Anda di halaman 1dari 13

KEBIJAKAN

PELAYANAN
Rumah Sakit Islam Namira
Nomor : 57/KBJ/DIR/RSI-N/VI/2022

RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA


Jln. KH. Ahmad Dahlan No.17 Selong, Lombok Timur - NTB
RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
No Izin : 503/293/PMPTSP-RS/01/2021
JL.KH. Ahmad Dahlan NO 17 Pancor Lombok Timur
Telp (0376)21004 fax (0376

KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR : 57/KBJ/DIR/RSI-N/VI/2022

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

Direktur Rumah Sakit Islam Namira dengan senantiasa memohon bimbingan,


lindungan dan ridho Allah SWT :

MENIMBANG : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu


pelayananRumah Sakit Islam Namira, makadiperlukan
penyelenggaraan pelayanan rumah sakit yang bermutu
tinggi.
2. Bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Islam Namira
dapat terlaksana dengan baik, perluadanya Keputusan
Direktur Rumah Sakit Islam Namira sebagai landasan
bagi penyelenggaraan pelayanan di Rumah Sakit Islam
Namira.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun


2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77
Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakit.
6. Pengesahan Yayasan berdasarkan Keputusan

2
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor: AHU- 0020620.AH.01.12 tanggal08
November 2017 tentang Perubahan DataPengesahan
Akta Pendirian Yayasan Rumah SakitNamira Pancor
disingkat YRSNP (yang didasari oleh Akta Notaris
Fanniyah SH nomor 006 tanggal 07 November 2017).
7. Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Lombok
Timur Nomor 2049/503/PM.II.50.A8/04/2018 tanggal
12 April 2018 tentang Izin Operasional Rumah Sakit.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI (di tanda tangani
Dirjen BUK Akmal Taher an Menkes RI)
No.HK.02.03/i/0347/2013 tanggal 19 Februari 2013
tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Islam
Namira Provinsi Nusa Tenggara Barat (sebagai Rumah
Sakit Umum Kelas D).
9. Fatwa DSN-MUI Nomor : 107/DSN-MUI/X/2016
tentang Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit
Berdasarkan Prinsip Syariah.
10. Keputusan Ketua Pengurus Yayasan Rumah Sakit
Namira Pancor Nomor : 005/SK/YRSNP/VI/2017
tentang Pemberlakuan Struktur Organisasi Rumah
Sakit Islam Namira.
11. Keputusan Ketua Pengurus Yayasan Rumah Sakit
Namira Pancor Nomor : 004/SK/YRSNP/VII/2020
tentang Pengangkatan dr. Burhanuddin Hamid,
MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Islam Namira
terhitung mulai 1 Juli 2020 sampai dengan 30 Juni
2022

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KEBIJAKAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA


KESATU : Rumah Sakit Islam Namira dalam penyelenggaraan pelayanan
sesuai dengan prinsip syariah
KEDUA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Rumah
Sakit Islam Namira dilaksanakan oleh Divisi Pelayanan Rumah
Sakit Islam Namira.

3
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Pasal 1
Pelayanan Instalasi
1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap,Unit Laboratorium,
Instalasi Farmasi, Instalasi Bedah Sentral, serta Instalasi Rekam Medik dan SIMRS
dilaksanakan dalam 24 jam.
2. Pelayanan Unit Radiologi, Instalasi Gizi serta Instalasi Rawat Jalan dan Fisioterapi
dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
3. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
4. Seluruh staf RS harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman/panduan
dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi
dan etika RS yang berlaku.
5. Seluruh staf RS dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai dengan
ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3) RS, termasuk
dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).
6. Pelayanan pasien wajib memperhatikan hijab pasien.

Pasal 2
Pelayanan Instalasi Rekam Medik
1. Pelayanan pendaftaran rawat jalan baik pasien baru maupun pasien lama dimulai
pukul 08.00 – 14.00 WIB untuk poli pagi dan untuk poli sore dimulai pukul 14.30-
selesai.
2. Untuk pendaftaran IGD pelayanan dilaksanakan 24 jam.
3. Pendaftaran rawat inap dilakukan jika pasien dinyatakan rawat inap oleh dokter
dengan bukti Surat Perintah Rawat Inap.
4. Setiap pasien rawat inap mendapatkan informasi yang berupa general consent,
pemilihan DPJP dan persetujuan pembayaran (akad ijarah).
5. Setiap pasien rawat inap dan keluarga mendapatkan edukasi sesuai dengan
kebutuhannya termasuk edukasi islami yang ditulis dalam form edukasi dan
informasi.

Pasal 3
Skrining dan Triase
1. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien dapat
dilayani oleh RS, dan dapat menggunakan pertelepon terkait rujukan dari luar.
2. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan, pemeriksaan
fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.
4
3. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses triase
berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi.

4. Pelaksanaan skrining dan triase diupayakan memuat nilai nilai Islam meliputi
penjagaan aurat pasien, menghindari khalwat dan ikhtilat melalui upaya pelayanan
pemeriksaan sesuai gender.

Pasal 4
Identifikasi
1. Setiap pasien yang masuk rawat inap harus dipasangkan gelang identitas pasien.
2. Pasien selalu diidentifikasi sebelum pemberian obat, sebelum transfusi darah atau
produk darah lainnya, sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan laboratorium klinis, sebelum pemeriksaan radiologi, serta sebelum
dilakukan tindakan.

Pasal 5
Pelayanan Resusitasi
1. Pelayanan resusitasi tersedia untuk seluruh pasien, setiap hari, 24 jam di seluruh
area Rumah Sakit.
2. Penanganan resusitasi untuk kondisi darurat korban cardio respiratory arrest (henti
jantung), respiratory arrest (henti nafas), dan keadaan yang mengancam nyawa
(gangguan airway, breathing, circulation) dan membutuhkan tindakan penyelamatan
segera.
3. RS menyediakan teknologi medis dan obat-obatan untuk keperluan pelayanan
resusitasi baik untuk Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjut(BHL).
4. BHD dilakukan segera setelah ditemukan kegawatan jantung/ paru yaitu bila ada
tanda-tanda:
a. Pasien tidak sadar (unresponse)
b. Tidak bernafas (no breathing)
c. Napas tidak normal (gasping)
5. Pelayanan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dilakukan oleh seluruh staf RSI Namira
Pancor yang menemukan pasien kegawatan jantung/paru yang berada di tempat
kejadian atau berada paling dekat dengan tempat kejadian, sampai staf yang lebih
kompeten dating.
6. Pelayanan Advance Life Support/ Bantuan Hidup Lanjut (BHL) dilakukan oleh Tim
Code Blue yang terdiri dari:
a. Dokter bersertifikat ACLS
b. Perawat bersertifikat PPGD / BTCLS
7. BHL dilakukan kurang dari 10 menit setelah ditemukan kegawatan jantung/paru.
8. Perhatikan label pasien yang mengalami gangguan henti nafas dan atau henti
jantung, bila diberi label ungu (DNR) tidak perlu mengaktifkan Code Blue.

5
Pasal 6
Transfer Atau Perpindahan Di Dalam Rumah Sakit
1. Transfer dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum
dipindahkan.
3. Transfer pasien memastikan hijab pasien tetap terjaga.

Pasal 7
Transfer Keluar Rumah Sakit Atau Rujukan
1. Stabilisasi dilakukan terlebih dahulu sebelum dirujuk.
2. Rujukan ke rumah sakit ditujukan kepada individu secara spesifik atau bagian
rumah sakit penerima rujukan.
3. Merujuk berdasarkan atas kondisi kesehatan dan kebutuhan akan pelayanan
berkelanjutan.
4. Rujukan menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses rujukan serta
perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama transportasi.
5. Rujukan pada rumah sakit lain dapat dilakukan kerjasama resmi rujukan atau tidak
ada kerjasama.
6. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
7. Transportasi ambulan sesuai dengan kebijakan pelayanan transportasi syariah.
8. Proses transfer pasien sesuai kaidah syariah dengan penunjukan staf dalam
pendampingan transfer pasien

Pasal 8
Pelayanan Rawat Jalan
1. Rumah sakit melayani rawat jalan meliputi:
Spesialis :
Penyakit Dalam, Obsgyn, Anak, Saraf, Bedah, Kesehatan Jiwa,THT, Kulit dan
Kelamin, Mata dan Gigi.
b. Pelayanan rawat jalan dimulai 08.00-selesai untuk poli pagi.
c. Pukul 14:30-Selesai untuk poli sore.
d. Setiap pasien dalam mendapatkan pemeriksaan dokter terjaga hijabnya
dengan tersedianya tirai/ penyekat.
e. Pendampingan dokter oleh perawat dan atau keluarga dilakukan jika pasien
berbeda gender.

Pasal 9
Pelayanan Rawat Inap
1. Pemilihan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) atau pemilihan dokter sesuai
dengan kondisi pasien.
6
2. Pasien baru rawat inap diorientasikan oleh perawat meliputi: fasilitas ruangan,
fasilitas ibadah, menghimbau penunggu sesuai gender atau sesuai mahram.
3. Dalam proses perawatan pasien mendapatkan pemeriksaan secara rutin olehDPJP,
dalam pelaksanaan visit dokter dilakukan pendampingan sesuai dengan gender
pasien.
4. Dalam proses perawatan pasien yang membutuhkan tindakan medis dan penunjang
diperlukan informed consent.
5. Pengaturan bangsal/ ruang rawat inap sesuai gender pasien (mencegah terjadinya
Ikhtilath) dan memperhatikan privasi pasien.
6. Dalam memenuhi kebutuhan pasien yang memerlukan tindakan baik yang berupa
tindakan medis atau perawatan diupayakan sesuai dengan gender pasien.

Pasal 10
Penundaan Pelayanan
1. Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau penundaan
untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan.
2. Memberikan informasi apabila terjadi penundaan pelayanan atau pengobatan.
3. Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan informasi
tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinik mereka.
4. Pemberian Informasi penundaan pelayanan di tuliskan didalam form edukasi dan
form penundaan pelayanan.

Pasal 11
Pemulangan Pasien
1. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus menentukan
kesiapan pasien untuk dipulangkan.
2. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang terbaik
atau sesuai kebutuhan pasien.
3. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis.
4. Identifikasi organisasi dan individu penyedia pelayanan kesehatan di lingkungannya
yang sangat berhubungan dengan pelayanan yang ada di rumah sakit serta populasi
pasien.
5. Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang.
6. Resume berisi pula instruksi untuk tindak lanjut.
7. Salinan resume pasien pulang diberikan kepada pasien,kepada penanggung jawab
pembayaran dan didokumentasikan dalam rekam medis.
8. Salinan resume pasien pulang diberikan kepada praktisi kesehatan.
9. rencana pemulangan pasien dilakukan pada pasien yang rencana pemulangannya
kompleks
7
Pasal 11
Transportasi
1. Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.
2. Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
3. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak maupun milik
rumah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai, perbekalan dan
medikamentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang dibawa.
4. Transportasi sesuai prinsip syariah yang meliputi : fasilitas ambulan syariah
dilengkapi media audio islami (seperti murotal, doa dan kalimat thoyyibah) dan
kebersihan ambulan sesuai syariah.

Pasal 12
Hak Pasien dan Keluarga
1. Menghormati kebutuhan privasi pasien.
2. Melindungi barang milik pasien dari pencurian atau kehilangan.
3. Melindungi dari kekerasan fisik.
4. Anak-anak, individu yang cacat, lanjut usia dan lainnya yang berisiko mendapatkan
perlindungan yang layak.
5. Membantu mencari second opinion dan kompromi dalam pelayanan didalam
maupun diluar rumah sakit.
6. Pernyataan persetujuan (lnformed Consent) dari pasien didapat melalui suatu
proses yang ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh staf yang terlatih,dalam
bahasa yang dipahami pasien.
7. Informed consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, penggunaan darah
atauproduk darah dan tindakan serta pengobatan lain yang berisiko tinggi.
8. sesuai kebutuhan pasien, dapat dilayani permintaan kompleks terkait dukungan
agama atau bimbingan kerohanian.

Pasal 13
Penolakan Pelayanan dan Pengobatan
1. Memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan.
2. Memberitahukan tentang konsekuensi, tanggung jawab berkaitan dengan
keputusan tersebut dan tersedianya alternatif pelayanan dan pengobatan.
3. Memberitahukan pasien dan keluarganya tentang Menghormati keinginan
danpilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau memberhentikan
pengobatan bantuan hidup dasar (Do Not Resuscitate).

8
Pasal 15
Pelayanan Pasien Tahap Terminal
1. Mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh hormat dan
kasih sayang pada akhir kehidupannya.
2. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek
pelayanan pada tahap akhir kehidupan.
3. Semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir kehidupannya
yaitu meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder, manajemen nyeri,
respon terhadap aspek psikologis, sosial, emosional, agama dan budaya pasien dan
keluarganya serta keterlibatannya dalam keputusan pelayanan.
4. Rumah Sakit menyediakan pelayanan kerohanian dan pendampingan sakaratul
maut pasien.

Pasal 16
Asesmen Pasien
1. Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan
pelayanannya melalui suatu proses asesmen yang baku.
2. Asesmen awal setiap pasien meliputi evaluasi faktor fisik, spiritual, psikologis, sosial
dan ekonomi, termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.
3. Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan, undang-undang dan peraturan
yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan asesmen.
4. Asesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat inap atau
lebih dini/cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
5. Asesmen awal keperawatan dilaksanakan dalam 6 jam pertama sejak rawat inap
atau lebih cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.Asesmen awal
medis yang dilakukan sebelum pasien di rawat inap, atau sebelum tindakan pada
rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh lebih dari 30 hari, atau riwayat medis telah
diperbaharui dan pemeriksaan fisik telah diulangiuntuk asesmen kurang dari 30 hari,
setiap perubahan kondisi pasien yang signifikan, sejak asesmen dicatat dalam
rekam medis pasien pada saat masuk rawat inap.
6. Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan
pasien(discharge).
7. Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas dasar kondisi
dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan dan untuk
merencanakan pengobatan atau untuk pemulangan pasien.
8. Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan.
9. Asesmen spiritual diberikan kepada pasien berupa asesmen awal, lanjutan dan
pulang.

9
Pasal 17
Manajemen Obat
1. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan
secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja
diarea tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
2. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang jelas
dan disimpan dengan cara yang membatasi akses (restrict access).
3. Manajemen obat sesuai syariah (pemberian edukasi dan informed concent pasien)
tentang obat yang belum jelas kehalalannya serta memiliki daftar obat yang
termasuk jenis narkotika dan psikotropika.

Pasal 18
Manajemen Nutrisi
1. Pasien di skrining untuk mengetahui risiko terjadinya masalah gizi.
2. Pengkajian gizi pasien dilakukan untuk menentukan langkah asuhan gizi
selanjutnya.
3. Respon pasien terhadap terapi gizi dilakukan monitoring dan evaluasi.
4. Makanan dan minuman pasien diselenggarakan dengan menjamin kehalalan
bahan, proses produksi dan proses distribusi sesuai Sistem Jaminan Halal.
5. Semua bahan baku yang digunakan dalam proses produksi disiapkan dan
disimpan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan.
6. Distribusi makanan dilakukan secara tepat waktu, tepat identifikasi dan tepat diit.

Pasal 19
Manajemen Nyeri
1. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan
dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya.
2. Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.
3. Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman dan protokol.
4. Komunikasi dan edukasi diberikan kepada pasien dan keluarga tentang pengelolaan
nyeri dan gejala dalam konteks pribadi, budaya dan kepercayaan agama masing-
masing.
5. Penatalaksanaan nyeri diberikan kepada pasien dengan ketentuan sebagai berikut:
• skala 1-3 (sedikit mengganggu aktivitas sehar-hari), dengan mengucapkan
• skala 4-6 (gangguan nyata terhadap aktivitas sehar-hari) dengan membaca
kalimat thayyibah (tasbih, tahmid, takbir atau tahlil).
• skala 7-10 (tidak dapat melakukan aktivitas sehar-hari), ajaklah pasien agar
mengingat Allah dan menanamkan sikap selalu husnuzhan kepada Allah.

10
Pasal 20
Surgical Safety Checklist
1. Digunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan
melibatkan pasien dalam proses penandaan / pemberian tanda.
2. Menggunakan suatu checklist untuk melakukan verifikasi praoperasi tepat- lokasi,
tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan yang
diperlukan tersedia, tepat/benar, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/ mendokumentasikan
prosedur “sebelum insisi / time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur /
tindakan pembedahan.
4. Pasien terjaga hijabnya selama proses operasi berlangsung.
5. Jadwal pelaksanaan operasi diupayakan tidak berbenturan dengan waktu Salat
kecuali dalam keadaan emergensi (darurat).

Pasal 21
Hand Hygiene
1. Mengadaptasi pedoman hand hygiene RSI Namira terbaru dan sudah diterima
secara umum (al.dari WHO Patient Safety).
2. Menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kadar alkohol yang digunakan untuk bahan handsrub sesuai dengan ketentuan
Fatwa MUI Nomor 11 tahun 2009 tentang Hukum Alkohol.
4. Penggunaan bahan handwash sudah sesuai dengan ketentuan sertikasi halal
BPOM MUI.
5. Tata cara kebersihan tangan diawali dengan basmalah dan diakhiri dengan
hamdalah.

Pasal 22
Risiko Jatuh
1. Penerapan asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang
terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada
hasil asesmen dianggap berisiko.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.

Pasal 23
Komunikasi Efektif
1. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.

11
2. Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah
atau hasil pemeriksaan tersebut.
4. Komunikasi yang diberikan kepada pasien sesuai dengan prinsip-prinsip
komunikasi islami yang meliputi :
1) Qaulan Sadidan ( perkataan benar dan jujur )
2) Qaulan Balighan ( perkataan yang mudah dimengerti )
3) Qaulan Layyina ( perkataan yang lemah lembut )
4) Qaulan Karima ( perkataan yang mulia )
5) Qaulan Ma‟rufa ( perkataan yang baik )

Pasal 24
Manajemen di Instalasi
1. Semua petugas instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
3. Melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan
minimal satu bulan sekali.
4. Setiap bulan wajib membuat laporan.
5. Peralatan di instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, untuk menjamin semua sediaan farmasi tetap
dalam kondisi yang baik.
6. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
7. Setiap petugas dalam melaksanakan pelayanan memperhatikan pada aspek
agama.

Pasal 25
Pemasaran & Humas
1. Membuat dan melakukan penawaran kerja sama dengan instansi lain terkait
produk-produk rumah sakit.
2. Promosi produk menggunakan brosur atau media online.
3. Untuk memudahkan pelayanan kepada Pasien diberikan pendampingan oleh
petugas.
4. Promosi produk memperhatikan etika promosi dalam islam dengan tidak ada
unsur risywah.
5. Pengelolaan Handling complaint mengedepankan musawarah dan mufakat.
6. Informasi dan edukasi tentang materi kesehatan maupun kerohanian islam
diberikan kepada pasien, keluarga dan pengunjung.

12
7. Melakukan kerja sama dengan asuransi sebagai pihak ke dua

Pasal 26
Bimbingan dan Pelayanan Islam
1. Semua pasien rawat inap akan dilakukan assesmen spiritual.
2. Semua pasien rawat inap yang beragama islam akan mendapatkan
pelayanan Rohani Islam minimal satu kali selama perawatan.
3. Pasien yang membutuhkan pendampingan khusus akan mendapatkan
pelayanan berupa ruqyah syariyah, quranic healing, pendampingan
sakaratul maut dan talqin.
4. Pasien rawat inap selama berada di rumah sakit akan mendapatkan jaminan
dalam pemeliharaan agama.
5. Memastikan setiap pasien muslimah selama dirawat terjaga hijabnya
(termasuk penutup dada ibu menyusui).
6. Pasien dengan kondisi terminal (pasien cuci darah, onkologi, TB dot dan
HIV) akan mendapatkan pelayanan Rohani Islam sesuai dengan
kebutuhannya.
7. Pasien yang meninggal akan dilakukan pelayanan sesuai dengan prinsip
syariah meliputi: Pelayanan pasien meninggal, Pemulasaraan jenazah,
Penggunaan APD dan pengantaran sampai ke rumah duka.

Ditetapkan di : Lombok Timur


Pada Tanggal : 24 Juni 2022 M
23 Zulqaidah 1443 H

Direktur
Rumah Sakit Islam Namira

dr. Burhanuddin Hamid, MARS


NIK. 202076023

13

Anda mungkin juga menyukai