Anda di halaman 1dari 28

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/354813968

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN TRANSFER PRICING

Article · September 2021

CITATION READS

1 423

5 authors, including:

Marcho Agusta Rona Tumiur Mauli Carolin Simorangkir


Universitas Mercu Buana Universitas Mercu Buana
15 PUBLICATIONS   1 CITATION    39 PUBLICATIONS   42 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Resita Julyana Lutfih Ramadoni


Universitas Mercu Buana Universitas Mercu Buana
18 PUBLICATIONS   1 CITATION    14 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Sistem lnformasi Siklus Pendapatan dan Sistem Informasi Siklus Pengeluaran Pada PT. Merlasakti Abadi View project

APLIKASI KONSEP BASIS DATA RELASIONAL PADA SISTEM PELAPORAN Dan Buku BESAR Pada PT MERLASAKTI ABADI View project

All content following this page was uploaded by Marcho Agusta on 24 September 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

TRANSFER PRICING

Dosen Pengampu: Rona Tumiur Mauli C. Simorangkir, S.E., MM

Disusun oleh:
Resita Julyana (43219110259)
Lutfih Ramadoni (43219110235)
Denny Simanullang (43221110103)
Marcho Agusta (43219110271)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas Mercu Buana
Jakarta
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga tugas ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar tugas ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penyusunan tugas ini, kami menyadari bahwa hasil tugas ini masih jauh
dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga
tugas ini dapat memberikan manfaat untuk kelompok kami khususnya, dan
masyarakat Indonesia umumnya.

Jakarta, 20 September 2021

Penulis
ABSTRAK

Transfer pricing adalah suatu kebijakan perusahaan dalam menentukan harga


transfer suatu transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud, atau pun
transaksi finansial yang dilakukan oleh perusahaan. Terdapat dua kelompok
transaksi dalam transfer pricing, yaitu intra-company dan inter-company transfer
pricing. Intra-company transfer pricing merupakan transfer pricing antardivisi
dalam satu perusahaan. Sedangkan intercompany transfer pricing merupakan
transfer pricing antara dua perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa.
Transaksinya sendiri bisa dilakukan dalam satu negara (domestic transfer
pricing), maupun dengan negara yang berbeda (international transfer pricing).

Pengertian di atas merupakan pengertian yang netral, walaupun sering sekali


istilah transfer pricing dikonotasikan dengan sesuatu yang tidak baik (sering
disebut abuse of transfer pricing), yaitu suatu pengalihan penghasilan dari
suatu perusahaan dalam suatu negara dengan tarif pajak yang lebih tinggi ke
perusahaan lain dalam satu grup di negara dengan tarif pajak yang lebih
rendah sehingga mengurangi total beban pajak group perusahaan tersebut.
Eden (2001) dalam Darussalam dan Sepriadi (2008) mengistilahkan transfer
pricing manipulation dengan suatu kegiatan untuk memperbesar biaya atau
merendahkan tagihan yang bertujuan untuk memperkecil jumlah pajak yang
terutang.
PENDAHULUAN

Transfer pricing awalnya dikenal dalam bidang akuntansi manajemen sebagai


kebijakan harga yang diterapkan atas penyerahan barang atau jasa antar
departemen dengan tujuan untuk mengukur kinerja dari masing-masing divisi
atau departemen tersebut (Nurhayati, 2013). Menurut Tiwa et al. (2017),
kebijakan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan harga internal untuk barang,
jasa, dan harta tak berwujud yang diperjualbelikan agar tidak tercipta harga
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Namun pada praktiknya, transfer
pricing menjadi salah satu upaya perencanaan pajak perusahaan dengan
tujuan untuk meminimalkan beban pajak yang harus dibayar dengan
merekayasa harga transfer antar perusahaan yang memiliki hubungan
istimewa. Secara konsep transfer pricing dapat diaplikasikan untuk tiga tujuan
yang berbeda. Pertama, dari sisi hukum perseroan, transfer pricing dapat
digunakan sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi dan sinergi antara
perusahaan dengan pemegang sahamnya (Wolfgang Schon, 2014). Kedua,
dari sisi
akuntansi manajerial, transfer pricing dapat digunakan untuk memaksimumkan
laba suatu perusahaan melalui penentuan harga barang atau jasa oleh suatu
unit organisasi dari suatu perusahaan kepada unit organisasi lainnya dalam
perusahaan yang sama. Ketiga, yaitu dari perspektif perpajakan, transfer
pricing adalah suatu kebijakan harga dalam transaksi yang
dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. (Arnold dan
McIntyre) menjelaskan harga transfer adalah harga yang ditetapkan oleh wajib
pajak pada saat menjual, membeli, atau membagi sumber daya dengan
afiliasinya.
LITERATUR TEORI

1. Pengertian Transfer Pricing

Transfer pricing adalah suatu kebijakan yang diatur oleh perusahaan untuk
menentukan harga transfer atas suatu transaksi, baik harga atas barang, jasa,
harta tak berwujud, ataupun transaksi finansial yang dilakukan oleh
perusahaan. Transfer pricing bisa juga diartikan sebagai besaran harga yang
dibebankan satuan usaha individu pada perseroan multi satuan atas transaksi
yang terjadi di antara mereka.

