Anda di halaman 1dari 4

Hal Kekuatiran

Lukas 12 : 22-34

PENDAHULUAN :

APAKAH MANUSIA BISA HIDUP DENGAN TIDAK MEMILIKI KEKUATIRAN.?

Setiap kita pasti memiliki kekuatiran. Tidak ada 1 manusia didunia ini yang tidak
memiliki kekuatiran dalam hidupnya.

1. Seorang ayah mungkin akan kuatir kalau ia tidak bekerja karena anak dan
istrinya akan kekurangan makanan dan minuman
2. Seorang ibu akan kuatir jika ia tidak mampu memberikan kasih sayangnya
kepada anak-anaknya, karena demikian anak-anaknya akan menjadi anak-anak
yang nakal.
3. Seorang anak akan kuatir apabila ia tidak dapat memiliki pekerjaan dan tidak
dapat membahagiakan orangtuanya, saudara, kekasih, dan sahabatnya.
4. Mungkin sebagai anak kuliah kita akan kuatir juga dengan tugas2, kesehatan,
ekonomi, semester ini bisa lulus gak dengan nilai2 yang memenuhi standar, atau
setelah tamat akan pelayanan dan bekerja dimana.

Semua hal ini sangatlah wajar dalam diri tiap orang, karena semua itu memang
menjadi kebutuhan kita didunia ini. Yang tidak wajar adalah ketika kita menempatkan
kebutuhan itu diposisi yang utama dalam kehidupan kita, sedangkan kebutuhan yang
utama kita posisikan dibagian belakang.

Kekuatiran adalah perasaan takut (gelisah, cemas) terhadap suatu hal yang
belum diketahui dengan pasti. Hal ini merupakan sesuatu yang aneh, karena sesuatu
yang belum kita ketahui dengan pasti, tapi kita suatu kuatir. Buat apa sih kita kuatir
dengan sesuatu yang belum kita ketahui. Tapi itulah manusia. Realita yang kita alami
dalam kehidupan kita membuat kita menciptakan suatu kekuatiran dalam diri seakan-
akan kita hidup didunia ini dengan tidak memiliki standar dan patokan untuk dapat kita
percaya dan berharap.
Latar Belakang Teks

Dalam ayat 1 - 21 menceritakan pengajaran Yesus tentang siapakah dan apa yang
harus kita utamakan dan harus kita takuti. Yang harus diutamakan dalam hidup adalah
Allah dan yang harus ditakuti dalam hidup adalah Allah. Allah yang memberikan
kehidupan dan memegang kehidupan umat manusia, kepada Dia-lah kita mengabdi.
Kepada Dia-lah kita percaya dan berharap serta menggantungkan hidup kita.

Perikop yang kita baca berkaitan erat dengan perumpamaan orang kaya yang
bodoh yang dengan pengertiannya dan usahanya sendiri berfikir bahwa ia dapat hidup
dengan kekuatan dan usahanya. Ia berfikir bahwa materi adalah hal yang utama dan
harus menjadi patokan dalam hidupnya. Ia berfikir semua hartanya adalah sumber
kekuatan dalam dirinya dan menganggap tindakannya itu dapat menyambung
kehidupannya kedepan. Bukankan ini merupakan tindakan yang sia-sia dan suatu
kekuatiran dalam dirinya bahwa ia sendiri kuatir akan harta dan hidupnya yang
sebenarnya tidak dapat menjadi suatu patokan untuk dia percaya dan berharap.

1. Ayat 22-30 :

Bolehkah kita kuatir.?

Dalam hidup boleh kuatir, tapi kekuatiran yang berlebihan akan mendatangkan
kesia-siaan. Kekuatiran yang berlebihan akan membuat iman kita tumpul dan tidak mau
mengandalkan Tuhan. Kekuatiran yang berlebihan akan membuat kita meragukan
pemeliharaan Allah dalam hidup kita. Kekuatiran yang berlebihan akan membuat kita
berjalan dan merencanakan sesuatu tanpa koneksi/hubungan dengan Allah.

Ayat 29-30 Kekuatiran pasti akan kita alami, tapi respon kita terhadap kekuatiran itu
harus kita bawa kepada Tuhan. Tuhan akan memampukan kita untuk mengatasi
kekuatiran yang kita alami. Hanya orang-orang yang tidak mengenal Allah yang kuatir
akan hidupnya. Orang yang percaya mengetahui bahwa hidupnya dipelihara oleh Allah
dan Allah menyediakan apa yang kita perlu.

* Bandingkan : Gambaran Orang Kurang Percaya (Ayat 24 dan 27). Kita sendiri yang
menciptakan sesuatu yang skeptic dalam diri kita. Kita percaya Tuhan ada tapi kita
tidak percaya bahwa Tuhan memelihara hidup kita. Kita tidak percaya bahwa Tuhan
akan menyediakan keperluan kita. Kita tidak percaya bahwa Tuhan adalah sumber
kehidupan kita.

Apakah materi itu perlu.?

Hidup memerlukan materi, tapi materi bukanlah bagian utama dalam hidup. Sama
seperti orang kaya yang bodoh, yang dengan berani memposisikan harta dan
kekayaannya sebagai hal yang utama dalam hidupnya.

Yesus dalam pengajarannya bukan ingin meniadakan sesuatu yang bersifat materi,
tapi Ia ingin menegaskan bahwa ada hal yang utama yang seharusnya diprioritaskan
terlebih dulu dibandingkan dengan hal-hal yang bersifat sekunder (materi, harta dan
kekayaan).

Dalam ayat 30b menjelaskan bahwa Tuhan tahu bahwa kita memerlukan semuanya
itu. Hal-hal yang bersifat materi memang kita perlukan, tapi jangan membuat hal
tersebut menjadi yang utama dalam hidup kita. Jika kita menempatkan itu menjadi yang
utama, maka kita akan kuatir dengan berlebihan apabila kita tidak memiliki hal-hal
tersebut.

Lantas : Apakah yang menjadi utama dalam hidup.?

Ayat 31-34 menjelaskan kepada kita, tentang apa yang harus menjadi hal utama
dalam hidup kita. Yaitu Kerajaan Allah. Jika kita menjadikan Kerajaan Allah sebagai
yang utama dalam hidup kita dan menjadi harta bagi kita, maka disitulah hati kita
berada. Disitulah kita harus menaruh hati dan pemikiran kita. Namun jika kita
menjadikan hal-hal yang materi adalah harta kita dan maka disitulah hati kita berada.
Dengan sendirinya kita akan terus mengejar hal-hal yang bersifat materi, bukan lagi
kerajaan Allah.

Yesus menegaskan kepada murid2-Nya untuk mencari kerajaan Allah dari pada
mengkuatirkan hal-hal yang bersifat materi. Mencari Kerajaan Allah berarti kita ingin
mengetahui apa yang menjadi kehendak Allah dalam hidup mereka. Mencari kerajaan
Allah berarti kita harus menempatkan apa yang menjadi kehendak Allah dalam hidup
kita dan menjadikan itu sebagai prioritas utama dalam hidup kita. Mencari kerajaan
Allah berarti kita mau menyatakan dan memberitakan kehendak Allah dalam hidup kita.
Kehendak Allah bagi setiap orang percaya, yaitu memberitakan keselamatan didalam
Yesus Kristus. Inilah yang harus menjadi hal terutama dalam kehidupan kita.

1 Petrus 5:7 = Serahkanlah Kekuatiran mu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara


kamu.

Anda mungkin juga menyukai