2.3.13.2 Pedoman Manajemen Risiko SDM

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO

UPTD PUSKESMAS SIDAMULYA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rakhmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyusun Pedoman Manajemen Resiko UPTD Puskesmas Sidamulya tahun 2019.
Pedoman ini kami susun sebagai upaya untuk memberikan acuan dan dasar Tim Manjemen
Resiko di UPTD Puskesmas Sidamulya untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan terkait
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan Puskesmas yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan
petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan “bisnis” Puskesmas yang terkait dengan kelangsungan hidup
Puskesmas.
Pada kesempatan ini perkenankan kami sampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi
kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan Pedoman Manajemen Resiko
UPTD Puskesmas Sidamulya. Semoga pedoman ini dapat mempermudah Tim Manjemen
Resiko dalam melaksanakan kegiatan.

Astanajapura, 02 Januari 2019


Kepala UPTD Puskesmas Sidamulya,

YATI FIRONIKE, SKM


NIP. 19700604 199103 2 008
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan Puskesmas
Ada lima isu penting terkait dengan keselamatan (safety) Puskesmas yaitu :
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan Puskesmas yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” Puskesmas
yang terkait dengan kelangsungan hidup Puskesmas . Kelima aspek keselamatan
Puskesmas tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap Puskesmas , yang
harus dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi.
Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan berbahaya,
beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin canggih dan
berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang
memberikan pelayanan . Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak
dikelola dengan baik, berisiko menimbulkan insiden.Karena itu UPTD Puskesmas
Sidamulya perlu melakukan pengelolaan risiko dalam suatu manajemen risiko yang
professional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat diminimalisasi dan
dicegah sedini mungkin.

B.Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di UPTD Puskesmas
Sidamulya

C.Sasaran
1.Tersedianya pedoman manajemen risiko
2.Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada pimpinan unit
layanan fungsional dan manajerial serta pegawai UPTD Puskesmas Sidamulya.

D.Ruang Lingkup
1. Risiko terhadap pasien terkait pelayanan
 Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien.
 Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
 Kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai.
 Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan
 Pasien diberitahu tentang risiko
 Pengobatan yang nondiskriminatif.
 Perlindungan barang berharga pasien dari kerugian atau kerusakan
2. Risiko terhadap staf medis
 Apakah telah dilakukan kredensial terhadap staf medis ?
 Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur baku ?
 Apakah pasien dikelola dengan benar?
 Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih?
3. Risiko terhadap staf/ pegawai
 Menjaga lingkungan yang aman.
 Kebijakan kesehatan pegawai.
4. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/ asset Puskesmas
 Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll
 Catatan rekam medik pasien non-elektronik , dan catatan keuangan, dilindungi
dari kerusakan atau perusakan.
Ikatan kerja sama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari kerugian
5. Risiko terhadap keuangan
6. Risiko-risiko lain
 Manajemen bahan berbahaya lainnya: kimia, radioaktif, bahan biologis menular,
manajemen limbah.

E. Batasan Operasional
1. Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan
strategi,untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan pada manusia, sarana
prasarana fasilitas dan keuangan Puskesmas melalui identifikasi dan penilaian
potensi kehilangan asset Puskesmas dan melakukan seleksi sesuai asumsi
kerugian, transfer, mekanisme pengendalian dan pencegahan.
2. Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan menerapkan
secara langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak diharapkan.
3. Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan
menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau
meminimalkan dampaknya.
4. Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah terjadi
(reaktif) dan potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen risiko
terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan pasien, melalui revisi
pengembangan proses, fungsi dan layanan.
5. Untuk mengurangi mortality dan morbidity, dengan memperbaiki pelayanan
kepada pasien,melalui identifikasi dan analisa, untuk mengurangi risiko yang
dapat mencegah pasien dari cedera atau kecacatan terkait keselamatan pasien.
6. Untuk meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah penyimpangan hasil
melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi dan berkesinambungan untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
7. Untuk melindungi orang dan asset serta keuangan Puskesmas akibat kehilangan
karena terjadinya insiden, akibat manajemen yang tidak efektif, dengan
meningkatkan perbaikan berkesinambungan pada proses pelayanan pasien
melalui lingkungan yang diciptakan dengan aman.
8. Satuan tugas manajemen resiko adalah bagian dari struktur manajemen puncak
dibawah Kepala. Tugasnya adalah mencegah kerugian (loss prevention)
misalnya dengan inspeksi keamanan, pendidikan karyawan, analisa statistik
tentang sumber potensial klaim dan mengendalikan kerugian (loss control),
dengan cara mengidentifikasi, investigasi, mengevaluasi, memonitor, mengukur,
menangani klaim dan mengatasi risiko yang terkait dengan sumber daya
manusia, sistem prosedur, pengawasan internal maupun gabungannya.
9. Tugas satuan tugas manajemen resiko sebagai berikut :
a. Mencegah dan mengurangi kerugian sebagai berikut :
b. Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan insiden,
rujukan staf,tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan pasien.
c. Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan unit
layanan terkait seperti: manajemen mutu, kepelayanan, staf medis dan
kontrol infeksi.
d. Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola
manajemen risiko
e. Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi risiko
seperti informed consent, kerahasiaan dan penanganan kejadian sentinel.
10. Tanggung jawab satuan tugas manajemen resiko dibagi dalam enam bagian:
a. Pengurangan dan pencegahan kehilangan
b. Manajemen klaim
c. Pembiayaan risiko
d. Pelaksanaan akreditasi dan kebijakan
e. Pelaksanaan manajemen risiko
f. Etika

Jenis-jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut:


1. Kejadian sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius sebagai berikut (Standar Akreditasi Internasional RS – JCI ) :
a. Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien
atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh bunuh diri)
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya.
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.
d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain yang bukan orang
tuanya.
2. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
3. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinyainsiden yang
belum sampai terpapar ke pasien.
5. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yangsangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kwalifikasi sumber daya manusia


Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon selaku pemilik puskesmas : memiliki
tanggung-jawab utama menjamin penyediaan lingkungan yang aman untuk
memberikan pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon
mendelegasikan kewenangan kepada Kepala UPTD Puskesmas Sidamulya untuk
membentuk organisasi manajemen risiko yang komprehensif dan berperan secara
luas. Kepala UPTD Puskesmas Sidamulya menugaskan kepada Tim Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien untuk membentuk satuan tugas manajemen resiko
masuk dalam struktur Tim PMKP. Satuan tugas manajemen resiko bertanggung
jawab mengkoordinasikan kegiatan manajemen risiko dengan Kepala Puskesmas,
semua anggota staf medis, semua pegawai dan dengan pihak luar Puskesmas.

B. Distribusi Ketenagaan
Manajemen risiko profesional perlu menetapkan mekanisme komunikasi dengan
orang-orang kunci dalam organisasi:
 Kepala Puskesmas berfungsi sebagai pembuat keputusan untuk berbagai
kegiatan penting dalam program manajemen risiko.
 Pimpinan Unit Kesehatan Perorangan (UKP), dr. Farida Zahrha, berfungsi
sebagai penghubung antara program manajemen risiko dan staf medis, membantu
manajemen risiko dalam koordinasi kepada para dokter, untuk memastikan bahwa
organisasi melakukan clinical appointment staf medis, kredensial, cilinical privilege
dan prosedur disiplin telah dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
 Bagian Keuangan, Cecep Husni Kurniawan, S Kep Ners, bertanggung-jawab dalam
pembiayaan dan memberikan informasi yang berharga untuk program manajemen
risiko, mengawasi operasi keuangan sesuai dengan dana yang ada dan
mengawasi kinerja analisis keuangan Puskesmas .
 Bagian Umum dan Kepegawaian, Uci Sanusi S Kep, Ners dan Ati Rosmiati,
bertanggung jawab untuk mengembangkan efektifitas uraian tugas dan proses
penilaian kinerja, pemeriksaan latar belakang pegawai dan uji kompetensi,
verifikasi izin dan sertifikasi, pemberian cuti pegawai dan pemeriksaan kesehatan
pegawai secara berkala yang semuanya penting untuk mencegah serta melindungi
staf medis yang melakukan tindakan/ pelayanan.
 Ketua K3 Puskesmas, M. Ibrahim, A Md Kep, memiliki tanggung jawab utama
membantu manajemen risiko dalam melakukan fire safety, manajemen bahan
berbahaya, kesiapsiagaan darurat dan keselamatan staf.
 Ketua Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien, Rani Afrianti, S Tr.
Keb, memiliki tanggung jawab utama membantu manajemen risiko dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan keselamatan pasien
C. Jadwal Kegiatan
NO. KEGIATAN BULAN KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 IDENTIFIKASI √
RESIKO
2 REVIEW √ √ √ √
KINERJA
PELAKSANA
LAYANAN DAN
KEGIATAN
3 MENINJAU √
KEBIJAKAN
4 INVESTIGAS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ SESUAI KEBUTUHAN
KTD
5 PENANGANAN √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ SESUAI PRIORITAS
KELUHAN
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
PAGAR TEMBOK
DENAH RUANG PUSKESMAS SIDAMULYA
PAGAR TEMBOK PAGAR TEMBOK
EDISI
DESEMBER
2018 U
KM.
/WC R. RAPAT

PAKIR
MOTOR
PASIEN
PAGAR
KM LK WC R. VAKSIN BP UMUM R. GIGI R. BP USILA BAJA

GUDANG R. R. TUNGGU
6 7 8 9
TAMPUNGAN
LIMBAH CAIR
WASTAFEL
WC
KM
R.TB /
KUSTA
10 OBAT RACIK OBAT TAMAN

TAMPUNGAN
PR/JOMP
O
OBAT LUAR
LIMBAH RT DARI
WC
11
R. TUNGGU PIO PLANG
A R.
LAB KONSELING K T M P R. TUNGGU PKM
5
E
A TERPADU E
O D A L
N
D
R D O
L A M . R
K
A
F
N
WC GUDANG A N A
E
T
T
KM
R. ADM
E A

O
KARY
M N C
R
A R. TUNGGU CS
O
N R.
G T.
WUD TIND. PAKIR
T BAJA
A
LU UMU MOTOR
N 4 R. M
R. SUI PASIEN
P T. WUDLU GIZI
A M
U R. KAPUS R. MTBS R. BERSALIN
P
A S B
MUSH R. DATA DAN 2 TAMAN
G
A
R
H
O
A
R
OLLA ADMINISTRASI KM R. KIA 3 1 LUAR
L U WC R. KB
L
A T. PARKIR MOTOR
KARYAWAN

PARKIR AMBULAN

LAHAN KOSONG
T.
T. PARKIR MOTOR
T. PARKIR MOTOR
PEMBU
ANGAN
KARY KARY
SAMPA
WAHANA
H
PADAT
BERMAIN ANAK
Cat :
atau : PINTU
: Wastafel
PAGAR TEMBOK : WC

B. Standar Fasilitas
Sarana :
1. Ruang Tindakan umum,
2. Ruang tindakan kebidanan,
3. Ruang MTBS,
4. Ruang KIA-KB,
5. Ruang Konsultasi Gizi,
6. Ruang menyusui,
7. Ruang Laboratorium,
8. Ruang TB dan Kusta,
9. Ruang Vaksin,
10. Ruang BP Umum,
11. Ruang Pemeriksaan Gigi mulut,
12. Ruang USILA,
13. R. Farmasi
Prasarana :
1. Tabung APAR : 4 tabung
2. Oksigen : 4 tabung
3. Standar Infus : 2 buah
4. Genset : 2 unit
Perbekalan Obat dan BMHP dibagian Farmasi cukup
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Tipe Insiden :
1. Administrasi Klinis
2. Proses / Prosedur klinis
3. Dokumentasi
4. Proses Medikasi / Cairan Infus
5. Oxigen
6. Alat Medis
7. Perilaku pasien
8. Pasien jatuh
9. Pasien Kecelakaan
10. Infrastruktur / Sarana / Bangunan
11. Sumber daya / Manajemen
12. Laboratorium
B. Metode observasi, dokumentasi dan interview (wawancara).
C. Langkah Kegiatan
Manajemen risiko merupakan proses yang berkesinambungan dan
berkelanjutan. Risiko mungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan
organisasi yang terus-menerus berubah dan harus diidentifikasi.

Risks
Register

Establish and context

Identify risks
Communicate and consult

Analyse the risks


Monitor and review
Asses
Risks

Evaluate the risks

Treat the risks


Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:
1. Tetapkan konteks.
2. Identifikasi risiko.
3. Analisis risiko.
4. Evaluasi risiko.
Asesmen risiko
5. Kelola risiko.
Risk Management Process
1. Langkah kegiatan
1. TETAPKAN KONTEKS
Pada tahapan ini:
 Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan Puskesmas dan
strategi program manajemen risiko layanan kesehatan yang efektif.
 Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses manajemen
risiko harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko dan konsekuensi potensial
yang dapat timbul dari pengaruh internal dan eksternal.
Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter kegiatan, atau bagian
dari organisasi Puskesmas dimana proses manajemen risiko sedang diterapkan,
harus ditetapkan. Proses harus dipertimbangkan dengan seksama sesuai kebutuhan
untuk menyeimbangkan biaya, manfaat dan peluang. Perlu ditentukan pula
kebutuhan sumberdaya dan catatan yang harus didokumentasikan dan dipelihara.
Ketika menentukan ruang lingkup program manajemen resiko secara mendalam,
harus dipertimbangkan apakah proses manajemen risiko mencakup pelayanan yang
banyak masalah, atau terbatas pada area praktik klinis spesifiik, unit pelayanan,
fungsi, atau area proyek.

2. IDENTIFIKASI RISIKO.
Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman sistem
kesehatan, organisasi Puskesmas , unit pelayanan Puskesmas , atau pasien.
Identifikasi risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola menggunakan
proses sistematis yang terstruktur dengan baik, karena potensi risiko yang tidak
diidentifikasi pada tahap ini akan dik ecualikan dari analisis dan pelayanan lebih
lanjut. Semua materi risiko harus diidentifikasi, apakah mereka berada di bawah
kontrol organisasi manajemen risiko.
Dari waktu ke waktu, semua risiko yang signifikan di tingkat nasional (sistem
kesehatan), tingkat Puskesmas , unit pelayanan atau tingkat tim harus diidentifikasi,
dinilai, dikelola dan dipantau. Untuk memulai proses, perludilakukan identifikasi dan
penentuan prioritas risiko pelayanan kesehatan internal dan eksternal yang dapat
menimbulkan ancaman.
Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari para eksekutif
layanan kesehatan terhadap komponen-komponen berikut:
1. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian;
2. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau stakeholder internal /
eksternal;
3. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insidendi Puskesmas
atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan Puskesmas .
4. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau bahaya
dan insiden yang terjadi;
5. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.
Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko
tidak akan efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Satuan tugas manajemen
resikodapat menggunakan berbagai informasi untuk mengidentifikasi potensi risiko.
Identifikasi risiko dapat dilakukan secara reaktif dan proaktif.
Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai seperti:
 Daftar keluhan pasien,
 Hasil survei kepuasan,
 Diskusi dengan pimpinan unit layanan serta staf dan mitra kerja
 Laporan insiden.

3. ANALISIS RISIKO.
Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi.Organisasi manajemen risiko
harus melakukan analisa secara sistematis terhadap system kesehatan, organisasi
Puskesmas , unit pelayanan dan semua iunit layanan, untuk memahami risiko,
mengidentifikasi tugas agar dapat menentukan tindakan lebih lanjut.
Perlu proses sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat
risiko, memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta
menyediakan data untuk membantu evaluasi dan pelayanan.
Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian keuangan akan
menjadi prioritas intervensi. Makin besar kerugian yang akan terjadi, makin segera
tindakanharus dilakukan. Analisis dilakukan dengan melakukan risk grading/
tingkatan risiko untuk menentukan keparahan dari tiap risiko dengan cara memeriksa
kecenderungan terjadinya risiko dan akibatnya bila hal ini terjadi.
Analisis risiko harusmempertimbangkan bahwa telah adakontrol atasrisiko saat ini,
termasuk kemungkinan keparahan apabila risiko tersebut muncul menjadi sebuah
insiden (risiko yang potensial menjadi insiden),dan kemungkinan terjadinya insiden.
Penilaian dan rangking risiko dilakukan menggunakan kategori kemungkinan dan
konsekuensi.
Lihat tabel kategori dan matriks penilaian risiko
Tingkat Deskripsi Dampak
Resiko
1 Tdak Tidak ada cidera
signifikan
2 Ringan Dapat diatasi dengan pertolongan pertama
Kerugian keuangan sedang
3 Sedang Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis atau
intelektual secara semipermanen/reversibel/tidak
berhubungan dengan penyakit
Setiap kasus yang memperpanjang perawatan
4 Berat Cedera luas
Kehilangan fungsi utama permanen
(motorik,sensorik,psikologis,intelektual),permanen/irrevesib
el/tidak berhubungan dengan penyakit
Kerugian keuangan besar
5 Katastropik Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan
penyakit
Kerugian keuangan sangat besar

Risk Grading Matrix ( Matriks Derajat Resiko )


Dampak
Tidak Ringan Sedang Berat Katastropik
Frekuensi signifikan 2 3 4 5
1
Sangat Sedang Sedang Tinggi Ekstrim Ekstrim
sering
(Tiap mg/bl)
5
Sering Sedang Sedang Tinggi Ekstrim Ekstrim
(bbrp x/th)
4
Mungkin Rendah Sedang Tinggi Ekstrim Ekstrim
(1-2 th/x)
3
Jarang Rendah Rendah Sedang Tinggi Ekstrim
(3-5 th/x)
2
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Ekstrim
jarang
(>5th/x)
1
MATRIKS GRADING RISIKO
Probabilitas/ Frekuensi Kejadian
Level Frekuensi Kejadian Aktual
1. Sangat jarang Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
2. Jarang Dapat terjadi dalam 2-5 tahun
3. Mungkin Dapat terjadi tiap 1-2 tahun
4. Sering Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun
5. Sangat sering Terjadi dalam minggu/ bulan
Keterangan warna (tindak lanjut yang dilakukan):
Pita biru: Dapat diatasi dengan prosedur rutin, dilakukan Investigasi sederhana
Pita hijau: Manajer/ pimpinan klinik harus menilai dampak terhadap biaya mengatasi
risiko dengan supervisi dan dilakukan Investigasi sederhana.
Pita kuning: Dilakukan RCA dan dimonitoring oleh Ketua Tim PMKP
Pita merah: Dilaporkan segera ke Kepala Puskesmas dan lakukan RCA

4. EVALUASI DAN RANGKING RISIKO.


Mengevaluasi risiko dan membandingkan kriteria risiko yang diterima untuk
dikembangkan dalam daftar prioritas risiko yang akan ditindak lanjuti.Melakukan
evaluasi risiko dan prioritas risiko dengan cara membandingkan tingkat risiko yang
ditemukan selama analisis dengan kriteria risiko yang ditentukan sebelumnya, dan
mengembangkan daftarprioritas risiko untuk menentukan tindak lanjut.
Saat menyusun evaluasi kriteria layanan kesehatan, harus dilakukan identifikasi
untuk menentukan tingkat risiko secara internal maupun eksternal yang siap diterima
puskesmas.Kriteria risiko digunakan untuk menilai dan menentukan peringkat risiko,
yang menunjukkan bahwa bila risiko diterima puskesmas, maka harus berhasil
dilaksanakan.
Dalam mengevaluasi kriteria risiko mungkin dipengaruhi oleh persepsi internal,
eksternal dan persyaratan hukum.
Penentuan kriteria sejak awal merupakan hal yang sangat penting.
Lihat tabel asesmen risiko.

5. PENGELOLAAN RISIKO.
Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya memperbaiki
alat yang rusak, memberikan pendidikan pada staf medis yang belum mendapatkan
edukasi tentang prosedur pengoperasian alat. Bila risiko tidak dapat dieliminasi,
maka perlu dicari teknik lain untuk menurunkan risiko kerugian.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisa risiko, maka satuan tugas manajemen
resiko harus menangani dan mengendalikan risiko tersebut.
Secara umum langkah – langkah kegiatan manajemen resiko yaitu :
a. Investigasi Sederhana
Dilakukan oleh atasan langsung bila pita/ bands grading risiko berwarna biru atau
hijau.
Langkah-langkah melakukan investigasi sederhana:
1. Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan interview (wawancara).
2. Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why :
 Penyebab langsung (immediate/ direct cause): penyebab yang berhubungan
langsung dengan insiden/ dampak terhadap pasien.
 Akar masalah (root cause): penyebab yang melatarbelakangi penyebab
langsung (underlying cause).
3. Rekomendasi: tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan
4. Tindakan yang akan dilakukan: tentukan penanggung jawab dan tanggal
pelaksanaan
b. Investigasi Komprehensif / Root Cause Analysis
Langkah-Langkah RCA/ Analisa Akar Masalah :
1. Identifikasi Insiden yang akan di investigasi
2. Tentukan Tim Investigator
3. Kumpulkan data & informasi
 Observasi
 Dokumentasi
 Interview
4. Petakan Kronologi kejadian
 Narrative Chronology,
 Timeline,
 Tabular Timeline,
 Time Person Grid.
5. Identifikasi CMP ( Care Management Problem )
 ( Brainstorming, Brainwriting )
6. Analisis Informasi
 5 Why’s,
 Analisis Perubahan
 Analisis Penghalang
 Fish Bone / Analisis Tulang Ikan
7. Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk Improvement
c. CONTOH TABEL BERKAITAN DENGAN PELAPORAN MANJEMEN RESIKO
1. Tabel Identifikasi Resiko
RESIKO PJ
WAKTU / UPAYA / IDENTIFIKASI KEPADA /
NO. PENYEBAB
TANGGAL KEGIATAN RESIKO BERDAMPAK
PADA

2. Tabel Analisis Resiko


WAKTU / ANALISIS TINDAK PEMECAHA PJ
NO. MASALAH
TANGGAL RESIKO LANJUT N MASALAH

3. Tabel Rencana Pencegahan Dan Minimalisasi Resiko


RENC
MAS PENANG INDIKA
NO PENYE ANA TUJU SASA PELAKS
ALA GUNG TOR
. BAB KEGIA AN RAN ANA
H JAWAB HASIL
TAN

4. Tabel Hasil Evaluasi


WAKTU
NO. KEGIATAN HASIL ANALISA
PELAKSANAAN

5. Tabel Bukti Pelaporan Evaluasi


TANDA
INDIKATOR HASIL
KEGI TUJU SASAR TARG TANGAN
NO. KEBERHASI PELAKSAN
ATAN AN AN ET PELAKS
LAN AAN
ANA

6. Tabel Analisa dan upaya meminimalkan resiko


UPAYA
JENIS HASIL
NO. TANGGAL MEMINIMALKAN KETERANGAN
RESIKO ANALISA
RESIKO
BAB V
LOGISTIK

Logistik yang harus ada dalam penatalaksanaan manajemen Resiko antara


lain:
1. Arsip / Dokumen terkendali
2. Prosedur klinis
3. Arsip Dokumentasi
4. Prosedur Operasional ( SOP )
5. Alat Medis
6. Obat dan BMHP
7. Antidotum
8. Petugas penangan resiko
9. Standar Laboratorium
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Tujuan umum laporan insiden (KKP Puskesmas) adalah menurunnya Insiden


Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi Potensial cedera (KPC) untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Tujuan Khusus Laporan Insiden (KKP Puskesmas) :
1) Puskesmas (Internal)
a. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden di Puskesmas.
b. Diketahui penyebab insiden sampai pada akar masalah
c. Pembelajaran dan perbaikan asuhan kepada pasien untuk mencegah kejadian
yang sama terulang kembali
2) KKP-RS (Eksternal)
a. Diperolehnya data peta nasional angka insiden
b. Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien bagi
puskesmas lain.
c. Ditetapkannya langkah2 praktis.
Siapa yang bertanggung jawab dalam pelaporan insiden?
 Staf Puskesmas yang pertama menemukan kejadian
 Staf Puskesmas yang terlibat dengan kejadian atau supervisornya.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Diperuntukkan bagi :
1. Petugas / karyawan
a. Administrasi, selalu mengarsipkan laporan, ada dokumentasi saat
pelaksanaan, bekerja sesuai tugas pokok fungsi dan tugas tambahan.
b. Keuangan dan Asset dengan membuat POA sebagai pedoman pelaksanaan
kegiatan keuangan dan Asset, ada bukti pengadaan yang sah, kesesuaian
antar kwantitas dan kwalitas
c. Keselamatan klinis petugas , mengutamakan keselamatan diri dengan
penggunaan APD, menjaga efek radiasi komputer dll
2. Pasien
Tidak tertukar identitas ataupun obat, resiko jatuh berkurang
3. Lingkungan
Tidak tercemar dari akibat kegiatan Puskesmas
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Memantau dan meninjau risiko yang sedang berjalan, penting untuk


memastikan bahwa rencana organisasi manajemen risiko puskesmas tetap
relevan. Mengingat bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan
“kemungkinan dan dampak risiko” setiap saat, maka manajemen risiko harus
melakukan pemantauan berulang kali, serta meninjau kembali setiap
langkahdalam proses manajemen risiko. Penentuan prioritas risiko dan
perencanaan kegiatan, memperhitungkan laporan insiden internal, informasi
audit, keluhan dan isu-isu perorangan, serta persyaratan dan panduan tingkat
nasional.
Pimpinan unit layanan secara sistematis harus menyusun prioritas risiko
menurut keparahan risiko (sesuai warna/ bands risiko), dan melakukan kontrol di
tingkat unit layanan.Tindak lanjut dilakukan oleh manajer level tertentu
tergantung tingkat keparahan risiko (sesuai warna/ bands risiko).
Tujuan utama pemantauan adalah:
1. Untuk mengembangkan sebuah daftar risiko (risk register) secara komprehensif
yang diprioritaskan untuk membuat rencana tindakan terhadap risiko yang signifikan
dan moderat.
2. Untuk mengembangkan daftar risiko internal dan rencana kegiatan untuk semua
unit layanan.
3. Untuk mengembangkan profil utama risiko dan risiko signifikan yang mungkin timbul
dari kegiatan puskesmas serta untuk menganalisis risiko yang berdampak terhadap
keuangan, kemungkinan risiko yang mungkin muncul menjadi insiden dan
kemungkinan untuk mengontrol.
BAB IX
PENUTUP

Demikian Pedoman Manajemen Resiko ini disusun dalam upaya menekan


dampak negatif yang ditimbulkan dalam kegiatan dan pelayana di UPTD
Puskesmas Sidamulya. Yang berkaitan dengan kajian, Kebijakan , prosedur yang
perlu perbaikan akan dilaksanakan setiap tahun oleh UPTD Puskesmas
Sidamulya dengan bimbingan dan pembinaan Dinas Kesehatan Kabupaten
Cirebon.

Anda mungkin juga menyukai