Terdapat berbagai macam definisi yang dikemukakan oleh para peneliti


mengenai istilah transfer pricing ini. Seperti yang disebutkan di dalam Lingga
(2012) bahwa pengertian transfer pricing adalah sebagai berikut:
a. Dalam Hadi Setiawan (2014), Transfer pricing adalah suatu kebijakan
perusahaan dalam menentukan harga transfer suatu transaksi baik itu
barang, jasa, harta tak berwujud, ataupun transaksi finansial yang
dilakukan oleh perusahaan. Dokumen Penentuan Harga Transfer
atau Transfer Pricing, terdiri atas:
 Dokumen induk;
 Dokumen lokal; dan/ atau
 Laporan per negara.

a. Simamora dalam Mangoting (2000) menjelaskan, transfer pricing


merupakan nilai atau harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran
antar divisional untuk mencatat pendapatan divisi penjual (selling
division) dan biaya divisi pembeli (buying division). Transfer pricin
juga disebut dengan intracompany pricing, intercorporate pricing,
interdivisional, atau internal pricing yang merupakan harga yang
diperhitungkan untuk keperluan pengendalian manajemen atas transfer
barang dan jasa antar anggota. Organization for Economic Co- operation and
Development (OECD) mendefinisikan Transfer pricing sebagai harga yang
ditentukan di dalam transaksi antar anggota grup dalam sebuah perusahaan
multinasional dimana harga transfer yang ditentukan tersebut dapat
menyimpang dari harga pasar wajar sepanjang cocok bagi grupnya. Mereka
dapat menyimpang dari harga pasar wajar karena mereka berada pada posisi
bebas untuk mengadopsi prinsip apapun yang tepat bagi korporasinya.

b. J. M. Rosenburg dalam Santoso (2004) mengungkapkan bahwa harga


transfer adalah harga yang ditetapkan oleh satu bagian dari sebuah
organisasi atas penyerahan barang atau jasa yang dilakukan kepada bagian
lain dari organisasi yang sama.

c. Garrison, et al., (2007) mendefinisikan transfer pricing sebagai harga


yang dibebankan jika satu segmen perusahaan menyediakan barang atau
jasa kepada segmen lain dari perusahaan yang sama.

d. Pengertian lain dari transfer pricing menurut Suyana (2012) adalah


transaksi barang dan jasa antara beberapa divisi pada suatu kelompok usaha
dengan harga yang tidak wajar, bisa dengan menaikkan (mark up) atau
dengan menurunkan (mark down), kebanyakan dilakukan oleh perusahaan
multinasional. Yang dimaksud dengan perusahaan.
multinasional adalah perusahaan yang beroperasi di lebih dari satu Negara di
bawah pengendalian satu pihak tertentu. Sebagaimana penjelasan mengenai
pengertian transfer pricing diatas, dapat diketahui bahwasanya transaksi
transfer pricing adalah transaksi yang dilakukan kepada pihak yang memiliki
hubungan istimewa, atau biasa disebut sebagai pihak afiliasi. Terdapat dua
kategori mengenai ketentuan yang termasuk dalam pihak yang memiliki
hubungan istimewa, yaitu ketentuan hubungan istimewa menurut Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 7) serta ketentuan hubungan
istimewa menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008
(UU PPh).
Pengertian mengenai hubungan istimewa menurut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK No. 7) adalah sebagai berikut:
(a) Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara
(intermediaries), mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada
di bawah pengendalian bersama, dengan perusahaan pelapor
(termasuk holding companies, subsidiaries, dan fellow subsidiaries);
(b) perusahaan asosiasi (associated company); (c) perorangan yang
memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu
kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh
secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan
tersebut (yang dimaksud dengan anggota keluarga dekat adalah
mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi
perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan
pelapor); (d) karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai
wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan
mengendalikan kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota
dewan komisaris, direksi dan manajer dari perusahaan serta anggota
keluarga dekat orang-orang tersebut; (e) perusahaan di mana suatu
kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara
langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan
dalam (c) atau; (d) setiap orang tersebut mempunyai pengaruh
signifikan atas perusahaan tersebut, ini mencakup perusahaan-
perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau
pemegang saham
utama dari perusahaan pelapor dan perusahaan-perusahaan yang
mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan perusahaan
pelapor.

Pengertian hubungan istimewa menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan


No. 36 Tahun 2008 (UU PPh) adalah:
“Hubungan istimewa dianggap apabila: (a) wajib pajak mempunyai
penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) pada wajib pajak lain, atau hubungan antara wajib pajak
dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua
wajib pajak atau lebih yang disebut terakhir; atau (b) wajib pajak menguasai
wajib pajak lainnya atau dua atau lebih wajib pajak berada di bawah
penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau (c)
terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam dalam
garis keturunan lurus atau ke samping satu derajat”.

e. Menurut Plasschaet, definisi transfer pricing adalah suatu rekayasa


manipulasi harga secara sistematis dengan maksud mengurangi laba artificial,
membuat seolah-olah perusahaan rugi, menghindari pajak atau bea di suatu
negara.

