Anda di halaman 1dari 22

BAHAN AJAR

“ANALISIS USAHA PRODUKSI PENGOLAHAN HASIL UBI


KAYU DAN UBI JALAR”

Disampaikan dalam Pelatihan Pengolahan Hasil Ubi Kayu dan Ubi Jalar
Bagi Penyuluh Pertanian di BBPP Ketindan dengan Metode Blended Learning

DISUSUN OLEH:
NINING HARIYANI, S.P.,M.P.
Widyaiswara Ahli Muda

KEMENTERIAN PERTANIAN RI
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN KETINDAN
MALANG
2022

Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP


0
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan bimbinganNya penyusunan bahan pelatihan dengan judul “analisis usaha
produksi pengolahan hasil ubi kayu dan ubi jalar” dapat terselesaikan.
Bahan pelatihan ini memberikan informasi tentang analisis usahatani
pengolahan hasil ubi kayu dan ubi jalar, sehingga dapat digunakan sebagai panduan
dalam proses pembelajaran di kelas dan acuan widyaiswara dalam melaksanakan
proses pembelajaran pada kegiatan “Pelatihan Pengolahan Hasil Ubi Kayu dan Ubi
Jalar” Metode Blended Learning di BBPP Ketindan.
Peserta perlu dibekali dengan materi ini agar dapat melakukan analisis
usahatani, sehingga dapat mengetahui kelayakan usahatani pengolahan hasil ubi
kayu dan ubi jalar secara finansial. Bahan pelatihan ini disusun secara praktis dan
terperinci agar memudahkan peserta dalam proses pembelajaran dan telah
mengalami revisi (perbaikan) dari bahan pelatihan sebelumnya, sehingga peserta
dapat menyampaikan kepada petani di wilayah kerjanya masing-masing.
Kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempunaan
bahan pelatihan ini sehinggga dapat dikembangkan pada Pelatihan yang akan
datang. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan bahan pelatihan ini. Semoga dengan tersusunnya
bahan pelatihan ini, kegiatan Pelatihan dapat terlaksana dengan baik, dan dapat
mempermudah widyaiswara dan peserta Pelatihan dalam proses pembelajaran. Akhir
kata, semoga bahan pelatihan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Ketindan, Juni 2022

Widyaiswara Ahli Madya,

Nining Hariyani, S.P.,M.P.


NIP. 19831030 200501 2 002

Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP


1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya sumberdaya alam
khususnya komoditas pertanian. Secara fisik, komoditas pertanian menghadapi
berbagai macam kendala mulai dari aspek budidaya di lapangan hingga tahap
akhir pengolahan hasil pertanian. Selain itu, produk pertanian juga merupakan
produk musiman dan mudah rusak pada saat proses pemanenan dan
pengemasan, oleh karena itu memerlukan penanganan melalui teknologi hasil
pertanian agar tidak terjadi penurunan mutu/kualitas hasil panen.
Penurunan mutu hasil panen umumnya dikarenakan sifat bahan dan
kurangnya pemahaman tentang hasil produk pertanian yang dapat
dimanfaatkan lebih lanjut dengan pengolahan hasil pertanian. Penerapan
teknologi hasil pertanian diharapkan mampu mengurangi laju penurunan mutu
hasil panen yang selama ini menjadi masalah di tingkat petani dan pada
akhirnya akan berdampak pada mengurangi pendapatan petani.
Saat ini, informasi seputar pertanian di tingkat petani sudah jauh
berkembang dan memberikan begitu banyak kemajuan. Belakangan ini juga
banyak di kembangkan berbagai inovasi pengolahan hasil pertanian yang
mudah pengaplikasiannya dan telah diuji kelayakannya di laboratorium serta
dapat diakses melalui berbagai media baik bulletin maupun informasi lewat
televisi. Informasi teknologi ini di maksudkan untuk memberi pengetahuan
kepada petani tentang cara pengolahan hasil pertanian dan meningkatkan nilai
jual produk pertanian, disisi lain dapat juga sebagai pemacu pengembangan
agroindustri produk olahan pertanian.
Guna mendukung program pengembangan agroindustri produk olahan,
saat ini telah dikembangkan berbagai alat dan mesin pertanian yang didesain
khusus, sehingga memudahkan petani dalam penanganan produk agar lebih
memaksimalkan kualitas dan peningkatan nilai jual di pasaran. Dengan
demikian, harapan akan peningkatan kualitas produk dan nilai tambah dapat
terjamin.
Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP
2
Peserta Pelatihan perlu dibekali dengan materi analisa usahatani agar
dapat diaplikasikan dalam pengelolaan usahanya. Sebaik apapun teknologi
pengolahan hasil pertanian yang dilakukan tanpa adanya kegiatan analisa
usahatani maka kelayakan usaha secara ekonomis suatu usaha tidak dapat
diketahui (untung/rugi). Selain itu melalui analisa usahatani ini petani dapat
menghitung jumlah modal yang dibutuhkan untuk usahatani pada komoditas
tertentu, mengantisipasi resiko usaha misalnya terjadinya fluktuasi harga dan
melakukan efisiensi sehingga menghasilkan keuntungan yang optimal.

