Anda di halaman 1dari 27

PENDAHULUAN

SEJARAH PERKEMBANGAN PAK


DARI MASA PL HINGGA ABAD 20

Dalam bagian ini, akan dibahas Sejarah perkembangan Pendidikan Agama Kristen
(PAK) dari Masa Perjanjian Lama (PL) hingga abah 20. Bahasan dalam bagian ini terdiri dari
dua hal yakni hal mendasar berkaitan dengan hakikat sejarah PAK dan juga fase-fase dalam
perkembangan PAK terutama dalam pola dan praktik PAK, yakni pola dan praktik
pendidikan di masa Perjanjian Lama, pola dan praktik pendidikan di era Perjanjian Baru,
pola dan praktik pendidikan Yunani-Romawi dan pengaruhnya bagi praktik pendidikan di
lingkungan gereja, pola dan praktik PAK di era Bapa-Bapa Gereja, pola dan praktik PAK di
era reformasi serta pola dan praktik PAK di abad-20

BAB I
1
Hakikat sejarah PAK

Berdasarkan pembahasan mengenai sejarah, maka pada hakikatnya sejarah PAK


adalah sejarah yang bersifat linear dimana didalamnya terdapat benang merah karya Allah di
ranah PAK di sepanjang sejarah dunia terutama sejarah Kekristenan. Hal ini mengandung
makna bahwa segala proses yang terjadi mengarah pada satu tujuan yang telah ditetapkan
Allah.
Bertolak dari hal ini maka sejarah PAK dalam perspektif Sejarah maupun
Kekristenan haruslah dilihat sebagai suatu bagian integral dari sejarah Kekristenan yang
2
bersifat Kristologis, Soteriologis dan Eskatologis. Bertolak dari hal ini maka sejarah PAK
tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kekristenan dan dapat dimasukkan sebagai bagian
3
integral dari sejarah Kekristenan..

1 ?
Selengkapnya baca dan jika dirasa perlu silahkan fotocopy, Pazmino, 127-130, Gangel. 14, Eavey 7-
17.
2 ?
Stevri Lumintang, Diktat Sejarah dan filsafat PAK untuk Program Pascasarjana, 4.
3
Terkait dengan hal ini beberapa penulis berpandangan bahwa hubungan antara PAK dan Kekristenan
?

merupakan hubungan yang unik, integral dan tidak dapat dipisahkan dimana didalanya dinyatakan,
“Kekristenan tidak mungkin bertumbuh tanpa PAK dan PAK tidak mungkin ada tanpa Kekristenan. Salah
satunya Eavey berpandangan bahwa antara Kekristenan dan PAK merupakan satu kesatuan, pemisahan yang
terjadi adalah upaya iblis untuk mendistorsi kesatuan tersebut mengingat pentingnya PAK dalam sejarah
Keristenan.
2

Keunikan Sejarah PAK


1. Adanya integrasi antara sejarah PAK dan sejarah Kekristenan dan kaitan yang erat
dengan sejarah pendidikan yang diakui oleh mayoritas bangsa di dunia. Hal ini terjadi
karena tokoh-tokoh dalam PAK adalah tokoh-tokoh yang berpengaruh di dunia
pendidikan hingga saat ini.
2. Adanya catatan campur tangan kekuatan supranatural (Allah) dalam eksistensi dan proses
perkembangannya.
3. Adanya integrasi antara idealisme yang dipertahankan, proses kreatif untuk
mempertahankan idealisme tersebut di tengah-tengah banyaknya pandangan hidup yang
muncul. Tentu saja hal ini tak lepas dari campur tangan Allah.

Urgensitas Pembelajaran Sejarah PAK


1. Melaluinya kita dapat mengenal adanya integrasi antara PAK dan Kekristenan secara
umum dalam dinamika hubungan diantara keduanya.
2. Melaluinya kita dapat mengenal nilai-nilai dasar Kekristenan khususnya PAK yang
senantiasa dipertahankan dari waktu ke waktu.
3. Melalui kita dapat mengenal pergumulan antara “idealisme” dan “konteks” dalam
pembelajaran PAK dari waktu ke waktu.
4. Melaluinya kita dapat mempelajari permasalahan dan tantangan yang muncul dalam
sejarah perkembangan PAK dari waktu ke waktu serta formulasi penyelesaiannya yang
dapat berguna hingga saat ini.

Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembelajaran Sejarah PAK


1. Pembelajaran harus dilakukan dengan memperhatikan adanya “sudut pandang
Ilahi” dalam proses perkembangan PAK.
2. Peristiwa yang tercatat di dalamnya tidak mencakup keseluruhan peristiwa dalam
sejarah perkembangan pendidikan, Kekristenan maupun sejarah dunia namun hanya
sebagian yang berkaitan dengan perkembangan PAK.
3. Pembelajaran yang dilakukan seyogyanya menitikberatkan pada “studi relevansif
dan aplikatif” dimana didalamnya ada upaya untuk menemukan relevansi dan
aplikasi dari catatan sejarah yang ada.
4. Dalam rangka menemukan benang merah dan manfaat praktis dari pembelajaran
yang dilaksanakan dianjurkan untuk mengembangkan sikap kritis, kreatif dan
imajinatif praktis dalam proses pembelajaran.

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
3

5. Tidak dianjurkan untuk mengacu hanya pada satu referensi pembelajaran tanpa
membandingkan dengan referensi lain, dalam rangka menemukan obyektifitas dan
hal yang kompeherensif terhadap obyek pembelajaran.
6. Dibalik kesemuanya itu yang terpenting adalah hendaknya proses pembelajaran
yang dilakukan menjadi bagian integral dari proses pembentukan sebagai tenaga
pelayan pendidikan Kristen sesuai dengan amanat agung PAK dalam Matius 28:18-
20

BAB I I
PENDIDIKAN ERA PERJANJIAN LAMA

4
Pendidikan di masa Perjanjian Lama yang juga dikenal dengan Pendidikan
5
Yahudi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen. Hal ini terjadi karena terdapat benang merah antara pendidikan di Era
Perjanjian Lama dengan pola dan praktik PAK hingga saat ini. Pendidikan Era Perjanjian
Lama yang juga disebut Pendidikan Yahudi ini memiliki sumbangsih besar bagi PAK,
salah satu diantaranya adalah pola dan praktik pendidikan yang berpusat pada Allah. Ini
merupakan salah satu warisan terindah dari pola dan praktik pendidikan di Era Perjanjian
6
Lama.
Pembelajaran terhadap topik memang cukup luas dan beragam. Beberapa literatur
rujukan memiliki sudut pandang dan susunan bahasan yang berbeda, sehingga disarankan
untuk merujuk langsung pada materi. Namun secara umum ada beberapa hal mendasar
yang menarik untuk dikaji dari Pendidikan di Era Perjanjian Lama. Beberapa hal itu adalah
Karakteristik Umum dan Periodesasi pendidikan di era PL.

4 ?
Selengkapnya baca dan jika perlu fotocopy: Gangel, Christian Education: Its History and Philosophy,
19-32; Benson, A Popular History of Christian Education, 13-29; Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran
dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Plato sampai IG. Loyola, 19-51; Eavey, History of Christian
Education, 43-72; Pazmino, Foundational Issues in Christian Education: An Introduction in Evangelical
Perspective, 131-132; Stevri Lumintang, Diktat Pascasarjana: Sejarah dan Filsafat PAK, 13-14.
5 ?
Beberapa pakar Pendidikan Kristen menggunakan istilah ini dalam buku yang ditulisnya.
6
Mengenai hal ini Benson menyatakan, “The Romans gave the world its law and the Greeks its
?

literature and art, but the Jews provided Christianity, which today dominates all other religion of the globe.”
(Benson, 13).
Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
4