2. Pihak yang Diwajibkan Membuat Transfer Pricing

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor


213/PMK.03/2016, Wajib Pajak yang diwajibkan menyelenggarakan dan
menyimpan Dokumen Penentuan Harga Transfer (Transfer Pricing) sebagai
bagian dari kewajiban menyimpan dokumen lain, yaitu Wajib Pajak yang
melakukan transaksi afiliasi dengan salah satu kategori berikut:
 Nilai peredaran bruto Tahun Pajak sebelumnya dalam satu Tahun
Pajak lebih dari Rp 50.000.000.000
 Nilai Transaksi Afiliasi Tahun Pajak sebelumnya dalam satu Tahun
Pajak:
 Lebih dari Rp 20.000.000.000 untuk transaksi barang berwujud; atau
 Lebih dari Rp 5.000.000.000 untuk masing-masing penyediaan jasa,
pembayaran bunga, pemanfaatan barang tidak berwujud, atau
Transaksi Afiliasi lainnya;
 Pihak Afiliasi yang berada di negara atau yurisdiksi dengan tarif Pajak
Penghasilan lebih rendah dari pada tarif Pajak Penghasilan Tahunan
yang berlaku di Indonesia.

Dimana, batasan nilai peredaran bruto dan nilai Transaksi Afiliasi tersebut
dihitung dengan cara disetahunkan dalam hal Tahun Pajak diperolehnya
peredaran bruto dan/ atau dilakukannya Transaksi Afiliasi meliputi jangka waktu
kurang dari 12 bulan. Kemudian peredaran bruto tersebut merupakan jumlah
bruto dari penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan
pekerjaan, usaha atau kegiatan utama Wajib Pajak sebelum dikurangi diskon,
rabat, dan pengurang lainnya. Adapun khusus Wajib Pajak yang merupakan
Entitas Induk dari suatu Grup Usaha yang memiliki peredaran bruto konsolidasi
pada Tahun Pajak bersangkutan paling sedikit Rp 11.000.000.000.000, wajib
menyelenggarakan dan menyimpan Dokumen Penentuan Harga Transfer
berupa dokumen induk, dokumen lokal dan laporan per negara sebagai bagian
dari kewajiban menyimpan dokumen lain. Kemudian, jika Wajib Pajak dalam
negeri berkedudukan sebagai anggota Grup Usaha dan entitas induk dari Grup
Usaha yang merupakan subjek pajak luar negeri. Maka Wajib Pajak dalam
negeri tersebut wajib menyampaikan laporan per negara sepanjang negara
atau yurisdiksi tempat Entitas Induk berdomisili:
 Tidak mewajibkan penyampaian laporan per negara;
 Tidak memiliki perjanjian dengan pemerintah Indonesia mengenai
pertukaran informasi perpajakan; atau
 Memiliki perjanjian dengan pemerintah Indonesia mengenai
pertukaran informasi perpajakan, namun laporan per negara tidak
dapat diperoleh pemerintah Indonesia dari negara atau yurisdiksi
tersebut.
Namun perlu diperhatikan, dalam hal Wajib Pajak memiliki Transaksi Afiliasi
namun tidak diwajibkan untuk menyelenggarakan dan menyimpan Dokumen
Penentuan Harga Transfer, Wajib Pajak tersebut tetap diwajibkan untuk
menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi Afiliasi
tersebut sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan. Kemudian, jika Wajib Pajak yang memiliki kewajiban untuk
membuat dokumen Transfer Pricing namun tidak melaksanakan kewajibannya,
maka Wajib Pajak tersebut dianggap tidak menerapkan Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha. Adapun, Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (Arm’s
length principle/ALP) merupakan prinsip yang mengatur bahwa apabila kondisi
dalam transaksi yang dilakukan antara pihak yang mempunyai Hubungan
Istimewa sama atau sebanding dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan
antara pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa yang menjadi
pembanding, maka harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara
pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa harus sama dengan atau
berada dalam rentang harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara
pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa yang menjadi pembanding.

3. Characteristics of a Good Transfer Price


 Kesesuaian tujuan - harga transfer yang dinegosiasikan dan disepakati
oleh divisi jual beli harus demi kepentingan terbaik perusahaan secara
keseluruhan.
 Kewajaran - divisi harus menganggap harga transfer adil karena harga
transfer yang ditetapkan akan berdampak pada laba divisi dan
karenanya evaluasi kinerja.
 Otonomi - sistem yang digunakan untuk menetapkan harga transfer
harus berusaha untuk mempertahankan otonomi manajer divisi. Otonomi
ini akan meningkatkan motivasi manajerial.
 Pembukuan - harga transfer yang dipilih harus memudahkan pencatatan
pergerakan barang atau jasa antar divisi.
 Minimalkan kewajiban pajak global - perusahaan multinasional dapat
menggunakan kebijakan penetapan harga transfer mereka untuk
memindahkan keuntungan ke seluruh dunia dan dengan demikian
meminimalkan kewajiban pajak global mereka.
4. The General Rules For Settings Transfer Price

a. Skenario 1: Ada pasar persaingan sempurna untuk produk/jasa


yang ditransfer
Harga transfer = harga pasar
Pasar sempurna berarti hanya ada satu harga di pasar, tidak ada biaya jual beli
dan pasar mampu menyerap seluruh output divisi primer dan memenuhi semua
kebutuhan divisi sekunder.
b. Scenario 2: the selling division has surplus capacity
c. Scenario 3: The selling division does not have any surplus capacity

