesia pastinya akan tetap bertahan secara turun temurun hingga nanti
generasi anak cucu kita.
Sekarang kita lihat fakta yang terjadi, apakah kita bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar? Di kehidupan sehari-hari saja seringkali saya lihat bahwa banyak sekali kesalahan
dalam berbahasa yang bisa kita lihat terjadi.
Sebagai contoh (saya yakin ini sering terjadi pada kalian) apakah di antara kalian banyak
yang sadar seringkali menggunakan kalimat “agar” lalu dilanjut dengan kata “supaya” atau
contoh lain seperti kalimat “kalau” dan “misalnya” yang pada hakikatnya memiliki makna
yang sama dan menjadikan suatu kalimat menjadi tidak efektif.
Masih butuh contoh? Ini pun sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Lebih terbiasa
manakah kalian terhadap kedua kata ini? Apakah “unduh” ataukah “download”?
Atau contoh lainnya, lebih terbiasa mana kalian dengan kalimat “pencetak” atau “printer”?
Tentunya kita pasti lebih terbiasa menggunakan kata “download” dan “printer” dibanding
dengan kata “unduh” dan “pencetak”. Padahal “unduh” dan ”pencetak” itu merupakan
Bahasa Indonesia sedangkan “download” dan “printer” merupakan Bahasa Inggris. Tidak
percaya?
Coba kamu cari arti kata dari ”download” dan “printer” tersebut dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pastinya kamu tidak akan menemukan padanan kata tersebut. Kita seringkali
merasa lebih bangga jika kita bisa menggunakan bahasa asing dibanding dengan Bahasa
Indonesia. Kita berpikir bahwa Bahasa Indonesia itu merupakan bahasa yang lebih mudah
dipelajari dibanding bahasa asing.
Kenyatannya? Coba kalian lihat pada nilai rapor kalian, lebih besar mana antara nilai Bahasa
Indonesia atau bahasa asingmu?
Contoh lain, kita sekarang tentunya sangat akrab dengan penggunaan teknologi. Teknologi
ini pun berkembang sangat pesat dan sayangnya beberapa kesalahan berbahasa pun seringkali
muncul dengan sebagai konsekuensi dari perkembangan tersebut.
Contoh, ingatkah kamu ketika kita masih menggunakan fitur SMS dan membuat kata-kata
yang digabungkan dengan angka seperti kata “4l4y”. Ataupun kita mempersingkat sebuah
kata, seperti contoh pada kalimat “aq” dan “km” yang maksudnya “aku” dan “kamu” karena
kita tidak ingin mengetik panjang-panjang di SMS.
Okay itu masih bisa diterima alasannya, namun sekarang saat kita sudah mengenal ponsel
Qwerty atau yang paling baru kita mengenal ponsel layar sentuh, apa yang terjadi? Nyatanya
malah semakin memburuk.
Hal ini diperparah dengan adanya sosial media yang membuat kesalahan ini semakin
membudaya dan juga viral. Kita pasti sangat mengenal 2 kata yang akhir-akhir ini seringkali
muncul di dunia maya dari para warganet (saya yakin).
Kedua kata itu adalah “kids jaman now” dan juga kata “T E R C Y D U K” yang tidak tahu
maksudnya apa menjadi sangat viral di Internet padahal memiliki banyak kesalahan teknis.
“Kids jaman now” merupakan gabungan antara kalimat Bahasa Indonesia dan bahasa asing
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2