B. Deskripsi singkat
Bahan ajar ini membahas tentang pengertian analisa usahatani beserta
komponen-komponennya, tenaga kerja dan efisiensi, modal dan peralatan
usahatani, analisis biaya, pendapatan, dan kelayakan usahatani hasil olahan
produk pertanian khususnya ubi kayu dan ubi jalar.

C. Manfaat bahan ajar bagi peserta


Dengan mempelajari bahan ajar ini peserta dapat meningkatkan
kompetensinya dalam menganalisis usahatani hasil olahan produk pertanian,
sehingga dapat mengalokasikan input produksi untuk menghasilkan keuntungan
optimal dalam usahanya.

D. Tujuan pembelajaran
1. Hasil Belajar
Peserta mampu melakukan analisis usaha produksi pengolahan ubi kayu dan ubi
jalar dari aspek finansial dengan tepat sesuai dengan potensi di wilayahnya.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah berlatih peserta diharapkan dapat:
a. Memahami konsep analisis usahatani
b. Mengidentifikasi input produksi
c. Menghitung biaya produksi
d. Menghitung pendapatan
e. Menganalisis kelayakan usaha produksi dengan baik dan benar

Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP


3
E. Materi pokok dan sub materi pokok
Bahan ajar ini membahas beberapa pokok bahasan yang terbagi atas beberapa
bagian yang berkaitan dengan isi, yaitu:
1. Konsep Analisis Usahatani
A. Pengertian usahatani
B. Komponen usahatani

2. Pencatatan Usahatani
A. Pengertian pencatatan usahatani
B. Macam – macam pencatatan usahatani

3. Biaya usahatani
A. Pengertian biaya produksi
B. Jenis biaya produksi

4. Pendapatan Usahatani
A. Penerimaan Usahatani
B. Pendapatan Usahatani

5. Analisis Kelayakan usahatani


A. Analisis kelayakan dengan break even point (BEP)
B. Analisis kelayakan dengan R/C Ratio dan B/C ratio
C. Analisis kelayakan dengan payback period (PBP)

F. Peserta : Penyuluh Pertanian/ASN

G. Pelatih : Widyaiswara

H. Metode
1. Ceramah;
2. Curah pendapat;
3. Tanya jawab;
4. Penugasan;
5. Uji kompetensi.

Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP


4
I. Alat dan Bahan
Alat :
1. Alat tulis;
2. LCD;
3. Komputer;
4. Flashdish;
5. Kalkulator;
6. Papan tulis.
Bahan : Kertas A4, stick ease note (post it) blangko AUT dan kertas koran

J. Waktu : 4 JP x 45 menit

I. MATERI
A. Analisis usahatani
1. Pengertian usahatani
Pertanian merupakan kegiatan manusia yang berkaitan dengan
berbagai komoditas pertanian baik tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,
hortikultura, peternakan, perikanan. Usahatani adalah suatu tempat yang
dikelola oleh seseorang atau sekumpulan orang dalam unsur-unsur produksi
seperti alam, tenaga kerja, modal dan keterampilan dengan tujuan
berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.
Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau
mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif
pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Secara efisien
yaitu pemanfaatan sumberdaya tersebut untuk menghasilkan keluaran
(output) yang melebihi masukan (input), sedangkan secara efektif adalah
petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki
(yang dikuasai) sebaik-baiknya.
Analisa ini dilakukan mulai dari perhitungan besarnya seluruh biaya
(pengeluaran) yang diperlukan dalam suatu proses produksi dan penerimaan
yang akan dan atau diperoleh, serta keuntungan dan kelayakan suatu usaha.

Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP


5
2. Komponen usahatani
Komponen usahatani merupakan faktor produksi yang dibutuhkan dalam
usahatani untuk menghasilkan output yang diharapkan, contoh adalah petani
yang membudidayakan tanaman, maka faktor produksi lahan, modal untuk
membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek manajemen
adalah faktor produksi yang terpenting. Bila usahanya berupa pengolahan
maka faktor produksi dapat berupa bahan baku, upah tenaga kerja, pajak, listrik,
penyusutan alat dan lain-lain.

