Anda di halaman 1dari 57
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TINDAKAN KEPERAWATAN TERAPI GENERALIS KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DAN PENDERITA GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RIMBA JAYA KABUPATEN MERAUKE OLEH: 1. MOHAMMAD SALJAN, S.Kp., M.Kep. 2. WAHYU WIDIASTUTIK, S.Kp., M.Kep. 3. LAILI NUR HIDAYATI, S.Kep., Ns. M.Kes. Pengabdian kepada Masyarakat ini dibiayai dengan Dana DIPA 2018 JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIt] KEPERAWATAN MERAUKE POLTEKKES KEMENKES JAYAPURA TAHUN 2018 1 x HALAMAN PENGESAHAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Judul “TINDAKAN KEPERAWATAN TERAPI GENERALIS KEPERAWATAN SIWA PADA KELUARGA DAN PENDERITA GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RIMBA JAYA KABUPATEN MERAUKE”. Ketua Pelaksana: a. Nama b. Jenis Kelamin «. NIP d. NIDN ¢. Pangkat/Golongan f. Jabatan Fungsional g- Sedang Melakukan Pengabdian hb, Jurusan i. Jurusan/Program Studi J. Bidang Keahlian k. No. Telp/HP 1 E-mail m. Anggaran . Anggota Pelaksana 3.1 Anggota Pelaksana I a. Nama a, NIP b. Bidang Keahlian 3.2 Anggota Pelaksana Ti : ec. Nama b. NIP i 4. Bidang Keablian Saljan, S.Kp., M.Kep. : Laki-Laki + 196501201988031021 +: 4020016501 :1V/a : Lektor : Tidak + Keperawatan : Keperawatan + Manajemen Keperawatan + 085254512650 saljan65@yahoo.co.id : Rp. 6.000.000,- WAHYU WIDIASTUTIK, S.Kp., M.Kep + 198011282009092002 : Mental Health Nursing : Laili Nur Hidayati, S.Kep., Ns., M.Kes. + Public Health ii 4, Waktu Kegiatan : 3 September 2018 s/d 30 Oktober 2018 5. Biaya yang diperlukan + Rp. 6.000.000,- Merauke, 26 November 2018 Menyetujui Ketua Pelaksana, Ka Unit Pengabmas, Dr. Agussalim, MSN., MST.. DNS) 4. Saljan, S.Kp., M.Kep) NIP. 197808172012121002 NIP, 196501201988031021 Mengetahui, Direktur Poltekes Kemenkes Jayapura 9». M.Sc) NIP. 196403121988031003 TIM PELAKSANA PENGABDIAN, DESKRIPSI TUGAS DAN KESEDIAAN AKTIF DALAM PENGABDIAN NO] Nama/Gol/Bid Keahlian/Instansi Tugas dalam Tanda Pengabdian Tangan 1 | Mohammad Saljan, S.Kp.,M.Kep. | Ketua Peloksana Penanggung Jawab Pengabdian “| Wahyu Widiastutik, S,Kp., M. Kep ‘Anggota Pengabdian 4] 3 | Laili Nur Hidayati, S.Kep., Ns., M.Kes | Anggota Pengabdian 4 | Fiyan Adriana Mahasiswa S| Ayu Fitria Kamila Mahasiswa Mengetahui, Ketua Pelaksana, hammad Saljan, S.Kp., M.Kep., NIP. 196501201988031021 BIODATA KETUA/ ANGGOTA PENGABDIAN Nama Lengkap : Mohammad Saljan S.Kp., M.Kep. ‘Tempat Tanggal Lahir Jayapura, 20 Januari 1965 Jenis Kelamin + Laki - Laki Bidang Keahlian : Keperawatan Pendidikan : No | Tempat Pendidikan | Kota/Negara| Tahun Bidang Lulus Studi T | Universitas indonesia | Yakarta/ 1998 | Sarjana Indonesia Keperawatan 2 | Universitas Indonesia | Jakarta/ 2005) Magister Indonesia Keperawatan Pengabdian yang sedang dilakukan : No Judul Pengabdian Ketua | Sumber | Tahun | Pelaksana Dana /Anggota T | Tindakan keperawatan Mohammad DIPA 2018 terapi generalis keperawatan | Saljan, S.Kp., jiwa pada keluarga dan MKep. penderita gangguan sensori persepsi halusinasi di wilayah kerja Puskesmas Rimba Jaya Kabupaten Merauke. Pengalaman Pengabdian yang Relevan dengan Proposal Pengabdian yang diajukan : No | Judul Pengabdian | Ketua Pelaksana/Anggota | Sum | Tahun ber Dana T | Penyuluhan tentang | Mohammad Saljan, S.Kp.. MKep | DIPA| 2017 peran keluarga dalam | Wahyu Widastutik, S.Kp., M.Kep. merawat dan sebagai | abdul Rasyid, Mpdi pengawas minum obat | Brigta Sun, $ Kep,NS pada penderita gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas rimba jaya Kabupaten merauke KATA PENGANTAR Segala Puji syukur senantiasa kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kemudahan dan selesainya penyusunan laporan Pengabdian kepada Masyarakat di Poltekkes Kemenkes Jayapura, Kami sangat berbangga dengan kesempatan yang diberikan oleh Unit Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Jayapura untuk melaksanakan Pengabdian kepada Masyarakat di Kabupaten Merauke, Pelatihan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memenuhi tugas dan tanggung jawab dalam tridarma perguruan tinggi yakni pengabdian kepada masyarakat ini tentunya tidak Jepas dari bantuan berbagai pihak terutama: 1. Bapak Isak JH. Tukayo, S.Kp., M.Sc, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Jayapura Propinsi Papua. 2. Bapak M. Saljan, S.Kp., M.Kep., selaku Ketua Program Studi D IIT Keperawatan Merauke. 3. Dr. Agussalim, M.SN., M.ST., DNS., selaku Kepala Unit Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Jayapura. 4, Kepala Puskesmas Rimba Jaya Kabupaten Merauke. 5. Serta semua pihak yang membantu terlaksananya kegiatan pengabdian masyarakat ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Kami menyadari bahwa penulisan Proposal Pengabdian kepada Masyarakat ini masih jauh dari kesempumaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca dan pihak-pihak terkait sangat kami harapkan untuk penyempumaan proposal ini. Panulis vi DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN TIM PELAKSANA ... BIODATA KETUA/ANGGOTA PELAKSANA .... KATA PENGANTAR.... DAFTAR ISI BAB [ PENDAHULUAN A ANALISIS SITUASI PENGABDIAN MASYARAKAT . B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN ... D. MANFAAT PENGABDIAN MASYARAKAT BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. KONSEP GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI. B, TINDAKAN KEPERAWATAN HALUSINASI (C. KONSEP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUMAH... BAB III MATERI DAN METODE PELAKSANAAN A. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH ... B. REALISASI PEMECAHAN MASALAH C. KHALAYAK SASARAN .. D. METODE PELAKSANAAN . BAB LV HASIL DAN PEMBAHASAN A.HASIL PENELITIAN .. B. PEMBAHASAN: C. IMPLIKASI HASIL PELATIHAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN B, SARAN.. DAFTAR PUSTAKA ... vii BABI PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI PENGABDIAN MASYARAKAT Gangguan jiwa adalah adanya perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan gangguan pada fungsi kehidupan, menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Gangguan jiwa adalah gangguan yang ‘mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya (Stuart, G. W., 2007). Halusinasi merupakan bentuk ‘gangguan jiwa berat yang paling sering terjadi dimana penderita mengalami perubahan sensori dan persepsi. Pasien dengan halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan. wudah sampai ke fase IV, di mana pasien mengalami panik karena dikontrol oleh isi halusinasinya, sehingga ketika ada sedikit saja stimulus dari luar pasien mudah sekali melakukan tindakan kekerasan. Pasien juga sulit menerima informasi dari lingkungan ekstemal. Hal ini memungkinkan seluruh perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya, Pasien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas teshadap lingkungan. Dalam situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diti (suicide), membunuh orang lain (homocide), bahkan merusak lingkungan. Undang-undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa menjamin setiap orang agar dapat mencapai kualitas hidup yang baik, serta memberikan pelayanan Kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Kemenkes, 2014). Salah satu upaya rehabilitatif yang bisa dilakukan adalah pemberian psikoterapi terhadap penderita gangguan jiwa dengan pendekatan konsep Kesehatan jiwa berbasis ‘masyarakat. Psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara cara psikologis untuk menghilangkan, mengubah dan menghambat gejala penyakit (Elvira, 2013). Dengan pemberian psikoterapi dapat merubah pola kognitif dan perilaku yang didasari pemahaman mendalam mengenai masalah yang dialami oleh pasien dan keluarganya. Pola kognitif, perilaku, rutinitas keluarga dan mekanisme koping maladaptif yang selama ini digunakan menjadi faktor dasar yang dirubah menjadi adaptif dalam psikoterapi dan hal ini berbeda dengan terapi psikofarmakologi yang lebih fokus menstabilkan kondisi pasien. Konsep Keperawatam Kesehatan Jiwa Masyarakat adalah konsep