yang kurang lebih artinya “anak jaman sekarang” dan untuk kasur “ T E R C Y D U K” itu
merupakan padanan kata dari “terciduk” yang artinya “sudah diambil untuk ditahan”
Masih sangat banyak contoh lain untuk menggambarkan sedikit banyak betapa kacaunya
penggunaan Bahasa Indonesia ini. Pertanyaannya adalah apakah kita sebagai pemuda akan
terus membiarkan ini berlanjut hingga nanti ke anak cucu kita hingga nanti mereka tidak
mengenal bagaimana Bahasa Indonesia yang sesungguhnya? Tentunya tidak kan?
Lantas bagaimana cara kita mempelajari Bahasa Indonesia dengan benar? Jawabannya adalah
pelajarilah Bahasa Indonesia dengan banyak membaca sumber sumber (baik media cetak
ataupun media elektronik) yang membahas hal tersebut atau belajarlah dari orang yang
memang kredibel dalam bidang tersebut. Selain itu banggalah kita menggunakan Bahasa
Indonesia karena seperti yang tadi dikatakan bahwa bahasa itu adalah salah satu kekayaan
negara yang tidak ternilai harganya.

f) BERKEMBANGNYA PERILAKU MENYIMPANG DI KALANGAN PEMUDA


(NARKOBA, PORNOGRAFI, PORNOAKSI, DAN LAIN-LAIN)
Reportase.tv, Tangsel – Pandemi Covid-19 sedang melanda bangsa Indonesia, terhitung sejak
bulan Maret 2020 sampai dengan saat ini jumlah masyarakat yang terpapar virus corona
semakin hari semakin bertambah jumlahnya. Bencana Covid-19 sebagai fenomena yang
langsung dirasakan dampaknya bagi masyarakat Indonesia yang bukan hanya berimbas pada
terganggunya kondisi kesehatan masyarakat, namun juga berimbas pada kesulitan ekonomi,
bahkan menimbulkan berbagai permasalahan sosial di masyarakat.
Di tengah instruksi pemerintah untuk mengharuskan bagi masyarakat untuk bekerja dari
rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah. Namun nyatanya, himbauan tersebut
kerap kali dilanggar oleh sebagian masyarakat, sehingga penekanan penyebaran virus corona
sulit dilakukan jika masyarakat tidak disiplin. Bagi sebagian generasi milenial yang taat pada
aturan pemerintah, akan menjadikan momentum belajar dari rumah sebagai sarana untuk
membina hubungan yang harmonis antar anggota keluarga. Namun bagi sebagian remaja
lainnya justru menganggap bertahannya mereka di rumah sangat menjenuhkan sehingga
membuat kondisi psikologis remaja terganggu diantaranya: mudah stress, emosional, serta
dapat meningkat agresivitas. Dengan tujuan mengusir kebosanan membuat remaja nekat
beraktivitas diluar rumah sangat beresiko untuk tertular virus Corona, bahkan remaja dapat
menjadi “carrier” sebagai pembawa virus namun tanpa gejala yang terpapar virus.
Perilaku menyimpang yang terjadi dikalangan remaja ditengah pandemic covid 19 ini
diantaranya: membuat kegaduhan dengan cara memainkan musik hingga pagi buta,
melakukan aksi tauran antar remaja, pesta minuman keras, melakukan aksi balapan liar,
menggunakan dan mengedarkan narkoba, sampai melakukan pesta seks bebas. Perbuatan
remaja ditengah pandemi bukan hanya berdampak meresahkan masyarakat sekitar, namun
juga dapat menimbulkan korban jiwa akibat perilaku menyimpang yang mereka lakukan atau
menjadi korban karena terpapar virus Corona.
Berbagai informasi di media massa membicarakan tentang perilaku menyimpang di masa
pandemi, seperti kasus tauran terjadi di Tangerang Selatan hingga menewaskan dua orang
remaja (okezone.com, 21 Mei 2020). Pada tanggal 9 Mei 2020 belasan remaja di Gorontalo
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2