Dasar Teologis Pendidikan Era PL


1. Bangsa Pilihan: Hal mendasar yang diyakini oleh bangsa Israel (Yahudi) dalam proses
pendidkan yang dilaksanakannya adalah keberadaan mereka sebagai bangsa pilihan
Allah yang akan menjadi berkat bagi dunia dengan segala hak yang dimilikinya (Kej
12:2-3). Sebagaimana dinyatakan Ul 1:7-8, mereka dipilih hanya karena anugrah Allah
bukan karena kehebatan mereka.
2. Allah pusat segala sesuatu : Bangsa Yahudi meyakini bahwa segala sesuatu harus
berpusat kepada Allah. Bertolak dari hal ini, dalam proses pendidikan yang mereka
lakukan mereka lebih menekankan hal-hal yang bersifat vertical daripada horizontal.
Mereka berpandangan bahwa jika seseorang memiliki hubungan yang baik dengan
Allah, secara otomatis hubungannya dengan sesama akan berjalan dengan baik.
3. Penyataan Allah dasar segala sesuatu : Bangsa Yahudi meyakini bahwa penyataan
Allah dalam bentuk firman, peristiwa sejarah dan banyak hal merupakan sumber dan
dasar dari segala sesuatu. Berbeda dengan Yunani yang mengandalkan akal budi untuk
mengenal segala sesuatu, bangsa Yahudi lebih mengandalkan penyataan Allah
dibanding kemampuan mereka untuk mengenal Allah. Bertolak dari hal ini
pembelajaran terhadap penyataan Allah seperti Taurat dan beberapa sumber penyataan
lainnya menjadi hal yang serius mereka pelajari secara turun temurun (Ul 6:4-9). Selain
itu, kepekaan untuk mendengar suara Allah secara langsung juga menjadi salah satu
bagian dari proses pembelajaran di masa itu, seperti kisah Samuel (I Sam 3:1).
4. Hakekat manusia : Salah satu keyakinan teologis yang mendasari pendidikan Yahudi
adalah kesadaran mereka terhadap hakekat manusia, dimana di satu sisi mereka
meyakini manusia sebagai ciptaan yang serupa dan segambar dengan Allah, serta
memiliki tugas khusus dari Allah, di sisi lain mereka juga menyadari bahwa manusia
adalah pribadi yang lemah dan penuh dosa sehingga senantiasa dalam posisi dilema dan
selalu diperhadapkan pada dua pilihan (Yer 2:13b, Ul 30:19-20). Disinilah muncul
konsep perlunya penebusan, keselamatan dan kelepasan dari dosa. Keyakinan teologis
ini muncul semakin kuat di masa kehancuran dan pembuangan Israel.
5. Anugrah dan Ketaatan : Salah satu keyakinan teologis yang dimiliki bangsa Yahudi
setelah masa pembuangan adalah pentingnya ketaatan. Jika sebelumnya mereka
berpandangan bahwa mereka adalah kaum pilihan maka setelah masa pembuangan
mereka berpandangan bahwa walaupun mereka kaum pilihan, mereka juga perlu
memiliki ketaatan dalam kehidupan mereka, sebab tanpa ketaatan mereka akan
berhadapan dengan hukuman dan disiplin Allah.

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
5

Tujuan Pendidikan
Tujuan umum dan mendasar dari pendidikan Yahudi adalah “Melibatkan angkatan
muda dan dewasa dalam sejumlah pengalaman belajar yang menolong mereka mengingat
perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan Allah pada masa lampau serta membimbing
mereka senantiasa hidup sebagai umat pilihan Allah dalam segala aspek kehidupannya dari
waktu ke waktu, dimana dalam setiap kesempatan dan kondisi mereka senantiasa meletakkan
“kehendak Allah” sebagai bagian integral dari kehidupan mereka sehari-hari.

Karakteristik Umum
1. Berpusat pada Allah dan penyataan-Nya: Berpusat pada pribadi Allah dan penyataan
Allah baik yang bersifat langsung maupun melalui Torah maupun rangkain peraturan
kehidupan yang ada.
2. Bersifat seumur hidup (Long Life Education): Pendidikan yang dilaksanakan terjadi
seumur hidup sejak lahir hingga akhir hayat. Pendidikan ini bersifat formal dan informal.
3. Kompeherensif : Pendidikan yang dilaksanakan mencakup seluruh aspek kehidupan,
bukan hanya aspek pengetahuan keagamaan namun meliputi keseluruhan aspek
kehidupan seperti aspek sosial dan kemasyarakatan.
4. Berpusat Pada Keluarga: Walaupun banyak jenjang pendidikan yang ditempuh dan
banyak pengajar, pendidikan Yahudi pada dasarnya berpusat pada pendidikan keluarga,
dimana pendidikan yang dilakukan oleh kedua orang tua memiliki peranan penting bagi
pembentukan pribadi seorang anak Yahudi.
5. Bersifat Detail : Sebagai bentuk pendidikan yang menekankan hafalan dan pemahaman
secara mendalam, pendidikan Yahudi merupakan pendidikan yang sangat mendetail,
dimana bagian firman Tuhan (penyataan Allah) yang telah diterima dibahas secara
mendetail dalam berbagai bentuk tafsiran dan tata laku hidup (Hal ini terutama terjadi
setelah masa pembuangan).

Pola Pembelajaran dan Pengajar


1. Bangsa Yahudi meyakini bahwa Allahlah pengajar utama dari segala proses
pembelajaran yang dilaksanakan (Ho 11:1, 3-4). Dalam proses pelaksanaannya, Allah,
diyakini mempercayakan tanggung jawab pengajaran yang utama kepada orang tua (Ul
6:4-9). Selain orang tua, di lingkungan pendidikan Yahudi terdapat empat golongan
pemimpin yaitu : Imam yang identik dengan pengorbanan, Nabi yang identik dengan
penyampai pesan Allah, Kaum Bijaksana yang identik dengan ajaran dan tulisan

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
6

kebijaksanaan mereka sebagaimana terdapat dalam kitab Amsal, Pengkhotbah, Ayub dan
Kaum penyair yang mengingatkan umat Allah dengan syair-syair mereka, seperti terdapat
dalam Mazmur.
2. Dalam pelaksanaannya, terutama sesudah pembuangan, pendidikan Yahudi telah
mengenal jenjang kependidikan yang didasarkan pada psikologi perkembangan anak.
Tahapan tersebut adalah: Pada usia 6 tahun anak masuk dalam pendidikan dasar dimana
mereka mulai mempelajari bahasa Ibrani, Taurat dan tulisan lain dan diharapkan pada
usia 10 tahun mampu membaca keseluruhan PL dalam bahasa Ibrani. Selanjutnya pada
usia 10 tahun mereka masuk Beth Talmud dan mempelajari Misyna (Tafsiran tentang
Torah), Talmud dan Hagadah, Juga pada periode ini merke mempelajari ilmu hitung,
ilmu bumi, ilmu hayat dan ilmu perbintangan. Pada usia 12 tahun mereka mulai
mengikuti acara-acara keagamaan dan melakukan pendalaman terhadap pengajaran
mereka di rumah ibadah Salah satu contoh dari hal ini adalah peristiwa Yesus di Bait
Allah ketika berusia 12 tahun.
3. Pola/Metode pembelajaran sangat tergantung pada komunikasi langsung (tradisi oral)
dimana materi yang ada baik yang tertulis maupun oral (lisan yang diwariskan secara
turun temurun) disampaikan secara lisan melalui metode menghafal, permainan kata,
syair, menggunakan lagu dan musik serta upaya lain yang bertujuan untuk menanamkan
ingatan secara kuat. Selain itu, upacara-upacara keagamaan dan keteladanan dalam
praktik kehidupan sehari-hari keluarga menjadi salah satu metode pembelajaran yang
sangat penting dalam pendidikan Yahudi.

Periodesasi
Beberapa penulis memiliki pandangan yang beragam terkait dengan periodesasi
pembelajaran bangsa Yahudi. Periodesasi ini bisanya dikaitkan dengan sejarah perjalanan
bangsa yahudi sejak Abraham hingga pasca kehancuran. Namun secara umum periodesasi itu
dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu Pra Pembuangan dan Masa Pembuangan hingga
Paska Pembuangan. Di kedua masa tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dalam
proses pembelajaran.
1. Periode Pra Pembuangan: Periode yang terjadi dari masa Bapa-Bapa Leluhur, keluarnya
bangsa Israel dari Mesir hingga masa raja-raja pra pembuangan ini merupakan
pendidikan yang benar-benar bersifat Theosentris, dimana segala proses pendidikan yang
terjadi berorientasi pada Allah dan penyataan-Nya. Pada masa ini kehendak Allah
menjadi pusat dari proses pendidikan dan keseluruhan proses kehidupan bangsa Yahudi
(Israel). Intervensi Allah secara langsung dan kebanggaan sebagai bangsa pilihan Allah

