Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TAFSIR TAKWIL DAN TARJAMAH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Semester II
Mata Kuliah Studi Al-Qur’an

Dosen Pembimbing :
Dr. Dediek Kurniawan, M.Pd.I
Oleh :
Sinkha Fatikhatus Salamah
Durrotun Salisatul Anam

JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SYARI’AH BABUSSALAM
KALIBENING MOJOAGUNG JOMBANG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala atas


segala nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita semua termasuk
terselesaikannya makalah ini. Makalah ini mengambil tema Takwil Tafsir Dan
Tarjamah sebagaimana amanat yang diberikan kepada kami di dalam memenuhi
tugas mata kuliah Studi Al-Quran.
Sebuah penghargaan bagi kami atas diberikannya tugas ini, karena dengan
begitu kita akan dapat mengkaji kembali tentang hal-hal yang berkaitan dengan
Kalimat yang pasti akan bermanfaat menambah keilmuan dan pengetahuan kita.
Dalam kesempatan ini perkenankan kami menghaturkan rasa terima kasih
tak terhingga kepada Dr. Dediek Kurniawan, M.Pd.I yang telah membimbing
kami. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
sumbang saran maupun masukan sangat kami harapkan. Atas segala kekurangan
tersebut, kami mohon dibukakan pintu maaf seluas-luasnya.

Demikian dari kami, semoga segala tujuan baik dengan hadirnya makalah
ini dapat tercapai. Amiin.

Jombang, 31 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................. 1
B. Rumusan masalah ............................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Tafsir ............................................................................... 3
B. Takwil .............................................................................. 7
C. Tarjamah .......................................................................... 9
D. Perbedaan Takwil Tarjamah ............................................ 11
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Al Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan kepada nabi Muhammad
Shalallahu wa’alaihi wasalam. dengan media malaikat Jibril. Dalam fungsinya
sebagai petunjuk, al Qur`an dijaga keasliannya oleh Allah Subhanahu wata’ala.
Salah satu hikmah dari penjagaan keaslian dan kesucian Al- Qur`an tersebut
adalah agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-
menurut Sang Pencipta Allah ‘azza wa jalla sehingga kemudian selamat, baik di
sini, di dunia ini dan di sana , di akhirat sana . Bagaimana mungkin manusia dapat
menjelajahi sebuah hutan belantara dengan selamat dan tanpa tersesat apabila peta
yang diberikan tidak digunakan, didustakan, ataupun menggunakan peta yang
jelas-jelas salah atau berasal dari pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena
itu, keaslian dan kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas
agar manusia tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat
dunia-akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam memahami lafald dan ungkapan Al
Qur ’an tidaklah sama, padahal penjelasannya sedemikian gemilang dan ayat-
ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaan daya nalar diantara mereka ini adalah
suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan awam hanya dapat memahami
makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global, sedangkan
kalangan 2 cendekiawan dan terpelajar akan dapat mengumpulkan pula dari
pandangan makna_makna yang menarik. Dan diantara cendikiawan kelompok ini
terdapat aneka ragam dan tingkat pemahaman maka tidaklah mengherangkan jika
Al-Qur ’an mendapatkan perhatian perhatian besar dari umatnya umatnya
melalui melalui pengkajian pengkajian intensif intensif terutama terutama dalam
rangka menafsirkan kata-kata garib (aneh-ganjil) atau mentakwil tarkib (susunan
kalimat) dan menterjemahkannya kedalam bahasa yang mudah dipahami.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari tafsir?
2. Apa pengertian dari takwil?
3. Apa pengertian dari tarjamah ?
4. Apa perbedaan tafsir takwil dan tarjamah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian tafsir
2. Untuk mengetahui pengertian takwil
3. Untuk mengetahui pengertian tarjamah
4. Umtuk mengetahui perbedaan tafsir takwil dan tarjamah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TAFSIR
1. Pengertian Tafsir
Secara etimologi kata “tafsir” diambil dari kata “fassara-yufassiru-
tafsira” yang berarti keterangan atau uraian. Al-Jurjani berpendapat bahwa
kata “tafsir” menurut pengertian bahasa adalah “Al-Kasf wa Al-izhhar” yang
artinya menyingkap (membuka) dan melahirkan. Pada dasarnya, pengertian
“tafsir” berdasarkan bahasa tidak akan lepas dari kandungan makna Al-idhah
(menjelaskan), Al-bayan (menerangkan), Al-kasyf (mengungkapkan), Al-izhar
(menampakkan), dan Al-ibanah (menjelaskan).1 Sedangkan menurut
terminologi tafsir ialah menyingkapkan maksud dari lafaz-lafaz yang sulit dan
bias juga didefinisikan semacam ilmu yang membahas cara mengucapkan lafal
Al-Qur’an dan kandungannya, hukumnya yang berkenaan dengan perorangan
dan kemasyarakatan, dan pengertiannya yang dilingkupi oleh susunan
lafalnya.2 Dalam Al-Qur’an dikatakan:

Artinya: “tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (sesuatu)


yang ganjil melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar
dan yang paling baik penjelasannya (Q.S. Al-Furqaan 25:33)

Adapun mengenai pengertian pengertian tafsir berdasarkan istilah, para


ulama mengemukakannya dengan redaksi yang berbeda-beda.3

a. Menurut Al-Kilabi dalam At-Tashil


Tafsir adalah menjelaskan Al-Qur’an, menerangkan maknanya,
dan menjelaskan apa yang dikehendaki nash, isyarat atau tujuannya.

1
Dr.Rosihon Anwar. M.Ag, Ilmu Tafsir, cetakan 3, Pustaka Setia, Bandung, 2005, hlm
139.
2
Mana’ul Quthan, Mahabits fi ‘Ulumil Qur’an, cetakan 2, Rineka Cipta, Jakarta, 1995,
hlm 164.
3
Dr.Rosihon Anwar. M.Ag, Ilmu Tafsir, cetakan 3, Pustaka Setia, Bandung, 2005, hlm
141.

3
b. Menurut Syekh Al-Jazairi dalam Shahih At-Taujih
Tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan lafazh yang sukar
dipahami oleh pendengar dengan mengemukakan lafazh sinonimnya
atau makna yang mendekatinya, atau dengan jalan mengemukakan
salah satu dilalah lafazh tersebut.
c. Menurut Abu Hayyan
Tafsir adalah ilmu mengenai cara pengucapan lafazh-lafazh Al-
Qur’an serta cara mengungkapkan petunjuk, kandungan-kandungan
hukum, dan makna-makna yang terkandung didalamnya.
d. Menurut Az-Zarkasyi
Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan
menjelaskan makna-makna kitab Allah yang diturunkan kepada nabi-
Nya, Muhammad SAW. serta menyimpulkan kandungan-kandungan
hukum dan hikmahnya.
2. Macam-Macam Tafsir
Macam-macam tafsir terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Tafsir bi Al-Ma’tsur
Ada empat otoritas yang menjadi sumber penafsiran bi al-ma’tsur.
• Al-Quran yang dipandang sebagai penafsir terbaik terhadap
Al-Quran sendiri.
• Otoritas hadis Nabi yang memang berfungsi, diantaranya,
sebagai penjelas (mubayyin) Al-Qur’an.
• Otoritas penjelasan sahabat yang dipandang sebagai orang
yang banyak mengetahui Al-Qur’an.
• Otoritas penjelasan yang disampaikan secara lisan oleh Tabi’in

Mengingat corak tafsir yang merujuk –di antaranya kepada Al-


Qur’an dan Hadis- maka dapat dipastikan bahwa tafsir bi al-ma’tsur
memiliki keistimewaan tertentu dibandingkan corak penafsiran lainnya.
Di antara keistimewaan – keistimewaan itu, sebagaimana dicatat
Quraisy Shihab, Yaitu:

4
1) Menekankan pentingnya bahasa dalam memahami Al-Qur’an.
2) Memaparkan ketelitian redaksi ayat ketika menyampaikan
pesan-pesannya.
3) Mengikat mufassir dalam bingkai ayat-ayat sehingga
membatasinya agar tidak terjerumus ke dalam subjektivitas
yang berlebihan.
Adz-Dzahabi mencatat kelemahan-kelemahan tafsir bi al-ma’tsur,
yaitu:
1) Terjadi pemalsuan (wadh’) dalam tafsir.
2) Masuknya unsur israiliyyat yang didefinisikan sebagi unsur-
unsur Yahudi dan Nasrani ke dalam penafsiran Al-Qur’an.
b. Tafsir bi ar-ra’yi
Kemunculan tafsir bi ar-ra’yi dipicu pula oleh hasil
interaksi umat Islam dengan peradaban Yunani yang banyak
menggunakan akal. Oleh karena itu, dalam tafsir bi ar-ra’yi
ditemukan peranan akal yang sangat dominan. Mengenai
keabsahan tafsir bi ar-ra’yi, pendapat ulama terbagi dalam dua
kelompok yaitu:
a) Kelompok yang melarangnya: Menafsirkan Al-Qur’an
berdasarkan ra’yi berarti membicarakan (firman) Allah
tanpa pengetahuan, sudah merupakan tradisi di kalangan
sahabat dan tabi’in untuk berhati-hati ketika berbicara
tentang penafsiran Al-Qur’an.
b) Kelompok yang mengizinkannya: Di dalam Al-Qur’an
banyak ditemukan ayat yang menyerukan untuk mendalami
kandungan-kandungan Al-Qur’an, seandainya tafsir bi ra’yi
dilarang, mengapa ijtihad diperbolehkan, para sahabat Nabi
biasa berselisih pendapat mengenai penafsiran suatu ayat.
c. Tafsir al-Isyari
Tafsir bil-isyarah atau tafsirul isyari: adalah takwil Al
Qur’an berbeda dengan lahirnya lafal atau ayat, karena isyarat-
isyarat yang sangat rahasia yang hanya diketahui oleh sebagian

5
ulul‘ilmi yang telah diberi cahaya oleh Allah swt dengan
ilhamNya. Atau dengan kata lain, dalam tafsirul isyari seorang
Mufassir akan melihat makna lain selain makna zhahir yang
terkandung dalam Al Qur’an. Namun, makna lain itu tidak tampak
oleh setiap orang, kecuali orang-orang yang telah dibukakan
hatinya oleh Allah SWT.
Hukum Tafsir bil-isyarah: Telah berselisih para ulama
dalam menghukumi tafsir isyari, sebagian mereka ada yang
memperbolehkan (dengan syarat), dan sebagian lainnya
melarangnya.
1. Macam-macam tafsir berdasarkan metodenya. 4
a. Metode Tafsir Tahlili
Metode Tafsir Tahlili adalah tafsir yang menyoroti ayat-
ayat Al-Qur’an dengan memaparkan segala makna dan aspek yang
terkandung didalamnya sesuai urutan bacaan yang terdapat dalam
mushaf Utsmani.
Metode tafsir ini telah ada sejak masa para sahabat Nabi,
sejak zaman klasik dan zaman pertengahan. Pada mulanya tafsir
Tahlili terdiri atas beberapa bagian ayat saja, kadang kala
mencakup penjelasan mengenai kosa katanya. Dalam
perkembangan selanjutnya, para ahli tafsir merasakan kebutuhan
untuk menafsirkan AL Quran seluruhnya.
b. Metode Tafsir Ijmali
Metode Ijmali adalah metode penafsiran terhadap ayat-ayat
Al Quran dengan cara singkat, padat dan global. Dengan metode
ini mufassir menjelaskan makna ayat-ayat Al Quran secara global,
sistematikanya mengikuti urutan surah-surah Al Quran, sehingga
makna-maknanya dapat saling berhubungan.
Dalam menafsirkan ayat Al Quran dengan metode ijmali ini
para mufassir ini juga meneliti, mengkaji, dan menyajikan sabab

