Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH TEKANAN UDARA TERHADAP LAJU

TRANSPIRASI TUMBUHAN JASMINUM PUBERCENS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul.

Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Transpirasi Tumbuhan Jasminum Pubercens.

B. Latar Belakang.

Proses pertumbuahan serta perkembangan tumbuhan tidak terlepas dari adany metabolism di
dalamnya. Dalam proses metabolisme ini tumbuhan memerlukan zat-zat yang ada di lingkunganya
sebagai unsur-unsur pendukung jalanya metabolisme tersebut.

Keberadaan unsure-unsur inilah yang juga ikut menentukan kelangsungan hidup dari tumbuhan itu
sendiri. Namun keberdaan unsur-unsur yang di perlukan tmbuhan itu tidak memiliki arti apabila
dalam tumbuhan itu sendiri tidak mampu mengambil dan menggunakanya.

Kemampuan mengambil unsur-unsur yang di perlukan dari lingkungan ke dalam tubuh tumbuhan di
sebut dengan absorbsi.

Salah satu unsur yang digunakan dan di absorbsi oleh tumbuhan adalah senyawa H2O atau air. Air
merupakan penyusun hampir 80% dari tubuh tumbuhan itu sendiri, sehingga keberadaanya sangat
vital dalam proses kehidupan tumbuhan itu sendiri.

Selain tubuhan menyerap unsure air tumbuhan juga mengeluarkan air sebagai wujud pola
keseimbangan. Karena baik kekurangan maupun kelebiahan air akan menyebabkan ketidak
seimbangan yang akan mengakibatkan terganggunya metabolism dalam tubuh tumbuhan itu sendiri.

Ukuran pengeluaran air yang biasanya disebut dengan transpirasi. Transpirasi bisa dipengaruhi oleh
banyak factor. Factor tersebut ada yang dari dalam maupun dari luar. Dari dasar itulah ditemuakan
sebuah persoalan yang berkaitan dengan proses transpirasi yaitu ada tidaknya pengaruh tekanan udara
dalam proses transpirasi tumbuhan.

Dwijoseputro (1985), menjelaskan bahwa pemasukan air dari dalam tanah ke dalam jaringan
tanaman melalui sel-sel akar secara difusi dan osmosis. Dengan masuknya air melalui sel akan
tentulah akan terbawa ion-ion yang terdapat di dalam tanah karena larutan tanah mengandung
ion. Bila persedian air dalam tanah sedikit maka tumbuhan akan menyerap air sedikit pula,
sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhannya. Jika persediaan air tanah makin kurang maka
tumbuhan tersebut akan mengalami kelayuan. Air merupakan factor utama pertahanan tumbuhan
(Bidwell, 1979). Fungsi lain dari air adalah menjaga turgiditas yang penting bagi perbesaran sel dan
pertumbuhan, serta membentuk tanaman herba. Turgor penting dalam membuka dan
menutupnya stomata, Pergerakan daun dan pergerakan korola bunga dan terutama dalam variasi
struktur tanaman. Kekurangan air dalam jumlah yang besar menyebabkan kurangnya tekanan
turgor pada/ dalam tumbuhan vegetative (Kramer, 1980).

C. Rumusan Masalah.

• Adakah pengaruh tekanan udara terhadap laju transpirasi tumbuahan Jasminum Pubercens?

• Bagaimana pengaruh tekanan udara terhadap laju transpirasi tumbuhan Jasminum Pubercens?

• Berapa besar factor tekanan udara terhadap laju transpirasi tumbuhan Jasminum Pubercens?

1. D. Tujuan.

• Mengetahu ada tidaknya pengaruh tekanan udara terhadap laju transpirasi tumbuhan
Jasminum Pubercens.

• Mengetahu dampak factor tekanan udara terhadap laju transpirasi tumbuhan Jasminum
Pubercens.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori.

Air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup. Air mempunyai peranan sangat
penting karena air merupakan bahan pelarut bagi kebanyakan reaksi dalam tubuh makhluk
hidup. Air juga digunakan sebagai medium enzimatis. Air sangat penting bagi tumbuhan. 30%
sampai 90% berat tumbuhan tersusun atas air. Tumbuhan menggunakan air pada proses
fotosintesis. Mineral-mineral yang diserap oleh akar harus terlarut juga dalam air.

Absorbsi.

Penyerapan air pada tumbuhan dilakukan dengan dua cara yaitu penyerapan air secara aktif dan
penyerapan air secara pasif. Kedua cara tersebut bekerja sendiri-sendiri. Hal ini dikemukakan oleh
Kramer (1945).