pendekatan kesehatan jiwa yang berbasis masyarakat, satu upaya mengoptimalkan upaya kesehatan jiwa dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang ada. Upaya keschatan jiwa masyarakat dilaksanakan dengan prinsip holistik, komprehensif, paripuma, dan berkesinambungan (continum) untuk seluruh usia dan berbagai masalah Kesehatan jiwa. Salah satu masalah yang dihadapi dalam menangani gangguan jiwa adalah munculnya kekambuhan. Hasil survey yang dilakukan oleh World Federation of Mental Health 2006 terhadap 982 keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan gangguan jiwa menunjukkan 51% klien kambuh akibat berhenti minum obat, dan 49% kambuh akibat mengubah dosis obat sendiri. Berdasarkan data dari Puskestnas Rimba Jaya didapatkan jumlah penderita gangguan jiwa per Desember 2016 sebanyak 51 penderita Berdasarkan data dari peserta yang hadir pada acara penyuluhan gangguan jiwa didapatkan 50% penderita skizofrenia yang ada menderita halusinasi. Adapun permasalahan yang dihadapi adalah penderita gangguan jiwa khususnya halusinasi belum mendapatkan psikoterapi keperawatan jiwa secara optimal sehingga penderita gangguan jiwa tersebut hanya berfokus pada terapi medis dan hal ini dimungkinkan sebagai penyebab terjadinya kekambuhan penderita ganguan jiwa. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan data tersebut diatas, kami tertarik untuk melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat scbagai bagian dari Tridarma Perguruan Tinggi untuk melakukan penyuluhan di Puskesmas Rimba Jaya dengan judul “Tindakan keperawatan terapi generalis keperawatan jiwa pada keluarga dan penderita gangguan sensori persepsi halusinasi di wilayah kerja Puskesmas Rimba Jaya Kabupaten Merauke”. TUSUAN 1. Memberikan tambahan informasi bagi penderita dan keluarga mengenai halusinasi 2, Mengajarkan penderita dan keluarga tentang cara mengontrol halusinasi. 3, Membiasakan penderita dan keluarga agar mampu mempraktikkan terapi generalis keperawatan jiwa tentang cara mengontrol halusinasi yang telah diajarkan kepada penderita, 4, Meningkatkan peran serta penderita dan keluarga dalam kesembuhan penyakitnya. MANFAAT PENGABDIAN MASYARAKAT 1, Bagi Penderita dan Keluarga Gangguan Jiwa Kegiatan pengabdian masyarakat ini memberikan tambahan informasi dan mengajarkan penderita dan keluarga tentang cara mengontrol halusinasi sehingga bisa diaplikasikan secara langsung oleh penderita halusinasi ketika halusinanya muneul. 2. Bagi Puskesmas Rimba Jaya Kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat membantu melaksanakan program Puskesmas dalam hal pelayanan keschatan jiwa secara terintegrasi dimana dalam pelaksanannya terdapat kombinasi antara terapi medis dan terapi keperawatan untuk penderita dan keluarga gangguan jiwa. 3. Bagi Dosen Sebagai bagian tugas utama dalam bidang tridarma perguruan tinggi tempat mengabdi, dimana dosen keperawatan khususnya Keperawatan jiwa dapat mengaplikasikan keilmuan mereka mengenai terapi generalis keperawatan jiwa Khususnya cara mengontrol halusinasi. BABIE TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi 1. Definisi Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) ekstemal (Stuart & Laraia, 2005; Laraia, 2009). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Caroline, Keliat, BA, Sabri, L (2008) meneliti bahwa dengan pelaksanaan standar asuhan keperawatan (SAK) halusinasi, maka kemampuan kognitif Klien meningkat 47%, psikomotor meningkat 48%. Pelaksanaan standar asuhan keperawatan SAK halusinasi juga menurunkan tanda dan gejala halusinasi sebesar 14%, 2. Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan pasien. Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut: a. Data Obyektif ( bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu, menutup telinga, menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas, mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu, menutup hidung, sering meludah, muntah, menggaruk-garuk permukaan kulit. b. Data Subyektif: Pasien mengatakan ( mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajak bereakap-cakap, mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya, melihat bayangan, sinar, bentu geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau monster, mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan, merasakan rasa seperti darah, urin atau feses, merasa takut atau senang dengan halusinasinya, mengatakan scring mendengar scsuatu pada waktu tertentu saat sedang sendirian, mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi. ¢. Penyebab Halusinasi ‘Menurut Stuart (2007) ada beberapa penyebab terjadinya Halusinasi yaitu : Faktor Predisposisi 1). Biologis Abnormalitas perkembangan syaraf berhubungan dengan respon neurologis yang maladaptive baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian — penelitan sebagai berikut : a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. b) Beberapa zat kimia di otak seperti doamine neurotransmitter yang berlebihan. ¢) Pembesaran ventrikel dan timbunan masa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. 2), Psikologis Keluarga, pengasuh dan fingkungan Klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis Klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang kehidupan klien. 3), Social Budaya Kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan, perang, kerusuhan, bencana alam, dan kehidupan terisolasi. Faktor Presipitasi Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penelitian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengidentifikasi kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). 3. Manisfestasi Klinis Gejala dan Tanda seseorang yang mengalami halusinasi adalah : a. Tahap I (Comforting) ‘Tertawa tidak sesuai dengan situasi, menggerakkan bibir tanpa bicara, bicara Jlambat, diam dan pikirannya dipenuhi degan pitiran yang menyenangkan, b. Tahap II (Condemning) ‘Cemas, konsentrasi menurun, ketidakmampuan membedakan realita, ¢. Tahap IIL Pasien cenderung mengikuti halusinasi, kesulitan berhubungan dengan orang lain, perhatian dan konsentrasi menurun, efek labil, kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk) 4. Tahap IV (Controlling) Pasien mengikuti halusinasi, pasien tidak mampu mengendalikan diri, tidak mampu mengikuti perintah nyata, beresiko menciderai diri sendiri, orang Jain dan lingkungan. B. Tindakan Keperawatan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi a. Tindakan Keperawatan pada Pasien ‘Tujuan psikoterapi adalah pasien mampu : frekuensi, waktu terjadi, situasi (1) mengenali halusinasi yang dialaminy pencetus, perasaan, respon. (2) Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara menghardik, meminta pasien memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini, dan ‘menguatkan perilaku pasien. (3) Mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan obat Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak digunakan sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan cara mendapat obat/ berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar jenis, guna, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat). (4) Mengontrol halusinasi dengan cara bereakap-cakap. (5) Mengontro! halusinasi dengan cara metakukan aktifitas Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur, mendiskusikan aktifitas yang biasa dilakukan oleh pasien, melatih pasien melakukan aktifitas, menyusun jadual aktifitas sehari-hari sesuai dengan jadual yang telah dilatih, memantau jadual pelaksangen kegiatan, memberikan reinforcement. Pelaksnaan psikoterapi keperawatan jiwa dilakukan dengan teknik komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik pada individu merupakan komunikasi yang, dilakukan antara perawat dengan individu pasien yang bertujuan untuk menyelesaikan diagnosis keperawatan pasien. b. Tindakan Keperawatan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi (Keluarga) Tyjuan: 1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit ‘maupun di rumah 2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien. Tindakan Keperawatan Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi, Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh, Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannye lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan keschatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah. Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah: 1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien 2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi. 3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagekan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien 4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga ‘Tahapan komunikasi terapeutik antara perawat dengan Klien : a, Tahap pra interaksi Sebelum bertemu pasien, perawat perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan yang perawat miliki. Jika perawat merasa tidak siap, maka perawat perlu membaca kembali referensi terkait, berdiskusi dengan teman sekelompok atau dengan tutor. Jika telah siap, maka perawat dapat membuat rencana interaksi. ‘Ada beberapa hal yang perlu dilakukan pada tahap ini, yaitu: evaluasi diri, penetapan tahap perkembangan interaksi, dan rencana interaksi . Tabap perkenalan Perkenalan merupakan kegiatan yang perawat lakukan saat pertama kali bertemu atau kontak dengan pasien. Hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah: memberi salam; mengevaluasi kondisi pasien; menyepakati kontrak/pertemuan yang terkait dengan topik tindakan yang akan dilakukan, kesediaan pasien untuk bercakap-cakap, tempat bercakap-cakap, dan lama percakapan. c. Tahap orientasi ‘Tahap orientasi dilakukan pada awal pertemuan kedua dan seterusnya. Tujuan tahap orientasi_ adalah mengevaluasi kondisi pasien, memvalidasi kemampuan pasien sesuai tindakan yang lalu dan menyepakati rencana tindakan pada pertemuan saat ini. ¢. Tahap Terminasi ‘Tahap terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dan pasien. Terminasi dibagi dua yaitu: terminasi sementara dan terminasi akhir. . KONSEP KONSEP PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN DI RUMAH 1 PENGERTIAN Menurut Rice (1996), Pelayanan keperswatan kesehatan i rumah adalahpelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien di rumahnya untukmenyembuhkan, ‘mempertahenkan, memelihara, dan meningkatkankeschatan fisik, mental/ emosi pasien.Pelayanan keperawatan Kesehatan dirumah merupakan sintesa darikeperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentuyang berasal dari spesialisasi keperawatan tertentu. 8 Pelayanankeperawatan di rumah mencakup pencegahan primer, sekunder, dantersier yang berfokus pada asuhan keperawatan individu denganmelibatkan Keluarga atau pemberi peiayanan yang lain (ANA, 1992).Pelayanan keperawatan Kesehatan di rumah merupakan pemberianpelayanan Keperawatan yang berkualitas terhadap pasien di lingkunganrumahnya yang disediakan secara intermitten atau part time. Pengasuh pasicn/ keluarga dan lingkungan rumah di pandang sebagai elemenutama yang menentukan keberhasilan pelayanan, Kebijakan standar danprosedur perawatan juga akan mempengaruhi pelayanan perawatanpasien sebagaimana ketersediaan sumber-sumber seperti; peralatan, bahan-bahan, biaya dan sistem keluarga . RUANG LINGKUP Ruang lingkup pelayanan keperawatan keschatan di rumah meliputi a. Memberikan pelayanan asuhan keperawatan secara komprehensifpada proses penyembuhan kesehatan, rehabilitasi, pemeliharaan, danpeningkatan kesehatan_ b. Molakukan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarganyatentang kondisi yang dialami c. Mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga dalam rangkamencapai kualitas hidup yang lebih baik . PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN DI RUMAH DALAM SISTEM KESEHATAN Upaya kesehatan merupakan salah satu komponen dari SistemKeschatan Nasional (SKN), dan salah satu bagian dari pelayanankeschatan adalah pelayanan keperawatan Kesehatan masyarakat (Perkesmas) dengan sasaran individu, keluarga, kelompok danmasyarakat. Adapun Pelayanan keperawatan Kesehatan di rumahmenurut Warhola (1980) merupakan pelayanan keschatan yangberkesinambungan dan komprehensif pada individu dan keluarga ditempat tinggal mereks yang diarahkan untuk meningkatkan kemandirianindividw/ keluarga dalam mengatasi masalah keschatannya, pemulihankeschatan, atau meminimalkan dampak penyakit. Pelayanankeperawatan kesehatan di rumah difokuskan pada individu yangmemerlukan bantuan keperawatan paska rawat inap maupun rawat jalandari sarana kesehatan (RS, Puskesmas, dan sarkes lain), individu yangberisiko atau individu. yang olch Keluarga/ Kelompok/ masyarakat. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada skema di bawah ini: SKEMA PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN Di RUMAH BAGIAN DARI SISTEM KESEHATAN Boe rocron | Kalo ; Meet Pear Kcpeeatn fore | cc ere rare > Neneniesmstscent geen oun esate hectenet ed 8 Aun ah renin ani petyareesusenantsbedia dah 4, PRINSIP- PRINSIP PELA YANAN KEPERAWATAN KESEHATAN DIRUMAH a. Pengelolaan pelayanan keperawatan kesehatan di rumahdilaksanakan oleh perawat / Tim yang memiliki keablian khusus bidangtersebut b. Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalampraktik c. Mengumpulkan dan menecatat data dengan sistematis, akurat dankomprehensif secara terus menerus. d. Menggunakan data hasil pengkajian untuk menetapkan diagnosakeperawatan c. Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada diagnosakeperawatan yang dikaitkan dengan tindakan-tindakan pencegahan,terapi dan pemulihan. f. Memberikan pelayanan keperawatan dalam rangka menjagakenyamanan, penyembuhan, peningkatan kesehatan dan pencegahankomplikasi g. Mengevaluasi secara terus menerus respon pasien dan kelvarganyaterhadap intervensi keperawatan8. Bertanggung jawab terhadap pasien dan keluarganya akan 10 pelayananyang bermutu melalui; manajemen kasus, rencana penghentianasuhan keperawatan (discharge planning ), dan koordinasi dengansumber-sumber di komunitas. fh. Memelihara hubungan diantara anggota tim untuk menjamin agarkegiatan yang dilakukan anggota tim saling mendukung. i. Mengembangkan kemampuan profesional dan berkontribusi padapertumbuhan kemampuan profesional tenaga yang lain. j. Berpartisipasi dalam aktifitas riset untuk mengembangkanpengetahuan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah. Kk, Menggunakan kode etik keperawatan dalam melaksanakan praktikkeperawatan 4, PERAN DAN FUNGSI PERAWAT DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN DI RUMAH. Peran dan fungsi Perawat dalam penyclenggaraan pelayanan keperawatan keschatan di rumah meliputi : a. Peran 1) Manajer Kasus : Mengelola dan mengkolaborasikan dengananggota keluarga dan penyedia pelayanan Kesehatan ataupelayanan sosial yang lain untuk ‘meningkatkan pencapaianpelayanan. Pelaksana /Pemberi Asuhan : Memberikan pelayanan langsungdan melakukan supervisi pelayanan yang diberikan oleh anggotakeluarga atau pelaku rawat (care giver). 3) Pendidik : Mengajarkan keluarga tentang sehat sakit dan bertindaksebagai penyedia informasi kesehatan Kolaborator ; Mengkoordinir pelayanan yang diterima oleh keluargadan mengkolaborasikan dengan keluarga dalam merencanakanpelayanan. 5) Pembela (Advocate) 6) Melakukan pembelaan terhadap pasienmelalui dukungan peraturan. 7) Konselor : Membantu pasien dan keluarga dalam menyelesaikanmasalah dan mengembangkan koping yang konstruktif. Penemu Kasus dan Melakukan Rujukan : Melibatkan diri dalammenemukan- 2 4 8 kasus di keluarga dan melakukan rujukan secaracepat. 9) Penata lingkungan rumah : Melakukan modifikasi lingkunganbersama pasien dan keluarga dan tim kesehatan lain untukmenunjang lingkungan sehat. 10)Pencliti : Mengideniifikasi masalah praktik dan mencari jawabanmelalui pendekatan ilmiah b. Fungsi 1), Fungsi sebagai Manajer Kasus : (a) Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga terhadappelayanan keschatan, (b) Menyusun rencana pelayanan keperawatan dan pelayanankeschatan lainnya di rumah, (c) Mengkoordinir aktifitas, tim keschatan multidisiplin dalammemberikan pelayanan sesuai kebutuhan pasien di rumah, (4) Memantau kualitas pelayanan keperawatan dan pelayanankesehatan lainnya yang diberikan kepada pasien di rumah. 