4
Dr.Rosihon Anwar. M.Ag, Ilmu Tafsir, cetakan 3, Pustaka Setia, Bandung, 2005, hlm
143.

6
nuzul atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat, dengan
cara meneliti Hadits-hadits yang berhubungan dengannya.
c. Metode Muqarran
Metode Muqarran ialah suatu metode tafsir dengan
menggunakan perbandingan antara satu dengan lainnya. Misalnya,
seperti filsafat, hukum dan sebagainya.

d. Metode Madlui
Metode Madlui ialah suatu metode tafsir dengan
menggunakan pilihan topik-topik al-Quran. Metode tematik yang
memilih persoalan-persoalan social politik, social ekonomi dan
sebagainya. Awalnya untuk kepentingan penelitian tetapi
kemudian berkembang menjadi jenis tafsir kontemporer.

B. Takwil
1. Pengertian Takwil dan Pembagiannya
Takwil menurut lughat adalah kembali ke asal. Diambil dari kata
“awwala- yu’awwilu-takwilan. Al-Qaththan dan Al-Jurjani berpendapat
bahwa arti ta’wil menurut lughat adalah “al-ruju’ ila Al-ashl“ (berarti kembali
pada pokoknya). Sedangkan menurut Az-Zarqani berpendapat secara bahasa
adalah sama dengan arti tafsir. Adapun menurut istilah, ada banyak para ahli
yang berpendapat, antara lain :
a. Menurut Menurut Al-Jurzani:
Takwil ialah memalingkan suatu lafazh dari makna lahirnya
terhadap makna yang dikandungnya, apabila makna alternatif yang
dipandangnya sesuai dengan ketentuan Al-kitab dan As-sunnah”.
b. Menurut Definisi Lain:
Takwil ialah mengembalikan sesuatu ghayahnya (tujuanya), yakni
menerangkan apa yang dimaksud”
c. Menurut Menurut Ulama Salaf :

7
▪ Menafsirkan dan menjelaskan makna suatu ungkapan, baik
bersesuai dengan makna lahirnya ataupun bertentangan. Definisi
takwil seperti ini sama dengan definisi tafsir.
▪ Hakikat sebenarnya yang dikehendaki suatu ungkapan.
d. Menurut Menurut Ulama Khalaf :
Takwil ialah Mengalihkan suatu lafazh dari maknanya yang
rajih pada makna yang marjuh karena ada indikasi untuk itu.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat di simpulkan bahwa
pengertian takwil secara istilah adalah suatu usaha untuk memahami lafazh-
lafazh (ayat-ayat) Al-Qur ’an melalui pendekatan memahami arti atau maksud
sebagai kandungan dari lafazh itu. Dengan kata lain, takwil berarti mengartikan
lafazh dengan beberapa alternatif kandungan makna yang bukan makna
lahiriyah, bahkan penggunaan secara masyhur kadang-kadang diidentikan
dengan tafsir. Takwil harus mempunyai sandaran kepada dahlil dan tidak
bertentangan dengan dahlil yang ada.
2. Syarat-Syarat Takwil
Adapun syarat-syarat takwil adalah :
1. Lafaz itu dapat menerima takwil seperti lafaz zhabir (menunjukkan
maksud) dan lafaz hash (menunjukan makna) serta tidak berlaku untuk
muhkam dan mufassar.
2. Lafaz itu mengandung kemungkinan untuk di-takwil-kan karena lafaz
tersebut memiliki jangkauan yang luas dan dapat diartikan untuk di-
takwil. Serta tidak asing dengan pengalihan kepada makna lain tersebut.
3. Ada hal-hal yang mendorong untuk takwil seperti :
a) Bentuk lahir lafaz berlawanan dengan kaidah yang berlaku dan
diketahui secara dharuri, atau berlawanan dengan dahlil yang lebih
tinggi dari dahlil itu.Contohnya : suatu hadis menyalahi maksud hadis
yang lain, sedangkan hadis itu ada kemungkinan untuk di takwil kan,
maka hadis itu di takwil kan saja ketimbang ditolak sama sekali.
b) Nash itu menyalahi menyalahi dalil lain yang lebih kuat dilalah-
nya.Contohnya: dilalah-nya.Contohnya: suatu lafaz dalam bentuk

8
zhabir diperuntukan untuk suatu objek, tetapi ada makna menyalahinya
dalam bentuk nash.
c) Lafaz itu merupakan suatu nash untuk suatu objek tetapi menyalahi
lafaz lain yang mufassar.
Dalam semua bentuk itu berlakulah takwil.