Penyerapan air secara aktif dilakukan oleh sel hidup. Pada penyerapan tersebut sel memerlukan enerP.
Kemampuan penyerapan air dipengaruhi oleh kendungan O2. Apabila akar tanaman mendapat O2
yang cukup proses penyerapan air oleh akar akan berlangsung sangat lancar. Sebaliknya apabilla O2
sangat kurang, penyerapan air oleh akar akan sangat lambat atau tidak terjadi sama sekali.

Teori yang dikemukakan oleh Kramer didukung dengan beberapa bukti sebagai berikut :

a. Akar tanaman yang hidup pada daerah yang aerasi tanahnya tidak baik misalnya pada tanah yang
kurang gembur dan pada tanah yang terendam air bentuk akarnya menggulung.
b. Apabila respirasi dihalangi dengan zat penghalang misalnya KCN, maka absoprsi aiar air akan
berkurang.

c. Absorpsi air hanya dilakukan oleh sel yang hidup. Penyerapan air secara pasif terjadi sebagai akibat
dari proses transpirasi pada daun. Semakin lancar transpirasi pada daun, semakin lancar pula absorpsi
air oleh akar.

Sumber : Buku Biologi unuk SMU, Hartini Etik Widayati, Intan Pariwara

Adsorpsi adalah contoh dari gejala fisika. Adsorpsi adalah akumulasi suatu substansi pada permukaan
substansi yang lainnya. Banyak sekali contoh adsorpsi, salah satunya adalah pada proses penyerapan
unsur hara anorganik dari dalam tanah.

Bagian terpenting dalam proses absorbsi air pada tumbuhan adalah adanya komponen pada tumbuhan
itu sendiri. Diantara komponen-komponen baik jaringan maupun organ yang bekerja dalam proses
absorbsi air pada tumbuhan adalah:

1. Akar

Akar terdiri atas akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang adalah akar primer atau akar
embrio yang terus tumbuh membesar dan memanjang. Akar ini menjadi akar utama yang
menopang tegaknya tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tertentu akar primer atau akar embrio tersebut
tidak tumbuh terus tetapi mati. Sebagai gantinya akan tumbuh banyak akar di daerah batang. Akar
tersebut ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan akar primer namun bercabang-cabang. Akar
tersebut disebut akar serabut karena strukturnya seperti serabut. Akar serabut menyebar ke tanah
sekitar tumbuhan. Dengan demikian, akar-akar serabut ini mengumpulkan air dari yang area cukup
luas dibandingkan area jangkauan akar tunggang. Akar adalah organ tanaman yang aktif menyerap
air.

Jaringan penyusun akar

• Lapisan terluar adalah epidermis yang berfungsi sebagai pelindung bagian akar. Sel epidermis
akan berdinding tipis dan biasanya tanpa lapisan kutikula. Tebal epidermis biasanya satu
lapisan sel. Sel-sel epidermis dapat tumbuh menonjol di tempat-tempat tertentu menghasilkan
rambut akar yang berfungsi untuk menyerapa air dan mineral.

• Bagian dalam epidermis adalah lapisan sel-selyang disebut korteks. Pada batang tertentu sel-
sel korteks berfungsi untuk menyimpan makanan. Biasanya korteks terdiri dari sel parenkim,
bahkan ada yang tersusun atas sel sklerenkim. Diantara sel-sel parenkim terdapat ruang antar sel
sehingga berfungsi sebagai ruang penyimpanan udara.

• Lapisan endodermis. Lapisan ini tersusun melingkar seperti cincin melingkari berkas
pembuluh. Sel-sel endodermis membantu mengatur penyerapan air oleh xilem.

• Di bagian dalam endodermis terdapat berkas xilem. Xilem tersusun dari sejumlah berkas
yang terpisah dan letaknya bergantian dengan berkas pembuluh floem. Sel xilem pada akar
berfungsi mengangkut air dan mineral menuju daun. Sel-sel floem mengangkut makanan dari
daun ke seluruh bagian tumbuhan.

Selain itu akar juga mempunyai fungsi penyerapan dan penyimpanan. Tumbuhan memperoleh
bahan-bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan melalui akarnya. Akar menyerap air dari
lingkungan sekitarnya secara osmosis. Akar juga menyerap menyerap mineral dari lingkungan
sekitarnya bersama dengan penyerapan air.

Air masuk kedalam akar melalui rambut-rambut akar. Rambut akar akan meningkatkan luas
permukaan akar dan dapat meningkatkan jumlah air yang di serap atau di ambil oleh tumbuhan.

