Anda di halaman 1dari 79

BUKU FIQIH MUSLIMAH

Pada Masa
Kehamilan,Melahirkan & Menyusui
BUKU FIQIH MUSLIMAH
Pada Masa
Kehamilan,Melahirkan & Menyusui

UNIT KEROHANIAN RSI NAMIRA PANCOR


RS ISLAM NAMIRA SELONG
Jln. KH. Ahmad Dahlan No.17 Pancor
Selong, Lombok Timur – NTB
Telp. (0376) 21004, Fax (0376) 22693
Email : namira_klinik@yahoo.com
Website : rsinamira.co
Tim Penulis :

H. Samsudin Salim, S. Ag., M. Ag


Khusnul Khotimah, M.S.I
Ahmad Muhith, SHI
Burhan Ali Setiawan, SHI
Muhammad Misbah, Lc
M. Chanif Miftahuddin, S.Sos.I
Ust. H. Rosyidi
M. Hidayatul Mursyidin, S. Ag
M. Arif Hidayat, S.Pd.I
Lilhayatis Sa’adah, S.Sos.I
Noor Afifah, AH, S.S
Awalia Zulfa AH, S.P

iii
KATA SAMBUTAN

KETUA YAYASAN
RUMAH SAKIT NAMIRA
SELONG – LOMBOK TIMUR
ِ‫ِيم‬
ِ ‫الرح‬ َّ ‫ن‬ ِِ ‫الر ْح َم‬ َِِّ ‫س ِِم‬
َّ ‫ّللا‬ ِْ ‫ِب‬
ُ
‫ال َّسالَ ُُم َع َل ْي ُك ُْم َو َرحْ َم ُة للاهُ َو َب َر َكا ُت ُُه‬
Alhamdulillah, Segala Puji bagi Allah, bagi Tuhan sekalian alam
yang telah memberikan kita nikmat sehingga kita dapat melaksanankan
aktifitas kita setiap harinya.
Sholawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada baginda
Rasulillah Shallalaihi Wasallam yang dengan berkat perjuangan beliau
kita dapat merasakan manisnya iman sampai saat ini.
Aktifitas kita sebagai seorang muslim sebenarnya mempunyai
muatan ibadah kepada Allah SWT, jika segala sesuatu disandarkan
untuk meraih ridho Allah SWT, hanya saja kadang hal tersebut tidak
masuk kedalam detak langkah dan kondisi kita, salah satunya adalah
ketika kita sakit, sikap mengiringi sungguh sangat beragam, ada yang
mengeluh, sabar dan tawakal kepada Allah SWT, bahkan ada yang
mencaci maki serta suu’dzon (berperasangka buruk) kepada Allah SWT.
Buku kecil yang ada di hadapan para pembaca ini merupakan
sebuah solusi yang tepat sebagai sebuah tuntunan bagi orang yang
sedang sakit sesuai dengan teladan Nabi Muhammad SAW.
Yayasan Rumah Sakit Namira Selong menyambut positif hadirnya
buku kecil yang mempunyai manfaat yang besar ini. Mudah-mudahan
berguna bagi masyarakat Lombok Timur khususnya dan kaum muslimin
umum lainnya.

Selong,11 nopember 2020

Ir. H. Suheri Endiko

iv
KATA SAMBUTAN
DIREKTUR
RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
SELONG - LOMBOK TIMUR
ِ‫ِيم‬
ِ ‫الرح‬ َّ ‫ن‬ ِِ ‫الر ْح َم‬ َِِّ ‫ِب ْس ِِم‬
َّ ‫ّللا‬
ُ‫ال َّسالَمُُ َع َل ْي ُك ُْم َو َرحْ َم ُُة ه‬
‫للا َو َب َر َكا ُت ُُه‬
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah Buku “FIQIH MUSLIMAH
PADA MASA KEHAMILAN MELAHIRKAN DAN MENYUSUI” telah
selesai disusun oleh Unit Kerohanian RS Islam Namira Selong-Lombok
Timur.
Tuntunan ini bermaksud agar ketika menderita sakit, kita bisa
menerimanya dengan sabar dan ikhlas serta dapat mensikapinya
sebagai ujian untuk meningkatkan keimanan kepada Allah SWT.
RS Islam Namira Selong-Lombok Timur sebagai sebuah lembaga
pelayanan kesehatan masyarakat tidak lepas dari tanggung jawab
untuk mempertahankan ciri keislamannya. Dengan kondisi tersebut
maka target yang dicanangkan tidak terbatas pada kesembuhan pasien,
tetapi lebih dari itu membantu pasien untuk senantiasa menghayati
ajaran islam walaupun dalam kondisi sakit bahkan sesudah sakit.
Kehadiran buku kecil ini diharapkan agar para pasien dan
civitasRumah Sakit Islam Namira bisa mempelajari dan mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Akhirnya, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat
berupa kesabaran dan ketabahan kepada kita sehingga mampu untuk
manjalani ujian dan cobaan dari Allah SWT.

Selong, 11 november 2020

dr. Burhanudin Hamid., MARS


direktur RSI Namira

v
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................... v

Daftar Isi ...................................................................................................... vii

Bab I
Hukum Darah Kebiasaan Wanita ........................................................... 01
1. Darah Haid .......................................................................................... 01
2. Darah Nifas ......................................................................................... 04
3. Darah Istihadlah ................................................................................ 07

Bab II
Proses Kehamilan dan Perkembangan Janin
dalam Kandungan ...................................................................................... 11
1. Proses terjadinya Kehamilan .......................................................... 11
2. Tanda-tanda Kehamilan .................................................................. 13
3. Proses Perkembangan Janin
dalam Kandungan.............................................................................. 14

Bab III
Tuntunan Muslimah Masa Kehamilan
dan Melahirkan .......................................................................................... 17
1. Masa Kehamilan ................................................................................. 18
2. Masa Melahirkan ................................................................................ 21

Bab IV
Menyusui secara Islam ............................................................................. 29
1. Konsep Menyusui dalam Al Quran ............................................... 29
2. Etika dalam Menyusui ...................................................................... 31
3. Hikmah dan Keutamaan Menyusui............................................... 34

vi
Bab V
Kewajiban Orang Tua terhadap Anak ......................................... 41

Bab VI
Alat Kontrasepsi Menurut Pandangan Islam ............................... 51

Bab VII
Tuntunan Memberikan Nama Anak yang Islami.......................... 55

Daftar Pustaka ............................................................................ 71

vii
BAB I
Hukum Darah Kebiasaan Wanita

A. HAID

Definisi Haid
Haid menurut bahasa artinya ialah mengalir. Adapun menurut
istilah Syara’, yang dinamakan haid ialah darah yang kebiasaan
keluar dari farji (kemaluan) seorang wanita yang telah berusia
sembilan tahun, bukan karena melahirkan, dalam keadaan sehat
dan warnanya merah semu hitam menghanguskan.

Dasar Hukum Haid

Dasar hukum haid adalah firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala


dalam al-Qur’an sebagai berikut

ُ‫يضُُُۖقُ ْلُُه َُوُُأَ ًذى‬ ْ ‫ُُع هن‬


‫ُُٱل َم هح ه‬ َ ‫ك‬ َ ‫َو َيسْ ـَُلُو َن‬
ُ‫يضُُۖ َُو ََل‬ ْ ‫ُساُ َءُُ هف‬
‫ىُٱل َم هح ه‬ َ ‫فُٱعْ َت هزلُواُۖٱلن‬ َ
َُُّ‫ُح َّت ٰىُ َي ْطهُرْ َنُُۖ َفإه َذاُ َت َطهَّرْ َنُُ َفأْ ُتوهُن‬
َ َّ‫َت ْق َربُوهُن‬
َ ‫نَُُّٱّللُُ ُي هحبُُٱل َّت ٰوَّ هب‬
ُُ‫ين‬ َّ ‫ْثُُأَ َم َر ُك ُم‬
َ َّ ‫ُُٱّللُُُُۖإه‬ ُ ‫نُُْحي‬
َ ‫هم‬
َُ ‫ُر‬
‫ين‬ ْ ‫َو ُي هحب‬
‫ُُٱل ُم َت َطه ه‬

1
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu
adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan
diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati
mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, Maka
campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

Dan hadist Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam Sebagai berikut:

“Sesungguhnya haid ini yang telah menetapkan Allah atas anak anak
putri Nabi Adam As.” (HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah Ra)

Permulaan Haid Bagi Wanita

Usia paling muda waktu keluar darah haid bagi seorang anak
wanita, ialah usia 9 tahun Qamariyah Taqriban (kira-kira). Adapun
pengertian taqriban atau kira-kira ialah, apabila seorang anak
wanita yang cukup umur 9 tahun kurang 16 hari dan malamnya ke
atas (waktu yang cukup digunakan paling sedikitnya haid dan
paling sedikitnya suci), mengeluarkan darah, maka tidak dihukumi
haid, tetapi dihukumi darah istihadlah atau darah rusak.

Apabila seorang wanita mengeluarkan darah seorang wanita,


sudah berusia 9 tahun kurang dibawahnya 16 hari dan malam
(waktu yang tidak cukup untuk paling sedikitnya haid serta paling
sedikitnya suci) maka dihukumi darah haid.

Apabila seorang wanita mengeluarkan darah beberapa hari yang


sebagian sebelum waktunya bisa haid, dan yang sebagian lagi
setelah waktunya bisa haid, maka darah yang pertama dihukumi
darah istihadlah dan darah yang akhir dihukumi darah haid.

2
Suatu Contoh: Seorang anak wanita cukupnya umur 9 tahun masih
kurang 20 hari dan malam, lalu ia mengeluarkan darah lagi
lamanya 10 hari dan malam, maka darah yang pertama selama 4
hari dan malam lebih sedikit, dihukumi darah istihadlah, karena
kurangnya dari cukup umur 9 tahun masih cukup untuk haid serta
suci.

Adapun darah yang tertinggal, yang lamanya 6 hari dan malam,


kurang sedikit, dihukumi darah haid, karena kurangnya dari cukup
umur 9 tahun sudah tidak cukup untuk haid serta suci.

Lamanya Waktu Haid dan Sucinya

Seorang wanita mengeluarkan darah yang dihukumi haid


adalah sekurang-kurangnya masa sehari semalam atau 24 jam,
baik selama 24 jam itu darah keluar terus menerus, atau terputus-
putus selama 15 hari dan malam. Jika suatu tempo keluar darah di
tempo lain putus darah, yang seandainya mengeluarkan darahnya
itu terjumlah cukup 24 jam, hal ini dihukumi darah haid, asalkan
semuanya itu masih didalam 15 hari dan malam.

Apabila darah yang keluar jumlahnya tidak cukup 24 jam, tidaklah


dihukumi darah haid, melainkan dihukumi darah istihadlah.

Yang dimaksud dengan bil ittishal atau terus menerus yaitu


seumpama kapuk kapas dimasukkan ke dalam kemaluan wanita,
masih adanya darah itu, masih dihukumi mengeluarkan darah,
sekalipun darah tidak sampai ke luar ke tempat yang wajib dibasuh
ketika istinja’ (ber-suci).

Adapun sebanyak-banyaknya seorang wanita mengeluarkan darah


haid adalah 15 hari dan 15 malam.

Pada kebiasaannya, mengeluarkan darah haid selama 6 atau 7 hari


dan malam. Semuanya ini berdasarkan hasil penelitian Imam Syafi’i

3
Ra kepada wanita Arab di Timut Tengah. Adapun paling lamanya
seorang wanita mengeluarkan darah haid adalah 15 hari dan
malam (Al Minhaju al-Qawim: 29). Dan sekurang-kurangnya suci
yang memisahkan antara satu haid dengan haid yang lain ialah 15
hari dan 15 malam. Adapun sebanyak-banyaknya suci tidak ada
batasnya, bahkan kadang sudah tidak keluar darah haid lagi,
karena usia atau keadaan. Dan pada kebiasaannya suci tersebut
melihat kepada kebiasaannya haid. Apabila haidnya enam hari,
maka sucinya adalah 24 hari, dan apabila haidnya itu tujuh hari,
maka sucinya adalah 23 hari.

B. ISTIHADLAH

Definisi Istihadlah
Istihadlah menurut bahasa artinya mengalir. Adapun menurut
istilah Syara’, Istihadlah ialah darah yang keluar dari kemaluan
seorang wanita pada waktu selain waktunya haid dan nifas, dan
bukan atas jalan sehat. Seorang wanita yang mengeluarkan darah
istihadlah dinamakan Mustahadlah.

Dasar Hukum Istihadlah

Masalah istihadlah ini adalah berdasarkan Hadits Nabi Muhammad


Sallahu ‘Alaihi wa Sallam dari Ummu Salamah, yaitu:
“Bahwa ia pernah meminta fatwa kepada Rasulullah Salla-llahu Alaihi
wa Sallam mengenai seorang wanita yang selalu mengeluarkan darah.
Maka Rasulullah bersabda: Hitunglah berdasarkan bilangan hari dan
malam dari masa haid pada setiap bulan berlangsungnya, sebelum ia
terkena serangan darah penyakit yang menimpanya itu. Maka
tinggalkanlah shalat sebanyak bilangan haid yang biasa dijalani
setiap bulan. Apabila ternyata melewati dari batas yang berlaku, maka
hendaklah ia mandi, lalu memakai cawat (pembalut) dan mengerjakan
shalat.” (HR.Abu Dawud dan An-Nasai dengan isnad hasan).

4
Macam-macam Mustahadlah

Menurut Syaikh Ibrahim Al Bajuri dalam kitab karangannya, Al


Bajuri menerangkan, bahwa mustahadlah, yakni orang yang
mengeluarkan darah istihadlah terdapat tujuh macam ialah:

1. Mubtadi’at Mumayyizat
Yaitu seorang wanita yang baru saja mengeluarkan darah haid
pertama dan ia mampu membeda-bedakan darah yang dikeluarkan
diantara darah kuat (tua) dengan darah lemah (muda). Adapun
darah yang lemah dinamakan istihadlah dan darah yang kuat
dinamakan haid. Apakah darah yang kuat itu keluar lebih dulu,
atau terakhir atau di tengah, selama tidak silih berganti.

Mubtadi’at Mumayyizat dapat dihukumi seperti di atas, apabila


menepati syarat-syarat empat perkara sebagai berikut:

1. Darah kuat tidak lebih dari masa sehari semalam.


2. Darah kuat tidak lebih dari 15 hari dan 15 malam.
3. Darah yang lemah tidak kurang dari 15 hari dan 15 malam.
4. Antara darah kuat dengan darah lemah harus tidak silih
berganti.

2. Mubtadi’at Ghairu Mumayyizat


Yakni seorang anak wanita yang baru haid pertama kali, dan
tidak bisa membeda-bedakan darah yang dikeluarkan antara darah
kuat dengan darah lemah, atau ia mampu membeda-bedakan
darah yang dikeluarkan, tetapi tidak memenuhi syarat-syarat
Mubtadi’at Mumayyizat yang jumlahnya ada empat macam seperti
tersebut di atas.