melakukan pesta miras disaat sahur, pelaku pesta miras terdiri 11 remaja bahkan 3
diantaranya berjenis kelamin perempuan (liputan6.com, 21 Mei 2020). Pada tanggal 10 April
2020, 14 remaja di Makasar melakukan pesta seks dan mengkonsumsi narkoba secara
bersama-sama (Terkini.id, 21 Mei 2020). Terdapat berbagai bentuk-bentuk perilaku
menyimpang lainnya yang dilakukan para remaja ditengah pandemi.
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja ditengah pandemi virus corona
menandakan bahwa remaja mengalami disfungsi sosial. Menurut Talcot Parson dalam buku
system social (1951) peran social yang tidak berfungsi dengan baik dimasyarakat sehingga
menandakan masyarakat mengalami keadaan sakit atau dalam keadaan menyimpang. Di
masa corona ini bukan hanya menimbulkan masyarakat menjadi sakit secara fisik, tetapi juga
memunculkan berbagai penyakit sosial salah satunya perilaku menyimpang yang marak
dilakukan remaja dimasa pandemi. Disfungsi social terjadi ketika seseorang tidak bisa
menjalani fungsi yang diemban kepadanya dengan baik, sehingga dalam kasus penyimpangan
social di masa pandemi merupakan bentuk disfungsinya peran remaja yang berstatus sebagai
pelajar yang seharusnya dapat mematuhi aturan untuk belajar dirumah, namun yang terjadi
justru sebaliknya. Ketidakmampuan remaja untuk menahan diri berada dirumah membuat
mereka cenderung mengalami depresi dan ingin menyalurkan hasrat yang dimiliki kearah
hal-hal yang negatif. Kontrol orangtua yang memberikan kelonggaran terhadap anaknya
dapat mendatangkan keadaan disfungsi dimana peran orangtua dimasa pandemi ini tidak
berjalan sebagaimana mestinya.
Adapun upaya yang perlu diperhatikan dalam upaya pencegahan perilaku menyimpang
dikalangan remaja ditengah pandemic covid 19 ini, bukan hanya melindungi remaja dari
kesehatan raganya agar terhindar dari virus corona tetapi juga yang perlu diperhatikan
kesehatan mental remaja agar dapat beradaptasi ditengah perubahan. Masa remaja merupakan
masa pencarian jati diri namun bukan berarti mereka bebas melakukan perbuatan yang
melanggar nilai dan norma di masyarakat. Peran penting lembaga sosial utama yaitu keluarga
sangat penting untuk mencegah perilaku menyimpang dikalangan remaja, keberadaan Covid-
19 ini memberikan pelajaran berharga untuk orangtua lebih memperhatikan anak-anaknya
dengan berinteraksi secara intensif di dalam rumah seperti beribadah bersama, membimbing
anak dalam belajar dirumah, olahraga bersama, serta melakukan berbagai aktivitas bersama
dengan anggota keluarga lainnya. Keharmonisan keluarga menjadi kunci agar para remaja
agar terhindar dari perilaku menyimpang.
Di samping itu, kerjasama dari tokoh masyarakat sangat dibutuhkan dalam menangani
permasalahan yang ditimbulkan oleh remaja milenial di masa corona ini, misalnya peran
tokoh masyarakat dalam melakukan pembinaan kepada masyarakat khususnya remaja sekitar
untuk melakukan pencegahan virus corona di daerahnya, merangkul para remaja untuk
dilibatkan secara langsung dalam menyemprotkan disinfektan dilingkungan warga,
membersihkan lingkungan sekitar, mengajak remaja membuat hand sanitizer, ikut
memberikan bantuan kepada masyarakat, dan berbagai aktivitas positif dengan
memperhatikan protokol kesehatan yang ada di wilayahnya. Peran tokoh masyarakat juga
sangat penting untuk melakukan kontrol sosial, jika ada indikasi remaja yang berkumpul
didaerahnya dengan membuat kegaduhan atau hal-hal yang mencurigakan, maka masyarakat
dapat memberikan teguran.
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2

