Anda di halaman 1dari 7

5 2 PENGARUH PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BEBERAPA TANAMAN HIJAUAN

MENJALAR UNTUK SISTEM PASTURA-HUTAN Pendahuluan Latar belakang Berbagai faktor


dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman seperti cahaya, CO2, air dan unsur hara mineral
(Marschner 1999). Nitrogen merupakan unsur hara utama yang dibutuhkan seluruh tanaman untuk
pertumbuhan dan produksi yang optimum. Ketidakcukupan atau kekurangannya akan menyebabkan
terhentinya pertumbuhan dan menunjukkan gejala defisiensi unsur hara (Ipinmoroti et al. 2008).
Nitrogen di dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk yang berbeda seperti senyawa nitrogen
organik, ion ammonium (NH4 + ), dan ion nitrat (NO3 - ) (Eckert 2009; Marx et al. 1999), yang
berinteraksi antara satu dengan lainnya dan dengan tanaman, ternak, dan mikroorganisme.
Kebanyakan tanaman menggunakan nitrogen dengan cepat. Tanaman menyerap nitrogen dalam
bentuk ion nitrat (NO3 - ) atau amonium (NH4 + ), yang keduanya merupan ion yang larut dalam air.
Ion nitrat merupakan ion yang larut dalam air. Ion nitrat diserap dengan cepat oleh akar tanaman
tetapi tercuci dengan mudah dari tanah dengan adanya curah hujan yang tinggi atau irigasi
berlebihan (CFF 2009; Marx et al. 1999). Ion ammonium terjerap dalam partikel tanah dan bergerak
dengan lambat melalui akar tanaman (CFF 2009). Nitrogen total tidak menunjukkan ketersediaan
nitrogen tanaman (Marx et al. 1999). Kandungan nitrogen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
yang optimum bervariasi antara 2 dan 5% dari berat kering tanaman, bergantung pada spesies
tanaman, fase perkembangan tanaman dan bagian organ tanaman (Marschner 1999). Kebanyakan
tanaman mengambil nitrogen dari tanah secara berkelanjutan dalam daur hidupnya dan kebutuhan
nitrogen biasanya meningkat dengan meningkatnya ukuran tanaman. Tanaman yang mempunyai
ketersediaan nitrogen yang cukup akan tumbuh dengan cepat dan menghasilkan sejumlah sukulen,
bagian tanaman yang hijau (Eckert 2009). Penambahan pupuk N umumnya 6 meningkatkan rasio
akar-tajuk (Barbar 1984). Rasio akar-tajuk merupakan rasio berat akar terhadap tajuk suatu
tanaman. Tanaman dengan proporsi akar yang lebih besar dapat berkompetisi lebih efektif untuk
mendapatkan unsur hara tanah, sedangkan tanaman dengan proporsi tajuk yang lebih besar dapat
mengumpulkan lebih banyak energi (Allaby 2004). Terdapat suatu karakteristik rasio tajuk-akar
untuk setiap spesies pada setiap fase pertumbuhan. Rasio tajuk-akar cenderung meningkat dengan
meningkatnya ukuran tanaman (menurunkan akar tanaman), mencerminkan meningkatnya asimilasi
bagian atas tanaman. Rasio tajuk-akar dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti cahaya,
ketersediaan unsur hara, suhu dan ketersediaan air. Perubahan ini biasanya mencerminkan
keuntungan adaptasi dari tanaman dalam menyesuaikan diri pada sumber yang terbatas (Marschner
1999) Beberapa spesies rumput dan legum mempunyai keuntungan secara morfologi tumbuh di
bawah kondisi ternaungi. Stür (1998) menyatakan bahwa spesies hijauan yang berhasil tumbuh
dalam tanaman perkebunan harus beradaptasi tidak hanya dengan rendahnya level cahaya tetapi
juga dengan iklim (curah hujan, suhu, variasi panjang hari), tanah (pH, kesuburan, tekstur dan
drainase) dan manajemen (cekaman defoliasi atau penggembalaan dan input pupuk). Rendahnya
produksi potensial seluruh spesies pada kondisi cahaya rendah merupakan hambatan utama
terhadap produktivitas sistem tanaman pohon-pakan dengan adanya penutupan kanopi sejalan
dengan pertambahan umur tanaman pohon (Wong 1991; Addison 2003). Beberapa penelitian telah
menemukan beberapa spesies rumput dan legum yang mampu beradaptasi terhadap naungan,
mulai dari naungan rendah sampai sangat tinggi, seperti Brachiaria humidicola, Arachis pintoi,
Axonopus compressus and Paspalum sp (Reynolds 1995; Wong, 1991). Respon produksi beberapa
spesies hijauan tropis terhadap naungan menggambarkan kuatnya hubungan antara produktivitas
dan cahaya, tetapi lebih sering juga digabungkan dengan ketersediaan nitrogen tanah (Wong 1991).
