Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM INTRODUCTION OF AGRIBUSINESS

ANALISIS SUBSISTEM AGROINDUSTRI PADA PENANGANAN PASCA


PANEN DI PT. HARTA MULIA
(KEBUN KOPI DE KARANGANJAR)

Dosen Pengampu:
Ir. Sri Hindarti, MSi.
Ir. Zainul Arifin, MP

Disusun oleh :
1. Muhammad Zainur Rozikin (22101032047)
2. Pandu Gumilang (22101032048)
3. Surya Ardly Saputro (22101032049)
4. Dessy Ida Fitria Sohib (22101032050)
5. Ahmad Kamil Arifin (22101032051)
6. Moh. Ridwan (22101032064)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa telah memberikan


rahmat dan hidayah kepada kita semua, terkhusus karena kebesaran-Nya sehingga
dapat terselesaikan laporan praktikum lapang ini yang berjudul judul “Identifikasi
Subsistem Agroindustri Pada Penanganan Pasca Panen di PT. Harta Mulia (Kebun
Kopi De Karanganjar)”
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Ir. Zainul Arifin, MP.,
dan Ibu Sri Hindarti, MSi., yang mana beliau berdua selaku dosen pengampuh
mata kuliah Introduction of Agribusiness yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah daya literasi juga wawasan penyusun terlebih pembaca.
Disampaikan terima kasih juga kepada pihak pengelola PT. Harta Mulia serta
semua pihak-pihak terkait yang tururt serta dalam membantu sehingga
terselesaikannya laporan ini.
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas praktium
mata kuliah Introduction of Agribusiness. Selain itu juga bertujuan untuk
menambah informasi serta memperluas literasi mengenai identifikasi subsistem
agroindustri pada penanganan pasca panen dalam perusahaan secara langsung.
Penyusun menyadiri bahwa dalam penyusunan laporan ini tentu tidaklah
sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu penyusun
mengharapkan kritik, saran dan pesan yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan penyusunan laporan berikutnya.

Malang, 30 Juni 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3. Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II. KERANGKA TEORI .......................................................................... 3
2.1. Agroindustri .......................................................................................... 3
2.2. Kopi ...................................................................................................... 3
2.3. Pasca Panen ........................................................................................... 5
2.4. Penanganan Pasca Panen Kopi ............................................................... 5
BAB III. GAMBARAN UMUM ........................................................................ 3
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................. 9
3.2. Teknik Pengambilan Data ...................................................................... 9
3.3. PT. Harta Mulia ................................................................................... 10
3.4. Visi dan Misi ....................................................................................... 10
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 11
4.1. Pelaku-Pelaku Dalam Subsistem Agroindustri ..................................... 11
4.2. Peran, Fungsi, Serta Keterkaitan Subsistem Agroindustri Dengan
Subsistem Lain............................................................................................... 11
4.3. Hambatan Yang Terjadi Dalam Subsistem Agroindustri ...................... 12
4.4. Solusi Yang Dilakukan Dalam Menanggulangi Hambatan ................... 12
BAB V. PENUTUP........................................................................................... 13
5.1. Kesimpulan.......................................................................................... 13
5.2. Saran ................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 14
LAMPIRAN ..................................................................................................... 15

iii
DAFTAR GAMBAR

No. Hal
1. Alur Penanganan Pascapanen Kopi Secara Basah .......................................... 8

iv
DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal
1. Dokumentasi ............................................................................................... 15

