Anda di halaman 1dari 24

Ses

iPer
tama

Ber
samaUst
adz

Ilmu,A mal
& D akwah
Mas
jidAl
-AmanahKot
aPal
u
I
KATA PENGANTAR

ِ‫ََلى آ هِ ه‬ ‫س لَ سُ لََلى لَ س‬
‫ُ وْ هِ له لَ ل‬ ‫ص لَُ س لَِّ ا‬ ‫ِّـ لَ وُْس له لَِّ ا‬
‫ أ ل اَا َل وُْس‬، ‫َ وَ هِ هِ لَ لَ وْ لَ لََّل‬
‫لَ ل‬
Catatan kajian ini kami susun kembali dengan susunan yang
tafshil, sesuai dengan apa yang kami catat sebelumnya dan dari
audio rekaman saat kajian berlangsung, karena bagi kami isi dari
apa yang disampaikan oleh Al-Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc.,
M.A sangatlah bermanfaat bagi kami dan keluarga, oleh
karenanya kami menyusun dengan harapan dapat bermanfaat
bukan hanya sebagai kenangan bahwa beliau pernah mengisi
kajian di Kota Palu, tapi yg kami inginkan adalah isi penyampaian
beliau bermanfaat bagi para penuntut ilmu baik ikhwan/akhwat
di Kota Palu tercinta.

Catatan ini adalah sesi pertama yang dimulai sebelum maghrib


sampai dengan masuknya waktu maghrib. Adapun yang kami
kerjakan dalam catatan ini adalah:
1. Mencantumkan nushus yang beliau sampaikan baik dari Al-
Qur’an maupun sunnah serta atsar para salaf dengan
menambahkan sumbernya (semampu kami, Bi idznillah)
2. Mendegarkan kembali rekaman kajian beliau dengan kami
putar berulang-ulang untuk mencapai maksud yang beliau
sampaikan, serta menambah referensi dari tulisan beliau
3. Susunan dari catatan ini berdasarkan runut penyampaian beliau
saat kajian berlangsung.

Semoga Allah mengampuni kesalahan kami dan menjadikan


catatan kecil ini bermanfaat bagi kami pribadi dan keluarga, serta
kaum muslimin semuanya.
Fauzi M. Noor S.Sy
(Abu Aisyah)

II
Ilmu, Amal
dan Dakwah

Keutamaan Ilmu

،‫ والشكر له على توفيقه وامتنانه‬،‫الحمد ل على إحسانه‬


،‫وأشهد أن ل إله إل ا وحده ل شريك له تعظيما لشأنه‬
‫ اللهم‬،‫وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه‬
‫صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه‬
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah l yang
mengumpulkan kita ditempat yang mulia ini, semoga
pertemuan ini diberkahi oleh Allah l dan menjadi
pemberat timbangan kebaikan kita di akhirat kelak.

Sesungguhnya menuntut ilmu adalah ibadah yang sangat


mulia, oleh karenanya, hendaknya kita hadirkan dalam diri
kita, bahwa ibadah bukan hanya shalat, berdzikir, sedekah,
umroh dan haji. Dalil tentang perkara ini sangatlah banyak
dari Al-Qur’an dan hadits Nabi n serta dari perjuangan
para salaf tentang bagaimana mereka menuntu ilmu, karena
tidaklah kegigihan para salaf dalam menuntut ilmu itu
kecuali sebab bahwa mereka menyadari menuntut ilmu
adalah perkara yang sangat agung.

-1-
Dalil dari Al-Qur’an :

‫لت اللِعيَج آ جمنتوا عم لن تك لم جواللِعيَج أتوتتوا لال عع لل جم َج جر جَا ت‬


ٍ ‫يج لرفجِع ل‬
“Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Orang beriman dan berilmu keduanya di angkat derajatnya


oleh Allah l, namun bagi mereka orang yang beriman
sekaligus ia berilmu maka derajatnya dilebihkan oleh Allah
l dari mereka yang sekedar beriman namun tidak berilmu.

Allah l berfirman :

‫ُت لْ َ لجْ يج لست ج عوى الل عِيلَج يج لعلج تم لونج جوالل عِيلَج جل يج لعلج تم لونج اعنل جما يجتجِج لّ تر‬
ِࣖ‫اتولتوا لالج للبجا ع‬
“Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal
sehat yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)

Dari ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa dalam


segala hal tidaklah sama antara orang yang berilmu dan
orang yang tidak berilmu.

Bahkan Allahlmembedakan antara anjing yang berilmu


dan anjing yang tidak berilmu, yaitu pada perkara berburu
hewan buruan. Allah lberfirman :

-2-
‫الّ عيم بب تۙت جو جما ج‬
‫علل لمت ت لم ع ممَج‬ ‫يجسلٔـلت لون ججك جماَجاا ا ت عح لْ لج ته م لم ُت لْ ا ت عح لْ لج تك تم ل‬
‫لال جَ جو عارِع تم جك علم عبيلَج تتعج علم تم لونج ته لَ عم لما جعلل جم تك تم ل‬
‫لت‬
“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), “Apakah yang
dihalalkan bagi mereka?” Katakanlah, ”Yang dihalalkan bagimu
(adalah makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap)
oleh binatang pemburu yang telah kamu latih untuk berburu, yang
kamu latih menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu.”
(QS. Al-Maidah: 4)

Anjing yang dilatih kemudian dilepaskan untuk berburu


dengan mengucapkan “bismillah” makan hewan buruannya
halal untuk di makan sedangkan yang tidak dilatih maka
tidaklah halal, dari sini kita mengetahui bahwa jika seekor
anjing saja dibedakan antara yang berilmu dan yang tidak
berilmu apalagi manusia.