C. Tarjamah
1. Pengertian Tarjamah
Tarjamah berasal dari bahasa Arab yang artinya “salinan dari sesuatu
bahasa ke bahasa lain” atau berarti mengganti, menyalin dan memindahkan
kalimat dari suatu Bahasa ke Bahasa lain.5
Kata Tarjamah, yang dalam bahasa Indonesianya biasa kita sebut
dengan Terjemah, secara etimologi mempunyai beberapa arti:
• Menyampaikan suatu ungkapan pada orang yang tidak tahu
• Menafsirkan sebuah ucapan dengan ungkapan dari bahasa yang sama
• Menafsirkan ungkapan dengan bahasa lain
• Memindah atau mengganti suatu ungkapan dalam suatu bahasa ke
dalam bahasa yang lain
Adapun yang dimaksud dengan tarjamah Al-Quran adalah seperti yang
dikemukakan oleh Ash-Shabuni:
“Memindahkan Al-Quran kepada Bahasa lain yang bukan Bahasa Arab
dan mencetak terjemah ini ke dalam beberapa naskah agar dibaca orang
yang tidak mengerti Bahasa Arab sehingga ia dapat memahami kitab
Allah SWT. dengan perantara terjemahan ini.”6
2. Macam-Macam Tarjamah
Tarjamah terbagi menjadi dua macam yaitu :
1. Tarjamah Harfiyah atau Tarjamah Lafdhiyah.
Pengertian Tarjamah Harfiyah adalah memindahkan (suatu isi
ungkapan) dari satu bahasa ke bahasa yang lain, dengan
5
Prof. Dr. Rosihon Anwar, M. Ag., Ulum Al-qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2007, hlm
212
6
Dessy Wulandari. 2014. Materi Terjemah, (http://mega-kumpulan-kumpulan-
makalah.blogspot.co.id/2014/03/Kumpulan-makalah-makalah-ulumul-Qur'an.html)
diakses pada 15 oktober 2016.

9
mempertahankan bentuk atau urutan kata-kata dan susunan kalimat
aslinya atau mengalihkan lafaz-lafaz dari satu bahasa ke dalam lafaz-
lafaz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan
dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dengan susunan dan
tertib bahasa pertama.
2. Tarjamah Tafsiriyah atau Tarjamah Ma’nawiyah.
Sedangkan Tarjamah Tafsiriyah adalah menerangkan sebuah kalimat
dan menjelaskan artinya dengan bahasa yang berbeda, tanpa
memepertahankan susunan dan urutan teks aslinya, dan juga tidak
mempertahankan semua Ma’na yang terkandung dalam kalimat aslinya
yang diterjemah.
Sebagai contoh adalah ‫لا يقدّم زيد‬
ً ‫ أخرى ويؤ ّخر رج‬Bila kita artikan dengan
Tarjamah Harfiyah, maka, artinya adalah Zaid mendahulukan satu kakinya dan
mengakhirkan kaki yang satunya lagi, sedangkan bila kita mengartikan dengan
Tarjamah Tafsiriyah, maka, artinya adalah Zaid ragu-ragu (‫ )يتردّد‬dalam
mengambil keputusan, misalnya; Dalam istilah bahasa Arab, kata
mendahulukan satu kaki dan mengakhirkan kaki yang lainya, sebagai bentuk
Kinayah (Metafora) dari perasaan ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
Dalam menerjemahkan Al-Quran hendaknya mencakupi syarat- syarat
sebagai berikut:
• Penerjemah hendaknya mengetahui dua Bahasa (Bahasa asli dan
Bahasa terjemah)
• Mendalami dan menguasai uslub-uslub dan keistimewaan Bahasa yang
diterjemahkan.
• Hendaknya sighat (bentuk) terjemah itu benar dan apabila dituangkan
kembali ke dalam Bahasa aslinya tidak terdapat kesalahan.
• Terjemahan itu harus dapat mewakili semua arti dan maksud Bahasa
asli dengan lengkap dan sempurna.

10
D. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Tarjamah
Perbedaan tafsir dan takwil di satu pihak dan tarjamah di pihak lain
adalah bahwa yang pertama berupaya menjelaskan makna-makna setiap kata di
dalam Al-Quran yang notaben Bahasa Arab ke dalam Bahasa non-Arab.
Adapun perbedaan tafsir dan takwil dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Al-Raghif Al-Ashfahani
Tafsir lebih umum dan lebih banyak digunakan untuk lafaz dan kosa
kata dalam kitab-kitab yang diturunkan Allah dan kitab-kitab lainnya.
Sedangkan Takwil lebih banyak dipergunakan untuk makna dan
kalimat dalam kitab-kitab yang diturunkan Allah saja.
2. Tafsir menerangkan makna lafazh yang tak menerima selain dari satu
arti. Sedangkan Takwil menetapkan makna yang dikehendaki suatu
lafazh yang dapat menerima banyak makna karena ada dalil-dalil yang
mendukungnya.
3. Al-Maturidi
Tafsir menetapkan apa yang dikehendaki ayat dan menetapkan
demikianlah yang dikehendaki Allah. Sedangkan Takwil menyeleksi
salah satu makna yang mungkin diterima oleh suatu ayat dengan tidak
meyakini bahwa itulah yang dikehendaki Allah.
4. Abu Thalib Ats-Tsa’labi
Tafsir menerangkan makna lafazh, baik berupa hakikat atau majaz.
Sedangkan Takwil menafsirkan batin lafazh.

11
BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan
1. Tafsir bermakna menjelaskan maksud dan tujuan ayat-ayat Al-Quran, baik
dari sisi makna, kisah, hukum, maupun hikmah, sehingga mudah dipahami
oleh umat.
2. Takwil adalah memindahkan lafaz dari makna yang lahir kepada makna
lain yang juga dipunyai lafaz tersebut dan makna tersebut sesuai dengan
Alquran dan sunah. Dengan demikian, takwil berarti mengembalikan
sesuatu pada maksud yang sebenarnya, yakni menerangkan yang
dimaksud dari ayat Alquran.
3. Terjemah adalah memindahkan pembicaraan dari satu bahasa ke dalam
bahasa yang lain dengan mengungkapkan makna dari bahasa itu.
4. Tafsir menyangkut seluruh ayat, sedangkan takwil hanya berkenaan
dengan ayat-ayat yang mutasyabihat (samar dan perlu penjelasan). Selain
itu, tafsir menerangkan makna-makna ayat dengan pendekatan riwayat,
sedangkan takwil dengan pendekatan dirayat. Tafsir menerangkan makna
ayat yang terambil dari bentuk ibarat (tersurat), sedangkan takwil dari
yang tersirat (isyarat-isyarat).

12
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. 2005. Ilmu Tafsir. Bandung: Pustaka Setia.

Anwar, Rosihon. 2007. Ulum Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.

Khalil Al-Qattan, Manna’. 2009. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Bogor: Pustaka


Litera Antarnusa

Masyur, Kahar. 1992. Pokok-Pokok Ulumul Qur’an. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Quthan, Mana’ul. 1995. Mahabits fi ‘Ulumil Qur’an. Jakarta: PT. Rineka.

http://kumpulanmakalah-makalah-agama-islam.blogspot.co.id/2014/03/Ulumul-
Quran-ilmuTafsir-takwil-dan-terjemah.html diakses pada 15 Oktober 2016

http://mega-kumpulan-kumpulan-makalah.blogspot.co.id/2014/03/Kumpulan-
makalah-makalah-ulumul-Qur'an.html diakses pada 15 Oktober 2016

13

Anda mungkin juga menyukai