Remaja sebagai agent of change bagi kemajuan bangsa, sehingga peran remaja sangat penting
dalam menghadapi berbagai tantangan maupun acaman yang dihadapi bangsa ini, seperti
keberadaan virus corona di Indonesia harus dihadapi oleh remaja yang tidak hanya sehat
fisiknya tetapi juga sehat rohaninya. Remaja juga memiliki karakteristik solidaritas tinggi,
maka semangat tersebut dapat ditularkan agar bangsa Indonesia dapat bersama-sama
melewati musibah ini, dengan rasa kepedulian yang tinggi membantu sesama yang
membutuhkan, dan bersama-sama kita yakin bahwa bangsa Indonesia akan kembali bangkit
dari musibah ini.

g) KECENDRUNGAN MENGADOPSI NILAI-NILAI BUDAYA ASING


tirto.id - Globalisasi merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dihindari oleh siapapun.
Fenomena ini mengakibatkan bebasnya informasi untuk menyebar ke semua negara. Hal ini
menyebabkan banyaknya pengaruh dari budaya asing.
Namun sebelum mengetahui pengaruh dari budaya asing, perlu diketahui definisi dari
globalisasi. Dalam buku Globalization (1995) Waters menjelaskan bahwa globalisasi adalah
proses sosial yang terjadi di seluruh wilayah di seluruh dunia. Ia juga mengungkapkan batas
geografis dianggap tidak berpengaruh terhadap kehidupan sosial budaya.
Saluran-saluran Globalisasi.
Menurut Siany dalam buku Khazanah Antropologi 1 (2009:9), globalisasi berlangsung
melalui saluran-saluran tertentu, seperti media massa, pariwisata internasional, lembaga
perdagangan dan industri internasional, serta lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Saluran-saluran globalisasi, antara lain sebagai berikut:
Media Massa
Globalisasi diperoleh melalui media komunikasi massa, seperti radio, televisi, surat kabar,
film, dan internet. Globalisasi melalui media massa telah membuat dunia menjadi seolah-olah
tanpa batas.
Pariwisata Internasional
Berkembangnya sektor pariwisata internasional juga berpengaruh terhadap penyebaran arus
globalisasi. Kegiatan pariwisata internasional yang melibatkan banyak negara dapat
dilakukan dengan mudah karena adanya kemajuan sarana transportasi dan telekomunikasi.
Lembaga Perdagangan dan Industri Internasional
Globalisasi dalam perdagangan internasional ditandai dengan adanya pasar bebas. Dalam era
pasar bebas, setiap negara akan berlomba-lomba mengembangkan keunggulan komparatifnya
untuk menarik para investor dari luar negeri.
Dampak Pengaruh Budaya Asing
Dengan dunia yang nyaris tanpa batas, globalisasi juga berimbas pada masuknya budaya
asing yang dapat mudah masuk ke budaya lokal. Dampak globalisasi akibat pengaruh asing
tersebut antara lain:
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2

1. Kemajuan di bidang teknologi, komunikasi, informasi, dan transportasi yang


memudahkan kehidupan manusia.
2. Kemajuan teknologi menyebabkan kehidupan sosial ekonomi lebih produktif, efektif,
dan efisien sehingga membuat produksi dalam negeri mampu bersaing di pasar
internasional.
3. Kemajuan teknologi memengaruhi tingkat pemanfaatan sumber daya alam secara
lebih efisien dan berkesinambungan.
4. Kemajuan iptek membuat bangsa Indonesia mampu menguasai iptek sehingga bangsa
Indonesia mampu sejajar dengan bangsa lain
Contoh Pengaruh Negatif akibat Budaya Asing
Pengaruh negatif budaya asing di media massa adalah terjadinya goncangan budaya karena
adanya individu yang tidak siap menerima perubahan dan pergeseran nilai-nilai budaya dan
adat istiadat. Contoh pengaruh negatif dari budaya asing akibat globalisasi adalah:
1. Terjadinya sikap mementingkan diri sendiri (individualisme) sehingga kegiatan
gotong royong dan kebersamaan dalam masyarakat mulai ditinggalkan.
2. Terjadinya sikap materialisme, yaitu sikap mementingkan dan mengukur segala
sesuatu berdasarkan materi karena hubungan sosial dijalin berdasarkan kesamaan
kekayaan, kedudukan sosial atau jabatan. Akibat sikap materialisme, kesenjangan
sosial antargolongan kaya dan miskin semakin lebar.
3. Adanya sikap sekularisme yang lebih mementingkan kehidupan duniawi dan
mengabaikan nilai-nilai agama.
4. Timbulnya sikap bergaya hidup mewah dan boros karena status seseorang di dalam
masyarakat diukur berdasarkan kekayaannya.
5. Tersebarnya nilai-nilai budaya yang melanggar nilai-nilai kesopanan dan budaya
bangsa melalui media massa seperti tayangan-tayangan film yang mengandung unsur
pornografi yang disiarkan televisi asing yang dapat ditangkap melalui berbagai
saluran atau situs-situs pornografi di internet.
6. Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budayabangsa, yang
dibawa para wisatawan asing.