Diantara dalil bahwa ilmu adalah ibadah, Allah


lberfirman:

‫ّ بلو عِ عم لَ ي للو عِ لال تَ تمعج عِ فجا لسعج لوا‬ ‫ب اياجيي جها الل عِيلَج با جمنت لاوا اعَجا نت لوَ ج‬
‫عَ علل ل‬
‫ا بعلى عَ لّ عر ل‬
ِ‫لع جوَج تروا لالبج لي م ج‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk
melaksanakan salat pada hari Jum‘at, maka segeralah kamu
mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.” (QS. Al-Jumu’ah: 9)

Dalam ayat ini disebutkan untuk bersegera menuju dzikrullah


jika telah dikumandangkan Adzan (adzan kedua). Para
Ulama mengatakan bahwa dzikrullah disini adalah Khutbah
Jum’at, dan tentunya kita mengetahui bahwa isi dari
-3-
khutbah adalah Ilmu. Dan Allah l menamakan khutbah
jum’at disini dengan Dzikrullah. Oleh karenanya ilmu adalah
dzikrullah.

Dalam ayat lainnya Allah lberfirman :

‫فجسلٔـلت لاوا ا ج لَ جْ ال عِم لّ عر ا لعن تّ لنت ت لم جل ت ج لعلج تم لو تنج‬


“bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui,” (QS. An-Nahl: 43)

Yang dimaksud ahlu dzikri dalam ayat di atas adalah para


Ulama, dan tentu saja mereka adalah Ahlul ‘Ilmi.

Oleh karenanya kita dapat mengetahui bahwa ilmu adalah


ibadah, karena seorang yang sedang menuntut ilmu
seyogyanya ia selalu mengingat Allah l ketika ia sedang
berbicara tentang syari’at Allah l, berbicara tentang
hukum-hukum Allah l, berbicara tentang nama dan sifat
Allahl, berbicara tentang Nabi n , intinya ia berbicara
semua yang terkait tentang Allah l, maka jadilah ilmu
adalah dzikrullah.

Diantara dalil bahwa ilmu adalah ibadah yang agung, Allah


l berfirman:

ِ‫جو جما جّانج لال تمْل عمنتونج عليج لن عَ تروا جّافلِة فجلج لو جل نجَج جر عم لَ تّ عمْ فع لرُج ت‬
‫َا عَِجِة عليجتجَجقل تهوا عفي الدم ع‬
‫عيَ جو عليت لنِ تعروا ُج لو جم ته لم عإَجا جر جَعتوا‬ ‫عم لن ته لم ج‬
‫عإلج لي عه لم لجعجلل ته لم يج لحِج ترونج‬
-4-
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi
(ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di
antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama
mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.” (QS.
At-Taubah: 122)

Dalam ayat ini Allah l menggandengkan antara menuntut


ilmu dan berjihad, oleh karenanya ulama mengatakan
bahwa menuntut ilmu adalah jihad fii sabilillah.

Diantara dalil yang mendukung akan hal ini, Allah l


berfirman:

‫جوَا عَ لد تَ لم عب عه عَ جهاَا ة جّ عبيرا ة‬

“Dan berjuanglah terhadap mereka dengannya (Al-Quran) dengan


(semangat) perjuangan yang besar.” (QS. Al-Furqan: 52)

Allahlberfirman kepada Rasulullah n untuk berjihad


melawan orang-orang kafir dengan Al-Quran dengan jihad
yang besar. Para ulama mengatakan bahwa ayat ini turun di
fase Makiyah1, artinya belum disyariatkan jihad.

sebagaimana tatkala keluarga yasir disiksa, Nabi n hanya


memerintahkan kepada mereka untuk bersabar,

‫ فجإع لن جم لو ععدج تّ تم ال جَنلِت‬، ‫صب ةلرا يجا آ جَ يجا عس تر‬


‫ج‬

1
Tafsir Al-Qurthubi 13/58
-5-
“Bersabarlah wahai keluarga Yasir. Karena sesungguhnya tempat
yang dijanjikan untuk kalian adalah surga.” (HR. Al-Hakim
dalam Al-Mutadrak. Hadits ini disahihkan oleh Syaikh Al-
Albani dalam Takhrij As-Sirah, hlm. 108)

Oleh karenanya kata para Ulama yang dimaksud dengan


kalimat ‫ّ عبيرا ة‬
‫ عَ جهاَا ة ج‬disini adalah berjihad dengan ilmu.
Hal ini menunjukan bahwa Manzilah ilmu sama dengan
Manzilah jihad.

Adapun jihad terbagi menjadi dua, sebagaimana dijelaskan


oleh para ulama bahwa jihad pun bisa dengan dua
hal. Pertama, ‫سنجان‬
‫عبال ع م‬ ‫لال عَ جهاَت‬ jihad dengan
pedang’ dan kedua, adalah ‫سان‬ ‫ لال عَ جهاَت بع ع‬jihad
‫اللم ج‬ dengan
perkataan’.

Dalil yang menjelaskan tentang perkara ini adalah, Allah l


berfirman,

ِ‫علج لي جها جو لال تم جْللَج ع‬ ‫يَ جو لالعج ع‬


‫ام عليَج ج‬ ‫اِ جو لال جم ج‬
‫سا عّ ع‬ ‫ّدجُجاٍت عل للَتقج جر ع‬ ‫عإنل جما ال ل‬
ْ‫س عبي ع‬‫لع جواب علَ ال ل‬ ‫س عبي عْ ل‬
‫جار عميَج جو عفي ج‬ ‫ِ جو لالَ ع‬‫الرُجا ع‬ ‫ُتلتوبت ته لم جو عفي ع م‬
‫لع‬ ‫َِة عمَج ل‬‫فج عري ج‬

“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang


miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk
(memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang

-6-
berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah.” (QS. At-Taubah: 60)

Di antara orang yang menerima zakat adalah fii


sabilillah, yaitu orang berjuang di jalan Allah l. Sampai
sekarang para ulama seperti Asy-Syaikh Ibnu Baz dan
ulama-ulama yang lain berfatwa jika ada harta zakat, maka
yang berhak menerima zakat di antaranya adalah para dai,
karena mereka dianggap fii sabilillah dan di antaranya juga
yang dianggap menerima zakat adalah apa para penuntut
ilmu. Karena menuntut ilmu dianggap sebagai jihad di jalan
Allah l.2

Adapun untuk saat sekarang ini jihad dengan ilmu adalah


hal yang paling bermanfaat, sebab jihad dengan
menggunakan pedang tidak setiap saat kondisi bisa kita
lakukan, ada kondisi tertentu untuk memungkinkan kita
berjihad dengannya, namun banyak kondisi tidak
memungkinkan, diantaranya terjadi perpecahan ditengah
kaum muslimin, kekuatan mereka melemah, masing-masing
memiliki bendera sendiri. Namun berjihad dengan ilmu bisa
disegala kondisi. Banyak contoh bisa kita saksiksan di
negara-negara eropa yang islam terus berkembang disana
disebabkan ada orang yang berjihad dengan ilmu.

Demikian pula tatkala Nabi n masuk dalam perjanjian


Hudaibiah bersama orang kafir. Justru, di situ banyak orang
yang masuk ke dalam agama Islam. Sebagaimana diketahui
bahwa Rasulullah n dalam berdakwah selama 13 tahun di
Kota Mekah, dari tahun kenabian sampai berhijrah ke

2
Fatawa Nur ‘Ala Ad-Darb, no. 177, 15/355 dan 357
-7-
Madinah, kemudian sampai pada tahun ke-5 hijriah, artinya
selama 18 tahun beliau n berdakwah. Setelah itu, pada
tahun ke-6 hijriah, di mana beliau n memiliki pasukan
perang kaum muslimin yang berjumlah kurang lebih 2000
hingga 3000 pasukan. Tahun ke-8 hijriah orang kafir Quraisy
membatalkan perjanjian Hudaibiah, sehingga Nabi n ingin
menyerang Kota Mekah, sedangkan waktu itu pasukan
kaum muslimin berjumlah sekitar 10.000 pasukan. Artinya
dalam kurun waktu dua tahun tersebut, ada sekitar 6.000-
7.000 orang masuk Islam. Demikian ini terjadi karena
interaksi antara orang Islam dengan orang musyrikin,
kemudian orang Islam mendakwahi mereka dengan lisan
dan akhlak mereka, akhirnya banyak musuh yang masuk
agama Islam.3

Kemudian diantara dalil bahwa ilmu itu adalah ibadah,


Allah l berfirman,
‫جوُت لْ جرِم ع عِ لَنعي عع لل ةما‬
“Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku
ilmu.” (QS. Thaaha: 114)

Dari ayat yang mulia ini Allah l memerintahkan kepada


Nabi n untuk berdo’a agar di tambahkan ilmunya, tentu
saja tidak mungkin Allah l memerintahkan kepada Nabi
n kecuali hal ini bermanfaat untuk kehidupan dunia
maupun kehidupan akhirat Nabi n.

Diantara dalil yang menerangkan bahwa ilmu adalah ibadah,


bahwasanya Allah l mempersaksikan Para Ulama untuk

3
Dr. Firanda Andirja, Lc., M.A, “Pentingnya Menuntut Ilmu”, Bekal Islam, Oktober 12,
2022 ,https://bekalislam.firanda.com/6084-pentingnya-menuntut-ilmu.html
-8-
digandengkan dengan persaksian Allah, tentang keagungan
Laa Ilaaha Illallah. Allah l berfirman,

‫ل ا بعلهج ا لعل تَ ت جو جو لال جم بِل ىٕ جكِت جواتولتوا لال عع لل عم ُج ِا ىٕ ةم اا عب لال عقس عم‬
ۗ‫ل‬ ‫لت اجنلهه ج ا‬
‫ش عهدج ل‬
‫ج‬
“Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian
pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan”
(QS. Ali Imran: 18)

Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah l


bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain-Nya serta untuk
memperkuat kesaksian ini Allah l menggandengkan pula
dengan kesaksian Para Malaikat dan selanjutnya dengan
kesaksian Para Ulama. Dan tidaklah Allah l menjadikan
kesaksian mereka sebagai dalil, kecuali mereka adalah
orang-orang yang sangat agung di sisi Allah l.

Dalil lainnya yang menunjukan bahwa ilmu adalah Ibadah,


bahwa Para Rasul yang Allah l mengutus mereka, yakni
mereka diberikan Ilmu. Diantaranya Allah l memuliakan
Nabi adam p dengan ilmu, Allah l berfirman,

َ‫ض ته لم جعلجى لال جملِع جك عِ فجقجا ج‬‫جو جعلل جم آَج جِ ال لس جما جِ تّلل جها ث ت لم جع جر ج‬
‫جْتلِ عإ لن تّ لنت ت لم ج‬
‫صا عَ عُيَج‬ ‫اِ َ ع‬ ‫أ ج لن عبُتو عني عبأ ج لس جم ع‬
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat
lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang yang benar!" (QS. al-Baqarah: 31)

-9-
Kemudian diantara dalil lainnya adalah tatkala Nabi Musa
p menuntut ilmu kepada Nabi Khidir p. Allah l
berfirman,

‫سى علَجتجاهت جل أجب جلر تِ جحتلى أ ج لبلت جَ جم لَ جم جِ لالبج لح جري علَ أ ج لو‬
‫جو عإ لَ ُجا جَ تمو ج‬
‫ي تحقتبةا‬ ‫أ ج لم ع‬
‫َ ج‬
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: “Aku tidak
akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah
lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun” (QS AL-
Kahfi: 60)

Disebutkan pula dalam sebuah hadits, Rasulullah n


bersabda,

َ ‫س عُ جْ أ ج ي‬ ‫جّيبةا عفي بج عني عإس جلرا عِي جْ فج ت‬ ‫س جلِ خ ع‬ ‫سى جعلج لي عه ال ل‬ ‫ُج ج‬
‫اِ تمو ج‬
‫لت جعلج لي عه إع لَ لج لم يج ترَل لال عع لل جم‬‫َ ل‬ ‫اِ أ ج لعلج تم فجقجا جَ أجنجا أ ج لعلج تم ُجا جَ فجعجت ج ج‬
‫النل ع‬
‫لت إعلج لي عه أ ج لن جع لبدةا عم لَ ععبجاَعَ بع جم لَ جمِع لالبج لح جري علَ تَ جو‬ ‫إعلج لي عه فجأ ج لو جحى ل‬
ْ‫اح عم ل‬ ‫لَ علي عب عه فج عقي جْ لجهت ل‬ ‫َ جرِم ع جّي ج‬ ‫سى أ ج ل‬ ‫أ ج لعلج تم عم لن جك ُجا جَ تمو ج‬
‫ّلجَج‬ ‫ّلجَج جوا لن ج‬ ‫وٍ فج ته جو ث ج لم فجا لن ج‬‫لُ ت ج لَ عقدت لال تح ج‬ ‫تحوتةا فعي عم لكت ج تْ فج جحي ت‬
‫ش تِ ب تلَ نت ت‬
‫ون‬ ‫جمعجهت فجتجاهت جو تَ جو يتو ج‬
“Suatu ketika Nabi Musa 'Alaihis Salam berdiri untuk berpidato
di hadapan kaum Bani israil.' Setelah itu, seseorang bertanya
kepadanya; 'Hai Musa, siapakah orang yang paling banyak
ilmunya di muka bumi ini? ' Nabi Musa menjawab; 'Akulah
orang yang paling banyak ilmunya di muka bumi ini.' Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berkata: Oleh karena itu, Allah
sangat mencela Musa 'Alaihis Salam. Karena ia tidak menyadari
bahwa ilmu yang diperolehnya itu adalah pemberian Allah. Lalu
- 10 -
Allah mewahyukan kepada Musa; 'Hai Musa, sesungguhnya ada
seorang hamba-Ku yang lebih banyak ilmunya dan lebih pandai
darimu dan ia sekarang berada di pertemuan dua lautan.' Nabi
Musa 'Alaihis Salam bertanya; 'Ya Tuhan, bagaimana caranya
saya dapat bertemu dengan hambaMu itu? ' Dijawab; 'bawalah
seekor ikan di dalam keranjang dari daun kurma. Manakala ikan
tersebut lompat, maka di situlah hambaKu berada.' Kemudian
Musa pun berangkat ke tempat itu dengan ditemani seorang
muridnya yang bernama Yusya' bin Nun. (HR. Muslim: 4385)

Disebutkan oleh Para Ulama bahwa kondisi Nabi Musa p


berangkat menuntut ilmu kepada Nabi Khidir p dalam
kondisi keilmuan beliau telah cukup untuk mentarbiyah
Bani israil, numun beliau ingin menambah keilmuan beliau
kepada Nabi Khidir p. Demikian pula Para Ulama sepakat
bahwa Nabi Musa p lebih utama dari Nabi Khidir p,
namun ketika beliau bertemu dengan Nabi Khidir p
beliau merendah untuk menuntut ilmu kepada Nabi Khidir
p agar di ajarkan ilmu.

Allah l berfirman,

‫ُجا جَ لجهه تم لوسب ى َ لجْ اجتلبععت جك جع بلاى ا ج لن تتعج علم جم عَ عم لما ت‬


‫ع علم لم ج‬
‫ۙ تر لشدةا‬
Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau
mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan
kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?” (QS Al-Kahfi: 66)
Demikian agungnya ilmu, meskipun Nabi Musa p lebih
utama dari Nabi Khidir p namun tatkala ingin belajar dari
Nabi Khidir p beliau merendah untuk di ajarkan suatu
ilmu kepadanya.

- 11 -
Adapun diantara dalil bahwa ilmu adalah ibadah, Allah l
berfiirman,

‫علجى تّ عمْ تم لس عل تم‬ ‫َ لال عع لل عم فج عري ج‬


‫َِ ة ج‬ ‫ج‬
‫َل ج ت‬
“Sesungguhnya menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap
muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224 dan Ath-Thabrani di
dalam Al-Mu’jam Al-Ausath no. 9 dan disahihkan oleh Al-
Albani)

Menuntut ilmu itu wajib, tentu saja berpahala dan Allah


lebih menyukai perkara yang wajib dari pada yang sunnah.
Ilmu yang wajib itu adalah ilmu yang dapat memasukkan
kita ke surga dan menjauhkan kita dari neraka, adapun ilmu
wajib untuk dipelajari itu adalah ilmu tentang Ushuluddin,
Rukun Islam, Rukun Iman, dll.

Dari sini kita mengetahui ilmu adalah suatu perkara yang


wajib maka tentu saja ia adalah Ibadah, dalam hadits qudsi
disebutkan, Allah l berfirman,

‫ي مما افترضۙت عليه‬


‫ي عبدَ بشيِ أحَ إل ل‬
‫تقرِ إل ل‬
‫وما ل‬
“dan tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu
yang lebih Aku cintai melebihi apa-apa yang Aku wajibkan
kepadanya” (HR. Al-Bukhâri 6502 Fathul Bârî [11/348])

Dan diantara dalil bahwa ilmu adalah ibadah, Nabi n


bersabda,

‫لت لجهت عب عه ج‬
‫َ عريقةا عإلجى‬ ‫ُ فعي عه عع لل ةما ج‬
‫س له جْ ل‬ ‫َ عريقةا يج للت ج عم ت‬
‫سلج جك ج‬
‫جو جم لَ ج‬
ِ‫لال جَنل ع‬
- 12 -
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim, no. 2699)

Dalam hadits ini Nabi n tidak mengatakan menempuh


jalan untuk kemasjid, umroh, jihad, silaturahmi, berbakti
kepada orang tua, namun yang beliau sampaikan adalah
“menuntut ilmu”, kata sebagian Ulama karena menuntut ilmu
adalah cara tercepat untuk masuk kedalam surga.

Dengan menuntut ilmu akan terbuka bagi dia cakrawala


kebaikan, sebab dengan ilmu ia dapat mengetahui mana
yang baik dan mana yang buruk. serta dengan menuntut
ilmu ia mengetahui skala prioritas dalam beribadah, ia dapat
mengetahui perkara haram, sehingga ia bisa
menghindarinya.

Dalam sebuah hadits disebutkan Nabi n bersabda,

‫إن لالعتلت جما تِ جو جرثجِت الل ج لن عبيج ع‬


‫ عإ لن الل ج لن عبيا ج جِ لج لم يت جو ع مرث ت لوا عَيلنا ج ةرا جولج‬،ِ‫ا‬
‫ٍ جوافع تر‬‫َ لعرَجما ة عإنل جما جو لرث ت لوا لال عع لل جم فج جم لَ أ ج جخِج عب عه فجقج لد أ ج جخِج عب جح ت م‬
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para
nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya
mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia
telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. At-Tirmidzi, no.
2681)

Dalam hadits lainnya, Nabi n bersabda,

- 13 -
‫َ لال عع لل عم جوإعنلهت‬ ‫ّا عل ع‬ ‫ضا عل ج‬ ‫جوإع لن لالٔ جملجِع جكِج لجت ج ج‬
‫َ تِ أ ج لَنع جحت ج جها عر ة‬
‫ان فعى‬ ‫ٔح ليت ج ت‬‫ِ جحتلى لال ع‬ ‫اِ جوالل ج لر ع‬ ‫لجيج لست ج لَ عَ تر عل للعجا عل عٔم جم لَ فعى ال ل‬
‫س جم ع‬
‫علجى ج‬
‫ساِع عر‬ ‫َ عْ لالقج جم عر ج‬ ‫َ تْ لالعجا عل عٔم جعلجى لالعجا عب عد جَّج ل‬‫اِ جوفج ل‬ ‫لالٔ جم ع‬
‫لال جك جوا عّ ع‬
َ
“Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang
yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka
lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang `alim akan dimohonkan
ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga
ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang ‘alim atas
ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang.” (HR.
Ahmad [V/196])

Para penuntut ilmu akan dimintai ampunan oleh makhluk


yang berada di langit dan di bumi, disebabkan mereka para
penuntut ilmu adalah orang yang bisa menjaga dunia ini,
tidak melakukan kerusakan, korupsi serta kerusakan lainnya.

Demikian pula dengan ilmu seorang akan terhindar dari


maksiat, karena dengan maksiat orang akan merusak alam
ini, Allah l berfirman,

‫ۙ ا ج ليدعى النل ع‬
‫اِ عليت عِ ليقج ته لم‬ ‫ساَت فعى لالبج ع مر جو لالبج لح عر بع جما جّ ج‬
‫سب ج ل‬ ‫َ جه جر لالَج ج‬
‫ج‬
‫عَ جع عملت لوا لجعجلل ته لم يج لر عَعت لونج‬
‫َ اللِ ل‬ ‫بج لع ج‬
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum: 41)
Dari ayat di atas kita mengetahui bahwa karena perbuatan
maksiat maka terjadilah bencana, kerusakan, peperangan,
dan lainnya, akan tetapi dengan ilmu akan mencegah itu

- 14 -
semua, oleh karena inilah mengapa sampai ikan dilaut pun
mendoakan para penuntut ilmu.

Kemudian, seorang berilmu ia lebih utama dibandingkan


seorang ahli ibadah, Rasulullah n bersabda,

‫علجى ج‬
‫سا عِ عر‬ ‫علجى لالعجا عب عد جَّج ل‬
‫َ عْ لالقج جم عر ج‬ ‫َ جْ لالعجا عل عم ج‬‫جو عإ لن فج ل‬
‫لال جك جوا عّ ع‬
َ
“Perumpamaan orang yang memiliki ilmu seperti rembulan
dibandingkan dengan seluruh bintang-bintang.” (HR. Abu
Dawud no. 3641, Tirmizi no. 2682 dan Ibnu Majah no. 223
dan disahihkan oleh Al-Albani)

Orang yang berilmu bagaikan rembulan, sedangkan orang


yang ahli ibadah bagaikan bintang-bintang. Jadi, satu
rembulan mengalahkan ribuan bintang, satu orang alim
mengalahkan ribuan ahli ibadah, namun tidak memiliki ilmu.

Demikian diatara dalil-dalil tentang keutamaan menuntut


ilmu, maka tak heran ketika kita mendengar bagaimana
semangat para salaf tatkala mereka menuntut ilmu, karena
mereka sangat memahami bahwa menuntut ilmu adalah
ibadah yang sangat agung. Diantara kisah yang semoga
menjadi motivasi bagi kita adalah kisah Para Salaf berikut:

Kisah Jabir bin Abdillah z

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqil


berkata, ‘Aku mendengar Jabir bin Abdullah z berkata,

- 15 -
‫صللى ات‬ ‫لع ج‬ ‫سو عَ ل‬ ‫س عمعجهت عم لَ جر ت‬ ‫ع لَ جر تَ تْ ج‬ ‫عيُ ج‬ ‫بجلجَجنعي جحد ة‬
‫ فجس لعرٍت‬،‫علج لي عه جر لح علي‬ ‫شدجَلٍت ج‬ ‫ ث ت لم ج‬،‫يرا‬ ‫سلل جم فجا لشت ج جريلۙت بج عع ة‬
‫علج لي عه جو ج‬‫ج‬
،ُ‫لع ب تلَ أتنجي تل‬ ‫ع لبدت ل‬ ‫اِ فجإعَجا ج‬
‫ش ج‬ ‫علج لي عه ال ل‬
‫ جحتلى ُجد لعمۙت ج‬،‫ش له ةرا‬ ‫عإلج لي عه ج‬
‫لع؟‬ ‫ع لب عد ل‬‫ فجقجا جَ اب تلَ ج‬،ِ ‫علجى لالبجا ع‬ ‫ جَا عب ةر ج‬:‫ ُت لْ لجهت‬:ِ ‫فجقت للۙت عل للبج لوا ع‬
: ‫ فجقت للۙت‬،‫ جوا لعتجنج لقتتهت‬،‫ّأ ت ث ج لوبجهت فجا لعتجنجقجنعي‬ ‫ فجَ ججر جَ يج ج‬،‫ نجعج لم‬: ‫ُت للۙت‬
‫صللى ات ج‬
‫علج لي عه‬ ‫لع ج‬ ‫سو عَ ل‬ ‫س عم لعتجهت عم لَ جر ت‬ ‫ع لن جك أجنل جك ج‬ ‫جحدعيًةا بجلجَجنعي ج‬
‫وٍ ُج لب جْ أ ج لن‬
‫ أ ج لو أ ج تم ج‬،ٍ‫و‬
‫ فج جَ عشيۙت أ ج لن ت ج تم ج‬،ِ‫ا‬ ‫ّ ع‬ ‫سلل جم فعي لال عق ج‬ ‫جو ج‬
‫أ ج لس جمعجهت‬
“Telah sampai kepadaku sebuah hadis dari seseorang yang
langsung mendengar dari Rasulullah n, lalu aku pun bersegera
membeli seekor unta, kemudian aku persiapkan bekal perjalananku,
lalu aku tempuh perjalanan satu bulan untuk menemuinya, hingga
sampailah aku di Syam. Ternyata orang tersebut adalah Abdullah
bin Unais. Setelah itu aku berkata kepada penjaga pintu rumahnya,
‘Sampaikan kepada tuanmu bahwa Jabir sedang menunggu di
pintu’. Abdullah bertanya, ‘Jabir bin Abdillah?’ Aku
menjawab, ‘Ya, benar!’ (Begitu tahu kedatanganku), beliau
bergegas keluar, lalu dia merangkulku dan aku pun
merangkulnya. Aku berkata kepadanya, ‘Telah sampai kepadaku
sebuah hadis, dikabarkan bahwa engkau mendengarnya langsung
dari Rasulullah n tentang qishas (pembalasan atas kezaliman di
hari kiamat). Saya khawatir engkau meninggal terlebih dahulu
atau aku yang lebih dahulu meninggal sementara aku belum
sempat mendengarnya.” (HR. Ahmad no. 16042, sanadnya
hasan)

- 16 -
Kisah Al-Imam Al-Bukhari t

Apabila kita melihat bagaimana perjalanan beliau sampai


beribu-ribu kilo meter dalam rangka mencari hadis dari satu
kota ke kota berikutnya. Beliau pernah masuk dan keluar
kota Kufah, kemudian ke kota Baghdad, Mekah dan kota-
kota yang lain.4 Bayangkan, tidak menetap pada satu kota
saja dalam menuntut ilmu. Tentu saja, ini adalah perkara
yang berat. Tidak mudah, bagi seseorang, melakukan
perjalanan dari satu kota ke kota berikutnya, lalu berpindah
ke kota yang lain lagi, entah sampai berapa tahun lamanya
dalam rangka menuntut ilmu. Semua uang dan
perbekalannya habis dalam rangka menuntut ilmu. Maka,
benarlah jika dikatakan,

‫لُ أ ج لفلج ج‬
ُ ‫جم لَ ج‬
‫َل ج ج‬
‫َ ال جح عدي ج‬
“Barang siapa yang mencari hadis, maka dia akan bangkrut.”5

Bahkan, dikisahkan bahwa Al-Imam Al-Bukhari makan


rumput-rumputan untuk bertahan hidup, hanya untuk
menuntut ilmu. Sungguh, sangat luar biasa bagaimana para
ulama dalam menuntut ilmu.

Kisah Ibn Abi Hatim t

‫ تّ يْ نج جه ع‬،‫ لج لم نجأ ل تّ لْ عف لي جها جم جرُجِة‬،‫س لبعجِج أ ج لش ته تر‬


‫ارنجا تمقج ل‬
‫س ةم‬ ‫تّنلا عب عم ل‬
‫ّ جر ج‬
.‫النل لس تُ جوال تمقجابجلجِت‬: ْ‫ جوبجاللل لي ع‬،‫شيت لوِع‬ ‫عل جم جَا عل عُ ال ي‬
4
Siyar A’lam An-Nubala’, (12/408). Lihat tulisan beliau: “Pentingnya Menuntut
Ilmu”
5
Siyar A’lam An-Nubala’, (7/220). Penomoran Maktabah Syamilah
- 17 -
،ْ‫ تَ جو جع عل لي ة‬: ‫ فجقجالتوا‬،‫شيلَاة‬ ‫فجأجت ج لينجا يج لوما ة أجنجا جو جرفعي ةلَ علي ج‬: َ‫ُجا ج‬
‫صرنجا عإلجى‬ ‫ فجلج لما ع‬،‫ فجاشت ج عريجنجاهت‬،‫س جم جكِة أ ج لع جَبجتلنجا‬ ‫َ عر لي عقنجا ج‬‫فج جرأجينجا فعي ج‬
‫َينجا عإلجى‬ ‫ جو جم ج‬،‫ص جلحه‬ ‫ فجلج لم يمكنجا عإ ل‬،ُ‫َ جر جو لُۙت جم لَ عل ت‬ ‫ جح ج‬،‫البج ليۙع‬
،‫ جو جّاَج أ ج لن يجتجَجي جلر‬،ِ‫ فجلج لم نجَج لَ جحتلى أجتجى جعلج لي عه ث ج جلثجِج أجي تلا‬،ُ‫ال جم لَ عل ع‬
.‫ٌ أ ج لن نت لع عّيج له جم لَ يج لش عويه‬ ‫ لج لم يج تك لَ لجنجا فج جرا ة‬،‫فجأ ج جّ للنجاهت عنيلُاة‬

‫ُ ال عع لل تم عب جرا جح عِ ال جَ ج‬
‫س عد‬ ‫ث ت لم ُجا جَ ج‬
‫ل يت لست ج ج‬:
‫ّا ت‬
“Kami pernah berada di negeri Mesir selama 7 bulan,selama itu
tidak pernah kami makan maraqah (sejenis kuah daging).
Sepanjang siang kami membagi waktu hanya untuk belajar
bersama para syaikh (guru besar). Sementara di malam hari
kegiatan kami adalah menulis, menyalin dan saling memperbaiki
catatan.

Pada suatu hari seperti biasanya kami beserta sahabat yang lain
berangkat mendatangi syaikh untuk belajar. Murid-murid yang
lain berkata kepada kami bahwa syaikh sedang sakit, maka kami
pun pulang, di tengah perjalanan, kami melihat ikan segar yang
begitu menggoda, maka kami pun membelinya, tatkala kami pulang
ke rumah, tak sadar, ternyata waktu belajar telah tiba, tidak
mungkin bagi kami untuk memasak ikan tersebut, akhirnya kami
pun memutuskan berangkat untuk mengikuti pelajaran, kami
tinggalkan ikan itu, demikan secara tak sadar, hal ini berlangsung
selama 3 hari, kami pun teringat akan ikan tersebut, ketika dicek,
ternyata keadaannya sudah berubah, tidak segar lagi, namun
akhirnya kami tetap memakannya walau keadaan yang demikian,
kami santap ikan itu mentah-mentah karena memang sudah tidak
ada waktu lagi bagi kami untuk mengolahnya.”

- 18 -
Kemudian beliau berkata, ”memanglah, Ilmu itu tidak akan
didapat dengan badan yang santai”.6

Kisah Khathib At-Tibrizi t 7

Dia pernah menuntut ilmu dari seorang ulama yang


bernama Abu Al-‘Ala Al-Ma’arri. Dia pun berjalan menuju
ke kota Al-Ma’arra dengan memikul bukunya yang berjilid-
jilid. Apalagi, buku tersebut berupa kertas tebal, ditambah
lagi dengan tulisannya yang besar-besar. Dia sama sekali
tidak menaiki tunggangan. Akhirnya keringatnya
bercucuran sampai membasahi buku-bukunya. Bahkan,
disebutkan bahwa buku-buku tersebut sekarang ada di suatu
tempat di Baghdad. Bagi orang yang tidak mengerti, maka
dia akan melihat buku tersebut pernah tenggelam di sungai
karena sudah penuh dengan tinta yang luntur. Namun,
ternyata itu adalah akibat dari keringat dari seorang salaf
yang gigih dalam menuntut ilmu, yaitu At-Tibrizi bin Al-
Khatib.8

Ibnu Thahir Al-Maqdisi t

Disebutkan bagaimana para ulama begitu sabar dalam


menuntut ilmu, seperti dikisahkan dari Ibnu Thahir Al-
Maqdisi rahimahullah berkata,

6
Siyar A’lam An-Nubala’, (13/266). Penomoran Maktabah Syamilah
7
Siyar A’lam An-Nubala’, (14/289). Lihat tulisan beliau: “Pentingnya Menuntut
Ilmu”
8
(At-Tarbiyah Al-Islamiyah Ushuluha wa Tathawwuruha fii Al-Bilad Al-
‘Arabiyah, [1/34]). Lihat tulisan beliau: “Pentingnya Menuntut Ilmu”
- 19 -
ِ‫ جو جم لر ت‬،‫ جم لرِ ة عببج لَدجاَج‬.َ‫ُ جم لرتجي عل‬ ‫َ لال جح عد لي ع‬ ‫بت للۙت الد جلِ فع لي ج‬
‫َل ج ع‬
.‫ فجلج عحقجنع لي َج عل جك‬،‫اَ أ ج عنم لي تّ لنۙت أ ج لم عش لي جحافعيةا فع لي لال جح ع مر‬ ‫ جوَج ج‬.‫بع جم لكِج‬
‫ جو تّ لنۙت أ ج لح عم تْ تّت ت عب لي‬.‫َ لال جح عد ليُع‬ ‫َل ج ع‬ ‫ۗ عف لي ج‬ ‫جو جما جر عّبلۙت َجابلِة ُج ط‬
‫ جو تّ لنۙت‬.‫َ أ ج جحدةا‬ ‫سأ ج للۙت فع لي جحا عَ ل‬
‫الّلج ع‬ ‫ جو جما ج‬،َ ‫علجى ج‬
‫َ له عر ل‬ ‫ج‬
ِ‫َي علر جم لسأجلج ت‬‫علجى جما يجألتع لي عم لَ ج‬ ‫لُ ج‬ ‫أ ج ععي ت‬
“Aku pernah kencing darah dua kali dalam rangka mencari hadis,
di Baghdad sekali dan di Mekkah sekali. Hal itu, terjadi karena aku
berjalan tidak pakai alas kaki di waktu yang sangat panas, akhirnya
aku ditimpa dengan hal tersebut. Aku tidak pernah naik kendaraan
sekalipun dalam mencari hadis. Aku memikul buku-bukuku di atas
punggungku dan aku tidak pernah meminta kepada seorang pun
tatkala menuntut ilmu. Aku hidup dengan apa saja yang datang
kepadaku tanpa meminta sama sekali.”9

Ibnu Thahir Al-Maqdisi rahimahullah pernah kencing darah


karena perjalanannya dalam rangka mencari hadis Nabi n.
Inilah gambaran bagaimana para salaf dahulu begitu
semangat dalam menuntut ilmu.

Demikian kisah Para Salaf dalam menuntut ilmu, mereka


bersusah payah menghabiskan seluruh harta dan tenaganya
bahkan tidak sedikit dari mereka yang menanggung
penderitaan karena ilmu sebab mereka mengetahui betapa
mulia dan agungnya balasan yang akan mereka dapatkan
dari Allah l dengan menuntut ilmu, semoga Allah l
senantiasa memberikan taufiq kepada kita semua.

9
Siyar A’lam An-Nubala’, (14/289). Lihat tulisan beliau: “Pentingnya Menuntut
Ilmu”
- 20 -
Catatan Kajian oleh :

Fauzi M. Noor S.Sy


(Semoga Allah mengampuni kesalahannya)

Masjid Al-Amanah, Kota Palu, 5 Oktober 2022

‫ل عِ حَ عَ تُ ل صَل لِصِلى لِِل عْ حَتل لِ تحتل مُ لِ ص‬


‫َا لِ حَاُت‬

- 21 -

Anda mungkin juga menyukai