2. Batang

Sel-sel xilem membantu mendukung tegaknya batang tumbuhan. Jaringan sel xilem memiliki
sel-sel seperti tabung yang berfungsi untuk menyalurkan air dan mineral keseluruh tubuh
tumbuhan. Sel-sel tersebut berdinding tebal sehingga juga dapat berfungsi sebagai penguat.
Korteks merupakan jaringan penyimpanan makanan pada tumbuhan. Umumnya tumbuhan
menyimpan makan dalam bentuk pati. Epidermis pada batang merupakan pelindung terluar.
Epidermis umumnya terdiri dari satu lapisan sel. Sel epidermis ini dapat berdiferensiasi menjadi
stomata (mulut daun) dan trikom (rambut). Mulut daun berfungsi sebagai jalan keluar masuknya
gas-gas sedangkan trikom berfungsi mencegah penguapan yang terlalu banyak dari batang.

Lapisan jaringan pada batang

• Lapisan terluar batang berkayu adalah gabus. Gabus tersusun dari sel-sel yang telah mati dan
berfungsi melindungi batang dari gangguan serangga, penyakit, dan mencegah kehilangan air.

• Di bagian dalam lapisan gabus terdapat korteks. Korteks sering berfungsi untuk menyimpan
makanan.

• Di bagian dalam korteks adalah sel floem yang tersusun seperti cincin. Floem berfungsi
mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh tumbuhan

• Kambium adalah lapisan tipis sel-sel yang menghasilkan floem baru ke arah luar dan xilem baru
ke arah dalam. Tiap tahun kambium menghasilkan sel-sel xilem dan floem baru yang
mengakibatkan batang menebal.

• Lapisan dalam batang berkayu adalah xilem. Sel-sel xilem memiliki dinding sel tebal yang
membantu mendukung tubuh tumbuhan. Sel-sel xilem mengangkut air dari akar ke daun melalui
batang. Air dan mineral diperlukan oleh bagian –bagian tumbuhan untuk tumbuh. Daun
membuat makanan untuk tumbuhan melalui fotosintesis. Air sampai ke daun melalui batang. Air di
serap oleh tumbuhan. Air yang di serap oleh akar diangkut melalui batang. Mineral dari tanah
terlarut dalm air sehingga juga diangkut melalui batang. Air dan mineral diangkut oleh sel-sel
xilem. Para ahli mengembangkan bagaimana air dapat diangkut ke daun. Salah satunya
menjelaskan bahwa gerakan naiknya air pada tumbuhan identik dengan gerakan air pada kertas
isap atau tisu. Jika kita meletakan kertas isap atau tisu kering ke dalam air, air akan diserap oleh ujung
kertas isap atau tisu, dan diteruskan sampai ke seluruh bagian kertas. Bagian lain dari teori tersebut
menjelaskan bagaimana air keluar dari tumbuhan. Air bergerak melalui sel-sel xilem pada
tumbuhan dan akan keluar dari daun melalui stomata. Peristiwa tersebut dikenal sebagai
transpiras, yaitu menguapnya air melalui stomata di daun. Saat air menguap melalui daun,
semakin banyak pula air mengalir ke daun dari batang. Air yang berada pada batang merupakan
air yang terserap oleh akar. Air yang baru selalu masuk ke akar secara osmosis. Batang menyimpan
makanan dalam bentuk pati dan menyimpan air. Air berasal dari akar, dan pati dibuat dari gula
yang diangkut dari daun. Satu keuntungan menyimpan air pada batang adalah terhindar dari
kekeringan. Air membantu menjaga sel-sel batang tetap kaku.
3. Daun

Jaringan pada daun

• Lapisan lilin Lapisan ini berfungsi untuk melindungi daun dari penguapan yang berlebihan
dan gangguan serangga.

• Berbatasan langsung dengan lapisan lilin yaitu jaringan epidermis. Lapisan ini merupakan
lapisan daun penyusun terluar. Lapisan epidermis berfungsi sebagai npelindung dan umumnya
hanya terdiri dari selapis sel yang tipis.

• Jaringan tiang Jaringan ini mengandung banyak kloroplas yang berfungsi dalam proses
pembuatan makanan.

• Jaringan spons Renggangnya hubungan antara sel pada jaringan ini memungkinkan adanya
ruang antara sel yang cukup besar untuk menampung gas karbondioksida, oksigen, maupun
hidrogen. Sel-sel ini juga berperan dalam pembuatan makanan melalui proses fotosintesis.

• Jaringan stoma Stoma adalah pori kecil pada epidermis daun. Bila jumlahnya lebih dari satu
disebut stomata. Ukuran stoma berubah-ubah karena sel-sel penutup tersebut mengembang dan
mengempis saat air masuk atau keluar secara osmosis.