v
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sektor pertanian merupakan basis utama perekonomian bangsa di
Indonesia. Sebagai negara agraris, sektor pertanian menjadi aspek yang
sangat penting dalam pertahanan dan kedaulatan pangan. subsektor
perkebunan yang merupakan bagian dari sektor pertanian mengambil peranan
penting bagi pembangunan nasional dan turut memacu pertumbuhan ekonomi
nasional (Ramawati, dkk., 2020).
Komoditas kopi menjadi salah satu komoditas unggulan pada subsektor
perkebunan, Saat ini perkembangan kopi di Indonesia terus mengalami
kemajuan yang cukup signifikan (Ramawati, dkk., 2020). Hal ini menjadi
harapan bagi Indonesia untuk bisa menjadi produsen kopi terbesar di Dunia.
Berdasarkan artikel yang dikeluarkan Kementerian Perindustrian (2013),
Indonesia merupakan negara terbesar ketiga penghasil kopi di dunia setelah
Brasil dan Vietnam. Indonesia mampu memproduksi sedikitnya 748 ribu ton
atau 6,6 % dari produksi kopi duniapada tahun 2012. Berdasarkan jumlah
tersebut, produksi kopi robusta mencapai lebih dari 601 ribu ton (80,4%) dan
produksi kopi arabika mencapai lebih dari 147 ribu ton (19,6%).
Sejarah perkembangan kopi di Indonesia dimulai sejak abad ke 16. Saat itu
Indonesia masih dalam kekuasaan penjajah Belanda. Jenis-jenis kopi yang
ditanam pada saat penjajahan kebanyakan adalah kopi arabika dan robusta
(Wahyudi, 2018). Salah satu daerah penghasil kopi terbesar di Indoesia
adalah Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Blitar menjadi wilayah yang turut
menyumbang nilai produksi pada komoditas kopi di Jawa Timur. PT. Harta
Mulia atau De Karanganjar Koffieplantage menjadi salah satu perusahaan
yang mengelola perkebunan kopi tertua di wilayah Blitar, perkebunan
tersebut merupakan peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda dengan
penghasil utama komoditas kopi jenis robusta dengan produksi tertinggi
(BPS, 2022).
Di sebuah perusahaan terdapat berbagai subsistem yang mana hal itu
saling berhubungan demi mencapai produktivitas suatu perusahaan. Dalam

1
mencapai nilai produktivitas yang tinggi, menurut Santoso (1999), hal
tersebut akan dicapai oleh perusahaan apabila semua faktor produksi
dialokasikan secara optimal. Salah satu subsistem yang sangat berpengaruh
dalam menghasilkan suatu barang yang berkualitas adalah subsistem
agroindustri atau pengolahan hasil pertanian yang lebih terfokus pada sisi
penanganan pasca panen. Secara umum, pasca panen dapat diartikan sebagai
tindakan yang meliputi pemetikan hasil, pembersihan lahan, pengangkutan
hasil, penyimpanan hingga pengemasan.
Dari pernyataan diatas, perlu dilakukan analisis mengenai proses pasca
panen pada PT. Harta Mulia sebagai salah satu perusahaan besar swasta di
Indonesia yang bergerak di bidang perkebunan kopi dengan harapan sebagai
sumber informasi, serta sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan
dalam strategi pengolahan komoditi kopi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Siapa saja pelaku yang terlibat dalam subsistem agroindustri di PT. Harta
Mulia?
2. Bagaimana peran, fungsi serta keterkaitan subsistem agroindustri dengan
subsistem lainnya di PT. Harta Mulia?
3. Apa saja hambatan yang terjadi dalam subsistem agroindustri di PT. Harta
Mulia?
4. Bagaimana solusi yang dilakukan PT. Harta Mulia dalam menaggulangi
hambatan yang terjadi dalam subsistem agroindustri?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pelaku-pelaku yang terlibat dalam subsistem
agroindustri di PT. Harta Mulia.
2. Untuk mengetauhui peran, fungsi serta keterkaitan subsistem agroindustri
dengan subsistem lainnya di PT. Harta Mulia.
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam subsistem
agroindustri di PT. Harta Mulia.
4. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan PT. Harta Mulia dalam
menanggulangi hambatan yang terjadi dalam subsistem agroindustri.

