Absen Bus TPQ 2023
Absen Bus TPQ 2023
1. Bapak Mohan
2. Ustadzah Zulaikha
3. Ustadzah Ria
4. Ustadzah Nurul
5. Ustadzah Qomariah
6. Ustadzah Nure
No Nama Kelas
1 Naila Umar A
2 Nabila Umar A
3 Fara nisa Umar A
4 Rania Umar A
5 Aurora Umar A
6 Hania Umar A
7 Siti najwa Umar A
8 Kayla Utsman A
9 Nawab Utsman B
10 Holif Utsman B
11 Fudhoil Utsman A
12 Hendra Utsman A
13 Bani Utsman A
14 Ammar Utsman A
15 Keandra Utsman A
16 Aqila Utsman B
17 Marwah Utsman B
18 Aretha Utsman B
19 Syakila Utsman A
20 Hishika Utsman A
21 Kiran Ustman B
22 Zahira Utsman B
23 Fashila Utsman B
24 Meewa Utsman B
BUS 2
ROMBONGAN WISATA RELIGI
1. Ustadz Hamim
2. Ustadzah Dhilah
3. Ustadzah Rahmah
4. Ustadzah Tasya
5. Ustadzah Sakinah
6. Ustadzah Qomariah
No Nama Kelas
1 Daffa Abu Bakar B
2 Keisya Abu Bakar B
3 Faren Abu Bakar B
4 Thalia Abu Bakar B
5 Calysta Abu Bakar B
6 Maura Abu Bakar A
7 Vanya Abu Bakar A
8 Juliana Abu Bakar A
9 Naila Abu Bakar B
10 Naya Abu Bakar B
11 Syahira Abu Bakar B
12 Fahmi Abu Bakar E
13 Rendra Abu Bakar E
14 Najwa Abu Bakar D
15 Bayu Abu Bakar E
16 Juna Abu Bakar D
17 Zihan Abu Bakar C
18 Syakila Abu Bakar C
19 Viona Abu Bakar C
20 Syafiq Abu Bakar C
21 Aqila Abu Bakar A
22 Yasmin Abu Bakar A
23 Hanazia Abu Bakar D
24 Nasya Abu Bakar F
25 Alfi Abu Bakar Umar
Daftar Isi Profil Habib Mundzir Bin Fuad al-Musawa
1. Kelahiran
2. Silsilah
3. Wafat
4. Pendidikan
5. Berjuang Melalui Dakwah
6. Bertemu Dengan Presiden Ke-4
7. Mengunjungi KH. Maimoen Zubair
KELAHIRAN
Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa atau lebih dikenal dengan Mundzir Al-
Musawa atau Munzir lahir pada 23 Februari 1973 di Cipanas, Cianjur, Jawa
Barat.
Habib Mundzir adalah anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Fuad
bin Abdurrahman al-Musawa dan Rahmah binti Hasyim al-Musawa. Masa
kecilnya dihabiskan di daerah Cipanas, Jawa barat bersama-sama saudara-
saudaranya, Ramzy Fuad al-Musawa, Nabiel Al Musawa, Lulu Fuad al-Musawa
serta Aliyah Fuad al-Musawa.
Habib Mundzir berkata "Saya adalah seorang anak yang sangat dimanja oleh ayah
saya. Ayah saya saya selalu memanjakan saya lebih dari anaknya yang lainnya."
SILSILAH
Mundzir bin Fuad bin Abdurrahman bin Ali bin Abdurrahman bin Ali bin Aqil
bin Ahmad bin Abdurrahman bin Umar bin Abdurrahman bin Sulaiman bin
Yaasin bin Ahmad Al-Musawa bin Muhammad Muqallaf bin Ahmad bin
Abubakar As Sakran bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah
bin Ali bin Alwi Al-Ghayur bin Muhammad al-Faqih Muqaddam bin Ali bin
Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali' Qasim bin Alwi bin Muhammad bin
Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa Ar-Rumiy bin Muhammad
Annaqib bin Ali Al-Uraidhiy bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin
Ali Zainal Abidin bin Hussein dari Fatimah az-Zahra Putri Rasulullah SAW.
WAFAT
Habib Mundzir memiliki penyakit asma kronis sejak kecil dan sering keluar-
masuk rumah sakit. Pada tahun 2012 ia pernah dirawat di RSCM Jakarta karena
penyakit radang otak. Habib Mundzir dinyatakan wafat secara medis saat berada
di RSCM pada taggal 15 September 2013 jam 15:30 WIB pada usia 40 tahun.
Sebelum meninggal, Habib Munzir juga pernah dioperasi karena ada cairan di
perutnya.
Menurut penuturan yang ditulis di blog beliau, Habib Mundzir sempat bermimpi
bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. "Saya sangat mencintai Rasulullah SAW,
menangis merindukan Rasulullah SAW, dan sering dikunjungi Rasululullah SAW
dalam mimpi, Rasul selalu menghibur saya jika saya sedih, suatu waktu saya mimpi
bersimpuh dan memeluk lutut beliau dan berkata wahai Rasulullah SAW aku rindu
padamu, jangan tinggalkan aku lagi, butakan mataku ini asal bisa jumpa denganmu
ataukan matikan aku sekarang, aku tersiksa di dunia ini”.
Rasulullah SAW menepuk bahu saya dan berkata, "Mundzir, tenanglah, sebelum
usiamu mencapai 40 tahun kau sudah jumpa denganku maka saya terbangun”.
PENDIDIKAN
Dimasa baligh, ia pernah putus sekolah, Mundzir muda lebih senang hadir
majelis maulid Almarhum Al Arif billah Al-habib Umar bin Hud al-Attas, dan
Majelis taklim kamis sore di Empang, Bogor, yang pada masa itu membahas
kajian Fathul Baari olehAl-Habib Husein bin Abdullah bin Muhsin al-Attas.
Sementara pada masa yang hampir bersamaan saudara-saudara kandungnya
berhasil membanggakan orangtua mereka dalam meraih prestasi wisuda Hal ini
mengundang kekecewaan kedua orangtua Mundzir muda.
Ayahnya pernah berkata "kau ini mau jadi apa?, jika mau agama maka belajarlah
dan tuntutlah ilmu sampai keluar negeri, jika ingin mendalami ilmu dunia maka
tuntutlah sampai keluar negeri, namun saranku tuntutlah ilmu agama, aku sudah
mendalami keduanya, dan aku tak menemukan keberuntungan apa-apa dari
kebanggaan orang yang sangat menyanjung negeri barat, walau aku sudah lulusan
New York University, tetap aku tidak bisa sukses di dunia kecuali dengan kelicikan,
saling sikut dalam kerakusan jabatan, dan aku menghindari itu."
Beliau masuk pesantren Al-Habib Hamid Nagib bin Syeikh Abubakar di Bekasi
Timur, ia selalu menangis dan berdo'a kepada Allah swt dan rindu kepada
Rasulullah SAW dan meminta untuk dipertemukan dengan guru yang paling
dicintai Rasulullah SAW saat mahal qiyam maulid.
Keesokan harinya Habib Mundzir berjumpa lagi dengan Al-Habib Umar bin
Hafidz di kediaman Almarhum Al-Habib Bagir al-Attas, saat itu banyak para
Habaib dan Ulama mengajukan anaknya dan muridnya untuk bisa menjadi
murid Al-Habib Umar bin Hafidz. Berkata Habib Munzir "maka guru mulia
mengangguk angguk sambil kebingungan menghadapi serbuan mereka, lalu guru mulia
melihat saya dikejauhan, lalu ia berkata pada almarhum Habib Umar Maula Khela :
itu.. anak itu.. jangan lupa dicatat.., ia yang pakai peci hijau itu..!, guru mulia kembali
ke Yaman, sayapun langsung ditegur guru saya Habib Nagib bin Syeikh Abubakar,
seraya berkata : wahai Munzir, kau harus siap-siap dan bersungguh sungguh, kau
sudah diminta berangkat, dan kau tak akan berangkat sebelum siap.”
Dua bulan setelah pertemuan dengan Al-Habib Umar bin Hafidz, datanglah
Almarhum Al-Habib Umar Mulakhela ke pesantren dan menanyakan Habib
Munzir, Almarhum Al-Habib Umar Maula Khela berkata pada Al-Habib Nagib:
"Mana itu Mundzir, anaknya Al-Habib Fuad al-Musawa? Dia harus berangkat
minggu ini, saya ditugasi untuk memberangkatkannya."
Namun Almarhum Al-Habib Umar Maula Khela dengan tegas menjawab : "Saya
tidak mau tahu, namanya sudah tercantum untuk harus berangkat, ini permintaan Al-
Habib Umar bin Hafidz, ia harus berangkat dalam dua minggu ini bersama
rombongan pertama".
Kemudian Habib Mundzir bergegas mempersiapkan paspor dan lain-lainya.
Ayahnya sempat keberatan dan berkata: "Kau sakit-sakitan, kalau kau ke Mekkah
ayah tenang, karena banyak teman disana, namun ke Hadhramaut itu ayah tak ada
kenalan, disana negeri tandus, bagaimana kalau kau sakit? Siapa yang
menjaminmu ?".
Setelah mendengar nasihat Al Habib Umar bin Hud al-Attas, Habib Mundzir
menemui ayahnya, namun hanya diam, hatinya berat melepas keberangkatan
Habib Munzir.
Habib Mundzir kembali ke Indonesia pada tahun 1998, dan mulai berdakwah
sendiri di Cipanas. Namun karena kurang berkembang, ia memindahkan
dakwahnya ke Jakarta pada Majelis Malam Selasa, dengan mengunjungi rumah-
rumah murid sekaligus teman, murid-muridnya lebih tua dari ia, dan berasal
dari kalangan awam.
Semenjak itu mulai muncul ide pemberian nama, para jamaahnya mengusulkan
memberikan nama Majelis Habib Mundzir, namun ia menolak lantas
menetapkan nama Majelis Rasulullah.
Pada suatu ketika, Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa hendak dakwah ke
Papua. Sampai di bandara Soeta, ternyata ada Gus Dur juga di bandara. Gus
Dur ditemani Kang Maman Imanul Haq. Melihat Gus Dur duduk nyantai, Habib
Mundzir menghampiri dan menciumi tangan Gus Dur seraya bersimpuh di
hadapan Gus Dur.
Kang Maman kagum dan penuh takdzim kepada Habib Munzir. Sosok habib
muda yang menjadi panutan umat. Takdzimnya kepada para kiai luar biasa,
sehingga Habib Mundzir sangat dihormati dan ditakdzimi para kiai di
Nusantara.
“Kalau ingin tahu wali yang muda ya Habib Mundzir. Tapi usianya tidak
panjang,” kata Gus Dur kemudian.
Dan ternyata betul apa yang dikatakan Gus Dur waktu itu, Pimpinan Majelis
Rasulullah Saw. Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa itu kemudian meninggal
dalam usia yang masih muda.
Pada suatu hari, almarhum Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa datang ke
ndalem KH. Maimoen Zubair Sarang Rembang. Kedatangan Habib Mundzir ini
dalam rangka mengundang Mbah Maimoen untuk hadir dalam acara Majlis
Rasulullah. Majlis Rasulullah rutin mempunyai acara besar setiap tahun dalam
rangka Maulid Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Setelah dirasa cukup dalam pembicaraan, Habib Mundzir minta undur diri.
Kemudian Habib Mundzir pamit dengan Mbah Maimoen sembari kembali
berharap Mbah Maimoen bisa hadir dalam acara tersebut.
Subhanallah! Akhlaq Habib Mundzir luar biasa. Ketika keluar dari rumah Mbah
Maimoen, Habib Mundzir berjalan mundur dengan pelan, tak mau
membelakangi Mbah Maimeon, sebagai wujud ekspresi adab terhadap orang
alim.
Itulah Habib Mundzir, sosok keturunan Rasulullah SAW yang menjadi teladan
bagi umat manusia. Kini Habib Mundzir telah tiada, tapi jejak hidupnya
menjadi warisan bagi generasi saat ini untuk menjadi pribadi yang luhur dalam
kehidupan sehari-hari.
Mbah Maimoen Zubair dikenal sebagai sosok ulama yang sangat mencintai dan
menghormati para habaib. Setiap bertemu habaib, Mbah Maimoen selalu
mendahului cium tangan.