Unsur hara harus ada di dalam tanah dan tersedia melalui sumber yang sesuai dalam jumlah yang
cukup dan dalam bentuk yang siap digunakan oleh tanaman dalam mencapai produksi yang tinggi.
Nitrogen merupakan unsur hara utama yang dibutuhkan oleh seluruh tanaman untuk pertumbuhan
dan produksi. (Ipinmoroti et 7 al. 2008) dan nitrogen secara normal merupakan unsur hara yang
sangat memengaruhi untuk pertumbuhan tanaman yang optimum (Espinoza et al. 2007). Beberapa
spesies hijauan toleran naungan diteliti responnya dalam hal karakteristik morfologi dan produksi
berat kering terhadap pemupukan nitrogen. Perbedaan pola pertumbuhan tanaman menyebabkan
perbedaan manajemen dan strategi dalam pengembangannya. Informasi ini berguna untuk
mendesain komponen sistem yang kompatibel untuk meningkatkan produktivitas sistem integrasi
tanaman pohon-pakan. 8 Bahan dan Metode Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan dalam skala
rumah kaca mulai dari Agustus 2010 sampai dengan Desember 2010. Penelitian dilakukan di dalam
rumah plastik didesain dengan konstruksi bamboo. Atap plastik dilapisi dengan net plastik untuk
menciptakan kondisi naungan, dengan dinding yang separuh tertutup (separuh dari bagian bawah
ditutup dengan plastik), separuh bagian atas ditutup dengan net plastik. Kondisi ini memungkinkan
sirkulasi udara yang akan mengurangi panasnya rumah plastik. Temperatur minimum dan
maksimum selama penelitian berkisar 24°C sampai dengan 34°C dengan kelembaban minimum dan
maksimum berkisar 67% sampai 89%. Bahan dan alat Dalam penelitian ini digunakan beberapa
spesies tanaman hijauan menjalar dan nitrogen (bersumber dari urea) sebagai pupuk. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini pot bulat datar dengan diameter 43 cm dan tinggi 12 cm, gunting,
pisau dan thermohygrometer digital. Penelitian ini didesain dengan menggunakan rancangan acak
lengkap dengan pola faktorial 4 spesies, 2 level pemupukan dengan 3 kali ulangan. Spesies tanaman
hijauan menjalar (stoloniferous) yang digunakan adalah PN = Paspalum notatum, BH = Brachiaria
humidicola, AC = Axonopus compressus dan AP = Arachis pintoi. Level pemupukan nitrogen/urea,
yaitu (-N) = tanpa pupuk dan (+N) = 300 Kg urea/ha. Prosedur penelitian Tanaman hijauan di tanam
di tengah pot bulat datar yang berisikan 5 kg tanah. Bahan tanam berasal dari anakan untuk rumput
dan stek untuk legum. Pemupukan nitrogen diaplikasikan 3 hari setelah tanam. Pemupukan
dilakukan 2 kali; 150 kg urea/ha diberikan pada 3 hari setelah tanam dan pemupukan kedua
diberikan pada bulan awal kedua pertumbuhan tanaman. Selama penelitian tanaman disiram setiap
hari. Komposisi unsur hara hasil analisis tanah sebelum penanaman adalah 9 pH 4.5 – 6.5, 0.10%
