Anda di halaman 1dari 6

UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH FILANTROPI ISLAM

Nama : Nurhalima Zakiah


NIM : 2161101407
Dosen Pengampu : Jafril Khalil, MCL, PhD

1. Bagaimana Pelaksanaan Filantropi Islam Pada Masa Rasulullah SAW?

JAWABAN :

Pada masa Rasulullah SAW banyak sekali orang-orang miskin yang cemburu terhadap
orang kaya yang bersedekah, Rasul bersabda kepada orang-orang miskin itu: “Setiap tasbih
adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah
sedekah, berbuat baik (amar ma’ruf) adalah sedekah, mencegah kemunkaran (nahy munkar)
adalah sedekah, dan menyalurkan syahwatnya pada istri adalah sedekah

Tak hanya sekedar perimtah, filantropi pada masa itu kemudian diwujudkan dalam
sebuah kelembagaan yang disebut dengan baitul maal yang berarti lembaga pengelola keuangan
Negara. Lemabaga ini, tidak saja mengelola zakat, infak dan shadaqah (ZIS) namun juga wakaf,
ghanimah dan dana umat lainnya. Awalnya, baitul maal yang berdiri yang berdiri pada tahun 2
H merupakan respon atas dinamika para sahabat waktu itu yang menyoal tentang mekanisme
dan proporsi pembagian ghanimah pada perang badar.

Dengan kata lain, Baitul maal adalah wujud implementasi perintah al-Qur’an Dengan
kata lain Baitul maal adalah wujud implementatif dari perintah Alquran tentang pengelolaan
keuangan umat namun pada perkembangannya Baitul maal kemudian mampu menjadi
sebuah kekuatan ekonomi umat Islam yang luar biasa karena di dalamnya tidak saja
mengelola keuangan yang bersumber dari zakat mal dan zakat fitrah namun juga infaq ,
Shodaqoh, wakaf, Jizyah ( pembayaran dari non muslim dalam rangka menjamin
perlindungan keamanan), kharraj (Pajak atas tanah atau hasil tanah), dan lain sebagainya.

QS Aal-anfal: 41 yang menjadi dasar atas pendirian Baitul maal menurut Penulis tidak
saja spesifik menyebutkan tentang siapa-siapa saja yang berhak menerima ghanimah tapi
juga tentang prinsip pemerataan dan keadilan. Bahkan dalam perkembangannya, Baitul Mal
tidak hanya menjadi penyalur keuangan umat yang bersifat karitatif tidak juga mengatur
keuangan negara bersifat praktis dan produktif. Hal ini mengingat posisi Baitul Mal yang
menjadi Lembaga resmi pemerintah yang memiliki tanggung jawab untuk mengatur
keuangan pemerintah hingga masyarakat.

Baitul Mal di masa nabi dan khalifah Abu Bakar

Pada masa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam Baitul Mal lebih mempunyai pengertian
sebagai pihak ( Al-Jihat)yang menangani setiap harta benda kaum muslimin baik berupa
pendapatan maupun pengeluaran titik bahkan pada masa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam
Baitul Mal belum mempunyai Tempat khusus untuk menyimpan harta, karena saat itu harta
yang diperoleh belum begitu banyak. Artinya, pengelolaan Baitul Mal pada masa Rasulullah
SAW masih sederhana titik di samping karena alasan aset yang belum begitu banyak, perlu
disadari bahwa Baitul Mal pada masa nabi adalah sebuah embrio atas lembaga keuangan
umat Islam, sehingga di masa-masa berikutnya dilakukan penyempurnaan penyempurnaan
secara lebih menyeluruh

Bahkan, pada masa Nabi SAW, kalaupun ada, harta yang diperoleh hampir selalu habis
dibagi-bagikan kepada kaum muslimin secara serta dibelanjakan untuk pemeliharaan urusan
mereka. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam senantiasa membagikan ghanimah dan
sseperlima ( 1/5) bagian darinya (al-akhmas) setelah usainya peperangan tanpa pernah
menunda-nunda. Inilah yang membuat pengelolaan Baitul Mal masih praktis dan tidak
sekompleks pada zaman-zaman sepeninggal Nabi SAW. positioning Baitul Mal secara lebih
luas baik secara fungsi dan wewenangnya mulai berlaku ketika masa Abu Bakar As Siddiq
Menjabat sebagai khalifah.

Hal ini dibuktikan ketika kepemimpinannya baru berjalan 6 bulan lamanya Abu Bakar
pindah ke pusat kota Madinah dan bersamaan dengan itu ia membangun sebuah Baitul Mal
titik Dan sejak itu kebutuhan keluarga Khalifah Abu Bakar diurus oleh kekayaan dari Baitul
Mal tersebut. saat itu, Abu Bakar diperbolehkan mengambil dua setengah (2 ½) atau dua
tiga perempat Dirham setiap harinya dari Baitul Maal.

Oleh karena konsennya Khalifah Abu Bakar Terhadap keuangan umat, maka 2 tahun
periode Abu Bakar memerintah diawali dengan menyelesaikan problem keuangan publik.
Bahkan ia terjun langsung memerangi orang-orang yang murtad, nabi palsu dan orang-orang
yang enggan membayar zakat. Ini sekaligus menjadi bukti dari konsistensi Abu Bakar As
Siddiq yang secara tegas mendukung kebijakan ekonomi yang pernah diputuskan pada masa
Nabi SAW. Selain dengan kebijakan penagihan zakat kepada para Muzakki sebagai program
hulunya, Khalifah Abu Bakar juga menerapkan program Hilir sebagai implementasi
pentasyaruannya yang diwujudkan dengan sistem penghitungan pengumpulan dan
pendistribusian zakat yang akurat melalui Baitul Maal. Bahkan, dana ditampung di Baitul
Mal pada masa Abu Bakar As Siddiq selalu didistribusikan sampai habis tidak tersisa.

