Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

AKULTURASI ISLAM DENGAN BUDAYA LOKAL


DALAM BIDANG PEMIKIRAN BHINNEKA
TUNGGAL IKA DAN RITUAL KEAGAMAAN
NYADRAN

ACHMAD FANDI SANTOSO

TADRIS MATEMATIKA C IAIN KUDUS


2010610093
DAFTARISI

DAFTARISI....................................................................................................................................................2

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................4

1.1. Latar Belakang.............................................................................................................................4

1.2. Tujuan Penulisan..........................................................................................................................4

1.3. Rumusan Masalah.......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................4

A. PENGERTIAN AKULTURASI, PEMIKIRAN, dan RITUAL AGAMA.........................................................4

B. Akulturasi Bidang Pemikiran Bhinneka Tunggal Ika.........................................................................5

C. Akulturasi Bidang Ritual Agama Nyadran........................................................................................6

BAB III PENUTUP..........................................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................6
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa sebab Rahmat, Taufik dan limpahan Nikmatnya
saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini, dengan harapan makalah ini bisa menjadi acuan,
petunjuk, maupun pedoman bagi pembacanya, khusus nya dalam bidang Akulturasi Islam dan Budaya
Lokal.

Sudah barang pasti, berdasar kemampuan dan pengalaman penulis yang kurang, menjadikan
tulisan ini memiliki kekurangan. Saya harapkan bagi pembaca bisa memberikan saran, kritik dan
masukan yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Kudus, 15 Oktober 2020

Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makalah ini saya tujukan untuk kalangan akademisi maupun umum yang menghendaki
membuka cakrawala tentang kehadiran islam di Nusantara dengan harapan mampu
memilah dan memilih mana yang termasuk syariat islam secara konstektual dan mana yang
merupakan bagian dari hasil akulturasi panjang antara islam dan budaya setempat.
Salah satu dampak negatif ketidaktahuan ini mengakibatkan beda pendapat bahkan
perselisihan yang lebih jauh adalah peperangan, sehingga di masa ini saya mengharapkan
pembaca mampu melihat fenomena sekarang ini dengan kaca mata terbuka dan kepala
dingin sehingga bisa berpikir jernih akan keanekaragaman yang terjadi pada bangsa ini.

1.2. Tujuan Penulisan


1. Sebagai upaya membuka jalan pikir yang lebih luas shingga menimbulkan pergerakan kearah
yang positif tidak berfikir sempit akan kebenaran islam maupun indahya budaya nusantara.
2. Sebagai referensi seorang akademisi untuk membuat makalah tentang Akulturasi Islam dan
Budaya Lokal

1.3. Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Akulturasi, Pemikiran, dan Ritual Agama

2. Contoh akulturasi islam dengan budaya lokal

3. Peran akulturasi

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AKULTURASI, PEMIKIRAN, dan RITUAL AGAMA
Pengertian akulturasi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah percampuran dua
kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi. Kebudayaan yang
notabene asing lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.

Menurut John W. Berry (2005) Pengertian akulturasi menurut John W. Berry adalah suatu proses
perubahan budaya dan psikologis yang terjadi sebagai akibat terjadinya kontak antara dua
kelompok atau lebih dan anggota masing-masing kelompok.

Sehingga dapat disimpulkan akulturasi merupakan proses saling menerima satu sama lain dari
dua unsur kebudayaan yang bersinergi menjadikan kebudayaan baru tanpa menghilangkan
unsur alaminya.
Cukup banyak bidang atau unsur yang bisa berproses akulturasi dan melalui dua proses, baik
secara pemaksaan maupun lewat jalur damai. Untuk akulturasi islam dan budaya lokal indonesia
bisa dilihat bukti sejarah bahwa akulturasi tersebut melalui jalur damai. Bidang akulturasi yang
berproses dengan jalan perdamaian adalah salah satunya bidang pemikiran dan ritual agama.

Pemikiran yaitu tindakan yang menghasilkan pikiran mendapatkan pengertian baru dengan
perantara ilmu yang didapat. Salah satu contoh akulturasi di bidang pemikiran adalah Pemikiran
leluhur bangsa bahwa Binneka Tunggal Ika.

Sedangkan Ritual Agama adalah upacara-upacara ataupun kegiatan dalam rangka berdoa,


memuji, mengabdi kepada Tuhan, Dzat yang suci dan disucikan. Salah satu bentuk akulturasi di
bidang ini yaitu pada ritual Nyadran.

B. Akulturasi Bidang Pemikiran Bhinneka Tunggal Ika


Indonesia adalah bangsa majemuk dengan berbagai kebudayaan, suku, agama dan masih
banyak yang lainnya. Sudah barang pasti dengan berbagi distorsi tersebut tak jarang
menghasilkan berbagai gesekan dalam lapisan masyarakat.