3. Mu’taadat Mumayyizat
Yakni seorang wanita yang sudah pernah haid dan pernah suci.
Ia mampu membeda-bedakan darah yang dikeluarkan pada antara
darah kuat dengan darah lemah. Hukumnya sama dengan

5
Mubtadi’at Mumayyizat. Kecuali kalau antara lamanya kebiasaan
lamanya haid dengan perbedaannya darah ada tenggang selama
15 hari dan malamnya (waktu yang cukup untuk masa suci).

4. Mu’taadat Ghairu Mumayyizat Dzaakirat Li ‘Adaatiha


Yakni Seorang wanita yang sudah pernah haid dan pernah suci.
Ia tidak mampu membeda-bedakan darah yang dikeluarkan antara
darah yang kuat dengan darah yang lemah. Atau ia mampu
membeda-bedakan darah yang dikeluarkannya, tetapi tidak
memenuhi syarat-syarat Mubtadi’at Mumayyizat yang jumlahnya
empat macam, yang juga menjadi syarat-syarat Mu’tadat
Mumayyizat. Dan ia ingat pada lamanya permulaan keluar darah
haid yang telah lalu.

5. Mu’taadat Ghairu Mumayyizat Nasiyatat Li ‘Adaatiha


Yakni Seorang wanita yang sudah pernah haid dan pernah suci,
ia tidak dapat membeda-bedakan darah yang dikeluarkan antara
darah kuat dengan darah lemah. Atau dapat membeda-bedakan
darah yang dikeluarkan, tetapi ia tidak mencukupi syarat-syarat
Mubtadi’at Mumayyizat sebangak empat perkara, yang juga
menjadi syarat Mu’tadat Mumayyizat, dan ia terlupa lamanya dan
permulaannya keluar darah haid yang telah lewat.

6. Mu’taadat Ghairu Mumayyizat Dzakirat Lil Qadri Duunal Waqti


Yakni Seorang wanita yang sudah pernah mengalami haid
serta suci dan ia tidak mampu membeda-bedakan darah yang
dikeluarkannya diantara darah kuat dengan darah lemah. Atau ia
mampu membeda-bedakan darah yang dikeluarkannya, tetapi tidak
mencukupi syarat-syarat Mubtadi’at Mumayyizat yang jumlahnya
empat perkara, yang juga menjadi syarat-syarat Mu’taadat
Mumayyizat. Dan ia hanya teringatnya pada kebiasaan lamanya
haid dan terlupa kebiasaan mulainya.

6
7. Mu’taadat Ghairu Mumayyizat Dzakirat Lil Waqti Duunal Qadri
Yaitu Seorang wanita yang sudah pernah mengalami haid serta
mengalami suci. Ia tidak bisa membeda-bedakan darah yang
dikeluarkan, antara darah kuat dengan darah lemah. Atau mampu
membeda-bedakan darah yang dikeluarkan, tetapi tidak mencukupi
syarat-syarat Mubtadi’at Mumayyizat yang jumlahnya empat
macam, yang merupakan syarat-syarat Mu’tadat Mumayyizat. Dan
ia hanya teringat pada kebia-saan mulainya haid, dan terlupa
kebiasaan lamanya haid tersebut.
C. NIFAS

Definisi Nifas

Nifas menurut bahasa berarti melahirkan. Adapun menurut


istilah Syara’, Nifas ialah darah yang keluar dari kemaluan seorang
wanita setelah melahirkan (wiladah), dan sebelum melampui 15
hari dan malam dari lahirnya anak.

Permulaan nifas itu dimulai dari keluarnya darah, bukan dari


keluarnya anak. Darah yang keluar bersama bayi atau sebelum
melahirkannya, tidak dihukumi darah nifas, tetapi termasuk darah
istihadlat atau darah rusak (darah penyakit).

Dasar Hukum Nifas

Masa kebiasaan seorang wanita atas keluarnya darah nifas adalah


40 hari, sebagaimana yang diriwayatkan dari Ummu Salamah,
dimana ia berkata:

“Pada masa Rasulullah Saw. Para wanita yang sedang menjalani masa
nifas menahan diri selama empat puluh hari atau empat puluh
malam.” (HR. Abu Da-wud dan Tirmidzi).

7
Para ulama bersepakat bahwa wanita-wanita yang sedang
menjalani masa nifas harus meninggalkan shalat selama empat
puluh hari. Apabila telah suci sebelum masa tersebut, maka
hendaklah mandi dan mengerjakan shalat, demikian dikatakan
oleh Imam Tirmidzi.

Lamanya Nifas dan Sucinya

Sekurang-kurangnya seorang wanita keluar darah nifas adalah satu


tetesan, kebiasaannya Nifas 40 hari dan malam, sedang sebanyak-
banyaknya nifas 60 hari dan malam terhitung mulai dari keluarnya
bayi. Semuanya ini juga dengan dasar hasil penelitian Imam Syafi’i
Ra. Kepa-da wanita Arab di Timur Tengah.

Adapun yang dihukumi darah nifas itu mulai dari keluarnya darah.
Sehingga, seumpama seorang wanita melahirkan anak pada
tanggal 1 kemudian ketika mengeluarkan darah mulai tanggal 5 itu
penuh 60 hari dan malamnya, dimulai tanggal 5, dan yang
dihukumi darah nifas adalah mulai tanggal 5. Adapun waktu antara
lahirnya bayi dengan keluarnya darah, dihukumi suci. Oleh karena
itu ia tetap kewajiban shalat dan kewajiban kewajiban yang lain.

Masalah-Masalah

Batas antara lahirnya bayi dengan keluarnya darah nifas seorang


wanita, paling lama 15 hari.

Apabila jarak antara keduanya lebih dari 15 hari, maka tidak


dihukumi darah nifas, tetapi dihukumi darah haid.

Apabila seorang wanita setelah melahirkan anak kemudian


mengeluarkan darah dengan terputus-putus (setelah putus lalu
keluar lagi), yang masih dalam 60 hari dan terputus-putusnya
darah tidak sampai 15 hari, maka semua darah yang dikeluarkan
maupun putus-putus yang ada sela-selanya, dihukumi darah nifas.

8
Contoh-Contoh:

Seorang wanita melahirkan anak, kemudian langsung


mengeluarkan darah selama 15 hari, lalu putus selama 14 hari, lalu
keluar darah lagi selama 10 hari, maka darah yang keluar serta
putus di sela-selanya itu dihukumi nifas. Dan ia pada waktu
berhenti tersebut diwajibkan mandi, shalat dan lain sebagainya
seperti halnya orang yang suci, walaupun akhirnya ternyata
semuanya itu tidak sah, karena sebenarnya masih ada di dalam
nifas. Darah yang kedua (darah keluar setelah berhenti) itu, mulai
keluar darah setelah tenggang 60 hari dari lahirnya anak, maka
darah yang pertama (darah sebelum berhenti) dihukumi darah
nifas, darah kedua dihukumi darah haid dan berhentinya dihukumi
keadaan suci.

Seorang wanita melahirkan anak, kemudian mengeluarkan darah


selama 59 hari, lalu berhenti selama dua hari, kemudian
mengeluarkan darah lagi selama tiga hari, maka darah yang
pertama dihukumi nifas, darah yang kedua dihukumi haid dan
berhentinya dihukumi suci yang memisah antara haid dan nifas.
Dan seumpama darah yang kedua masih ada di dalamnya 60 hari,
tetapi berhentinya selama 15 hari, maka darah yang pertama juga
dihukumi nifas, darah yang kedua dihukumi haid dan berhentinya
juga di hukumi suci.

Contohnya: Seorang wanita melahirkan anak, kemudian


mengeluarkan darah selama 10 hari, lalu berhenti selama 16 hari,
kemudian mengeluarkan darah lagi, selama 4 hari, maka darah
yang pertama dihukumi nifas, darah yang kedua. dihukumi haid
dan berhentinya dihukumi suci yang memisah antara haid dan
nifas.

9
Perkara Yang Diharamkan Bagi Orang Haid dan Nifas
Seorang wanita yang sedang haid atau nifas, diharamkan menger-
jakan 11 perkara, yaitu sebagai berikut:

1. Mengerjakan shalat fardlu maupun shalat sunnah,


2. Mengerjakan thawaf di Baitullah Makkah, baik thawaf rukun,
thawaf wajib atau thawaf sunnah.
3. Mengerjakan rukun-rukun khutbah Jum’at
4. Menyentuh lembaran al-Qur’an Apalagi kitab al-Qur’an
5. Membawa lembaran al-Qur’an. Apalagi kitab al-Qur’an
6. Membaca ayat al-Qur’an, kecuali karena mengharap
barakah,seperti membaca Bismillahirrahmaanirrahiim, memulai
pekerjaan yang baik, Alhamdulilahi Rabbil ‘Alamiin, karena
bersyukur dan Innaa Lillaahi wa Innaa Ilaihi Raaji’uun karena
terkena musibah
7. Berdiam diri di dalam masjid, sekiranya dikhawatikan darahnya
tertetes didalamnya
8. Mundar mandir didalam masjid, sekiranya dikahawatirkan
darah-nya tertetes didalamnya.
9. Mengerjakan puasa Ramadlan, tetapi diwajibkan qadla.
Adapun shalat tidak diwajibkan qadla.
10. Meminta cerai kepada suaminya, atau sebaliknya.
11. Melakukan Istimta’, bersenang-senang suami istri dengan
pertemuan kulit antara pusar sampai dengan kedua lutut, baik
bersyahwat atau tidak. Apalagi bersetubuh, meskipun
kemaluannya lelaki di bungkus dengan kain, hukumnya jelas
haram dosa besar.

Apabila haid atau nifas sudah berhenti, tetapi belum mandi, maka
larangan 11 perkara ini tetap berlaku, kecuali puasa dan thalaq.

10
BAB II
Proses Kehamilan dan Perkembangan Dalam
Kandungan

Proses Kehamilan bagi Wanita

Wanita yang sudah menikah tentu sangat menunggu kehadiran


buah hati yang dapat meramaikan suasana rumah tangga. Bagi wanita
yang belum pernah mengandung masih awam dengan kata kehamilan.
Secara medis proses kehamilan adalah proses dimana bertemunya sel
telur dengan sel sperma hingga terjadi pembuahan. Proses kehamilan
(gestasi) berlangsung selama 40 minggu terhitung dari hari pertama
menstruasi terakhir.

Kehamilan dapat terjadi ketika sel sperma yang masuk ke dalam


rahim seorang perempuan membuahi sel telur yang matang. Seorang
laki-laki rata-rata mengeluarkan air mani sebanyak 3 cc, dan setiap air
mani yang normal akan mengandung sekitar 100 juta hingga 120 juta
buah sel sperma setelah air mani terpancar ke dalam pangkal saluran
kelamin istri maka jutaan sel sperma ini akan berlarian melintasi
rongga rahim dan saling berebut untuk mencapai sel telur matang
yang ada pada saluran tuba.

Pada saat ini ovulasi lapisan lendir yang berada didalam leher
rahim akan mencair sehingga sperma akan mudah menembus dinding
rahim dan bergerak pada tuba yang berbentuk corong dalam waktu
kurang lebih lima menit. Jika perempuan berada dalam masa subur
maka terjadilah pembuahan yang disebut dengan kehamilan.

11
Allah telah menciptakan manusia dengan sangat detail dan sempurna.
Dibalik tubuh wanita terdapat anatomi uterus yang memiliki peran
vital dalam proses kehamilan. Kesempurnaan organ yang dimiliki
wanita inilah yang dapat melahirkan generasi penerus atas izin Allah
SWT.

Al-Quran menjelaskan secara terinci mengenai penciptaan manusia


yang terdapat pada QS. Al Mu’minun: 12-14 sebagai berikut:

“dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari
tanah, kemudian kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim), kemudian, air mani itu kami jadikan sesuatu
yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang , lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian, kami
menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha suci Allah Pencipta
yang paling baik”.

Dari ayat diatas dapat disimpulkan ada enam fase terbentuknya


janin dalam kandungan, sebagai berikut:

1. Fase pertama disebut sulalah dimulai dari saripati mani yang


sangat halus. Allah menjadikan saripati tanah yang terdapat dalam
tubuh manusia sebagai nutfah (air yang berisi spermatozoa atau
sperma), yang kemudian ditumpahkan kedalam rahim atau
kandungan (Qarar)
2. Fase kedua disebut Alaqah (segumpal darah) berarti nama binatang
kecil yang hidup di air dan tanah yang terkadang menempel di
mulut binatang pada waktu minum yaitu sebangsa lintah.
Maksudnya bentuk janin pada masa ini sangat mirip dengan
binatang lintah. Pada fase ini Allah menjadikan nutfah sebagai
alaqah yang berbentuk gumpalan darah yang menyerupai lintah.
3. Fase ketiga disebut mudghoh yang berarti segumpal daging. Dari
alaqah Allah menjadikan sebagai mudgah yaitu segumpal daging
yang menyerupai daging hancur yang sudah dikunyah.

12
4. Fase keempat adalah ditandai muncul dan tumbuhnya tulang
belulang. Para ahli medis telah menyimpulkan bahwa tulang
muncul sebelum daging sebagai penutupnya.
5. Fase kelima adalah pembungkus tulang dengan daging.
6. Fase keenam adanya perubahan janin pada bentuk yang lain. Allah
menjadikannya sebagai makhluk dalam bentuk lain yaitu dalam
bentuk manusia yang telah berkepala, berbadan, bertangan dan
berkaki.
Tanda-Tanda Kehamilan

Meskipun tanda-tanda kehamilan bagi wanita mengalami


perbedaan antara satu dengan yang lain, namun ada beberapa gejala
umum yang sering dialami oleh wanita pada awal masa kehamilan,
yaitu:
1. Terlambat haid
Terlambat haid bagi wanita ada kemungkinan tanda-tanda
kehamilan, meskipun tidak selamanya hal demikian berlaku bagi
semua wanita. Akan tetapi hampir semua wanita yang terlambat
haid akan mengalami kehamilan.

2. Hipersensitif terhadap bau dan merasa mual dipagi hari (morning


sick)
Wanita pada awal kehamilan akan merasa sensitif terhadap apaun
baik mengalami rasa mual maupun pusing di pagi hari, sehingga
asupan nutrisi dan ibadahnya juga akan mengalami penurunan,
sehingga bagi wanita yang mengalami hal demikian sebaiknya
dapat memperhatikan empat hal berikut: pertama, menjaga
hubungan antara ibu dan janin melalui peningkatan spiritual dan
menjaga mental supaya terjaga ruhaniahnya. Kedua, menghindari
dosa. Ketiga, menjauhkan makanan yang haram dan keempat,
menghindari emosi berlebihan.

13
3. Bertambahnya berat badan dan membesarnya payudara
Wanita hamil juga akan mengalami perubahan bentuk tubuh
maupun organnya sesuai dengan masa yang dilalui pada
kehamilan. Dan perubahan ini sangat wajar sehingga para wanita
tidak boleh merubah kodrat yang demikian.