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
7

sangat dirasakan pada masa Theokrasi ini. Spontanitas menjadi salah satu ciri masa ini,
dimana penyataan Allah secara langsung sangat dinantikan.
2. Periode Pembuangan dan Paska Pembuangan: Periode ini ditandai dengan perubahan
yang cukup drastis bangsa Yahudi dalam pemahaman teologis, tata ibadah, tata
kehidupan yang juga berpengaruh pada pola pembelajaran.
Dalam masa ini keyakinan teologis sebagai umat Allah yang superior telah bergeser dan
berpadu dengan pemahaman mengenai ketaatan dan hukuman, dimana walaupun mereka
umat Allah mereka juga harus memiliki ketaatan sebab jika tidak mereka akan menerima
hukuman Allah. Tata ibadah pada masa ini juga berubah, jika sebelumnya Kemah Suci
dan Bait Allah menjadi satu-satunya tempat ibadah, pada masa selanjutnya karena
sulitnya kondisi mereka mulai mendirikan tempat-tempat ibadah terdekat yang dikenal
dengan Sinagoge. Pada masa ini pula, mereka tidak lagi mengandalkan spontanitas dan
penyataan Allah secara langsung namun mulai mempelajari penyataan Allah melalui
literatur dan tradisi lisan yang ada. Bertolak dari hal ini, maka pola pembelajaran menjadi
pola pembelajaran yang lebih terarah dan tersistematisir dibandingkan sebelumnya. Pada
masa ini sekolah kenabian mulai dioptimalkan dan muncul golongan-golongan tertentu
dalam pembelajaran seperi Farisi dan Para rabbi. Mereka inilah yang membuat penafsiran
dan rangkaian tata aturan kehidupan yang merupakan penjabaran praktis dari Torah dan
hukum Tuhan.

Refleksi dan Implementasi (TUGAS 1)


1. Apa kelebihan dan kekurangan pola pendidikan PL/Yahudi?
2. Pelajaran apa yang dapat kita petik dari pola pendidikan PL/Yahudi?
3. Apa kontribusinya bagi PAK?
4. Apa kelemahan pendidkan kita saat ini jika dibandingkan pendidkan Masa PL/Yahudi?
5. Formulasi apa yang dapat kita terapkan dalam pelayanan kependidikan yang akan kita
laksanakan kelak dan apa yang perlu kita siapkan sebagai tenaga kependidikan?

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
8

BAB I I I
PENDIDIKAN ERA YUNANI-ROMAWI

7
Pendidikan Era Yunani-Romawi merupakan salah satu era yang cukup
8
mempengaruhi proses Pendidikan Agama Kristen di kemudian hari kelak. Hal ini terjadi
karena di era ini terdapat beberapa tokoh atau filsut yang pemikirannya banyak
mempengaruhi pola hidup masyarakat di kemudian hari, termasuk di bidang pendidikan.
Tak dapat dipungkiri, luasnya pengaruh pendidikan Era Yunani-Romawi tak lepas
dari kehadiran keempat filsut di era ini. Mereka adalah Socrates, Plato Aristoteles dan
Quintilianes. Kehadiran keempat tokoh filsafat ini dianggap mewakili berbagai macam
teori pendidikan yang muncul di era ini.

Socrates
Diantara filsut Yunani, Socrates merupakan salah satu filsut yang banyak menghasilkan
filsut-filsut yang cukup berpengaruh di dunia filsafat, salah satunya Aristoteles. Walaupun
usianya relatif singkat, karena dipaksa mengakhiri hidupnya dengan mimum racun,
Socrates mampu mewarnai dunia filsafat saat itu, hingga membuat penguasa yang
9
dipengaruhi Kaum Sophist menghukumnya.
Secara ringkas sumbangsih Socrates bagi dunia pendidikan termasuk Pendidikan
Agama Kristen adalah upayanya tanpa henti yang dilakukan untuk menemukan dan
mengenal kebenaran absolute. Dan dalam pencarian tersebut, Socrates meyakini kebenaran
itu bukan hanya dicari dari diri manusia, dengan kata lain Socrates menolak manusia
sebagai satu-satunya parameter kebenaran.

7 ?
Selengkapnya baca dan jika perlu fotocopy: Gangel, Christian Education: Its History and
Philosophy, 33-64; Benson; Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama
Kristen: Dari Plato sampai IG. Loyola, 19-51;Pazmino, Foundational Issues in Christian Education: An
Introduction in Evangelical Perspective, 132-134;
8
Dalam hal ini penulis berbeda pandangan dengan Boehkle yang berpandangan bahwa pendidikan
?

Yunani Romawi merupakan dasar Pendidikan Agama Kristen. Walaupun dalam proses pendidikan yang
dilaksanakan, pola pendidikan Yunani Romawi cukup mempengaruhi PAK, namun dasar PAK bukanlah hal
tersebut namun Alkitab (PL dan PB).
9 ?
Kelompok Sophist adalah kelompok yang cenderung berorientasi pada relativisme dan skeptisisme. Hal
ini membuat kaum sophist cenderung merelatifkan segala sesuatu termasuk Allah. Bagi mereka filsafat
merupakan alat untuk menemukan pembelaan terhadap argumen dan manusia merupakan sumber segala
kebenaran. Hal inilah yang membuat mereka berpandangan bahwa kebenaran dapat diperoleh melalui hasil
pemikiran manusia yang teruji. Dalam hal ini Socrates tidak sependapat karena ia berpandangan ada hal yang
bersifat absolut dan tidak semuanya dapat direlatifkan.
Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
9

Sumbangsih yang diberikan Socrates pada dunia pendidikan selain pengakuan


terhadap adanya kebenaran absolut, yang pada gilirannya akan membawa seseorang
membuka diri untuk mengenal Allah, adalah metode bertanya yang menjadi sarana bagi
peserta didik untuk mencari dan menemukan kebenaran melalui proses waktu. Kegigihan
Socrates mempertahankan kebenaran sebagai suatu hal yang bersifat essensial di atas
apapun membuat moralitas menjadi bagian yang penting dalam kehidupan manusia. Hal ini
pulalah yang menjadi sumbangsih Socrates bagi dunia pendidikan, pendidikan yang
memperhatikan pertumbuhan moral selain kognitif dan afektif.

Plato
Tak berbeda dengan Socrates yang mengedepankan “nilai-nilai yang tidak
kelihatan” Plato juga merupakan salah satu filsut yang memperhatikan manusia bukan hanya
dari sisi kebendaan yang kelihatan. Bagi Plato, manusia adalah pribadi yang harus dilihat
secara utuh, dimana di dalamnya manusia bukan hanya dilihat dari unsur akal namun juga
emosi dan tubuh. Ketiganya menurut Plato harus dioptimalkan dalam pendidikan untuk
memperoleh kepribadian yang harmonis.
Dalam pandangannya yang dikenal dengan Idealisme, Plato menyatakan bahwa apa
yang ada pada saat ini merupakan gambaran dari apa yang ideal dalam tataran metafisika
( tapi bukan Tuhan). Sebagaimana dikatakan Gangel, hal ini memunculkan adanya 4 teori
perkembangan pemikiran manusia sebagaimana dilansir Plato.
Keempat tahapan tersebut adalah: Imajinasi (Level terendah yang biasanya diwakili
oleh khayalan anak-anak), percaya (Orang mempercayai segala sesuatu tanpa adanya
uji hipotesa, seperti percaya kepada hantu) berfikir (Aktitas pemikian yang menggunakan
simbol dan hipotesis) pengetahuan yang benar (Perfect Intelegence/pengetahuan pada
tataran idealisme tertinggi)
Pandangan Plato yang menekankan idealisme atau dunia metafisika, memberikan
ruang yang luas terhadap Ide dan sesuatu yang bersifat immaterial. Hal ini pada titik tertentu
akan membawa manusia pada pengakuan ada sesuatu yang transenden di luar diri dan
keberadaannya. Pandangan ini tentu saja bertentangan dengan pandangan Sophist yang
melihat manusia sebagai pusat segala sesuatu.
Terdapat beberapa sumbangsih Plato bagi dunia pendidikan, selain pendidikan yang
bersifat kompeherensif yang mencakup unsur pemberdayaan pikiran, emosi, moral dan
tubuh. Beberapa diantaranya seperti keyakinannya bahwa pendidikan sebagai sarana
mencapai tujuan, perlunya pengembangan mental spiritual peserta didik dan beberapa hal
lainnya yang cukup mempengaruhi dunia pendidikan saat ini.