Salah satu upaya meredam gesekan yang terjadi adalah menanamkan ideologi ke masyarakat
luas akan pentingnya menghargai perbedaan dan bersatu didalam perbedaan. Hal ini sudah di
praktekkan oleh pemimpin leluhur bangsa ini salah satunya adalah faham akan Bhinneka
Tunggal Ika, yang berarti Berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Tulisan ini sudah tertuang dalam
Kakawin Sutasoma yang dikarang oleh Mpu Tantular pada abad ke-14.

Seiring berjalannya waktu, maka islam yang merupakan agama multikulturan datang ke
nusantara. Disebut multi kultural sebab islam agama yang bisa mewadahi seluruh lapisan
masyarakat dan mampu merangkul segala aspek tanpa mempedulikan perbedaan budaya, etnik,
jender, bahasa, ataupun agama. Contoh mudahnya adalah disaat masyarakat nusantara
berpegang pada pembagian kasta di lapisan masyarakat, islam datang dan menggantinya
dengan yang mudah di terima seperti yang disampaikan oleh Clifford Geertz dalam trikotomi:
santri, abangan dan priyayi.

Robert N. Bellah, sosiolog agama dari Amerika Serikat, mengatakan bahwa melalui Nabi
Muhammad Saw di Jazirah Arab, Islam telah menjadi peradaban multikultural yang amat besar,
dahsyat dan mengagumkan hingga melampaui kebesaran negeri lahirnya Islam sendiri, yaitu
Jazirah Arab. Hal ini juga terbukti di daratan nusantara yang awalnya di pimpin oleh masing-
masing raja lokal dengan hadirnya islam mampu menjadikan satu pandangan yaitu terbentuknya
nusantara, terbukti setelah adanya kolonialisme di nusantara.

Sehingga cukup dikatakan selaras apabila pemikiran leluhur bangsa dengan ajaran islam sama-
sama ingin menyatu dalam perbedaan yang kita kenal saat ini yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
C. Akulturasi Bidang Ritual Agama Nyadran
Nyadran adalah upacara adat yang berkeyakinan bahwa tempat-tempat tertentu yang dianggap
suci atau keramat. Ini wujud syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang sebelumnya dikenal
dengan Dhayang Desa.

Prasetyo (2010) menyampaikan bahwa nyadran adalah tradisi yang dikerjakan oleh orang jawa
setiap menjelang puasa Ramadhan, tepatnya di bulan Sya’ban (Hijriyah) atau Ruwah (Jawa)
sebagai wujud syukur dan dilaksanakan secara kolektif dengan mengunjungi sebuah makam
atau kuburan leluhur yang ada di suatu kelurahan atau desa.

Dalam sejarahnya Nyadran ini merupakan ritual untuk memuja roh-roh para leluhur yang
dilakulan oleh penganut agama Hindu. Hal ini tentunya menjadikan permasalah bagi pemeluk
islam yang berseberangan dengan ajarannya.

Tradisi tinggalan kerajaan Majapahit ini akhirnya di adaptasikan oleh WaliSongo yang awalnya
memuja roh dan ritual mendapatkan keselamatan dari marabahaya menjadi sedekah makanan
bagi orang miskin di sekitar mereka.

Perlengkapan yang harus ada saat nyadran adalah tumpeng, bubur Pitung Warna, jajan pasar,
apem, ketan, pisang raja dan ingkung yang masing-masing memiliki filosofi tersendiri

Tumpeng bahwa manusia dalam kehidupannya selalu berhubungan dengan Allah.Bubur Pitu
merupakan simbol kehidupan yang akan manusia yang memiliki berbagai makna. Dan masih
banyak lagi.

BAB III PENUTUP


Baik Idelogi Bhinneka Tunggal Ika mapun tradisi nyadran merupakan warisan lokal yang telah
berakulturasi dengan agama dan kebudayaan Islam. Hal ini menjadikan bangsa ini semakin kaya akan
kebudayaannya dan kita sebagai pemeluk islam bisa mengambil nilai positif dan nilai historis dari dua hal
tersebut.

Dengan Binneka Tunggal Ika mampu menjadikan kita lebih toleran sebagai wujud Islam
Rahmatan Lil Aalamiin. Dan menjadikan wawasan kebangsaan yang lebih luas juga.

Begitupun dengan Nyadran menjadikan kita bisa saling merasakan apa yang dirasa oleh orang
mampu dan menjadi wadah kita dalam bersedah.

DAFTAR PUSTAKA
Nizarudin Wajdi , Muh. Barid. 2017. Nyadranan, Bentuk Akulturasi Islam Dengan Budaya
Jawa. Nganjuk : STAI Miftahul Ula Nganjuk
Mujiburrahman. 2013. ISLAM MULTIKULTURAL: Hikmah, Tujuan, dan Keanekaragaman
dalam Islam. Surakarta : IAIN Surakarta

https://www.zonareferensi.com/pengertian-akulturasi/

https://www.communicationdomain.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai