Anda di halaman 1dari 5

Nama : Shelliata Primande

NIM : 06071381924060
Kelas : Palembang
Mata Kuliah : Bimbingan Konseling Lintas Budaya
Dosen Pengampu : Dra. Harlina, M.Sc.
Sigit Dwi Sucipto, M.Pd.

TUGAS PERTEMUAN 4

 SOAL
1. Jelaskan menurut pemahaman anda mengenai manusia sebagai suatu
dinamika!
2. Identifikasi budaya yang seperti apakah yang masih terwarisi dan
berkembang hingga saat ini.
3. Uraikan beberapa alasan mengapa Budaya Sebagai Hak Paten Manusia.
4. Identifikasi 3 persoalan Teoritis dalam Psikologi Konseling Lintas-Budaya
beserta pemecahannya!

Silahkan di ketik di word dan dikumpulkan dalam format PDF, berikan


Nama, NIM, dan Kampus!

 JAWABAN
1. Manusia Sebagai Suatu Dinamika
Manusia sebagai makhluk hidup yang ada di tengah-tengah
manusia lain (lingkungan sosial), dalam konteks budaya (lingkungan
budaya), dan alam semesta (lingkungan alam), di samping memiliki sifat-
sifat yang berbeda, juga memiliki hal-hal yang sama selaku manusia,
makhluk hidup, bagian dari alam serta sebagai ciptaan Tuhan yang Maha
Esa. Kelebihan kita manusia dari makhluk-makhluk hidup lain nya yaitu
dikarunia al akli, yakni akal-pikiran yang berkembang dan dapat
dikembangkan. Manusia dapat mendidik diri sendiri, dan secara sengaja ia
juga dapat di didik, sehingga kemampuan intelektualnya itu semakin
berkembang. Sedangkan hewan, sekalipun hewan yang dikatakan "paling
cerdas", ia tidak dapat di didik, melainkan hanya dilatih. Oleh karena itu,
umat manusia dengan akal-pikiran dan kebudayaannya senantiasa
mengalami perkembangan serta kemajuan
Menurut Drijarkara (1969, dalam Sumaatmadja, N., 2000: 16)
Manusia adalah suatu dinamika. Dinamika ini tidak pernah berhenti,
melainkan tetap aktif. Dinamika manusia inilah yang memadukan manusia
dengan sesamanya dan dengan dunia lingkungannya. Dinamika ini akan
tetap tumbuh berkembang selama masa hidupnya.
Dari pendapat ahli diatas bisa disimpulkan bahwa manusia sebagai
dinamika artinya manusia akan terus mengembangkan diri dan
lingkungannya sehingga mencapai suatu perubahan.

2. Budaya Yang Masih Terwarisi Hingga Saat Ini


Budaya yang masih terwarisi dan terus berkembang hingga saat ini
yang terdapat di daerah saya yakni di Desa Awal Terusan Kecamatan
Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI, yakni budaya “Ngantat Bantuan”.
Budaya Ngantat Bantuan adalah budaya dimana masyarakat memberikan
bantuan berupa sembako, hewan ternak seperti ayam atau bebek, kepada
mempelai yang ingin menikah. Budaya Ngantat Bantuan ini biasanya
dilaksanakan sehari sebelum acara akad nikah. Budaya ini sudah lama ada,
dan hingga saat ini masih terus dilaksanakan oleh masyarakat.

3. Alasan Budaya Sebagai Hak Paten Manusia


C.A. Ellwood (dalam Sumaatmadja, N., 2000: 46) mengemukakan:
“Culture is a collective name for all behaviour paterns socially
transmitted by of symbols; hence aname for all the distinctive
achievements of human groups, including not only such items as language,
tool making, industry, art, science, Jaw, government, morals, and religion,
but also the material instruments or artifacts in which cultural
achievements are embodied and by which intellectual cultural features are
given practical effect, such as building, tools, machines, communication
devices, art objects, etc. The scientific meaning of the term is therefore
quite different from its popular connotation. It includes all that is learned
through intercommunication. It covers all language, traditions, customs,
and institutions. As no human groups have ever been known. that did have
not language, traditions, customs, and institutions, culture Is universal,
distinctive characteristic of human societies (Fairchild, 1980: 80).”
Berdasarkan konsep yang dikemukakan di atas, kebudayaan itu
sangat luas konotasinya. Maknanya tidak hanya terbatas pada unsur-unsur
yang berkaitan dengan perilaku manusia dengan segala kebiasaan dan
tradisinya, melainkan meliputi juga unsur-unsur material yang dihasilkan
oleh pemikiran dan karya manusia serta berbagai peralatan yang
digunakannya. Bahkan menurut konotasi ilmiah, pengertian kebudayaan
itu juga meliputi sistem ilmu pengetahuan yang dipelajari manusia melalui
antar-komunikasi, bahasa, kelembagaan, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan.
Kebudayaan itu universal dan menjadi ciri khas masyarakat manusia.
Berdasarkan konsep tadi, kebudayaan itu menjadi hak paten umat manusia.
Bagaimanapun sederhananya kelompok manusia atau masyarakat, pasti
memiliki kebudayaan. Makhluk hidup non-manusia, tidak
mengembangkan kebudayaan meskipun mereka memiliki otak
sebagaimana dimiliki manusia. Yang tidak dimiliki mereka yaitu: al akli,
atau pikiran, atau kemampuan berpikir.
Selanjutnya, kita dapat mengikuti pernyataan C.P. Kottak (1991,
dalam Sumaatmadja, N., 2000: 47) sebagai berikut: “All human
populations have culture, which is therefore a generalized possession of
the genus Homo. This is Culture (capital C) in general sense, a capacity
and possession shared by hominids ... Finally there is cultural learning.
This depends on the uniquely developed human capacity to use symbols,
signs that have no necessary or natural connection with the things for
which the stand.”
Berdasarkan pernyataan Kottak di atas, kebudayaan itu merupakan
milik umum dari jenis manusia, kemampuan yang hanya dimiliki oleh
manusia. Kebudayaan ini merupakan hasil belajar yang sangat bergantung
pada pengembangan kemampuan manusia yang unik dalam memanfaatkan
simbol, tanda-tanda, atau isyarat yang tidak ada paksaan atau hubungan
alamiah dengan hal-hal yang mereka pertahankan. Dengan demikian,
kebudayaan itu hak paten manusia dalam konteks masyarakat atau
kelompok, yang tumbuh melalui proses belajar sesuai dengan kemampuan
manusia sendiri. Pernyataan Kottak ini tidak bertentangan dengan apa
yang dikemukakan oleh Ellwood, bahkan saling memperkuat dan saling
menjelaskan.
Menurut pakar antropologi Indonesia, Koentjaraningrat (1990:180)
menjelaskan bahwa kebudayaan adalah "keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar". Ditegaskan bahwa
kebudayaan itu milik otentik manusia, dan kebudayaan tersebut terbentuk
dari hasil belajar, serta kebudayaan itu menjadi hak masyarakat, bukan hak
individu. Kendati demikian, individu menjadi pendukung kebudayaan,
bahkan untuk individu tertentu yang memiliki kepribadian unggul, dapat
menjadi perilaku teladan (reference behaviour) dalam kebudayaan pada
masyarakat serta umat penganutnya. Sebagai contoh, para nabi menjadi
teladan bagi umat pengikutnya.

4. Persoalan Teoritis Dalam Psikologi Konseling Lintas Budaya Beserta


Pemecahannya
Pada dasarnya psikologi dapat dikelompokkan ke dalam tiga aliran,
yaitu: (a) Strukturalisme yang mempelajari manusia dengan metode
Introspeksi, (b) Behaviorisme yang memusatkan perhatian pada perilaku
yang teramati dan terukur, dan (c) Psikoanalisis yang menganalisis
dinamika intra-psikis individu dan alam ketidaksadaran. Dua aliran yang
disebut pertama jelas sangat didominasi oleh paradigma Newtonian (yang
memandang alam tunduk pada hukum-hukum mekanika) dan Cartesian
(yang membagi manusia secara dualistik ke dalam jiwa dan raga, fisik dan
psikis).

Anda mungkin juga menyukai