nitrogen, 84 mg/100g P2O5 dan 10 mg/100g K2O (BPT 2010). Hasil analisis tanah awal ini
mengindikasikan bahwa kondisi tanah sebelum penanaman rendah akan nitrogen dan kalium,
namun akan fosfor, dengan pH yang sedikit masam ke netral (acuan Tabel 1). Tablel 1 Kriteria
penilaian sifat-sifat kimia tanah Elemen Kisaran Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Kelebihan N
(%) 0.75 P2O5 (HCl 25%) (mg/100g) 60.0 K2O (HCl 25%) (mg/100g) 60.0 Sangat masam Cukup
masam Sedikit masam Netral Cukup alkalin pH (H2O) < 4.5 4.5 – 5.5 5.6 -6.5 6.6 – 7.5 7.6 – 8.5
Sumber: BPT (2005) Peubah yang diamati Pengamatan pertumbuhan tanaman selama 90 hari
meliputi: a. Panjang tanaman (cm/tanaman); dengan mengukur tanaman mulai dari permukaan
tanah sampai ujung daun paling panjang dan diukur pada akhir penelitian. b. Pertambahan panjang
tanaman (cm/tanaman); diukur dengan menghitung perbedaan pengukuran pengamatan minggu
satu dengan pengamatan minggu berikutnya. c. Jumlah daun (helai/tanaman); diukur pada akhir
penelitian. d. Bobot kering tajuk tanaman (g/tanaman); bobot kering akar tanaman dengan
mengeringkan sampel dalam oven 80°C selama 48 jam. Kemudian sampel kering digiling untuk
analisis N tajuk (metode Kjeldahl). e. Rasio tajuk-akar. f. Senescense; bagian tanaman yang menua
dan jatuh di permukaan tanah. g. Status N, P dan K tanah. 10 Analisis data Data yang diperoleh
dianalisis sidik ragam berdasarkan RAL faktorial. Perbedaan antar perlakuan dianalisis dengan Uji
Beda Nyata Terkecil (Steel dan Torrie 1989). 11 Hasil Pertumbuhan tanaman Tiga bulan periode
penelitian tercatat bahwa pertumbuhan spesies hijauan menjalar tidak nyata dipengaruhi oleh
pemupukan, tetapi pertumbuhan hijauan menjalar berbeda secara nyata menurut spesies. Beberapa
pot penelitian, khususnya pada P. notatum, diduga menderita ketidakcukupan akan unsur hara
tertentu. Hal ini ditunjukkan oleh warna kuning kecoklatan pada bagian ujung daun pada minggu ke-
6 periode penelitian. Berdasarkan pengamatan, P. notatum menunjukkan pertumbuhan yang paling
rendah dibandingkan dengan spesies lainnya. Tinggi bibit hijauan menjalar pada saat awal penelitian
adalah 5 cm di atas permukaan tanah. Pada bulan pertama, pertumbuhan seluruh tanaman
menunjukkan adanya peningkatan pada panjang tanaman, akan tetapi pada bulan kedua, A. pintoi
menunjukkan pertumbuhan yang menurun. A. compressus pada perlakuan (-N) dan (+N) rata-rata
mencapai panjang 126.8 cm. Pada bulan ketiga, kebanyakan spesies menunjukkan peningkatan
pertambahan panjang, kecuali P. notatum cenderung menurun (Gambar 1). Gambar 1 Tren
pertumbuhan panjang spesies hijauan menjalar selama 3 bulan penelitian (PN = P. notatum, BH = B.
humidicola, AC = A. compressus dan AP = A. pintoi; (-N) = tanpa pupuk dan (+N) = 300 kg urea/ha) 12
Tabel 2 menunjukkan beberapa peubah pertumbuhan tanaman hijauan menjalar selama 3 bulan
periode penelitian. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat pengaruh yang sangat nyata dari
spesies terhadap pertumbuhan. Tabel 2 Pertambahan panjang, panjang tanaman, jumlah daun,
bobot kering tajuk dan akar, rasio tajuk-akar dan senescense tanaman hijauan menjalar selama 3
bulan penelitian Pupuk N Spesies B. humidicola P. notatum A. compressus A. pintoi Rata-rata
Pertambahan panjang tanaman (cm/minggu/tanaman) (-) N 5.1 4.6 9.9 1.6 5.30 (+) N 5.4 4.9 10.3 1.6
5.60 Rata-rata 5.3 b 4.7 bc 10.1 a 1.6 d Panjang tanaman (cm/tanaman) (-) N 65.93 59.97 124.3 24.4
68.65 (+) N 70.37 63.6 128.1 23.4 71.36 Rata-rata 68.15b 61.78b 126.18a 23.90c Jumlah daun
(helai/tanaman) (-) N 31 14 119 15 45 (+) N 35 16 152 15 54 Rata-rata 33b 15b 135a 15b Bobot
kering tajuk (g/tanaman) (-) N 1.73 0.96 2.57 1.68 1.74 (+) N 1.70 1.38 3.47 1.56 2.03 Rata-rata 1.72b
1.17b 3.02a 1.62b Bobot kering akar (g/tanaman) (-) N 0.50 1.32 1.31 0.92 1.01 (+) N 0.66 2.43 1.71
0.77 1.39 Rata-rata 0.58c 1.88a 1.51a 0.85b Rasio tajuk akar (-) N 3.08 1.26 1.97 1.63 1.98 (+) N 2.66
0.57 2.01 1.83 1.77 Rata-rata 2.87a 0.91c 1.99ab 1.73bc Senecense (g/tanaman) (-) N 0.08 0.37 0.13
0.22 0.20 (+) N 0.05 0.25 0.13 0.13 0.14 Rata-rata 0.07c 0.31a 0.13bc 0.18b Keterangan: huruf yang
berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada taraf 0.05 % dengan uji BNT. (-N) = tanpa pupuk
dan (+N) = 300 Kg urea/ha Dari Tabel 2 terlihat A. compressus secara nyata menunjukkan
pertumbuhan yang terbaik dibandingkan spesies lainnya dalam hal pertambahan panjang 13
tanaman per minggu, panjang tanaman, jumlah daun, bobot kering tajuk dan akar. Semakin panjang
tanaman A. compressus, maka semakin banyak buku terbentuk yang menjadikan tanaman ini
mempunyai jumlah daun yang banyak. Daun tumbuh pada setiap buku baru. Pertumbuhan bagian
atas tanaman yang baik pada A. compressus juga diikuti dengan pertumbuhan akar yang baik.
Meskipun perlakuan pemberian pupuk tidak memberikan pengaruh yang nyata, namun tanaman A.
compressus yang diberi pupuk terlihat mempunyai akar yang lebih banyak (Gambar 2). Kondisi ini
diikuti oleh B. humidicola, P. notatum, and A. pintoi. Stolon dari A. compressus menyebar dengan
cepat dan jika masih terdapat area untuk bertumbuh, tanaman ini akan menutupinya. Gambar 2
Struktur akar tanaman hijauan menjalar (-N = tanpa pupuk dan +N = 300 kg Urea/ha) P. notatum
menghasilkan bobot kering akar dan senescence yang tertinggi yaitu masing-masing 1.88 dan 0.33
g/tanaman, sedangkan yang terendah ditunjukkan oleh B. humidicola yaitu masing-masing sebesar
0.58 dan 0.07 g/tanaman. Daun tua dan mati disepanjang pertumbuhan tanaman merupakan daun
yang berasal dari sisa pemotongan bahan tanam awal (Gambar 3). 14 Gambar 3 Daun menua dan
mati sisa dari pemotongan awal dari bahan tanam (dalam lingkaran). (PN = P. notatum, BH = B.
humidicola, AC = A. compressus dan AP = A. pintoi) Status N, P dan K tanah dan serapan N Serapan
hara N oleh tanaman hijauan menjalar dan status unsur hara tanah pada pot penelitian setelah
penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 di atas terlihat bahwa hasil analisis tanah pada
akhir penelitian untuk kandungan nitrogen tanah terlihat sama dengan sebelum aplikasi nitrogen,
tetapi tidak untuk konsentrasi P dan K tanah. Penurunan konsentrasi P dan K selama 3 bulan periode
penelitian dari nilai yang tinggi menjadi rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman menggunakan
N, P dan K dari dalam tanah untuk pertumbuhannya. Hijauan pakan menjalar mengunakan P dalam
proporsi yang hampir sama, sehingga konsentrasi P tidak nyata berbeda diantara spesies.