2
BAB II. KERANGKA TEORI

2.1. Agroindustri
Agroindustri merupakan usaha meningkatkan efisiensi faktor pertanian
hingga menjadi kegiatan yang sangat produktif melalui proses modernisasi
pertanian. Melalui modernisasi di sektor agroindustri dalam skala nasional,
penerimaan nilai tambah dapat di tingkatkan sehingga pendapatan ekspor
akan lebih besar lagi (Saragih, 2004).
Soekartawi (2000), mendefinisikan agroindustri dalam dua hal, yaitu
pertama agroindustri sebagai industri yang berbahan baku utama dari produk
pertanian dan kedua agroindustri sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai
kelanjutan dari pembangunan pertanian tetapi sebelum tahapan pembangunan
tersebut mencapai tahapan pembangunan industri. Soekartawi (2000) juga
menyebutkan bahwa agroindustri memiliki peranan yang sangat penting
dalam pembangunan pertanian. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya dalam
hal meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis, menyerap tenaga kerja,
meningkatkan perolehan devisa, dan mendorong tumbuhnya industri lain.
Meskipun peranan agroindustri sangat penting, pembangunan agroindustri
masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Terdapat beberapa permasalahan
yang dihadapi agroindustri dalam negeri, antara lain: Kurang tersedianya
bahan baku yang cukup dan continoue, kurang nyatanya peran agroindustri di
perdesaan karena masih berkonsentrasinya agroindustri di perkotaan, kurang
konsistennya kebijakan pemerintah terhadap agroindustri, kurangnya fasilitas
permodalan dan kalaupun ada prosedurnya amat ketat, keterbatasan pasar,
lemahnya infrastruktur, kurangnya perhatian terhadap penelitian dan
pengembangan, lemahnya keterkaitan industri hulu dan hilir, kualitas
produksi dan prosesing yang belum mampu bersaing, lemahnya
entrepreneurship (Soekartawi, 2000).
2.2. Kopi
Tumbuhan kopi (Coffea Sp.) termasuk familia Rubiaceae yang dikenal
mempunyai sekitar 500 jenis dengan tidak kurang dari 600 species. Genus
Coffea merupakan salah satu genus penting dengan beberapa species yang

3
mempunyai nilai ekonomi dan dikembangkan secara komersial, terutama:
Coffea arabica (dengan hibridanya), Coffea Liberica dan Coffea Canephora
(diantaranya varietas robusta) (Varnam dan Sutherland, 1994).
Ada empat jenis kopi yang dikenal, yaitu kopi arabica, kopi robusta, kopi
liberica, dan kopi excelsa. Kelompok kopi yang diketahui memiliki nilai
ekonomis dan komersial adalah kopi arabika dan kopi robusta. Sedangkan
kelompok kopi liberika dan ekselsa merupakan kopi yang kurang ekonomis
dan kurang komersial. Kopi arabika dan robusta memasok sebagian besar
perdagangan kopi global. Jenis kopi arabika ini memiliki kualitas rasa yang
tinggi dan kandungan kafein yang lebih rendah dibandingkan dengan kopi
robusta, sehingga harganya lebih mahal.Sementara kopi robusta memiliki
rasa yang lebih sedikit dibandingkan kopi arabika, kopi robusta memiliki
manfaat pada tanaman yang tahan terhadap penyakit karat daun.
Pembudidayaan kopi arabika dibatasi pada dataran tinggi yang berada di atas
1000 meter di atas permukaan laut, untuk menghindari serangan penyakit
karat kopi (Pudji Rahardjo, 2012).
Robusta adalah salah satu jenis tanaman kopi dengan nama ilmiah Coffea
Canephora. Nama robusta diambil dari kata “robust“, istilah dalam bahasa
Inggris yang artinya kuat. Minuman yang diekstrak dari biji kopi robusta
memiliki cita rasa yang kuat dan cenderung lebih pahit dibanding arabika.
Biji kopi robusta banyak digunakan sebagai bahan baku kopi siap saji
(instant), pencampur kopi racikan (blend) dan juga digunakan untuk membuat
minuman kopi berbasis susu seperti cappucino, cafe latte dan macchiato
(Panggabean, 2011).
Struktur buah kopi robusta terdiri dari kulit buah (epicarp) yang berwarna
hijau waktu masih muda dan berubah menjadi kuning lalu menjadi merah,
daging buah (mesocarp) yang berwarna putih, kulit tanduk (endocarp) yang
merupakan lapisan biji kopi yang keras, (spermoderm) kulit ari yang
membungkus biji kopi dan (endosperm) biji yang mengandung unsur, zat
rasa, dan aroma kopi. Biji kopi terdapat satu pasang pada satu buah, namun
terkadang ada yang masih mempunyai satu biji setiap buahnya. Biji Kopi

4
berbentuk bidang cembung pada punggungnya dan bidang datar pada
perutnya (Ridwansyah, 2003).
Biji kopi robusta memiliki rasa yang cenderung pahit, tidak memiliki
banyak karakter rasa dan lebih kekacang-kacangan (nutty). Bentuk biji bulat
utuh dan ukurannya lebih kecil dari kopi arabika. Kandungan kafein kopi
robusta lebih tinggi dibandingkan arabika. Harga kopi robusta lebih murah
dibandingkan kopi arabika serta cocok sebagai base atau bahan dasar
espresso atau coffe blend (Annisa, 2013).
2.3. Pasca Panen
Menurut Damardjati, D.S. dalam (Rifaldo 2021). Penanganan pasca panen
merupakan upaya sangat strategis dalam rangka mendukung peningkatan
produksi konstribusi penanganan pasca panen terhadap peningkatan produksi
dapat tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan tercapainya mutu sesuai
persyaratan mutu.
Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman tersebut dalam
kondisi baik dan sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan
baku pengolahan. Penanganan pasca panen pada komoditas perkebunan yang
ditanam dalam skala luas seperti kopi, teh, tembakau dll. Penanganan pasca
panen sering disebut pengolahan primer, yang bertujuan menyiapkan hasil
tanaman untuk industri pengolahan, perlakuannya bisa berupa pelayuan,
penjemuran, pengupasan, pencucian, fermentasi dll. (Tino, 2007).
2.4. Penanganan Pasca Panen Kopi
Secara umum terdapat dua penanganan pascapanen kopi, yaitu penanganan
pascapanen secara kering (dry) dan basah (wet). Penanganan kopi secara
kering termasuk kedalam teknik penanganan yang mudah dilakukan dan
dengan alat sederhana. Kopi yang sudah dipanen dan dipetik dilakukan
penjemuran atau pengeringan agar tidak mengalami proses kimia yang dapat
menurunkan mutu. Buah kopi dikatakan sudah kering apabila waktu diaduk
terdengan bunyi gemerisik. Pengeringan memerlukan waktu 2-3 minggu
dengan cara dijemur. Apabila udara tidak cerah, pengeringan dapat
menggunakan alat pengering mekanis. Penuntasan pengeringan sampai kadar

5
air mencapai maksimal 12,5 %. Setelah kering kemudian kopi yang sudah
kering dipisahkan dengan kulit buah, kulit tanduk dan kulit ari. Pengupasan
dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas (huller). Beberapa tipe
huller sederhana yang sering digunakan yaitu huller putar tangan (manual)
dan huller dengan penggerak motor (Rifaldo, 2021).
Penanganan pascapanen kopi secara basah memiliki mutu yang jauh lebih
bagus bila dibandingkan dengan biji kopi yang diolah secara kering. Biji kopi
yang bermutu baik adalah biji kopi yang berasal dari buah kopi yang sudah
masak atau berwarna merah saat dipanen.karena dari segi pemanenan juga
bisa mempengaruhi kualitas dari kopi yang akan diolah, sebaiknya
pemanenan kopi ini secara selektif yaitu dengan cara petik merah atau
memetik buah kopi yang sudah masak saja (Pudji Rahardjo, 2017).
Peraturan Mentri Pertanian Nomor 52 tahun 2012 mengenai Pedoman
Penanganan Pascapanen Kopi mengenai proses pengolahan kopi secara basah
adalah:
1) Pengupasan kulit buah (pulping)
Pengupasan kulit buah ini dapat dilakukan dengan menggunakan
mesin atau alat pengupas kulit buah (pulper) dengan cara air dialirkan ke
dalam silinder bersamaan dengan buah kopi yang akan dikupas kulitnya.
Setelah pengupasan kulit buah dengan mesin pulper kemudian dilakukan
pencucian lendir.
2) Fermentasi
Proses fermentasi pada umumnya dilakukan kepada kopi yang berjenis
arabika yang bertujuan untuk menguraikan lapisan lendir yang masih ada
di kulit tanduk kopi, dan juga fermentasi dapat meningkatkan citarasa
kopi pada saat diseduh. Proses fermentasi dapat dilakukan secara basah
dengan cara merendam biji kopi dalam wadah atau karung goni yang
bersih waktu fermentasi berkisar antara 12 sampai 36 jam, dengan
melakukan pembilasan setiap 12 jam.

6
3) Pencucian
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan sisa-sisa lendir yang
masih menempel pada biji kopi yang di fermentasi. Proses pencucian
dilakkan secara manual didalam bak atau ember dan misalnya kapasitas
besar perlu dibantu menggunakan mesin pencuci biji kopi.
4) Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang ada
didalam biji kopi dari kopi yang memiliki sekitar 60 persen menjadi
maksimum sampai 12,5 persen agar biji kopi relatif aman pada saat
pengemasan dalam karung dan disimpan dalam gudang pada kondisi
lingkungan tropis.
Pengeringan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
a) Penjemuran langsung dengan matahari
b) Pengeringan mekanis, dilakukan dengan cara mengoperasikan alat
pengering yang misalnya tidak bisa melakukan pengeringan
dengan matahari secara langsung.
c) Pengeringan kombinasi, pengeringan ini yaitu dengan cara
melakukan penjemuran dengan cahaya matahari hingga kadar air
pada kopi 25-27 persen, kemudian dilanjut menggunakan mesin
pengering untuk mencapai kopi dengan kadar air 12,5 persen.
5) Pengupasan kulit tanduk (hulling)
Pengupasan yang dimaksud adalah memisahkan antara biji kopi
dengan kulit tanduk sehingga menghasilkan kopi beras dengan
menggunakan mesin (huller). Kemudian pada saat pengupasan kulit
tanduk ini hanya dapat dilakukan kepada kopi yang sudah kering.
6) Sortasi
Sortasi bertujuan untuk memisahkan biji kopi sesuai ukuran, kecacatan
dan juga benda asing yang ikut bersama biji kopi tersebut. Sortasi ukuran
dapat dilakukan dengan menggunakan ayakan manual atau mekanis.
Pengelompokan mutu biji kopi didasarkan pada Standar Nasional

7
Indonesia (SNI 01-2907-2008) yang telah ditetapkan oleh Dewan
Standarisasi Nasional (DSN).
7) Pengemasan dan Penyimpanan
Pengemasan dan penyimpanan bertujuan untuk memperpanjang daya
simpan hasil. Penyimpanan biji kopi harus dikemas dengan bahan kemas
dan juga disimpan dalam ruangan yang tidak terlalu lembab, bersih dan
bebas dari bahan yang berbau asing. Kemudian penyimpanan kopi
sebaiknya tidak langsung menempel dengan permukaan lantai hal ini
disebabkan bisa terjadinya kopi yang paling bawah bisa lembab kemudian
berjamur sehingga tidak dapat dijual atau dipasarkan, jadi sebaiknya
menggunakan alas palet dengan jarak dari lantai 10 cm, dari dinding 60
cm antar tumpukan.

Pemetikan
Buah

Sortasi Buah Sortasi Buah


Manual Shipon

Buah Jelek Buah Merah


(Mengapung) Baik

Pengupasan
kulit Buah

Fermentasi
Biji

Pencucian
Biji

Pengeringan
Biji

Penggrebusa
n Biji

Sortasi Biji

Pengemasan
Biji

Gambar 1. Alur Penanganan Pascapanen Kopi Secara Basah

8
BAB III. GAMBARAN UMUM
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 25 Juni 2022 di PT. Harta
Mulia atau De Karanganjar Koffieplantage, Dsn. Karanganyar Timur, Ds.
Modangan, Kec. Nglegok, Kab. Blitar, Jawa Timur.
3.2. Teknik Pengambilan Data
Adapun metode yang dilakukan dalam praktikum ini adalah data primer
yang dilakukan dengan mengumpulkan data langsung dari sumbernya. Dalam
praktikum ini penyusun mengambil data berupa paparan dari narasumber
dengan menggunakan metode wawancara. Kemudian ada juga data sekunder
yang diperoleh dari kegiatan mereview informasi terkait penulisan masalah
yang diperoleh dari website perusahaan terkait.
3.3. PT. Harta Mulia
De Karanganjar Koffieplantage merupakan perkebunan warisan Belanda
yang dibuka sejak 1874 oleh seorang warga negara Belanda bernama H. J.
Velsink dengan nama perusahaannya Kultuur Mij Karanganjar. Sebagai
komoditi utama dipilih tanaman kopi berjenis Robusta. Selama puluhan tahun
perkebunan ini silih berganti kepemilikan di tangan orang-orang Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, Belanda pun harus angkat kaki. Perkebunan ini
sempat diakui sisi beberapa perusahaan lokal, hingga akhirnya Denny
Roshadi, pegawai perkebunan yang telah lama bekerja disini mengambil
inisiatif untuk mengelola perkebunan ini.
Pada tahun 1960 secara resmi perkebunan ini dikelola oleh Denny Roshadi
dengan nama perusahaan PT. Harta Mulia. Hingga saat ini De Karanganjar
Koffieplantage telah dikelola oleh tiga generasi keluarga Roshadi. Salah satu
pengelola yang tersohor adalah Hery Noegroho yang sempat menjabat
sebagai Bupati Blitar selama 2,5 periode. Pada tahun 2018, perkebunan kopi
ini dibuka sebagai daerah tujuan wisata dan edukasi kopi dengan nama
Keboen Kopi Karanganjar atau De Karanganjar Koffieplantage. Secara
geografis, De Karanganjar Koffieplantage sendiri memiliki ketinggian 500-

9
600 mdpl. Dimana kebun kopi ini memiliki potensi kopi yang cukup bagus,
dengan didominasi kopi Robusta dengan Exselsa.
Saat ini, peningkatan produksi kopi di Indonesia masih terhambat oleh
rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi
pengembangan produksi akhir kopi. Sedangkan pada pengolahan pasca panen
yang baik dan benar akan memberikan dampak yang baik pula bagi kualitas
sebuah komoditas. Hal ini disebabkan, karena penanganan pasca panen yang
tidak tepat. Oleh karena itu, untuk memperoleh biji kopi yang bermutu baik
maka diperlukan penanganan pasca panen yang tepat dengan melakukan
setiap tahapan secara benar.
3.4. Visi dan Misi
 Visi
Menjadi perusahaan agrobisnis dan agrowisata yang berkarakter unit
dan berdaya saing tinggi di dunia internasional.
 Misi
1) Menjaga, memelihara, mengolah, dan mengembangkan kawasan
perkebunan kopi sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME.
2) Menjaga perkebunan Kopi Karanganjar sebagai warisan Denny
Roshadi.
3) Memproduksi dan memasarkan produk hasil bumi dari kawasan
perkebunan ke pasar domestik atau internasional.
4) Menjaga kesejarahan perkebunan sebagai kekuatan sektor agrowisata.
5) Menjaga kelestarian alam dan lingkungan di sekitar perkebunan.
6) Mencerdaskan dan mensejahterakan para pekerja perkebunan.
7) Memberikan sumbangsih kepada masyarakat sekitar dalam
peningkatan taraf hidup.
8) Mendukung program pemerintah di bidang perkebunan dalam
mencukupi kebutuhan kopi.

10
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pelaku-Pelaku Dalam Subsistem Agroindustri


Pada kegiatan agroindustri di PT. Harta Mulia atau De Karanganjar
Koffieplantage, tepatnya dalam penanganan pasca panen terdapat beberapa
pelaku yang terlibat dalam pengelolaan hasil kebun kopi. Para pelaku tersebut
meliputi karyawan pada bagian pengupasan, pengeringan, pembersihan,
penyortasian, penyimpanan, dan pengemasan. Terdapat mandor dalam
subsistem agroindustri yang bertanggungjawab dalam seluruh kegiatan
agroindustri. Dimulai dari proses penyortasian hingga proses pengemasan.
Kemudian terdapat staff atau karyawan yang menjalankan setiap proses
penyortasian, pembersihan, pengupasan, perendaman, penjemuran,
penggilingan, pengemasan, dan pengemasan.
4.2. Peran, Fungsi, Serta Keterkaitan Subsistem Agroindustri Dengan
Subsistem Lain
Subsistem agroindustri pada PT. Harta Mulia atau De Karanganjar
Koffieplantage, berperan dalam memproses dan mentranformasikan, serta
menyortir bahan-bahan hasil pertanian (bahan makanan) menjadi barang-
barang setengah jadi yang langsung dapat dikonsumsi. Adapun barang atau
alat yang digunakan dalam proses produksi antara lain yaitu mesin pertanian
seperti traktor, alat sortasi, alat pengupas (pulper), huller, alat pengemasan,
dan lain-lain.
Sedangkan fungsi dari subsistem agroindustri adalah meminimalisir hasil
yang kurang memuaskan pada periode tanam selanjutnya. Selain itu juga
membina dan mengembangkan usahatani dalam rangka meningkatkan
produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah
perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani
dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada
usahatani yang intensif dan lestari (sustainable), artinya meningkatkan
produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpa
meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan
air. Disamping itu juga ditekankan usahatani yang berbentuk komersial bukan

11
usahatani yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka
(Santoso, 1999).
Dalam subsistem agroindustri sendiri sangatlah penting karena di
dalamnya terdapat proses pengolahan terlebih dahulu, yang kemudian
didistribusikan ke konsumen. Apabila subsistem ini tidak berjalan dengan
baik maka produk olahan tidak akan sampai ke tangan konsumen dengan
kualitas yang baik pula. Tak hanya itu, keberhasilan pelaksanaan operasi
subsistem usaha tani bergantung pada sarana produksi yang dihasilkan oleh
subsistem agribisnis hilir. Selanjutnya, proses produksi agribisnis hilir
bergantung pada pasokan komoditas primer yang dihasilkan oleh subsistem
usahatani.
4.3. Hambatan Yang Terjadi Dalam Subsistem Agroindustri
Masalah yang terdapat dalam subsistem agroindustri lebih terfokus dalam
kegiatan penyimpanan dan hama di gudang. Dimana penyimpanan yang tidak
benar rawan menimbulkan jamur serta gangguan hama penyakit pasca panen
yaitu PBKo atau penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei) juga
merupakan penyakit menular pada tanaman kopi yang dapat menurunkan
kualitas kopi tersebut. Tak hanya itu hama gudang juga merupakan gangguan
hama dan penyakit yang harus selalu diwaspadai dalam proses subsistem ini.
4.4. Solusi Yang Dilakukan Dalam Menanggulangi Hambatan
Penanggulangan yang dapat dilakukan pada masalah gangguan hama dan
penyakit saat pasca panen, yaitu PBKo atau penggerek buah kopi
(Hypothenemus hampei) adalah dengan merendam buah kopi selama kurang
lebih 24 jam. Sedangkan pada masalah hama gudang dapat ditanggulangi
dengan mengganti tempat packing yang awalnya karung bekas ke plastik
yang lebih besar lalu mengedapkan udaranya.

12
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Sejauh ini, pada subsistem agroindustri, tepatnya pada bagian pasca panen
di di PT. Harta Mulia atau De Karanganjar Koffieplantage, proses produksi
dan pengemasan produknya sudah cukup baik. Akan tetapi, masih ada
beberapa permasalahan yang dihadapi pada proses penyimpanan gudang,
yaitu hama gudang. Tak hanya itu, permasalahan juga terjadi pada gangguan
hama pasca panen yaitu PBKo (penggerek buah kopi). Hal tersebut dapat
diatasi dengan mengganti tempat packing yang awalnya karung bekas ke
plastik yang lebih besar lalu mengedapkan udaranya serta merendam buah
kopi selama kurang lebih 24 jam untuk menghilangkan PBKo.
Saat ini, peningkatan produksi kopi di Indonesia masih terhambat oleh
rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi
pengembangan produksi akhir kopi. Oleh karena itu, untuk memperoleh biji
kopi yang bermutu baik maka diperlukan penanganan pasca panen yang tepat
dengan melakukan setiap tahapan secara benar.
5.2. Saran
Standar operasional prosedur dalam pengelolaan kopi di PT. Harta Mulia
harus benar-benar dilaksanakan sebagai landasan utama dalam pengelolaan
pasca panen demi untuk mendapatkan kualitas, mutu dan karakteristik rasa
terbaik yang memiliki ciri khas tersendiri.

13
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, H., & Pintadi, H. 2013. Pengaruh Konsentrasi Kopi Hitam Terhadap
Perubahan Warna Pada Resin Komposit Hybrid. Insisiva Dental Journal:
Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, 2(1).
Badan Pusat Statistik. 2022. Kabupaten Blitar Dalam Angka 2022. Blitar: BPS
Kabupaten Blitar.
Kementrian Pertanian. 2016. Pedoman Penanganan Pascapanen Kopi. Peraturan
Menteri Pertanian No 52. 2012.
Ramawati, R., & Soedarto, T. 2020. Pengolahan Kopi dan Analisis Nilai Tambah
Kopi Robusta di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan. Berkala Ilmiah
Agridevina, 8(2), 135-144.
Ridwansyah, S. 2003. Pengolahan Kopi. Medan: Universitas Sumatra Utara
Digital Library.
Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Santoso, B . 1999 .Pendugaan Fungsi Keuntungan dan Skala pada Usahatani Kopi
Rakyat di Lampung. Pusat Penelitian Agro Ekonomi Bogor.
Saragih, B. 2004. Membangun Pertanian dalam Perspektif Agrobisnis dalam
Ruang. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta: PT. Argo Media Utama.
Rifaldo, R. 2021. Hubungan Persepsi Petani Dengan Peran Kelompok Tani
Dalam Penanganan Pascapanen Kopi Secara Basah (Wet
Process). (Doctoral Dissertation, Universitas Siliwangi).
Tino, M. 2007. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. In Workshop Pemandu
Lapangan I (LP-I) Sekolah Lapangan Dan Pemasaran Hasil Pertanian
(SL-PPHP), Universitas Padjajaran, Fakultas Pertanian, Bandung.
Varnam, A. H., & Sutherland, J. P. 1994. Coffee. In Beverages. Springer, Boston,
MA.
Wahyudi, E., M, R., & Suswatiningsih, T. E. 2018. Perkembangan Perkebunan
Kopi di Indonesia. Jurnal Masepi, 3(1).

14
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi

15

Anda mungkin juga menyukai