Anda di halaman 1dari 43

A.

Pengertian Filsafat

Taniredja, dkk (2011: 53), mengtkn perkataan filsafat


mrpkn bentukan kata Arab “falsafah”. Scr etimologis
filsafat berasal dari bhs Yunani, yaitu “Philosophia”,
tersusun dari kata philein/ Philos, yg berarti cinta, atau
philia yg berarti persahabatan, tertarik kepada, dan
kata Sophos atau shophia, yg berarti hikmah atau
kebijaksanaan, pengetahuan, ketrampilan, pengalaman
praktis, intelegensi (Bagus, 1996: 242). Dg dmkn
philosophia atau filsafat scr harfiah berarti mencintai
kebijaksanaan. Kata kebijaksanaan jg dikenal dlm bhs
Inggris; wisdom.
Istilah “philosophos” pertama kali digunakan
Phythagoras (572- 497 SM) utk menunjukkan diriya
pencinta kebijaksanaan (lover of wisdom), bukan
kebijaksaan itu sendiri (Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiwaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
2013: 76). Suatu pngthuan bijaksana akan mengantarkan
sesorg mencapai kebenaran. Jadi org yg mencintai
pngthuan bijaksana adlh org yg mencintai kebenaran.
Mencintai kebenaran adlh karakteristik para filsuf sejak
duhulu sampai skrg. Filsuf dlm mencari kebijaksanaan,
akan berfikir sedlm-dlmnya. Filsafat sbg hasil berfikir
sedlm-dlmnya diharapkan mrpkn pngthuan yg paling
bijaksana atau setdk-tdknya mendekati kesempurnaan
(Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiwaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, 2013: 75- 76).
Namun kalau kita bicarakan ttg filsafat dlm
hubungannya dg ruang lingkup bahasannya maka
akan mencakup banyak bidang, spt ttg mns, alam,
pngthuan, etika, logika dan sebagainya. Seiring
dg perkembangan ilmu pngthuan, maka muncul
pula filsafat dlm bdg-bdg ttt, spt filsafat politik,
sosial, hukum, bahasa, ilmu pngthuan, agama
dan lain-lain (Kaelan, 2010: 56).
 Pengertian filsafat dlm berbagai masalah tsbt dpt
dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam:
 Pertama:
 Filsafat sbg suatu jenis ilmu, konsep, pemikiran-
pemikiran dari filsuf dahulu yg lazimnya mrpkn aliran-
aliran atau sistem filsafat ttt. Mslnya: rasionalisme,
materialisme, pragmatisme dan lain-lain.
 Filsafat sbg suatu jenis problema yg dihadapi oleh mns
sbg hasil aktivitas berfilsafat. Jadi mns mencari suatu
kebenaran yg timbul dari persoalan-persoalan yg
bersumber pd akal mns.
 Kedua :
Filsafat sbg suatu proses, filsafat diartikan dlm
bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dlm proses
pemecahan permasalahan dg menggunakan
suatu cara dan metode ttt sesuai dg obyeknya.
Dlm pgrtn ini filsafat mrpkn suatu sistem
pngthuan yg bersifat dinamis. Filsafat bukan lagi
mrpkn suatu kumpulan dogma, ttp mrpkn suatu
aktivitas berfilsafat, suatu proses dinamis dg
menggunakan suatu metode tersendiri (Kaelan,
2010: 57).
 Cabang-Cabang Filsafat; adalah sbb:
1. Metafisika, cabang filsafat yg mempelajari asal mula sgl
sesuatu yg ada dan mngkn ada. Metafisika terdiri atas
metafisika umum yg dsbt ontologi, yaitu ilmu yg membahas
sgl sesuatu yg ada, dan metafisika khusus yg terbagi dlm
teodesi yg membahas adanya Tuhan, kosmologi yg
membahas adanya alam semesta, dan antropologi metafisik
yg membahas adanya mns.
2. Epistemologi, adlh pikiran-pikiran yg berhub dg hakekat
pngthuan. Dlm epistemologi terkandung pertanyaan-
pertanyaan mendasar ttg pngthuan, mslnya (a) kriteria apa
yg dpt memuaskan kita utk mengungkap kebenaran, (b)
apakah sesuatu yg kita percaya dpt diketahui, atau apa yg
dimksd dg pernyataan yg dianggap benar.
3. Methodologi, adlh ilmu yg mmbicarakan cara/
jalan utk memperoleh ilmu pngthuan.
4. Logika, adlh mmbicarakan ttg aturan-aturan
berpikir utk mengambil suatu kesimpulan dg
benar, atau yg berhub dg dalil-dalil berfikir yg
benar.
5. Etika, yaitu membicarakan hal-hal yg berhub dg
moralitas, tingkah laku mns ttg baik- buruk.
6. Esthetika, yg membicarakan hal-hal berhub dg
hakikat keindahan- kejelekan (Tukiran, dkk.,
2011: 57).
B. Kesatuan Sila- Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