h) MELEMAHNYA IDEALISME, PATRIOTISME, DAN HEDONISME


Pancasila, seperti yang banyak masyarakat ketahui merupakan suatu ideology bangsa dan
pandangan hidup bagi Masyarakat Indonesia. Pancasila dipilih sebagai dasar negara karena
memiliki nilai-nilai yang mencerminkan kepribadian dan adat-istiadat asli bangsa Indonesia.
Berdasarkan sejarah yang ada, Pancasila lahir bukan dengan begitu mudahnya. Proses
lahirnya Pancasila melalui proses perenungan, menggali sejarah, bahkan hingga perdebatan
yang rumit antara tiap-tiap tokoh penggagasnya. Pancasila yang terus menjadi pedoman
kehidupan berbangsa memiliki lima nilai sila yang seharusnya menjadi prinsip bagi
masyarakat Indonesia yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah dan Keadilan.
Seluruh nilai ini, menyatu menjadi satu dan tidak boleh terpecahkan satu sama lain demi
terciptanya sistem pemerintahan yang baik yang mengandung juga nilai moral yang bersifat
menyeluruh dan abstrak.
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2

Fenomena lunturnya dan bergesernya nilai-nilai Pancasila merupakan suatu ancaman bagi
bangsa Indonesia. Fenomena lunturnya nilai-nilai Pancasila sudah terlihat dengan banyaknya
kejadian dan gaya hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Seperti maraknya
kejadian pembunuhan, pemerkosaan, bahkan korupsi yang dilakukan oleh pejabat dan
petinggi negara. Hal-hal lain juga banyak terjadi yang melibatkan generasi muda seperti
maraknya tawuran antarpelajar, cara berpakaian yang sangat terbuka, dan cara bersikap dan
berbicara pun seperti jauh sekali dari adat dalam budaya di Indonesia. Hal ini sesuai dengan
data yang dikemukakan oleh Kemenpora, bahwa ada 10 permasalahan karakter bangsa pada
generasi muda yaitu maraknya tingkat kekerasan dikalangan pemuda, adanya kecenderungan
sikap ketidakjujuran, berkurangnya rasa tidak hormat terhadap orang tua, guru, pemimpin,
sikap rasa curiga, dan dan kebencian satu sama lain, penggunaan bahasa Indonesia yang
semakin memburuk, berkembangannya perilaku menyimpang (narkoba, pornografi,
pornoaksi), kecenderungan mengadopsi nilai budaya asing, melemahnya idealisme,
patriotisme, serta meningkatkan sikap pragmatisme dan hedonisme, dan masih banyak
pengaruh negatif lainya yang diakibatkan pengaruh negatif dari globalisasi di kalangan
generasi muda.
Fenomena lunturnya nilai-nilai Pancasila tidak hanya dialami oleh generasi muda yang ada di
kota besar atau generasi muda yang kurang pengetahuan dan pendidikan. Pada generasi muda
di desa pun sudah mulai mengalami kemerosotan. Seperti mulai sulitnya penerapan nilai sila
ke-3 pancasila yaitu nilai persatuan. Saat ini generasi muda lebih banyak menghabiskan
waktu untuk menikmati perkembangan teknologi daripada hidup dan bermain dengan sesama
generasi muda lainnya. Selain itu, lunturnya nilai-nilai Pancasila juga terjadi pada beberapa
lapisan mahasiswa, dimana seharusnya pada saat di bangku perkuliahan nilai-nilai Pancasila
sudah menjadi tingkatan tinggi dalam pemberian pendidikan Pancasila itu sendiri. Seperti
contohnya, pada saat pertengahan 2019, terjadi ricuh mahasiswa Papua di Malang yang
menuntut kemerdekaan bagi Papua. Yang mana seharusnya hal tersebut bisa dilakukan
baikbaik mendatangi pemerintahan tidak dengan melakukan aksi ricuh di daerah bukan
tempatnya.

