Anda di halaman 1dari 3

SOSIALISASI PENTINGNYA KONSUMSI PROTEIN HEWANI DALAM

PENCEGAHAN STUNTING
Ainun Nabila Kadri
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar
(E-mail: inunainunnabillah28@gmail.com)

Abstrak
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan atau gagal tumbuh pada anak yang ditandai dengan
keadaan tubuh anak yang lebih pendek dibawah standar normal. Stunting disebabkan karena
konsumsi asupan gizi dan nutrisi yang kurang.,salah satunya yaiu asupan protein. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis peran protein khususnya protein hewani dalam mencegah
stunting pada anak balita. Jurnal penelitian yang dipilih dibuat ringkasan berupa desain penelitian,
gambaran penelitian, variabel, serta hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa
jurnal, diketahui bahwa kurangnya asupan protein hewani sebagai salah satu faktor penyebab
stuning. Asupan protein hewani dapat meningkatkan tinggi badan dan menurunkan angka stunting
pada anak Indonesia. Mengkonsumsi protein hewani dengan peristiwa sunting pada anak.
Disarankan memberikan asupan gizi yang cukup pada anak, teruama asupan protein hewani.
Kata Kunci : Stunting, Konsumsi Protein Hewani,Pertumbuhan anak, Penceghan Stunting,
Penanganan Stunting
PENDAHULUAN

Stunting merupakan salah sau permasalahan gizi didunia, khususnya pada anak balita
stunting menjadi salah satu faktor yang dapa menghambat pertumbuhan. Sebanyak 165 jua
balita didunia yang mengalami kondisi pendek atau stunting . Terdapat sekitar 80% balita
stunting di 14 negeri didunia, dan Indonesia juga termasuk didalamnya. Data stunting 2018
untuk Indonesia menujukkan bahwa prevalensi stunting pada anak balita mingkat dari 35,6%
pada 2010 menjadi 37,2% pada 2013 dan 30,8%. Masalah kekurangan gizi dan stuting
mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yang saling terkait. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi munculnya reterdasi pertumbuhan pada anak balita adalah kurangnya asupan
makanan, seperti protein, energi , dan seng. Asupan makanan ini berperan penting dalam
perkembangan balita. Gizi tersebut diperlukan oleh badan guna memacu pembelahan sel
selama dalam masa perkembangan paling uama protein. Protein merupakan salah satu zat gizi
utama yang berperan dalam proses tumbuh kembang anak balita. Kenaikan asupan protein
kurang lebih 15% sejalan dengan pesanya perkembanan anak (Apriluana & Fikawati, 2018).
Angka kecukupan konsumsi protein di Indonesia masih terbilang sangat kurang yaiu
<80%, sekitar 36,1% penduduk dengan AKP sangat kurang. Semakin tinggi dan baik kualitas
roein yang dikonsumsi maka semakin tinggi juga kadar insulin (IGF-1) yang berugas sebagai
mediator pertumbuhan dan pembentukan matriks tulang. Stunting terjadi mulai dari pra-
konsepsi ketika seorang remaja putri menjadi ibu yang kurang gizi dan anemia. Menjadi
parah ketika hamil dengan asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan, ditambah lagi ketika
berada dilingkungan dengan sanitasi kurang memadai. Oleh karena itu, penanggulangan
masalah stunting harus dimulai jauh sebelum seseorang anak dilahirkan dan bahkan sejak ibu
remaja unuk dapa memutus rantai stunting dalam siklus kehidupan.
Masalah stunting di Indonesia diperlukan penanganan yang tepat karena dampaknya
sanfat serius. Pola asuh merupakan salah satu penyebab tidak langsung terjadinya stunting
untuk mencukupi kebutuhan nutrisi terutama yang tidak adekuat diantaranya protein hewani
(Louis et al., 2022). Makanan berprotein berkualitas tinggi seperti telur, dapat memainkan
prioritas peran dalam pertumbuhan dan perkembangan yang sehat pada bayi, anak-anak,
remaja. Stunting dapat dilihat dari ukuran badan bayi yaitu pendek atau sangat pendek sesuai
yang telah ditetapkan oleh WHO. Berdasarkan standar WHO tahun 2005, nilai z-score kurang
dari -2SD dikategorikan sebagai balita pendek dan jika niali z-score kurang dari -3SD yaitu
dari ukuran tinggi badannya. Jika seseorang balita mengalami stunting, maka ukuran tinggi
badannya akan krang menurut umur (-2SD) dan ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan
anak yang mengakibatka kegagalan dalam mencapai tinggi bafan yang normal sesuai
umurnya. Selain dilihat dari segi badannya ciri-ciri yang mengalami stunting adalah : 1.
Pertumbuhan melambat , 2. Wajah tampak lebih muda dari usianya, 3. Pertumbuhan gigi
terlambat, 4. Performa buruk pada kemampuan focus dan memori belajar , 5. Berat badan
tidak naik bahkan cenderung menurun, 6. Tanda pubertas melambat, 7. Anak mudah terserah
penyakit terinfeksi.

1. METODE
Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan dalam 1 hari sesuai dengan jadwal kegiatan
pelaksanaan program pada hari Kamis, 8 Juni 2023 di UPTD SD Negeri 05 desa
Arungkeke. Dalam proses program sosialisasi membagikan 24 lembar koesioner yang
terdiri ari 10 pertanyaan yang menggambarkan pengertian protein hewani, manfaat
protein, apa saja yang mengandung protein hewani.
Peserta yang hadir dalam kegiatan sosialisasi tersebut berjumlah 24 orang. Kegiatan
ini diawali dengan memberikan lembaran materi berbentuk koesioner pre-test dan post-
test kemudian di lanjutkan dengan sosialisasi oleh narasumber mengenai manfaat protein
hewani dalam pencegahaan stunting.

2. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil
Setelah melakukan sosialisasi peserta mengetahui manfaat protein hewani bagi
balita , anak-anak. Tujuan lainnya kami melaksanakan sosialisasi ini agar peserta
dapat menambah pengetahuan mengenai pentingnya protein hewani dalam
pencegahan stunting. Sosialisasi diadakan di UPTD SD Negeri 05 Desa Arungkeke
oleh Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar. Pada hari Kamis, 08 Juni 2023.
b. Pembahasan
Sosialisasi terkait pentingnya protein hewani dalam pencegahahan stunting guna
mencukupi asupan gizi bagi balita , anak-anak guna memacu pembelahahan sel
selama dalam masa perkembangan paling utama protein.. Kegiatan ini memberikan
pemahaman peserta tentang pentingnya mengkonsumsi protein hewani dan
memberikan hasil sebagai berikut :
1). Meningkakan pengetahuan mengenai pentingnya protein hewani dalam
pencegahan stunting
2). Mencegah terjadinnya kekurangan gizi
3). Para siswa dan guru diharapkan dapat menularkan ilmu pengetahuan tentang
pentingnya protein hewani dalam pencegahan stuntinng

Gambar 1 Sosialisasi pentingnya protein hewani


3. KESIMPULAN
Proein hewani memiliki peran penting dalam mencegah atau meminimalisir terjadinya
kejadian stunting pada anak balita. Anak balita yang mengkonsumsi protein hewani yang
cukup dapat erhindar dari kejadian stunting. Hal tersebut dikarenakan protein hewani
mengandung asam amino esensial yang dapat mensintesis hormon pertumbuhan sehingga
dapat mempercepaa laju pertumbuhan balita dan menghindarkan balita agar tidak
mengalami kejadian stunting. Oleh karena iu, bisa diambil kesimpulan bahwa bahan
pangan yang bersumber dari protein hewani dapat mempercepat laju pertumbuhan dan
mencegah terjadinya stunting.
4. UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mahasiswa KKN STIK Makassar mengucapkan terimakasih kepada pihak
Puskesmas Arungkeke desa Arungkeke, dan kepada kepala sekolah UPTD SD Negeri 05
Arungkeke yang telah membantu melancarkan kegiatan program kami mengenai
sosialisasi pentingnya protein hewani dalam pencegahan sunting ini dapat terealisasikan
kepada siswa-siswi beserta staf guru-guru dengan baik.
5. REFERENSI
Apriluana, G., & Fikawati, S. (2018). Analisis Faktor-Faktor Risiko terhadap Kejadian Stunting pada
Balita (0-59 Bulan) di Negara Berkembang dan Asia Tenggara. Media Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan, 28(4), 247–256. https://doi.org/10.22435/mpk.v28i4.472
Louis, S. L., Mirania, A. N., & Yuniarti, E. (2022). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan
Kejadian Stunting pada Anak Balita. Maternal & Neonatal Health Journal, 3(1), 7–11.
https://doi.org/10.37010/mnhj.v3i1.498

Anda mungkin juga menyukai