Konsentrasi kalium pada A. pintoi terlihat yang paling tinggi. Konsentrasi N tajuk yang paling tinggi
terlihat pada A. Pintoi dan diikuti oleh A. compressus, yaitu masing-masing 3.71 dan 2.9%.
Kandungan N tajuk dan K tanah tertinggi sampai terendah terlihat pada spesies legum A. pintoi, A.
compressus, B. humidicola dan P. notatum. Serapan N tertinggi sampai terendah terlihat pada A.
compressus, B. humidicola, P. notatum dan A. pintoi. 15 Tabel 3 N-tanah, serapan N aktual, N-tajuk
dan kandungan P and K tanah pada akhir penelitian Pupuk N Spesies B. humidicola P. notatum A.
compressus A. pintoi Ratarata N tanah (%) (-) N 0.09 0.11 0.10 0.13 0.11 (+) N 0.12 0.11 0.11 0.10
0.11 Rata-rata 0.10 0.11 0.10 0.11 Serapan N aktual (g BK/tanaman) (-) N 0.076 0.037 0.096 0.031
0.060 (+) N 0.072 0.055 0.140 0.062 0.082 Rata-rata 0.074ab 0.046b 0.118a 0.046b N tajuk (%) (-) N
2.58 2.45 2.97 4.04 3.01 (+) N 2.77 2.34 2.83 3.39 2.83 Rata-rata 2.68bc 2.39cd 2.90b 3.71a P tanah
(mg/100g) (-) N 56 53 54 57 55 (+) N 53 49 58 56 54 Rata-rata 54 51 56 57 K tanah (mg/100g) (-) N
5.5 5.5 5.5 6.5 5.8 (+) N 6.0 6.0 5.0 6.0 5.8 Rata-rata 5.8 ab 5.8 ab 5.3 b 6.3 a Keterangan: huruf yang
berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada taraf 0.05 % dengan uji BNT. (-N) = tanpa pupuk
dan (+N) = 300 Kg urea/ha 16 Pembahasan Pertumbuhan tanaman Produksi tajuk merupakan
gabungan panjang tanaman dan jumlah daun. Sejalan dengan panjang tanaman dan jumlah daun,
bobot kering tajuk dan akar A.compressus terlihat paling tinggi dibandingkan dengan spesies lainnya
seperti B. humidicola, P. notatum dan A. pintoi yang terlihat sama. Jumlah daun yang paling rendah
terdapat pada P. notatum dan A. pintoi dengan rata-rata 15 helai daun masing-masingnya selama 3
bulan penelitian (Tabel 2). Pakiding (1998) menemukan tidak ada pengaruh terhadap jumlah daun
per anakan dengan meningkatnya level nitrogen dan tinggi pemotongan. Hirata (2000) juga
menemukan level nitrogen mempunyai pengaruh yang kecil terhadap laju pemunculan daun (LAR)
dari P. notatum, LAR sedikit meningkat dengan meningkatnya level nitrogen. Anakan merupakan
sumber potensial bagi produksi jumlah daun. Anakan yang banyak tumbuh, mengakibatkan jumlah
daun semakin meningkat. Jumlah daun yang rendah pada P. notatum disebabkan oleh rendahnya
respon P. notatum terhadap pemupukan nitrogen. Anakan pertama dari P. notatum (+N) muncul
sekitar minggu ke-10 dari periode penelitian. Hirata (1993) melaporkan bahwa jumlah anakan
rumput Bahia membutuhkan waktu 3 bulan untuk menunjukkan respon yang nyata terhadap tinggi
pemotongan. Respon pembentukan anakan dapat dipengaruhi oleh faktor seperti genotip, suhu,
intensitas cahaya, ketersediaan air, nutrisi mineral, photoperiod dan pengatur pertumbuhan.
Penelitian lebih jauh dari rumput Bahia oleh Hirata and Pakiding (2001) menemukan bahwa level N
memberikan pengaruh yang rendah terhadap jumlah anakan dan anakan anak, laju pemunculan
daun (LAR), laju daun yang mati (LDR) dan yang jatuh, kecuali untuk anakan pada rumput Bahia pada
musim anakan aktif (Mei – Juni). Kepadatan anakan rumput Bahia sangat stabil karena tingginya
longevitas anakan (rendah laju kematian anakan) disamping juga rendahnya laju pemunculan anakan
(TAR). Relatif TAR yang rendah pada rumput Bahia disebabkan oleh rendahnya laju pengisian
anakan. Islam dan Hirata (2005) bahwa melaporkan pertumbuhan anakan anak pada axil daun
adalah nihil atau 17 sangat jarang terjadi pada rumput centipede (Eremochloa ophiuroides) dan
Bahia pada pertumbuhan daun muda pertama sampai ke-tiga. Aktivitas pembentukan anakan pada
rumput Bahia juga nihil atau sangat rendah ketika pertumbuhan daun muda ke-empat dan ke-enam,
kecuali pada bulan Mei dan Juni, ketika pembentukan anakan terjadi dengan level pemupukan
nitrogen yang tinggi. Bogdan (1977) menyatakan rumput Bahia tumbuh mencapai tinggi maksimum
antara 15-70 cm (kira-kira 6-28 inchi), terkadang mencapai tinggi 100 cm (sekitar 40 inchi) Pada
spesies B.humidicola (-N) dan A. compressus (+N), pemunculan anakan pertama terjadi pada minggu
pertama periode penelitian. A. compressus menyebar dengan cepat melalui stolon dan rhizome di
bawah kondisi yang memungkinkan dibandingkan Axonopus affinis (FAO). Manidool (1992)
menyatakan bahwa tanaman muda dari A. compressus mulai tumbuh dalam jalur melingkar. Dengan
sedikit kompetisi, jalur dapat mencapai sampai diameter 1 meter dalam satu musim. Tanaman ini
tumbuh seperti gulma dan membentuk hamparan rumput yang padat. Wong (1991) menambahkan
bahwa spesies indigenous tahan naungan seperti Axonopus compressus, Stenotaphrum
secundatum, Brachiaria miliiformis dan Paspalum conjugatum menunjukkan lebih persisten dan
produktif di bawah kondisi cahaya rendah. Menurut Abdullah (2009) jumlah anakan B. humidicola
(Rendle) Schweick bergantung pada jumlah buku dan panjang stolon, sehingga pola pertumbuhan
anakan mengikuti pola dinamik keduanya. Pada penelitian ini panjang stolon dari B. humidicola dan
P. notatum nyata lebih rendah dibandingkan dengan A. compressus. Panjang tanaman dan jumlah
daun merupakan sumber potensial bagi fotosintesis tanaman. Lebih banyak daun, lebih luas area
untuk fotosintesis. Dengan demikian akan menghasilkan lebih banyak fotosintat untuk akumulasi
produksi bagian atas tanaman. Ditambah lagi, pertambahan biomassa bagian atas tanaman yang
tinggi, ditunjang oleh pertumbuhan struktur akar yang baik. Gastal dan Durand (1999) menyatakan
bahwa sintesis struktur tajuk akar bergantung pada keseimbangan antara permintaan
morphogenetik dan ketersediaan substrat karbohidrat. Permintaan morphogenetik ditentukan oleh
potensi morphogenetik 18 tanaman (pertumbuhan potensial daun, batang, akar, anakan dan organ
reproduksi), di bawah kontrol genom dan di bawah pengaruh ekspresinya yang diakibatkan faktor
lingkungan (suhu, kualitas cahaya). Gastal dan Durand (1999) juga menambahkan fotosintesis kanopi
bergantung pada luas area daun yang menghasilkan perluasan daun. Davidson dan Robson (1985)
menyatakan laju fotosintesis yang lebih tinggi dari Clover dapat dihasilkan dari tingginya potensial
fotosintesis daun atau lebih besarnya intersepsi cahaya. Pembentukan anakan di bawah suplai
nitrogen sedang terlihat tertekan pada rumput pendek, akan tetapi pemanjangan daun tetap terjadi
meskipun lajunya mengalami penurunan (Nelson 2000). Hirata (2000) juga mengamati bahwa
pemanjangan daun terjadi secara cepat ketika masih daun pertama dan ke-dua tetapi berhenti
memanjang ketika daun ke-empat. Hirata et al. (2009) menemukan bahwa panjang anakan yang
paling tinggi terjadi pada pemotongan yang tinggi pada periode musim panas dengan nitrogen yang
rendah, sedang dan tinggi yaitu masing-masing 399, 396, 365 mm. Meningkatnya panjang tanaman,
jumlah daun dan biomassa berat kering bagian atas tanaman mengakibatkan tingginya rasio tajuk-
akar pada A. compressus, meskipun berbeda tidak nyata dengan B.humidicola. Rasio tajuk-akar
cenderung meningkat dengan meningkatnya ukuran tanaman (menurun untuk akar), mencerminkan
meningkatnya asimilat bagian atas tanaman (Marschner 1999). Davidson (1994) menemukan bahwa
di dalam akar terdapat spektrum yang luas dari respon berbagai komponen morphogenetik terhadap
nitrogen. Terdapat kisaran respon yang sangat luas antara spesies. Wong (1991) melaporkan
meningkatnya berat kering terhadap komponen daun yang disebabkan oleh pengaruh akar
menghasilkan rasio tajuk akar, rasio daun batang, rasio berat daun dan luas daun yang lebih tinggi,
khususnya pada rumput. Allaby (2004) menyatakan tanaman dengan proporsi akar yang lebih
banyak dapat berkompetisi lebih efektif untuk unsur hara tanah, sedangkan tanaman dengan
proporsi tajuk yang lebih tinggi dapat mengumpulkan lebih banyak cahaya energi. Berat kering tajuk
B. humidicola tidak meningkat dengan aplikasi pupuk nitrogen, akan tetapi lebih tinggi pada
perlakuan tanpa pemupukan nitrogen. 19 Variasi dalam bobot biomassa hijauan (berkisar antara 23–
560 g BK/m) merupakan akibat dari variasi berat anakan (Hirata dan Pakiding 2002). Ditegaskan oleh
Nakamura et al. (2002) bahwa B. humidicola lebih baik beradaptasi pada kondisi terbatas nitrogen
dibandingkan dengan dua spesies rumput lainnya, B. decumbens dan B. Brizantha. Subarao et al.
(2009) menemukan bahwa B. humidicola melepaskan Braquialactona oleh akar yang mengakibatkan
menurunnya dan bahkan tertekannya nitrifikasi dalam rhizosfer tanah. Hambatan nitrifikasi
merupakan strategi untuk memperpanjang waktu keberadaan N di dalam tanah dan meningkatkan
efisiensi penggunaan N (Rodgers 1986). Dalam penelitian ini, berat kering akar B. humidicola terlihat
yang paling rendah dibandingkan dengan spesies lainnya. Dias-Filho (2000) dalam penelitiannya
menemukan bahwa spesies B. humidocola dan B. brizantha menghasilkan biomassa bagian bawah
yang rendah dengan meningkatnya naungan. Laju fotosintesis dan ekspor gula (energi) dari daun
menurun pada daun yang mulai menua. Penurunan kandungan klorofil (klorosis) merupakan gejala
yang telihat pada daun yang menua (Marschner 1999). Daun tua dan mati yang terbanyak terdapat
pada P.notatum, sedangkan yang terendah pada B. humidicola. Daun yang menua dan mati
merupakan daun yang tertinggal dari pemotongan awal (bibit). Ditambah lagi, lebih banyak daun P.
notatum yang menunjukkan warna kuning kecoklatan. Hodgson (1990) menyatakan tanda yang
nampak dari proses penuaan daun adalah warna kuning yang sangat progresif dan bahkan
kecoklatan dan dehidrasi. Kehilangan karena daun yang menua dan mati dan dekomposisi awalnya
meningkat namun lambat, bergantung pada jumlah jaringan tua yang tertinggal setelah pemotongan
dan kemudian meningkat dengan progresif dan akan sampai pada laju pertumbuhan yang sama.
Status N, P dan K tanah dan serapan N Kandungan kalium tanah yang ditanam Cynodon nlenfluensis
meningkat ketika ditambahkan serasah A.pintoi, khususnya pada pengamatan terhadap rumput
yang ditanam secara monokultur. Legum ini mempunyai laju dekomposisi yang lebih 20 cepat dan
lebih besar melepas unsur hara (Oliviera et al. 2002). Pelepasan unsur hara (N, P, K, dan Ca) dari
serasah A.pintoi sangat cepat (Thomas 1994). Konsentrasi N tajuk yang paling tinggi terlihat pada A.
pintoi. Hal ini disebabkan oleh kemampuan A. pintoi untuk memfiksasi nitrogen bebas sebagaimana
spesies legum lainnya. Cook (1992) melaporkan bahwa kandungan N dalam A. pintoi berkisar antara
2.5 – 3 %, dan P berkisar antara 0.18 – 0.37. A.pintoi mempunyai toleransi terhadap naungan yang
tinggi (sampai dengan 50% cahaya) dan menunjukkan potensi yang tinggi sebagai cover crops.
Tanaman ini menunjukkan kemampuan yang baik mengontrol gulma dan dapat memfiksasi sejumlah
besar nitrogen (Rika 1995). Manidool (1992) menemukan bahwa konsentrasi N pada A. compressus
berkisar antara 1-2%. Meningkatnya konsentrasi nitrogen pada daun tanaman rumput berhubungan
dengan efisiensi dari konversi energi matahari (Sophanodora 1989). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa A. compressus dapat memfiksasi nitrogen atmosfer dan menambahkannya ke
dalam tanah (Sao et al. 2007). Pekerja CSIRO telah menemukan bahwa rumput ini mempunyai
sistem nitrogenase aktif yang mampu memfiksasi 13 kg N/ha/hari selama 12 minggu periode
pertumbuhan selama musim panas (FAO). Secara relatif terdapat sejumlah nitrogen yang dapat
difiksasi melalui asosiasi non simbiosis dalam rhizosfer A.compressus. Meskipun demikian,
rendahnya level nitrogen dapat membantu bertahan pada musim pertumbuhan yang pendek dan
mempertahankan rumput pada fase vegetatif. A. compressus tidak terlihat berespon dengan baik
terhadap fosfor, karena dapat tumbuh dengan baik pada tanah rendah fosfor (Tropical Forages).
Serapan N tanaman diukur dengan mengalikan berat kering dengan konsentrasi hara yang ada,
sehingga serapan N yang tertinggi terlihat pada A.compressus. Serapan N ini berbeda sangat nyata
dibandingkan dengan spesies lainnya karena tingginya bobot kering A.compressus dibandingkan
dengan spesies lainnya. Touraine et al. (1994) menemukan serapan nitrogen diatur oleh status
fisiologis tanaman secara keseluruhan. 21 Simpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan tanaman hijauan menjalar berbeda disebabkan oleh spesies. Pengaruh pemupukan
nitrogen berbeda tidak nyata terhadap keempat spesies tanaman menjalar yang diuji. A. compressus
nyata menunjukkan pertumbuhan terbaik diantara spesies yang lain dalam hal panjang tanaman,
jumlah daun, bobot tajuk dan akar, N tajuk dan serapan N aktual, kemudian diikuti oleh spesies B.
humidicola, P. notatum, dan A. pintoi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengamati
kompabiliti setiap spesies dalam sistem tanaman pohon-ternak.

Anda mungkin juga menyukai