5. Practical Methods of Transfer Pricing/ Penentuan Harga Transfer

a. Metode 1: Pendekatan berbasis pasar


Jika ada pasar persaingan sempurna untuk produk tersebut, maka harga pasar
adalah harga transfer terbaik.
 Perawatan harus dilakukan untuk memastikan produk divisi sama
dengan yang ditawarkan oleh pasar (misalnya kualitas, syarat
pengiriman, dll.).
 Harga pasar harus disesuaikan untuk biaya yang tidak dikeluarkan pada
transfer internal, mis. ongkos kirim.
Harga transfer berdasarkan harga pasar merupakan harga transfer pada situasi
yang ideal. Penentuan harga transfer dengan harga pasar harus memenuhi
beberapa kondisi, yaitu :
a. Manajer dibantu oleh staf-staf yang kompeten.
b. Manajer harus memandang bahwa harga transfer tersebut adil.
c. Harga pasar yang ditetapkan sebagai harga transfer seharusnya
masih bisa dihemat karena a danya piutang tak tertagih dan biaya
iklan.
d. Manajer harus mengetahui semua informasi yang relevan tentang
pendapatan dan biaya serta masing-masing alternatifnya.
e. Manajer memiliki kebebasan untuk menentukan akan menjual atau
membeli dari atau ke dalam dan keluar perusahaan.

Akan tetapi kondisi ini menghadapi beberapa hambatan, seperti :Untuk Sumber
daya yang akan diperoleh atau dijual berada pada pasar terbatas karena
kebutuhan dalam perusahaan yang besar, adanya produsen tunggal atau
pertimbangan investasi yang telah dikeluarkan untuk membentuk suatu unit
usaha. Pada Pasar terbatas harga transfer yg tepat adalah harga kompetitif
(yaitu harga yang ditentukan dengan mempertimbangkan kontribusi setiap
pusat laba thdp laba perusahaan). Harga kompetitif dapat ditentukan
berdasarkan harga pasar yang telah ditentukan, penawaran (bid), maupun
harga yang berlaku di pasar bebas.Untuk Pusat laba memiliki kelebihan atau
kekurangan kapasitas industri. Apabila terdapat kelebihan kapasitas, pusat laba
diarahkan untuk membeli atau menjual barang dari atau ke dalam perusahaan
saja, dan sebaliknya. Adalah penetapan berdasarkan harga transfer harga
pasar, dan metode ini paling disukai. Jika menggunakan metode harga pasar,
harga transfer dihitung dengan menggunakan metode harga pasar minus, yaitu
harga yang berlaku di pasar dikurangi dengan potongan volume dan berbagai
biaya yang dapat dihindari oleh divisi penjual untuk mendapatkan harga barang
atau jasa yang ditransfer dari divisi penjual ke divisi pembeli.
Jika produk yang ditransfer memiliki harga pasar, harga pasar produk
merupakan biaya kesempatan, baik bagi divisi penjual maupun bagi divisi
pembeli, sehingga harga tersebut merupakan dasar yang adil sebagai dasar
penentuan harga transfer bagi divisi yang terlibat. Keunggulannya adalah harga
transfernya cukup objektif. Kelemahannya adalah harga pasar produk atau jasa
tertentu tidak tersedia.
Situasi yang paling ideal pada penentuan harga transfer adalah berdasarkan
harga pasar, hal ini akan tercapai jika dipenuhi kondisi-kondisi berikut ini :
a. Orang-orang yang kompeten
Para manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dari pusat
tanggung jawab mereka, sama seperti kinerja jangka pendeknya.
b. Atmosfer yang baik
Para manajer harus menjadikan profitabilitas sebagai dasar penilaian
kinerja, sehingga harga transfer yang dikehendaki adil.
c. Harga pasar yang normal dan mapan
Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan harga pasar yang normal
dan mapan dari produk yang sedang ditransfer, maksudnya harga pasar
mencerminkan kondisi yang sama (kualitas, kuantitas, dan waktu
pengiriman) dengan produk yang dikenakan harga transfer sehingga
memperoleh penghematan dari penjualan di dalam perusahaan.
d. Kebebasan memperoleh sumber daya
Alternatif dalam memperoleh sumber daya haruslah ada dan para
manajer sebaiknya diizinkan memilih alternatif yang paling baik untuk
mereka.
e. Informasi penuh
Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada, serta biaya
dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternative tersebut.
f. Negosiasi
Harus ada mekanisme kerja untuk melakukan negosiasi “kontrak” antar
unit usaha.

b. Metode 2: Pendekatan berbasis biaya

Alternatifnya, jika pasar persaingan sempurna tidak ada untuk produk tersebut,
harga transfer dapat ditetapkan pada biaya + % keuntungan.
Penentuan Harga Transfer berdasarkan Biaya (Cost Basis Transfer
Pricing) digunakan pada transfer antar perusahaan yang
menggunakan konsep pusat pertanggung jawaban
biaya. Kinerja manajer diukur melalui pertanggung jawabannya mengenai
pengendalian biaya. Konsep ini sederhana dan menghemat sumber
daya karena tersedianya informasi di setiap tingkat aktivitas perusahaan.
Transfer pricing yang mendasarkan pada biaya dapat bervariasi antara:

1. Biaya Variabel sebenarnya (actual variabel cost)


2. Biaya tetap sebenarnya (actual fixed cost)
3. Biaya variabel standar (standard variable cost)
4. Biaya total standar (standard full cost)
5. Biaya rata-rata (average cost), dan
6. Biaya total ditambah kenaikan (full cost plus mark – up).

 Biaya standar harus digunakan daripada biaya aktual untuk menghindari


transfer inefisiensi dari satu departemen ke departemen lain dan untuk
membantu perencanaan dan penganggaran.
 Biayanya mungkin:
 biaya marjinal - ini akan lebih disukai oleh divisi pembelian, yaitu
mereka akan mempertimbangkan harga yang adil.
 biaya penuh - ini akan lebih disukai oleh divisi penjualan, yaitu
mereka akan mempertimbangkan harga yang adil.
 biaya peluang - jika tidak ada kapasitas cadangan di divisi penjualan,
biaya peluang harus ditambahkan ke biaya marjinal/biaya penuh.
 'Keadilan' adalah salah satu karakteristik utama dari harga transfer yang
baik. Dua pendekatan alternatif yang mungkin dianggap adil oleh divisi
pembelian dan penjualan adalah:
 biaya marjinal ditambah lump sum (tarif dua bagian) / marginal cost
plus a lump sum (two part tariff) - divisi penjualan mentransfer
setiap unit dengan biaya marjinal dan biaya lump sum periodik dibuat
untuk menutupi biaya tetap.
 penetapan harga ganda / dual pricing - divisi (misalnya biaya penuh
+ % laba) dan divisi pembelian mencatat harga transfer lainnya
(misalnya biaya marjinal). Ini akan dianggap adil tetapi akan
mengakibatkan perlunya penyesuaian akhir periode dalam akun.
c. Metode : Harga Transfer Negosiasi (Negotiated Transfer Prices).
Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-
divisi dalam perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing
untuk menegosiasikan harga transfer yang diinginkan. Harga transfer
negosiasian mencerminkan prespektif kontrolabilitas yang inheren
dalam pusat-pusat pertanggungjawaban karena setiap divisi yang
berkepentingan tersebut pada akhirnya yang akan bertanggung jawab
atas harga transfer yang dinegosiasikan.
Adalah penetapan harga transfer berdasarkan negosiasi antara 2 (dua) pusat
pertanggungjawaban. Metode ini dilakukan jika terdapat suatu pertentangan
yang cukup signifikan diantara keduanya sehingga dicapai kesepakatan harga
oleh kedua belah pihak, sehingga tidak perlu arbitrasenya.

Di hampir semua perusahaan, unit usaha menegosiasikan harga transfer satu


sama lain; maksudnya, harga transfer yang tidak ditentukan oleh kelompok staf
pusat. Alasan yang paling penting untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa
dengan menetapkan harga jual dan mencapai kedepakatan atas harga
pembelian yang paling sesuai merupakan salah satu fungsi utama dari
manajemen lini. Jika kantor pusat mengendalikan penentuan harga, maka
kemampuan manajemen lini untuk memperbaiki profitabilitas akan semakin
berkurang. Keterbatasannya adalah mengurangi otonomi unit-unit tersebut.
Harga yang digunakan pada metode negosiasi dapat berupa :
1) Ada harga pasar yang diterbitkan.
2) Harga pasar ditentukan oleh penawaran harga terendah mungkin akan
memenangkan usaha tersebut.
3) Pusat laba produksi yang menjual barang yang sama di pasar bebas
meniru harga kompetitif yang berada di luar.
4) Pusat laba pembelian membeli produk serupa dari pasar luar/bebas.
d. Metode : Penentuan Harga Berdasarkan Arbitrase.
Pendekatan ini menekankan pada harga transfer berdasarkan interaksi
kedua divisi dan pada tingkat yang dianggap terbaik bagi kepentingan
perusahaan tanpa adanya pemaksaan oleh salah satu divisi mengenai
keputusan akhir. Pendekatan ini mengesampingkan tujuan konsep pusat
pertanggungjawaban laba.
Harga transfer berdasarkan biaya (harga pokok) ditentukan berdasarkan biaya
ditambah dengan laba. Dasar biaya yang digunakan adalah biaya standar
(biaya aktual produksi ditambah dengan insentif tertentu untuk menentukan
biaya yang akan dijadikan standar).
Penambahan laba (mark-up laba) dihitung dengan 2 keputusan, yaitu :
1) Dasar penambahan laba, yaitu berdasarkan persentase dari biaya atau
dari investasi.
2) Besarnya laba yang diperbolehkan, yaitu dengan memperhitungkan biaya
penggantian (replacement cost).

Keterbatasan lain akan timbul berkaitan dengan biaya tetap, yang harus
ditanggung pusat laba penjual dan pusat laba pembeli. Pada kondisi ini
sebaiknya :
1) Kedua pusat laba menetapkan persentase biaya tetap yang harus
ditanggung secara berkala.
2) Masing-masing pusat laba melakukan perhitungan harga transfer (Dua
Langkah Penentuan Harga Transfer).
3) Menggunakan sistem pembagian laba (profit sharing), dimana produk
yang ditransfer ke unit pemasaran ditentukan berdasarkan biaya variabel
standar dan setelah terjual unit-unit usaha membagi kontribusi yang dihasilkan
(harga jual dikurangi biaya variabel produksi dan pemasaran).
4) Menggunakan Metode Dua Kelompok Harga, yaitu unit produksi akan
dibebankan berdasarkan harga jual dan unit pembeli dibebankan berdasarkan
total biaya standar. Selisihnya dibebankan ke akun kantor pusat dan akan
dieliminasi ketika laporan keuangan unit usaha dikonsolidasikan.