2). Fungsi sebagai Pemberi Asuhan : (a) Melakukan pengkajian asuhan keperawatan secara komprehensif, (b) Menetapkan masalah (diagnosa keperawatan), (c) Menyusun rencana keperawatan dengan mempertimbangkankebutuhan pasien dan potensi keluarga, (4) Melakukan tindakan keperawatan langsung mencakuptindakan ‘mandiri dan tindakan Kkolaboratif, (e) Melakukan observasi terhadap kondisi Kesehatan danperkembangan/respon pasien, (f) Membantu pasicn dan anggota keluarga mengembangkanperilaku koping yang efektif, (g) Melibatkan anggota keluarga dalam memberikan perawatanpasien di rumah, (h) Membimbing semua anggota keluarga dalam melakukanaktifitas promosi dan pemeliharaan keschatan, (i) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan, (j) Mendokumentasikan asuhan keperawatan 3), Fungsi sebagai Pendidik : (a) Mengidentifikasi pasien dan keluarga akan pendidikankeschatan, (b) Memilih metode pembelajaran dan menyiapkan materipembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan masalahpasien dan keluarga, (c) Menyusun rencana kegiatan pendidikan kesehatan, (4) Melaksanakan pendidikan Kesehatan terkait dengan masalahkeschatan pasien, (€) Mengajarkan anggota keluarga tentang keterampilan danstrategi yang dibutuhkan dalam mengasuh anggota keluargayang sakit, (f) Mendorong keluarga untuk melakukan upaya pemeliharaandan peningkatan Kesehatan melalui perilaku hidup sehat, (g) Mendokumentasikan kegiatan pendidikan kesehatan 12 BAB IIL MATERI DAN METODE PELAKSANAAN A. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH Sehat jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Ciri-ciri sehat jiwa metiputi menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi stress kehidupan yang wajar, mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama dengan orang lain. Konsep Keperawatam Kesehatan Jiwa Masyarakat adalah konsep pendekatan Kesehatan jiwa yang berbasis masyarakat, satu upaya mengoptimalkan upaya Kesehatan jiwa dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang ada. Upaya Kesehatan jiwa masyarakat dilaksanakan dengan prinsip holistik, komprehensif, paripurna, dan berkesinambungan (continum) untuk seluruh usia dan berbagai masalah Kesehatan jiwa. Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat Kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif, prevemtif, kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Upaya Keschatan Jiwa bertujuan: (a). menjamin setiap orang dapat mencapai kvalitas hidup yang baik, menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat mengganggu Kesehatan Jiwa; (b). menjamin setiap orang dapat mengembangkan berbagai potensi kecerdasan; (c). memberikan pelindungan dan menjamin pelayanan kesehatan Jiwa bagi ODMK dan ODGJ berdasarkan hak asasi manusia; (4). memberikan pelayanan Kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi ODMK dan ODGIJ; (6). menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya dalam Upaya Keschatan Jiwa; (. meningkatkan mutu Upaya Kesehatan Jiwa sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; (g).memberikan kesempatan kepada 2B ODMK dan ODGJ untuk dapat memperoleh haknya sebagai Warga Negara Indonesia. ava KESEHATAN a KELOMPOK/ MASYARAKAT : SEHAT Keperawatan a [ Kesehatan di PELAYANAN tony Rumah KEPERAWATA 06) IN KESEHATAN |) sane alee KELUARGA 7 BEROBATKE __,PUANG RSPKM rs Meningg> sebum " Month Tsk numa Kunjungan rumah dengan memberikan keperawatan kesehatan di Rumah merupakan salah satu upaya rehabilitatif yang dapat dilakukan oleh perawat kepada masyarakat Khususnya penderita gangguan jiwa yang sudah pulang dari RSJ namun belum sembuh secara optimal yang ditujukan untuk : (a). Meningkatkan pemahaman penderita tentang gangguan jiwa; (b) meningkatkan ketrampilan penderita tentang bagaimana cara melakukan psikoterapi berkaitan dengan gangguan jiwa yang diderita; (c). Meningkatkan penerimaan dan motivasi penderita berkaitan dengan gangguan jiwa yang diderita. Dalam menangani penderita gangguan jiwa dibutuhkan peran dari berbagai pihak baik keluarga ODGJ, masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah. Penanganan gangguan jiwa yang paripuma sangat dibutuhkan untuk mencegah kekambuhan penderita gangguan jiwa, Pengobatan yang hanya berfokus pada pengobatan medis tanpa mengintegrasikan antara terapi medis dan terapi keperawatan merupakan salah satu penyebab kurang bethasilnya pengobatan pasien gangguan jiwa. Sehingga pemberian terapi keperawatan dapat diberikan saat pasien berada di RSJ dan semakin dimantapkan untuk aplikasi ketrampilan psikoterapi keperawatan pasien di rumah. Sehingga kombinasi terapi antara terapi medis dan non medis dapat berjalan dengan baik schingga proses penyembuhan ODGJ dapat dilakukan secara sinergis dan berkesinambungan dan ODGI dapat kembali produktif. 14 REALISASI PEMECAHAN MASALAH Kegiatan pengabdian masyarakat ini akan dilaksanakan pada bulan September 2018 di rumah masing — masing penderita gangguan jiwa dengan Halusinasi di wilayah kerja Puskesmas Rimba Jaya Kabupaten Merauke dengan melibatkan 3 dosen dan 2 mahasiswa. Kegiatan ini akan dibantu dengan pendanaan dari DIPA Poltekkes Kemenkes Jayapura. KHALAYAK SASARAN Sasaran dari kegiatan ini diharapkan adalah para keluarga dan penderita dganguan jiwa post hospitalisasi Rumah Sakit Jiwa di wilayah kerja Puskesmas Rimba Jaya Kabupaten Mcrauke. Kegiatan penyuluhan ini diharapkan bisa membantu penyebaran informasi kepada penderita gangguan jiwa. Kegiatan ini diharapkan akan memberikan dampak yang lebih besar dengan memberikan tambahan pengetahuan bagi penderita gangguan jiwa agar penderita mampu mengaplikasikan secara langsung ketrampilan psikoterapi yang telah diajatkan oleh perawat dan membiasakan diri untuk menerapkan terapi tersebut untuk mengontrol halusinasi yang dihadapi. METODE YANG DIGUNAKAN Metode yang digunakan adalah metode studi pustaka dan survey Jokasi melalui pengumpulan informasi tentang jumlah penderita gangguan jiwa dan jumlah kunjungan keluarga penderita gangguan jiwa di Puskesmas Rimba Jaya dan mencari informasi tentang situasi keluarga penderita gangguan jiwa dibeberapa rumah melalui unjungan home visit. Dalam mengajarkan dan melatih penderita gangguan jiwa Khususnya halusinasi, terapis melakukan kunjungan rumah door to door pada masing masing tempat tinggal penderita. 15 BABIV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pelatihan Hasil dan pembahasan dalam bab ini dibagi dalam tiga bagian. Bagian yang pertama membahas tentang hasil dari pelaksanaan kegiatan pelatihan yang telah dilakukan, kemudian ditunjang dengan penelitian ~ penelitian dan teori terkait. Bagian yang kedua akan membahas tentang keterbatasan pelaksanaan kegiatan pelatihan dan bagian terakhir mengenai implikasi dari hasil pelatihan untuk perkembangan program keschatan jiwa dan meningkatkan peran serta penderita gangguan jiwa. Dari hasil pelatihan terapi generalis pada penderita gangguan jiwa (penderita skizofrenia dengan halusinasi) di Wilayah Kerja Puskesmas Rimba Jaya Kabupaten Merauke terdapat beberapa hal yang perlu diketahui dan disampaikan diantaranya: Kegiatan pelatihan dilakukan dalam kurun waktu dua bulan dengan melakukan pelatihan door to door dengan metode home visit pada masing masing rumah penderita, halusinasi. Pelaksanaan pelatihan dimulai pada tanggal 1 Juli sampai dengan tanggal 31 Agustus 2018 di wilayah kerja Puskesmas Rimba Jaya dan melibatkan 15 penderita halusinasi. Peserta pelatihan memperhatikan secara seksama sementara itu penderita maupun keluarga sangat kooperatif dan antusias selama kegiatan berlangsung, memperhatikan secara seksama materi yang disampaikan oleh pemateri dan mampu mengulang skill pelatihan yang diajatkan. Media yang digunakan dalam penyuluhan adalah laptop, leflet, buku kerja. Metode yang digunakan adalah metode demonstrasi dimana terapis memperagakan secara langsung didepan penderita halusinasi tentang cara mengontrol halusinasi, dan penderita diminta memperagakan ulang apa yang sudah diajarkan oleh terapis. Dalam pelaksanaan pelatihan terhadap penderita halusinasi dilakukan beberapa kali kunjungan di setiap rumah, Rata — rata kunjungan dilakukan 3 sampai 4 kali pada setiap rumah dalam kurun waktu 2 bulan. 16 B. Pembahasan 1. Dari hasil pelaksanaan pelatihan di dapatkan data bahwa dari 15 peserta pelatihan terdapat 12 orang mengalami halusinasi pendengaran atau sekitar 80% dan 3 orang menderita halusinasi penglihatan atau sekitar 20%. Suryani (2006) menerangkan bahwa jenis halusinasi terbanyak yang dialami penderita adalah halusinasi pendengaran. Adapun tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh pasien antara lain : bicara atau tertawa sendiri, serta menutup telinga apabila halusinasinya datang. Selain itu socara verbal pasien juga mengotakan mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendegar suara yang mengajak bercakap-cakap. Hal ini selaras dengan pendapat Keliat (2002) yang menyatakan bahwa halusinasi adalah salah satu gejala ‘gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan persepsi sensori dengan merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan dan penghidu dimana pasien merasakan stimulus yang sebenamya tidak ada. Halusinasi adalah kesalahan persepsi yang berasal dari lima panca indra yaitu pendengaran, penglihatan, peraba, pengecap, penghidu (Stuart & Laria, 2005). Halusinasi adalah ketidak mampuan Klien menilai dan merespon pada realitas klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksteral, tidak apat membedakan Jamunan dan kenyataan, klien tidak mampu memberi respon secara akurat sehingga tampak berlaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan (Keliat, 2006). Sementara itu menurut Yosef (2007) halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai suatu yang khayal, halusinasi sebenamya adalah bagian dari kehidupan mental penderita yang, terpersepsi, halusinasi dapat terjadi karena dasar-dasar organik fungsional, psikotik, maupun histerik. 2. Hasil evaluasi kemampuan pasien didapatkan kesimpulan bahwa setelah | sampai 2 kali kunjungan pasien mampu mengenal jenis halusinasi, isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, frekuensi halusinasi, serta situasi yang menimbulkan halusinasi. Waktu terjadinya halusinasi pada pasien adalah 90% apabila pasien sedang sendirian baik siang maupun malam hari. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan Suryani (2006) menerangkan bahwa penyebab halusinasi yang paling dominan adalah stres berat dan umumnya terjadi pada saat penderita sedang sendiri atau menyendiri 3. Kunjungan rumah yang dilakukan terapis pada kunjungan ke 3 dan 4 didapatkan hasil bahwa pasien sudah mampu memperagakan ulang cara mengontrol halusinasi 7 dengan cara menghardik, bercakap-cakap. Untuk kemampuan pasien minum obat secara teratur tidak dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien dan harus dibantu oleh keluarganya. 4, Hasil pelatihan yang dilakukan kepada keluarga penderita halusinasi didapatkan hasil setelah 1 sampai 2 kali kunjungan adalah keluarga mampu menyebutkan pengertian halusinasi, menyebutkan jenis halusinasi yang dialami oleh pasien, ‘mampu menyebutkan tanda dan gejala halusinasi pasien. Pada hari ke 3 dan ke 4 keluarga mampu memperagakan ulang cara memutus halusinasi pasien dengan cara mengajak pasien bercakap-cakap saat pasien berhalusinasi dan memantau aktivitas sehari-hari pasien sesuai dengan jadwal aktivitas. C, Implikasi Hasil Pelatihan Pelatihan ini memiliki beberapa implikasi yaitu bagi keluarga, bagi pelayan keschatan jiwa di masyarakat, serta bagi pendidikan dan penelitian keperawatan. 1, Implikasi bagi penderita halusinasi Bagi penderita pelatihan ini dapat meningkatkan skill atau keterampilan penderita halusinasi tentang cara mengontrol halusinasi yang dialami sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan pada penderita gangguan jiwa. 2. Implikasi bagi keluarga Bagi keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pelatihan ini dapat meningkatkan motivasi dan pengetahuan keluarga terutama cara perawatan pasien dengan halusinasi. 3. Implikasi bagi pelayanan keschatan jiwa Dalam menjalankan program kesehatan jiwa dapat dilakukan dengan tiga pedekatan yaitu terapi farmakologis, meningkatkan peran serta keluarga dan dukungan lingkungan, masyarakat maupun petugas Kesehatan agar penanganan gangguan jiwa dapat optimal schingga angka kekambuhan dapat diminimalisir. 4, Implikasi bagi pendidikan keperawatan Penyuluhan yang melibatkan mahasiswa ini dapat meningkatkan kompetensi perawst dalam menjalankan perannya sebagai pemberi pelayanan keperawatan jiwa serta meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa tentang peran keluarga dalam merawat penderita gangguan jiwa. 18 BABV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari basil pengabdian kepada masyarakat tentang tindakan keperawatan terapi generalis keperawatan jiwa pada keluarga dan penderita gangguan sensori persepsi halusinasi di wilayah kerja Puskesmas Rimba Jaya Kabupaten Merauke adalah sebagai berikut : I, Terdapat 80% pederita halusinasi mengalami helusinasi pendengaran dengan menunjukkan gejala bicara atau tertawa sendiri, serta menutup telinga apabila halusinasinya datang sementara itu secara verbal pasien juga mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendegar suara yang mengajak bercakap- cakap 2. Waktu terjadinya halusinasi pada pasien adalah 90% apabila pasien sedang sendirian baik siang maupun malam hari. 3. Kunjungan rumah yang dilakukan terapis pada kunjungan ke 3 dan 4 didapatkan hasil bahwa pasien sudah mampu memperagakan ulang cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-cakap 4. Keluarga mampu memperagakan ulang cara memutus halusinasi pasien dengan cara mengajak pasien bercakap-cakap saat pasien berhalusinasi dan memantau aktivitas sehari-hari pasien. B. SARAN 1, Bagi Keluarga Keluarga lebih meningkatkan motivasi dan perannya dalam memberikan perawatan terhadap penderita gangguan jiwa khususnya penderita halusinasi terutama peran keluarga sebagai pengawas minum obat dan membantu pasien untuk mengontrol halusinasinya. 2. Bagi Puskesmas Perawat yang bekerja rumah penderita gangguan jiwa dan dapat mengaplikasikan terapi generalis tethadap penderita gangguan jiwa. i Puskesmas dapat meningkatkan jumlah kunjungan ke 19 3. Bagi Pemerintah Kabupaten Merauke Pemerintah Kabupaten Merauke memberikan dukungan baik berupa kebijakan atau program mengenai penanganan gangguan jiwa maupun dukungan secara finansial agar penanganan gangguan jiwa di Kabupaten Merauke khususnya dapat ditangani dengan baik. 20 DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Perawatan Kesehatan di Rumah. Jakarta: Depkes Kaplan, H. I, & Sadock, B. J. (2009). Comprehensive textbook of psychiatry. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Keliat, B.A., 2006, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, EGC, Jakarta. Kementerian kesehatan RI (2014). Pusat Data dan Informasi. Jakarta selatan. Rice R. ( 1996 ). Home Health Nursing Practice : Concepts and Application. 2nd ed.Missouri : Mosby Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC. Townsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC. Varcarolis (2010). Foundation of Psychiatric Mental Health Nursing : A Clinical Approach. 