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
10

Aristoteles
Sebagai murid Plato, Aristoteles banyak mewarisi pemikiran filosofis Plato dan
juga Socrates. Pemikiran yang berorientasi pada idealism pemikiran dan orientasi pada
proses kongkrit dari alam merupakan sebagian warisan pemikiran yang dipegang teguh oleh
Aristoteles. Namun walaupun demikian, dalam upayanya menengahi pandangan Plato yang
dianggap khalayak terlalu “mengambang” dan pandangan Sophist yang hanya menekankan
pada kebendaan dan kekinian.
Walaupun perkembangan penelitian ilmiah menunjukkan beberapa teori Aristoteles
yang tidak sesuai dengan perkembangan jaman, tak dapat dipungkiri, beberapa istilah dan
pandangannya melatarbelakangi penemuan ilmu pengetahuan di berbagai disiplin ilmu.
Hasil pemikiran ini dikembangkan dalam berbagai bahasa dan mencakup berbagai bentuk
disiplin ilmu.
Pemikiran Aristoteles ini banyak diadopsi oleh Thomas Aquinas. Dalam
perkembangannya Aquinas berusaha mengharmoniskan ajaran Aristoteles dnegan iman
Kristen. Pola intelektualitas ini menurut Boelkhe masih mempengaruhi pola pikir Gereja
Katolik Roma.
Melalui karyanya yang berjudul Etika Nikomakia dan Politik, pandangan
Aristoteles mengenai pendidikan dapat diketahui. Ia meyakini, pendidikan termasuk
kegiatan insane yang mempunyai maksud utama untuk mendorong orang mencapai
kebahagiaan (eudaimonia). Kebagaiaan tersebut menurut Plato harus diimbangi dengan
moralitas yang baik dalam kehidupan seseorang.
Beberapa pemikiran Plato lainnya yang mempengaruhi dunia pendidikan
diantaranya seperti: Pembelajaran yang disesuaikan dengan usia peserta didik, Lingkungan
memiliki pengaruh dalam proses pendidikan sehingga proses pendidikan yang dilakukan
harus melibatkan lingkungan, Pendidikan yang efektif haruslah melibatkan pengalaman
pembelajaran yang menyertai proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Marcus Fabius Quintilianes


Berbeda dengan ketiga filsut yang berlatar belakang Yunani, Quintilianes
merupakan salah tokoh pendidikan Romawi terkemuka. Quintilianes dalah seorang guru
Romawi yang pertama diangkat menjadi guru Rhetorika, walau ia berkebangsaan Spanyol.
Buku yang ditulisnya setelah 20 tahun menjadi pengajar, Institutia Oratoria berhasil
ditulisnya.

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
11

Dalam perkembangannya, pemikiran Quintilianes banyak mempengaruhi dunia


pendidikan khususnya sastra. Pengaruh itu sangat kuat di lingkungan penganut humanisme.
Dalam berbagai karya Yohanes Calvin kita juga banyak menemukan kilasan pemikiran
Quintilianes.
Beberapa sumbangsih yang diberikannya dalam proses pendidikan hingga saat ini
seperti: Kepribadian guru yang menjadi teladan bagi murid dalam segala aspek kehidupan,
perlunya menghormati peserta didik, pembuatan kurikulum berdasarkan usia anak, Perlunya
metode menghafal dan perlunya kelompok belajar bagi pengembangan potensi peserta didik.

Warisan Pendidikan Masa Yunani-Romawi


1. Karisma dan kemampuan guru mempengaruhi peserta didik (Guru menjadi cermin bagi
peserta didik).
2. Penghormatan peserta didik kepada guru bagaimanapun keberadaannya.
3. Pola pendidikan tutorial yang diterapkan pada masa Yunani-Romawi masih relevan
hingga saat ini untuk tingkat pendidikan tertentu.
4. Murid diberi kesempatan untuk berkembang dan bertumbuh sesuai dengan karakteristik
yang dimilikinya tanpa harus menjadi “imitasi” dari gurunya.
5. Pendidikan harus bersifat kompeherensif dan disesuaikan dengan tingkatan usia.

Refleksi dan Implementasi (Tugas 2)


6. Apa kelebihan dan kekurangan pola pendidikan Yunani-Romawi?
7. Pelajaran apa yang dapat kita petik dari pola pendidikan Yunani-Romawi?
8. Apa kontribusinya bagi PAK?
9. Apa kelemahan pendidkan kita saat ini jika dibandingkan pendidkan Masa Yunani-
Romawi?
10. Formulasi apa yang dapat kita terapkan dalam pelayanan kependidikan yang akan kita
laksanakan kelak dan apa yang perlu kita siapkan sebagai tenaga kependidikan?

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
12

BAB I V
PENDIDIKAN ERA PERJANJIAN BARU

10
Pendidikan di masa Perjanjian Baru merupakan salah satu era pendidikan yang
banyak mempengaruhi proses Pendidikan Agama Kristen hingga saat ini. Dari berbagai
aspek pendidikan, pendidikan di era ini memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi
proses pendidikan selanjutnya.
Pendidikan Era PB, pada dasarnya merupakan pendidikan yang berporos pada
pribadi Yesus Kristus sebagai pengajar untuk beberapa saat lamanya. Namun tak dapat
dipungkiri, dalam perkembangannya, dengan tetap berorientasi pada pribadi Kristus, proses
pendidikan yang dilaksanakan banyak dipengaruhi oleh pribadi Paulus dan juga beberapa
rasul lainnya.
Tak dapat dipungkiri, dalam perkembangannya, keberadaan Yesus sebagai hasil
produk didikan Yahudi, membuat pola pendidikan yang diterapkan-Nya banyak bercorak
Yahudi. Namun dalam pelaksanaannya Yesus mampu memadukan berbagai pola
kontekstualisasi yang lebih relevan dibandingkan pola pendidikan Yahudi.
Selain pendidikan Yesus yang bercorak Yahudi, pola pendidikan yang
dikembangkan oleh para rasul terutama Paulus juga turut mempengaruhi perkembangan
PAK. Secara singkat gambaran kedua pola pendidikan yang dimaksud sebagai berikut:

Pola Pendidikan Yesus


Kehadiran Yesus sebagai seorang guru tak lepas dari latar belakang pedagogisnya
sebagai pribadi yang telah dibentuk dalam proses pendidikan Yahudi yang dimulai dari
rumah. Kepiawaian Yesus dalam mengimplementasikan pengajaran bagi para murid tak
lepas dari pengalaman pendidikan yang ditempuhnya. Namun tak dapat dipungkiri Yesus
memiliki jangkauan yang lebih luas disbanding pendidikan yang diterapkan oleh para rabi.
Keluasan jangkauan pelayanan Yesus dibandingkan pelayanan para rabi dan
agamawan Yahudi terlihat dari para pendengar pengajaran dan pengikutn-Nya yang lebih
beragam. Tak hanya orang biasa, kelompok yang termarginalkan juga menjadi bagian dari
sasaran pengajaran Yesus. Pemungut cukai, pelacur, wanita dan anak-anak yang selama ini
tidak diperhitungkan menjadi bagian dari murid Yesus.

10 ?
Selengkapnya baca dan jika perlu fotocopy: Gangel, Christian Education: Its History and
Philosophy, 51-75; Benson, A Popular History of Christian Education, 30-49; Boehlke, Sejarah
Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Plato sampai IG. Loyola, 57-84;
Eavey, History of Christian Education, 75-87; Pazmino, Foundational Issues in Christian Education: An
Introduction in Evangelical Perspective, 135-136; Stevri Lumintang, Diktat Pascasarjana: Sejarah dan
Filsafat PAK, 15-16.
Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
13