• Terdapat urat-urat daun. Urat daun yang besar biasanya berada di tengah helaian daun dan
bercabang-cabang sampai mencapai helaian daun. Stomata pada daun bisa terdapat pada
epidermis atas dan epidermis bawah stomata ini berfungsi sebagai jalan keluar masuknya udara
maupun uap air. Umumnya stomata akan membuka di siang hari untuk mengambil karbondioksida
yang digunakan untuk proses fotosintesis. Stomata akan menutup pada malam hari saat
karbondioksida tidak diperlukan. Ukuran stomata berubah ubah karena sel-sel penutup tersebut
mengembang dan mengempis saat air masuk atau keluar secara osmosis.

Penyerapan air dipengaruhi oleh faktor dalam (disebut pula faktor tumbuhan) dan faktor luar atau
faktor lingkungan (Soedirokoesoemo, 1993). Menurut Soedirokoesoemo (1993), Faktor dalam terdiri
dari:

• Kecepatan transpirasi : semakin cepat transpirasi makin cepat penyerapan.

• Sistem perakaran : tumbuhan yang mempunyai system perakaran berkembang baik, akan
mampu mengadakan penyerapan lebih kuat karena jumlah bulu akar semakin banyak.

• Kecepatan metabolisme : karena penyerapan memerlukan energi, maka semakin cepat


metabolismem (terutama respirasi) akan mempercepat penyerapan.

Menurut Soedirokoesoemo (1993), factor lingkungan terdiri dari:

• Ketersediaan air tanah : tumbuhan dapat menyerap air bila air tersedia antara kapasitas lapang
dan konsentrasi layu tetap. Bila air melebihi kapasitas lapang penyerapan terhambat karena akan
berada dalam lingkungan anaerob.

• Konsentrasi air tanah : air tanah bukan air murni, tetapi larutan yang berisi berbagai ion dan
molekul. Semakin pekat larutan tanah semakin sulit penyerapan.
• Temperatur tanah : temperatur mempengaruhi kecepatan metabolism. Ada temperatur
optimum untuk metabolisme dan tentu saja ada temperatur optimum untuk penyerapan.

• Aerasi tanah: yang dimaksud dengan aerasi adalah pertukaran udara, yaitu maksudnya
oksigen dan lepasnya CO2 dari lingkungan. Aerasi mempengaruhi proses respirasi aerob, kalau tidak
baik akan menyebabkan terjadinya kenaikan kadar CO2 yang selanjutnya menurunkan pH. Penurunan
pH ini berakibat terhadap permeabilitas membran sel.

Adsorpsi (penyerapan) adalah suatu prosed pemisahan dimana komponen dari suatu ase fluida
berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorben). Biasanya partikel-partikel kecil zat
penyerap dilepaskan pada adsorpsi kimia yang merupakan ikatan kuat antara penyerap dan zat yang
diserap sehingga tidak mungkin terjadi proses bolak-balik (Tinsley, 1979).

Dalam adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan adsorban, dimana adsorbat adalah substansi yang
terjerap atau substan si yang akan dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorban adalah merupakan
suatu media penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon (Weber, 1972)

Proses adsorpsi dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul meninggalkan larutan dan
menempel pada permukaan zat adsorben akibat kimia dan fisika (Reynolds, 1982).

Proses adsorpsi tergantung pada sifat zat padat yang mengadsorpsi, sifat atom/molekul yang diserap,
konsentrasi, temperatur dan lain-lain. Pada proses adsorpsi terbagi menjadi 4 tahap yaitu :

1. Transfer molekul-molekul zat terlarut yang teradsorpsi menuju lapisan film yang mengelilingi
adsorben.

2. Difusi zat terlarut yang teradsorpsi melalui lapisan film (film diffusion process).

3. Difusi zat terlarut yang teradsopsi melalui kapiler/pori dalam adsorben (pore diffusion process ).

4. Adsorpsi zat terlarut yang teradsorpsi pada dinding pori atau permukaan adsorben.(proses adsorpsi
sebenarnya), (Reynolds, 1982).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan adsorpsi suatu adsorben diantaranya adalah
senagai berikut:

1. Luas permukaan adsorben

Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak asorbat yang diserap, sehingga proses adsorpsi
dapat semakin efektif. Semaki kecil ukuran diameter partikel maka semakin luas permukaan
adsorben.

2. Ukuran partikel

Makin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin besar kecepatan adsorpsinya. Ukuran
diameter dalam bentuk butir adalah lebih dari 0.1 mm, sedangkan ukuran diameter dalam bentuk
serbuk adalah 200 mesh.