6th Edition. Elsevier Inc-New York. 2. Lampiran 3 PSIKOTERAPI : TERAPI GENERALIS PASIEN HALUSINASI 1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi: 1) 2) 3) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya Pasien dapat mengontrol halusinasinya Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal b. Tindakan Keperawatan ) 2) Membantu pasien mengenali halusinasi. Untuk membantu pasien mengenali halusinasi Saudara dapat melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasicn tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar _mampu mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti ‘dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi: a) Menghardik halusinasi Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak tethadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak ‘mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusin halusinasinya. ‘Tahapan tindakan meliputis + Menjelaskan cara menghardik halusinasi * Memperagakan cara menghardik ‘= Meminta pasien memperagakan ulang = Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien b) Bercakap-cakap dengan orang lain Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang Jain, Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Schingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. ©) Melakukan aldivitas yang terjadwal Untuk mengurangt risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diti dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi bisa dibantu untuk ‘mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu. ‘Tahapan intervensinya sebagai berikut: © Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi. ‘© Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien ‘+ Melatih pasien melakukan aktivitas ‘¢ Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah ditatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu. © Memantau pelaksanzan jadwal kegiatan; memberikan penguatan terhadap perilaku pasien yang positif. 4) Menggunakan obat secara teratur Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatin untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah scringkali mengalami putus obat schingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai Kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk ity pasien perlu dilatih ‘menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat: Jelaskan guna obat Jelaskan akibat bila putus obat Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis) SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol sinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi Orientasi: "4ssalamualaikum D. Saya perawat yang akan merawat D. Nama Saya SS, senang dipanggil S. Nama D siapa? Senang dipanggil apa” "Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini” "Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini D dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit” Kerja: “Apakah D mendengar suara tanpa ada ujudnya? Apa yang dikatakan suara itu?” ” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D dengar suara? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?” Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu?” “Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara- suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara- suara itu muncul? ”D,, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”" Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik" *Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya tidak mau dengar, ... Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu, Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu, .». bagus! Coba lagi! Ya bagus D sudah bisa” Terminasi: "Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan ‘menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih? Dimana tempatnya” ”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu ‘alaikum” SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua bercakap-cakap dengan orang lain Orientasi: “Assalammu'alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih? Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinast dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja? Kerja: “Cara kedua untuk mencegah/mengontro! halusinasi yang lain adalah dengan bercakap- cakap dengan orang lain, Jadi kalau D mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan D. Contohnya begini; tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya Kakak D katakan: Kak, ayo ngobrol dengan D. D sedang dengar suara- suara, Begitu D. Coba D lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya D!”" Terminasi: “Bagaimana perasaan D setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang D pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau D mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara ttu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang Ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/ Di sini lagi? Sampai besok ya. Assalamualaikum” SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan aktivitas terjadwal Orientasi: “Assalamw alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilmya 7 Bagus ! Sesuai jarji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah ‘halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk ‘di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.” Kerja: “Apa saja yang biasa D lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (tenis ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya Mari kita latih dua kegiatan hari ini (Jatih kegiatan tersebut). Bagus sekali D bisa lakukan Kegiatan ini dapat D lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain ‘akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan. ‘Terminasi: “Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita lati untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi scluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. ‘Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa Wassalammualaikum. Orientasi: “Assalammualaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih ‘muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik Hari ini kita akan ‘mendiskusikan tentang obat-obatan yang D minum, Kita akan diskusi selama 20 menit ‘sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya D?” Kerja: “D adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang D dengar dan mengganggu sclama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang D minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) fn! yang warna orange (CPZ) 5 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara, Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab ‘kalau putus obat, D akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis D bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. D juga harus teliti saat ‘menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya D harus memastikan bakwa ins obat yang benar-benar punya D. Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya. D juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari” Terminasi: “Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara ‘yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! Gjika jawaban benar).. ‘Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan D. Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah, Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa. Wassalammu ‘alaikum. 2. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga a, Tujuan: 1). Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun di rumah 2), Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien. b. Tindakan Keperawatan Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan Keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah, Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah: 1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien 2) Berikan pendidikan keschatan tentang pengertian halusinasi,jenis halusinasi yang ialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi. 3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasion dengan halusinasi Jangsung di hadapan pasien 4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi. Peragakan percakapan berikut ini dengan pasangan saudara. Orientasi: “Assalammualaikum Bapak/Ibu!” “Saya SS, perawat yang merawat anak Bapak/Ibu.” “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapat/Ibu tentang anak Bapat/Iiu?” “Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang anak Bapak/Tbu alami dan bantuan apa yang Bapal/Ibu bisa berikan." “Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa lama waktu Bi/Ibu? Bagaimana kalau 30 menit” Kerja: “Apa yang Bpi/Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat D. Apa yang BpK/Ibu