Tak hanya itu dalam Markus 1:22, 12:37 kita menemukan bahwa pola pengajaran
Yesus juga menjadi salah satu hal menarik pada masa itu. Beberapa pola pengajaran yang
dipakai Yesus seperti:
1. Ceramah : Metode ini sangat umum digunakan masa itu, namun metode yang
diterapkan Yesus yang lebih empatif membuat pengajaran mendalam dan dapat
mempengaruhi pola hidup pendengarnya (Band Mat 5-7)
2. Menghafal : Metode ini juga lazim digunakan pada masa itu, namun bukan hanya
menghafal ayat firman Tuhan, Yesus juga menggunakan kata yang mudah dihafal oleh
para muridnya (Band Mat 12:8).
3. Bimbingan : Kehidupan bersama yang diterapkan Yesus bersama para murid
merupakan salah satu wujud dari bimbingan yang diberikan Yesus, sehingga para
murid tidak hanya mengetahui pengajaran Yesus tapi juga kehidupan Yesus setiap hari.
4. Dialog : Tak berbeda dengan metode yang umum pada masa itu, metode dialog juga
diterapkan oleh Yesus, namun uniknya dalam dialog yang dilakukan bukan hanya di
tempat ibadah namun dialog yang dilakukan dengan semua orang termasuk keolompok
termarginalkan.
5. Studi Kasus : Model studi kasus diterapkan Yesus dengan menceritakan suatu cerita
dan mengajak pendengar maupun para murid untuk menganalisa dan menarik makna
dari cerita atau kasus yang dibahas.
6. Perjumpaan Pribadi : salah satu metode Yesus yang cukup unik adalah perjumpaan
pribadi. Melalui metode ini, Yesus senantiasa menantang seseorang untuk
mengapresiasi bahkan mengambil keputusan melalui pertanyaan yang sederhana.
7. Perbuatan simbolis : Metode lain yang dipakai Yesus dalam mengajar adalah simbolis.
Melalui metode ini, Yesus berusaha mengajarkan sebuah prinsip kebenaran yang dapat
diterima oleh para murid. Salah satu bentuk metode ini adalah ketika Yesus
menyerahkan diri-Nya untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis.
Selain metode mengajar, totalitas Yesus dalam menjalankan tugasnya sebagai
seorang guru juga menjadi teladan yang menarik bagi pendidik Kristen. Kerendahan hati
yang ditunjukkan dengan pembasuhan kaki dan kesabarannya membimbing para murid di
tengah kelemahan sangat efektif hingga saat ini.

Pola Pendidikan Para Rasul


Selain pola pendidikan Yesus, pola pendidikan yang diterapkan oleh para rasul
terutama Paulus juga memiliki pengaruh yang cukup kuat bagi pelaksanaan PAK di
kemudian hari. Pada dasarnya pola pendidikan ini tidak berbeda dengan pola pendidikan

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
14

Yesus dan seluruh Perjanjian Baru, karena pada hakekatnya dalam keseluruhan PB terdapat
berbagai gambaran mengenai PAK.
Salah satu surat yang sarat dengan nuansa PAK adalah Surat Paulus kepada jemaat
di Tesalonika. Dalam surat ini Paulus secara tegas menyatakan pentingnya pelayanan
pendidikan dalam kehidupan jemaat. Hal ini sebagaimana terdapat dalam I Tesalonika
2:11-12.
Dalam tulisan Paulus ini terdapat beberapa materi dari Pendidikan Agama Kristen
pada masa itu. Beberapa materi tersebut diantaranya : Ajaran Teologis yang berorientasi
pada Ketuhanan Yesus dan keberadaan-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat, Pengajaran
Praktis Etis yang berorientasi pada bagaimana seharusnya jemaat hidup sebagai pengikut
Kristus, tata ibadah dan juga beberapa kata bijak yang menyerupai perkataan Kristus.
Selain di Tesalonika, beberapa surat-surat penggembalakan juga menunjukkan
pentingnya PAK dalam pelayanan rasuli pada masa itu. Hal ini sebagaimana terdapat dalam
Surat I Timotius. Dalam bagian tersebut banyak ditemukan beberapa hal mengenai
pentingnya guru dan pelayanan pengajaran dalam jemaat.

Warisan Pendidikan Era Perjanjian Baru


1. Keberadaan Kristus sebagai juru selamat dan karya keselamatannya merupakan pusat
dari PAK.
2. Kerendahan hati dan totalitas pendampingan kepada peserta didik merupakan salah satu
hal penting dalam pembelajaran.
3. Metode pengajaran yang diterapkan Yesus masih relevan hingga saat ini.
4. Materi PAK harus berisi pengajaran teologis, etis praktis dan tata laksana kehidupan
jemaat. Kesemuanya itu harus berorientasi pada Kristus.
5. Kedekatan antara guru dan peserta didik merupakan salah satu hal yang paling efektif
dalam pembelajaran.

Refleksi dan Implementasi (tugas 3)


1. Apa kelebihan dan kekurangan pola pendidikan PB?
2. Pelajaran apa yang dapat kita petik dari pola pendidikan PB?
3. Apa kontribusi pola pendidikan PB bagi PAK saat ini.
4. Apa kelemahan pendidikan kita saat ini jika dibandingkan dengan pola pendidikan PB?
5. Formulasi apa yang dapat kita terapkan untuk menerapkan pola PB dalam praktik PAK
saat ini?

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
15

BAB V
PENDIDIKAN ERA GEREJA PURBA

11
Pendidikan di masa Gereja Purba dimulai sejak abad ke-2 hingga ke-5 Masehi
merupakan kelanjutan dari pola pendidikan di masa PB. Namun berbeda dengan pola
pendidikan di masa PB, pola pendidikan di masa gereja purba lebih kental dengan nuansa
budaya hellenisme yang menjadi penguasa dunia pada saaat itu.
Kehadiran gereja di tengah-tengah lingkungan budaya dan sosial yang sama sekali
berbeda membuat gereja melakukan perjuangan ekstra keras dalam menghadapi tantangan
terhadap permasalahan yang muncul di sekitar gereja.
Beberapa tantangan tersebut diantaranya: pertama, seperti tantangan budaya kafir
dalam segala keragamannya yang membuat gereja mau tidak mau harus berjuang
mempertahankan iman ditengah upaya adaptasi; kedua, gereja harus berupaya keras untuk
melakukan kontekstualisasi dan menggunakan budaya lokal bagi jalan Injil; ketiga, gereja
harus mempertahankan kemurnian iman di tengah aliran keagamaan dan kepercayaan di
masa itu; dan keempat bagaimana mempertahankan eksistensi Kekristenan di tngah-tengah
tantangan sosial dan tuduhan negatif bagi Kekristenan pada masa itu.
Dalam kondisi demikian, Pendidikan Kristen sebagai salah satu upaya untuk
menghadapi tantangan menjadi kebutuhan sekaligus keprihatinan pada masa itu. Di tengah
kondisi demikian, gereja tertantang untuk memberikan pengajaran yang berguna bagi
pemahaman iman jemaat. Hal ini dimaksudkan agar jemaat tidak terpengaruh terhadap
berbagai tantangan yang ada.
Tak heran, karena kondisi ini, di masa ini banyak dihasilkan beberapa pendidik
besar yang pemahaman pendidikannya sangat mempengaruhi PAK hingga saat ini.
Beberapa diantaranya adalah:

Clementus (150-215 Masehi)


Clementus adalah seorang tokoh gereja yang lahir di Athena dan meninggal di
Palestina pada usia 30 tahun. Ia merupakan kepala perguruan tinggi Kristen ternama pada
masa itu dan juga guru Origenes, salah satu bapak gereja yang terkenal dengan penafsiran
alegorisnya. Clementus dikenal sebagai pribagi yang berusaha menjembatani pemikiran
Kristiani dan pemikiran Yunani seperti pemikiran Plato, Homerus dan Stoa.
Dalam bidang PAK ia banyak sekali memiliki pemikiran mengenai pendidikan
dalam gereja sebagaimana terdapat dalam ketiga karyanya seperti Protrepikos (Nasihat
11 ?
Selengkapnya baca dan jika perlu fotocopy beberapa materi yang menjadi rujukan sebagaimana
terdapat dalam silabus dan pembahasan di kelas.
Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
16

yang disampaikan kepada kaum kafir), Paidagogos (Sang Pendidik, yaitu Kristus) dan
Stomateis (Bunga Rampai).
Dalam Paidagogos, Clementus mengatakan bahwa pengajar memiliki peran penting
dalam proses pengajaran. Namun harus disadari, menurutnya pengajar sejati adalah pribadi
Kristus sendiri, sebagaimana digambarkan oleh firman Tuhan. Oleh sebab itu dalam proses
pembelajaran, seseorang harus belajar dari Kristus bukan hanya pada ajaranNya namun
juga pribadi-Nya.
Sementara itu, untuk peserta didik, Clementus tidak membatasi usia. Menurutnya,
dalam rangka pembelajaran kepada Kristus, setiap orang dalam berbagai golongan usia
memiliki status sebagai murid yang senantiasa harus belajar pada Sang Guru Agung.
Sementara untuk tujuan PAK, menurut Clementus adalah untuk menciptakan pribadi yang
setia pada firman Allah yang mampu beradaptasi dengan budaya Yunani (kontekstualisasi).
Menurut Clementus, terdapat 4 unsur dalam pendidikan yaitu, guru, peserta didik,
proses belajar mengajar dan hasil dari pengalaman belajar. Dalam implementasinya pada
masa itu, Clementus menerapkannya dalam kurikulum yang berbasis kurikulum pendidikan
teologi seperti saat ini.

Origenes (185-224 Masehi)


Sebagaimana telah dipaparkan, Origenes merupakan salah satu bapa gereja yang
cukup cemerlang dan membawa nama harum gereja Aleksandria. Ia memiliki pandangan
bahwa filsafat dapat membantu manusia untuk belajar lebih baik, namun filsafat haruslah
ditundukkan pada firman Allah yang adalah dasar dari segala sesuatu.
Bertolak dari pandangan inilah Origenes menemukan bentuk penafsiran alegoris,
dimana menurutnya, firman Tuhan jangan hanya ditafsirkan secara hurufiah yang hanya
dibatasi oleh pemikiran manusia namun juga harus dilihat dari sisi maksud tersembunyi
Allah.
Dalam bidang pendidikan, Origenes berpandangan bahwa kesan pertama dari
seorang guru sangat penting bagi peserta didik. Oleh sebab itu, seorang guru harus mampu
memberikan pengalaman belajar yang berharga bagi para muridnya. Menurutnya guru tidak
perlu mencari “menang” dihadapan muridnya dan harus memberikan kesempatan kepada
muridnya untuk berkembang dan “unggul” atasnya.
Hal inilah yang menyebabkan dalam pemikiran Origenes, pujian terhadap murid
merupakan sesuatu yang seharusnya diberikan oleh seorang guru dalam rangka
memberikan stimulus pada muridnya agar maju dan berkembang.

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
17

Hieronimus (345-420 Masehi)


Hieronimus merupakan pribadi yang cerdas dan menguasai bahasa latin dengan
cukup baik, sehingga ia diminta oleh Gereja Katolik Roma melalui Paus untuk
menterjemahkan Alkitab dalam bahasa latin yang dikenal dengan Vulgatus.
Hieronimus juga merupakan salah satu tokoh yang sangat menghargai filsafat
Yunani dan berupaya untuk memadukannya dengan iman Kristen. Namun walaupun
demikian Hieronimus tetap berupaya untuk berpijak pada firman Tuhan. Tapi tak dapat
dipungkiri, dalam perkembangannya ia sering terjebak dalam sinkritisme yang kurang
menguntungkan iman Kristen.
Dalam pendidikan, Hieronimus juga memberikan kesempatan pada anak-anak dan
wanita untuk bertumbuh dalam pendidikan. Pola pendidkan yang dilaksanakan adalah
pendidikan indoktrinasi. Tujuan pendidikan menurutnya adalah untuk membawa jiwa
peserta didik menjadi bait Allah.
Hieronimus juga berpandangan bahwa “reward” haruslah diberikan kepada peserta
didik yang berhasil memenuhi tugas yang diberikan. Ia juga menekankan pentingnya indar
dalam pembelajaran sehingga optimalisasi panca indra dalam pembelajaran sangat
diperlukan.
Dalam kurikulum, ia menemukan setidaknya ada tiga bagian pokok yaitu
pengetahuan bahasa yaitu Yunani dan Latin, pengetahuan rohani dan ketrampilan praktis
yang dibutuhkan oleh peserta didik.

Yohanes Chrysostomus (347-407 Masehi)


Chysostomus merupakan pendidik Kristen yang lahir di Anthiokia. Ia dikenal
sebagai mulut kencana karena kepiawaiannya dalam berkhotbah. Namun tak dapat
dipungkiri, dalam pelayannya setelah ditahbiskan sebagai pendeta, ia menempatkan
pendidikan dalam gereja menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan.Hal ini semakin optimal
dilakukan ketika ia diangkat menjadi uskup agung Konstantinopel.
Pemikirannya di bidang PAK diimplementasikan Chrysostomus dalam bukunya
yang berjudul Jalan yang layak bagi para orang tua untuk mendidik anak. Dalam karyanya
ia berpandangan bahwa, anak haruslah dididik untuk menjadi pribadi yang memiliki
semangat untuk hidup dan efektif dalam pertandingan hidup bagi Kristus.
Ia berpandangan bahwa anak haruslah dididik untuk menjadi baik. Didikan ini jauh
melebihi emas dan perhiasan yang diberikan. Dalam konteks ini, ia menggambarkan bahwa
peserta didik haruslah dipandang sebagai pribadi-pribadi yang berlomba bagi kemulyaan

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
18

Kristus sebagaimana dinyatakan Paulus. Dalam proses tersebut panca indra harus
dioptimalkan bagi proses pembelajaran.

Aurellius Augustinus (354-430 Masehi)


Augustinus merupakan bapa gereja yang sangat mempengaruhi Kekristenan
terutama Protestanisme hingga saat ini. Di tengah perjuangannya mempertahankan iman
Kristen dan upaya untuk menemukan formulasi hubungan antara gereja dan Negara
Augustinus memberikan perhatian yang cukup besar terhadap proses pendidikan di gereja
pada masa itu.
Kepedulian tersebut diimplementasikan dalam ketiga karyanya yaitu: De Doctrina
Christiana (Ajaran Kristiani), De Magistra (Sang Guru) dan De Cathechizandis rudibus
(Mengkatekisasi orang yang belum terdidik). Dalam ketiga karya tersebut ia banyak
mengulas pengenai pentingnya pendidikan dalam gereja.
Tujuan pendidikan Kristen tidak pernah dirumuskan secara bulat oleh Agustinus,
namun kesemuanya ini bermuara pada kembalinya hakikat manusia sebagai manusia yang
diciptakan Allah secara sempurna. Walaupun terlilit dalam dosa keturunan melalui
penebusan Kristus manusia harus dibawa kembali pada pengenalan akan Allah yang benar.
Pengenalan inilah yang menjadi tujuan dari PAK.
Bagi guru, Agustinus juga berpandangan bahwa Kristuslah guru sejati, sehingga
setiap guru harus belajar pada Kristus agar dapat menjadi guru yang baik. Menurut mereka,
Kristuslah cermin dari keberadaan guru sejati. Dalam implementasinya Augustinus juga
tidak menafikan peran Roh Kudus. Roh Kudus merupakan pribadi yang menjadi penentu
dari keberhasilan pendidikan.
Dalam pemahamannya tentang kedaulatan Allah, Agustinus menolak pemisahan
dan pembedaan antara pendidikan rohani dan sekuler. Menurutnya segala bentuk
pendidikan harus diabdikan bagi kemuliaan Allah. Dalam proses ini Augustinus lebih
banyak menggunakan metode ceramah dan dialogis untuk optimalisasi implementasi
pengajaran.
Dalam pengembangannya, tiga wadah pengembangan PAK yang diterapkan oleh
Augustinus dan populer di masa gereja purba adalah kebaktian atau ibadah umum,
katekumenat atau sekolah untuk jemaat yang rindu untuk diperlengkapi dalam pelayanan
dan sekolah katekitasi atau sekolah teologi pada saat ini.

Warisan Pendidikan Era Gereja Purba


1. Yesuslah guru agung sehingga setiap guru haruslah bercermin pada Kristus

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
19

2. Setiap pribadi harus berpandangan bahwa ialah murid Kristus.


3. Reward harus digunakan dalam proses pendidikan untuk menstimulasi siswa
4. Tujuan akhir PAK haruslah untuk menciptakan pribadi yang serupa dengan Kristus
5. Semua komponen dalam gereja harus digunakan untuk optimalisasi pendidkan
dalam jemaat.

Refleksi dan Implementasi (Tgas 4)


1. Apa kelebihan dan kekurangan pola pendidikan era gereja purba?
2. Pelajaran apa yang dapat kita petik dari pola pendidikan era gereja purba?
3. Apa kontribusi pola pendidikan era gereja purba bagi PAK saat ini.
4. Apa kelemahan pendidikan kita saat ini jika dibandingkan dengan pola pendidikan
era gereja purba?
5. Formulasi apa yang dapat kita terapkan untuk menerapkan pola gereja purba dalam
praktik PAK saat ini?

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
20

BAB VI
PENDIDIKAN ERA ABAD PERTENGAHAN

12
Era yang dimulai sejak abad ke-6 hingga ke-14 Masehi merupakan masa
keemasan gereja dimana di masa ini gereja bukan hanya mempengaruhi kehidupan rohani
namun juga berbagai segi kehidupan termasuk pendidikan umum dan pemerintahan. Bagi
PAK, sebagai konsekwensi logis perkembangan gereja, PAK juga dapat diimplementasikan
melalui berbagai cara dan wadah.
Dalam kehidupan gerejawi, PAK diimplementasikan melalui berbagai cara yaitu:
bahasa dan rupa lambang (dimana tulisan, naskah dan berbagai bentuk lambang dijadikan
pola untuk mendidik seseorang) atau hal-hal simbolis seperti sakramen baptisan, sakramen
misa, drama agamawi dan juga patung, naskah tertulis maupun lukisan yang banyak dibuat
pada masa itudan juga melalui berbagai bentuk bangunan gereja yang sarat makna rohani
dan pengajaran
Sementara untuk wadah bagi pelaksanaan PAK, jemaat pada umumnya juga
menjadi salah satu wadah bagi pelaksanaan PAK. Mereka merupakan orientasi bagi
pengajaran PAK yang dilaksanakan. Selain itu PAK juga dilaksanakan di sekolah
katekisasi (Pendidikan teologi seperti saat ini). Universitas Kristen dan juga sekolah
kesatrian yang diperuntukkan bagi putra bangsawan dan kelompok terkemuka.
Masa yang didominasi oleh peran gereja dalam berbagai aspek kehidupan ini secara
otomatis menciptakan banyak tokoh besar yang sangat berjasa bagi PAK. Beberapa
diantaranya seperti Raja Karel Agung, Alfred Agung, Rubanus Maurus, Petrus Abelardus,
Thomas Aquinas dan beberapa tokoh lainnya.

Raja Karel Agung (742-814 M)


Karel Agung merupakan raja Kerajaan Frank yang mencakup wilayah Prancis,
Jerman, Belgia, Belanda, Denmark, Austria, Italia dan Spanyol. Ia merupakan raja yang
cukup berhasil dan terkenal pada masa itu. Ia juga dinobatkan Paus Leo sebagai Kaisar
pada Kerajaan Romawi Suci.
Dalam PAK, Karel Agung memiliki andil yang cukup besar bagi pengembangan
PAK. Salah satunya seperti upayanya untuk mempertinggi derajat pendidikan melalui surat
keputusan yang dibuatnya pada tahun 787. Piagam ini begitu mendalam sehingga dianggap

12 ?
Selengkapnya baca dan jika perlu fotocopy beberapa materi yang menjadi rujukan sebagaimana
terdapat dalam silabus dan pembahasan di kelas.

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
21

sebagai piagam pertama yang berbicara secara khusus mengenai dunia pendidikan terutama
di abad pertengahan.
Pentingnya pendidikan diimplementasikan oleh Karel Agung dengan mewajibkan
para biara dan imam memiliki pendidikan yang memadai. Selain itu pendidikan dalam
jemaat harus dilakukan melalui berbagai cara, termasuk khotbah yang berorientasi pada
khotbah pengajaran. Selain itu, ia juga aktif untuk belajar dan memperlengkapi diri dengan
berbagai pengetahuan.

Alfred Agung (849-901 Masehi)


Alfred Agung merupakan raja dari sebuah kerajaan kecil di dekat wilayah Inggris.
Namun walau demikian, ia memiliki banyak hal yang berguna bagi PAK sehinggaia
disejajarkan dengan tokoh besar PAK di abad pertengahan lainnya.
Beberapa sumbangsih yang berharga dari Alfred Agung yang juga dikenal sebagai
raja yang cinta damai adalah adanya Crash Program (Program Darurat) penterjemahan
beberapa karya dalam bahasa latin ke dalam bahasa Saxon yang berguna bagi proses
pendidikan masa itu.
Hal ini terus dilanjutkan oleh Alfred dengan memperbanyak penerbitan literatur
karena menurutnya literatur merupakan poros yang sangat berharga bagi pengembangan
pendidikan termasuk PAK. Hal inilah yang memelopori pandangan mengenai pentingnya
literatur dalam proses pengembangan PAK.

Rubanus Maurus (776-856 Masehi)


Maurus merupakan pengajar kelahiran Mainz, Jerman, alumnus universitas di
Prancis yang didirikan oleh missionaris Inggris. Karena kepiawaiannya ia dijuluki guru
pertama Jerman. Maurus dikenal juga karena upayanya untuk memperjuangkan pendidikan
berkwalitas di institusi pemimpin gereja yang ada.
Baginya kwalitas jemaat salah satunya ditentukan oleh kwalitas pemimpin dari
jemaat itu sendiri. Untuk dapat memiliki kemampuan yang dibutuhkan adanya pemahaman
yang integral dan mendalam antara pengetahuan Alkitab dan pengetahuan umum.

Petrus Abelardus (1079-1142 Masehi)


Petrus Abelardus adalah pendidik yang memiliki perjalanan hidup yang cukup luar
biasa untuk dikaji. Selain kecermelangannya dalam berfikir, pergumulan hidup yang
dialaminya di sepanjang masa membuat ia mampu menghasilkan berbagai macam
pandangan yang kontemplatif dan relevan bagi proses pelaksanaan PAK.

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
22

Salah satu pandangannya yang sangat kritis dan dapat mengharmoniskan peran
iman dan akal budi adalah metode dialektis dalam mengajar. Menurutnya metode ini sangat
efektif untuk menggali pengetahuan bagi peserta didik. Rasa aman dalam Kekeristenan
haruslah menjadi suatu proses yang dinamis untuk lebih mengenal Allah dan bukan
menjadi alasan untuk stagnan.

Thomas Aquinas (1225-1274 Masehi)


Thomas Aquinas merupakan salah satu tokoh gereja terkenal yang berasal dari
kelurga bangsawan. Pemikirannya yang merupakan integrasi antara Alkitab dan
bebeberapa pandangan filsafat yang selaras banyak mempengaruhi gereja terutama gereja
Katolik Roma. Bukan hanya gereja pendidikan di lingkungan Kekeristenanpun juga banyak
dipengaruhi oleh pandangan Thomas Aquinas ini.
Selain Summa Theologiae yang terkenal, Aquinas banyak menulis literatur di
bidang teologi dan pendidikan dalam gereja. Salah satunya sepeti De Magistra (Sang
Guru), karyanya yang sangat masyur di dunia pendidikan. Di dalam buku tersebut, terdapat
beberapa pemahaman pedagogis yang sangat berharga bagi praktik PAK.
Salah satu hal yang menarik dari Aquinas adalah paparannya mengenai peserta
didik. Menurutnya peserta didik adalah pribadi yang berkembang dan terus berkembang
dalam berbagai hal termasuk proses belajar. Oleh sebab itu murid harus dihargai dan
dibimbing sedemikian rupa untuk menemukan pengetahuan yang ingin diketahuinya.
Bagi Aquinas, guru memiliki tanggung jawab yang besar untuk menciptakan
peserta didik yang berkwalitas dan tergali keseluruhan kompetensi dan potensinya.

Warisan Pendidikan Era Gereja Purba


1. Di tengah hirup pikuknya pelayanan gerejawi dan Kekristenan, PAK harus tetap
mendapat perhatian sebagaimana mestinya.
2. Guru terutama guru jemaat harus mempersiapkan diri sebaik mungkin agar
pelayanan yang dilakukan optimal.
3. Murid adalah pribadi yang memiliki keunikan, sehingga harus dihormati dan
dituntun untuk menemukan pengetahuan yang diinginkannya sesuai dengan
karakteristik yang dimilikinya.
4. Literatur merupakan salah satu komponen penting dalam proses pengembangan
PAK
5. PAK harus mampu menghasilkan pendidikan yang sinergis, implementatif dan
integratif.

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
23

Refleksi dan Implementasi (Tugas 5)


1. Apa kelebihan dan kekurangan pola pendidikan era abad pertengahan?
2. Pelajaran apa yang dapat kita petik dari pola pendidikan era abad pertengahan?
3. Apa kontribusi pola pendidikan era abad pertengahan bagi PAK saat ini.
4. Apa kelemahan pendidikan kita saat ini jika dibandingkan dengan pola pendidikan
era abad pertengahan?
5. Formulasi apa yang dapat kita terapkan untuk menerapkan pola abad pertengahan
dalam praktik PAK saat ini?

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
24

BAB VII
PENDIDIKAN ERA REFORMASI

Pendidikan era reformasi merupakan pendidikan yang berbeda dengan era


sebelumnya, dimana di era ini pelayanan pedagogis menjadi salah satu orientasi dalam
pelayanan gerejawi. Kuatnya semangat “belajar firman Tuhan” dari sumber asli membuat
pelayanan pengajaran menjadi salah satu prioritas di kalangan gereja terutama di kalangan
gereja Protestan.
Perkembangan positif dalam implementasi PAK ini tak lepas dari pemikiran yang
berkembang di era pra reformasi. Melalui pemikiran beberapa tokoh terutama Desiderius
Erasmus, seorang aktivis pendidikan dan pelayanan di Belanda pada saat itu, gerakan
humanisme berkembang dan mempengaruhi pemikiran banyak orang.
Bagi Erasmus, PAK haruslah diterapkan dalam ruang kehidupan masyarakat yang
kompleks dan universal, sehingga dibutuhkan implementasi praktis yang terbuka, bukan
ekslusif. Segala macam ilmu pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki manusia harus
disatukan dalam suatu pola pengajaran. Hal inilah yang membuat ia dikenal sebagai
pendidik oikumenes.
Selain itu, generasi muda harus dioptimalkan dalam pembelajaran sehingga mereka
dapat memperoleh beragam pengetahuan yang berguna bagi hidup mereka. Hal ini menurut
Erasmus harus dilakukan dalam rangka pemahaman yang terbuka bagi peserta didik.
Sebagai akibatnya, Erasmus mengkampanyekan bahwa semua bentuk literatur termasuk
kitab suci harus diketahui oleh banyak orang.
Di era reformasi banyak terdapat beberapa tokoh yang berjasa bagi reformasi
termasuk di bidang PAK, beberapa diantaranya seperti Martin Luther dan Yohanes Calvin.

Martin Luther
Martin Luther merupakan ujung tombak reformasi yang telah menempelkan 98 dalil di
pintu gereja Wittenberg yang dianggap sebagai tonggak awal reformasi Protestan. Dalam
bidang PAK, sama dengan Erasmus yang tidak menyukai pola pendidikan indoktrinasi dan
kekerasan terhadap peserta didik, Luther sangat memperhatikan perlakuan dan sikap yang
benar terhadap peserta didik.
Bagi Luther, peserta didik bukan hanya harus dihormati tapi juga harus dibekali
sedemikian rupa secara kompeherensif agar dapat menghadapi berbagai tantangan
kehidupan yang akan dihadapinya kelak. Pendidikan menurut Luther harus diperuntukkan
bagi semua tak tergantung jenis kelamin, usia dan latar belakang social.

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
25

Bertolak dari hal ini Luther menekankan pentingnya dibuka sekolah dan berbagai
lembaga pendidikan hingga pelosok desa. Dalam hal ini Luther menggandeng pemerintah
setempat untuk mewujudkannya. Pendidikan yang dimaksud Luther adalah pendidikan
integratif yang bukan hanya menekankan hal teologis namun juga ketrampilan hidup
termasuk didalamnya musik.
Buku pendidikan bagi jemaat yang juga dikenal dengan buku katekismus kecil
sengaja disusun Luther sebagai panduan pendidikan jemaat yang dipakai hingga kini. Tak
dapat dipungkiri pengaruh Luther dalam pendidikan reformasi sangat kuat di masa itu.

Yohanes Calvin
Tak berbeda dengan Luther yang lebih dikenal sebagai pemimpin jemaat dan tokoh
reformasi, Calvin juga dikenal sebagai penerus pengembangan Reformasi setelah Luther.
Namun walaupun demikian dalam berbagai karyanya Calvin banyak menulis bahwa
dirinya juga merupakan pengajar jemaat.
Komitmen Calvin terhadap pengajaran sangat kuat hingga ia menulis buku
termasyur, Institutio yang dipakai sebagai pedoman bagi pendidikan gerejawi hingga saat
ini. Melalui buku tersebut dan juga beberapa karyanya dapat diketahui bahwa dasar dari
materi PAK yang dinyatakan Calvin adalah kedaulatan Allah dan ketidakberdayaan
manusia untuk mencari Allah.
Bagi Calvin, PAK merupakan bagian integral dari gereja yang harus dioptimalkan
pelaksanaannya. Hal ini selaras dengan tujuan dari PAK yaitu menciptakan jemaat sebagai
pribadi yang dikenan Tuhan dalam proses pembelajaran dan pengajaran yang dilaksanakan.
Oleh sebab itu gereja dalam pemikiran dan pelayanan Calvin menjadi sentral dari
pelaksanaan PAK.
Tak heran dalam perkembangan selanjutnya, gereja-gereja yang beraliran Calvinis
memberikan titik berat pada pelayanan pengajaran melalui berbagai bentuk pelayanan yang
dilaksanakannya.

Warisan Pendidikan Era Gereja Purba


1. Pelayanan pengajaran dan pendidikan dalam jemaat harus menjadi bagian dari
pelayanan gerejawi.
2. Peserta didik harus dioptimalkan dalam proses pembelajaran agar dapat menjadi
pribadi yang bukan hanya memahami hal rohani namun juga hal yang berguna bagi
kehidupannya sehari-hari.

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
26

3. Kedaulatan Allah dan kemuliaan Allah harus menjadi orientasi dari pelaksanaan
PAK.
4. Semua pihak harus terlibat dalam pelaksanaan PAK.
5. Sola Fide, Sola Gratia, Sola Scriptura, Soli Deo Gloria harus mendasario
pelaksanan PAK

Refleksi dan Implementasi (Tugas 6)


1. Apa kelebihan dan kekurangan pola pendidikan era reformasi?
2. Pelajaran apa yang dapat kita petik dari pola pendidikan era reformasi?
3. Apa kontribusi pola pendidikan era reformasi bagi PAK saat ini.
4. Apa kelemahan pendidikan kita saat ini jika dibandingkan dengan pola pendidikan
era reformasi?
5. Formulasi apa yang dapat kita terapkan untuk menerapkan pola reformasi dalam
praktik PAK saat ini?

CATATAN

Materi selanjutnya akan dibahas dalam Pengantar dan Sejarah PAK 2

SOLI DEO GLORIA

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K
27

Kemanakah tubuh dan roh orang mati setelah kematian

Jawaban:

1. Tentang orang percaya


Bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus, Alkitab menyatakan setelah
kematian roh/jiwa orang percaya di bawa dan tinggal diam bersama dengan
Yesus karena dosanya diampuni dan sudah menerima Kristus sebagai Juru
selamat . 2 Korintus 5:6-8, Fili 1:23, bagi orang percaya kematian digambarkan
“beralih dari tubuh jasmani ke tubuh rohani menetap pada Tuhan. akan tetapi
dalam 1 Korintus 15:50-54 dan 1 Tesalonika 4:13-17 mengambarkan orang
percaya dibangkitkan dan diberi tubuh yang mulia. Pada saat penghakiman
nanti, tubuh jasmani mereka yang berdiam di kubur dipersatukan dengan roh
yang tinggal bersama dengan Kristus menjadi tubuh yang mulia. Dan bagi
orang percaya persatuan kembali antara roh/jiwa dan tubuh akan menjadi
bagian orang percaya selamanya di dalam langit dan bumi baru (yang kita
kenal dengan Sorga kekal) Wahyu 21:22.
2. Orang yang tidak percaya.
Bagi yang belum menerima Kristus sebagai juru selamat, kematian adalah
hukuman kekal. Tubuh jasmani adal dalam alam kubut sedangkan rohnya
kembali kepada Tuhan untuk ditempatkan oleh Tuhan ketempat penampungan
sementara (yang saya maksudkan dalam kelas tempat penantian) sambil
menunggu kebangkitan mereka untuk menghadap penghakiman. Artinya orang
yang tidak percaya setelah mati tidak langsung dikirim keneraka tetapi Tuhan
menempatkan mereka disuatu tempat penghakiman sebagai tertuduh.
Meskipun orang tidak percaya tidak langsung dikirim ke keneraka, mereka
setelah kematian bukan kondisi yang nyaman, tetapi kondisi kesakitan
(Luk.16:22-24)

Kesimpulannya:

Setelah kematian, seseorang berdiam di suatu tempat (yang biasa orang kenal di
dalam surga atau neraka “sementara”)/tempat penampungan sementara/tempat
penantian sementara untuk ditentukan tujuan akhir tempat mereka surga kekal
dan neraka kekal (Wahyu 21:1; Wahyu 20:11-15)

Pembimbing dan Sejarah PAK I Oleh. . Rosnila Hura., S.Th., M.Th., M.Pd.K

Anda mungkin juga menyukai