Metode harga pokok Adalah metode yang digunakan apabila harga kompetitif
tidak tersedia. Di dalam akuntansi biaya yang konvensional komponen-
komponen harga pokok produk terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variable.
Konsep harga pokok tersebut tidak selalu relevan dengan kebutuhan
manajemen. Oleh karena itu timbul konsep lain yang tidak memperhitungakn
semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok produk. Jadi di dalam
akuntansi biaya, dimana perusahaan industri sebagai modal utamanya,
terdapat dua metode perhitungan harga pokok yaitu Full Costing dan Variable
Costing. Perbedaan pokok diantara kedua metode tersebut adalah terletak
pada perlakuan terhadap biaya produksi yang bersifat tetap. Adanya perbedaan
perlakuan terhadap Biaya Overhead Pabrik Tetap ini akan mempunyai
pengaruh terhadap perhitungan harga pokok produk dan penyajian laporan
rugi-laba.
 Penetapan Harga Transfer Menurut Arm” s-lenght standard
Menurut Arm‟s-length standard, harga-harga transfer seharusnya ditetapkan
supaya dapat mencerminkan harga yang akan disusun oleh pihak- pihak yang
tidak terkait yang bertindak secara bebas. Arm‟s-length standard diterapkan
dalam banyak cara, tetapi metode yang paling banyak digunakan adalah
sebagai berikut (www.academia.edu):

a. Comparable uncontrolled pricing method. Metode ini mengevaluasi


kewajaran harga transfer dengan mengacu kepada tingkat harga
yang terjadi antara unit yang independen atau antara perusahaan
multinasional dengan unit yang independen. Secara teoritis metode ini
termasuk yang paling baik, namun dalam pelaksanaannya terdapat
beberapa kendala, misalnya perbedaan kuantitas, kualitas, kondisi,
waktu penjualan, merek dagang, pangsa pasar, dan geografis pasar.
b. Resale pricing method. Metode ini ditetapkan untuk produk yang
ditransfer ke anggota group lainnya untuk dijual kembali. Kewajaran
harga transfer didekati dengan pengurangan harga penjualan kepada
pihak independen dengan suatu mark up yang wajar (sebanyak laba
dan biaya si penjual).
c. Cost plus pricing method. Metode ini mendekati kewajaran harga
transfer dengan menambahkan mark up yang wajar pada harga pokok
pihak yang mentransfer. Pendekatan ini umumnya dipakai dalam hal
penyerahan barang setengah jadi (semifinished product) atau salah
satu anggota group sebagai subkontaktor dari yang lainnya.
d. Other method. Dalam keadaan tertentu, kombinasi ketiga metode
diatas perlu diterapkan atau mungkin menggunakan metode lain,
6. Tujuan Penerapan Transfer Pricing

Tujuan dari penerapan transfer pricing ada 7 hal dari transaksi ini, di
antaranya:
1. Pengoptimalan atas penghasilan global setelah dipotong pajak.
2. Evaluasi kinerja cabang perusahaan mancanegara.
3. Mengupayakan keamanan posisi kompetitif.
Upaya keamanan ini bertujuan untuk memaksimalkan penghasilan global,
mengamankan posisi kompetitif cabang perusahaan, mengevaluasi kinerja
cabang perusahaan mancanegara, menghindari pengendalian devisa,
mengurangi risiko moneter, mengatur arus kas cabang perusahaan, membina
hubungan baik dengan administrasi setempat, mengurangi risiko
pengambilalihan oleh pemerintah, mengurangi beban pengenaan pajak dan
bea masuk.
4. Mengurangi risiko keuangan.
5. Mengatur arus kas pada cabang perusahaan.
6. Mengurangi risiko pengambilalihan pemerintah.
7. Mengurangi beban tanggungan pajak dan bea masuk
8.Menyajikan informasi yang relevan untuk keputusan trade-off antara
pendapatan dan biaya.
9. Memotivasi manajer untuk mencapai goal congruence.
10.Membantu menilai kinerja ekonomi pusat laba yang terkait.

7. Jenis dan Aspek Transfer Pricing

Berdasarkan pihak yang terlibat di dalamnya, transaksi ini dapat dikelompokan


menjadi dua jenis, yaitu:

Intercompany transfer pricing Transaksi yang terjadi antara dua


perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa.
Intracompany transfer pricing Transaksi yang terjadi antar divisi dalam
suatu perusahaan. Transfer pricing dapat dilakukan pada suatu
perusahaan dalam suatu negara (domestic transfer pricing), maupun
dengan negara yang berbeda (international transfer pricing). Transfer
pricing meliputi beberapa aspek, di antaranya:
Harta Berwujud
Harta berwujud merujuk pada semua aset fisik bisnis, yang dapat
meliputi persediaan (bahan mentah, barang setengah jadi & barang jadi, serta
barang dagangan lainnya), mesin & peralatan, inventaris, tanah & bangunan,
barang modal & bidang keperluan usaha lainnya.

Harta Tidak Berwujud


Harta tak berwujud dari aspek transfer pricing dibedakan antara manufacturing
intangibles (yang timbul karena kegiatan pabrikasi atau upaya peneliatan dan
pengembangan oleh produsen) dan marketing intangibles (yang berasal dari
upaya pemasaran, distribusi dan jasa purna jual)

Penyerahan Jasa
Dari aspek harga transfer, penyerahan jasa kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dapat berkisar dari yang sederhana, seperti jasa rutin
akuntansi dan legal, jasa teknis antar perusahaan, hingga pengiriman
karyawan.

Contoh Kasus:
PT Abadi Jaya Esa yang berkedudukan di negara Malaysia memiliki anak
perusahaan di Indonesia, yaitu PT Abadi Jaya Makmur. Untuk memproduksi
mainan yang dijual di Indonesia, PT Abadi jaya Makmur mengimpor bahan
baku dari Abadi Jaya Esa.
PT Abadi Jaya Esa yang berkedudukan di negara Malaysia memiliki anak
perusahaan di Indonesia yaitu PT Abadi Jaya Makmur. Untuk memproduksi
mainan yang dijual di Indonesia, PT Abadi jaya Makmur mengimpor bahan
baku dari Abadi Jaya Esa. Jika harga wajar bahan baku tersebut misalnya
US$10/buah, dalam transaksi antara PT Abadi Jaya Esa dan PT Abadi Jaya
Makmur harga bahan baku yang sama dijual dengan harga US$30/buah.

Maka, harga yang di-markup terjadi karena prinsip harga pasar wajar (Arm’s
Length Price Principle). Mengapa perusahaan menerapkan prinsip ini?
 Untuk menghindari pemungutan pajak di Indonesia dari keuntungan
yang didapat oleh PT Abadi Jaya Makmur, maka dikenakan harga bahan
baku setinggi-tingginya sehingga revenue yang tercatat kecil . Tidak
jarang perusahaan juga tercatat rugi untuk menghindari pengenaan
pajak.
 Perusahaan lebih memilih keuntungan dialirkan ke anak perusahaan
lainnya dibanding harus dipotong untuk membayar pajak.

8. Motivasi Transfer Pricing di Indonesia

Karena adanya beberapa motif yang diketahui pemerintah tentang manipulasi


harga ini, perusahaan diwajibkan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk
melakukan transaksi afiliasi di dalam dan luar negeri. Hal ini dilakukan untuk
menyusun dan menyerahkan Dokumen Penetapan Harga Transfer sesuai
dengan kebijakan pelaporan yang ditetapkan. Ada beberapa hal yang menjadi
motivasi dilaksanakannya manipulasi harga ini di Indonesia, di antaranya.
 Pengurangan objek pajak.
 Penurunan pengaruh depresiasi.
 Pelonggaran pengaruh pembatasan kepemilikan luar negeri.
 Menguatkan tuntutan kenaikan harga atau proteksi terhadap saingan
impor.
 Memperkecil akibat pembatasan dan ketidakpastian atas risiko kegiatan
usaha perusahaan luar negeri.

PENENTUAN HARGA JASA KORPORAT

Masalah yang berkaitan dengan pembebanan unit usaha atas jasa-jasa yang
disediakan oleh unit staf korporat. Jika seluruh biaya dibebankan , maka semua
biaya tersebut akan dialokasikan, dan alokasi tidak memasukkan komponen
laba. Alokasi juga bukan merupakan harga transfer.

Terdapat dua jenis transfer:

1. Untuk jasa pusat yang harus diterima oleh unit penerima dimana unit
penerima dapat mengendalikan jumlah yang digunakan paling tidak
secara parsial.
2. Untuk jasa pusat yang dapat diputuskan oleh unit usaha apakah akan
digunakannya atau tidak.

Pengendalian atas Jumlah Jasa

Manajer unit usaha tidak dapat mengendalikan efisiensi kinerja dari kegiatan
jasa-jasa unit usaha, namun ia dapat mengendalikan jumlah jasa yang
diterimanya.

Teori pemikiran mengenai jasa-jasa.

1. Suatu unit usaha harus membayar biaya variable standar dari jasa yang
diberikan. Jika membayar kurang dari itu, maka unit usaha akan
termotivasi untuk menggunakan jasa-jasa dalam jumlah yang lebih
banyak daripada yang dibenarkan secara ekonomis. Dan sebaliknya, jika
membayar melebihi dari biaya variable standard, maka mereka mungkin
tidak akan menggunakan jasa-jasa yang dipandang perlu oleh manajer
senior.
2. Suatu unit usaha harus membayar harga yang sama dengan biaya
variable standard ditambah bagian yang wajar dan biaya tetap standard
(biaya penuh/fullcost). Pendukung teori ini berpendapat jika unit usaha
tidak mempercayai bahwa jasa tersebut bernilai sebesar itu, maka ada
sesuatu yang salah dalam kualitas atau efisiensi dari unit jasa tersebut.
Biaya penuh mencerminkan biaya jangka panjang perusahaan, dan
inilah yang harus dibayar.
3. Suatu unit usaha harus membayar harga yang sama dengan harga
pasar, atau biaya penuh standard (standard full cost) ditambah margin
labanya. Harga pasar digunakan jika memungkinkan, jika tidak, maka
harga sebesar biaya penuh ditambah ROI yang akan digunakan.
Logikanya adalah modal yang digunakan oleh unit jasa sebaiknya
memperoleh tingkat pengembalian atas modal yang digunakan
sebagaimana dengan unit produksi.
Pilihan Penggunaan Jasa

Pihak manajemen mungkin memutuskan bahwa unit usaha dapat


memilih apakah menggunakan jasa sentral atau tidak. Unit usaha dapat
memperoleh jasa tersebut dari pihak luar, mengembangkan kemampuan
mereka atu memilih untuk tidak menggunakan jasa ini sama sekali.