B. Pencatatan Usahatani
1. Pengertian pencatatan usahatani
Pencatatan usaha sendiri merupakan serangkaian kegiatan untuk
mencatat semua aktivitas usaha yang dapat digunakan sebagai bahan
laporan. Sementara itu, pembukuan usaha merupakan suatu rangkaian
kegiatan dalam mencatat semua perubahan atau transaksi yang telah
dilakukan baik menyangkut uang atau barang-barang berdasarkan
ketentuan yang telah ditetapkan guna kelancaran usaha tersebut.
Pencatatan sangat bermanfaat dalam rangka memudahkan penelusuran
balik semua aktivitas produksi yang telah dilakukan terutama bila terjadi
penyimpangan atau masalah yang tidak terkendali, dengan demikian
kesalahan serupa dapat dihindari dan kerugian lebih besar dapat dicegah.
Selain itu Petani dapat merancang perbaikan berkelanjutan berdasarkan
catatan budidaya pada musim.
2. Macam – macam pencatatan usahatani
1. Pencatatan Data Inventaris, yakni mencatat seluruh inventaris
yang dimiliki suatu perusahaan agribisnis pada waktu tertentu;
menilai masing-masing inventaris untuk membantu dalam
menetapkan kekayaan (assets) dan hutang (leabilities);
membandingkan nilai inventaris pada tahun sekarang
dengan tahun sebelumnya; sebagai bahan untuk membuat
pencatatan neraca (balance sheet) untuk laporan usaha.
2. Pencatatan Data Produksi, merupakan mencatat kegiatan-
kegiatan dalam proses produksi, yaitu: tenaga kerja yg
digunakan; jumlah produksi; bagian produksi yang dikonsumsi
Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP
6
sendiri dan membandingkan jumlah produksi saat ini dengan
tahun-tahun sebelumnya. Produksi usaha pertaninan selalu
dicatat dalam satuan. Pencatatan dalam bentuk fisik merupakan
ciri dari catatan ini yang menunjukkan jumlah produksi; jumlah
bahan/sarana produksi yang digunakan serta memberikan
keterangan untuk persiapan suatu perencanaan usaha. Dalam
jangka pendek, catatan produksi ini sangat penting untuk
memilih tanaman/ternak/ komoditi apa yang baik untuk
pengembangan usaha.
Beberapa jenis pencatatan ini antara lain :
• Catatan produksi tanaman.yang dicatat dalam buku
sederhana tentang jenis komoditi, lahan / tempat, biaya
produksi/input dan produksi/output.
• Catatan pengolahan tanah yang mencatat tentang waktu,
alat, tenaga kerja dan biaya-biaya yang dikeluarkan.
• Catatan ternak yakni pencatatan yang berisi
tentang peningkatan produktifitas dan untuk seleksi.
• Catatan tenaga kerja yang dapat dibuat harian, jumlah
tenaga kerja, jenis (laki-laki, perempuan, anak-anak), biaya
tenaga kerja (keluarga / upahan) dan peralatan yang
digunakan.
• Catatan pakan yakni volume pakan yg diberikan harus
dicatat dengan tepat karena pakan merupakan bagian yang
terbesar untuk kebutuhan ternak.
• Catatan pemakaian produksi usaha yaitu berisi
catatan pembelian dan penjualan produksi usaha, jumlah
pemakaian. perubahan pada inventaris perlu tercatat
dengan baik.
3. Pencatatan Data Keuangan
Macam macam pencatatan data keuangan antara lain:
• Catatan bukti transaksi bisnis, merupakan dokumen asli
bahan utama berupa “ slip “ atau bukti-bukti penjualan;

Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP


7
penerimaan; cek; faktur-faktur; kartu jam kerja; rekening;
dsb.
• Jurnal, adalah catatan semua transaksi bisnis dalam urutan
kronologis, perkiraan berjalan (running account) dari
transaksi kegiatan sehari-hari. Disebut juga sebagai catatan
awal untuk bisnis (book of original entry).
• Buku Besar , disebut juga perkiraan/rekening
(account). Perkiraan adalah: catatan terpisah untuk setiap
kategori informasi. Misal:
mengenai aktiva (assets); kewajiban / pasiva (leabilities);
informasi tentang pendapatan dan beban. Pemindahan dari
jurnal ke buku besar disebut pemosan (posting) dan untuk
jangka yang teratur.

C. Pengertian dan jenis biaya produksi


1. Pengertian biaya
Biaya usaha adalah seluruh pengeluaran dana (korbanan ekonomis)
yang diperhitungkan untuk keperluan usaha. Dalam praktek di agribisnis oleh
masyarakat, yang dimaksud dengan biaya usaha hanyalah biaya yang secara
riel atau cash dikeluarkan oleh pelaku usaha, sedangkan biaya yang tidak
riel/cash dikeluarkan seperti biaya tenaga kerja rumah tangga, gaji petani
selaku pengelola usaha, nilai sewa lahan usaha, dll tidak dihitung sebagai
biaya usaha. Cara pandang seperti tersebut adalah tidak tepat karena akan
mengakibatkan laba atau keuntungan usaha yang didapat oleh pelaku usaha
hanyalah laba kotor. Demikian juga akan mengakibatkan hasil analisis
kelayakan usaha (secara finansial) menjadi tidak benar. Oleh karena itu dalam
analisis finansial dalam rangka kelayakan usaha, biaya usaha haruslah
dihitung seluruhnya, baik yang riel (cash/kontan) maupun yang tidak
dikeluarkan petani.
Menurut Dumairy (1993), Biaya total (total cost) yang dikeluarkan oleh
sebuah perusahaan dalam operasi bisnisnya terdiri atas biaya tetap (fixed
cost) dan biaya variabel (variable cost). Sesuai dengan namanya, sifat biaya
tetap adalah tidak tergantung pada jumlah barang yang dihasilkan. Berapa

Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP


8
unitpun barang yang dihasilkan, jumlah biaya tetap dalam jangka pendek
senantiasa tidak berubah.
Biaya tetap dapat didefinisikan sebagai biaya yang tidak berubah
besarnya walau jumlah output mengalami perubahan. Sebagai contoh, biaya
tetap sebesar 1 juta tidak berubah besarnya pada berbagai output yang
diproduksinya. Biaya tetap ini dapat berupa biaya eksplisit dan biaya implisit.
Biaya tetap eksplisit meliputi pajak pemilikan tanah, bunga kredit usaha tani
dan bentuk utang lainnya. Biaya tetap implisit meliputi biaya hidup petani
selama menunggu panen, penerimaan dari pemilikan sumber daya dan
pembayaran penyusutan.
2. Jenis Biaya usaha
Biaya usaha secara terinci meliputi :
a. Investasi harta tetap
Yaitu seluruh biaya yang digunakan untuk investasi harta tetap. Harta tetap
adalah sarana prasarana usaha yang mempunyai jangka usia ekonomi
atau usia pemakaian yang panjang atau berumur tahunan.
Misalnya: biaya pembangunan kandang, biaya peralatan, biaya sarana
penunjang (seperti: sumur, drainase, pemasangan listrik, dll). Investasi
harta tetap pada analisa usahatani dihitung nilai atau biaya penyusutan,
sedangkan pada arus kas dihitung riil nilai investasinya.
b. Biaya operasional usaha
Yaitu seluruh biaya yang digunakan untuk pelaksanaan proses produksi
suatu usaha. Biaya operasional usaha dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Biaya usaha atau biaya tetap (fixed cost/FC)
Yaitu seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi untuk
menghasilkan suatu produk yang besarnya tetap (konstan), tidak
dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Dengan demikian
biaya usaha dapat diartikan sebagai biaya tetap (fixed cost).
Misalnya: biaya sewa tanah, tenaga kerja tetap, gaji pengelola, biaya
penyusutan investasi.
2. Biaya pokok produksi (variable cost/VC)
Yaitu seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi untuk
menghasilkan suatu produk yang besarnya tidak tetap dan dipengaruhi

Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP


9
oleh jumlah produk yang dihasilkan. Dengan demikian biaya pokok
produksi dapat diartikan sebagai biaya tidak tetap (variable cost).
Misalnya: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja harian dan lain – lain.
c. Total biaya (total cost = TC)
Yaitu hasil penjumlahan dari Biaya Usaha (FC) + Biaya Pokok (VC).
d. Pengendalian biaya
Empat langkah dalam pengendalian biaya:
- Menetapkan standar biaya, yaitu sasaran untuk mengukur tingkat
efisiensi. Biaya standar berbeda dengan biaya yang ditaksir
(estimated cost). Biaya standar menunjukan biaya yang seharusnya
sedangkan biaya ditaksir biasanya mengandung unsur cara
perhitungan biaya yang baik. Biaya standar digunakan untuk bahan
langsung dan tenaga kerja langsung.
- Membandingkan antara biaya standar dengan biaya riil.
- Mencari dan menentukan bagian usaha yang mengalami
penyimpangan dari biaya standar.
- Melakukan tindakan untuk mengurangi atau mengakhiri
penyimpangan. Ada 2 macam penyimpangan yaitu:
(1) Penyimpangan jumlah dan harga bahan; (2) Penyimpangan
dalam jumlah dan tingkat upah.
Tiga langkah menetapkan standar biaya:
- Mempelajari dan menetapkan spesifikasi dan metode produksi paling
efisien. Akan ditemukan standar yang diperlukan baik tentang bahan,
cara pengerjaan dan tenaga yang diperlukan.
- Penetapan harga bahan dan upah buruh langsung.
- Penetapan biaya standar, jumlah standar dikalikan dengan harga
standar.
Pengendalian biaya dalam usahatani budidaya pestisida nabati:
- Mengurangi biaya produksi berupa pengurangan jumlah penggunaan
tenaga kerja di kebun.
- Mengurangi frekuensi pekerjaan dikebun.
- Menggabungkan pekerjaan yang dapat dikerjakan dalam waktu lebih
singkat.

Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP


10
D. Pendapatan Usahatani
1. Penerimaan Usahatani
Penerimaan usaha yaitu jumlah nilai uang (rupiah) yang
diperhitungkan dari seluruh produk yang laku terjual. Dengan kata lain
penerimaan usaha merupakan hasil perkalian antara jumlah produk (Q)
terjual dengan harga (P). Hal ini dapat dimengerti bahwa produk yang
dihasil oleh suatu usaha tidak semua dapat atau laku dijual yang
dikarenakan misalnya rusak atau cacat, dikonsumsi sendiri.

Penerimaan (R) = Q x P

2. Harga pokok produk


Membahas tentang harga suatu produk yang dalam kenyataan sehari-
hari terdapat harga pasar, harga pokok produksi dan harga jual produksi. Harga
pasar adalah harga suatu barang yang dihasilkan dari mekanisme pasar
tertentu. Harga pokok produksi (HPP) merupakan harga suatu barang yang
dapat ditentukan dan dikontrol oleh produsen. Sedangkan harga jual produksi
(HJP) merupakan harga suatu barang yang diharapkan oleh produsen untuk
mendapatkan keuntungan (maksimal) dengan mempertimbangkan faktor-faktor
ekonomi. Penetapan HPP dan HJP adalah sangat penting dalam rangka
pemasaran produk.
1. Harga pokok produksi (HPP)
Mengetahui HPP suatu produk, bagi seorang produsen adalah
sangat penting. Berdasarkan HPP akan dapat ditetapkan HJP dalam
memproyeksikan besarnya laba yang akan diperoleh. Juga berdasarkan
HPP dapat memperhitungkan Titik Pulang Pokok (Break Even Point atau
BEP) dalam rangka menganalisis kelayakan usaha.
Harga pokok produksi (HPP) adalah besarnya nilai korbanan (biaya)
yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produk tertentu. Dengan
demikian maka HPP dapat dihitung dengan cara membagi total biaya
dengan jumlah produk yang dihasilkan.

Total Biaya (TC)


HPP = --------------------------
Jumlah Produk (Q)

Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP


11
Umumnya harga ditetapkan oleh pembeli dan penjual yang saling
bernegosiasi. Penjual akan meminta harga yang lebih tinggi daripada yang
mereka harapkan dan pembeli akan menawarkan kurang daripada yang
mereka harapkan akan mereka bayar. Melalui tawar menawar mereka
akhirnya akan sampai pada harga yang disepakati.
2. Harga jual produksi (HJP)
HPP adalah harga suatu barang yang ditetapkan oleh produsen untuk
mendapatkan keuntungan yang optimal. Penetapan HPP oleh produsen
dimaksudkan untuk menghindari kerugian dengan mendapatkan keuntungan
yang layak serta untuk mengetahui titik pulang pokok (break event point/BEP).
Secara sederhana, bila petani mampu menentukan HJP, maka hal ini
dapat dilakukan dengan cara HPP ditambah dengan prosentase keuntungan
tertentu.

HJP = HPP + (% Keuntungan x HPP)

Penetapan besarnya persentase keuntungan menggunakan beberapa


pertimbangan antara lain tingkat suku bunga bank, sifat-sifat produk (barang),
kondisi penawaran dan permintaan barang, kewajaran tingkat keuntungan, dll.
Dalam kondisi nyata, HJP dapat menyesuaikan dengan tingkat harga
pasar. Pada kondisi pasar sempurna HJP yang lebih tinggi dari harga pasar
mengakibatkan barang tidak laku dijual, sebaliknya bila HJP jauh dibawah
harga pasar berakibat kepada berkurangnya keuntungan atau laba, namun
secara umum untuk komoditas hortikultura harga jual masih sangat
dipengaruhi oleh harga pasar. Petani belum memiliki bargaining power untuk
menentukan harga. HJP banyak dipengaruhi oleh tengkulak, pedagang besar
bahkan mafia pedagang yang mendominasi harga, sehingga petani hanya
sebagai price taker bukan price maker. Selama harga yang diterima petani
lebih besar dari HPPnya maka petani akan memperoleh keuntungan,
sehingga semakin tinggi harga output daripada HPPnya maka semakin tinggi
penerimaan petani.
Selain itu faktor permintaan dan penawaran barang yang kurang
seimbang juga berpengaruh terhadap harga yang diterima petani, ada
Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP
12
kalanya harga tinggi saat petani menanam di musim hujan dimana jarang ada
petani yang menanam pestisida nabatiatau jumlah produk sedikit, namun
harga bisa anjlok karena masuknya produk impor yang membanjiri pasar
domestik, sehingga biaya produksi yang tinggi pada saat itu tidak diimbangi
dengan penerimaan harga yang layak diterima petani, oleh karena itu
kebijakan pemerintah harus dapat berperan dengan tepat. Sebagai bahan
pembelajaran peserta, contoh analisa usahatani, BEP, R/C ratio, B/C
ratio,neraca awal, proyeksi rugi laba dan cash flow secara rinci terlampir.
3. Pendapatan usaha
Yaitu jumlah nilai uang (rupiah) yang diperoleh pelaku usaha, setelah
Penerimaan (R) dikurangi dengan seluruh biaya atau Total Biaya (TC). Oleh
karena itu pendapatan usaha disebut juga sebagai laba usaha.
Pendapatan atau laba usaha dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :
a. Pendapatan/laba kotor
Adalah penerimaan usaha dikurangi biaya pokok produksi atau biaya tidak
tetap.

Laba kotor (π) = Penerimaan usaha (TR) – Biaya produksi (TC)

b. Pendapatan/laba usaha
Adalah laba kotor dikurangi biaya usaha dan biaya penyusutan.

Laba Usaha (π) = Laba Kotor – (Biaya Usaha + Biaya Penyusutan)

c. Pendapatan/laba bersih (benefit)


Adalah laba usaha yang telah dikurangi dengan pajak-pajak, bunga bank,
dan pajak lain yang berlaku.

Laba Bersih = Laba Usaha – (Pajak + Bunga Bank)

Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaraan usahatani


disebut pendapatan bersih usaha tani (net farm income). Pendapatan
usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan
faktor-faktor produksi, tenaga kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau

Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP


13
modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani. Bagaimanapun juga
pendapatan bersih usahatani merupakan langkah untuk menghitung ukuran
keuntungan lainnya yang mampu memberikan penjelasan lebih banyak
(Soekartawi, 2002).
Menurut Soekartawi (2005), total pendapatan diperoleh dari total
penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi. Total
pendapatan merupakan keuntungan yang didapatkan petani dari usahatani
yang dilakukannya. Total biaya yang dimaksud ialah seluruh biaya korbanan
yang dikeluarkan oleh petani ditambah dengan bunga modal dalam usaha tani
yang dilakukan oleh petani, secara sistematis dapat dituliskan sebagai
berikut :
 = TR − TC
Dimana,
 = benefit / keuntungan atau pendapatan sekali musim tanam
TR = total revenue / total penerimaan
TC = total cost / total biaya

E. Analisis Kelayakan usahatani


1) Analisis kelayakan dengan BEP
BEP adalah situasi dimana suatu usaha tidak mendapatkan keuntungan
tetapi juga tidak menderita kerugian usaha. Ditinjau dari sisi pengelola, situasi
BEP bukan berarti merugi secara keuangan, hanya saja dari segi waktu
mereka rugi karena waktu selama produsi (usaha) tidak memperoleh
pendapatan lebih sebagai keuntungan usaha.
Ada 2 (dua) pendekatan penetapan BEP, yaitu :
b. BEP Unit
Yaitu jumlah produksi (unit) yang dihasilkan dimana produsen pada posisi
tidak rugi dan tidak untung. Dengan kata lain BEP satuan menjelaskan
jumlah produksi minimal yang harus dihasilkan oleh produsen.

Total Biaya
BEP Unit = -------------------------
Harga Jual per unit

Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP


14
Ilustrasi :
Misalnya diketahui hasil perhitungan BEP Unit = 10 unit. Maka apabila
produsen memproduksi kurang dari 10 unit, maka akan rugi atau tidak
layak, sebaliknya bila produksi lebih dari 10 unit, akan diperoleh
keuntungan atau layak.
c. BEP Harga
Yaitu tingkat atau besarnya harga per unit suatu produk yang dihasilkan
produsen pada posisi tidak untung dan tidak rugi. Dengan kata lain BEP
harga menjelaskan besarnya harga minimal perunit barang yang ditetapkan
produsen. Dari pengertian ini maka besaran BEP harga besaran nilainya
sama dengan besaran HPP.

Total Biaya
BEP Harga = ----------------------
Jumlah Produksi

Ilustrasi :
Misal, diketahui hasil perhitungan BEP harga = Rp. 1000,-. Maka apabila
produsen memproduksi dengan HPP kurang dari Rp. 1000,-, maka akan
rugi atau tidak layak, sebaliknya bila HPP lebih besar dari Rp. 1000,-, akan
diperoleh keuntungan atau layak.

2) Analisis kelayakan dengan R/C Ratio atau B/C Ratio


R/C ratio adalah besaran nilai yang menunjukan perbandingan antara
Penerimaan usaha (Revenue = R) dengan Total Biaya (Cost = C). Dalam
batasan besaran nilai R/C dapat diketahui apakah suatu usaha
menguntungkan atau tidak menguntungkan. Secara garis besar dapat
dimengerti bahwa suatu usaha akan mendapatkan keuntungan apabila
penerimaan lebih besar dibandingkan dengan biaya usaha.
Ada 3 (tiga) kemungkinan yang diperoleh dari perbandingan antara
Penerimaan (R) dengan Biaya (C), yaitu : R/C = 1; R/C > 1 dan R/C < 1.
Namun demikian oleh karena adanya unsur keuntungan sebesar 0,3 maka
analisis kelayakan dari R/C ratio adalah :
a. R/C > 1,3 = Layak / Untung
b. R/C = 1,3 = BEP
c. R/C < 1,3 = Tidak Layak / Rugi.
Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP
15
B/C ratio adalah besaran nilai yang menunjukan perbandingan antara Laba
Bersih (Benefit = B) dengan Total Biaya (Cost = C). Dalam batasan besaran
nilai B/C dapat diketahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak
menguntungkan.
Oleh karena adanya persentase keuntungan sebesar 30% atau 0,3 maka
analisis kelayakan dari B/C ratio adalah :
a. B/C > 0,3 = Layak / Untung
b. B/C = 0,3 = BEP
c. B/C < 0,3 = Tidak Layak / Rugi.

3) Analisis Kelayakan dengan Payback Period


Payback period adalah suatu jangka waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan modal/dana yang sudah dikeluarkan oleh para
investor. Dalam bahasa Indonesia, payback period dalam dunia bisnis
ini lebih sering disebut dengan periode pengembalian modal. Para
pebisnis dan investor lebih sering menggunakan cara payback
period dalam menentukan atau mengambil keputusan investasi, apakah
perusahaan tersebut layak untuk diinvestasikan ataupun tidak. Untuk
itu, dibutuhkan pemahaman terkait cara menghitung payback period itu
sendiri. Jika suatu perusahaan atau proyek memiliki payback
period yang cukup lama, maka akan menjadi kurang menarik
dikalangan para pebisnis ataupun para investor.
a. Kelebihan Payback Period
Berikut ini adalah berbagai macam kelebihan dari payback
period yang bisa didapatkan oleh seorang investor:
1. Mengetahui Kurun Waktu Pengembalian Dana Investasi
Pengadaan pada suatu proyek yang dilakukan oleh suatu
perusahaan bisa dihitung dengan mudah dari berapa lama bisnis
tersebut berjalan dari awal hingga akhir proyek tersebut dikerjakan.
Dengan adanya estimasi tersebut, maka kita bisa mengetahui
kisaran waktu Anda harus dibutuhkan untuk mendapatkan kembali
modal yang dikeluarkan untuk dijadikan sebagai investasi proyek.
Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP
16
Setelah itu kita dapat membuat perhitungan dengan tepat terkait
penyelesaian suatu proyek. Hal ini sangat penting untuk diketahui
agar kita bisa menghitung jangka waktu yang memang diperlukan
untuk mendapatkan modal kembali.
2. Memilih Proyek
Pihak perusahaan bisa saja menyelenggarakan proyeknya yang
lebih dari satu. Namun, dalam menyelenggarakan proyek tersebut
tentunya dibutuhkan modal atau dana investasi yang tidak sedikit.
Jadi, jika suatu perusahaan bisa mengadakan dua jenis proyek,
maka kita bisa melakukan perbandingan dari penyelenggaraan dua
proyek tersebut. Dari kedua jenis proyek ini, nantinya kita bisa
mendapatkan gambaran pasti manakah proyek yang mampu
mengembalikan modal kita dengan cepat, atau proyek manakah
yang mampu menutup modal dalam waktu cepat. Nantinya, hal
tersebut bisa kita jadikan sebagai pilihan proyek alternatif untuk
perusahaan.
3. Mudah dan Sederhana
Pada dasarnya, payback period bisa dilakukan dan dihitung dengan
suatu rumus yang mudah. Rumus yang paling umum digunakan
adalah nilai investasi : investasi per tahun. Dengan menggunakan
rumus tersebut, maka kita bisa mendapatkan kurun waktu payback
period yang diperlukan untuk bisa mengembalikan modal ataupun
dana investasi yang Anda keluarkan pada suatu pengerjaan proyek.
Selain itu, perhitungan tersebut juga akan membantu kita dalam
memperhitungkan waktu yang Anda butuhkan untuk bisa kembali
mendapatkan modal. Perhitungan dengan menggunakan rumus
tersebut juga mudah dilakukan dan terlihat sederhana, sehingga
seharusnya bisa dilakukan oleh semua orang yang bergerak pada
berbagai jenis bisnis atau usaha, baik itu skala kecil, skala
menengah, ataupun skala besar.

Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP


17
4. Mempertimbangkan Segala Resiko
Rumus perhitungan PBP pada pembahasan sebelumnya
memudahkan kita dalam memilih proyek yang lebih mampu
mengembalikan dana dalam kurun waktu cepat. Semakin cepat
waktu pengerjaan, maka akan semakin sedikit juga risiko yang bisa
diterima oleh perusahaan. Karena, jika jangka waktu payback
period semakin singkat, maka risiko perusahaan untuk bisa
mendapatkan kerugian juga akan semakin berkurang.
Waktu payback period yang singkat, maka akan membuat para
investor atau pemilik bisnis untuk meminimalisir adanya kerugian.
b. Kelemahan Payback Period
Segala sesuatu yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan
pastinya mempunyai kelebihan dan juga kekurangannya masing-
masing. Sama halnya dengan proyek yang dijalankan oleh suatu
perusahaan, dengan adanya penanaman modal yang dilakukan oleh
investor, maka proses penyelenggaran bisa dilakukan dengan baik.
Tapi, satu hal yang harus selalu ditanamkan adalah modal dana
yang sudah diterima oleh perusahaan dalam upaya penyelenggaraan
adalah dana modal proyek harus selalu kembali. Jangan sampai pihak
perusahaan mengalami kerugian karena diselenggarakannya proyek
tersebut.
Oleh karena itu, Anda harus bisa melakukan perhitungan payback
period agar tidak sampai melakukan berbagai kesalahan dalam hal
memprediksi suatu pengembalian modal investasi. Namun,
perhitungan payback period tetap saja memiliki kelemahan tertentu.
Dengan adanya perhitungan kurun waktu pengembalian modal, maka
kita akan lebih fokus pada pengembalian modal atau investasi saja,
sedangkan ada hal lain yang diabaikan, bahkan bisa saja kita
melupakan berbagai biaya pendukung investasi yang sudah
seharusnya wajib dihitung juga.

Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP


18
Bentuk kelalaian ini sebenarnya mampu membuat perusahaan
mengalami kerugian walau mungkin tidak terlalu banyak. Jadi, selama
proses pengembalian modal, bisa saja pihak perusahaan mengalami
kendala karena adanya biaya pendukung investasi yang sebelumnya
tidak ikut diperhitungkan. Selain itu, payback period juga digunakan
hanya untuk menghitung lamanya waktu pengembalian modal.
Perhitungan di dalamnya tidak mencakup laba atau profit yang mungkin
bisa diterima oleh para investor.
c. Indikator Payback Period
1. Bila payback period time lebih cepat daripada waktu yang sudah
ditentukan, maka perusahaan tersebut sudah layak untuk disuntik
dana.
2. Bila payback period time lebih lama atau bahkan melebih waktu
yang sudah ditentukan, maka proyek tersebut tidak layak untuk
dilakukan investasi atau disuntik dana.
3. Jika perusahaan memiliki lebih dari satu proyek, maka pilihlah
proyek yang memiliki payback period time lebih cepat.
d. Cara Menghitung Payback Period
Payback period time atau periode pengembalian modal bisa dihitung
dengan membagikan suatu nilai investasi dengan adanya aliran kas
bersih yang masuk setiap tahunnya.

Rumus Payback Period


Rumus yang bisa Anda gunakan untuk menghitung payback
period time adalah sebagai berikut:
Payback Period = Nilai Investasi (capital outlays)
Kas Masuk Bersih (proceed)

Catatan : Rumus ini diasumsikan bahwa nilai arus kas masuk


bersih dinilai sama pada setiap waktu periode atau sama pada
pertahunnya.
Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP
19
F. Rangkuman
Analisa usahatani merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan
dalam sebuah usaha. Seorang petani akan mengetahui berapa jumlah modal
yang diperlukan, layak tidaknya suatu usaha, resiko usaha dan efisiensi untuk
meraih keuntungan optimal suatu usahanya. Khususnya dalam usahatani
pestisida nabati.
Kunci penting dalam sebuah analisa usahatani adalah bagaimana
seorang petani mampu melaksanakan pencatatan yang kontinyu. Melalui
pencatatan ini dapat diketahui berbagai informasi/data yang valid sebagai
data pokok dalam perhitungan analisa usahataninya. Selain itu, pencatatan ini
juga dapat dijadikan bahan untuk studi dan perbandingan berbagai perlakuan
untuk menghasilkan pembiayaan yang efektif dan efisien dalam usahatani.
Bagi investor dapat dijadikan pertimbangan untuk memutuskan investasi
dapat dilanjutkan atau tidak karena melihat dari dari studi kelayakan usaha
yang telah dilakukan.
Komponen dalam perhitungan analisa usahatani meliputi input dan
output. Input meliputi seluruh pembiayaan/korbanan yang dikeluarkan oleh
petani, sedangkan output merupakan hasil dari kegiatan produksi baik on farm
maupun off farm dalam skala tertentu. Untuk selanjutnya dapat diketahui
kelayakan usaha secara finansial seperti BEP, R/C ratio dan B/C ratio. Melalui
analisa tersebut kita dapat mengetahui apakah usaha tersebut layak atau
tidak untuk diusahakan sehingga dapat menghasilkan keuntungan dan
mencapai kesejahteraan petani. Payback period atau periode
pengembalian modal bisa dihitung dengan membagikan suatu nilai
investasi dengan adanya aliran kas bersih yang masuk setiap tahunnya.

G. Latihan
1. Sebutkan dan jelaskan biaya!
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis biaya beserta contohnya!
3. Buatlah contoh analisa usaha tani pengolahan ubi kayu dan jalar yang
telah dipelajari di laboratorium BBPP Ketindan sesuai dengan contoh!

Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP


20
DASAR PUSTAKA

Kasmir. 2007. Kewirausahaan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta


Dumairy. 1993. Matematika Terapan Untuk Bisnis Dan Ekonomi. BPFE.
Pasaribu, A.M.2012. Kewirausahaan berbasis agribisnis. Andi.Yogjakarta.
Rangkuti Freddy. 2003. Business Plan. Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan
Analisis Kasus. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Radiks..P. 1997. Analisa Biaya dan Manfaat. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Soekartawi, A. Soeharjo, J.L. Dillon, dan J.B. Hardaker. 1984. Ilmu Usaha tani dan
Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. DGHE-AUIDP. UI-Press.
Jakarta.

Soekartawi.2002. Analisis usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta

Soekartawi. 2005. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi, A. Soeharjo, J.L. Dillon, dan J.B. Hardaker. 1984. Ilmu Usahatani dan
Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. DGHE-AUIDP. UI-Press.
Jakarta.

Sri Teguh W, dkk. 2011. Ringkasan modul road map pengembangan usaha agribisnis
PUAP. Sekretariat Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian
Kementerian Perrtanian. Jakarta

Supriyono, B. 1997. Pembukuan Usahatani. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian


Karang Ploso.Malang.

Tohir,K.A. 1983. Seuntai pengetahuan tentang usahatani Indonesia. Bagian satu.


Erlangga, Jakarta.
Vink G.J. . 1984. Seutai Dasar-dasar usahatani di Indonesia. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta.

https://accurate.id/ekonomi-keuangan/payback-period,diakses pada 20 Mei 2022

Bahan ajar analisa usahatani ubi kayu dan jalar bagi PP


21

Anda mungkin juga menyukai