Askep Icu12
Askep Icu12
DI SUSUN OLEH:
NAMA : NOVITA
NIM : 2115101
KELOMPOK : 8
CI LAHAN CI INSTITUSI
( Sulfiana,S.Kep,Ns. ) (Dr.Muh.Ridwan,S.Kep,Ns,M.Kes
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium seperti:
pemeriksaan urin (volumenya biasanya< 400 ml/jam atau oliguria atau
urin tidak ada/anuria, perubahan warna urin bisa disebabkan karena ada
pus/darah/bakteri/lemak/partikel koloid/miglobin, berat jenis <1.015
menunjukkan gagal ginjal, osmolalitas<350 menunjukkan kerusakan
tubular), pemeriksaan kliren kreatinin mungkin agak turun, pemeriksaan
natrium, pemeriksaan protein, dan pemeriksaan darah (kreatinin, sel darah
merah, Hitung darah lengkap, glukosa darah acak) Pemeriksaan radiologi
terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi ginjal, biopsy ginjal, endoskopi
ginjal, Elektrokardiogram (EKG), Kidney ureter bladder (KUB) foto
(untuk menunjukkan ukuran ginjal), arteriogram ginjal (mengkaji sirkulasi
ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler, massa), pyelogram retrogad
(untuk menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal), sistouretrogram
(berkemih untuk menunjukkan ukuran kandung kemih, refluk kedalam
ureter, dan retensi) (Nuari, 2017).
2. Penyimpanan kdm
Tindakan invasif
berulang
Hipernatrea
Injury jaringan retensi
cairan
Ansietas ekspansi
paru turun
Dyp
nie
Stress ulcer
POLA NAFAS
TIDAK
HCL meningkat EFEKTIF
MUAL,MUNTAH
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan penyakit gagal
ginja kronis yaitu:
1. Ketakstabilan kadar glukosa darah b.d. disfungsi pankreas, retensi
insulin, gangguan toleransi glukosa darah, gangguan glukosa darah
puasa, d.d. kadar glukosa dalam darah/ urine tinggi, lelah atau lesu
2. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan, hambatan upaya
napas, penurunan energi, gannguan neuromuskular, kecemasan, efek
agen farmakologi, deformitas dinding dada d.i.d penggunaan oto bantu
pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola napas abnormal ( mis.
Takipnea, bradipnena, pernapasan cuping hidung, kapasitas menurun,
tekanan inspirasi menurun, dipsnea.
3. Nausea b.d distensi lambung, iritasi lambung, gangguan pankreas,
pereganggan kapsul limpa, d.i.d mengeluh mual, merasa ingin muntah,
tidak berminat makan, saliva meningkat, pucat, diaforesis, takikardi,
pupil dilatasi, sering menelan.
4. Perencanaan
Diagnosa SLKI SIKI
Ketidakstabilan Setelah dilakukan intervensi Manajemen hiperglikemia
kadar glukosa darah kepewatan selama 3 kali 24 jam Observasi
maka ketidakstabilan kadar glukosa 1. Identifikasi kemungkinan
darah meningkat dengan kriteria penyebab hiperglikemia
hasil: 2. monitor kadar glukosa
1. Koordinasi meningkat darah
2. Tingkat kesadaran meningkat 3. Monitor intake dan output
3. Mengantuk cukup menurun cairan
4. Kadar glokosa dalam darah 4. Monitor keton urine
membaik Terapeutik
5. Rasa lapar menurun 1. Berikan asupan oral
6. Mulut kering nmenurun
7. Palpitasi membaik 2. fasilitasi ambulasi jika ada
8. Jumlah urine membaik hipotensi
edukasi
1. anjurkan menghindari
olaraga saat glukosa darah
meningkat
2. anjurka memonitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
3. ajarkan pengelolaan
diabetes
kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
insulin
2. kolaborasi pemberian
cairan iv
3. kolaborasi pemberian
kalium
5. Implementasi
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan
keperawatan.Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu
pasien memenuhi kriteria hasil. Dalam implementasi terdapat tiga komponen
tahap implementasi, yaitu: tindakan keperawatan mandiri, tindakan
keperawatan kolaboratif, dan dokumentasi tindakan keperawatan dan respons
pasien terhadap asuhan keperawatan (Allen, 1998).
6. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnyasecara umum, evaluasi
ditujukan untuk melihat dan menilai kemampuan pasien dalam mencapai
tujuan, menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum,
mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai. Evaluasi
terbagi menjadi dua jenis.
yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada
aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan, dirumuskan
dengan empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, subyektif(data
berupa keluhan pasien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(pembandingan data dengan teori), perencanaan. Sedangkan evaluasi sumatif
adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan
selesai dilakukan (Asmadi, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Ackley, B. J., Ldwig, G. B., & Makic, M.B.F. (2017). Nursing diagnosis
handbook, An avidence- based guide to plannig care. 11 Ed. `3
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2015). Kozier & Erbs's
fundamentals of nursing:concept, process, and practice. 10 Ed. USA:
Pearson Education Inc. Bostick, J.E.,
Riggs, C. J., & Rantz, M. J. (2003). Quality measurement in nursing: an
update of where we are now. J Nurs Care Qual. 18(2): 94-104.
Carpenito, LJ (2013). Nursing diagnosis: application to clinical practice.14
Philadelphia: Wolter Kluwer - Lippincott Williams & Wilkins.
Christensen, P. J., & Kenney, J. W. (2009). Proses keperawatan, aplikasi
model konseptual (terj. dari nursing process: application of
conceptual models. 4Ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Clark,D.J. (1999). A Language for Nursing. Nursing Standard, 13 (31), 42-
47. Doenges, M. & Moorhouse, M. F. & Murr, A. C. (2013). Nursing
diagnosis manual: planning, individualizing and documenting client
care. Philadelpia: F. A. Davis