i) MENINGKATNYA SIKAP PRAGMATISME DAN HEDONISME


Pragtisme, Materialisme, Hedonisme adalah dampak-dampak yang disebabkan oleh
globalisasi.
Ketiga dampak ini adalah dampak negatif, dampak tersebutlah yang ada di Negara kita
sekarang ini yang dikarenakan terkontaminasi dengan “westernisasi” atau budaya yang
kebarat baratan. Maka dari itu mari kita mengenal definisi dari dampak negatif tersebut.
Pragmatisme adalah sebuah konsep yang mementingkan sisi praktis dibandingkan sisi
manfaat, dengan kata lain pragmatisme lebih mementingkan hasil akhir daripada nilai nilai
moral yang dianut masyarakat atau bisa dibilang bahwa pragmatime menghalalkan segala
cara untuk mencapai tujuan. Contoh: tawuran pelajar juga merupakan hidup yang
pragmatisme karena mengutamakan kepraktisan dalam mencapai tujuan untuk menyelesaikan
masalah. Dalam contoh ini pun sudah menyimpang jauh dari ideologi kita “Pancasila” yang
terdapat pada sila ke-4 yang dimana kita harus mengutamakan budaya bermusyawarah dalam
mengambil keputusan bersama.
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2

Materialisme adalah pandangan hidup yang semata mata hanya mencari, kesenangan, dan
kekayaan/kebendaan merupakan satu-satunya tujuan atau nilai tertinggi. Materialisme juga
mengesampingkan nilai nilai rohani, bahkan materialisme tidak mengakui adanya budaya
immaterial atau adanya “Tuhan”. Contoh: seseorang dengan pekerjaan, jabatan yang bagus ia
percaya hanya dengan itulah yang bisa menghidupinya. Dalam contoh ini orang tersebut
hanya semata mata mencari dan mementingkan materi tanpa mengingat Tuhan, dia lupa
bahwa pekerjaan, jabatan, rezeki Tuhanlah yang mengatur.
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan
materi adalah tujuan utama hidup. Pengertian hedonisme hampir serupa dengan materialisme
tetapi hedonisme lebih menuju kepada penghamburan materi, berpesta pora, menjalani hidup
sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Contoh seorang remaja
mempunyai orang tua yang kaya dan selalu menghambur hamburkan uangnya demi
mendapatkan kepuasan duniawi, dan senang-senang. Dari contoh ini kita bisa melihat bahwa
remaja tersebut dengan instannya mendapatkan apa yang ia inginkan, akan tetapi ia tidak
akan tahu kepuasan yang diperjuangkan dari nol, dari yang tidak mempunyai apa-apa
menjadi ada dan besar.