2. Apa strategi untuk mewujudkan model filantropi yang lebih sempurna di Indonesia?
JAWABAN
(a) Pembangunan pusat pendidikan atau pelatihan dai di jalan allah
(b) Percetakan dan penyebaran buku-buku islam, begitu juga majalah dan surat kabar yang
mengutamakan mengangkat problematika umat islam
(c) Pembangunan pusat-pusat pemeliharaan masyarakat, sekolah-sekolah, dan rumah sakit bagi
minoritas umat islam yang hidup di negara non-muslim
(d) Pembiayaan untuk pengiriman misi-misi pendidikan yang akan kembali ke negara-negara
islam untuk mendidik para penduduk negerinya dengan ilmu-ilmu agama.

3. Apakah Filantropi Islam itu membawa kesejahteraan untuk bangsa Indonesia? Coba anda
jelaskan dengan analisa yang tajam!
JAWABAN
Kesejahteraan masyarakat bergantung pada pemeliharaan lima tujuan dasar, yaitu:
agama, jiwa, akal, keturunan, harta. Lima tujuan dasar tersebut merupakan kebutuhan dasar
manusia, yaitu pokok-pokok yang mutlak harus dipenuhi agar manusia dapat hidup damai
di dunia dan akhirat. Jika kesejahteraan dinilai berdasarkan aspek materi, dengan
pendapatan.
Peran lembaga filantropi untuk kesejahteraan masyarakat global yang mencukupi
kebutuhan dasar seseorang dan keluarganya, biasanya cenderung akan menciptakan
ketenangan dalam kehidupannya, termasuk ketenangan dalam mempertahankan dan
menjalankan kegiatan agamanya. Dalam Islam, kesejahteraan masyarakat terwujud salah
satunya melalui adanya zakat. Pendayagunaan zakat diharapkan mampu meningkatkan
kesejahteraan mustahik sehingga
dapat mengurangi kemiskinan yang terjadi pada wilayah tertentu. Dengan pengelolaan
yang efektif dan amanah, zakat mengalami metamorfosis dari kesalahan sosial individu
menjadi gerakan sosial ekonomi. Dengan begitu, zakat bisa lebih efektif dan efisien kepada
tujuan utamanya sebagai instrumen meentaskan kemiskinan

4. Bagaimana pendapat saudara tentang perkambangan zakat di Indonesia dari tahun 2017-
2022?
JAWABAN
Menurut Pemahaman saya Sebagai salah satu negara yang mempunyai populasi
muslim tertinggi di seluruh dunia, Indonesia bisa memaksimalkan potensi zakat ke tingkat yang
lebih ideal. Berdasarkan Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ), tahun 2019, potensi zakat
Indonesia tercatat senilai Rp233,8 triliun atau setara dengan 1,72% dari PDB tahun 2018 yang
senilai Rp13.588,8 triliun. Pada tahun 2020, zakat perusahaan memiliki potensi sebesar Rp144,5
triliun. Sehingga, total potensi zakat yang akan dicapai pada tahun 2020 senilai Rp327,6 triliun.
Gambar 2 menunjukkan terjadi peningkatan dalam pengumpulan dan penyaluran zakat dari tahun
2014 hingga tahun 2019. Total pengumpulan zakat pada tahun 2019 mencapai Rp10,2 triliun,
jumlah tersebut meningkat Rp2,1 triliun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pada penyaluran zakat salah satu peningkatan penyaluran zakat tahun 2017 -
2018 yang mencapai Rp1,9 triliun didasari dengan banyaknya bencana alam dalam kurun waktu
tersebut. Perolehan pengumpulan dan penyaluran zakat yang setiap tahun terus meningkat ternyata
masih memiliki berbagai masalah bagi pengelolaan zakat. Tak ada koordinasi dan sinergi antar
lembaga amil zakat (LAZ) dan terkesan saling bersaing serta cenderung mandiri. Apalagi nyaris
setiap organisasi pengelola zakat menjalin hubungan dengan lembaga pelatihan, yayasan
pendidikan, masjid, serta membangun unit pengumpulan zakat yang berpencar dari lembaga-
lembaga yang sudah ada (Puskas BAZNAS, 2019).

5. Bagaimana pendapat saudara terhadap perkembangan wakaf di Indonesia dari tahun 2017-
2022?
Jawaban :
Berdasarkan Data Badan Wakaf Indonesia mencatat perolehan wakaf tunai mencapai 1,4 triliun
rupiah per Maret 2022. Angka tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
perolehan wakaf tunai yang terkumpul selama 2018-2021 senilai 855 miliar rupiah.
Potensi wakaf yang besar ini harus diimbangi dengan pengelolaan wakaf yang baik agar tidak
terjadi ketimpangan antara potensi dan realisasi wakaf. dukungan dari pemerintah dan
profesionalisme Nazhir merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengelolaan wakaf.
Sertifikasi tanah wakaf dapat memperkuat landasan hukum tanah wakaf, sehingga tujuan tanah
wakaf untuk kepentingan ibadah dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai,
Peningkatan kesadaran wakaf, peningkatan dukungan pemerintah, percepatan sertifikasi wakaf,
perbaikan manajemen nazhir, hingga digitalisasi wakaf dan integrasi data wakaf tetap harus
dilakukan untuk meningkatkan kinerja wakaf. Pengukuran kinerja wakaf perlu dilakukan sebagai
sarana untuk meningkatkan kesadaran pengelolaan wakaf dan sebagai alat untuk memantau
perkembangan wakaf

Anda mungkin juga menyukai