3. Waktu kontak

Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul adsorbat
berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat-zat organic akan turun apabila kontaknya cukup dan waktu
kontak biasanya sekitar 10-15 menit.
4. Distribusi ukuran pori

Distribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat yang masuk kedalam partikel
adsorben. Kebanyakan zat pengasorpsi atau adsorben merupakan bahan yang sangat berpori dan
adsorpsi berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau letak-letak tertentu didalam partikel
tersebut.

Transpirasi.

Transpirasi dapat dikatakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui
stomata. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar,
yaitu melalui pori – pori daun yakni melalui stomata, lubang kutikula, dan lentisel oleh proses
fisiologi tanaman. Selain itu juga transpirasi terjadi melalui luka dan jaringan epidermis pada daun,
batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar. Cepat lambatnya proses transpirasi ditentukan
oleh faktor-faktor yang mampu merubah wujud air sebagai cairan ke wujud air sebagai uap atau gas
dan faktor-faktor yang mampu menyebabkan pergerakan uap atau gas. Transpirasi dalam tanaman
atau terlepasnya air melalui kutikula hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah
beriklim sedang. Air sebagian besar menguap melalui stomata, sehingga jumlah dan bentuk stomata
sangat mempengaruhi laju transpirasi (Salisbury&Ross.1992).

Dalam proses ini, ketika air menguap dari sel mesofil, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi
semakin jenuh. Sel-sel ini akan menarik air melalu osmosis dari sel-sel yang berada lebih dalam di
daun. Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik air yang diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan
kolom berkelanjutan dari akar ke daun. Oleh karena itu, air kemudian dapat terus dibawa dari akar ke
daun melawan arah gaya gravitasi, sehingga proses ini terus menerus berlanjut. Proses penguapan air
dari sel mesofil daun biasa kita sebut dengan proses transpirasi. Oleh itu, pengambilan air dengan cara
ini biasa kita sebut dengan proses tarikan transpirasi dan selama akar terus menerus menyerap air dari
dalam tanah dan transpirasi terus terjadi, air akan terus dapat diangkut ke bagian atas sebuah tanaman
(Lakitan, 2007).

Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam antara
lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak
sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata
(Salisbury&Ross.1992) dan faktor luar antara lain kelembaban, angin, suhu, cahaya, dan kandungan
air tanah, jumlah daun, dan jumlah stomata. Besar bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin
tinggi. Pada beberapa tulisan digunakan beberap istilah resistensi stomata. Dalam hubungan ini daya
hantar stomata berbanding dengan resistensi stomata ( Cambpell, 2003 ).

Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air pada
tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara
yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya
melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari
sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Besarnya uap air yang
ditranspirasikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1 Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata);

2 Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan angin).

pada tanaman darat umumnya stomata terdapat pada permukaan daun bagian bawah, sementara pada
tanaman air stomata terdapat pada permukaan atas daun. Semakin banyak jumlah stomata maka
proses transpirasi dapat berlangsung lebih cepat. Lubang stomata yang tidak bundar melainkan oval
memiliki hubungan dengan intensitas pengeluaran air. Juga yang jarak antar stomata satu dengan yang
lain dapat mempengaruhi intensitas penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan maka
penguapan dari lubang stomata yang satu akan menghambat penguapan dari lubang stomata yang
berdekatan.Temperatur berpengaruh pada membuka dan menutupnya stomata. Pada banyak tanaman
stomata tidak berserdia membuka jika temperatur ada disekitar 0◦ C

Menurut pendapat Dwijoseputro, 1986 faktor lingkungan yang mempengaruhi transpirasi adalah:

1. Kelembaban; Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang
hilang, dengan demikian seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan
meningkatnya kelembaban udara. Apabila stomata dalam keadaan terbuka maka kecepatan difusi dari
uap air keluar tergantung pada besarnya perbedaan tekanan uap air yang ada di dalam rongga-rongga
antar sel dengan tekanan uap air di atmosfer. Jika tekanan uap air di udara rendah, maka kecepatan
difusi dari uap air di daun keluar akan bertambah besar begitu pula sebaliknya. Pada kelembaban
udara relatif 50% perbedaan tekanan uap air didaun dan atmosfer dua kali lebih besar dari kelembaban
relatif 70%.

2. Suhu; Kenaikan suhu dari 180 sampai 200F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar
dua kali. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang terkena
sinar matahari mempunyai suhu 100 – 200F lebih tinggi dari pada suhu udara.

3. Cahaya; Cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara yaitu: a. Sehelai daun yang
terkena sinar matahari langsung akan mengabsorbsi energi radiasi b. Cahaya tidak usah selalu
berbentuk cahaya langsung dapat pula mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-
tutupnya stomata, dengan mekanisme tertentu.

4. Angin; Angin cenderung untuik meningkatkan laju transpirasi, baik didalam naungan atau cahaya,
melalui penyapuan uap air. Akan tetapi di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan
suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung menjadi lebih penting
daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air. 5). Kandungan air tanah; Jika kandungan air
tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi
lebih lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju
transpirasi lebih lanjut.

Salah satu cara untuk mengevaluasi seberapa efisien sebatang tumbuhan menggunakan air adalah
dengan menentukan rasio transpirasi terhadap fotosintesisnya, yaitu jumlah air yang hilang per gram
CO₂ yang diasimilasikan menjadi bahan organik melalui fotosintesis. Tumbuhan yang efisien akan
menguapakan air dalam jumlah yang lebih sedikit untuk membentuk struktur tubuhnya (bahan
keringnya) dibandingkan dengan tumbuhan yang kurang efisien dalam memanfaatkan air. (Campbell
et all 2003)

Dehidrasi.

Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena
pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan
tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.

Dehidarasi terjadi karena:

• kekurangan zat natrium;


• kekurangan air;

• kekurangan natrium dan air.

Dehidrasi terbagi dalam tiga jenis berdasarkan penurunan berat badan, yaitu

• Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan).

• Dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan),

• Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan).

Selain mengganggu keseimbangan tubuh, pada tingkat yang sudah sangat berat, dehidrasi bisa pula
berujung pada penurunan kesadaran, koma, hingga meninggal dunia, atau tidak.

Dehidrasi terjadi jika cairan yang dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang masuk. Namun karena
mekanisme yang terdapat pada tubuh manusia sudah sangat unik dan dinamis maka tidak setiap
kehilangan cairan akan menyebabkan tubuh dehidrasi.

Dalam kondisi normal, kehilangan cairan dapat terjadi:

• Bernafas

• Kondisi cuaca sekitar

• Berkeringat (dalam hal ini transpirasi berlebih)

1. B. Hipotesis.

• Tekanan udara berpengaruh terhada alaju transpirasi tumbuhan, tekanan udara akan
mempercepat laju transpirasi pada tumbuhan Jasminum Pubercens.

• Terjadinya tekanan udara akan berakaibat hilangnya air dari tubuh tumbuhan (dehidrasi
tumbuhan) Jasminum Pubercens.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Praktikum.

Pada praktikum ini dilaksanakan di lab fisiologi tumbuhan biologi UNY dengan waktu pelaksanaan
pada hari kamis 23 Desember 2010 pukul 11.00 di lab fisiologi tumbuhan UNY. Adapun alat-alat
yang kami gunakan kami meminjannya dari lab fisiologi tumbuhan biologi UNY.

B. Bahan Penelitian populasi, sampel.

Bahan utama penelitian ini kami menggunakan tanaman poncosudo/Jasminum Pubercens. Cara
penggunaanya adalah dengan mengambil sebagian batang dengan variasi dan jumlah daun yang
diusahakan sama supaya lebih mudah untuk di lakukan penghitunganya.

C. Variable Penelitian.

Variable yang akan kami gunakan terdiri dari:


Control.

Variable kontrolnya adalah tekanan udara normal/tanpa perlakuan.

Variable tergayut.

Variable tergayut yang di gunakan adalah laju transpirasi (volume air yang hilang).

Variable bebas.

Variable bebas yang akan digunakan adalah besarnya tekanan udara yang akan diberikan.

D. Alat dan Bahan.

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah:

Alat:

• Fotometer : 4 buah dengan skala 0.01 ml

• Kipas angin : 1 buah merek sekai

• Pengukur tekanan udara/Barometer : 1 buah

• Pisau : 1 buah

• Penggaris : 1 buah

• Alat tulis : selengkapnya

• Kertas grafik : 1 lembar

Bahan:

• Daun poncosudo/Jasminum Pubercens. : 4 batang masing-masing 3 helai daun.

• Air : secukupnya

• Lilin/malam : secukupnya

E. Cara Kerja.

1. Menyiapkan alat dan bahan (Fotometer, daun poncosudo, air, kipas angin, barometer dan
malam) yang akan di gunakan.

2. Membersihkan fotometer dari kotoran dan mengecek apabila terjadi kebocoran.

3. Menyusun alat dengan bahan seperti yang ada dalam gambar dengan tepat dan memastikan
bahwa alat tersebut dapat bekerja dengan baik serta tidak terjadi kebocoran sebelum dilakukan
penghitungan waktu, pada leher antara daun dan foto meter diberikan lilin supaya bila tertiup kipas
angin tidak goyang dan akan menimbulkan kebocoran.
Keterangan:

1. Tanaman poncosudo.

2. Kipas angin.

3. Fotometer.

4. Pengukur tekanan angin.

1. Membuat rangkaian alat tersebut ke dalam beberapa rangkaian, yang satu sebagai control
(tanpa perlakuan apapun) yang lain diberi tekanan dengan bantuan kipas angin dengan berbagai
ukuran tekanan dengan cara mengatur jarak peletakan alat fotometer yang diukur dengan alat
pengukur tekanan udara.

2. Meletakkan alat tersebut pada tempat yang sama supaya tidak terjadi perbedaan variabel,
karena perbedaan perlakuan hanya akan dibuat pada tekanan udaranya saja

3. Alat pertama di letakan pada tempat yang normal (tanpa perlakuan) dan mengukur tekanan
udaranya dengan barometer.

4. Alat kedua diletakan di depan kipas angin yang telah dinyalakan dengan jarak 30 cm dan
mengukur tekanan udaranya dengan barometer.

5. Alat ketiga diletakan di depan kipas angin yang telah dinyalakan dengan jarak 60 cm dan
mengukur tekanan udaranya dengan barometer.

6. Alat keempat diletakan didepan kipas angin yang telah dinyalakan dengan jarak 90 cm dan
mengukur tekanan udaranya dengan barometer.

7. Mengukur suhu, walau tidak ada kaitanya hal ini membuktikan bahwa perlakuan yang
diberikan akan sama.

8. Mencatat setiap hasil pengurangan volume air yang terjadi setiap 30 menit pada kertas table
disesuaikan dengan tekanan udara yang disesuaikan pada setiap perlakuan percobaan yang dilakukan.

9. Membuat grafik pada kertas grafik supaya dapat terbaca seberapa besar pengaruhnya.

10. Menyimpulkan dan membuat laporan hasil percobaan tersebut.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian.

Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan data sebagai berikut:


Jarak (cm) Tekanan (cmHg) Pengurangan air (ml) Laju transpirasi (ml/h)

30 76.91 0.05 0.1

60 76.87 0.03 0.06

90 76.84 0.02 0.04

Control 76.80 0.01 0.02

Pada saat dilakukan percobaan suhu yang tertera pada barometer adalah 340 C, percobaan dilakukan
selama 30 menit/0.5 h untuk masing-masing perlakuan.

Bila dilakukan penghitungan untuk laju transpirasi didapatkan:

1. Pada jarak 30cm: 0.05 ml / 0.5 h = 0.1 ml/h

2. Pada jarak 60 cm: 0.03 ml / 0.5 h = 0.06 ml/h

3. Pada jarak 90 cm: 0.02 ml / 0.5 h = 0.04 ml/h

4. Pada control: 0.01 ml / 0.5 h = 0.02 ml/h

Bila data tersebut di buat grafik maka akan terlihat seberapa besar pengaruh tekanan udara terhadap
laju transpirasinya. Berikut adalah grafik yang dibuat berdasarkan data yang telah didapatkan.

B. Pembahasan.

Dalam praktikum Group Poject kali ini kami melakukan percobaan tentang transpirasi. Disini kami
melakukan percobaan dengan tema pengaruh tekanan udara terhadap laju transpirasi pada tumbuhan
poncosudo. Adapun alat yang kami gunakan diantaranya adalah fotometer, kipas angin, pengukur
tekanan udara/Barometer, pisau, penggaris, alat tulis, kertas grafik. Dan bahan-bahan yang kami
pergunakan diantaranya adalah daun tumbuhan poncosudo, malam, dan air.

Dalam praktikumini kami merangkai fotometer dan daun poncosudo sedemikian rupa sehingga dapat
melakukan transpirasi secara terpantau. Kami menggunakan 4 alat fotometer karena kami akan
menggunakan berbagai tekanan sebagai variabel bebasnya, dan menggunakan satu kontrol yatu pada
alat yang tidak dilakukan perlakuan apapun.

Kami menggunakan daun tumbuhan poncosudo dengan ukuran dan jumlah yang sama. Hal ini kami
lakukan supaya tidak terjadi perbedaan hasil karena pengaruh lain selain tekanan udara. Dalam
praktikum kali ini kami menggunakan daun sejumlah tiga helai dengan luas daun kisaran antara 4 cm
X 6 cm.