 Pancasila terdiri 5 sila pd hakekatnya mrpkn suatu


sistem filsafat. Pngrtn sistem adlh suatu kesatuan
bagian bagian yg saling berhub, saling bekerja sama utk
suatu tujuan ttt dan scr keseluruhan mrpkn suatu
kesatuan yg utuh.
 Ciri-ciri Sistem adalah:
1. Satu kesatuan bagian-bagian
2. Bagian-bagian tsbt mempunyai fungsi tersendiri
3. Saling berhub dan saling ketergantungan
4. Keseluruhan dimaksudkan utk mencapai tuj ttt
5. Terjadi dlm suatu lingkungan yg kompleks (Shore dan
Voich, dlm Kaelan, 2010: 57- 58).
 Pancasila adalah terdiri atas bagian-bagian yaitu
yg terdiri dari sila-sila Pancasila. Setiap sila pada
hakikatnya sebagai suatu asas sendiri,
mempunyai fungsi sendiri- sendiri, namun secara
keseluruhan mrpkn suatu kesatuan yg sistematis.
C. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yg Bersifat
Organis

Isi sila-sila Pancasila pd hakikatnya mrpkn suatu


kesatuan, Dasar filsafat neg RI terdiri dari 5 sila yg
masing-masing mrpkn suatu asas peradaban, ttp sila-
sila Pancasila tsbt mrpkn suatu kesatuan dan keutuhan,
yaitu setiap sila mrpkn unsur (bagian yg mutlak) dari
Pancasila. Krn itu Pancasila mrpkn suatu kesatuan
majmuk tunggal. Konsekuensinya setiap sila tdk dpt
berdiri sendiri- sendiri terlepas dari yg lainnya dan tdk
saling bertentangan.
Kesatuan sila- sila Pancasila bersft organis trsbt pd
hakikatnya scr filosofis bersumber pd hakikat dasar
ontologis mns. Mns sbg pendukung inti, isi sila-sila
Pancasila tsbt pd hakikatnya mrpkn makhluk
Monopluralis, yg memiliki unsur- unsur “susunan
kodrat” yaitu raga dan jiwa, jasmani dan rokhani,
“sifat kodrat” yaitu makhluk individu dan makhluk
sosial, serta “kedudukan kodrat” yaitu mns sbg
mkhluk pribadi berdiri sendiri dan sbg makhluk
Tuhan YME. Unsur- unsur hakikat mns tsbt mrpkn
suatu kesatuan yg bersifat organis dan harmonis
(Kaelan, 2010: 58).
D. Susunan Sila-Sila Pancasila yg Bersifat Hierarkhis
dan Berbentuk Piramidal

Susunan Pancasila adlh hierarkhis, berbentuk


piramidal. Pngrtn matematis piramidal digunakan
utk menggambarkan hub hierarkhi sila-sila Pancasila
dlm urut-urutan luas (kuantitas), dan juga dlm hal isi
sifatnya (kualitas). Kalau dilihat dari intinya urut-
urutan lima sila Pancasila menunjukkan suatu
rangkaian tingkat dlm luasnya dan isi sifatnya. Sila yg
dibelakang mrpkn penjelmaan, dan pengkhususan
dari sila-sila dimukanya. Sdg sila di muka mendasari,
meliputi dan menjiwai sila-sila dibelakangnya.
Jika urut-urutan lima sila dianggap mempunyai
maksud dmkn, maka di antara lima sila ada hub
yg mengikat yg satu kpd yg lainnya shg Pancasila
mrpkn suatu keseluruhan yg bulat. Andai kata
urut-urutan itu dipandang sbg tdk mutlak, maka
diantara satu sila dg sila lainnya tdk ada sangkut
pautnya, maka Pancasila itu mnjd terpecah-
pecah, oleh krn itu tdk dpt dipergunakan sbg asas
kerokhanian neg. Setiap sila dpt diartikan dlm
bermacam-macam mksd, shg sama saja dg tdk
ada Pancasila.
 Kesatuan sila-sila Pancasila yg memiliki susunan
hierarkhis piramidal ini, maka sila Ketuhanan
YME mnjd basis dari sila kemanusiaan yg adil dan
beradab, persatuan Indo, kerakyatan yg dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dlm
permsyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indo. Sebaliknya Ketuhanan
YME adlh Ketuhanan yg berkemanusiaan, yg
berpersatuan, berkerakyatan serta berkeadilan
sosial. Oleh krn itu dlm setiap sila senantiasa
terkandung sila-sila lainnya (Kaelan, 2010: 59).
 Brdsrkn hakikat sila-sila Pancasila sbg dasar filsafat neg trsbt → maka sgl hal yg
berkaitan dg sifat dan hakikat neg hrs sesuai dg landasan sila-sila Pancasila, yakni:

1. Ketuhanan YME
Adalah sifat-sifat dan keadaan neg hrs sesuai dengan hakikat Tuhan. Adapun hakikat “Tuhan”
hanya ada satu, selama-lamanya ada atau abadi, dzat yg mutlak, sempurna, kuasa, dll.
2. Kemanusiaan
Adalah sifat-sifat dan keadaan neg hrs sesuai dg hakikat manusia. Adapun hakikat “manusia”
adlh makhluk monopluralis yg terdiri atas, susunan kodrat, sifat kodrat dan kedudukan
kodrat.
3. Persatuan
Adalah sifat-sifat dan keadaan neg hrs sesuai dg hakikat satu. Adapun hakikat “satu” adlh
mutlak tdk dpt dibagi, mutlak terpisah dari hal lain, mrpkn diri pribadi, suatu keseluruhan yg
terpsah dari hal lain.
4. Kerakyatan
Adalah sifat-sifat dan keadaan neg hrs sesuai dg hakikat rakyat. Adapun hakikat “rakyat” adlh
keseluruhan jumlah semua wrg dlm lingkungan daerah ttt atau neg. sgl sesuatunya meliputi
semua warga dan utk kepentingan seluruh warga, setiap wrg mempunyai hak asasi
kemanusiaan dan wajib asasi kemanusiaan,
5. Keadilan
Adalah sifat-sifat dan keadaan neg hrs sesuai dg hakikat adil. Adapun hakikat “adil”
dipenuhinya sbg wajib sgl sesuatu yg mrpkn hak dlm hubungan hidup kemanusiaan, lebih
mengtamakan pemenuhan kewajiban daripada menuntut pemenuhan hak (Suhadi, 1999: 9-11).
 Kesesuaian yg dmksd → kesesuaian antara hakikat
nilai-nilai sila-sila Pancasila dg neg dlm pngrtn sebab-
akibat. Kesesuaian tsbt adalah sbg berikut, bhw
hakikat mns sbg makhluk Tuhan YME (sebagai sebab)
(hakikat sila 1 dan 2), yg membentuk persatuan
mendirikan neg, dan persatuan mns dlm suatu
wilayah yg dsbt dg rakyat (hakikat sila III dan IV), yg
ingin mewujutkan suatu tuj bersama yaitu keadilan
dlm suatu persekutuan hidup masy neg (keadilan
sosial) (hakikat sila V). Dmknlah maka scr konsisten
neg hrslah sesuai dg hakikat Pancasila (Kaelan, 2010:
59- 60).
E.Rumusan Sila-Sila Pancasila Saling Mengisi dan
Saling Mengkualifikasi

Selain kesatuan sila- sila yg “Mamuk Tunggal”, dan


“Hierarkhis Piramidal”, jg memiliki sifat saling
mengisi dan saling mengkualifikasi. Hal ini
dimksdkan bhw dlm setiap sila terkandung nilai
keempat sila lainnya, atau setiap sila senantiasa
dikualifikasi oleh keempat sila lainnya. Adapun
rumusan kesatuan sila- sila Pancasila yg saling
mengisi dan saling mengkualifikasi tsbt adlh sbg
berikut:
 Sila Pertama :
KeTuhanan YME adalah keTuhanan yg bersila 2, yg
bersila 3, yg bersila 4, yg bersila 5.
 Sila Kedua :
Kemanusiaan yg adil dan beradab adalah kemanusiaan
yg bersila 1, yg bersila 3, yg bersila 4, dan yg bersila 5.
 Sila Ketiga :
Persatuan Indonesia adalah persatuan yg bersila 1, yg
bersila 2, yg bersila 4, dan yg bersila 5.
 Sila Keempat:
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan / perwakilan adalah kerakyatan
yg bersila 1, yg bersila 2, yg bersila 3, dan yg bersila 5.
 Sila Kelima :
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indo adalah keadilan
yg bersila 1, yg bersila 2, yg bersila 3, dan yg bersila 4.
KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT
Scr philosofis Pancasila sbg kesatuan sistem filst memiliki
dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis
yg berbeda dg sistem filst lain, msl materialisme,
liberalisme, komunisme dan paham filsft lainnya.

1. Dasar Antropologis Sila-Sila Pancasila


Dasar ontologis Pancasila pd hikikatnya adlh → mns yg
memiliki hakikat kodrat monopluralis. Oleh krn itu hakikat
dasar ini dsbt dasar antropologis.
Subjek pendukung p0kok sila-sila Pancasila adlh mns, krn
yg berpancasila adlh mns. Dari segi filsafat neg bhw
Pancasila adlh dasar filsafat neg, adapun pendukung
pokok neg adlh rakyat, dan unsur-unsur rakyat adlh mns,
maka hakikat dasar antropologis sila-sila Pancasila adlh
Mns.
 Mns sbg pendukung pokok sila-sila Pancasila scr
ontologis memiliki hal-hal yg mutlak, terdiri atas
susunan kodrat raga dan jiwa, jasmani dan rokhani,
sifat kodrat sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial, serta kedudukan kodrat mns sbg makhluk
pribadi berdiri sendiri dan sbg makhluk Tuhan YME.
Oleh krn kedudukan kodrat mns sbg makhluk pribadi
berdiri sendiri dan makhluk Tuhan maka secara
hierarkhis sila pertama Ketuhanan YME mendasari dan
menjiwai keempat sila-sila Pancasila yg lainnya
(Notonagoro, 1975, dlm Kaelan, 2010: 63).
2.Dasar Epistemologis Sila-Sila Pancasila
Pancasila sbg sistem filsafat pada hakikatnya
mrpkn suatu sistem pengetahuan. Sbg sistem
filsafat serta ideologi maka Pancasila hrs
memiliki unsur rasional terutama dalam
kedudukannya sbg suatu sistem pengetahuan.

Persoalan yg mendasari dlm epistemologi:


a) Ttg sumber pengetahuan mns
b) Ttg teori kebenaran pengetahuan mns
c) Ttg watak pengetahuan mns
Kebenaran Pancasila sebagai ideologi
1. Teori Koherensi

Suatu pernyataan dinyatakan benar bila


konsisten dg pernyataan-pernyataan sebelumnya.

Pada Pancasila:
Hubungan antar bagian/ sila-sila Pancasila sbg
aksioma kenegaraan diturunkan pada 4 pokok
pikiran, kmdn dijelmakan pada UUD 1945 scr
konsisten, sbg kaidah-kaedah dan hukum-
hukum.
Dg dmkn pasal-pasal UUD 1945 adlh konsisten dg
4 pokok pikiran dan dg Pancasila sbg ideologi
negara
2.Teori Korespondensi
Pengetahuan itu benar bila proposisi sesuai
dg fakta yg menjadi obyek pengetahuan tsb.
Pada Pancasila:
 Pancasila mempunyai obyek:
a) Obyek material
Adat-istiadat, kebudayaan, relegi yg mendasari
hakikat Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil.
b) Obyek formal
Pancasila sbg pedoman hidup bgs, jiwa
kepribadian bgs, dasar neg dan ideologi neg.
3.Teori Pragmatisme

Sesuatu dinyatakan benar bila sesuatu itu fungsional, berguna-


bermanfaat dlm khdpn yg praktis.
Pada Pancasila:
a) Agama bermanfaat dlm membentuk moral mns.
b) Kemanusiaan memberi fungsional dlm tata khdpn mns dalam
hidup bermasy, berbgs dan berneg.
c) Persatuan bermanfaat utk memperkokoh khdpn bgs dan neg,
dan seterusnya.
d) Demokrasi bermanfaat dlm memberikan sifat fungsional dlm
konsensus bersama.
e) Keadilan memberikan manfaat utk memenuhi hak dan
kewajiban masy yg bersatu.

Dengan demikian Pancasila memberikan manfaat langsung.


Makna Nilai-Nilai Sila-Sila Pancasila

1. Sila Ketuhanan YME


a) Sila Ketuhanan YME terkandung nilai bhw neg yg
didirikan sbg pengejawentahan tujuan mns sbg
makhluk Tuhan YME. Dg dmkn sgl aspek berkaitan dg
pelaksanaan dan penyelenggaraan neg, moral neg,
moral penyelenggara neg, politik neg, pmrnthan neg,
hukum dan perundang- undangan neg, kebebasan dan
hak asasi wrg neg hrs dijiwai nilai-nilai Ketuhanan
YME.
b) Konsekuensinya : realisasi kemanusiaan dlm
kaitannya dg hak-hak dasar kemanusiaan (hak-hak
asasi) sbgmn pasal 29 (2) UUD 1945 sekaligus adlh
perwujudan demokrasi beragama.
c) Ketuhanan mrpkn nilai tertinggi dan bersifat mutlak.
Kebebasan mns hrs diletakkan dlm kerangka
kedudukan mns sbg makhluk Tuhan.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

a) Nilai sila kemanusiaan sbg dasar fundamental dlm khdpn neg,


kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan.
b) Nilai kemanusiaan bersumber pd dasar filosofis antropologis
bhw hakikat mns adlh : susunan kodrat (jasmani- rohani), sifat
kodrat (makhluk individu- makhluk sosial), dan kedudukan
kodrat (makhluk berdiri sendiri, dan makhluk ciptaan Tuhan).
c) Sila kemanusiaan ini terkandung nilai bhw neg hrs
menjunjung tinggi harkat dan martabat mns sbg makhluk yg
beradab. Jadi dlm khdpn kenegaraan hrs dilandasi moral
kemanusiaan, seperti dlm khdpn pmrnthan neg, politik,
ekonomi, hukum, sosial budaya, pertahanan dan keamanan
serta dlm khdpn keagamaan. Krn itu dlm khdpn bersama hrs
dijiwai oleh moral kemanusiaan utk saling menghargai,
sekalipun tdpt perbedaan krn hal itu mmg mrpkn kodrat mns.
c) Nilai kemanusiaan yg adil mengandung makna hakiakat
mns sbg makhluk berbudaya dan beradab hrs berkodrat
adil. Hal ini mengandung pngrtn bhw hakikat mns hrs
adil dlm hub dg diri sendiri, adil thdp mns lain, adil thdp
masy bgs dan neg, adil thdp lingkungannya serta adil
thdp Tuhan YME. Konsekuensinya nilai-nilai yg
terkandung dlm kmnsiaan yg adil dan beradab adlh
menjunjung tinggi harkat dan martabat mns sbg
makhluk Tuhan YME, menjunjung tinggi hak asasi mns,
menghargai kesamaan hak dan derajat tanpa
membedakan suku, ras, keturunan, status sosial maupun
agama. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama,
menjunjung tinggi nilai-nilai kmnsiaan (Darmodihardjo,
dalam Kaelan, 2010: 79- 81).
3. Sila Persatuan Indonesia
a) Nilai yg terkandung dlm sila persatuan tdk dpt dipisahkan
dg keempat sila lainnya krn seluruh sila mrpkn kesatuan yg
bersifat sitematis. Sila persatuan Indo didasari dan dijiwai
oleh sila Ketuhanan YME, Kemanusiaan yg adil dan beradab
serta mendasari dan menjiwai sila Kerakyatan yg dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dlm
Permusyawaran/perwakilan dan Keadilan Sosial bagi
seluruh Rakyat Indo.
b) Dlm sila Persatuan Indo terkandung nilai bhw neg adlh
penjelmaan sifat kodrat mns monodualis sbg makhluk
individu dan makhluk sosial. Neg adlh mrpkn persekutuan
hidup bersama diantara elemen-elemen yg membentuk neg
yaitu suku, ras, kelompok, gol maupun kelompok agama.
Krn itu perbedan mrpkn bawaan kodrat mns dan mrpkn ciri
khas elemen-elemen yg membentuk neg.
c) Neg mengatasi sgl paham gol, etnis, suku, ras,
individu maupun gol agama. Mengatasi berarti
memberikan wahana atas tercapainya harkat dan
martabat seluruh wrgnya. Neg memberi kbbasan
atas individu, gol, suku, ras maupun gol agama utk
merealisasikan seluruh potensinya dlm khdpn
bersama yg bersifat integral.
d) Nilai persatuan Indo didasari dan dijiwai oleh sila
Ketuhanan YME dan Kmnsiaan yg adil dan beradab.
Hal ini mengandung nilai bhw nasionalisme Indo
adlh nasionalisme religius, bermoral ketuhanan
YME, nasionalisme humanistik yg menjujung tinggi
harkat dan martabat mns sbg makhluk Tuhan
(Kaelan, 2010: 81- 82).
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawatan/perwakilan
a) Nilai yg terkandung dlm sila kerakyatan yg dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dlm permusyawaratan/perwakilan
didasari oleh sila Ketuhanan YME, Kemanusiaan yg adil dan
beradab serta persatuan Indo, dan mendasari serta menjiwai
sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indo.
b) Nilai filosofis yg terkandung di dlmnya bhw hakikat neg adlh
penjelmaan sifat kodrat mns sbg makhluk individu dan
makhluk sosial. Hakikat rakyat adlh sekolompok mns sbg
makhluk Tuhan YME yg bersatu yg bertujuan mewujudkan
harkat dan martabat mns dlm suatu wilayah neg. Rakyat
mrpkn subyek pendukung pokok neg. Neg adlh dari- oleh
rakyat, utk rakyat, krn itu rakyat mrpkn asal mula kekuasaan
neg. Oleh krn itu dlm sila kerakyatan terkandung nilai
demokrasi yg scr mutlak hrs dlksnkan dalam hidup neg.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyai Indonesia
a) Nilai yg terkandung dlm sila keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indo, didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan yg
Maha Esa, Kemanusiaan yg adil beradab, Persatuan Indo,
serta Kerakyatan yg Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dlm Permusyawaratan/perwakilan. Dlm
sila kelima ini terkandung nilai-nilai yg mrpkn tujuan
neg sbg tujuan hidup bersama. Maka di dlm sila kelima
ini terkandung nilai keadilan yg hrs terwujud dlm
kehidupan bersama (keidupan sosial). Keadilan tsbt
didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan
yaitu keadilan dlm hubungan mns dg dirinya sendiri, mns
dg mns lain, mns dg masy, bgs dan neg serta hubungan
mns dg Tuhannya (Kaelan, 2010: 83).
b) Nilai-nilai keadilan tsbt hrslah mrpkn suatu
dasar yg hrs diwujudkan dlm hidup bersama
kenegaraan utk mewujudkan tujuan neg, yaitu
mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya
serta melindungi seluruh warganya dan seluruh
wilayahnya, mencerdaskan seluruh warganya.
Dmkn pula nilai-nilai keadilan ini mrpkn dasar
dlm pergaulan antar neg sesama bgs di dunia, yg
brdsrkn suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap
bgs, perdamaian abadi dan keadilan sosial
(Kaelan, 2010: 83).
3. Dasar Aksiologis Sila- Sila Pancasila
Pada hakekatnya sesuatu itu bernilai dan bgmn
hubungan sesuatu yg bernilai pd mns.
Max Sceler, nilai yg ada tdk sama luhurnya dan
tdk sama tingginya.
Mnrt tinggi-rendahnya nilai dpt digolongkan:
a) Nilai-nilai Kenikmatan → yg berkaitan dg indra
manusia, yg mengenakkan dan tdk mengenakkan, yg
menyebabkan mns senang/menderita atau tdk enak.
b) Nilai-nilai Kehidupan → dlm tingkatan ini trdpt nilai-
nilai yg penting bagi kehidupan mns, misal :
kesegaran jasmani, kesehatan, serta kesejahteraan
umum.
c) Nilai-nilai Kejiwaan → dlm tingkatan ini trdpt
nilai-nilai kejiwaan, yg sama sekali tdk
tergantung dari keadaan jasmani ataupun
lingkungan. misal : nilai keindahan, kebenaran,
dan pengetahuan murni yg dicapai dlm filsafat.
d) Nilai-nilai kerokhanian → dlm tingkat ini
terdapatlah modalitas nilai dari yg suci
(Wermodalitat der Heiligen and Unheiligen).
Nilai-nilai semacam ini terutama terdiri dari
nilai-nilai pribadi (Driyarkara, dlm Kaelan, 2010:
71).
Menurut Notonagoro, tingkatan nilai dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu:
a) Nilai Material
Segala sesuatu yg berguna bagi mns, pada jasmani
mns.
b) Nilai Vital
Segala sesuatu yg berguna bagi mns utk
mengadakan suatu aktivitas / kegiatan.
c) Nilai-nilai Kerokhanian
Segala sesuatu yg berguna bagi rokhani mns, dan ini
dpt dibedakan atas empat tingkatan:
a) Nilai Kebenaran
Yaitu yg bersumber pada akal, rasio, budi/cipta mns.

b) Nilai Keindahan atau Esthetis


Yaitu nilai yg bersumber pada perasaan mns.

c) Nilai Kebaikan atau Nilai Moral


Yaitu nilai yg bersumber pada unsur kehendak mns.

d) Nilai Religius
Merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan bersifat mutlak.
Nilai religius berhubungan dg kepercayaan dan keyakinan
manusia, nilai ini bersumber pada wahyu dari Tuhan YME.
Mnrt Notonagoro, Nilai- nilai Pancasila termasuk
nilai kerokhanian, ttp nilai kerokhanian yg
mengakui nilai material, dan nilai vital. Dg dmkn
Pancasila terkandung nilai-nilai kerokhanian dan
mengandung nilai-nilai lainnya secara lengkap
dan harmonis yaitu nilai-nilai material, vital,
kebenaran, keindahan / esthetis, nilai moral dan
religius/ kesucian yg secara keseluruhan bersifat
Sistematik – Hierarkhis (Kaelan, 2010: 71- 72).
NILAI – NILAI PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM
Isi arti Pancasila dapat dibedakan:
a) Hakikat Pancasila yg abstrak umum universal mrpkn substansi sila-sila
Pancasila. Artinya istilah pokok dlm sila-sila Pancasila mengandung
pengertian yg abstrak, dan umum seumum-umumnya (Suhadi, 1999: 8- 9).
b) Hakikat Pancasila umum kolektif → Isi arti Pancasila yg umum kolektif itu
mrpkn penjabaran dari isi arti Pancasila yg abstrak umum universal (Suhadi,
1999: 11), utk dijadikan sbg pedoman pelaksanaan penyelenggaraan neg, agar
dpt berfunsi sbgmn mestinya, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
c) Hakikat Pancasila khusus konkrit → realisasi pengamalan Pancasila dalam
kehidupan nyata (sehari-hari), dan bersifat dinamis, namun tdk menyimpang
dari isi arti Pancasila yg umum kolektif maupun isi arti yg umum abstrak
universal (Suhadi, 1999: 14).

Anda mungkin juga menyukai