4. Kulit diarea ketiak menjadi lebih gelap


wanita yang mengalami empat hal diatas, setidaknya bisa
menerima kondisi dengan bersyukur atas anugerah Allah SWT yang
datang kepadanya. Sebab anugerah Allah SWT bagi istri yang
memasuki gerbang baru kehamilan akan mendapatkan pahala
tanpa henti selama masa kehamilan. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW yang artinya:

“Telah datang Hadlinah, perempuan yang menyusui Ibrahim,


putra Rasulullah SAW bertanya wahai Rasulullah SAW, engkau telah
memberikan kabar gembira dalam segala hal untuk kaum laki-laki,
tetapi tidak untuk kaum wanita, rasulullah SAW menjawab: apakah
teman-teman wanitamu mengipasimu untuk bertanya seperti itu?
Jawabannya: benar, mereka mneyuruhku seperti itu, kemudian beliau
bersabda: tidakkah seorang diantara kamu merasa ridlo apabila ia
hamil dari benih suaminya, dan suaminya bangga atas kehamilannya
itu, dan juga bahwa wanita tersebut mendapatkan pahala sama
dengan seorang prajurit yang sedang puas ketika berperang dijalan
Allah. Dan bila wanita tersebut menderita sakit sewaktu melahirkan,
maka betapa kegembiraan yang dirasakannya dengan lahirnya si buah
hati yang tidak diketahui penghuni langit dan bumi”(H.R. Ibnu atsir).

Proses perkembangan janin dalam Kandungan

Dunia kedokteran menjelaskan fase-fase pertumbuhan fisik janin


dalam kandungan yang masing-masing fase disebut dengan trimester.
Begitu pula yang diungkapkan oleh pakar embriologi dalam buku basic
human embryology bahwa “Kehidupan dalam rahim memiliki tiga
tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu pertama, embrionok;

14
sampai akhir minggu ke delapan, dan janin dari minggu ke delapan
sampai kelahiran.”

Dalam al-Quran juga dipaparkan tentang penciptaan manusia melalui


tiga tahapan dalam rahim ibunya. Sebagaimana firman Allah yang
terjemahannya sebagai berikut:

“Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam
tiga kegelapan. Yang berbuat demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu,
Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka
bagaimana kamu dapat dipalingkan.” (QS. Az zumar: 6).

Dalam hal ini ada tiga (3) fase pertumbuhan janin dalam
kandungan, yaitu:

1. Trimester Pertama
Pada trimester pertama dimulai pada usia 0 -12 Minggu. dalam
fase ini ada 3 periode penting pertumbuhan mulai dari periode
germinal sampai periode terbentuknya fetus.

Periode germinal (0-3 Minggu): proses pembuahan telur oleh


sperma yang terjadi pada minggu ke-2 dari hari pertama
menstruasi terakhir. Telur yang sudah dibuahi sperma bergerak
dari tuba fallopi dan menempel ke dinding uterus.

Periode Embrio (3-8 Minggu): proses dimana sistem syaraf pusat,


organ-organ utama dan struktur anatomi mulai terbentuk seperti
mata, mulut dan lidah mulai terbentuk, sedangkan hati mulai
memproduksi sel darah. Janin mulai berubah dari blastotis menjadi
embrio dengan kepala yang besar.

Periode Fetus (9-12 Minggu): periode dimana semua organ penting


terus tumbuh dengan cepat dan saling berkaitan serta aktivitas
otak sangat tinggi.

15
2. Trimester Kedua
Pada trimester kedua usia janin sudah menginjak 12-24 Minggu.
Pada trimester ini terjadi peningkatan perkembangan janin.
Terutama pada Minggu ke 18 kita bisa melakukan pemeriksaan
dengan USG untuk mengetahui kesempurnaan janin maupun posisi
plasenta. Adapun pada jaringan kuku, kulit, dan rambut
berkembang dan mengeras pada minggu ke 20-21. dan masih ada
peningkatan perkembangan pada indera yang lain.

3. Trimester Ketiga
Pada trimester ini usia janin sudah menginjak pada Minggu ke 24-
40. dalam trimester ini semua organ tubuh tumbuh sempurna.
Terlihat adanya aktivitas yang

terkoordinasi dengan baik. Dan posisi bayi sudah siap untuk


dilahirkan.

16
BAB III
Tuntunan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan

Masa kehamilan adalah masa yang cukup menegangkan bagi calon ibu
baru. Ada rasa takut, khawatir, resah, meski bercampur dengan bahagia
karena menanti sang buah hati. Terlebih lagi setelah memasuki masa-
masa persalinan. Ketegangan dan kekhawatiran biasanya semakin
meningkat.

Karena itulah, Islam memberikan tuntunan bagi para ibu hamil


untuk senantiasa berdzikir dan berdo’a, agar segala gundah dan resah
terhapus, digantikan oleh rasa tenang dan bahagia.

Allah SWT berfirman:

ُ‫َلُ هب هذ ْك هُر‬ ُ‫ينُ َءا َم ُنواُ َو َت ْط َم هئنُُقُلُو ُبهُمُ هب هذ ْك هُرُٱ َّه‬


ُ َ َ‫ّللُُۖأ‬ َ ‫ٱلَّ هُذ‬
ُُ‫ّللُ َت ْط َم هئنُُٱ ْلقُُل ُوب‬
ُ‫ٱ َّه‬
“orang-orang yang beriman, dan hati mereka tenang dengan
mengingat Allah. Ingatlah, dengan mengingat Allah maka hati akan
menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d 28)

Dzikir yang paling dianjurkan dan paling utama adalah


memperbanyak membaca Al-Qur’an. Karena, di dalamnya terdapat
banyak sekali kebaikan. Selain itu ia merupakan syafaat yang baik
untuk janin ibu hamil, doa agar dilancarkan persalinannya kelak, juga
obat untuk segala macam penyakit yang hendak menyerang bayi dan
ibu.

17
1. TUNTUNAN BAGI IBU HAMIL

Kehamilan dan melahirkan merupakan kodrat alami (Sunnatullah)


bagi kaum wanita. Hampir semua wanita akan mengalami dua masa
yang cukup “melelahkan” ini, kecuali mereka yang mengalami penyakit
tertentu atau karena faktor-faktor lain yang menyebabkan sperma dan
ovum tidak mampu bertemu dan berkembang di dalam rahim seorang
wanita.

Setiap wanita mengalami perkembangan fisik secara bertahap.


Walaupun pada bulan-bulan pertama beban yang dipikul tidak begitu
terasa berat dan melemahkan kekuatan jasmaninya, namun pada
beberapa wanita telah mengalami perubahan fisik yg cukup berat. Ia
sering merasa mual, muntah, pusing dan mengidam. Bagi wanita hamil,
perjalanan dari hari ke hari terasa panjang dan lama. Kondisi ini
menjadikan sebagian wanita hamil mengalami kelelahan, dan
kelemahan. Kondisi seperti ini merupakan perkembangan jasmani yang
wajar, Allah SWT tidak menjadikan kehamilan sebagai hukuman tetapi
sebagai karunia dan rahmat. Oleh karena itu, wanita yang sedang hamil
sangat dituntut adanya ketulusan hati, kesediaan menderita, penuh
kesabaran dan ketabahan, kepasrahan penuh pada Allah SWT dan
penuh harap akan rahmat-Nya.

Al-Qur’an sendiri telah menegaskan dalam Surah Luqman:14 ,


sebagai berikut :

‫ب َّ ه‬
ُُ‫ُٱّلل‬ ُ ‫ۦُوه َُوُُ َي هع‬
َ ‫ظ ُُهۥُ ٰ َي ُب َن‬
‫ىََُُّلُُ ُت ْش هركُُْ ه‬ ‫َوإه ْذُ َقا َلُل ُ ْق ٰ َمنُ ه‬
َ ‫ُلُٱ ْب هن هُه‬
َ ‫ظ ْلم‬
ُ‫ُُع هظُيم‬ ُ َ‫كُُل‬
َ ْ‫ُۖإهنَُُّٱلشر‬

18
“Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah.”

Begitu juga saat melahirkan anak sangatlah sarat dengan kondisi


menegangkan, penuh dengan kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan

dan kesusahan. Bahkan beberapa kaum wanita ada yang ditakdirkan


untuk mati syahid di tengah-tengah medan jihad melahirkan.

Ketika wanita sedang hamil, terdapat beberapa hal yang perlu


diperhatikan sebagai suatu langkah awal untuk menjamin anak yang
ada di dalam kandungan agar senantiasa berada dalam keadaan sehat
dan seterusnya menuju ke arah mendapatkan anak yang soleh/solehah.
Dalam perspektif Islam, di samping usaha-usaha lahiriyah, do’a
memegang peran yang penting dan sangat menentukan dalam
menghadapi berbagai problem kehidupan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan diamalkan oleh wanita selama menghadapi
kehamilan, adalah sebagai berikut :

1. Memperbanyak mengingat Allah SWT dengan memohon ampun


dan bertaubat

Ibu hamil dianjurkan untuk banyak bermunajat kehadirat Allah


SWT dan berdo’a kepada-Nya semoga anak dalam kandungan
senantiasa sehat dan agar dimudahkan saat melahirkan. Di antara
do’anya adalah sebagai berikut.

Bismillahhirrahmaanir rahiim, Alhamdu lillaahi rabbil’aalamiin,


Allaahumma shalli alaa sayyidinaa Muhammad, Thibbil quluubi
wadawaaihaa, Wa’aafiyatil abdaani wa syifaa ihaa, Wanuuril abshaari
wa dhiyaa ihaa, Waquutil arwaahi wagidzaa ihaa, Wa’alaa aalihi
washahbihi wabaarik wa sallim, Allaahummahfazh waladaha maa
daama fii bathnihaa, Washfihii ma’a ummihi antasysyaafii laa syifaaa
illaa syifaa uka syifaa an laa yugoodiru saqoman, Allaahumma
shawwirhu fii bathnihaa shuurotanhasanatan , Watsabbit qolbahu
iimaanan bika wabiraa suulika , Allaahumma akhrijhu min bathni
ummihi waqta walaada tihaa sahlan wasaliiman, Allaahummaj ‘alhu

19
shahiihan kaamilan wa’aaqilan haa dziqan wa’aaliman’aamilan,
Allaahumma thawwil umrahu washahhih jasadahu wahassin
khuluqohu wafashshih lisaa nahu , Wa ahsin shautahu li qiraa atil
hadiitsi wal qur’aan, Wawasi’rijqahu , Wajalhu insaanan kaamilan
saaliman fiddunya wal aakhirah, Bibirakati sayyidinaa Muhammaddin
shallallaahu’alaihi wasallam wal hamdu lillahi rabbil’aalamiina
Aaamin, aamin aamin yaa robbal aalamin

”Dengan nama Allah yang maha Pemurah lagi maha Pengasih.


Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Ya Allah,
tambahkanlah kesejahteraan kepada penghulu kami Nabi Muhammad,
sebagai pengobat dan penawar hatiku, penyehat dan penyegar
badanku, sebagai sinar dan cahaya pandangan mata, sebagai penguat
dan santapan rohani, dan kepada keluarganya dan para sahabatnya
berikanlah kesejahteraan. Ya Allah, peliharalah anakku selama di
dalam kandungan dan sembuhkanlah ia, Engkau maha Penyembuh,
tiada sembuhan melainkan penawar-Mu, sembuh yang tidak
meninggalkan kesan buruk ya Allah, lahirkanlah ia dari kandunganku
dengan kelahiran yang mudah dan sejahtera. Ya Allah jadikanlah ia
sehat sempurna, Ya Allah perbaikilah akhlaknya, fasihkanlah lidahnya
dan merdukannlah suaranya untuk membaca Al-Qur’an dan hadis
dengan berkat Nabi Muhammad S.a.w.”
2. Memperbanyak melakukan ibadah, berbuat kebaikan dan
meninggalkan segala larangan-Nya

Perbanyak melakukan ibadah, berbuat kebaikan dan


meninggalkan larangan Allah SWT, seperti : Shalat malam, shalat-
shalat sunat, senantiasa menutup aurat. Sementara suami juga
dianjurkan memperbanyak ibadah, puasa sunat terutama senin dan
kamis.

3. Memperbanyak membaca Al-Qur’an

Wanita hamil dianjurkan meperbanyak membaca Al-Qur’an


dan memahami kandungannya

20
Di antara surat yang baik dibaca adalah : Surah Al-Fatihah,
Surah Yasin, Surah At-Taubah, Surah Yusuf, Surah Maryam, Surah
Luqman, surah an-Nahl ayat 78 dan surah al-A’raf ayat 189.

Dengan membaca surah dan ayat tersebut, selain sebagai


ibadah ia juga bisa memudahkan dalam menghadapi persalinan,
mendapat anak yang sehat dan sempurna, anak yang soleh dan
solehah, anak yang patuh dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

4. Memperbanyak wirid dan dzikir-dzikir kepada Allah SWT

Seorang wanita hamil juga yang hampir melahirkan


sangatlah membutuhkan do’a, wirid-wirid dan dzikir-dzikir, baik
yang sama dengan wirid harian atau pun yang dikhususkan
baginya. Hal ini perlu untuk menstabilkan perasaan dan
memberikan kekuatan bagi kaum wanita dalam menjalani
kehamilan dan menghadapi masa melahirkan. Ada banyak literatur
yang dapat dijadikan panduan bagi ibu hamil dan hendaknya
literatur tersebut harus memiliki rujukan yang shahih dari hadits-
hadits Rasulullah Saw, sehingga tidak perlu ragu-ragu akan
terjebak ke dalam perbuatan bid’ah yang dilarang, karena telah
melakukan ritualitas agama yang tidak dituntunkan oleh
Rasulullah. Salah satu do’a-do’a, wirid-wirid dan dzikir-dzikir yang
dianjurkan adalah membaca Al-Ma’tsurat terutama setiap pagi dan
sore.
2. TUNTUNAN BAGI IBU MELAHIRKAN

a. Dzikir dan do’a ketika hampir melahirkan

Amalan berdzikir dan berdo’a amatlah dituntut bagi wanita


hamil, karena dengan berdo’a dan berdzikir dapat
menentramkan fikiran dan dapat memupuk kesabaran ketika
dalam kesakitan melahirkan anak nanti. Selain membaca wirid

21
yang telah biasa diamalkan sejak awal kehamilan, ada beberapa
dzikir dan do’a yang sangat baik diamalkan, diantaranya

ِ‫اء‬
ِ ‫ُّع‬ َ ‫ِط ِّي َب ًةِإِ َّن َك‬
َ ‫ِسمِي ُعِالد‬ َ ‫َبِلِيِمِنْ ِلَ ُد ْن َكِ ُذ ِّر َّي ًة‬
ْ ‫َر ِّبِه‬
”Ya Tuhan karuniakanlah kepadaku dari sisi-Mu anak yang baik
sempurna (Tidak cacat). Sesunguhnya Engkau senantiasa
mendengar dan menerima rayuan dan doa hamba-Mu” (QS. Ali
Imran : 38)

َّ َ‫تِمِن‬
َِ‫ِالظالِمِين‬ ُ ‫س ْب َحا َن َكِإِ ِّنيِ ُك ْن‬ َ ‫ََلِإِلَ َهِإ ِ ََّلِأَ ْن‬
ُ ِ‫ت‬
“Tiada Tuhan yang disembah melainkan Engkau (Allah), Maha suci Ya
Allah, sesunguhnya aku termasuk di kalangan orang-orang yang
zalim”(QS. Al-anbiya :87)

Untuk mendapatkan bakal anak yang sholeh bacalah doa :

َِ‫ِالصالِحِين‬
َّ َ‫َبِلِيِمِن‬
ْ ‫َر ِّبِه‬
“Tuhanku berilah kepadaku (Seorang anak) dari anak-anak yang
sholeh” (QS. Al-Qoshshash :110)

Dan Apabila hampir melahirkan bacalah doa :

22
ُ ‫ِون ِْع َِم ا ْل َوكِي ِل ُ َت َو َّك ْل‬
ِ ِِ‫تِ َعلَِّللا‬ َّ ‫َح ْس ُب َن‬
َ ُ‫اِّللا‬
“Allah telah mencukupi segala sesuatu bagiku dan kepada-Nya lah
segalanya kuserahkan” (QS. Al-Imran :173)

Untuk mempermudah bersalin dianjurkan pula membaca ayat Al-Kursi


kemudian membaca :

ِِ‫ضِفِىِسِ َّتة‬ َ ‫ِٱْلَ ْر‬ ْ ‫ِِو‬ ِ ‫ِٱلس َٰ َم َٰ َو‬


َ ‫ت‬ َّ ‫ِىِخلَ َق‬َ ‫ِٱَّللُِٱلَّذ‬ َّ ‫ِر َّب ُك ُم‬
َ َّ‫إِن‬
َ ‫شِ ُي ْغشِ ىِٱلَّ ْيلَِٱل َّن َه‬
ِ‫ار‬ ِ ‫ِعلَىِٱ ْل َع ْر‬ ْ ‫أَ َّي ٍامِ ُث َّم‬
َ ‫ِٱس َت َو َٰى‬
ٍِ‫س َّخ َٰ َرت‬ َ ‫ِوِٱ ْل َق َم َر‬
َ ‫ِوِٱل ُّن ُجو َمِ ُم‬ َ ‫س‬ َ ‫ش ْم‬ َ ‫ۥِحثِي ًث‬
َّ ‫اِوِٱل‬ َ ‫َي ْطل ُ ُب ُِه‬
ِ‫ب‬ ُّ ‫ِر‬ َّ ‫ار َك‬
َ ُ‫ِٱَّلل‬ َ ‫ِٱْلَ ْم ُرِِۗ َت َب‬ َ ‫ِبأ َ ْم ِر ِِهۦِِٓۗأَ ََلِلَ ُهِٱ ْل َخ ْل ُق‬
ْ ‫ِو‬
‫ٱ ْل َٰ َعلَمِين‬
Artinya : Bahwasanya Tuhanmu, adalah Allah yang telah menjadikan langit
dan bumi dan yang diantara keduanya di dalam
enam hari kemudian dia bersemayam atas Arasy. Dia memasukkan malam
kedalam sarang yang mencarinya dengan cepat. Matahari, bulan dan bintang
semuanya ditundukkan dengan perintah-Nya. Dan ketahui olehmu, Allah yang
mempunyai pencipta dan suruhan. Maha Mulia Allah Tuhan semesta alam.
(QS. Al-A’rof :54)

23
Seterusnya perbanyak membaca tasbih :

ُ‫للا‬ َ ‫ُسب َْح‬


‫انُ ه‬
”Maha Suci Allah”

‫اَسْ َت ْغ هفر‬
ُ‫ُللا‬
َ
“Aku mohon ampun kepada Allah”

Doa Mohon Keturunan dan Perlindungan selama mendidiknya.

ِ‫تِِلَ َكِِ َماِفِى‬ َ ‫تِِعِ ْم َٰ َر‬


ُ ‫نَِِر ِّبِِإِ ِّنىِ َن َذ ْر‬ ُ َ‫ِِٱم َرأ‬
ْ ‫إِ ْذِ َقالَت‬
‫ِِٱلسمِي ُعِِٱ ْل َعلِي ُِم‬
َّ ‫نت‬ َ َ‫َب ْطنِىِ ُم َح َّر ًراِ َف َت َق َّبلِِْ ِم ِّنىِِۗإَِِّن َكِِأ‬
Artinya : (Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang
dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan
berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar)
itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui".
(QS. Ali Imran 35)

ِ‫اء‬
ِ ‫ُّع‬ َ ‫ِط ِّي َب ًةِإِ َّن َك‬
َ ‫ِسمِي ُعِالد‬ َ ‫َبِلِيِمِنْ ِلَ ُد ْن َكِ ُذ ِّر َّي ًة‬
ْ ‫َر ِّبِه‬
Artinya: Ya Allah berikanlah kepadaku dari sisiMu keturunan
yang baik. Sesungguhnya Engkau adalah pendengar
permohonan (doa). (QS. Ali Imran 38)

َِ‫ِالصالِحِين‬
َّ َ‫َبِلِيِمِن‬
ْ ‫َر ِّبِه‬
“Tuhanku berilah kepadaku (Seorang anak) dari anak-anak yang
sholeh” (QS. Al-Qoshshash :110)

ِِۗ‫ِِومِنِ ُذ ِّرَِّيتِى‬
َ ‫ِِٱلص َل َٰو ِة‬
َّ ‫ِٱج َع ْلنِىِ ُمقِي َم‬
ْ ‫َر ِّب‬
24
َ ‫اِو َت َق َّبلِِْد‬
ِ‫ُعا ِء‬ َ ‫َِر َّب َن‬
Ya Tuhanku jadikanlah aku dan anak cucuku orang- orang yang
tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami perkenankanlah
doaku. (QS. Ibrahim 40)

Doa lain yang baik dibaca:

ِ‫اِو ُذ ِّر َٰ َّيتِ َنا‬


َ ‫َبِِلَ َناِمِنِِْأَ ْز َٰ َو ِج َن‬
ْ ‫ونَِِر َّب َناِه‬َ ُ ‫َوِٱلَّذِينَِِ َيقُول‬
‫ِٱج َع ْل َناِلِ ْل ُم َّتقِينَِِإِ َمام‬
ْ ‫ِِو‬َ ‫قُ َّر َةِِأَ ْع ُي ٍن‬
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah
kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al furqon
74)

Doa lain :

ِِ‫ش ُك َرِن ِْع َم َت َكِٱلَّتِىِِأَ ْن َع ْم َت‬


ْ َ‫َر ِّبِأَ ْو ِز ْعنِىِأَنْ ِأ‬
ِِ‫ض َٰى ُه‬ َ َٰ َ‫ِِوأَنِِْأَ ْع َمل‬
َ ‫ِِصل ًِحاِ َت ْر‬ َ ‫ى‬َّ َ‫ِِولِد‬َ َٰ ‫ِِو َع َل َٰى‬
َ ‫َعلَ َّى‬
ِ‫ِوإِ ِّنى‬ ُ ‫صل ِْحِِلِىِفِىِ ُذ ِّر َّيتِىِِِۗإِ ِّنىِ ُت ْب‬
َ ‫تِِإِلَِْي َك‬ ْ َ‫َوأ‬
َِ‫مِنَ ِٱ ْل ُم ْسِلِمِين‬

25
Artinya: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat
Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang
Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi
kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat
kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang berserah diri".(QS. Al Ahqof 15)

b. Doa Saat Melahirkan


1. Al Fatihah
2. Ayat Kursyi
3. An Nahl 78 :

َ َِِ‫َِِلِِ َت ْعلَ ُمون‬


ِ‫ش ْيـًا‬ َ ‫ونِِأ ُ َّم َٰ َهتِ ُك ْم‬ َّ ‫َو‬
ِ ‫ِٱَّللُِِأَ ْخ َر َج ُكمِ ِّمِنِِْ ُب ُط‬
ِِ‫ِٱْلَ ْفـِدَ َةَِِلِلَ َعلَّ ُك ْم‬
ْ ‫ِِو‬َ ‫ص َر‬ َ َٰ ‫ِٱْلَ ْب‬
ْ ‫ِِو‬ َّ ‫َو َج َعلَِِلَ ُك ُم‬
َ ‫ِِٱلس ْم َع‬
َِ‫ش ُك ُرون‬ ْ ‫َت‬
Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut Ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu
bersyukur".) An-Nahl : 78)
Doa lain:

ِ ِ‫ِبا ِْذ ِن‬


ِ‫ّللا‬ ِ ‫َيا ُب َن َّيِا ُ ْخ ُر ْج‬
Artinya : Wahai anakku, keluarlah dengan Izin Allah...

26
Surat surat dibawah ini di bacakan pada saat sukuran 4
bulanan, Surat dan Ayat dari Al-Quran :

• Al-Mu’minuun (Surat ke-23, ayat 12-14)


• Lukman (Surat ke-31, ayat 14)
• Yusuf (Surat ke 12, ayat 1-16)
• Maryam (Surat ke-19, ayat 1-15) baik juga jika semuanya
dibaca..
• Ar Rahmaan (Surat ke-55, ayat 1-78)

Doa Ibu Hamil:

Bismillahhirrahmaanir rahiim, Alhamdu lillaahi rabbil’aalamiin,


Allaahumma shalli alaa sayyidinaa Muhammad, Thibbil quluubi
wadawaaihaa, Wa’aafiyatil abdaani wa syifaa ihaa, Wanuuril
abshaari wa dhiyaa ihaa, Waquutil arwaahi wagidzaa ihaa,
Wa’alaa aalihi washahbihi wabaarik wa sallim, Allaahummahfazh
waladaha maa daama fii bathnihaa, Washfihii ma’a ummihi
antasysyaafii laa syifaaa illaa syifaa uka syifaa an laa yugoodiru
saqoman, Allaahumma shawwirhu fii bathnihaa
shuurotanhasanatan, Watsabbit qolbahu iimaanan bika wabiraa
suulika, Allaahumma akhrijhu min bathni ummihi waqta walaada
tihaa sahlan wasaliiman, Allaahummaj ‘alhu shahiihan kaamilan
wa’aaqilan haa dziqan wa’aaliman’aamilan, Allaahumma thawwil
umrahu washahhih jasadahu wahassin khuluqohu wafashshih
lisaa nahu, Wa ahsin shautahu li qiraa atil hadiitsi wal qur’aan,
Wawasi’rijqahu, Wajalhu insaanan kaamilan saaliman fiddunya
wal aakhirah, Bibirakati sayyidinaa Muhammaddin
shallallaahu’alaihi wasallam wal hamdu lillahi rabbil’aalamiina
Aaamin, aamin aamin yaa robbal aalamin.

Artinya:

Dengan menyebut nama Allah yg Maha Pengasih lagi


Mahapenyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian

27
alam Ya Allah tambahkanlah kesejahteraan kepada penghulu
kami Nabi Muhammad SAW Sebagai pengobat dan penawar
hatiku Penyehat dan penyegar badanku Sebagai sinar dan
cahaya pandangan mata Sebagai penguat dan santapan rohani
Dan kepada keluarganya dan para sahabatnya berikanlah
keberkahan dan keselamatan Ya Allah semoga Engkau
lindungi bayi ini selama ada dalam kandungan ibunya Dan
semoga Engkau memberikan kepada bayi dan ibunya Allah
yang memberi kesehatan. Tidak ada kesehatan selain
kesehatan Allah, kesehatan yang tidak diakhiri dengan
penyakit lain Ya Allah semoga Engkau ciptakan bayi ini dalam
kandungan ibunya dgn rupa yg bagus Dan semoga Engkau
tanamkan hatinya bayi ini iman kepadaMu ya Allah dan kepada
Rosul Mu Ya Allah semoga Engkau mengeluarkan bayi ini dari
dalam kandungan ibunya pada waktu yg tlah ditetapkan dlm
keadaan yg sehat dan selamat Ya Allah semoga Engkau
jadikan bayi ini sehat, sempurna, berakal cerdas dan mengerti
dalam urusan agama Ya Allah semoga Engkau memberikan
kepada bayi ini umur yang panjang, sehat jasmani dan rohani,
bagus budi perangainya, fasih lisannya Serta bagus suaranya
untuk membaca dan Al Quran dan tinggikanlah derajatnya dan
luaskanlah rizkinya dan jadikanlah bagi manusia yg sempuran
selamat di dunia dan akhirat. Dengan berkahnya Nabi besar
Muhammad SAW dan segala puji bagi Allah Tuhan seru
sekalian alam Aaamin, aamin aamin yaa robbal aalamin
Kabulkanlah doa kami, kabulkanlaah doa kami kabulkanlah
doa kami, ya Allah seru sekalian alam.

28
BAB IV
Menyusui Secara Islami

1. Konsep Menyusui dalam Islam


Allah SWT memerintahkan para ibu untuk menyusui anak-
anaknya, dan Dia menetapkan batas waktu minimal menyusui
selama dua tahun sempurna. Masa selama itu cukup untuk anak
melepaskan penyusuan kepada ibunya. Setelah itu anak mulai
belajar makan dan minum di luar air susu ibunya.

Proses menyusui adalah sebuah fitrah mulia dari setiap


wanita untuk memperbaiki generasi penerusnya. Peran ibu sebagai
madrasah utama dan pertama terhadap anak-anaknya dapat
terealisasi dengan konsep menyusui sejak bayi lahir hingga masa
tertentu. Allah SWT berfirman:

َ ‫تِِ ُي ْرضِ ْعنَِِأَ ْو َٰلَدَ ه‬


ِِ‫ُنَِِّح ْو َل ْي ِنِِ َكا ِملَ ْي ِن‬ ُ َ‫َوِٱ ْل َٰ َول َِٰد‬
ِِ‫ِو َعلَىِٱ ْل َم ْولُو ِد‬ َ ِِۗ‫اع َة‬ َ ‫ض‬ َّ ‫ِۗلِ َمنِِْأَ َرادَِِأَنِ ُيتِ َّم‬
َ ‫ِِٱلر‬
ِِ‫ف‬ ُ َّ‫ِع ُروفِ ِۗ ََِلِِ ُت َكل‬ ْ ‫بِٱ ْل َم‬
ِ َِِّ‫ِس َو ُت ُهن‬ َ ‫ۥِر ْزقُ ُه‬
ْ ‫نَِِّوك‬ ِ ‫لَ ُِه‬
ِِ‫ِهَِاِو ََل‬
َ ‫ِب َولَد‬ ِ ِۗ‫ِِولِدَ ة‬َ َٰ ‫ضا َّر‬ َ ‫ِِو ْس َع َهاِۗ ََِلِِ ُت‬ ُ ‫َن ْفسِِإِ ََّل‬
ِِِۗ‫ِِذلِ َك‬ َ َٰ ُ ‫ثِِ ِم ْثل‬
ِ ‫ِو َعلَىِٱ ْل َو ِار‬ َ ِۗ‫ۥِب َولَ ِد ِِهۦ‬
ِ ‫َم ْولُودِِلَّ ُِه‬
ِِ‫او ٍرِِ َف َل‬ ُ ‫ش‬ َ ‫اِو َت‬ َ ‫اضِِ ِّم ْن ُه َم‬ ٍ ‫ِِعنِ َت َر‬ َ ‫ِص ًاَل‬َ ‫َفإِنِِْأَ َرادَ اِف‬
ِۗ‫ِوإِنِِْأَ َرد ُّت ْمِأَنِ َت ْس َت ْرضِ ُعوا‬ َ ِۗ‫ِِعلَ ْي ِه َما‬َ ‫اح‬ َ ‫ُج َن‬
ِ‫ِِءا َت ْي ُتم‬ َ ‫اِسلَّ ْم ُتِمِ َّما‬ َ ‫ِِعلَ ْي ُك ْمِِإِ َذ‬
َ ‫اح‬ َ ‫أَ ْو َٰلَدَ ُك ْمِِ َف َلِِ ُج َن‬
َ َّ َ‫ِٱعلَ ُمواِۗأ‬
ِِ‫نَِِّٱَّلل‬ ْ ‫ِِو‬ َ َّ ۗ‫ِوِٱ َّتقُوا‬
َ ‫ِٱَّلل‬ َ ِِِۗ‫بِٱ ْل َم ْع ُروف‬ ِ
ِ‫ِب َماِ َت ْع َملُونَِِ َبصِِير‬
29
Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka
tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan
oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.” [QS al-Baqoroh : 233]

Lafadz aya t : ُ‫ضعْ َن‬ ُُ َ‫ُ َُوٱ ْل ٰ َول ٰهد‬... bentuknya adalah
‫تُيُرْ ه‬
khobar (pengabaran) tapi bermakna perintah. Berkata al-Hafidz
Ibnu Katsir dalam tafsirnya (1/633) : Ini merupakan petunjuk dari
Alloh ta’ala kepada para ibu agar mereka menyusui anak-anaknya
dengan penyusuan yang sempurna yaitu 2 tahun, maka tidak
dianggap sebagai ‘menyusu’ jika lebih dari itu. Oleh karena itu
Alloh berfirman :
ُ‫اع َة‬
َ ‫ض‬َ َّ‫له َمنُُْأَ َرا َُدُأَنُ ُي هت َُّمُٱلر‬
Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan dan kebanykan
para imam berpendapat bahwa persusuan tidaklah menjadikan
mahrom kecuali jika usia yang disusui masih dibawah 2 tahun,
sehingga jika seorang anak menyusu sedangkan umurnya sudah
lebih dari 2 thun maka hal itu tidak menjadikannya mahrom. Secara
umum ayat ini berisi tentang empat hal :

pertama, petunjuk Allah SWT kepada para ibu [wâlidât] agar


senantiasa menyusui anak-anaknya secara sempurna, yakni selama
dua tahun sejak kelahiran sang anak.

30
Kedua, kewajiban suami memberi makan dan pakaian kepada
istrinya yang sedang menyusui dengan cara yang ma’rûf.

Ketiga, diperbolehkannya menyapih anak [sebelum dua tahun]


asalkan dengan kerelaan dan permusyawaratan suami dan istri.

Keempat, adanya kebolehan menyusukan anak kepada perempuan


lain [al-murdhi’ah]

2. Etika Menyusui
Islam merupakan agama yang komprehensif. Permasalahan
seputar menyusui telah Allah kukuhkan dalam Al-Qur'an surat Al
Baqarah 233, namun tak banyak kaum ibu yang mengerti etika
menyusui yang baik untuk masa depan bayinya.

Ibu zaman sekarang sudah mulai menyerahkan pengasuhan


bayi mereka pada para pembantu dengan bekal susu formula.
Sementara ibu zaman dahulu tidak mengenal susu formula dan
semua pengasuhan ada di tangan sang ibu. Ibu zaman dulu juga
sangat menjunjung tinggi etika saat merawat bayi mungil yang
masih suci, diantaranya:
a. Mereka tak berani berkata kotor atau menunjukan kemarahan
dihadapan bayi.
b. Pada saat mau menyusui, ibu zaman dulu lebih mengutamakan
payudara bagian kanan dulu dibandingkan dengan payudara
kiri.
c. Mereka selalu membiasakan mengangkat bayi dengan tangan
kanan.
d. Mengawali dengan doa yang tak pernah terlupa.

Ada beberapa aspek yang sebaiknya diperhatikan ketika


akan menyusui agar anak menjadi sehat, cerdas juga shalih.

31
a. Ketakwaan seorang ibu
a. Beristighfar dan mengakui kesalahan-kesalahan sebelum
menyusui, agar seorang ibu suci dan bersih dari dosa-dosa.
b. Berwudhu sebelum menyusui, agar dijauhkan dari
gangguan dan bisikan syaitan yang terkutuk.
c. Melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an atau zikir ketika
menyusui sambil membelai rambut dan menyentuh tubuh
sang bayi.

b. Tenang dan Hindari Emosi yang Berlebihan


Tatapan hangat dan senyuman ibu pada bayi saat disusui akan
menenangkan jiwanya dan mengurangi ketegangan otot. Maka
hal ini menjadi sumber ketenangan terbesar dalam dirinya. Jika
seorang ibu menyusui sambil menangis dan berteriak-teriak,
akan membentuk anak yang lalim dan keras dalam
perilakunya. Seorang bayi jika dimarahi dan dia bersedih
karenanya, maka jaringan syaraf yang sudah terbentuk (myelin)
akan pecah dan tidak pernah tumbuh lagi seumur hidupnya.

c. Makanan Halal
Jika seseorang mengkonsumsi makanan haram maka akan sulit
menjadi orang yang shalih. Karena makanan haram tersebut
menghalangi seseorang menerima kebaikan dalam tubuhnya.

Tempat yang paling nyaman bagi wanita menyusui untuk


menyusui bayinya adalah di rumah. Namun adakalanya ibu menyusui
memiliki keperluan yang mengharuskannya untuk keluar rumah baik
bersama orang lain maupun sendirian misalnya belanja atau yang
lainnya. Banyak wanita yang merasa stress saat bayinya ingin menyusui
karena lapar, mereka malu untuk menyusui di depan umum. Tiap ibu
menyusui yang telah terampil tidak memiliki kendala saat menyusui
bayi di depan umum. Tetapi tidak demikian dengan wanita yang belum
terampil menyusui. Menyusui bayi memang sesuatu yang wajar, tetapi
hendaknya wanita yang menyusui bayi juga memperhatikan etika di
depan umum. Berikut ini beberapa etika menyusui di depan umum:

32
1. Sebelum pergi siapkan perlengkapan bayi dengan cermat,
usahakan jangan sampai ada yang tertinggal walaupun sepele
karena bisa jadi itu sangat diperlukan saat menyusui bayi.
Perlengkapan bayi yang terdiri dari baju, popok, celana, sarung
tangan, kaos kaki, tutup kepala, gendongan, selimut, sapu
tangan atau handuk kecil, tisu, dan tas kresek untuk tempat
baju kotor harus ada di dalam tas bayi. Selimut atau handuk
kecil sangat berguna saat menyusui di depan umum supaya
payudara tertutup. Gendongan juga bisa berfungsi sebagai
penutup saat menyusui, terutama yang lebar dan ada bagian
penutup kepala bayi.

2. Pilih pakaian yang mudah untuk dibuka saat akan menyusui


tetapi tetap aman dari pandangan orang. Pakailah pakaian
yang longgar baik terusan ataupun baju yang terdiri atas dua
potong. Lebih baik lagi jika membeli atau membuat baju
sendiri khusus untuk ibu menyusui di luar rumah. Model
pakaian yang paling baik adalah yang memiliki kancing dari
atas hingga perut. Jadi saat bayi akan menyusui cukup dengan
membuka kancing dari perut sampai payudara, sehingga dada
bagian atas tidak akan tampak. Lebih memudahkan lagi jika
mengenakan bra khusus intuk menyusui. Pakaian dengan
ritsleting juga cukup membantu, tetapi tetap harus membuka
dari atas. Untuk wanita dengan jilbab besar tentu tidak
menjadi masalah karena jilbabnya akan menutupi dadanya.
Gunakan selendang atau selimut bayi untuk membantu
menutupi dada.

3. Carilah ruang laktasi jika ada sehingga akan memberikan


kenyamanan dan keamanan saat ibu menyusui. Jika tidak ada,
carilah tempat yang cukup sepi dan aman dari pandangan
orang. Misalnya di pojok ruangan dengan menghadap tembok,
mintalah suami untuk menemani dan menutupi dari
pandangan orang. Ketika di depan umum, cara menyusui yang

33
baik adalah dengan duduk dan membungkukkan sedikit badan
ke depan supaya lebih menutupi dada.

4. Jika bayi sudah tampak resah karena lapar, segera beri ASI.
Jangan menunggu sampai bayi menangis dan marah. Biasanya
jika bayi sudah terlanjur marah karena kesal tidak segera
diberi ASI akan susah didiamkan. Jika sudah demikian akan
menyusahkan ibu sendiri karena susah untuk mencari posisi
menyusui yang tepat. Belum lagi dengan pandangan orang
karena mendengar tangisan bayi yang keras membuat wanita
semakin tidak nyaman.

5. Sering-sering berlatih cara menyusui akan membuat wanita


semakin terampil dalam menyusui. Berbagai macam posisi
menyusui baik dengan duduk atau berdiri hendaknya terus
dilatih supaya tidak canggung lagi untuk menyusui meskipun
di depan umum.
3. Hikmah dan Keutamaan Menyusui

Susu merupakan makanan terpenting dan sumber


kehidupan satu-satunya bagi bayi di bulan-bulan pertama
usianya. Susu terbaik untuk anak adalah air susu ibu karena
dengan menyusui terjadilah kontak cinta dan kasih sayang
antara ibu dan anak. Ibu adalah orang yang paling mampu
memberikan cinta dan kehangatan yang sesungguhnya kepada
anak dengan naluri keibuannya yang diberikan Allah kepadanya.
Ibulah yang dapat memenuhi kebutuhan cinta dan kasih sayang
yang didambakan anak sejak hari-hari pertama masa menyusui.
Dengan menyusui, hubungan cinta dan kasih sayang antara ibu
dan anak akan semakin erat dan akan membuat anak merasa
tenang dan aman.

34
Rasulullah saw bersabda: “…Tak ada seorangpun perempuan yang
hamil dari suaminya, kecuali ia berada dalam naungan Allah azza wa
jalla, sampai ia merasakan sakit karena melahirkan, dan setiap rasa
sakit yang ia rasakan pahalanya seperti memerdekakan seorang budak
yang mukmin. Jika ia telah melahirkan anaknya dan menyusuinya,
maka tak ada setetes pun air susu yang diisap oleh anaknya kecuali ia
akan menjadi cahaya yang memancar di hadapannya kelak di hari
kiamat, yang menakjubkan setiap orang yang melihatnya dari umat
terdahulu hingga yang belakangan. Selain itu ia dicatat sebagai
seorang yang berpuasa, dan sekiranya puasa itu tanpa berbuka
niscaya pahalanya dicatat seperti pahala puasa dan qiyamul layl
sepanjang masa. Ketika ia menyapih anaknya Allah Yang Maha Agung
sebutan-Nya berfirman: ‘Wahai perempuan, Aku telah mengampuni
dosa-dosamu yang lalu, maka perbaruilah amalmu’.”

Rasulullah saw bersabda: “Siapapun perempuan yang menjaga


sesuatu di rumah suaminya dari suatu tempat ke tempat yang lain
untuk kemaslahatan, maka ia diperhatikan oleh Allah swt, dan orang
yang diperhatikan oleh Allah ia tidak akan diazab oleh-Nya.”
Kemudian Ummu Salamah bertanya: Ya Rasulullah saw, setiap laki-
laki yang keluar dari rumahnya ia dapat melakukan kebajikan, maka
kebajikan apa yang dapat dilakukan oleh perempuan yang miskin?
Beliau menjawab: “Baiklah, jika perempuan hamil maka kedudukannya
seperti kedudukan orang yang berpuasa, qiyamul layl, dan berjuang di
jalan Allah dengan diri dan hartanya. Jika ia melahirkan, maka
pahalanya tak dapat diketahui oleh seorangpun karena begitu
besarnya. Jika ia menyusui, maka setiap tetes air susu yang isap oleh
anaknya seperti memerdekakan orang merdeka dari keturunan nabi
Ismail (as). Jika ia menyapihnya, malaikat yang mulia mengepakkan
sayapnya sambil berkata: Perbaruilah amalmu, dosa-dosamu telah
diampuni.”

Zaid bin Ali dari bapak-bapaknya (sa) berkata bahwa


Rasulullah saw pernah menyebutkan tentang jihad, lalu seorang
perempuan bertanya: “Ya Rasulullah, bagi perempuan apa amal yang

35
seperti itu? Beliau bersabda: “Baiklah, bagi perempuan antara
kehamilan hingga menyapih seperti pahala orang yang berjuang di
jalan Allah. Jika ia mati, maka kedudukannya seperti orang yang
syahid.” Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata dalam riwayat yang
panjang tentang kisah Adam dan Hawa’ (as): “Siti Hawa’ berkata: Ya
Rabbi, aku memohon kepada-Mu agar Engkau menganugerahkan
kepadaku seperti yang Engkau anugerahkan kepada Adam. Maka Allah
swt berfirman: ‘Aku telah mengkaruniakan kepadamu rasa malu,
rahmat dan kelembutan, dan bagimu dicatat pahala mandi dan
wiladah (melahirkan anak), sekiranya kamu melihat pahalanya yang
abadi, kenikmatan yang kekal, dan kerajaan yang besar, niscaya
menyejukkan pandanganmu.”

Hikmah dan keutamaan menyusui:


1. Menyusui bayi membantu pengecilan rahim ke ukuran normal
2. Bisa menguatkan rahim ibu setelah melahirkan, sehingga bisa
membantu mengurangi pendarahan pasca melahirkan.
3. Memperlambat datangnya haid sesudah melahirkan, dengan
demikian berarti membantu mengatur jarak kehamilan.
4. Membantu mengembalikan bentuk tubuh ibu.
5. Merupakan peristiwa dan pengalaman yang sangat indah
untuk seorang ibu.

Hikmah ilahiah dari proses menyusui, bahwa pemberian air


susu ibu kepada anak akan sangat berpengaruh terhadap akhlak,
perilaku, dan etika sang anak, sebab susu keluar dari darah sang
ibu. Air susu ibu akan membantu tumbuh kembang anak secara
lahiriah dan mempengaruhi perkembangan kecerdasan anak secara
psikologis, intelektual, dan spiritual. Organ yang telah berkembang
dengan sempurna dari seorang manusia sejak ia dalam kandungan
adalah telinga. Sehingga, pendidikan dan pembinaan anak akan
siapa Tuhannya sesungguhnya telah berjalan sejak awal ruh
ditiupkan. Sangat disayangkan pada masa ini, dukungan terhadap
proses menyusui dan pemberian ASI secara eksklusif dan

36
dilanjutkan hingga dua tahun menemui banyak hambatan. Mulai
dengan minimnya dukungan dari keluarga terdekat, lingkungan,
tenaga kesehatan hingga minimnya kelayakan fasilitas bagi ibu
menyusui ditempat umum maupun tempat bekerja. Atau juga
keengganan ibu untuk menyusui buah hatinya dengan alasan akan
mempengaruhi keindahan tubuhnya ataupun beralasan bahwa air
susunya sedikit. Allah ‘azza wa jalla berfirman :

ِ‫ِٱَّللُِِفِىِِأَ ْو َٰلَ ِد ُك ْم‬


َّ ‫ُيوصِ ي ُك ُم‬
“Allah mewasiatkan kepada kalian tentang anak-anak kalian” [QS. an-
Nisa' : 11]

Di antara tanggung jawab pertama orang tua ketika si buah


hati lahir adalah memberinya nafkah yang mencukupi
kebutuhannya, mulai dari pakaian sampai makanan. Dan al-
Hamdulillah, di antara tanda kesempurnaan ciptaan Allah ta’ala
adalah diciptakannya ASI bagi para wanita (bahkan hewan
mamalia betina) yang telah melahirkan sebagai makanan bagi
anaknya. Dan menurut penelitian para Dokter sekarang ini bahwa
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, bahkan bagi bayi yang
lahir prematur. Allah ta’ala berfirman :

ِِ‫ِِوهْ ٍن‬ َ ‫اِعلَ َٰى‬َ ‫ۥِوهْ ًن‬ َ ‫ِِح َملَ ْت ُهِِأ ُ ُّم ُِه‬
َ ‫نَِِب َٰ َولِدَ ْي ِه‬
ِ َ َٰ ِ‫اِٱْل‬
‫نس‬ ْ ‫ص ْي َن‬
َّ ‫َو َو‬
َٰ
ِِ‫ِىِول َِولِدَ ْي َكِِإِ َل َّى‬
َ ‫ش ُك ْرِِل‬ َ َ ‫ِصلُ ُِهۥِف‬
ْ ‫ِىِعا َم ْي ِنِِأ ِنِِٱ‬ َٰ
َ ‫َوف‬
‫ٱ ْل َمصِ ي ُِر‬
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang
tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, danmenyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.“ [QS
Luqman : 14]

ِ‫ِِأ ُ ُّم ُِهۥِ ُك ْرهًا‬


ِ ‫ِح َملَ ْت ُه‬
َ ِۗ‫س ًنا‬ َ َٰ ‫نَِِب َٰ َولِدَ ْي ِهِِإِ ْح‬
ِ َ َٰ ِ‫اِٱْل‬
‫نس‬ ْ ‫ص ْي َن‬ َّ ‫َو َو‬
ِِۗ‫ش ْه ًرا‬ َ َِِ‫ِصلُ ُِهۥِ َث َٰلَ ُثون‬
َ َٰ ‫ۥِوف‬ َ ‫ِو َح ْملُ ُِه‬ َ ِۗ‫ض َع ْت ُهِِ ُك ْرهًا‬ َ ‫َو َو‬
ِِ‫ِِر ِّب‬ َ َ‫ِينَِِس َن ًةِِ َقال‬
َ ‫ۥِو َبلَ َغِِأَ ْر َبع‬َ ُِ‫شدَّ ه‬ُ َ‫َح َّت َٰىِِإِ َذاِ َبلَ َغِِأ‬
37
ِِ‫ِِو َعلَ َٰى‬ َ ‫ش ُك َرِِن ِْع َم َت َكِِٱلَّتِىِِأَ ْن َع ْم َت‬
َ ‫ِِعلَ َّى‬ ْ َ‫أَ ْو ِز ْعنِىِِأَنِِْأ‬
ِ‫صل ِْحِلِىِفِى‬ ِْ َ‫ِِوأ‬َ ‫ض َٰى ُه‬
َ ‫ِِصل ًِحاِ َت ْر‬ َ َٰ َ ‫ِِوأَنِِْأَ ْع َِمل‬ َّ ‫َٰ َول‬
َ ‫ِدَى‬
َِ‫ِِوإِ ِّنىِمِنَِِٱ ْل ُم ْسلِمِين‬َ ‫تِِإِلَ ْي َك‬ ُ ‫ُذ ِّر َّيتِىِِۗإِ ِّنىِ ُت ْب‬

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua


orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah,
dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya
sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia
telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
“Wahai Rabb-ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau
yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan
supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai;
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak
cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.[QS al-
Ahqof : 15]

Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya (7/280): “Dan


‘Ali rodhiyallohu anhu telah berdalil dengan ayat ini bersama ayat
dalam surat Luqman :

38
َ َٰ ‫َوف‬
ِ‫ِصلُ ُِهۥِفِىِ َعا َِم ْي ِن‬
“…dan menyapihnya dalam dua tahun…” [QS luqman : 14]

Dan juga firman Allah :

ِِ ‫تِ ُي ْرضِ ْعنَِِأَ ْو َٰلَدَ هُنَِِّ َح ْو َل ْي‬


ِِ ‫نِ َكا ِملَ ْي‬
ِِْ‫نِِۗلِ َمن‬ ُِ َ‫َِوٱ ْل َٰ َول َِٰد‬
ۚ ‫اع َِة‬ َ ‫ض‬ َ ‫لر‬َّ ‫أَ َرادَِِأَنِ ُيتِ َِّمِٱ‬

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun


penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan” [QS al-
Baqarah : 233]
Dan al-Hafidz Ibnu Katsir juga membawakan tafsir ayat ini dari
Ibnu ‘Abbasrodhiyallohu anhuma dari riwayat Ibnu Abi Hatim.
Beliau berkata (7/280): Berkata Ibnu Abi Hatim: Haddatsana Ayahku
(Abu Hatim, pent), Haddatsana Farwah bin Abil Maghro’, haddatsana
Ali bin Mishar, dari Dawud bin Abi hind, dari Ikrimah, dari Ibnu
Abbas, ia berkata : Jika seorang wanita melahirkan pada usia
kehamilan 9 bulan, maka cukup bagi anaknya menyusu selama 21
bulan. Jika ia melahirkan pada usia kehamilan 7 bulan, maka cukup
bagi anaknya menyusu selama 23 bulan. Dan jika ia melahirkan
pada usia kehamilan 6 bulan, maka 2 tahun penuh. Karena
Alloh ta’alaberfirman :

َ َِِ‫ِصلُ ُِهۥِ َثَِٰلَ ُثون‬


‫ش ْه ًِرا‬ َ َٰ ‫َو َح ْملُ ُِهۥِ َوف‬
“Dan mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.”
[QS.Al-Ahqof ]

39
BAB V
Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak

Orang tua mempunyai kewajiban terhadap anak yang harus ditunaikan.


Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah sebuah wujud aktualitas
hak-hak anak yang harus dipenuhi oleh orang tua.

Islam mengajarkan Orangtua untuk memelihara keluarganya dari api


neraka, dengan berusaha agar seluruh keluarganya itu melaksanakan
perintah dan larangan-larangan Allah termasuk yang dimaksud dalam
keluarga ini adalah anak.

Allah SWT berfirman dalam QS. At-Tahrim:6

ً ‫ِوأَهْ لِي ُك ِْم ِ َن‬


ِ‫ارا‬ َ ُ‫ِءا َم ُنوا ِقُوا ِأَنف‬
َ ‫س ُك ِْم‬ َ َِ‫َٰ َيأ َ ُّي َها ِٱ َّلذِين‬
ِِ‫ِِغِلظِِشِ دَ اد‬َ ‫ِِعلَ ْي َهاِ َم َٰلَئِ َكة‬
َ ُ‫ارة‬ َ ‫ِِوِٱ ْلح َِج‬
َ ‫اس‬ ُ ‫َوقُو ُدهَاِٱل َّن‬
‫ِو َي ْف َعلُونَِ ِ َما ِ ُي ْؤ َم ُرون‬ ََِّ َِ‫صون‬
َ ‫ِٱَّلل ِ َماِ ِأَ َم َر ُه ِْم‬ ُ ‫َّ َِل ِ َي ْع‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.

40
Negara dalam hal ini juga mencantumkan kewajiban bersama
antara suami Istri dengan dituangkan dalam Kompilasi Hukum Islam,
yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

Pasal 77

1. Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan


rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang menjadi
sendi dasar dari susunan masyarakat.
2. Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati,
setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.
3. Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara
anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani
maupun kecerdasannya dan pendidikan agamanya.
4. Suami istri wajib memelihara kehormatannya.
5. Jika suami istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat
mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.

Seorang anak pada permulaan hidupnya sampai pada umur


tertentu memerlukan orang lain untuk membantunya dalam
kehidupannya, seperti makan, pakaian, membersihkan diri, bahkan
sampai kepada pengaturan bangun dan tidur. Karena itu orang yang
menjaganya perlu mempunyai rasa kasih sayang, kesabaran, dan
mempunyai keinginan agar anak itu baik (saleh dikemudian hari),
disamping itu harus mempunyai waktu yang cukup pula untuk
mempunyai tugas itu.

Allah menjanjikan pahala yang sangat besar dengan selalu


memperoleh pahala dari anaknya sekalipun ia telah meninggal dunia
nanti, jika ia berhasil mendidik dan memelihara anak-anaknya menjadi
orang yang taqwa dikemudian hari.

Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang manusia meninggal dunia


putuslah (pahala) amalnya, kecuali tiga perkara: Pahala dari anak yang

41
saleh yang mendo’akannya, pahala dari sadaqah jariyah, atau pahala dari
ilmu yang dimanfaatkannya”.

Berikut beberapa perkara yang wajib diperhatikan oleh Orangtua yang


bersumber dari Kitab al-Qur’an dan Sunnah.

1. Anak mempunyai hak untuk hidup


Allah berfirman dalam QS. Al-An’am: 151

ِۗ‫ش ِر ُكوا‬ ْ ‫ِِعلَ ْي ُك ْمِِِۗأَ ََّلِِ ُت‬


َ ‫ِِر ُّب ُك ْم‬َ ‫اِح َّر َم‬َ ‫قُلِْ َت َعا َل ْواِأَ ْتلُِِ َم‬
ِ‫ِو ََلِِ َت ْق ُتلُواِأَ ْو َٰلَدَ ُكم‬ َ ِۗ‫س ًنا‬ َ َٰ ‫بِٱ ْل َٰ َولِدَ ْي ِنِِإِ ْح‬
ِ ‫ِو‬
َ ِۗ‫ش ْيـًا‬ َ ِ‫ِب ِِهۦ‬
ِۗ‫ِو ََلِِ َت ْق َر ُبوا‬ َ ِِۗ‫ِِوإِ َّيا ُه ْم‬ َ ‫ِّمنِِْإِ ْم َٰلَ ٍقِِِۗ َّن ْحنُِِ َن ْر ُزقُ ُك ْم‬
ِ‫ِو ََلِِ َت ْق ُتلُوا‬ َ َِِۗ‫اِو َماِ َب َطن‬ َ ‫اِظ َه َرِِ ِم ْن َه‬ َ ‫ِشِِ َم‬ َ ‫ٱ ْل َف َٰ َوح‬
ِ‫ص َٰى ُكم‬ َ ‫ِذلِ ُك ْم‬
َّ ‫ِِو‬ َ َٰ ِِۗ‫بِٱ ْل َح ِّق‬ َّ ‫ِىِح َّر َم‬
ِ ِِ‫ِِٱَّللُِِإِ ََّل‬ َ ‫سِِٱلَّت‬ َ ‫ٱل َّن ْف‬
‫ِب ِِهۦِلَ َعلَّ ُك ْمِِ َت ْعقِلُون‬
Artinya: Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu
oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan
Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi
rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun
yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang
benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu
memahami(nya).
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai
kewajiban agar anak tetap bisa hidup betapapun susahnya kondisi
ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi jaminan kepada kita bahwa
Allah pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua maupun sang
anak, asalkan tentu saja berusaha.
42
2. Adzan ditelinga anak yang dilahirkan

Dari Abu Rafi ia berkata: saya melihat Rasulullah SAW adzan di


telinga hasan bin Ali, ketika Fathimah melahirkannya"(HR. Abu Daud dan
At-Tirmidzi).

3. Menyusui

Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil,


sebagaimana firman Allah yang artinya: Para ibu hendaklah menyusui
anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan.

Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 233 yang


terjemahannya sebagai berikut:

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua


tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan
kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara
ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban
demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas
keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”.
Air susu dalam beberapa hari kelahiran mempunyai beberapa
kelebihan, antara lain mengandung zat antibody yang sangat
diperlukan oleh bayi. Bayi yang memperoleh air susu jenis ini akan
mempunyai daya kekebalan tubuh yang lebih baik. Seorang ibu
diwajibkan untuk menyusui anaknya sampai 2 tahun penuh, kecuali
ada alasan yang dapat diterima oleh hokum Islam. Menyusui anak
sampai dua tahun ini akan menumbuhkan pengaruh positif terhadap
sang anak baik secara fisik maupun secara jiwani.
43
4. Memberi Nama yang Baik
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya kewajiban
orang tua dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama,
memberi nama yang baik ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan al-
Qur’an dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak dewasa.”

Rasulullah saw diketahui telah memberi perhatian yang sangat


besar terhadap masalah nama. Kapan saja beliau menjumpai nama
yang tidak menarik (patut) dan tak berarti, beliau mengubahnya dan
memilih beberapa nama yang pantas. Beliau mengubah macam-macam
nama laki-laki dan perempuan. Seperti dalam hadits yang disampaikan
oleh Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw biasa merubah nama-nama yang
tidak baik. (HR. Tirmidzi).

Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah


saw bersabda, “Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari
kiamat dengan nama-nama kamu sekalian, maka perbaguslah nama
kalian.” (HR.Abu Dawud)

Pemberian ‘nama yang baik’ bagi anak adalah awal dari sebuah
upaya pendidikan terhadap anak anak. Ada yang mengatakan; ‘apa arti
sebuah nama’. Ungkapan ini tidak selamanya benar. Islam mengajarkan
bahwa nama bagi seorang anak adalah sebuah do’a. Dengan memberi
nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai dengan
namanya. Adapun setelah kita berusaha memberi nama yang baik, dan
telah mendidiknya dengan baik pula, namun anak kita tetap tidak
sesuai dengan yang kita inginkan, maka kita kembalikan kepada Allah
s.w.t. Nama yang baik dengan akhlaq yang baik, itulah yang kita
harapkan. Nama yang baik dengan akhlaq yang buruk, tidak kita
harapkan. Apalagi nama yang buruk dengan akhlaq yang buruk pula.
Celaka berlipat ganda.

44
5. Mengaqiqahkan Anak

Menurut keterangan A. Hasaan ‘aqiqah adalah; ‘ menyembelih


kambing untuk (bayi) yang baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu,
pada hari ketujuhnya.

Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Tiap tiap seorang anak tergadai dengan


‘aqiqahnya. Disembelih (‘aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya
dan di cukur serta diberi nama dia.’ (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam
yang empat dan dishahihkan oleh At Tirmidzy, hadits dari Samurah ).

6. Mendidik anak tentang agama.

Suatu hari, Amirul Mukminin Umar bin Khaththab kehadiran


seorang tamu lelaki yang mengadukan kenakalan anaknya, “Anakku ini
sangat bandel.” tuturnya kesal. Amirul Mukminin berkata, “Hai Fulan,
apakah kamu tidak takut kepada Allah karena berani melawan ayahmu
dan tidak memenuhi hak ayahmu?” Anak yang pintar ini menyela. “Hai
Amirul Mukminin, apakah orang tua tidak punya kewajiban memenuhi
hak anak?”

Umar ra menjawab, “Ada tiga, yakni: pertama, memilihkan ibu yang


baik, jangan sampai kelak terhina akibat ibunya. Kedua, memilihkan
nama yang baik. Ketiga, mendidik mereka dengan al-Qur’an.”
Mendengar uraian dari Khalifah Umar ra anak tersebut menjawab,
“Demi Allah, ayahku tidak memilihkan ibu yang baik bagiku, akupun
diberi nama “Kelelawar Jantan”, sedang dia juga mengabaikan
pendidikan Islam padaku. Bahkan walau satu ayatpun aku tidak pernah
diajari olehnya. Lalu Umar menoleh kepada ayahnya seraya berkata,
“Kau telah berbuat durhaka kepada anakmu, sebelum ia berani
kepadamu….”

45
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu
muslimah. Dia senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang
baik, yaitu akhlak Muhammad dan para sahabatnya yang mulia.
Mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu kepada
anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang
diberikan Allah kepada seorang ibu.

Rasulullah s.a.w. bersabda;


‘’Tiap ayi dilahirkan dalam kadaan suci ( fithrah IslamyAyah dan Ibunyalah
kelak yang menjadikannya Yahudi, Nashrany, atau Majusyi”. (HR Bukhari)

Juga dalam hadis yang lain Rasulullah s.a.w. bersabda; “Barang siapa
mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka mereka
akan menyebabkannya masuk sorga”.
( HR Al Bukhary ).

Mendidik anak tentang agama diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Mendidik anak untuk sholat.

‘Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun dan


gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan
pisahlah tempat tidur mereka ( putra putri ) .

Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat


dimulai setelah anak berumur tujuh tahun. Bila telah berusia

46
sepuluh tahun anak belum juga mau mengerjakan sholat, boleh
dipukul dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan pukulan
yang membekas atau menyakitkan.

b. Memberi pengajaran Al-Qur’an.

Rasulullah s.a.w. bersabda;’Sebaik baik kalian adalah barang siapa


yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya’.

Pengetahuan tentang Al Qur’an harus lebih diutamakan dari Ilmu


ilmu yang lainnya. Nabi s.a.w. bersabda; ‘Ilmu itu ada tiga macam.
Selainnya adalah sekedar tambahan. Adapun yang tiga macam itu
ialah; Ilmu tentang ayat ayat (Al Qur aan) yang muhkamat, ilmu
tentang Sunnah Nabi, dan ilmu tentang pembagian warits. (HR
Ibnu Majah).

c. Mendidik anak tentang adab yang baik.

Banyak anak terpelajar, namun sedikit anak yang ‘terdidik’. Banyak


orang pandai, namun sedikit orang yang taqwa’. Islam
mengutamakan pendidikan mental. ‘Taqwa itu ada disini’, kata
Rasulullah seraya menunjukkan kearah dadanya. Artinya hati
manusia adalah sumber yang menentukan baik buruknya perilaku
seseorang. Nabi tidak menunjukkan kearah ‘kepalanya , tapi kerah
dadanya.

7. Memberi makan dan keperluan lainnya dari rizqi yang halal dan
thayyib

Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warisanpun
berkewajiban demikian.

47
Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Cukup berdosa orang yang menyia nyiakan
(tanggung jawab) memberi makan keluarganya.’’ (HR Abu Daud).

Rasulullah s.a.w. bersabda; Dari Abu Rafi’ r.a., telah berkata; Telah
bersabda Rasulullah s.a.w. ‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah
mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak
memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik.’ (HR Al Hakim)

8. Memberi kasih sayang.

Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya


memberinya materi baik berupa pakaian, makanan atau mainan dan
sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu adalah adanya perhatian dan
rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua. Rasulullah s.a.w.
bersabda; ‘Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang
lebih muda dan (bukan dari golongan kami) orang yang tidak menghormati
yang lebih tua.’ (HR At Tirmidzi).
9. Menikahkannya

Bila sang buah hati telah memasuki usia siap nikah, maka
nikahkanlah. Jangan biarkan mereka terus tersesat dalam belantara
kemaksiatan. Do’akan dan dorong mereka untuk hidup berkeluarga, tak
perlu menunggu memasuki usia senja. Bila muncul rasa khawatir tidak
mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga, Allah berjanji
akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang
dilakukannya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. An-Nur: 32

ِِ‫ِٱلصلِحِينَِِمِنِِْعِ َبا ِد ُك ْم‬ َّ َٰ ‫ِِو‬َ ‫واِٱْلَ َٰ َي َم َٰىِِمِن ُك ْم‬


ْ ‫َوأَن ِك ُح‬
ْ ‫ِِٱَّللُِِمِنِ َف‬
ِِۗ‫ضلِ ِِهۦ‬ َّ ‫َوإِ َمائِ ُك ْمِِِۗإِنِ َي ُكو ُنواِفُ َق َرا َءِِ ُي ْغنِ ِه ُم‬
ِ‫ِِعلِيم‬ َ ‫ِِوسِ ع‬ َّ ‫َو‬
َ َٰ ُ ‫ِٱَّلل‬

48
Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian [1035] diantara
kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.
jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-
Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.

Keselamatan iman jauh lebih layak diutamakan daripada


kekhawatiran-kekhawatiran yang sering menghantui kita. Rasulullah
dalam hal ini bersabda, “Ada tiga perkara yang tidak boleh dilambatkan,
yaitu: shalat, apabila tiba waktunya, jenazah apabila sudah datang dan
ketiga, seorang perempuan apabila sudah memperoleh (jodohnya) yang
cocok.” (HR. Tirmidzi)

49
BAB VI
Alat Kontrasepsi Menurut Pandangan Islam

Islam merupakan agama yang indah, keindahannya dapat


terpancar pada seluruh sendi kehidupan manusia. Tatanan kehidupan
manusia sudah terkonsep dalam pedoman yang terdapat pada al-Quran
dan as-Sunnah. Tidak terkecuali permasalah keturunan dan keluarga.
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk memiliki banyak keturunan,
diantara tujannya adalah untuk melanjutkan tongkat estafet
perjuangan Rasululloh SAW.

Istilah keluarga berencana mempunyai arti yang sama dalam


dunia internasional yakni family planning atau planned parenthood yaitu
suatu perencanaan yang konkrit mengenai kapan anak-anaknya
diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan rasa
gembira dan syukur.

Menurut Yusuf Qardhawi dalam bukunya Al Halal Wa Al Haram fi Al


Islam “Seorang muslim diberi keringanan (rukhshah) untuk mengatur
kelahiran anak, jika ada sebab-sebab rasional dan kebutuhan mendesak
yang mendasarinya Salah satu cara yang banyak digunakan orang pada
masa Rasulullah SAW adalah melakukan ‘Azl. ‘Azl artinya mengeluarkan
mani (sperma) laki-laki diluar vagina dengan tujuan mencegah
kehamilan.

Diriwayatkan dari Jabir RA, ia berkata, “Kami biasa melakukan ‘azl


pada masa Rasullulah SAW dan waktu itu Al Qur’an masih turun. Hal itu
diketahui Rosulullah dan beliau tidak melarangnya.”

50
Hukum Penggunaan Alat Kontrasepsi

Berbicara permasalahan kontrasepsi setidaknya ada dua hal yang


perlu diperhatikan, yakni menunda kehamilan dan mencegah
kehamilan. Menunda kehamilan berarti kita mencegah kehamilan
sementara, untuk memberikan jarak pada kelahiran yang sebelumnya.
Sedangkan membatasi kehamilan atau membatasi kelahiran berarti
kita mencegah kehamilan untuk selama-lamanya setelah mendapatkan
jumlah anak yang kita inginkan.

Permasalahan pertama yakni kita mencegah kehamilan untuk


menunda dan memberi jarak pada kelahiran sebelumnya, didasari oleh
firman Allah :

ُُ‫واُبأ َ ْي هدي ُك ْمُُإهلَىُٱل َّتهْل ُ َك هة‬ ‫يل َّ ه‬


‫ُُو َ َْلُُ ُت ْلقُ ه‬
َ ‫ُٱّلل‬ َ ‫َوأَن هفقُواُ هف‬
‫ىُس هب ه‬
َ َّ ‫َوأَحْ هس ُنواُإه‬
َُ ‫نَُُّٱّللُُ ُي هحبُُٱلمُحْ هس هن‬
‫ين‬

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam


kebinasaan/mara bahaya.” (Qs. Al Baqarah : 195)

Menurut jumhur ulama, hukum memasang alat kontrasepsi adalah


boleh-boleh saja selama masih sejalan dengan cara –cara Islam, hal ini
didukung dengan alasan:

a. Jarak kelahiran dan kehamilan terlalu dekat yang berakibat


anak akan kekurangan suplai ASI.
b. Kondisi ibu belum pulih benar
c. Janin yang dikandung memiliki resiko lebih besar dan lebih
tinggi untuk lahir premature, bayi meninggal dan bayi lahir
cacat.

Sedangkan pada permasalahan yang kedua yakni membatasi


kehamilan atau membatasi kelahiran dengan jalan mensterilkan rahim,
pengangkatan rahim tanpa ada keadaan darurat yang dibenarkan oleh
51
syariat, hukumnya haram. Karena telah merusak alat reproduksi yang
telah diperintahkan untuk dijaga.

Al Imam Ibnu Hajar berkata, “Diharamkan menggunakan alat yang


dapat memutus rahim dari asalnya.”

Islam juga melarang kaum pria memotong testis dan alat


reproduksi lainnya (vasektomi) tanpa ada keadaan darurat yang
mendasarinya.

Abu Hurairah pernah minta izin kepada Nabi SAW untuk melakukan
vasektomi, karena tidak ada yang mau menikah dengannya, pada hal ia
adalah seorang pemuda yang khawatir jatuh ke jurang perzinaan. Tapi
ternyata Nabi SAW tidak mengizinkannya (HR. Al Bukhari).

Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hukum memasang alat


kontrasepsi boleh selama ada beberapa alasan yang dibolehkan dalam
syariat dengan tujuan untuk mengatur keturunan (litanzhim).
Sedangkan penggunaan alat kontrasepsi yang dilarang dalam Islam
adalah apabila wanita melakukan ligasi tuba (mengikat saluran kantong
ovum) dan tubektomi (mengangkat tempat ovum) kedua istilah ini
disebut sterilisasi dan vasektomi (mengikat atau memutus saluran
sperma dari buah zakar) yang dilakukan oleh pria tanpa ada alasan baik
secara medis maupun syariat sehingga memutus keturunan secara
permanen.

52
BAB VII
Tuntunan Memberikan Nama Anak Yang Islami

Abi Darda’ RA. Berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya


kalian akan diseru para hari qiyamat dengan nama-nama kalian dan
nama-nama ayah kalian, maka perbaguslah nama kalian.” (H.R. Abu
Dawud dan Ibnu Hibban).

Hadis diatas menjelaskan bagaimana pentingnya sebuah nama yang


baik sebagai cermin dan identitas seseorang bersikap dan bertindak.
Apalagi nama sangat terkait erat dengan sesuatu yang menempel,
melekat, menyatu pada diri seseorang sekaligus menggambarkan jati
diri dan kebanggaan seseorang.

1. Hukum memberikan Nama Anak

Memberikan nama yang baik-baik pada anak adalah wajib sebab


nama itu sendiri sebenarnya adalah doa dan harapan. Jadi, jika nama
yang diberikan bermakna baik maka akan memberikan harapan agar
anak tersebut tumbuh dewasa menjadi baik juga sesuai dengan
identitas nama yang ia pakai. Tetapi adakah jaminan nama seseorang
dengan sifat dan sikap orang tersebut. Bagaimana dengan nama orang
yang bagus tetapi sikap dan perbuatannya mencerminkan perbuatan
yang tidak baik. Sebenarnya ada jaminan bahkan hubungan antara
nama seseorang dengan sikap dan perbutannya, jaminanan tersebut
akan dapat dilakukan jika sejak dini orang tua menanamkan nilai-nilai
yang terkandung di dalam nama yang diberikan tersebut dalam
kehidupan keseharian. Akan tetapi jika tidak dilakukan maka tidak ada
ikatan emosional antara nama yang dimiliki dengan sikapnya. Keadaan
yang terjadi sekarang ialah nama diberi pada anak hanya sebatas
identitas formalitas belaka sehingga jauh dari penanaman makna yang
terkandung dalam nilai-nilai islam.

53
Sedangkan memberikan nama yang bermakna tidak baik, hal ini
tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw, walaupun nama tersebut
terdapat dalam bahasa Arab, Hadis atau ayat. Seperti nama dhalimah
(zalim), Ma’asyiah (maksiat/dosa) dan lain sebagainya.

2. Kaidah Pemberian Nama Anak

Memberikan nama dalam islam harus sesuai kaidah yang


dianjurkan. Adapun kaidah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

• Disunnahkan memberi nama dengan kedua nama ini yakni,


‘Abdullah atau ‘Abdurrohman. Inilah kedua nama yang paling
Allah –‘azza wa jalla- sukai sebagaimana yang diterangkan
dalam hadits ibnu ‘Umar –radhiallahu ‘anhuma- yang
diriwayatkan imam Muslim, Abu Daud, dan yang lainnya.
• Disunnahkan memberi nama dengan kata ‘Abdu lalu diikuti
dengan nama Asma-ul Husna seperti, ‘Abdul ‘Aziz, ‘Abdul
Ghofur, Abdurrohim dll.
• Memberi nama dengan nama-nama para Nabi dan Rasul
sebagaimana Nabi Muhammad –Shallallohu ‘alaihi wa sallam-
memberi nama anaknya dengan nama Ibrahim. Rasulullah
Shallallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda ; “Telah dilahirkan
untukku anak laki-laki maka aku memberikan namanya dengan
nama ayahku yakni Ibrahim.” [HR. Muslim].
• Memberi nama dengan nama-nama orang shalih sebagaimana
hadits Mughiroh bin Syu’bah –radhiallohu ‘anhu-, dari Nabi -
shallallohu ‘alaihi wa sallam-;“Sesungguhnya kami menamakan
(anak-anak kami) dengan nama-nama para nabi dan orang-orang
shalih sebelum mereka.” [HR. Muslim]
• Memberikan nama anak dengan nama-nama yang berasal dari
bahasa Arab.
• Memberikan nama anak dengan nama-nama yang maknanya
bagus baik dalam segi bahasa maupun syariat.
• Memberikan nama dengan nama-nama yang mudah
diucapkan.

54
• Memberikan nama dengan huruf yang sedikit maksudnya tidak
memberi nama ganda seperti Muhammad Ahmad, Ahmad Sa’id
dan lainnya.
• Sunnah Nabi Shallallohu ‘alaihi wa sallam- bahwa
waktu pemberian nama ada tiga waktu yakni: Saat anak
tersebut dilahirkan, Hari ke-3 kelahiran atau Hari ke-7
kelahiran.
• Pemberian nama adalah hak Ayah dan dinasabkan kepada
ayahnya seperti Fulan bin Fulan.

55
3. Nama-nama Anak Islami

‘Aakif = Beriktikaf
‘Aamir = Memakmurkan
‘Aatik = Pemurah, Yang murni
‘Abid = Yang beribadat,
beribadah
Abrar = Golongan yang berbuat
kebajikan
Absyar = Bergembira
Adabi = Kesopananku,
kesusasteraan
Abidah = Yang patuh
Abharina = Lautan kami
Abirah = Wangi, harum
Absarina = Penglihatan kami
Afia = Tenaga, kekuatan
Afifa = Jujur, tulus
Afifah = Berbudi bahasa, punya
harga diri
Afiqah = Sangat pemurah, sangat
berpengetahuan
Afrina = Putih kemerah-merahan

56
Afruz = Menyukakan,
menyenangkan
Afza = Membesar

Badi = Istimewa
Baha = Termegah, terhebat
Badar = Bulan penuh, bulan
purnama
Bahij = Yang indah menawan,
penggembira
Bahri = Kegemilanganku
Bakri = Pagi-pagi benar
Bariq = Bercahaya, kemilau
Bariz = Menonjol
Barra = Yang bersih
Basri = Penglihatanku
Bilal = Nama sahabat nabi,
titisan embun
Burhan = Alasan, bukti, dalil,
cahaya
Busairi = Nisbah
Busrain = Kesegaran
Busran = Kabar gembira
Bilal = Air yang membasahi
Basyar = Kabar gembira
Barraq = Yang berkilau
Burhan = Bukti

Daffa = Pembela
Dafinah = Kekayaan yang
tersembunyi
Dahin = Yang cerdik
Dahlan = Nama belakang ulama

57
Da’im = Kekal abadi
Dalil = Petunjuk, pemimpin,
model, teladan
Dana = Cerdas, bijak
Dani = Dekat
Daris = Pembaca, pelajar
Daud = Nama Nabi Alloh SWT
Dhabit = Yang kuat ingatan
Dhiya’ = Cahaya, sinar
Dhobith = Cermat, kuat, hakim
Dhoif = Tamu
Dhowi = Bersinar
Difa = Pertahanan
Dika = Ayam jago, jantan
Dini = Agamaku
Dzaki = Cerdas, pandai, mudah,
faham

Fadhil = Orang yg berbuat


kebaikan, utama, mulia
Fadil = Yang mulia, murah hati,
yang utama
Fadlan = Keutamaan
Fadli = Kelebihanku, ihsanku
Faeyza = Sukses, hidupnya
meningkat
Fahmi = Kefahamanku,
Fahman = Kefahaman
Fa’id = Tetap, berhasil, istimewa,
sungguh-sungguh
Faiq = Tertinggi, utama, terkenal, terkemuka
Fairuz = Batu permata

58
Faisal, Faishal = Penyelesaian, pemisah antara
hak dan batil
Fa’iz = Berjaya, menang
Fajar = Cahaya putih
Fakih = Menyenangkan, sedap
Fakhri = Kemegahanku, kebanggaan
Falah = Jaya, sukses, beruntung
Falih = Sukses
Firas = Kecerdikan, tajam pikiran
Firdaus = Nama syurga

Gadi = Keberuntunganku
Ghadi = Singa
Ghaffar = Sedia mengampuni,
lembut hati
Ghailan = Nama sahabat Nabi
Muhammad SAW
Ghaisan = Rupawan
Ghalib = Yang menang
Ghanim = Yang mencapai kejayaan
Ghani = Kaya, mewah
Ghassan = Kecantikan dan kelembutan remaja,
nama suku arab
Ghaus, Ghauts = Pertolongan
Ghazlan = Tenunan
Ghazi = Pejuang
Gholi = Mahal, sesuatu yang
bernilai tinggi
Gholib = Pemenang
Ghozi = Prajurit di medan perang, bertujuan
Ghufran, Ghufron = Keampunan, pengampunan
Ghulam = Anak muda
Ghulan = Remaja

59
Habib = Kekasih, sayang, dicintai
Habibi = Kesayanganku
Hadad = Dewa Syria yg jantan
Hadi = Penuntun, seseorang yg religius
Hadif = Yang mempunyai matlamat
Hafidh = Pemelihara, Penghafal
Hafiz = Penjaga, pelindung
Haidar = Berani, singa
Haikal = Pokok yang besar dan subur
Hajid = Yang sholat tahajjud
Hakam = Pengadil
Hakim = Bijaksana
Hamdan = Terpuji, pemuji Alloh
Hamid = Yang memuji
Hamiz = Cerdik, kuat, tampan
Hammam = Yang mempunyai kemauan keras
Hamzi = Ketegasanku
Hanafi = Kelurusanku, pengikut Imam Abu Hanifah
Hanania = Dikasihi Allah
Hanif = Muslim yang teguh, yang lurus, bersih,
suci
Hanin = Kesayangan
Hanun = Kesayangan
Hariz = Pemelihara

Ibad, Ibaad = Rajin beribadah, hamba-hamba Alloh


Ibrahim = Nama nabi, ayah yg baik
Idris = Nama nabi
Idrus = Singa
Iffat = Kehormatan diri

Ijlal = Penghormatan, petunjuk, mulia,


terhormat
Ikhwan = Persaudaraan

60
Ikram = Menghormati
Ilham = Ilham, isyarat yang baik
Iliya = Nama nabi
Ilyas = Nama nabi
Ilyasa = Nama nabi
Imdad = Tolong, bantu, sokong
Inas = Kelembutan
Insaf = Kesadaran
Iqbal = Kejayaan, pujangga muslim, kemajuan
Irfan = Kebijaksanaan, kesyukuran, pengetahuan
Irsyad = Nasihat, panduan, petunjuk
Izzan = Kepatuhan

Jabran = Pengganti, pembetul


Jabri = Pertolonganku
Jadid = Baru
Jadir = Pemurah
Jaffan = Yang terkawal
Jafin = Yang mengawal
Jafni = Kawalanku dari kejahatan
Jahdi = Kemampuan
Jahid = Yang berusaha
Jahran = Yang tangkas
Jaiz, Ja’iz = Boleh
Jalal = Kemuliaan, keagungan, semarak, cahaya,
keindahan
Jalil = Yang mulia
Jalud = Kuat dan sabar
Jamal = Kecantikan, keindahan, cemerlang
Jamali = Kecantikanku
Jamil = Yang tampan, indah
Jihan = Kemegahan

61
Kahla = Dewasa
Kamal = Kesempurnaan
Kamil = Sempurna
Karim = Yang mulia
Kazhim = Menahan diri
Kazim = Penyabar
Khalaf = Anak yang baik, pengganti, ulama
Khalas = Yang selamat
Khadhi = Orang yg rendah hati
Khalis, Khalish = Suci, ikhlas, murni
Khiyar = Pilihan terbaik
Khosyi = Orang yang khusyu’ dalam shalat
Khodhi’ = Orang yang rendah hati
Khudari = Nisbah
Khumaini = Pandangan yang jauh
Khursyid = Matahari
Khuwailid = Kekal
Kiram = Mulia

Labib = Cerdik, munasabah,


bijaksana, cerdas
Labid = Nama sahabat nabi
Muhammad SAW
Lais = Berani
Lamani = Kegemilanganku
Lathif = Halus budi, sopan
Lizam = Yang mendiami
Lu’ay = Nama seorang datuk
Nabi Muhammad SAW
Lutfan = Lemah lembut
Luthfi = Keramah-tamahan
Luzman = Tetap
Labid = Singa

62
Maarif = Kecantikan, pengetahuan
Maasyir = Pandai bergaul
Mabruk = Yang diberkati
Mabrur = Membuat kebajikan
Madani = Kemajuan
Mahamid = Pujian, terpuji
Mahbub = Dikasihi, disukai, dicintai
Mahdi = Yang mendapat hidayah
Mahfuz = Terpelihara
Mahir = Pakar
Mahrus = Yang dijaga
Mahzuz = Bernasib baik
Majid = Dihormati
Makarim = Kemuliaan
Manaf = Ketinggian, kenaikan
Marjan = Batu karang
Marwan = Urusan yang lurus
Miftah = Pembuka, perintis
Mirza = Anak yang baik

Nabih = Cerdik, Mulia


Nadi = Tempat pertemuan
Nadir = Berseri-seri
Nadhif = Bersih
Nadhim = Pengatur
Nadhir = Indah, elok
Nafil = Tambahan
Nafis = Bernilai, berharga
Nafiz = Yang melaksanakan
Nafi’ = Yang berguna
Nahar = Keluasan sungai
Nahdan = Kebangkitan
Nahid = Anak dalam masa puber

63
Nahlan = Berbisa
Nail, Na’il = Yang suka memberi,
penyelesai masalah
Naji = Selamat, Onta yang lari
cepat
Najib = Keturunan yang mulia,
utama, bernilai
Najid = Gagah, berani
Najih = Yang menang
Najmi = Bintang, bintangku
Nasih = Pemberi nasehat, setia,
loyal, ikhlas
Naufal = Dermawan

Qa’id = Pemimpin
Qadir = Kemampuan
Qani’ = Puas
Qarin = Yang dekat, teman
Qashid = Yang menuju pada
kemudahan
Qoid, Qo’id = Pemimpin
Qosiim = Yang molek, bagian
Qudamah = Lama, dahulu
Quraisy = Suku bangsa arab asal Rasulullah SAW
Qushayyi = Jauh pemikirannya, nama nenek moyang
Nabi
Quthb, Qutub = Pemimpin, kutub

Rafa = Bahagia
Rafi, Rafi’ = Tinggi derajatnya
Rafid = Penolong, pengawal,
pemberi
Rafie = Tinggi dan mulia

64
Rafiq = Pendamping
Raid = Perintis, ketua, pemimpin
Raihan = Bunga surga, tumbuhan
yang harum
Raif = Pengasih
Rais = Ketua
Raiyan = Yang puas
Rajih = Timbangan yang mantap
Ramli = Penelitianku
Raihan = Wangi, harum
Ramzi = Lambangku
Rana, Rania = Kesukaan, kesenangan
Raqilla = Yang selalu berbuat kebajikan
Rashad = Kedewasaan, berperasaan baik
Rauf = Pengasuh, bermurah hati
Ridha = Kepuasan hati, ridho
Rifid = Penolong
Rifqi = Lemah lembut, kawan
pendamping

Saad = Bahagia
Sabikah = Penambang emas, nama
sahabat Nabi SAW
Sa’dun = Kebahagian
Sabahi = Ketua pejuang
Sabil = Jalan
Sabit = Yang baik, pemurah
Sabir = Yang sabar
Sabqi = Keutamaanku
Sabri = Kesabaranku
Safaraz = Dihormati
Safiy = Yang bersih dan jujur
Sahar = Akhir malam sebelum fajar
Sahil = Mudah, senang

65
Sahlan = Mudah, senang
Saif = Pedang

Tahzir = Usaha memberi peringatan


Tamam = Kesempurnaan, sempurna
Tamrin = Latihan, pembiasaan
Tasnif = Mengarang
Tasnim = Air terjun dalam syurga
Taufiq = Pertolongan, petunjuk
Thabit = Yang tabah
Thabrani = Nama periwayat hadits
Thifal = Lembut
Thilal = Embun, hujan gerimis
Tsabit = Yang tetap
Tsa’ir = Pemberontak
Tsamarun = Buah
Tsamin = Berharga mahal, tinggi
harganya
Tsamud = Kaum Nabi Shaleh as
Tsauban = Kembali berkumpul
Tsaqib = Jitu
Tsawab = Pahala
Tufail = Pengantara, gaya yang
menarik

Ubaidan = Penyembahan
Ukasyah = Sahabat nabi Muhammad SAW, laba-laba
Ukail = Pintar, pandai
Ulul Azmi = Orang-orang yang mempunyai keteguhan
hati
Ulwan = Ketinggian, tinggi, jelas
Umar = Yang memakmurkan
Umair = Maju

66
‘Umair = Nama orang dahulu
Umaiyah = Sahabat Nabi Muhammad SAW
Umran = Kemakmuran
Urwah = Singa
Usaid = Berani, singa
Utbah = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Uwais = Pemberian
Uwamir = Nama Orang dahulu
Uzair = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Uzzam = Singa

Wabil = Pemurah, hujan lebat


Wafdan = Perutusan yg terhormat
Wafi = Sempurna
Wafiq = Berjaya
Wafiy = Setia, jujur
Wahab = Pemberian
Wahib = Pemberi
Wahid = Tunggal, sendirian
Waiz = Penasihat, mubaligh
Wajdi = Kesayanganku, cinta, gembira, kaya,
kuasa
Waldan = Anak baik
Washif = Punya Sifat tertentu
Wathiq = Yang berkeyakinan
Wazien = Pendapat yang kukuh
Wazif = Yang tekun, gigih
Wazir = Menteri, yang berkuasa
Wazni = Yang menimbang secara adil
Widad = Cinta, cita-cita

67
Yaala = Kemuliaan, tinggi
Yaaqub = Nama nabi
Yafi’ = Mulia, dihormati, tinggi
Yahya = Nama nabi, yang hidup
Yajri = Mengalir, berlari
Yaqin = Penuh keyakinan
Ya’rub = Berbicara dgn bahasa Arab
Yassaar = Kekayaan, kemewahan
Ya’sub = Pemimpin kaum
Yazdan = Belas kasihan
Yazid = Berkat, bertambah, lebih
Yunan = Nama ulama
Yunus = Nama nabi
Yusri = Kesenanganku
Yusron = Kemudahaan
Yusuf = Nama Nabi

Zabir = Pintar, kuat


Zafran = Kejayaan
Zafri = Kemenanganku
Zahab = Emas
Zahin = Yang cerdik
Zahran = Bunga, Keindahan,
berseri, cantik
Zahwan = Sedap dipandang
Zaid = Pertambahan, kelebihan
Zaidan, Zaidun, Zaidi = Tambahan, kelebihan
Zaim, Za’im = Pemimpin
Zaki = Yang cerdik, harum, suci,
tumbuh dengan baik, bersih
Zakir = Yang mengenang, berzikir
Zamil = Teman, kawan
Zamir = Suara hati, anak kecil yang cantik
Zar’ah = Tanaman

68
Zarif = Periang, berjenaka
Zayani = Kecantikanku
Zayyad = Semakin bertambah
Ziad = Nama populer orang Arab
Zikri = Ingatanku, kenanganku
Zulfan = Taman

69
Daftar Pustaka

Abdullah Abu Zaid, Fadhilah Syaikh Bakr, Tasmiyatul Aulad, tth

Depag RI, Al quran dan terjemahnya, Semarang: Toha Putra, tth.

Fathul Qarib pada Hamisy Al Bajuri:1/112 dan Abyanal Hawaij: 11/268

Williams P, Basic Human Embryology, 1984

Mazhahiri, Husain, Tarbiyyah Ath-Thifl Fi Ar-Ru’yah, Beirut: Mua’ssasah


Al Bi’tsah, 1992

Naurah, Ummu Abdullah binti Abdurrahman, al –Ifadah Fima Ja’a Min


Wird al- Wiladah, Riyadh: Dar al- Qashim

Muhammad, Ardani bin Ahmad, Risalah Haidh: Nifas dan Istihadhoh


Lengkap, Tulungagung: Alhidayah, 1998

Suchaimi, Ainul Ghoerry, Risalah Hiadh (terjemah Risalah Mahidh),


Surabaya: TB. Salim Nabhan,tth.

Muhammad, Ahmad Kan’an, Kado Terindah untuk Mempelai, Yogyakarta:


Mitra Pustaka, 1997

Chafidh, M. Afnan, Tradisi Islam, Surabaya: Klaista, 2009

70
72 71

Anda mungkin juga menyukai