Setelah kami membuat rangkaian alat dan memastikan bahwa alat tersebut dapat bekerja dengan baik
dalam artian tidak terjadi kebocoran kami memastikanya dengan menempelkan malam/lilin pada
persambungan antara daun poncoudo dan karet pada alat fotometer. Kemudian meletakan alat tersebut
didepan kipas angin dengan berbagai ukuran.

Yang pertama kami meletakan sejauh 30 cm di depan kipas angin, kami mengukur tekanan yang
terjadi pada jarak sekian ini dan jarum pada barometer menunjukan pada angka 76.90 cmHg. Setelah
30 menit kami melakukan percobaan kami mendapatkan pengurangan air pada foto meter sebesar
0.05 ml, dan setelah penghitungan didapatkan laju transpirasi sebesar 0.1 ml/h.
Pada alat yang kedua kami meletakan rangkaian fotometer pada jarak 60 cm di depan kipas angin,
kami mengukur tekanan yang terjadi pada jarak sekian ini dan kami mendapatkan angka 76.87 cmHg.
Setelah 30 menit berlalu kami mendapati pengurangan air pada fotometer sebesar 0.03 ml, setelah
penghitungan didapatkan laju transpirasi mencapai 0.06 ml/h.

Pada alat yang ke tiga kami meletakanya sejauh 90 cm dari depan kipas angin. Tekanan anginya
didapatkan sebesar 76.84 cmHg dan setelah 30 menit air fotometer yang berkurang adalah sebanyak
0.02 ml, dan setelah dihitung laju transpirasinya adalah sebesar 0.04 ml/h.

Pada control yang kami lakukan tanpa perlakuan apapun kami mendapati tekanan udara normalnya
adalah 76.80 cmHg, dan pengurangan air pada fotometer sebesar 0.01 ml maka sesuai perhitungan
laju transpirasi yang terjadi sebesar 0.02 ml/h. Pada keadaan tersebut kami juga mengukur suhu udara
yang ada di sekitar percobaan. Suhu pada saat itu yaitu sebesar 340C.

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapati bahwa tekanan udara berpengaruh terhadap laju
transpirasi pertumbuhan. Hal ini bisa terjadi karena pada saat tumbuhan melakukan proses transpirasi
secara biasa bila diberikan tekanan udara diatasnya maka akan mempercepat terjadinya penguapan air
sehingga akan mmbuat tumbuhan tersebut terus melakukan proses tramnspirasi secara terus-menerus.

Semakin besar tekanan yang diberikan pada permukaan daun yang diberikan maka akan semakin
besar pula laju transpirasinya. Bila hal ini terjadi secara terus-menerus maka akan terjadi ketidak
seimbangan dalam tubuh tumuhan tersebut yang akan mengakibatkan kurangnya kandungan air dalam
tubuh tumbuhan yang bisa berakibat hingga ke kematian. Mekanisme ini sebenarnya mirip dengan
mekanisme dehidrasi pada tubuh manusia, dimana pada saat tubuh berkeringat dan tertiup oleh angin
maka tubuh akan lebih cepat kehilangan cairan.

Namun hal tersebut diatas ternyata hanya terjadi pada suhu-suhu tertentu, karena pada kondisi suhu
yang terlalu tinggi justru angin akan menurunkan suhu daun sehingga berakibat pada penurunan laju
transpirasi, penurunan laju transpirasi cenderung menjadi lebih penting daripada pengaruhnya
terhadap penyingkiran uap air (Dwijoseputro, 1986)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

1. Tekanan udara berpengaruh terhadap laju transpirasi tumbuhan Jasminum Pubercens.

2. Dampak faktor tekanan udara pada tumbuhan Jasminum Pubercens terjadi pada keadaan suhu
tertentu, yaitu terjadi pada keadaan normal. Apabila pada keadaan suhu yang terlalu tinggi maka
tekanan udara akan menurunkan suhu permuakaan daun yang berakibat pada turunya laju transpirasi
tumbuhan Jasminum Pubercens.

B. Daftar pustaka.

Bidwell, R.G.S.1979. Plant Physiology edition 2. Macmillion Publishing. Co : NewYork

Bonner, James dan Arthur W. Galston. 1951. Priciples of Plant Physiology. W.H. Freeman and Co.
Pasadena
Devlin, R. M and F. H Witham. 1975. Plant Physiology. Rinelang book Corporation a Subsidiarey of
Champion Reinhold inc: New York

Dwidjoseputro, D. 1994.Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia : Jakarta

Lukman, Diah . 1997.Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta

Noggle, F.R dan G.J. Fritz.1979.Introductory Plant Physiology. Van Hostrand Rain Hold : New
York

Salisbury and Ross.1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB : Bandung

april 2012

Sumber : https://mahfudzcb.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai