Anda di halaman 1dari 11

KANDUNGAN AL-QUR’ĀN

Pendahuluan
Agama Islam adalah way of life yang menjamin kebahagiaan hidup
pemeluknya di dunia dan di akhirat. Ia mempunyai satu sendi utama yang
esensial, yaitu al-Qur’ān. al-Qur’ān adalah kalam Allāh yang diturunkan Allah
swt. Berupa mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dan ditulis
di mushaf (lembaran) serta diriwayatkan secara mutawatir dimana membacanya
termasuk ibadah.1
al-Qur’ān adalah sumber hukum dalam Islam. Ia berfungsi sebagai
pemberi petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya. Allah berfirman: Sesungguhnya
al-Qur’ān ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih sebaik-baiknya.2.
Oleh karena itu, hingga kini, al-Qur’ān tetap dijadikan pegangan hidup.
Allah menyebut al-Qur’ān sebagai hudan, petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa.3 Sebagai hudan, al-Qur’ān berisi petunjuk-petunjuk yang bersifat global
dan komprehensif terkait dengan persoalan hidup manusia, baik itu urusan
manusia dengan Allah, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan
sesamanya, dan manusia dengan lingkungannya. al-Qur’ān memberikan petunjuk
dalam persoalan-persoalan aqidah, syari’ah, dan akhlaq, dengan jalan meletakkan
dasar-dasar prinsipil mengenai persoalan-persoalan tersebut.
al-Qur’ān secara bentuk dapat diklasifikasikan dalam tiga puluh juz
(bagian) yang kurang lebih sama panjang, seratus empat belas surat yang tidak

1
Definisi al-Qur’ān oleh Dr. Subhi Ash-Shalih dalam buku Emsoe Abdurrahman dan Apriyanto
Ranoedarsono. The Amazing Stories of al-Qur’ān, sejarah yang harus dibaca, (Bandung:
Salamadani, 2009) 1-2.
2
al-Qur’ān, 19 (al-Maryam): 9.
3
Lihat al-Qur’ān, 2 (al-Baqarah): 2.

1
2

sama panjang pendeknya, dan enam ribu lebih ayat al-Qur’ān4, apa yang
sebenarnya terkandung di dalamnya?
Metode Penyajian Kandungan al-Qur’ān
Banyak cara yang ditempuh pakar al-Qur’ān untuk mengambil dan
menyajikan kandungan dan pesan-pesan al-Qur’ān. Secara umum al-Qur’ān
disajikan sesuai urutan ayat-ayat sebagaimana termaktub dalam mushaf, misalnya
dari ayat pertama surat al-Fatikhah hingga ayat terakhir kemudian beralih ke ayat
pertama surat kedua (al-Baqarah) hingga berakhir, dan demikian selanjutnya.
Fazlur Rahman, menyatakan adanya bahwa ayat-ayat yang terlebih dahulu
diturunkan mengandung ‘momen psikologis’ yang dalam dan kuat luar biasa,
serta memiliki sifat-sifat seperti ledakan-ledakan vulkanis yang singkat dan kuat. 5
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Dr. Quraish Shihab mencoba menyajikan
kandungan al-Qur’ān berdasarkan sejarah turunnya untuk menjelaskan
kandungan/tujuan pokok al-Qur’ān dengan lebih jelas.6
Sehingga dapat disimpulkan, setidaknya terdapat dua cara yang dipakai
para sarjana al-Qur’ān untuk melihat kandungan kitab suci tersebut. Pertama,
menyajikan kandungan al-Qur’ān berdasarkan periode sejarah turunnya. Kedua,
dengan melihat langsung teks al-Qur’ān tanpa mempertimbangkan kronologi
turunnya wahyu.

Penyajian Kandungan al-Qur’ān berdasarkan periode turunnya

4
Terkait jumlah ayat al-Qur’ān, ada perbedaan dikalangan ulama. Menurut perhitungan ulama
kufah, Abu Abdurrahman as-Salmi, al-Qur’ān terdiri dari 6.236 ayat. Sedangkan menurut
Muhammad as-Suyuti, al-Qur’ān terdiri dari 6.000 ayat lebih. Al-Alusi menyebutkan bahwa
jumlah ayat al-Qur’ān adalah 6.616 ayat. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan pandangan
tentang kalimah basmalah pada awal surah dan fawatikh as-suwar atau kapat-kata pembuka surah,
seperti Yāsīn, Alif Lam Mīm, dan Hā Mīm. Ada yang menggolongkan kata-kata pembuka tersebut
sebagai sebuah ayat dan ada pula yang tidak. Jadi, perbedaan dalam menentukan jumlah ayat al-
Qur’ān disini bukan karena perbedaan isi al-Qur’ān, melainkan karena adanya perbedaan dalam
cara menghitung.
5
Lihat Fazlur Rahman, Islam -terj. Ahsin Mohammad, (Bandung: Pustaka, 1984) 31.
6
Lihat M. Quraish Shihab. Membumikan al-Qur’ān: fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan
masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994) 35.
3

al-Qur’ān diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan


dan 22 hari atau 23 tahun; 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah.
Berdasarkan hal tersebut pada umumnya, para ulama ‘ulum al-Qur’ān membagi
sejarah turunnya al-Qur’ān dalam dua periode: Periode sebelum hijrah, dan
periode sesudah hijrah. Ayat-ayat yang turun pada periode pertama dinamai ayat-
ayat Makkiyyah, dan ayat-ayat yang turun pada periode kedua dinamai ayat-ayat
Madaniyyah.7 Sedangkan Dr. M. Quraish Shihab, demi untuk memjelaskan
kandungan al-Qur’ān, ia membagi sejarah turunnya al-Qur’ān dalam tiga periode,
meskipun hakikatnya periode pertama dan kedua dalam pembagian tersebut
adalah kumpulan dari ayat-ayat makkiyyah, dan periode ketiga adalah ayat-ayat
madaniyyah.8
Periode pertama bermula dari turunnya wahyu yang pertama (iqra’)9, yang
merupakan wahyu pengangkatan Muhammad menjadi seorang Nabi, yang tidak
ditugaskan untuk menyampaikan apa yang diterima. Pengangkatan beliau menjadi
Rasul dengan diturunkannya wahyu kedua, yaitu perintah untuk menyampaikan
wahyu-wahyu yang diterimanya, dengan firman Allah: “Wahai orang yang
berselimut, Bangunlah, lalu berilah peringatan”.10
Kemudian, setelah itu, kandungan wahyu Ilahi berkisar dalam tiga hal.
Pertama, pendidikan bagi Rasulullah SAW., dalam membentuk kepribadiannya.

7
Kenyataannya kemudian tidak semua yang turun di Mekkah adalah ayat makkiyyah, dan yang
turun di Madinah ayat madaniyah. Ada tiga pendapat tentang hal ini. Pertama, dari segi waktu:
makkiyah adalah yang diturunkan sebelum hijrah, sekalipun tidak di Mekkah; dan madaniyah
setelah hijrah meski bukan di Madinah. Kedua, dari segi tempat turun: makkiyyah turun di Mekkah
dan sekitarnya (Mina, Arafah, Hudaibiyah, dll.); dan madaniyah turun di Madinah dan sekitarnya
(Uhud, Quba, Sil’, dll.). Ketiga, dari segi sasaran: makkiyyah ditujukan kepada penduduk Mekkah
dengan panggilan al-nas (ya ayyuha al-nas); dan madaniyah ditujukan pada penduduk Madinah
(ya ayyuha al-lazina amanu). Lihat Manna‘ Khalil al-Qattan. Mabāhith fī ‘Ulum al-Qur’ān (Kairo:
Maktabah Wahabiyah, 1995) 48-58.
8
M. Quraish Shihab. Membumikan al-Qur’ān: fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan
masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994) 35.
9
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. QS.
Al-‘Alaq ayat 1-5.
10
al-Qur’ān, 74 (al-Muddaththir): 1-2.
4

Sebagaimana dalam wahyu yang ketiga: Hai orang yang berselimut


(Muhammad), Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit
(daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.
Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah al-Qur’ān itu dengan tartil (perlahan-
lahan).11 Perintah ini disebabkan karena, Sesungguhnya Kami akan menurunkan
kepadamu wahyu yang sangat berat.12 Juga ayat-ayat lain yang semuanya
merupakan bimbingan bagi beliau demi suksesnya berdakwah.
Kedua, pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai sifat dan af’al Allah,
misalnya surah al-A’la (surat ketujuh yang diturunkan) atau al-Ikhlas}, yang
mengandung persoalan-persoalan tauhid dan tanzīh (penyucian) Allah SWT.
Ketiga, keterangan mengenai dasar-dasar akhlaq Islamiyah, serta
bantahan-bantahan secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat jahiliyah
ketika itu. Semisal yang terdapat dalam surah at-Takāthur, satu surah yang
mengecam mereka untuk menumpuk-numpuk harta, dan surah al-Mā’ūn yang
menerangkan kewajiban terhadap fakir miskin dan anak yatim serta pandangan
agama mengenai hidup bergotong-royong. Periode pertama ini berlangsung
sekitar 4-5 tahun.
Selanjutnya periode kedua berlangsung 8-9 tahun, dimasa ini mulai terjadi
pergolakan dan pertikaian hebat antara gerakan Islam dan Jahiliyah. Semua
gerakan ditujukan untuk menghalangi kemajuan dakwah Islam. Dari fitnah,
intimidasi dan penganiayaan, yang mengakibatkan sebagian para sabahabat harus
berhijrah ke habsyah, dan puncaknya Nabi Muhammad saw. dan seluruh sahabat
harus berhijrah ke Madinah.
Pada masa ini, al-Qur’ān mengandung keterangan kewajiban-kewajiban
prinsipil bagi penganutnya, sesuai dengan kondisi dakwah pada masa itu, seperti:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

11
al-Qur’ān, 73 (al-Muzzammil): 1-4.
12
al-Qur’ān, 73 (al-Muzzammil): 5.
5

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.13 Juga


berisikan kecaman-kecaman yang pedas kepada kaum musyrikin yang berpaling
dari kebenaran beserta cerita-cerita tentang umat yang terdahulu. Jika mereka
berpaling Maka Katakanlah: “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir,
seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan Tsamud”.14 Juga argumentasi
mengenai keesaan Tuhan dan kepastian dari hari kiamat.
Secara singkat pada periode pertama dan kedua ini, al-Qur’ān atau ayat-
ayat makkiyyah banyak mengadung nilai-nilai tentang tauhid, risalah Islam, hari
kebangkitan, landasan hukum dan perundang-undangan, prinsip-prinsip pokok
kemanusiaan, dan kisah-kisah para nabi dan umat terdahulu.
Periode ketiga adalah periode Madinah, dimana masa ini berlangsung
selama sepuluh tahun. Pada masa ini timbul bermacam-macam peristiwa, problem
dan persoalan, seperti: Prinsip-prinsip apakah yang diterapkan dalam masyarakat
demi mencapai kebahagiaan? Bagaimanakah sikap terhadap orang munafik, Ahl
al-Kitab, orang-orang kafir dan lain-lain. Sehingga ayat-ayat yang diturunkan
lebih terfokus pada persoalan ibadah dan muamalah serta hal-hal yang bersifat
praktis semisal had, warisan, jihad, peperangan dan perdamaian. Termasuk seruan
kepada kalangan ahli kitab dan mengajak mereka untuk memeluk Islam berikut
penjelasan mengenai penyimpangan-penyimpangan yang mereka lakukan
terhadap kitab-kitab Allah terdahulu.
Berdasarkan klasifikasi ayat-ayat makkiyyah dan madaniyyah, kandungan
ayat-ayat al-Qur’ān dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Ayat-ayat makkiyyah banyak melakukan elaborasi tauhid, risalah Islam, hari
kebangkitan; sedang ayat-ayat madaniyyah lebih fokus pada persoalan ibadah
dan mu‘amalah.
b. Ayat-ayat makkiyyah banyak memberikan landasan hukum dan perundang-
undangan serta prinsip-prinsip pokok persoalan kemanusiaan, sementara ayat-
ayat madaniyyah lebih spesifik pada hal-hal yang bersifat praktis menyangkut
had, warisan, jihad, peperangan dan perdamaian.
13
al-Qur’ān, 16 (al-Nahl): 125.
14
al-Qur’ān, 41 (Fus}s}ilat): 13.
6

c. Kisah-kisah para nabi dan umat terdahulu banyak diceritakan dalam ayat-yat
makkiyyah, sebagai pelajaran bagi umat Islam (awal); sedangkan ayat-ayat
madaniyyah banyak menyeru kalangan ahli kitab dan mengajak mereka untuk
memeluk Islam berikut penjelasan mengenai penyimpangan-penyimpangan
yang mereka lakukan terhadap kitab-kitab Allah terdahulu.

Menyajikan Kandungan al-Qur’ān berdasarkan teksnya


Mengkaji kandungan al-Qur’ān berdasarkan teksnya, atau melihat al-
Qur’ān sesuai urutan ayat-ayat sebagaimana termaktub dalam mushaf. Ayat-ayat
al-Qur’ān tidak dikelompokan berdasarkan pada teori makkiyyah dan
madaniyyah, tetapi dengan melandaskannya klasifikasi urutan surat atau pada
tema yang dikandung ayat per-ayat. Kesan yang ingin dihadirkan metode ini
adalah membiarkan ayat-ayat al-Qur’ān berbicara dengan dirinya sendiri, tanpa
pretensi dari pihak manapun.
Banyak cara yang ditempuh oleh para pakar al-Qur’ān, ada yang
menyajikan kandungan ayat-ayat al-Qur’ān sebagaimana termaktup dalam
mushaf, ayat per ayat, bagaikan menyajikan hidangan prasmanan, yang
dihidangkan dalam sebuah meja sesuai dengan urutannya, sehingga masing-
masing memilih sesuai dengan seleranya. Sebagian lagi menyajikannya dengan
memilih topik tertentu kemudian mengklasifikan ayat-ayat al-Qur’ān sesuai
dengan topik-topik tersebut. Metode yang kedua ini bagaikan menyodorkan
sebuah kotak berisi hidangan yang telah dipilih dan disiapkan kadar dan
ragamnya.
Metode pertama dinamai sebagai metode tahlili atau tajzi’i sedangkan
yang kedua metode maudhu’i (tematik) atau tauhidi (kesatuan). Klasifikasi
kandungan al-Qur’ān dengan kedua metode ini juga dilakukan oleh Dr. Quraish
Shihab dengan menulis tafsir al-Misbah dan Wawasan al-Qur’ān: Tafsir
maudhu’i atas pelbagai persoalan ummat. Yang pertama beliau menulis tafsir al-
Misbah secara tahlili, sedangkan secara maudhu’i, beliau mengklasifikasikan al-
7

Qur’ān dalam lima wawasan pokok untuk menjawab pelbagai persoalan ummat.
Masing-masing pokok bahasan dibagi lagi menjadi sub-sub bahasan.15
Secara garis besar, pokok bahasan yang terkandung dalam ayat-ayat al-
Qur’ān dapat dibagi dalam tiga bagian. Pertama, petunjuk tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kepercayaan atau iman, seperti iman kepada Allah, malaikat,
Nabi dan Rasul, Kitab-kitab yang diturunkan, hari kiamat dan adanya qad}a’ dan
qadar. Kedua, petunjuk tentang hal-hal yang berhubungan dengan urusan anggota
lahir, atau yang berkenaan dengan ibadat persembahan bagi tubuh kasar manusia,
perintah dan larangan dan segala urusan yang mengenai hukum halal, haram, dan
sebagainya. Atau segala hal yang berhubungan dengan Islam. Ketiga, petunjuk
tentang hal-hal yang berhubungan dengan batin, hati dan jiwa, kebaikan budi
pekerti dan segala sesuatu yang mengenai urusan kesopanan, atau semua hal yang
berhubungan dengan ihsan. Dengan kata lain, al-Qur’ān mengandung semua
petunjuk bagi seluruh manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.16

Kandungan al-Qur’ān
Dari pelbagai uraian diatas, baik secara historis (diakronis), atau sinkronis
dapat diperinci bahwa al-Qur’ān mengandung tema-tema khusus yang akan
mengungkap banyak hal dari kehidupan manusia, yaitu:

1. Aqidah atau pokok-pokok Keimanan


al-Qur’ān mengajarkan hal-hal yang berkenaan dengan ke-imanan, inilah
dasar Aqidah yaitu ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan
yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Dalam permasalahan ini
aqidah/pokok keimanan, al-Qur’ān memberi jawaban yang putus, puas dan
tegas contohnya dalam surah al-Ikhlas}. Dalam hal ini, tak ada satu kitab suci

15
Lihat sekapur sirih buku M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’ān: Tafsir maudhu’i atas
pelbagai persoalan ummat,(Bandung: Mizan, 1998) xi-xv.
16
Lihat KH. Moenawar Kholil, al-Qur’ān dari masa ke masa, (Solo: Ramadhani, 1985) 75.
8

manapun yang mampu menerangkan pelajaran tauhid sedemikian sempurna,


seperti yang termuat dalam al-Qur’ān.
al-Qur’ān mengajarkan dasar keimanan yang enam, atau yang disebut
rukun iman, Percaya kepada Allah swt., malaikat, Nabi dan Rasul, kitab-kitab
suci, hari kiamat serta qad}a’ dan qadar. al-Qur’ān menegaskan: Wahai
orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka
Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.17 Sucikanlah nama
Tuhanmu yang Maha Tingi, Yang Menciptakan, dan menyempurnakan
(penciptaan-Nya), Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan
memberi petunjuk.18
Selain itu, al-Qur’ān juga menjadi pemisah antara mukmin dan kafir.
Hukum-hukum inilah yang dibicarakan dalam ilmu us}ul al-dīn atau ilm al-
kalām.

2. Pokok-pokok Ibadah
Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Dari
pengertian fuqahā’ ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau
dikerjakan untuk mendapatkan ridha dari Allah swt. Bentuk ibadah dasar
dalam ajaran agama Islam yakni seperti yang tercantum dalam lima butir
rukum Islam. Mengucapkan dua kalimah syahadat, shalat lima waktu,
membayar zakat, puasa di bulan suci ramadhan dan beribadah haji bagi yang
telah mampu menjalankannya. Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.
dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan
mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-
apa yang kamu kerjakan.19
17
al-Qur’ān 4 (al-Nisā’): 136.
18
al-Qur’ān 87 (al-A’lā): 1-3.
19
al-Qur’ān 2 (al-Baqarah): 110.
9

3. Moral kemanusiaan (al-Akhlāq al-Karīmah)


Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang
terpuji atau akhlāq al-karīmah maupun yang tercela atau akhlāq al-
madhmumah. Allah swt. mengutus Nabi Muhammad saw. tidak lain dan tidak
bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Fazlur Rahman menekankan bahwa
semangat dasar dari al-Qur’ān adalah semangat moral, yang kemudian tumbuh
darinya ide-ide keadilan sosial dan ekonomi. 20 Berarti al-Qur’ān adalah
panduan moral kemanusiaan, tidak hanya kepada Tuhannya, juga kepada
sesamanya, dan lingkungannya.

4. Hukum-Hukum (al-Syari’ah)
Hukum yang ada di al-Qur’ān adalah memberi suruhan atau perintah
kepada orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan
hukuman hukum pada sesama manusia yang terbukti bersalah. Hukum dalam
Islam berdasarkan al-Qur’ān ada beberapa jenis atau macam seperti jinayat,
mu’amalat, munakahat, faraidh dan jihad.

5. Janji dan Ancaman/Harapan dan Peringatan


Tadhkīr atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada
manusia akan ancaman Allah swt. berupa siksa neraka atau wa'īd. Tadhkīr juga
bisa berupa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepadaNya dengan
balasan berupa nikmat surga jannah atau wa’ad. Di samping itu ada pula
gambaran yang menyenangkan di dalam al-Qur’ān atau disebut juga targhīb
dan kebalikannya gambaran yang menakutkan dengan istilah lainnya tarhib.

6. Sejarah manusia dan kisah-kisah


al-Qur’ān penuh dengan bahan sejarah, mulai dari sejarah kejadian bumi
dan kejadian langit, alam seluruhnya, sejarah kehidupan nabi dan rasul sejak
Nabi Adam as. Sampai kepada Nabi Muhammad saw. Juga tentang sejarah
20
Fazlur Rahman, Islam, 36.
10

atau kisah mengenai orang-orang yang terdahulu baik yang mendapatkan


kejayaan akibat taat kepada Allah swt. atau juga yang mengalami kebinasaan
akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah swt. Dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik-baik dari
sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikhtibār. Maka apakah kamu tidak
dapat mengambil pelajaran (daripadanya)?21 Inilah salah satu bentuk
kelengkapan al-Qur’ān, tidak saja mengulas fakta-fakta sejarah, tetapi juga
memuat pelajaran yang dapat diambil dari kejadian-kejadian dalam sejarah itu.

7. Dorongan untuk berfikir atau sumber berbagai Ilmu pengetahuan.


Di dalam al-Qur’ān banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang
memerlukan pemikiran menusia untuk mendapatkan manfaat dan juga
membuktikan kebenarannya, terutama mengenai alam semesta. Semisal, Maka
tidaklah kamu berpikir?22, juga berisi berbagai macam pengetahuan semisal
surat an-Nah}l, yang menandung pegetahuan tentang madu.

Kesimpulan
Setelah pengklasifikasian kandungan al-Qur’ān menurut sejarah dan juga
secara tematis, dipenghujung makalah ini disimpulkan adanya beberapa tema
pokok yang terkandung dalam al-Qur’ān, yaitu : Aqidah atau pokok-pokok
Keimanan, Pokok-pokok Ibadah, Moral kemanusiaan (al-Akhlāq al-Karīmah),
Hukum-Hukum (al-Syari‘ah), Janji dan Ancaman/Harapan dan Peringatan,
Sejarah manusia dan kisah-kisah, serta dorongan untuk berfikir atau sumber
berbagai Ilmu pengetahuan. Semuanya adalah panduan untuk mencapai kehidupan
di dunia dan di akhirat.

DAFTAR PUSTAKA

al-Qur’ān al-Karīm
21
al-Qur’ān 6 (al-’An‘ām): 88.
22
al-Qur’ān 2 (al-Baqarah): 2.
11

Abdurrahman, Emsoe dan Apriyanto Ranoedarsono. The Amazing Stories of al-


Qur’ān, sejarah yang harus dibaca, Bandung: Salamadani, 2009.
Amrullah, Fahmi. Ilmu al-Qur’ān untuk Pemula, Jakarta: CV. Arta Rivera, 2008.
Kholil, Moenawar. al-Qur’ān dari masa ke masa, Solo: Ramadhani, 1985.
Qattan, Manna‘ Khalil al-. Mabāhith fī ‘Ulum al-Qur’ān, Kairo: Maktabah
Wahabiyah, 1995.
Rahman, Fazlur. Islam -terj. Ahsin Mohammad, Bandung: Pustaka, 1984.
Ash Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’ān/Tafsir, Jakarta:
Bulan Bintang, 1986.
Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’ān: fungsi dan peran wahyu dalam
kehidupan masyarakat, Bandung: Mizan, 1994.
Shihab, M. Quraish. Wawasan al-Qur’ān: Tafsir maudhu’i atas pelbagai
persoalan ummat, Bandung: Mizan, 1998.
Zarkasyi, Badr al-Din al-. Al-Burhān fī ‘Ulum al-Qur’ān , Kairo : Dar al-Turāth,
tt.

Anda mungkin juga menyukai