lakukan?” “Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya. "Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab” “Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara dtu tidak ada.” “Kalau anak Bapak/Ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada." "Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara- cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan anak Bapak/Ibu, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Bapat/Ibu percaya bahwa anak tersebut ‘memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Bapak/Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya”. “Kedua, jangan biarkan anak Bapat/Ibu melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibu untuk membuat jadwal kegiatan sehari- hari, Tolong Bapak/Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!” "Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi, Terkait dengan obat ini, saya fuga sudah melatih anak Bapak/lbu untuk minum obat secara teratur. Jadi bapat/tbu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, Jam 1 siang dan jam 7 matam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ, Obat perla setalu diminum untuk mencegah kekambuhan” *Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi anak Bapak/Tou dengan cara menepuk punggung anak Bapak/Ibu. Kemudian suruklah anak Bapat/Tou menghardik suara tersebut. Anak BapaW/Ibu sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”” "Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi anak Bapak/Ibu, Sambil menepuk punggung anak Bapak/Ibu, katakan: D, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, D. Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu "saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, D” “Sekarang coba Bapak/Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan” "Bagus Pak/Bu” Terminasi: “Bagaimana perasaan Bapak/Tbu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi ‘anak Bapat/Tbu?" “Sekarang coba Bapal/Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat anak bapak/Ibu” "Bagus sekali Pak/Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan anak Bapak/Ibu”” "Jam berapa kita bertenu?” Baik, sampai Jumpa, Assalamu’alaikum SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung —-dihadapan pasien Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadapan pasien. Orientasi: “Assalammualaikum” “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu pagi ini?” “Apakah Bapak/Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi anak Bapak/Iou yang sedang mengalami halusinasi?Bagus!” ” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara ‘memutus halusinasi langsung dihadapan anak Bapak/Ibu". mari kita datangi Anak bapak/Ibu" Kerja: "Assalamu ‘alaikum D” "D, Bapak//Ibu D sangat ingin membantu D mengendalikan suara-suara yang sering D dengar. Untuk itu pagi ini Bapak/Ibu D datang untuk mempraktekkan cara memutus suara-suara yang D dengar. D nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka Bapak/Ibu akan mengingatkan ‘seperti ini” "Sekarang, coba Bapak/Ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang D alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung D lalu suruh D ‘mengusir suara’ dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut” (saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien) Bagus sekali!Bagaimana D? Senang dibantu Bapak/Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal harian D. (Pasien memperlihatkan dan dorong orang tua memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan orang tua D ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga Terminasi “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi Jangsung dihadapan anak Bapak/thu" ” Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Pak/Bu. Bapak/Ibu dapat melakukan cara ite bila anak Bapak/Ibu mengalami halusinas”. “bagaimana kalau kita berterau dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal kegiatan harian anak Bapak/Ibu untuk persiqpan di rumah, Jam berapa Bapak/Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya, Sampai jumpa,” SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini Orientasi “Assalamualaikum Pak/Bu, karena besok D sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadual D selama dirumah” “ Bagaimana pak/Bu selama Bapak/Ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat D?” “Nah sekarang kita bicarakan jadwal D di rumah? Mari kita duduk di ruang perawat!” “Berapa lama Bapal/Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?” Kerja “Ini jadwal kegiatan D di rumah sakit. Jadwal ini dapat dilanjutkan di rumah, Coba Bapak/tbu lihat mungkinkah dilakukan di rumah. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan?”Pal/Bu jadwal yang telah dibuat selama D di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya” “Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu dan bapak selama di rumah Misalnya kalau B terus menerus mendengar suara-suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan ‘perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan peritaku miembahayakan orang lain Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster B di Puskesmas terdekat dari rumahBapak/Ibu, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 5S4xccx Selanjutnya suster B yang akan membantu memantau perkembangan D selama di rumah Terminasi “Bagaimana Bapak/Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara merawat D di rumah! Bagus(jika ada yang lupa segera ditngatkan oleh perawat. Ini Jjadwalnya untuk dibawa pulang. Selanjutnya silakan ibu menyelesaikan administrasi yang dibutuhkan. Kami akan siapkan D untuk pulang” E. Evaluasi 1. Kemampuan pasien dan keluarga PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DENGAN HALUSINASI Petunjuk pengisian: 1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawal 2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi ‘Kemampuan Te [Te [Tei [Tet Pasien ‘Mengenal jenis halusinasi Mengenal isi halusinasi Mengenal waktu halusinasi Mengenal frekuensi halusinasi Mengenal situasi yang menimbulkan halusinasi Menjelaskan respons terhadap halusinasi Mampu menghardik halusinasi ‘Mampu bercakap-cakap jika terjadi halusinasi Membuat jadwal kegiatan harian Melakukan kegiatan harian sesuai jadwal ‘Menggunakan obat secara teratur ‘Keluarga ‘Menyebutkan pengertian halusinasi Menyebutkan jenis halusinasi yang dialami oleh pasien Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi pasien ‘Memperagakan latihan cara memutus halusinasi _pasien ‘Mengajak pasien bercakap-cakap saat pasien jadwal_bethalusinasi ‘Memantau aktivitas sehari-hari pasien sesuai ‘Memantau dan memenuhi obat untuk pasien Menyebutkan sumber-sumber pelayanan kesehatan yang tersedia 9 | Memanfoatkan sumber-sumber pelayanan kesehatan terdekat s =] w)-Jel-]e [Je Sojelsjelel-pa]z =| w =] 3] PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN HALUSINASI aian kinerja (No 04.01.01). Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP, No | Kemampuan Tel | Tel Tgl | Tet Tal | Tet Tet Pasien SPIp Mengidentifikasi_jenis halusinasi pasien ‘Mengidentifikasi isi halusinasi pasien Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien Mengidentifikasi situasi- yang menimbulkan halusinasi ‘Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi Mengajarkan pasien menghardik halusinast A 1 2 3 4_| Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien 5 6 | 7 8 Menganjurkan —pasien —memasukkan cara menghardik halusinasi datam jadwal kegiatan arian Nilai SP Ip SP Ip 1_| Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2 | Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan ‘cara bercakap-cakap dengan orang lain 3-_| Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian ‘Nilai SP Hp SP Ill p 1_| Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2 | Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (Kegiatan yang biasa dilakukan pasien di rumah) 3 | Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Nilai SP Ip SPIVp Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2 |Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengyunaan obat secara teratur 7 3 | Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Nilai SP Vp I B | Keluarga SPIk 1 | Mendiskusikan masalah yang dirasakan Keluarga dalam merawat pasien 2 | Menjelaskan pengertian, tanda dan _gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami 3_| Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi ‘Nilai SP Tk SP Hk 1 | Melati Keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan Halusinasi 2 | Melatih Keluarga melakuian cara merawat Jangsung kepada pasien Halusinasi ‘Nilai SP 10k SP Ik 1 | Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning) 2__| Menjelaskan follow up pasien setelah pulang ‘Nilai SP HTK Total_nilai SP p + SP k Rata-rata, F. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada sctiap tahap proses keperawatan, karenanya dokumentasi asuhan keperawatan jiwa terdiri dari dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. 1, Pedoman format pengkajian gangguan persepsi sensori: halusinasi Frekuensi halusinasi 2 Respons pasien: Masalah keperawatan: Lampiran 1 RINCIAN PENGGUNAAN DANA PENGMAS NO Jenis Pengeluaran Honor Waktu Total (Rp) 1 | Bahan habis pakai Leaflet 12x Rp 10.000,- | 1kali_ | Rp. 120.000,- Flip Chart 2 x Rp 245.000,- Rp. 490.000,- Buku Kerja 12 x Rp 75.000,- Rp. 900.000,- Dokumentasi dan Cetak Foto Rp. 150.000,- Kertas HVS 4 rim x Rp 65.000,- Rp. 260.000,- Cartrid 1 buah Rp. 290.000,- Tinta printer 1 buah Rp. 70.000,- 2 | Peralatan Penunjang = Penggandaan Laporan Proposal (6 jilid) 6 xRp 30.000, | Lkali_ | Rp. 300.000,- Laporan akhir (6jilid) | 6 xRp 80.000- | 1kali | Rp. 480.000,- Konsumsi kegiatan Pengmas Rp. 900.000, 3. | Transport Pengmas : ‘Transportasi Kunjungan | 12 x 4 x Rp. 30.000,- | 2 kali Rp.1.440.000,- Rumah (Home Visit) 4. | Honor Remunerator Rp. 600.000,- Total Penggunaan Dana Rp. 6.000.000,- Merauke, 26 November 2018 Ketua Panitia, Mohammad Saljan, S.Kp, M. Kep_ NIP. 1966501201988031021 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONEST ia DADAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN a ‘SUMBER DAVA MANUSIA KESEHATAN. Cc 5 w& POLITEKNIK KESEHATAN JAYAPURA yang pRoGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN, MERAUKE amr tatats 0, prone, inden wate heerlen ebupene terme Papo, ‘Tetancin (So54} S54504 "Polar, (609% ) I24ARS keel” proclalaponaratkcntyahn Caen BERITA ACARA PELAKSANAAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Judul Kegiatan ‘Tanggal Pelaksanaan ‘Tempat Pelaksanaan Ketua Pelaksana ‘Anggota Pelaksana Sumber Dana DANA DIPA TAHUN 2018 : Tindakan Keperawatan Terapi Generalis Keperawatan Jiwa Pada Keluarga Dan Penderita Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rimba Jaya Kabupaten Merauke 3 September s/d 30 Oktober : Rumah Penderita Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi : Mohammad Saljan, S.Kp., M.Kep. : Wahyu Widistutik, S.Kp., M.Kep. Laili Nur Hidayati, S.Kep., Ns., M.Kep. : DIPA tahun 2018 Telah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, Jayapura, 26 November 2018 ‘Mengetahui Ketua UPM Poltekkes Jayapura Ketua Pelaksana Pengabdian Kepada Masyarakat Dr. Agussalim, MSN., MST. DNS) M, Saljan, SKp.. M.Kep.) NIP. 197808172012121002 NIP. 1966501201988031021 - KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESI: SURAT-TUGAS NO : KP.04.06/1LLE/22/2018 ‘Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Mohammad Saljan, S.Kp., M.Kep. NIP +: 196501201988031021 Pangkat /Gol —: Lektor/IV A Jabatan : Ketua Program Studi D.III Keperawatan Merauke Dengan ini menugaskan kepada : Nama : Sitti Asma Kurniyati Laitupa, 8. Kep., Ns., M.Kep. NIP : 197612242002122002 Pangkat / Gol Penata / IIc Jabatan Staf Program Studi D.I1] Keperawatan Merauke Untuk melaksanakan kegiatan Penyuluhan Ibu Hamil dalam rangka Pengabdian kepada Masyarakat pada Puskesmas Rimba Jaya Merauke pada tanggal 25 Oktober 2018. Demukian surat tugas ini dibuat, untuk dapat dipergunakan dengan penuh rasa tanggung jawab. Merauke, 24 Oktober 2018 Ketua Program, Mohammad Saljan, M. Ke NIP. 1966501201988031021 PEMERINTAH KABUPATEN MERAUKE DINAS KESEHATAN PUSKESMAS RIMBA JAYA , Alamat : JL. Garuda Leproseri Kode Pos: 99611 Telp. (0971) 3331 E-Mail: primbajaya@gmail.com SURAT PERNYATAAN Nomor : 430/210 / PKM-RJ/V/2017 ‘Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama dr, MAREYKE M. KULANG Pangkat/Gol : Penata Muda TK.A/ILb NIP 19790328 201104 2.002 Jabatan : Kepala Puskesmas Rimba Jaya Dengan ini menyatakan bahwa : Nama Mohammad Saljan, S.Kp., M.Kep Pangkav/Gol : Lektor /1Va NIP + 196501201988031021 ‘Telah melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dengan judul “ Tindakan Keperawatan Terapi Generalis Keperawatan Jiwa pada Keluarga dan Penderita Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi di Wilayah Kerja Puskesmas Rimba Jaya Kabupaten Merauke. Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Merauke, 26 November 2018 ” Se ERDAN PENGEMBANGAN DAM PEMBERDAYAAR ey DAFTAR HADIR: Tindakan Keperawatan Terapi Generalis Keperawatan Jiwa Pada Keluarga Dan Penderita Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rimba Jaya Kabupaten Merauke NO NAMA ALAMAT, TANDA TANGAN Kimber’ Lo pik « I Thang Han ote Moss v sna P bie yen! |S CROs Te blur Spodom ala be L' Waeng ft Progen a“ a Padre praft ijt. Matens Virting Causzos| focem Wweaph Ste She (0. | 74OOns Omete | “pro | TR Hen Adant | ot Dino ds asf se Sty f Powp } Mwez & Mer Beh moat Bans Siyt 3 4usTie> Ait de “yes | Penns keuprte LOG BOOK PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “TINDAKAN KEPERAWATAN TERAPI GENERALIS KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DAN PENDERITA GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RIMBA JAYA KABUPATEN MERAUKE”. No] Tanggal Kegiatan Hasil/Keterangan T | 20 Suni 2018 Survey Tempat Pengmas Wilayah Kerja PKM RI 2 | 35 Juni 2018 Penyusunan Proposal Proposal Pengmas telah Pengamas tersusum 3 | 2 Juli 2018 Pengajuan Proposal Pengmas | Pengajuan proposal Pengmas 4 | 20 Oktober 2018 | Perijinan dan kontrak waktu | Telah mendapatkan Surat Pengmas Tugas dari Ka Prodi D.lll Keperawatan Merauke 6 |3 September — 30 | Mengadakan pelatihan terapi | “Tindakan keperawatan Oktober 2018 | generalis pada pasien dengan | terapi generalis keperawatan kunjungan rumah jiwa pada keluarga dan penderita gangguan sensori 3.4.5 Sept Kanjungan 1 persepsi halusinasi di 18,19,29 Sept. | Kunjungan 2 wilayah kerja Puskesmas 15,16,17 Oktober } Kunjungan 3 Rimba Jaya Kabupaten 28,29,30 Oktober | Kunjungan 4 Merauke”. & | 26 November Hasil dan Pembahasan Hasil dan Pembahasan 2018 Pengmas tertulis di BAB IV Laporan akhir NOs. eS MAESTRO NOTA "tm Be Ib pl tae Tae] Nace bang | tinge | mn 1 lhe 6.40) _ltp0.uh i (eh ago 4a ab “Tete post [pest - + +H | ee ze HA Barang2 yang sudeh diel, Jumiah Rp. | 6)p. de bisa aitukar atau di- kembaliken. “Ten ors vent, 2 Ue ait ‘ara Dein MA Nee 3 Nera pn reno: Fea Ce a Cy Zp). [ t i) 00m, 4 Ss MAESTRO. cree NET 9 2 NOTA Untuk Soe ee cee Nama Barang \ are ee "Mette | em [eof fete ee Hy check Pisss|_ asec ules Jeera fpese oe oa = i oma aa en fare ‘aek bise eitukar atau di = 7 7 Tan OFFSET Jo Sait NOTA NO. Sere Ses] saa [clama AY | Nae bet usa] J03. og — woromuad SWORE HOON Vahiva vans @2henTT SOY TOUT UCR “Tela terima dart “Uang Sejumla Untuk Pembayaran Z a San SEE eee Kuagengen oa “Tea terima dav Abang Sejm ‘Untuk Pembayaran ‘Terbuang Rp. Teal teria dari ‘tang Ssjumlah ‘untu€ Pembayaran Ne ‘Telahi terima dari tang Sejm ‘une FonBayaran aces Telah cerima ma dari “tag Sejumlal. “uneub Pembayaran a = muAgha a Fevbilany Rp “tang Sela “uneu Pombayaran or WResloran'L AGUNG SEDERHANA MASAKAN PADANG tanga! 2.8,.0KT,/18SERI A. Nasi KoTAe 24 @ fy 25.00, tah Bemas we UD. Terima kasih somoga anda kembali TOKO CHRISTY 4. MISSINO.2 Telp-327078 Remor ama whee ff! 7 ururee | wana | HET rata Push, | mb xa |v 7 3x4 1 Axe t Total |(0. (00, Wang Muka C Sisa erate, 20, M5. 20 18 ‘anaerenn on sear Ca a oc t $F] fo.a2 | 71> a pas Ce tt I 7 | Teno 00 Tan Yi,

Anda mungkin juga menyukai