j) MAKIN KABUR PEDOMAN YANG BERLAKU DAN SIKAP ACUH TAK ACUH
TERHADAP PEDOMAN AJARAN AGAMA
Dahulu bangsa Indonesia dikenal karena moral rakyatnya yang berbudi pekerti luhur, santun
dan beragama. Sayang citra baik ini tidak di jaga. Perlu diingat modal kemajuan suatu bangsa
sangat didukung generasi yang cerdas, bijak dan bermoral. Namun akhir-akhir ini, gejala
kemerosotan moral benar-benar mengkhawatirkan. Masalah ini bukan hanya menimpa
kalangan orang dewasa dalam berbagai jabatan dan profesinya, melainkan juga telah
menimpa kalangan pelajar yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangan bangsa.
Masalah-masalah moral pun telah menjadi persoalan yang banyak menyita perhatian dari
banyak kalangan, terutama dari pendidik, alim ulama, tokoh masyarakat, dan orang tua.
Meskipun telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah moral, namun
hasilnya masih belum menggembirakan. Kita patut prihatin atas kondisi moralitas bangsa ini.
Betapa tidak, moralitas, sebagai hasil dari pendidikan, ternyata tidak bisa disebut
membanggakan. Moralitas yang ada justru sangat jauh dari nilai-nilai normatif yang selama
ini dijunjung tinggi. Semua itu sungguh sangat disayangkan dan telah mencoreng kredibilitas
dunia pendidikan. Para pelajar yang seharusnya menunjukkan akhlak yang baik, justru malah
menunjukkan tingkah laku yang buruk. Untuk mengatasi berbagai kerusakan moral yang
terjadi di masyarakat maka solusi yang untuk menanggapi masalah tersebut adalah sebagai
berikut:
 Untuk menghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman
dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan akhlak.
Karena kepribadian manusia akan terpengaruhi dari pergaulan itu sendiri. Apabila
seseorang bergaul di lingkungan yang baik,maka ia akan timbul kepribadian yang baik
juga. Dan apabila seseorang bergaul pada kondisi lingkungan yang kurang baik,maka
akan timbul kepribadian yang kurang baik juga.
 Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam
mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting.
Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak
Nama : Andika Hemat Sanjaya
Kelas : VIII-2

buruk pada sikap anak. Seperti halnya karena kurangnya perhatian orang tua,seseorang
akan cenderung melampiaskan amarahnya pada orang lain dengan tindakan yang tidak
wajar dilakukan oleh kaum muda.
 Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh
buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Orang-orang menganggap bahwa
merokok meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi
kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif
maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri,
melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.
 Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal shaleh.
Dengan kita mendektkan diri kepada Allah,rajin beribadah,beramal shaleh,tentu akan
membuat kita terhindarkan dari perbuatan yang tidak sesuai di jalan Allah. Seperti
halnya dalam surat Al-Qalam ayat 4 “ Sesungguhnya engkau ( Muhammad ) berada pada
landasan akhlak yang agung.” Sebaiknya,kita sebagai manusia yang telah diberi akal dan
fikiran oleh sang maha kuasa harus dimanfaatkan secara optimal. Kita harus berfikir
cerdas tentang bagaimana cara mengaplikasikan sesuatu hal agar dapat menimbulkan
efek yang baik bagi kita. Terutama dalam memilih hal yang kita sukai seperti halnya
trend masa kini,idola,dan lain sebagainya.
 Mampu memanfaatkan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebaik-baiknya.
Prinsip-prinsip yang harus dikembangkan dalam pergaulan remaja adalah
1. Mampu mengontrol dan membawa diri dalam semua situasi
2. Mencari kawan yang baik dan dapat memotivasi untuk mengembangkan potensi diri.
3. Mengembangkan sikap tanggung jawab terhadap semua tugas yang diemban sehingga
dapat mempersiapkan masa depan yang gemilang.
4. Mengembangkan kemampuan diri untuk mencapai prestasi ataupun kematangan diri
sehingga memiliki kemampuan dan modal yang cukup untuk menyongsong masa depan.
5. Tidak mudah larut dalam kesenangan dan pergaulan yang bebas karena kebiasaan ini akan
menguras segala kemampuan dan dapat menghancurkan masa depan.

Anda mungkin juga menyukai