Kesederhanaan dari Mekanisme Harga

Harga yang dibebankan kepada jasa korporat tidak akan mencapai tujuan yang
dimaksudkan, kecuali jika metode untuk menghitungnya dapat dimengerti
dan dipahami dengan cukup mudah oleh para manajer unit usaha.

ADMINISTRASI HARGA TRANSFER

Negosiasi

Di hampir semua perusahaan, unit usaha menegosiasikan harga transfer satu


sama lain; maksudnya, harga transfer tidak ditentukan oleh staf pusat. Jika
manajemen pusat menentukan harga, maka kemampuan manajemen lini untuk
memperbaiki profitabilitas akan semakin berkurang. Alasan lain unit usaha
menegosiasikan harga transfer adalah bahwa unit bisnis biasanya memiliki
informasi yang paling baik mengenai pasara dan biaya-biaya yang ada,
sehingga pihak yang tepat untuk mencapai harga yang pantas.

Unit usaha harus mengetahui aturan dasar yang dijadikan patokan dalam
melakukan negosiasi harga tersebut. Dimana, aturan harus mengatur
sedemikian rupa supaya penentuan harga transfer tidak semata-mata
ditentukan oleh keahlian individu dalam bernegosiasi. Tanpa adanya aturan
semacam ini, manajer yang paling keras kepala sekalipun akan melakukan
negosiasi dengan harga yang paling pantas.

Arbitrase dan Penyelesaian Konflik

Bagaimanapun rincinya peraturan penentuan harga transfer, mungkin ada


kasus dimana unit usaha tidak dapat menyetujui harga tertentu. Maka, suatu
prosedur harus dapat dibuat menengahi arbitrase harga transfer. Tingkat
formalitas dalam arbitrase harga transfer tergantung pada jenis dan luasnya
potensi harga transfer. Dalam berbagai kasus arbitrase harga transfer
merupakan tanggung jawab dari kelompok atau eksekutif tingkat atu kantor
pusat, Karena keputusan arbitrase memiliki dampak yang sangat
mempengaruhi laba unit-unit usaha.

Cara arbitrase dalam sistem yang formal adalah kedua pihak menyerahkan
kasus secara tertulis kepada pihak penengah/pendamai (arbitrator). Kemudian,
arbitrator akan meninjau posisi mereka masing-masing dan memutuskan harga
yang ditetapkan, kadang kala dengan bantuan staf kantor yang lain.

Selain tingkat formalitas arbitrase, jenis proses penyelesaian konflik yang


digunakan juga mempengaruhi efektifitas suatu sistem harga transfer. Terdapat
empat cara penyelesaian konflik: memaksa (forcing), membujuk (smoothing),
menawarkan (bargaining) dan penyelesaian masalah (problem solving).
Mekanisme penyelesaian konflik dapat bervariasi, dari menghindari konflik
melalui forcing dan smoothing, sampai penyelesaian konflik
melalui bargaining dan problem solving.

Klasifikasi Produk

Semakin besar jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar, maka semakin
formal dan semakin spesifik peraturan yang ada. Jika harga pasar selalu siap
sedia, maka perolehannsumber daya dapat dikendalikan dengan peninjauan
kantor pusat atas keputusan buat atau beli (make or buy decisison) yang
melebihi jumlah tertentu.

Beberapa perusahaan membagi produknya ke dalam dua kelas:

1. Kelas I, meliputi seluruh produk untuk manajemen senior ingin


mengendalikan perolehan sumber daya. Cirinya: volume besar, sumber
internal dan pengendalian manajemen senior bertujuan menjaga
kualitas. Perolehan sumber daya dari jenis ini dapat diubah hanya
dengan izin manajemen senior.
2. Kelas II, seluruh produk lainnya yang ditransfer pada harga pasar.
Cirinya: dapat diproduksi pihak luar, volume relative kecil dan diproduksi
dengan peralatan umum (general purpose equipment). Perolehan
sumber daya ditentukan oleh unit-unit usaha yang terlibat baik dari
dalam atau luar perusahaan.
KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa :

1. Transfer pricing adalah suatu kebijakan yang diatur oleh perusahaan untuk
menentukan harga transfer atas suatu transaksi, baik harga atas barang, jasa,
harta tak berwujud, ataupun transaksi finansial yang dilakukan oleh
perusahaan. Transfer pricing bisa juga diartikan sebagai besaran harga yang
dibebankan satuan usaha individu pada perseroan multi satuan atas transaksi
yang terjadi di antara mereka.

2. Metode Penentuan Harga dapat ditentukan dengan:


a. Pendekatan berbasis pasar
b. harga transfer Negoisasi
c. Pendekatan berbasis Biaya
d. Penentuan Harga Berdasrkan Arbitrase.
DAFTAR PUSTAKA

http://ekonominator.blogspot.com/2017/03/sistem-pengendalian-manajemen-
harga.html

https://blogoblokgoblok.blogspot.com/2018/06/pengertian-dan-tujuan-
penetapan-harga.html

https://pakpahanrini.wordpress.com/2015/05/25/penentuan-harga-transfer/.

www.investopedia.com/terms/t/transfer-pricing.asp

Transfer Pricing : Meaning, examples, risks and benefits (linkedin.com)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai